PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahi sejarah penemun hormone sitokinin?
2. Mengetahui proses metabolisme hormon sitokinin pada tumbuhan ?
3. Mengetahui tahapan sintesis dan pengangkutan hormon sitokinin pada tumbuhan?
4. Mengetahui peran hormon sitokinin pada tumbuhan ?
5. Mengetahui mekanisme kerja hormone sitokinin pada tumbuhan?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Metabolisme Sitokinin
Ada dua pertanyaan penting tentang metabolisme sitokinin yang patut
dikemukakan: bagaimana tumbuhan mensintesis sitokinin, dan bagaiman
tumbuhan mengatur banyaknya sitokinin yang dikandungnya? Terobosan dalam
pengetahuan kita tentang biosistesis dating dari Chong-Maw dan DK Melitz
(1979) yang mengemukakan bahwa jaringan tumbuhan mengandung enzim yang
dinamakan isopentenil AMP sintase (sebelumnya ditemukan pada cendawan
lendir) yang membentuk isopentenil adenosine-5-fosfat (isopentenil AMP) dari
AMP dan salah atu isomer isopentenil piroposfat. (senyawa terakhir ini
merupakan hasil lintasan mevalonat dan prazat penting bago sterol, giberilin,
karotenoid, dan senyawa isoprenoid lain). Isomer tersebut meliputi ^2- isopentenil
piroposfat, yang awalan ^-nya berarti bahwa molekul tersebut memiliki ikatan
rangkap antara karbon 2 dan 3.
Reaksi yang terjadi dijaringan tembakau disajikan pada gambar 18. 2.
Perhatikan bahwa piroposfat (PPi) dilepaskan dari gugus isopentenil dan
kemudian gugus ini bergabung dengan nitrogen amino yang melekat pada karbon
6 dari cincin purin.
Isopentenil AMP yang terbentuk dalam reaksi ini kemudian dapat diubah
menjadi isopentenil adenosine melalui hidrolisis oleh enzim fosfatase, yang
melepaskan gugus posfat; selanjutnya isopenteniladenosin dapat berubah menjadi
isopentenil adenine dengan melepaskan gugus ribose melalui hidrolisis. Lalu,
isopentenil adenine dioksidasi menjadi zeatin dengan mengganti satu hydrogen
gugus metilnya pada cincin samping isopentenil dengan –OH. Kemudian,
dihidrozeatin terbentuk darizeatin melalui reduksi (dengan NADPH) ikatan
rangkap pada cincin samping isopentenil (Martin dkk, 1989). Sejumlah reaksi ini
mungkin bertanggung jawab dalam pembentukan ketiga bahan dasar utama
sitokinin, namun masih terdapat kemungkinan lain untuk biosintesis ini.
Sitokinin ditingkat sel juga ditentukan oleh perusakannya dan mungkin
oleh perubahannya menjadi berbagai turunan yang bersifat tidak aktif, selain
nukleosida dan nukleotida. Perusakan sebagian terjadi oleh sitokinin oksidase,
yaitu system enzim yang merenggut cincin samping 5 karbon dan menghasilkan
adenine-bebas (atau bila zeatin ribosida yang dioksidasi, akan dihasilkan
adenosine-bebas). Pembentukan turunan sitokinin lebih rumit, sebab dapat
terbentuk banyak konjugat (Letham dan Palni, 1983). Konjugat yang paling lazim
ditemui mengandung glukosa atau alanin; yang mengandung glukosa disebut
sitokinin glukosida.
Pada salah satu jenis glukosida, karbon 1 dari glukosa melekat pada gugus
hidroksil rantai samping dari zeatin, zeatin ribosida, dihidrozeatin, atau
dihidrozeatin ribosida. Pada jenis glukosida yang kedua, karbon satu dari
glukosanya menempel pada atom nitrogen (dengan ikatan C_N) pada kedudukan
7 atau 9 pada sisitem cincin adenine di ketiga bahan dasar utama sitokinin. Pada
konjugat alanin, alanin dihububgkan melalui ikatan peptide dengan nitrogen
dikedudukan 9 pada cincin purin. Fungsi dari semua konjugat ini belum diketahui.
Tapi glukosida mungkin disimpan sebagai bahan cadangan atau, pada beberapa
kasus, merupakan bentuk sitokinin yang khusus untuk diangkut. Menurut McGaw
(1987), konjugat alanin tak mungkin disimpan sebagai bahan cadangan,
melainkan sebagai produk pengikatan sitokinin yang terbentuk secara tak
terbalikkan. Tidaklah mungkin konjugat seperti ini merupakan sitokinin yang aktif
secara fisiologis.
Ada dua kasus yang dikenal, yang menunjukan bahwa pemberian sitokinin benar
– benar memacu pemanjangan potongan koleoptil muda tanaman gandum dan
hipokotil utuh pada tanaman semangka, terutama dari kultivar katai atau
kerdil.Pada koleoptil gandum,pemacuan pertumbuhan terjadi hanya jika jaringan
tersebut masih muda dan pembelahan sel masih berlangsung,namun teramati pula
sitokinin menyebabkan pertumbuhan dengan cara mendorong pemanjangan sel.
Pada semangka katai,sitokinin eksogen terbukti memacu pemanjangan
hipokotil,terutama karena laju pemanjangan sel selalu meningkat,peningkatan ini
dihasilkan dari sitokinin yang diberikan pada ujung tajuk atau pada
akar.Singkatnya, sitokinin eksogen memacu pembesaran sel pada daun
muda,kotiledon,koleoptil gandum, dan hipokotil semangka, tapi masih banyak
yang perlu diteliti mengenai peranan normal hormone dalam pembesaran sel,
terutama pada batang dan akar.
6. Sitokinin memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil
Dari kecambah tanaman angiosperma yang ditumbuhkan ditempat
gelap,daun muda dan kotiledonnya dipetik untuk diuji apakah penambahan
sitokinin berpengaruh pada perkembangan kloroplas atau sintesis
klorofil.Percobaan ini dapat dilakukan karena dalam keadaan gelap ,klorofil tidak
terbentuk dan perkembangan kloroplas terhambat.Plastid muda berhenti pada
tahap proplastid atau tahap etioplas.Etioplas (dari kecambah yang ditumbuhkan
dalam gelap atau teretiolasi) berwarna kuning karena mengandung karotenoid.
Etioplas memiliki system membrane dalam yang menarik, yang tersusun rapat
menjadi kisi- kisi dalam yang disebut badan prolamela.Setelah terkena
cahaya,badan prolamela akan menghasilkan system tilakoid seperti yang
ditemukan pada kloroplas hijau yang normal.Perkembangan ini disertai
pembentukan protein,tilakoid khusus yang melekat pada klorofil,yaitu pada kedua
fotosistem dan kompleks pemanen cahaya.
Pemberian sitokinin pada daun atau kotiledon yang teretiolasi, beberapa
jam sebelum dipajankan pada cahaya,menghasilkan dua efek utama: (1) memacu
perkembangan lanjut (dalam keadaan terang, etioplas menjadi
kloroplas,khususnya dengan mendorong pembentukan grana,dan (2)
meningkatkan laju pembentukan klorofil.alasan utama munculnya kedua efek itu
mungkin karena sitokinin mendorong terbentuknya protein,tempat klorofil
menempel dan menjadi mantap.
Efek pemberian sitokinin pada daun atau kotiledon yang teretiolasi selama
beberapa jam sebelum diberi cahaya akan menghasilkan 2 efek utama yaitu:
a)Memacu perkembangan etioplast menjadi kloroplast (khususnya dengan
mendorong pembentukan grana).
b) Meningkatkan laju pembentukan klorofil.
Kedua efek tersebut muncul karena sitokinin mendorong terbentuknya
protein tempat klorofil menempel. Diduga sitokinin endogen meningkatkan
perkembangan kloroplas daun dengan cara yang sama. Kemampuan sitokinin
dalam mengaktifkan sintesis protein yang mengikat klorofil a dan b berhubungan
dengan mekanisme kerja sitokinin.