Anda di halaman 1dari 39

STRATEGI PEMASARAN DAN ANALISIS

SWOT PT. NISSIN BISKUIT INDONESIA

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

OLEH:

UNIVERSITAS PROF.DR. HAZAIRIN,SH BENGKULU


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2019

1
PENGESAHAN LAPORAN
KULIAH KERJA

Judul : Strategi Pemasaran Dan Analisis Swot pada PT. Nissin


Biskuit Indonesia
Bidang Studi : Manajemen
NAMA : Tomi Mainaki
NPM : 16030028

Disahkan Oleh Pembimbing Kuliah Kerja Lapangan

Dosen Pembimbing Tanggal Tanda Tangan

MENGETAHUI
DEKAN
FAKULTAS EKONOMI

SYOFIAN, SE, M.Si

i
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam Karya Ilmiah ini kami
membahas “Strategi Pemasaran Dan Analisis Swot pada PT. Nissin Biskuit
Indonesia ” dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui dan mengenal beberapa isi
dan makna yang terkandung di dalamnya.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, Februari 2019

Penulis,

ii3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN JUDUL DALAM .....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN KKL ............................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Sistem Rekruitmen Tenaga Kerja .......................................................

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Hasil ...................................................................................................
a. Sejarah Singkat PT Nissin Biscuit Indonesia ................................
b. Visi dan Misi PT Nissin Biscuit Indonesia ..................................
c. Struktur Organisasi PT Nissin Biscuit Indonesia ..........................
d. Pengelolaan Sumber Daya Manusia PT Nissin Biscuit Indonesia
e. Pengelolaan Produksi PT Nissin Biscuit Indonesia ......................
3.2 Pembahasan ........................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan ........................................................................................
4.2 Saran ...................................................................................................

4
DAFTAR PUSTAKA

iii

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Nissin didirikan pada 1970-an oleh Hidayat Darmono,pendirian
perusahaan ini sebenarnya tak lepas dari realisasi program penggalakan
industri dalam negeri yang dicanangkan pemerintah saat awal Orde Baru.
Ketika itu pemerintah mendorong tumbuhnya sektor industri, khususnya di
bidang makanan dan minuman.
Biskuit merek PT. Nissin sendiri awalnya merupakan produk impor dari
Singapura, Nissin dari Jepang. Tahun 1971 PT. Nissin mulai memproduksi
sendiri,punya pabrik sendiri,tapi masih dengan lisensi dari PT. Nissin
Singapura dan Nissin Jepang. Untuk membangun pusat produksi ini, PT.
Nissin mentransfer teknologi dari KG Singapura dan Nissin Jepang.
Kemudian di tahun 1980-an, lisensi dari PT. Nissin Singapura dan Nissin
sepenuhnya diambil alih KGI. Sejak itu pula PT. Nissin mulai
mengembangkan varian-varian baru. Beberapa produk tetap dipertahankan
semisal Monde Butter Cookies (telah ada sejak 1975) dan assorted biscuit PT.
Nissin klasik
Tak kurang dari lima pabrik telah dimiliki KGI, antara lain di Jakarta,
Cibinong, Semarang dan Surabaya. Dalam menghadapi persaingan di industri
makanan yang semakin ketat, produk-produk PT. Nissin juga sudah diekspor
ke berbagai negara, di antaranya ke Singapura, Brunei, Thailand dan Korea.
Hanya saja, kontribusi ekspor baru 10%. PT. Nissin juga melayani toll
manufacturing sehingga beberapa produk yang diekspor menggunakan merek
perusahaan pemberi order.
Dengan dukungan inovasi, sumber daya manusia dan teknologi, sampai
dengan saat ini PT Nissin Biscuit Factory Indonesia terus berkembang dan
berhasil memproduksi berbagai merek biskuit yang telah menjadi pemimpin
pasar.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. BagaimanaStrategi Pemasaran PT Nissin Biscuit Indonesia?
2. Bagaimana Analisis strength,weakness,opportunity,and threath (SWOT)
produk pt. Nissin Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui BagaimanaStrategi Pemasaran PT Nissin Biscuit
Indonesia
2. Untuk mengetahui Analisis strength,weakness,opportunity,and threath
(SWOT) produk pt. Nissin Indonesia?

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup laporan kerja lapangan ini yaitu pada PT Nissin Biscuit
Factory Indonesia, Jl. Raya Semarang Salatiga Km. 23 Ungaran. Kegiatan
KKL ini dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2018

1.5 Tujuan dan Manfaat


Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh para mahasiswa agar nantinya para lulusan
tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan, berkompeten sehingga
memiliki daya saing yang kuat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai
dari kegiatan ini adalah para mahasiswa dapat memahami praktek-praktek dan
penerapan tentang manajemen yang diterapkan oleh perusahaan.
Sedangkan untuk kegunaan laporan ini antara lain:
3. Untuk Mahasiswa :
- Memudahkan Mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah.
- Memudahkan siswa dalam penguasaan dan pendalaman serta
pengaplikasian konsep Manajemen.

2
- Menjadikan Mahasiswa lebih aktif dalam mempelajari konsep –
konsep terapan Ekonomi Manajemen yang dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari – hari
4. Untuk Dosen
Kegiatan KKL merupakan mediasi Dosen untuk menjelaskan
materi manajemen.
5. Untuk Universitas
Dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dapat meningkatkan kerja
sama yang baik antara pihak Universitas dan Instansi yang dijadikan
obyek KKL.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Aktiva Lancar


Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang
tunai dalam waktu relative singkat, biasanya ukuran waktunya yang dipakai
ialah siklus usaha atau tahu buku, yang termasuk aktiva lancer ialah uang kas,
rekening giro bank, investasi jangka pendek, piutang usaha, persediaan barang
dagang, biaya dibayar dimuka, wesel, dll. Aktiva lancar adalah uang kas atau
aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi
uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). kelompok
aktiva lancar diatas adalah:
1. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan. Uang tunai yang dimiliki perusahaan tetapi sudah ditentukan
penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan
pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap atau tujuan-tujuan
lain) tidak dapat dimasukkan dalam pos kas.
2. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities).
Yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud
untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan
dalam operasi.
3. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatan
dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam suatu undang-undang.
4. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang secara kredit.
5. Persediaan, adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang
sampai tanggal neraca masih digudang atau belum terjual.
6. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah

4
memberikan jasanya tetapi diterima pembayarannya sehingga merupakan
tagihan.
7. Persekot atau pembayaran yang diterima dimuka, adalah pengeluaran
untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum
menjadi biaya atau jasa pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan
pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.

2.2 Aktiva Tetap


Setiap perusahaan menpunyai harta (aktiva) untuk mendukung kegiatan
usahanya. Diantaranya yaitu aktiva tetap, Aktiva tetap dibagi menjadi dua
golongan yaitu, aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Pengertian
aktiva tetap menurut PSAK 16 (2004) menyatakan bahwa; Aktiva tetap adalah
aktiva tetap yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan
dan mempunyai masa manfaat lebihdari satu tahun.
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut S. Munawir (2007) jenis-jenis aktiva tetap adalah sebagai
berikut:
1. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi,
misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parker dan lain sebagainya
2. Bangunan, baik bangunan kantor, took maupun bangunan untuk pabrik
3. Mesin
4. Inventaris
5. Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
Karakteristik aktiva tetap yaitu:
1. Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)
2. Digunakan dalam kegiatan operasional
3. Tidak untuk dijual ke konsumen.

5
Perolehan aktiva tetap adalah:
1. Pembelian tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat
dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam
jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk
harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut
siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan,
biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan.
2. Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam
harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama
masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan
tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai
biaya bunga.
3. Ditukar dengan surat berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau
obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau
obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan
sebesar harga pasar aktiva tersebut.
4. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
a. Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis
adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama
seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan
gedung dan lain-lain.
b. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis
adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti
pertukaran mesin produsi merek A dengan merek B, truk merek A
dengan merek B, dan seterusnya.

6
5. Diperoleh dari hadiah
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatannya bisa
dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima
hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh
lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima.
6. Aktiva yang dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan
seperti gedung, alat-alat dan perabot. Dalam pembuatan aktiva, semua
biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan, upah langsung dan
factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan
harga pokok aktiva yang dibuat. Tetapi biaya factory overhead tidak
langsung menimbulkan pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan
kepada aktiva yang dikerjakan itu.

2.3 Kewajiban-Kewajiban Lancar


Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yg membahas tentang
kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan dinyatakan
bahwa karakteristik esensial kewajiban (liabilities) adalah bahwa perusahaan
mempunyai kewajiban (obligation) masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas
atau tanggung jawab untuk bertindak atau melaksanakan sesuatu dengan cara
tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi
dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Hampir semua perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar memiliki
kewajiban atau hutang. Dalam pengertian sederhana kewajiban adalah utang
yang harus dibayar oleh perusahaan. Secara lebih rinci kewajiban adalah
hutang atau kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transakasi dari
waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang, atau jasa, di waktu
yang akan datang.
Kejadian yang timbul akibat kewajiban yaitu di antaranya, barang yang
sudah dibeli dari pemasok tapi perusahaan belum membayarnya (kewajiban
dagang, trade account payable atau account payable), pemasok sudah

7
membayar tetapi perusahaan belum mengirimkan barangnya (pendapatan
diterima dimuka atau unearned revenue). Penyebab lain timbulnya kewajiban
antara lain, karena adanya peminjaman dari satu perusahaan ke perusahaan
lain, adanya barang yg dijual dengan garansi, pembagian dividen tunai dan
sebagainya.
Kewajiban lancar dapat diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan
masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan
pada masa sekarang untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada
entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian pada
masa lalu. Suatu hal dapat dikategorikan sebagai sebuah kewajiban apabila
memenuhi tiga karakteristik utama, yaitu:
1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan
kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.
2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.
3. Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus
telah terjadi dimasa lalu.
Suatu kewajiban melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan,
sehingga salah satu karakteristik yang terpenting yaitu tanggal di mana
kewajiban tersebut harus dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo.
Karakteristik mengenai berapa lama tanggal yang ditentukan untuk melunasi
kewajiban tersebut adalah perumusan dalam pengklasifikasian kewajiban,
yaitu apakah jangka waktu pelunasannya kurang atau lebih dari jumlah
periode tertentu. Pengklasifikasian kewajiban dibagi menjadi dua, kewajiban
lancar dan kewajiban jangka panjang. Berikut beberapa jenis kewajiban lancar
adalah sebagai berikut:
1. Utang Usaha
Utang usaha adalah saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang,
atau jasa yang dibeli secara kredit. Periode pelunasan kredit ini biasanya
berkisar antara 30 sampai dengan 60 hari.

8
2. Wesel Bayar
Wesel Bayar adalah janji tertulis untuk mebayar sejumlah uang pada
suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian,
pembiayaan, atau transaksi dengan bentuk lainnya. Utang jenis ini
diperlukan sebagai bagian dari transaksi pembelian atau penjualan.
Sedangkan wesel bayar kepada bank berasal dari pinjaman kas atau uang
tunai.
3. Utang Dividen
Utang Dividen memiliki pengertian sebagai jumlah yang terutang oleh
perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai hasil dari otorisasi
dewan komisaris atau direksi (ada tanggal pengumuman, perusahaan
menempatkan pemegang saham sebagai kreditor atas sejumlah dividen).
Dividen digolongkan menjadi kewajiban lancar karena dividen akan
dibayar pada satu tahun berikutnya setelah pengumuman kepada para
pemegang saham. Sementara itu, dividen saham preferen kumulatif yang
belum diumumkan juga dianggap sebagai kewajiban lancar karena dividen
yang tertunggak tersebut bukan merupakan kewajiban, sampai dewan
direksi mengambil tindakan mengotorisasi pembagian laba perusahaan.
4. Uang Muka dan Deposito Pelanggan
Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan maupun dari
karyawannya sendiri. Perusahaan menerima deposito dari pelanggan untuk
menjamin pembayaran kewajiban yang diharapkan di masa depan dan juga
sebagai jaminan untuk kemungkinan kerusakan barang yang ada di tangan
pelanggan. Sementara perusahaan menerima deposito dari karyawan atas
jaminan dan pengembalian properti perusahaan yang digunakan oleh
karyawan yang membantu kegiatan operasional karyawan tersebut.
5. Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan diterima dimuka adalah kondisi di mana perusahaan
menerima kas sebagai pembayaran hasil perdagangan maupun jasa dari
pelanggan sebelum melakukan pertukaran barang atau melakukan jasa

9
tertentu dan hak kepemilikan belum didapat pelanggan namun sudah
dicatat sebagai pendapatan oleh perusahaan.
6. Utang Pajak Penjualan
Perusahaan harus menagih pajak penjualan atas transfer produk dan
atas jasa-jasa tertentu harus ditagih dari pelanggan dan diserahkan kepada
pemerintah berupa pajak.
7. Utang Pajak Penghasilan
Setiap Pajak Penghasilan Negara memiliki porsi yang berbeda
terhadap jumlah laba tahunan. Dengan menggunakan informasi dan
nasihat yang tersedia, perusahaan harus mempersiapkan pengembalian
pajak penghasilan dan menghitung utang pajak penghasilan yang
dihasilkan dari operasi periode berjalan. Utang pajak atas laba perusahaan,
seperti yang dihitung per pengembalian pajak harus diklasifikasikan
sebagai kewajiban lancar.
8. Kewajiban yang Berhubungan dengan Karyawan
Perusahaan juga melaporkan jumlah yang terutang kepada karyawan
untuk gaji dan upah pada akhir periode akuntansi. Bentuk dari kewajiban
yang berhubungan dengan karyawan dikategorikan menjadi:
a. Pemotongan gaji
Pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi, tabungan karyawan,
dan iuran serikat kerja. Jika jumlah yang dipotong belum diserahkan
kepada pihak yang berwenang pada akhir periode akuntansi, maka
jumlah itu harus diakui sebagai kewajiban lancar.
b. Absensi yang dikompensasi
Absensi yang dikompensasi memiliki pengertian sebagai absensi
dari pekerjaan, yang meliputi cuti, sakit, dan hari libur.
c. Perjanjian Bonus
Perusahaan-perusahaan besar memberikan bonus kepada semua
karyawannya sebagai tambahan atas gaji atau upah regular mereka.
Dan jumlah bonus tersebut bergantung kepada laba tahunan
perusahaan terkait. Pembayaran bonus kepada karyawan dapat

10
dianggap sebagai tambahan upah dan harus dimasukkan sebagai
pengurang dalam menentukan laba bersih tahun berjalan. Kewajiban,
yaitu utang bonus pembagian laba, biasanya akan dibayar dalam
periode waktu yang singkat dan harus dicatat sebagai kewajiban lancar
dalam neraca.
9. Utang Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun
Contohnya adalah obligasi, wesel hipotik, dan utang jangka panjang
lainnya yang jatuh tempo dalam tahun fiskal berikutnya. Utang jangka
panjang tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban
lancar apabila akan:
a. Ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan
tersebut yang tidak ditunjukkan sebagai aktiva lancar.
b. Apabila akan didanai kembali atau dilunasi dari hasil penerbitan
utang baru.
c. Dikonversi menjadi modal saham.
10. Kewajiban Jangka Pendek yang Diharapkan Akan Didanai Kembali
Kewajiban dengan jangka waktu yang pendek adalah jenis utang yang
telah pasti akan jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun setelah tanggal
neraca perusahaan atau dalam siklus operasi perusahaan, tergantung mana
yang lebih lama dan biasanya sesuai dengan kebijakan perusahaan.
Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas
dasar jangka panjang. Dan oleh karena itu, diperkirakan tidak memerlukan
penggunaan modal kerja selama periode berikutnya.

2.4 Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau
kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya
(Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet)
dan modal Pasif (Kredit). Struktur Modal adalah perimbangan atau

11
perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan
dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan
keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur
Modal tersebut maka dapat digunakan beberapa Teori yang menjelaskan
Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.

2.5 Penentuan Bahan Baku


Untuk mencapai suatu target yang kita inginkan, sudah tentu kita tidak
boleh mengabaikan salah satu syarat ini,yaitu dengan memilih bahan baku
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan beberapa sifat bahan,yang berupa
kekuatan bahan, keuletan bahan, keelastisan bahan dan masih banyak lagi
sifat-sifat bahan lainnya yang dikelompokkan berdasarkan kebutuhan
pemakainya.
Karena dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan tersebut diatas berarti
kita telah mempertimbangkan kelebihan serta kekurangan dari suatu produk
yang kita produksi dengan berpedoman pada sifat masing-masing bahan
berdasarkan kebutuhan tersebut, disamping itu secara langsung atau tidak
langsung kita juga telah menekan cost produksi suatu produk tersebut
berdasarkan mutu produk yang dihasilkan.

2.6 Sumber Alokasi Kapital


Dalam menciptakan efisiensi terhadap sumber daya yang terbatas seorang
akuntan harus mengukur kinerja secara akurat, wajar dan tepat waktu, agar
para manajer dan perusahaan mampu menarik modal investasi. Sebagai contoh
informasi keuangan yang relevan dan dapat di percaya memungkinkan
investor dan kreditor membandingkan laba setiap aktiva yang di miliki
perusahaan – perusahaan. Karena para pemakai tersebut dapat menilai

12
pengembalian serta resiko relative yang berhubungan dengan peluang
investasi , maka dapat menyalurkan sumber daya secara efektif.
Proses alokasi modal yang efektif sangat penting bagi kesehatan sebuah
perekonomian, merangsang produktivitas, mendorong inovasi, dan
menyediakan pasar securitas serta pasar kredit yang efisien dan liquid untuk
membeli serta menjual sekuritas dan memperoleh serta menjamin pinjaman.
Informasi yang tidak dapat di andalkan dan tidak relevan akan menimbulkan
alokasi modal yang buruk, yang selanjutnya akan berdampak negative
terhadap pasar.

2.7 Struktur Modal


Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal
asing dengan modal sendiri. Modal asing dalam hal ini adalah utang jangka
panjang maupun jangka pendek. Sedangkan modal sendiri terbagi atas laba
ditahan dan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan
harga saham. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan
perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang memengaruhinya. Struktur
modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena baik
buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi
finansial perusahaan, terutama dengan adanya utang yang sangat besar akan
memberikan beban kepada perusahaan.
Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber-sumber
dana permanen yang digunakan perusahaan untuk operasionalnya yang akan
memaksimalkan nilai perusahaan itu sendiri. Pencarian struktur modal yang
optimal merupakan pekerjaan yang sangat sulit, karena adanya konflik yang
mengarah kepada biaya agensi. Konflik lama terjadi antara pemegang saham
dan pemegang obligasi dalam penetapan struktur modal optimal suatu
perusahaan. Maka untuk mengurangi kemungkinan manajemen menanggung

13
risiko berlebihan atas nama pemegang saham, perlu memasukkan beberapa
batasan protektif.
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi Struktur Modal antara lain.
1. Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya
tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya
dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat
pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari
aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana
dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva
terhadap struktur modal suatu perusahaan.
2. Growth Opportunity
Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang
menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif
antara growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan
dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan
kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil.
Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di mana perusahaan dalam
ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam
menjalankan usahanya.
4. Profitabilitas
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana
internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas
rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan
berinvestasi menggunakan utang yang relatif kecil (Bringham & Houston,
2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk

14
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan
pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif
terhadap leverage perusahaan.

2.8 Struktur Financial


Struktur Finansial adalah yang menunjukkan bagaimana aktiva-aktiva
perusahaan dibelanjai, yaitu menyangkut semua sumber pembelanjaan, yang
tercermin dalam keseluruhan pasiva neraca (keseluruhan modal sendiri).
Struktur finansial pada hakikatnya menunjukkan pula perimbangan absolut
dan relatif antara keseluruhan modal asing (Jangka pendek dan panjang
dengan jumlah modal sendiri.
Perbandingan atau pertimbangan baik dalam arti absolut dan relatif antara
jumlah modal asing dengan modal sendiri.
1. Struktur Finansil vertical : Aturan yang menetapkan bahwa dalam keadaan
bagaimana jumlah modal asing tersebut ( hutang lancar dan hutang jangka
panjang) tidak boleh besar dari modal sendiri.
2. Struktur finansiil horizontal : Aturan yang menetapkan bahwa jumlah
aktiva tetap ditambah persediaan bersih harus sepenuhnya dibelanjakan
dengan modal sendiri,jadi jumlah modal sendiri itu harus lebih besar dari
pada jumlah aktiva tetap ditambah persediaan besi (persediaan kas
minimal) yang harus ada diperusahaan untuk menjaga kontinuitas
perusahaan).

2.9 Struktur Keuangan


Struktur keuangan adalah cara bagaiman perusahaan membiayai
aktivanya. Struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah pembiayaan
permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal

15
pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham (equity = E) terdiri
dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba
ditahan. Nilai pasar saham biasa (S) adalah harga persaham dikalikan jumlah
saham yang masih belum lunas. Bila perusahaan memiliki saham preferen (P),
maka saham tersebut akan ditambahkan kepada modal pemegang saham dan
kedua saham itu (yaitu saham bursa dan saham preferen) akan disebut
kekayaan bersih (net worth) perusahaan.
1. Konsep Leverage
Faktor leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang (debt =
D) terhadap total aktiva ( total assets = TA ) dalam terminologo nilai buku
atau hutang dari nilai pasar (B) terhadap nilai total (V) dari suatu
perusahaan dalam terminology nilai pasar.
2. Leverage dan risiko keuangan
Pembayaran bunga dan pokok pinjaman merupakan kewajiban
perusahaan yang harus di bayar sebelum sisa keuntungan (setelah pajak–
pajak) tersedia untuk para pemegang saham. Tidak ada bedanya apakah
resiko diukur sebagai tingkat leverage keuangan (DFL), deviasi standar
dari hasil pengembalian atas ekuitas (resiko sistematis). Saat leverage
keuangan meningkat, ceteris paribus, demikian juga dengan resiko.
3. Leverage keuangan dan resiko ekuitas
Perusahaan dapat mengubah struktur keuangannya dengan
menerbitkan pinjaman dan menggunakan hasilnya untuk membeli kembali
ekuitas. Manuver ini mengubah rasio pinjaman dan ekuitas tanpa
mengubah total aktiva atau pendapatan perusahaan sebelum bunga dan
pajak (EBIT). Akan tetapi, sesungguhnya maneuver itu memiliki dampak
yang besar atas hasil pengembalian ekuitas. Tingkat leverage keuangan
ialah suatu ukuran titik elastisitas yang diartikan sebagai rasio presentase
perubahan dalam laba bersih dibagi dengan persentase perubahan dalam
laba sebelum bunga dan pajak.

16
4. Leverage keuangan dan operasi
Leverage operasi ialah cara untuk mengukur resiko usaha dari suatu
perusahaan. Leverage operasi menyebabkan perubahan dalam volume
penjualan untuk memiliki pengaruh yang meningkat atas EBIT. Jika
perusahaan menggunakan jumlah yang dapat dipertimbangkan untuk baik
leverage operasi dan leverage keuangan, bahkan perubahan yang kecil
dalam tingkat penjualan akan menghasilkan fluktuasi yang lebar dalam NI,
ROE, dan EPS.

2.10 Liquiditas/Solvabilitas
1. Likuiditas
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera
harus dipenuhi. “Kemampuan membayar” baru terdapat pada perusahaan
apabila “kekuatan membayar”-nya adalah demikian besarnya sehingga
dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus
dipenuhi.
Dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”, dan sebaliknya
yang tidak mempunyai “kemampuan membayar” adalah “likuid”. Apabila
kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada
pihak luar (kreditur) dinamakan “likuiditas badan usaha”.
Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan
kewajiban finansiil untuk menyelenggarakan proses produksi, maka
dinamakan “likuiditas perusahaan”. Untuk mendapatkan kepastian yang
lebih besar seringlah kita mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan,
selain dengan cara current ratio ialah dilengkapi dengan menggunakan
“quick ratio” atau “acid test ratio” sebagai alat pengukurnya. Current ratio
adalah angka perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
2. Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila sekiranya

17
perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan. Dalam hubungan antara
likuiditas dan solvabilitas ada empat kemungkinan yang dapat dialami
oleh perusahaan, yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable
b. Perusahaan yang likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel tetapi illikuid
d. Perusahaan insolvabel dan illikuid
Cara lain dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas ialah dengan
membandingkan modal sendiri (network) yang ini merupakan kelebihan
nilai (excess value) dari aktiva di atas utang di satu pihak dengan jumlah
utang di lain pihak. Solvabilitas itu adalah angka perbandingan antara
jumlah aktiva dengan jumlah utang, maka setiap penambahan jumlah
utang akan menurunkan tingkat solvabilitasnya. Tingkat solvabilitas dapat
dipertinggi sebagai berikut :
a. Menambah aktiva tanpa menambah utang atau menambah aktiva
relatif lebih besar daripada tambahan utang.
b. Mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi utang
relatif lebih besar daripada berkurangnya aktiva.

2.11 Profitabilitas
Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran
dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka
profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah
pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai
profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit)
dari pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan
dasar pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk
memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari

18
kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan
yang harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan
biasanya dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba
investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk
menilai kemampuan perusahaan membayar utang kepada kreditur berdasarkan
tingkat pemakaian aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat
efisiensi perusahaan.
Efektivitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari laba yang dihasilkan
terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur unsur
laporan keuangan. Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan
semakin baik berdasarkan rasio profitabilitas. Nilai yang tinggi
melambangkan tingkat laba dan efisiensi perusahaan tinggi yang bisa dilihat
dari tingkat pendapatan dan arus kas. Rasio-rasio profitabilitas memaparkan
informasi yang pentingkan daripada rasio periode sebelumnya dan rasio
pencapaian pesaing.
Dengan demikian, analisis tren industri dibutuhkan untuk menarik
kesimpulan yang berguna tentang tingkat laba (profitabilitas) sebuah
perusahaan. Rasio profitabilitas mengungkapkan hasil akhir dari seluruh
kebijakan keuangan dan keputusan operasional yang dilakukan oleh
manajemen suatu perusahaan di mana sistem pencatatan kas kecil juga
berpengaruh.

19
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. Sejarah Singkat PT Nissin Biscuit Indonesia
PT Nissin Biscuit Indonesia mengawali produksi komersial pertama
pada Januari 1977. Diatas lahan seluas kurang lebih 8 Ha. Produk pertama
yang dihasilkan adalah Butter Coconut, Frychip, Madu, Aynako, Longer
Stick. Seiring dengan perjalanannya, PT Nissin Biscuit Indonesia telah
memproduksi beberapa jenis dan beragam biscuits, cookies, crackers,
snacks, wafers dalam bagian merk terkemuka seperti nissin, Khong Guan,
Monde, Walens dan Nitto.
Dalam menghadapi persaingan di industri makanan yang semakin
ketat, PT Nissin Biscuit Indonesia selalu bertekad untuk memenangkan
persaingan dengan menyajikan produk berkualitas melalui inovasi yang
selalu berkelanjutan. Inovasi yang dilakukan oleh nissin meliputi jenis
produk, mesin, sistem/proses dan kemasan.
PT Nissin Biscuit Indonesia memiliki lebih dari 700 karyawan yang
terlatih sehingga turut mendukung kualitas produk yang dihasilkan.
Dengan dukungan inovasi, sumberdaya manusia dan tegnologi, sampai
dengan saat ini, PT Nissin Biscuit Indonesia terus berkembang dan
berhasil memproduksi berbagai merk biscuit yang telah menjadi
pemimpin pasar.
2. Visi dan Misi PT Nissin Biscuit Indonesia meliputi:
Visi PT Nissin : Bertekad menjadi produsen biscuit terbaik di
Indonesia.
Misi PT Nissin : Memproduksi biscuit yang bergizi tinggi, higienis,
inovatif dan berkualitas dengan cita rasa tinggi serta terjamin mutunya
kepada pelanggan dengan cara terbaik yang dikembangkan oleh SDM
yang unggul dengan tegnologi modern. Lokasi PT Nissin Biscuit
Indonesia di Jl. Raya Semarang Salatiga Km. 23 Ungaran.

20
Quality Commitment: PT Nissin menyadari bahwa dengan
memproduksi produk yang berkualitas dan bergizi, maka Nissin turut
memberikan kontribusinya untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa.
Karena itu, pengawasan mutu produk menjadi salah satu prioritas utama.
Standar mutu yang diterapkan oleh Nissin mencakup penggunaan
bahan baku pilihan dan penggunaan teknologi canggih dalam proses
produksi serta penerapan CPMB (Cara Produksi Makanan yang Baik),
GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Saritation Standard
Operating Produce), dan HACCP (Hazard Analytical Critical Control
Point), Standar mutu ISO 2200:2005 untuk kualitas dan keamanan produk
juga telah diterapkan dengan proses produksi disertai dengan Sertifikat
Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebuah bukti bahwa semua
produk Nissin telah memenuhi kaidah halal & aman dikonsumsi.
Semua standar kualitas dan keamanan yang diterapkan oleh Nissin
telah memantapkan posisi Nissin sebagai pemimpin pasar dalam industri
makanan terutama biscuit di Indonesia.
3. Struktur Organisasi PT Nissin Biscuit Indonesia

General
Manager

Manager

Manager Manager Manager Manager Manager


Produksi Teknik Personalia Pembelian Pemasaran

Supervisor Supervisor

Sales

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi PT Nissin Biscuit Indonesia


Keterangan (deskripsi kerja) :

21
a. General Manager
Sebagai pimpinan tertinggi dan penanggung jawab umum.
Tugasnya mengelola kegiatan yang ada di PT Nissin Biscuit Ungaran
dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan.
b. Manager
Tugasnya sama dengan general manager yaitu melakukan
fungsi-fungsi manajemen, selain itu juga menentukan kebijakan
dengan persetujuan General Manager.
c. Manager Produksi
Tugas manager produksi adalah hal-hal yang berkaitan dengan
proses dan hasil produksi, antara lain :
1. Merencanakan besarnya volume produksi.
2. Bertanggung jawab atas jalannya proses produksi secara
keseluruhan.
3. Bertanggung jawab atas hasil produksi yang dihasilkan, baik
kualitas maupun kuantitas.
4. Mempelajari kemungkinan-kemungkinan pengembangan
produk baru.
5. Mengkoordinir dan memimpin bagian produksi untuk membuat
rencana produk dan pelaksanaan serta pengadaan bahan baku
dan bahan penolong.
6. Melakukan fungsi-fungsi perencanaan dan pengendalian
kualitas produk.
d. Manager Teknik
Tugasnya mengawasi penggunaan mesin-mesin dalam proses
produksi supaya selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
e. Manager Personalia
Tugasnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan karyawan
antara lain mengkoordinir, mengawasi, dan mengarahkan, serta
memimpin tenaga kerja, mengadakan pelatihan untuk karyawan,

22
melaksanakan program pengupahan dan kesejahteraan karyawan,
merencanakan promosi yang tepat untuk perusahaan, dan melakukan
pengadaan/penarikan karyawan.
f. Manager Pembelian
Tugasnya adalah menentukan kualitas bahan baku yang
digunakan perusahaan, merencanakan kebutuhan bahan yang akan
datang, serta melaksanakan pembelian bahan-bahan yang dibutuhkan
perusahaan.
g. Manager Pemasaran
1. Mempelajari potensi dan situasi daerah pemasaran.
2. Mengadakan hubungan dengan pembeli/calon pembeli.
3. Menentukan target penjualan dan merealisasikannya.
4. Menentukan target penjualan dan pemasaran.
5. Melaporkan kegiatan pada General Manager.
h. Supervisor
Bertugas mengawasi jalannya proses produksi yang dilakukan
oleh buruh pabrik.
i. Sales
1. Menawarkan produk kepada pembeli.
2. Bertugas meminta barang di gudang.
3. Membuat laporan stock dan laporan penjualan.
4. Mengirimkan barang yang sudah dipesan.
5. Mengambil barang cacat yang diretur.
4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia PT Nissin Biscuit Indonesia
Sebuah perusahaan baik itu manufaktur maupun jasa tentu
membutuhkan Sumber Daya Manusia di dalam prosesnya. Meskipun PT
Nissin Biscuit Indonesia sudah banyak menggunakan tenaga mesin
modern didalam produksi, mereka tetap membutuhkan karyawan sebagai
operator dari mesin-mesin tersebut. Jumlah karyawan PT Nissin sebanyak
700 karyawan, jumlah tersebut akan bertambah saat menjelang lebaran

23
yaitu 4 bulan sebelum lebaran sekitar 200 karyawan per divisi
dikarenakan banyaknya permintaan produk biskuit untuk lebaran.
Jam setiap karyawan berbeda-beda untuk bagiannya. Bagian office
bekerja dalam satu shift. Bagian pemasaran (outlet) maupun café terbagi
menjadi 2 shift yaitu shift satu dan shift 2. Dan untuk bagian produksi
dibagi menjadi 3 shift. Adapun rincian untuk shift pertama adalah jam
07.00 sampai dengan 14.00. sistem istirahat yang diterapkan adalah
system istirahat di akhir jam. Jadi dari jam 07.00 sampai dengan 14.00
karyawan bekerja full time dan istirahat sampai dengan jam 15.00
kemudian ganti shift kedua dan seterusnya. Jam kerja standar yang
diterapkan di PT Nissin Biscuit Indonesia adalah 7 jam kerja dan 1 jam
istirahat.
5. Pengelolaan Produksi PT Nissin Biscuit Indonesia
Keterangan :
a. Pencampuran (Mixing)
b. Penggilingan
c. Pemotongan dan Pencetakan (Cutting)
d. Inspeksi 1
e. Pematangan (Oven)
f. Packaging
g. Penggulungan
h. Percetakan
i. Inspeksi 2
Keterangan Inspeksi yang dilakukan :
Inspeksi 1 : dilakukan untuk pengawasan kinerja mesin yang
digunakan dalam pemotongan roti sehingga mencapai ketebalan seperti
yang diinginkan. Pengawasan ini dilakukan karena terkadang program
yang telah diatur dalam komputer mesin pemotongan berubah dengan
sendirinya. Misalkan pada mesin telah diatur pengaturan pemotongan
ketebalan adonan adalah 13,5 mm, tetapi terkadang setelah beberapa
waktu. Pengaturan ketebalan pada mesin bisa berubah dengan sendirinya

24
menjadi 12,5 mm. Perbedaan yang mungkin hanya 1 mm itu memang
sekilas terlihat sepele, namun dalam produksi roti mempunyai efek yang
besar antara lain dengan perbedaan ketebalan seperti yang telah
direncanakan, maka dapat membuat roti patah sebelum dikemas. Masalah
kinerja mesin ini disebabkan karena berbagai faktor antara lain arus listrik
yang naik turun dan usia mesin itu sendiri yang sudah tua, sehingga untuk
mengatasinya setiap kurang lebih 15 menit sekali dilakukan pengawasan
/pemeriksaan ulang pada mesin untuk memastikan program pengaturan
pemotongan ketebalan roti tidak berubah. Demikian juga halnya dengan
pengawasan yang dilakukan pada mesin pencetakan roti. Mesin
pencetakan roti harus diperiksa apakah dalam melakukan pencetakan
bahan sudah sesuai dengan yang diinginkan. Karena terkadang dari satu
set mesin pencetak itu ada yang tidak berfungsi sehingga ada adonan yang
belum dipotong dan itu berarti membuang adonan dan pemborosan
efisiensi mesin.
Inspeksi 2 : Dilakukan untuk mengawasi dan memeriksa apakah
pembumbuan yang dilakukan telah terlaksana dengan benar sehingga
aroma dan rasa roti sesuai dengan standar produk yang ditetapkan oleh
perusahaan. Pengawasan juga mencakup quality roti crispy crackers, yaitu
memastikan bahwa roti akan dikemas dalam kondisi baik, tidak patah, dan
pembumbuan yang dilakukan telah terlaksana dengan benar.
PT. Nissin Biscuit dalam memproduksi produk rotinya secara
keseluruhan sangat memperhatikan kualitas yang terdapat dalam
produknya seperti rasa dan aroma roti harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan, roti yang dijual pada konsumen tidak patah atau rusak, dan
roti yang selesai diproduksi harus dalam keadaan renyah. Pengendalian
kualitas yang diterapkan PT Nissin Biscuit sekarang ini masih
menggunakan metode konvensional, artinya hanya ada pengawas atau
mandor yang tugasnya hanya mengawasi proses produksi para pekerja
agar bekerja dengan penuh kedisiplinan. Tidak ada / belum ada metode
pengendalian kualitas yang modern yang diterapkan di perusahaan ini.

25
Hal ini sebenarnya sangat ironi mengingat PT. Nissin Biscuit merupakan
perusahaan yang sangat besar dan telah merambah pangsa pasar hampir di
seluruh Indonesia dan bahkan hampir merambah pangsa Internasional.
Penyebab hal ini mungkin saja adalah jumlah kerugian akibat adanya
produk cacat yang terjadi di perusahaan ini bila dihitung secara finansial
masih kalah dari jumlah laba yang dihasilkan dari penjualan produknya.
Dalam PT. Nissin Biscuit sendiri tidak / belum ada seorangpun yang
tugasnya mengurusi masalah kualitas produk (termasuk didalamnya
masalah produk cacat yang begitu banyak). Manager produksi pun hanya
mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi proses produksi secara
keseluruhan dan memberi laporan secara terperinci tentang hasil produksi
secara harian, kuantitas (dalam kilogram) produk yang dibuang / rusak,
dan mengurusi masalah kinerja dan perawatan mesin produksi.
Gambar 2. Alur proses produksi crispy cracker

1 2 3 4

Keterangan : (alur proses produksi ini terjadi dalam 1 ruangan)


1. Mesin mixing section
2. Mesin cutting section
3. Mesin backing section
4. Packing section
Semua alat atau mesin di atas bekerja menurut urutan yang pasti dan
dengan tempo waktu yang konstan menurut ban convenyor yang berjalan.
Ban convenyor ini menghantarkan adonan yang sudah jadi di section 1
menuju ke section 2. Setelah dicetak berupa lembaran tipis, adonan
tersebut dipotong-potong dan dihantarkan dengan convenyor menuju ke
section 3. Di section 3 ini, potongan adonan tersebut dipanggang hingga
menjadi roti yang matang kemudian diantarkan untuk masuk ke section 4.

26
Di section 4 ini roti-roti tersebut ditata dan di-packing menurut ukuran
spesifikasi produknya.
6. Pengelolaan Produksi PT Nissin Biscuit Indonesia
Keterangan :
a. Pencampuran (Mixing)
b. Penggilingan
c. Pemotongan dan Pencetakan (Cutting)
d. Inspeksi 1
e. Pematangan (Oven)
f. Packaging
g. Penggulungan
h. Percetakan
i. Inspeksi 2
Keterangan Inspeksi yang dilakukan :
Inspeksi 1 : dilakukan untuk pengawasan kinerja mesin yang
digunakan dalam pemotongan roti sehingga mencapai ketebalan seperti
yang diinginkan. Pengawasan ini dilakukan karena terkadang program
yang telah diatur dalam komputer mesin pemotongan berubah dengan
sendirinya. Misalkan pada mesin telah diatur pengaturan pemotongan
ketebalan adonan adalah 13,5 mm, tetapi terkadang setelah beberapa
waktu. Pengaturan ketebalan pada mesin bisa berubah dengan sendirinya
menjadi 12,5 mm. Perbedaan yang mungkin hanya 1 mm itu memang
sekilas terlihat sepele, namun dalam produksi roti mempunyai efek yang
besar antara lain dengan perbedaan ketebalan seperti yang telah
direncanakan, maka dapat membuat roti patah sebelum dikemas. Masalah
kinerja mesin ini disebabkan karena berbagai faktor antara lain arus listrik
yang naik turun dan usia mesin itu sendiri yang sudah tua, sehingga untuk
mengatasinya setiap kurang lebih 15 menit sekali dilakukan pengawasan
/pemeriksaan ulang pada mesin untuk memastikan program pengaturan
pemotongan ketebalan roti tidak berubah. Demikian juga halnya dengan
pengawasan yang dilakukan pada mesin pencetakan roti. Mesin

27
pencetakan roti harus diperiksa apakah dalam melakukan pencetakan
bahan sudah sesuai dengan yang diinginkan. Karena terkadang dari satu
set mesin pencetak itu ada yang tidak berfungsi sehingga ada adonan yang
belum dipotong dan itu berarti membuang adonan dan pemborosan
efisiensi mesin.
Inspeksi 2 : Dilakukan untuk mengawasi dan memeriksa apakah
pembumbuan yang dilakukan telah terlaksana dengan benar sehingga
aroma dan rasa roti sesuai dengan standar produk yang ditetapkan oleh
perusahaan. Pengawasan juga mencakup quality roti crispy crackers, yaitu
memastikan bahwa roti akan dikemas dalam kondisi baik, tidak patah, dan
pembumbuan yang dilakukan telah terlaksana dengan benar.
PT. Nissin Biscuit dalam memproduksi produk rotinya secara
keseluruhan sangat memperhatikan kualitas yang terdapat dalam
produknya seperti rasa dan aroma roti harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan, roti yang dijual pada konsumen tidak patah atau rusak, dan
roti yang selesai diproduksi harus dalam keadaan renyah. Pengendalian
kualitas yang diterapkan PT Nissin Biscuit sekarang ini masih
menggunakan metode konvensional, artinya hanya ada pengawas atau
mandor yang tugasnya hanya mengawasi proses produksi para pekerja
agar bekerja dengan penuh kedisiplinan. Tidak ada / belum ada metode
pengendalian kualitas yang modern yang diterapkan di perusahaan ini.
Hal ini sebenarnya sangat ironi mengingat PT. Nissin Biscuit merupakan
perusahaan yang sangat besar dan telah merambah pangsa pasar hampir di
seluruh Indonesia dan bahkan hampir merambah pangsa Internasional.
Penyebab hal ini mungkin saja adalah jumlah kerugian akibat adanya
produk cacat yang terjadi di perusahaan ini bila dihitung secara finansial
masih kalah dari jumlah laba yang dihasilkan dari penjualan produknya.
Dalam PT. Nissin Biscuit sendiri tidak / belum ada seorangpun yang
tugasnya mengurusi masalah kualitas produk (termasuk didalamnya
masalah produk cacat yang begitu banyak). Manager produksi pun hanya
mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi proses produksi secara

28
keseluruhan dan memberi laporan secara terperinci tentang hasil produksi
secara harian, kuantitas (dalam kilogram) produk yang dibuang / rusak,
dan mengurusi masalah kinerja dan perawatan mesin produksi.
Gambar 3. Alur proses produksi crispy cracker

1 2 3 4

Keterangan : (alur proses produksi ini terjadi dalam 1 ruangan)


5. Mesin mixing section
6. Mesin cutting section
7. Mesin backing section
8. Packing section
Semua alat atau mesin di atas bekerja menurut urutan yang pasti dan
dengan tempo waktu yang konstan menurut ban convenyor yang berjalan.
Ban convenyor ini menghantarkan adonan yang sudah jadi di section 1
menuju ke section 2. Setelah dicetak berupa lembaran tipis, adonan
tersebut dipotong-potong dan dihantarkan dengan convenyor menuju ke
section 3. Di section 3 ini, potongan adonan tersebut dipanggang hingga
menjadi roti yang matang kemudian diantarkan untuk masuk ke section 4.
Di section 4 ini roti-roti tersebut ditata dan di-packing menurut ukuran
spesifikasi produknya.

3.2 Pembahasan

2. Analisis strength,weakness,opportunity,and threath (SWOT) produk pt.


Nissin Indonesia
Produk-produk PT. Nissin mengelola tak kurang dari 400 varian produk,
mencakup berbagai jenis biskuit, mulai dari cream crackers, hard biscuit, wafer,

29
hinggacookies. Secara garis besar, produk-produknya disasarkan untuk tiga
segmen usia, yakni anak-anak, remaja dan dewasa. Untuk segmen anak-anak,
ragam produk yang dipasarkan misalnya snack noodle Mimi, L.A. Bear, Choco
Bear, Big Royal Wafer, Mini Stick, Togo, dan lain-lain. Lalu, untuk kalangan
remaja ada Blitz, Milk Marie, Togo Fit, Oishii, Togo Bar, Big Royal Coating, dan
lain-lain. Sementara buat kalangan dewasa, disediakan pilihan seperti Cream
Crackers, Malkist Crackers, Marie Special, OPP Red, Red PT. Nissin, Butter
Cookies, wafer, dan sebagainya.
Selama ini memang banyak yang menilai produk-produk PT. Nissin itu-itu
saja. Stagnan dan tak ada inovasi produk baru. Maklum, ini lantaran kebanyakan
konsumen melihat produk PT. Nissin kaleng merah (assorted biscuit) yang sejak
dulu tak pernah diubah kemasannya.Bila yang dilihat hanya produk ini, tentu tak
betul karena kemasan kaleng ini sengaja biarkan karena konsumennya masih
banyak. Permintaan tetap bagus,tapi selain itu di tawarkan produk-produk lain
yang lebih inovatif.
Di PT. Nissin terdapat tiga merek utama yang selama ini ditawarkan ke
konsumen dan menyasar segmen yang berbeda-beda. Yakni, merek PT. Nissin
sendiri, Nissin, dan Monde. PT. Nissin kami sasarkan buat menengah-bawah,
Nissin buat kalangan menengah, sedangkan Monde untuk menengah-atas. Jadi
semua di garap,namun kebanyakan orang tahunya hanya PT. Nissin,dalam hal ini
PT. Nissin membagi segmen pasar berdasarkan psikografis konsumen.
Masing-masing segmen, punya kualifikasi dan desain kemasan produk yang
berbeda. Semakin ke atas kelas yang dituju, kemasan makin bagus. Kemasan
Monde Butter Cookies misalnya berupa kaleng yang cukup bagus.
Yang jelas, dengan banyaknya produk yang ditawarkan, konsumen lebih
leluasa memilih yang paling pas buat mereka, terutama dari sisi harga. Contohnya,
untuk kelas menengah- bawah, diwakili produk-produk seperti assorted biscuit,
sedangkan menengah-atas direpresentasikan oleh Butter Cookies Monde.
Dalam salah satu tempat produksi PT. Nissin langsung terdapat jasa
berupa toko atau cafe yang menjual produknya. Produk-produk tersebut menjadi

30
oleh-oleh karena masih fres,bagi mereka yang berkunjung sekaligus membeli
langsung

EKSTERNAL OPPORTUNITY THREAT


INTERNAL
STRENGHT Produk biskuit yang sudah Tingkat persaingan di pasar
sedemikian memasyarakat. biskuit makin ketat. Kini, total
Dari sisi penguasaan pasar, tak kurang dari 200 produsen
masih market leader biskuit yang bertarung di
Jaringan distribusi PT. Nissin Indonesia.Mereka merupakan
cukup kuat. Hampir di tiap pemain besar,PT Mayora Indah
pelosok daerah di Indonesia (Roma), PT Multi Food
paling merata hingga ke desa- (Sulawesi Utara), PT United
desa.produk PT. Nissin. Di Baru Biscuit (Sidoarjo), Grup
mancanegara jaringan jg Orang Tua/ABC (Tango),
distribusinya cukup kuat karena Arnott's, PT Helios Food (Good
PT. Nissin sengaja tak menunjuk Time).Danone, yang makin rajin
satu atau dua distributor besar mendekati konsumen Indonesia
skala nasional, tapi lebih dengan berbagai produk baru
memilih menggandeng (Biskuat, dan lainnya) dan
distributor sebanyak-banyaknya. promosinya. memicu dinamika
Biasanya tiap provinsi kami industri biskuit sehingga makin
angkat satu distributor. kompetitif dan memaksa pemain
Kemudian mereka kami lama untuk aktif.
bolehkan untuk PT. Nissin sebagai bagian dari
mensubdistribusikan ke mitra- penguasa pasar jelas mendapat
mitra di wilayahnya, keunggulan ancaman serius.
PT. Nissin juga terlihat dari
kelengkapan produk yang
ditawarkan sekitar 400 varian
Produk dijual dalam

31
keadaan fresh dan harga
terjangkau,umur kedaluwarsa
produk biskuit sekitar setahun.
WEAKNESS Dari sisi promosi, sebenarnya pemasaran modern belum
PT. Nissin tak lebih agresif atau diterapkan sama sekali, seperti
lebih baik dibanding pemain konsep-konsepexperiential
lain.Selama ini promosi PT. marketing. Itu (membuatnya)
Nissin,bisa dikatakan relatif cukup rentan terhadap
minimal. Jauh kalah agresif serangan, Gaya manajemen
dibanding pemain lain. mereka baru pada tahap
merespons pasar. Setelah sekian
lama stabil, baru sekarang
merasakan ada gejolak pasar.
Selama ini mereka cukup
percaya diri dengan kekuatan
mereknya,

32
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Srategi untuk menguasai pasar yang diterapkan oleh PT. Nissin sehingga
dapat tetap bertahan dan diperhitungkan eksistensinya sampai sekarang,
adalah PT. Nissin menyadari bahwa dengan memproduksi produk yang
berkualitas dan bergizi, maka PT. Nissin turut memberikan kontribusinya
untuk meningkatkan kualitas bangsa. Karena itu, pengawasan mutu produk
menjadi salah satu prioritas utama.
Standar mutu yang diterapkan oleh PT.Nissin mencakup bahan baku
pilihan dan penggunaan teknologi canggih dalam proses produksi serta
penerapan CPMB (Cara Produksi Makanan yang Baik), GMP (Good
Manufacturing Parctice), SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure)
dan HACCP (Hazard Analytical Control Point). Standar mutu ISO 2200:2005
untuk kualitas dan keamanan produk juga telah diterapkan dalam proses
produksi disertai dengan Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
Sebuah bukti bahwa semua produk PT.Nissin telah memenuhi kaidah
halal dan aman dikonsumsi. Yaitu bahwa semua standar kualitas dan
keamanan yang diterapkan oleh PT.Nissin telah memantapkan posisi
PT.Nissin sebagai pemimpin pasar dalam industri makanan terutama biskuit
di Indonesia.

4.2 Saran
Agar PT. Nissin selain terus berinovasi, baik dari segi taste (rasa)
maupun penampilan produk (kemasan), juga mulai menggarap serius kegiatan
komunikasi pemasaran. "Jangan merasa puas dengan kondisi sekarang."

33
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P . 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT


Bumi Aksara

Ndraha. 2004. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta

Flippo. 2004. Dasar-dasar manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta.

Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


BPFE. Yogyakarta.

Handoko, T. Hani. 2007. Manajemen. BPFE dan LMP2M. Yogyakarta.

http://id. wikipedia. org/wiki/sistem_manajemen_sumber_daya_manusia.

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-strategi-tepat-untuk-pengembangan-sdm-
dalam-perusahaan/

http://eprints.walisongo.ac.id/6548/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.polsri.ac.id/2484/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.umm.ac.id/35398/3/jiptummpp-gdl-putrifauzi-49891-3-babii.pdf

http://eprints.polsri.ac.id/788/3/BAB%20II.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/14225/4/Bab%202.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45824/Chapter%20II.pdf?
sequence=4

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59690/Chapter%20II.pdf?
sequence=4

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50441/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://digilib.unila.ac.id/5538/14/BAB%20II.pdf

i
34

Anda mungkin juga menyukai