Kelompok 6:
Shil Hammiy 21080115120019 (Ketua)
Lidiya Novelendah 21080115120001 (Perijinan & Laporan)
Anindi Cita Fiki 21080115120003 (Lap. CO)
Widiya Ningrum 21080114140086 (Lap. Kebisingan)
Bellatrik Rahma Putri 21080115120040 (Lap. TSP)
Aaf Efiana 21080115120034 (Lab. Nox)
Khurnia Tri Utami 21080115120039 (Lab. Sox)
Elliyana 21080115120006 (Lab. O3)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Makalah disusun dan diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pemantauan dan Analisa Kualitas Udara pada
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Penyusunan tugas ini tidak lepas dari dukungan, dan masukan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Badrus Zaman, S.T., M.T., selaku Ketua Departemen Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Bapak Haryono S. Huboyo, S.T., M.T., Ph.D.selaku Dosen pengajar mata
kuliah Pemantauan dan Analisa Kualitas Udara, atas semua pengetahuan yang
telah diberikan.
3. Rekan-rekan seperjuangan Tugas Pemantauan dan Analisa Kualitas Udara
serta teman – teman dari Teknik Lingkungan angkatan 2015, atas segala
bantuan dan sumbang sarannya pada saat pengerjaan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak lepas dari berbagai kekurangan, oleh
karena itu segala kritik dan saran akan diterima dengan senang hati. Akhir kata,
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.3 Tahapan Analisis Sampel di Laboratorium ........................................................19
3.3.4 Tahapan Pengolahan Data ..................................................................................19
3.3.5 Tahapan Analisis Data .......................................................................................19
3.4 Diagram Kerja ...........................................................................................................20
BAB IV Hasil Pengamatan dan Pengolahan Data ...................................................................21
4.1 Perhitungan SO2 ........................................................................................................21
4.2 Perhitungan NO2 .......................................................................................................27
4.3. Perhitungan O3 ..........................................................................................................31
4.4 Perhitungan TSP ........................................................................................................36
4.5 Perhitungan CO .........................................................................................................40
4.6 Perhitungan Kebisingan ............................................................................................44
BAB V Kesimpulan dan Saran ................................................................................................48
5.1 Simpulan ....................................................................................................................48
5.2 Saran ..........................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................50
LAMPIRAN ............................................................................................................................51
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Berapa konsentrasi SO2 di Perempatan Gondang, Tembalang, Semarang ?
2. Berapa konsentrasi NO2 di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang ?
3. Berapa konsentrasi O3 di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang ?
4. Berapa konsentrasi TSP di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang ?
5. Berapa konsentrasi CO di Perempatan Gondang, Tembalang Semarang ?
6. Berapa besar tingkat kebisingan di Perempatan Gondang, Tembalang
Semarang ?
1.3 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan praktikum kualitas udara ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengukur konsentrasi SO2 di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang.
2. Mengukur konsentrasi NO2 di Perempatan Gondang, Tembalang, Semarang.
3. Mengukur konsentrasi O3 di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang.
4. Mengukur konsentrasi TSP di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang.
5. Mengukur konsentrasi CO di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang.
6. Mengukur tingkat kebisingan di Perempatan Gondang, Tembalang,Semarang.
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan praktikum pemantauan kualitas
udara adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan praktikan tentang pemantauan kualitas udara sekaligus
sebagai sarana mengaplikasikan teori yang diadapat pada saat kuliah
2. Memberikan informasi tentang kualitas udara di Perempatan Gondang,
Tembalang,Semarang.
3. Memberikan rekomendasi atau saran untuk pengendalian kualitas udara di
Perempatan Gondang, Tembalang, Semarang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambient. Perlindungan
mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara ambien dapat memenuhi
fungsi sebagaimana mestinya (PP NOMOR 41 TAHUN 1999).
4
Tabel 2.1
Baku Mutu Udara Ambien Nasional
5
masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus
pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara.
Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia
yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari
mana sumber emisinya. Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan
pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang
digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan
dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti : Suspended
Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Istilah
lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu
dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap
disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal tenggorokan (larynx ).
Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran
diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun
metode pengambilan sampel.
6
saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih
bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di
udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan
menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata
(Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di
udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang
tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh
partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan
kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui
pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang
lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau air
minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut
mendapat perhatian.
2.3.2 NOx
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida
nitrogenmempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO
(Wardhana,2004). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas
tersebut yangpaling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara.
Nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.Reaksi
pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif kecil,meskipun
dengan adanya udara berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi oleh suhudan
konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi pembentukan
NO2akan berjalan lebih lambat. Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2
jugadipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini
berartijika konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi
akannaik empat kali. Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka
kecepatanreaksi akan turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992).
7
Nitrogen monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak terbakar,
dansedikit larut di dalam air (Sunu, 2001). NO terdapat di udara dalam jumlah
lebihbesar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara
nitrogendan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut
denganlebih banyak oksigen membentuk NO2 (Depkes).
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan
lebihtinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia
akanmenunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit
listrik,pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari
gasbuangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).
Selain itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang
haritergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor.
Dariperhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2
diatmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari dan gas
inibersifat akumulasi di udara yang bila tercampur dengan air akan
menyebabkanterjadinya hujan asam (Sugiarto, 2008).
2.3.3 SOx
Ada dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3. Gas
SO2berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat
reaktif.Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman manusia
ketikakonsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil pembakaran
umumnyamengandung lebih banyak SO2 daripada SO3. Pencemaran SOx di udara
terutamaberasal dari pemakaian batubara pada kegiatan industri, transportasi dan
lainsebagainya (Wardhana, 2004).
Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam
bentukSO2 dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal dari
sumberalamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung berapi,
pembusukanbahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses
pembusukanakan menghasilkan H2S yang akan berubah menjadi SO2. Sedangkan
8
sumber SO2buatan yaitu pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama
batubara yangmengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005).
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan
SOx.Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam
sulfidamisalnya tembaga (CUFeS2 dan CU2S), zink (ZnS), merkuri (HgS) dan timbal
(PbS).Kebanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara
untukmengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur
merupakankontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih
mudah untukmenghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari
produk logamakhirnya. Oleh karena itu, SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk
samping dalamindustri logam dan sebagian akan terdapat di udara (Depkes).
Tabel 2.2
Pengaruh SO2 Terhadap Kesehatan Manusia
Konsentrasi (ppm ) Pengaruh
3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu
20 lama
50-100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
Berbahaya meskipun kontak secara singkat, dapat
400-500 menimbulkanKematian
Sumber : Philip Kristanto, Ekologi Industri, Edisi Pertama cetakan pertama, 2002
2.3.4 O3
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat
sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh
proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari
mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen.
Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi
karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar. Hidrokarbon merupakan
komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga
9
melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi
hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor,
oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil
tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk
melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada
ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm
secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung
dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon
menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320
nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah
digunakan dalam metode-metode analitik(airpollution14.weebly.com)
Tabel 2.3
Range Konsentrasi O3 yang Dapat Menimbulkan Dampak
Konsentrasi Lama Terpapar Efek
(ppm)
<= 0,3 8 jam Iritasi mata dan hidung
0,3 – 1 2 jam Reaksi seperti tercekik, batuk, dan
kelesuan
1–2 2 jam Sakit dada, sakit kepala, kehilangan
koordinasi, serta sulit ekspresi dan gerak
Sumber: airpollution14.weebly.com
10
Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada
suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO
mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan
yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang
menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber
buatan diperkirakan mendekati 60 juta tonmper tahun (WHO, 1992). Separuh dari
jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yangmenggunakan bakan bakar bensin
dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara
dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO
(1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi
kendaraan bermotor.
2.3.6 Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999
menyebutkan bahwa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alatalat kerja yang berada pada titik
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Menurut Suma’mur (1995) sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam
2 kelompok, yaitu:
a. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin
gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, pembuka
kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
b. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi. Dari
kedua sumber bising tersebut di atas, tingkat bising yang sangat tinggi diproduksi
dalam beberapa bangunan industri oleh proses pabrik atau produksi.
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter(SLM).
Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130 dB dengan frekuensi antara 20-20.000
Hz.
11
Tabel 2.4
Baku Tingkat Kebisingan
IA IB XX XB IB
I
XA XB
dimana :
12
I = ISPU terhitung
IA = ISPU batas atas
IB = ISPU batas bawah
XA = Ambien batas atas
XB = Ambien batas bawah
XX = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Tabel 2.5
Acuan ISPU
Tabel 2.6
Kategori Indeks Standar Pencemar Udara
13
Peralatan yang digunakan untuk pengumpulan kandungan partikel melalui
filtrasi sejumlah besar volume udara di atmosfer dengan memakai pompa vakum
kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter dan alat ukur dan control laju alir.
Sistem pengambilan debu/partikulat tersebut berdasarkan kepada sistem filtrasi
oleh kertas penangkap debu emisi. Konsentrasi/kadar debu dapat ditentukan secara
gravimetri dan konsentrasi masing-masing logam berat tersebut di atas dapat
ditentukan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) setelah debu
yang ada di kertas filter dilarutkan dalam asam mineral seperti HNO3 pekat.
Dust Sampler model DS 600-03 merupakan alat praktis untuk
mengukurkonsentrasi debu di udara roadside. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip
pemanfaatan proses aliran udara yang berkecepatan (accelerated airflow) yang
dilakukan pada lorong udara khusus (air tunnel) yang didesain untuk penggunaan
ini. Media kertas saring dengan ukuran kerapatan (pori-pori) tertentu, ditempatkan
pada struktur jalan masuk udara (air inlet) dengan konstruksi yang diperlukan agar
penempatan kertas saring dapat dengan mudah dipasang ataupun dilepaskan.
Debu udara roadside dihisap pada kecepatan tertentu dan waktu tertentu,
sehinggadebu dari udara ambient akan terperangkap pada kertas saring yang
dipasang di posisi inlet alat Dust Sampler DS 600-03. Konsentrasi debu dihitung
dari selisih berat kertas saring setelah sampling dengan berat kertas saring awal
(kosong) per satuan volume
14
(handal) dan dapat dipakai secara luas. Peralatan “Impinger” dapat dibuat dengan
komponen lokal, demikian pula dengan reagen penangkap gas nya. Terlebih lagi,
Air Sampler Impinger sebagai alat sampling udara dapat dikombinasikan dengan
berbagai metode analisa biasa (titrasi, gravimetri, elektrometri, spektrofoto meter
dan kromatografi) sebagai alat ukur.
Prinsip dasar teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri
dari beberapa angkah yaitu :
• Menarik udara PM10ntoh dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger
yang berisi larutan penangkap.
• Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan
penangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.
• Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara
yang dipompa dan hasil pengukuran dari hasil pengukuran.
Peralatan impinger secara keseluruhan terdiri dari :
• Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan korosi.
• Kecepatan hisap stabil dan dapat diatur dengan potensiometer.
• Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan
penangkap.
• Dapat lebih dari satu tabung
Peralatan impinger secara keseluruhan terdiri dari :
• Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan korosi.
• Kecepatan hisap stabil dan dapat diatur dengan potensiometer.
• Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan
penangkap.
• Dapat lebih dari satu tabung.
c. CO Meter
Pengukuran kadar gas Karbon Monoksida (CO) dilakukan dengan
menggunakan alat CO Meter. Sampel diambil di tiap titik bersamaan dengan
pengukuran kepadatan kendaraan bermotor. Cara pengambilan sampel
15
menggunakan CO meter yaitu dengan mengatur tombol power ke posisi ON,
display akan menunjukkan angka konsentrasi karbon monoksida (CO) dalam
udara dengan satuan ppm. Supaya angka stabil, tunggu hingga ± 10 menit agar
diperoleh angka yang sering muncul. Caranya menggunakan CO meter adalah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan alat,cek kondisi baterai, dan kondisi alat dalam keadaan baik.
b. Menyalakan alat dengan menekan tombol “power”
c. Menunggu sampai 10 menit pada ruangan atau tempat tertentu
d. Menekan hold untuk melihat hasil pengukuran.
e. Mencatat hasil pengukuran.
d. Alat Uji Emisi
Alat uji emisi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kadar emisi gas buang pada kendaraan bermotor. Dengan
menggunakan alat uji emisi kendaraan bermotor, maka kandungan gas
berbahaya yang ada pada kendaraan bermotor akan bisa dilakukan upaya
pengurangan gas berbahaya.
e. Sound Level Meter (SLM)
Penentuan tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat berupa
Sound Level Meter (SLM), dan stopwatch.
16
Adapun langkah kerjanya yakni sebagai berikut:
1. Pertama-tama aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk
mengukur
2. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau berkelanjutan
atau selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau yang
terputus-putus
3. Pilih selektor range intensitas kebisingan
4. Kemudian, tentukan area yang akan diukur
5. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang
lebih 6 kali pembacaan
6. Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor
7. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan diketahui
hasil pengukuran dari kebisingan tersebut
17
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
18
3.3 Tahapan Praktikum
Kegiatan praktikum pemantauan kualitas udara ini terdiri atas beberapa
tahapan sebagai berikut:
19
3.4 Diagram Kerja
Diagram kerja pemantauan kualitas udara ambien:
Mulai
Studi Pustaka :
- SNI 19-7119.7-2005
- SNI 19-7119.2-2005
- SNI 19-7119.8-2005
- SNI 19-7119.3-2005
- SNI 19-7119.4-2005
- SNI 19-7119.10-2011
-
-
Kesimpulan
Selesai
20
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
21
b : bobot KIO3 dalam 250 mL air suling ( g )
v1 : volum KIO3 yang digunakan dalam titrasi ( mL)
v2 : volum larutan natrium tiosulfat hasil titrasi ( mL)
35,67 : bobot ekivalen KIO3 ( BM KIO3 /6 )
250 : volum larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur 250 Ml
1000 : konversi liter ( L ) ke Ml
Perhitungan
N = b x 1000 x v1
35,67 x 250 x v2
= 0,09 x 1000 x 25
35,67 x 250 x 2,65
= 0,095
Keterangan :
C : Konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5
vb : Volume natrium tio sulfat hasil titrasi blanko (mL)
vc :Volume natrium tio sulfat hasil titrasi larutan induk Na2S2O5 (mL) N :
normalitas larutan natrium tio sulfat 0,01 N (N)
va : Volume larutan induk Na2S2O5 yang dipipet (mL)
1000 : Konversi gram ke mg
32,03 : Berat ekivalen SO2 (BM SO2/2)
Catatan : Melalui rumus di atas dapat diketahui jumlah (mg) SO2 tiap mL
larutaninduk Na2S2O5, sedangkan jumlah (mg) SO2 untuk tiap mL larutan standar
dihitung dengan memperhatikan faktor pengenceran.
22
Perhitungan
C= = = 6,0857
Y = 0.6827x + 0.0095
0.015 = 0.6827x + 0.0095
0.6827x = 5,5 x 10-3
X = 8,05 x 10-3 µg/mL
23
Dengan rumus Y = 0.6827x + 0.0095 Maka dari hasil absorbansi sampel sebesar
0,015 didapat jumlah SO2 (a) sebesar 8,05 x 10-3 (µg/mL).
V = F1 + F2 x t x Pa x 298
2 Ta 760
Keterangan:
V : volum udara yang dihisap (L)
F1 : laju alir awal (L/menit)
F2 : laju alir akhir (L/menit)
t : durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa : tekanan barometer rata –rata selama pengambilan contoh uji (mmHg)
Ta : temperatur rata –rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 : temperature pada kondisi normal (K)
760 : tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)
Perhitungan:
V = F1 + F2 x t x Pa x 298
2 Ta 760
= 0,5 + 0,5 x 60 x 745 x 298 = 28,20 L
2 310,7 760
Keterangan :
C : konsentrasi SO2 di udara (μg/Nm3 )
24
a : jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (μg)
v : volume udara pada kondisi normal (L)
1000 : konversi liter (L) ke m3
Perhitungan :
C= ( a / v) x 1000
C= (8,05 x 10-3/28,20) x 1000
C= 0,285 μg/Nm3
Keterangan:
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Tabel 4.3
Batas Indeks Standar Pencemar Udara
PM10 (24jam) SO2 (24 jam) CO (8 jam) O3 (1 jam) NO2(1jam)
ISPU
μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3
0 0 0 0 0 0
50 50 80 5 120 282
100 150 365 10 235 565
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
25
PM10 (24jam) SO2 (24 jam) CO (8 jam) O3 (1 jam) NO2(1jam)
ISPU
μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3
500 600 2620 57,5 1200 3750
Diketahui :
Ia = 50
Ib =0
Xa = 80
Xb =0
Xx = 52,63 µg/Nm3
𝐼𝑎 − 𝐼𝑏
𝐼= 𝑥(𝑋𝑥 − 𝑋𝑏) + 𝐼𝑏
𝑋𝑎 − 𝑋𝑏
I = 50 –0 x ( 0,285– 0 ) + 0
80 – 0
I = 0,178
Jadi, dengan ISPU 0,178 masuk kedalam rentang 0 -50 yang
merupakankategori baik.
26
4.2 Perhitungan NO2
4.2.1 Konsentrasi NO2 dalam larutan standar
Jumlah NO2 (μg) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NO2 : jumlah NO2 dalam larutan standar NaNO2 (μg/mL); adalah berat NaNO2
yang ditimbang (g);
46 : berat molekul NO2;
69 : berat molekul NaNO2;
F : faktor yang menunjukkan jumlah mol NaNO2 yang menghasilkan warna
yang setara dengan 1 mol NO2 (nilai f = 0,82);
10/1000 : faktor pengenceran dari larutan induk NaNO2; 106 adalah konversi dari
gram ke μg.
NO2=→ NO2 = 20 μg
Jumlah NO2 dicari melalui grafik kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2 (μg).
Tabel 4.4
Nilai NO
No. Konsentrasi (µg/mL) absorbansi
1 0,08 0,208
2 0,16 0,306
3 0,32 0,602
4 0,48 0,934
5 0,64 1,308
27
Plot antara kadar NO2 dengan hasil absorbansi
NO 2
1.4
y = 1.9788x + 0.0067
1.2
R² = 0.9936
1
0.8
ABS
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Y (abs) PPM
Linear (Y (abs))
Y = 1.9788x + 0.0067
0.015 = 1.9788x + 0.0067
1.9788x = 0.0083
X = 0.00419
dengan pengertian:
V adalah volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal
25oC,760mmHg;
28
F1 adalah laju alir awal (L/menit);
F2 adalah laju alir akhir (L/menit);
t adalah durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa adalah tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta adalah temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 adalah konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin;
760 adalah tekanan udara standar (mmHg).
Perhitungan :
V= [(0,3 + 0,7)/2] x 60 x [(745/(33,7+273)] x 298/760
V = 0,5 x 60 x (745/306,7) x 0,392
V = 28,5737 L
dengan pengertian:
C adalah konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3);
b adalah jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg);
V adalah volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25oC,760
mmHg;
10/25 adalah faktor pengenceran;
1000 adalah konversi liter ke m3.
Perhitungan :
C= (0,00419 /28,5737) x (10/25) x 1000
C= 0,058 μg/Nm3
29
4.2.4 Nilai Indeks Standar Pencemar Udara
Setelah mendapatkan nilai konsentrasi NO2 hasil sampling lalu dibandingkan
dengan nilai Indeks Standar Pencemar Udara sebagai berikut:
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Tabel 4.5
Batas Indeks Standar Pencemar Udara
PM10 (24jam) SO2 (24 jam) CO (8 jam) O3 (1 jam) NO2(1jam)
ISPU μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3
0 0 0 0 0 0
50 50 80 5 120 282
100 150 365 10 235 565
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
500 600 2620 57,5 1200 3750
Diketahui:
Ia = 50
Ib =0
Xa = 282
Xb =0
Xx = 0,00419 µg/Nm3
𝐼𝑎 − 𝐼𝑏
𝐼= 𝑥 (𝑋𝑥 − 𝑋𝑏) + 𝐼𝑏
𝑋𝑎 − 𝑋𝑏
I = 4,19 x 10-3
30
Jadi, dengan ISPU 4,19 x 10-3 masuk kedalam rentang 0 -50 yang merupakan
kategori baik.
4.3 Perhitungan O3
4.3.1 Hasil Praktikum
HasilPengukuran O3:
NilaiAbsorbansi = 0,004
LajuAwalAliran = 0,5 L/menit
LajuAkhirAliran = 0,6 L/menit
DurasiPengambilan sampel = 1 jam = 60 menit
Tekanan Rata – rata = 745 mmHg
Suhu / Temperatur = 37.7 oC = 310,7oK
31
16 adalah jumlah ekivalen O3 (0,8 μg/mL) dibagi dengan normalitas Iod 0,05 N.
Perhitungan:
O3 = 16 x N2
O3 = 16 x 0,05
O3 = 0,8 (μg)
Sehingga dalam tiap 0,35 g KIO3 dalam larutan standar yang dibuat terdapat
konsentrasi sebanyak O3 = 0,8 (μg) data ini kemudian dimasukan kurva kalibrasi.
Kurva Kalibrasi O3
0.35
0.2
abs
0.15
0.1
0.05
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Y (abs) mik.g
Linear (Y (abs))
32
y = Adsorbansi
x = Konsentrasi (µg/ml)
dari hasil pengukuran kadar O3 dengan metode neutral buffer kalium iodida (NBKI)
menggunakan spektrofotometer, maka didapat nilai Adsorbansi sebesar 0,004
sehingga konsentrasi O3 dari kurva kalibrasi y = 1,3182x + 0,0036
𝑦 − 0,0036
𝑥=
1,3182
0,004 − 0,0036
𝑥=
1,3182
𝑥 = 0,000303 µg/ml
4.3.4 Menghitung Volume Udara yang dihisap dikoreksi dari Kondisi Normal
(𝐹1 + 𝐹2) 𝑃𝑎 298
𝑉= ×𝑡× ×
2 𝑇𝑎 760
V = volum udara yang dihisap dikoreksi dari kondisi normal (L);
F1 = laju alir awal (L/menit);
F2 = laju alir akhir (L/menit);
t = durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg);
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 = konversi temperatur pada kondisi normal (25 0C) ke dalam Kelvin;
760 = tekanan udara standar (mmHg).
(𝐹1 + 𝐹2) 𝑃𝑎 298
𝑉= ×𝑡× ×
2 𝑇𝑎 760
(0,5 + 0,6) 745 298
𝑉= × 60 × ×
2 310,7 760
𝑉 = 31,026 L
33
C = konsentrasi O3 (µg/Nm3)
b = konsentrasi O3 dari kurva kalibrasi (µg)
10/25 = Faktor Pengenceran
V = Volume contoh uji udara yang diambil pada keadaan normal
1000 = konversi L menjadi m3
0,000303
𝐶= × 1000
31,026
𝐶 = 0,00976 µg/Nm3
Sehingga Konsentrasi O3 adalah pada udara ambien di simpang gondang adalah
: 0,00976 µg/Nm3
Tabel 4.7
Baku Mutu Ambien Nasional
Sumber : PP/No/41/1999
Tabel 4.8
Nilai ISPU
PM10 (24 jam) SO2 (24 jam) CO (8 jam) O3 (1 jam) NO2 (1jam)
ISPU
μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3 μg/m3
34
0 0 0 0 0 0
50 50 80 5 120 282
100 150 365 10 235 565
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57,5 1200 3750
Sumber: Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun
1997
𝐼𝑎 − 𝐼𝑏
𝐼= (𝑋𝑥 − 𝑋𝑏) + 𝐼𝑏
𝑋𝑎 − 𝑋𝑏
50 − 0
𝐼= (0,00976 − 0 ) + 0 = 0,00406
120 − 0
4.3.7 Pembahasan
Dari hasil pengukuran di laboratorium didapatkan nilai absorbansi sebesar
0.004 dengan panjang gelombang 352 nm. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan kadar ozon (O3) di perempatan simpang gondang sangat
rendah atau dikategorikan baik. Dengan hasil konsentrasi O3 pada udara ambien
35
sebesar 0,00976 µg/Nm3dan nilai ISPU sebesar 0.00406. Kadar O3sangat rendah
disebabkan oleh faktor:
1. Ketidakefektifan saat melakukan pengukuran di lapangan. Gelembung udara
sangat sedikit masuk di larutan penjerap saat pengukuran di perempatan simpang
gondang (jarak 2 meter diukur dari pinggir jalan).
2. Suhu udara yang tinggi sebesar 37.7 oC. Suhu udara yang tinggi menyebabkan
udara semakin renggang sehingga konsentrasi pencemar semakin rendah.
Sebaliknya pada suhu yang rendah keadaan udara semakin padat sehingga
konsentrasi pencemar diudara semakin tinggi.
36
4.4.3 Koreksi Laju Alir pada Kondisi Standar
𝑇𝑠 𝑥 𝑃𝑜½
Qs = Qo x
𝑇𝑜 𝑥 𝑃𝑠
Dengan:
Qs = laju lair volume dikoreksi pada kondisi standar (m3/menit)
Qo = laju alir volume uji (m3/menit)
Ts = temperature standar, 298 K
To = temperature absolut (273 + T ukur) dimana QooC ditentukan
Ps = tekanan baromatik standar, 101.3 Kpa (760 mmHg)
Po = tekanan baromatik dimana Qo ditentukan
𝑄𝑠1 + 𝑄𝑠2
𝑉= ×𝑇
2
dengan pengertian:
V = volum udara yang diambil (m3);
Qs1 = laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m3/menit);
Qs2 = laju alir akhir terkoreksi pada pengukuran kedua (m3/menit);
T = durasi pengambilan contoh uji (menit).
37
0,466+0,51
Vaktual = 𝑥 60
2
= 29,28 m3
dengan pengertian:
C = konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/N m3);
W1 = berat filter awal (g);
W2 = berat filter akhir (g);
V = volum contoh uji udara, (m3);
106 = konversi g ke μg.
Perhitungan:
(0,503−0,485) 𝑥 10^6
C =
29,28
= 614,75 μg/Nm3
C1 = C2 (t2/t1)p
Dimana:
C1 : konsentrasi udara rata – rata dengan waktu pengambilan sampel 24 jam
C2 : konsentrasi udara rata – rata dengan waktu pengambilan sampel t2 jam.
Dalam hal ini, C2 = C (μg/N m3)
t1 : 24 jam
t2 : lama pengambilan sampel (jam)
P : faktor konversi dengan nilai 0,17 – 0,2
38
Perhitungan
μg 1
C1 = 614,75 Nm3 𝑥 (24)0,17
= 358,14 (μg/Nm3)
Setelah mendapatkan nilai koefisien nilai TSP hasil sampling dan telah
dikonversikan kedalam 24 jam, lalu dibandingkan dengan nilai koefien Baku Mutu
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 sebagai berikut:
Lama
Nilai TSP
No Parameter Pengukuran Metode Alat
(μg/Nm3)
(jam)
Sumber: Kep-45/MENLH/10/1997
Dengan:
I = ISPU terhitung
39
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Diketahui:
Ia = 300
Ib = 400
Xa = 420
Xb = 500
Xx = 358,14 µg/Nm3
𝐼𝑎 − 𝐼𝑏
𝐼 = 𝑥 (𝑋𝑥 − 𝑋𝑏) + 𝐼𝑏
𝑋𝑎 − 𝑋𝑏
400−300
I = (358,14 µg/Nm3) + 300
500−420
I =747,675
40
4.5 Perhitungan CO
Alat untuk mendeteksi dan menganalisa keberadaan Carbon Monoxide (CO)
pada praktikum ini adalah CO analyzer (Carbon Monoxide Meter).
Adapun Langkah kerjanya yakni sebagai berikut:
1. Tekan tombol ON/OFF untuk menyalakan alat ukur gas CO (Carbon Monoxide
Meter).
2. Arahkan bagian belakang alat ke sumber gas buang.
3. Lakukan pengukuran CO selama 10 menit.
4. Setelah 10 menit, lakukan pencatatan konsentrasi CO berdasarkan nilai yang
sering muncul.
5. Matikan Carbon Monoxide Meter dengan menekan tombol ON/OFF.
41
Tabel 4.11
Perbandingan NAB Ambien Karbon Monoksida
PARAMETER CO (mg/Nm3)
WAKTU 15 menit 30 menit 1 jam 8 jam 24 jam
PP 41/1999 30 10
WHO (2000) 100 60 30 10
USEPA 40 10
European Union 10
Australia 9
Malaysia 35 10
Thailand 34,2 10,26
Sumber: Laporan Kegiatan Pengkajian Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
Lampiran PP No. 41 Tahun 1999, 2011
7 𝑝𝑝𝑚 𝑥 28
𝑌 𝑚𝑔/𝑁𝑚3 =
22,4
42
Tabel 4.12
Batas ISPU Karbon Monoksida dalam Satuan SI
Indeks Standar Pencemar Udara 8 jam CO (µg/m3)
50 5
100 10
200 17
300 34
400 46
500 57,5
Sumber: Kepka Bapedal Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997
Tabel 4.13
Pengaruh Indeks Standar Pencemaran Udara
43
diatur PP Nomor 41 Tahun 1999 yaitu 30 mg/Nm 3. Dari konsentrasi CO 8,016 µg/m3
didapatkan nilai Indeks Standar Pencemaran Udara sebesar 80,16 yang termasuk
kedalam kategori sedang yang menyebabkan perubahan kimia darah tetapi tidak
terdeteksi. Nilai ISPU yang cukup tinggi disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang
melintasi Simpang Empat Gondang.
44
Dimana:
Leq = kebisingan ekivalen nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang fluktuatif
selama waktu tertentuyang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan
steady – dB (A)
L = hasil pengukuran kebisingan (dB)
Tabel 4.15
Hasil Analisis Menit ke-1
45
Tabel 4.16
Hasil Analisis Menit ke-2
Tabel 4.17
Tabel Rekapitulasi
Menit ke- Leq (dBA)
1 70,6
2 68,3
Rata-rata 69,45
46
Data yang diperoleh tersebut didukung oleh fakta yang ditemukan di
lapangan, seperti dikarenakan wilayah sampling merupakan daerah perempatan
sehingga ramai dilalui kendaraan yang terkadang mendadak membunyikan klakson
atau mengebut dengan menghasilkan suara kendaraan yang tinggi.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah :
1. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi SO2 di Perempatan
Gondnag, sebesar 1,64 µg/mL per satu jam pengukuran.Hasil pengukuran ini
masih dibawah baku mutu SO2,dengan nilai ISPU untuk NO2 diperoleh nilai
4,19 x 10-3.
2. Konsentrasi CO 8,75 mg/Nm3 memenuhi baku mutu yang diatur PP Nomor
41 Tahun 1999 yaitu 30 mg/Nm3. Dari konsentrasi CO 8,016 µg/m3
didapatkan nilai Indeks Standar Pencemaran Udara sebesar 80,16 yang
termasuk kedalam kategori sedang. Nilai ISPU yang cukup tinggi
disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang melintasi Simpang Empat
Gondang.
3. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi O3 di Perempatan
Gondnag, sebesar 0,00976 µg/Nm3. Nilai ISPU untuk O3 diperoleh nilai
0,00406dikategorikan dalam Baik. Kadar O3 sangat rendah disebabkan oleh
faktor:
a. Ketidakefektifan saat melakukan pengukuran di lapangan. Gelembung
udara sangat sedikit masuk di larutan penjerap saat pengukuran di
perempatan simpang gondang (jarak 2 meter diukur dari pinggir jalan).
b. Suhu udara yang tinggi sebesar 37.7 oC. Suhu udara yang tinggi
menyebabkan udara semakin renggang sehingga konsentrasi pencemar
semakin rendah. Sebaliknya pada suhu yang rendah keadaan udara
semakin padat sehingga konsentrasi pencemar diudara semakin tinggi.
4. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi TSP di Perempatan
Gondnag, sebesar 358,14 µg/Nm3. Nilai ISPU untuk TSP diperoleh nilai
747,675. Nilai ISPU tersebut masuk dalam range 300 - lebih atau kategori
berbahaya yang artinya kualitas udara berpengaruh buruk bagi bagi semua
polusi.
48
5. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi CO di Perempatan
Gondnag, sebesar 358,14 µg/Nm3. Nilai ISPU untuk CO diperoleh nilai
747,675. Nilai ISPU tersebut masuk dalam range 300 - lebih atau kategori
berbahaya yang artinya kualitas udara berpengaruh buruk bagi bagi semua
polusi.
6. Berdasarkan hasil perhitungan,tingkat kebisingan yang diperoleh adalah
69,45 dB. Nilai ini hampir mendekati baku mutu untuk
kebisinganberdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
48 Tahun 1996
5.2. Saran
1. Saat praktikum, pastikan pembuatan reagen sesuai dengan aturan di SNI
2. Saat sampling di lapangan, pastikan semua alat dalam kondisi baik dan
dapat beroperasi
3. Saat analisis hasil sampling di laboratorium, pastikan penggunaan
spektrofotometer dilakukan dengan benar.
49
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiastuti, Lily. 1998. Kualitas Udara Dalam Ruang. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
50
LAMPIRAN
51