Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL

BLOK BUDAYA ILMIAH SKENARIO I

SKENARIO 1

KELOMPOK XIII (B3)

AISYAH FARAH PUTRI G0016014


AZZAHRA KHOIRUNNISA G0016036
BERLIANA KUNTO F. G0016042
CACUK AWANG MAHENDRA G0016048
HAFIIDH ILHAM KHARIS G0016098
HANIINA FATHIMIYYAH G0016102
KHOLIFATUL AZIZAH G0016128
MARIZQA ASSYYFA G0016144
M. REYHAN PRATAMA G0016156
RAHMANIA CHANDRA S. G0016178
SASKIA NANDATARI G0016198
VINDY VARANICA S.A G0016222

TUTOR : Dra. Sutartinah Sri H, MSi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO 1

Topik: Berpikir Kritis dan Penelusuran Pustaka Ilmiah

Salah satu media massa ibukota menurunkan tajuk berita berkenaan vaksin
palsu. Berita ini disebarkan dalam media cetak surat kabar dan artikel elektronik
di website. Sekelompok mahasiswa kedokteran tertarik mengomentari topik
kontroversi buah bibir tersebut.

“Jangan salahkan dokternya yg tidak tau itu barang palsu salahkan


distributornya yg sudah mengelabui doktr dgn vaksin palsu!”

Sub Skenario A

Fakultas kedokteran melatih dokter untuk belajar secara dewasa. Dokter


diajarkan untuk menjadi ahli pengobatan dan terapi. Kurikulum yang ditempuh
berdasarkan muatan standar kompetensi. Proses pendidikan dokter membiasakan
mahasiswa melakukan penelusuran pustaka berbagai jurnal agar menghindari
polusi informasi. Pembelajaran sebagai dokter membiasakan pengambilan
informasi bukan dari data mentah berupa testimonial dan asumsi. Dokter
dibiasakan membuat argumentasi dari premise disusun berdasarkan derajat
kekuatan bukti terbaik dan menghindari plagiarisme. Walaupun demikian, Dokter
secara manusiawi memiliki keterbatasan dalam analisis dan sintesis dinamika
permasalahan yang dialami. Dokter tidak memiliki kemampuan untuk mengenali
keaslian obat. Dokter menjadi waspada dan mengenali bilamana ada protokol
yang disosialisasikan berkenaan obat atau vaksin yang dipalsukan. Oknum dokter
bermasalah secara statistik sangat rendah. Jadi, profesi dokter jangan disalahkan
di depan publik namun kita perlu menunggu hasil penyelidikan yang lebih akurat
prosedur pembuktian terhadap vaksin palsu.
BAB II

DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah


dalam skenario.
Dalam skenario kali ini, kami mengklarifikasi istilah-istilah berikut
ini:
1. Testimonial
Bentuk pengakuan atas sebuah fakta (kesaksian).
2. Protokol
Surat resmi hasil persetujuan, prosedur resmi.
3. Plagiarisme
Penjiplakan yang melanggar hak cipta.
4. Premis
Apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan atau dasar
pemikiran
5. Analisis
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan, perbuatan dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
6. Penulusuran pustaka
Langkah untuk menemukan refrensi yang valid.
7. Sintesis
Paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan
yang selaras.
B. Langkah II: Menetukan masalah
Masalah yang terdapat pada skenario I adalah :
1. Apa itu belajar secara dewasa?
2. Bagaimana menghindari polusi informasi?
3. Bagaimana melakukan penulusuran pustaka?
4. Apa itu polusi informasi?
5. Bagaimana cara memilih jurnal?
6. Mengapa dalam masalah ini seolah hanya dokter yang disalahkan?
7. Apakah dokter harus bisa mengenali keaslian obat?
8. Bagaimana derajat kekuatan yang baik?
9. Siapa yang patut diselidiki?
10. Apa itu vaksin?
11. Apa hubungan kasus vaksin palsu dengan budaya ilmiah?
12. Mengapa analisis dan sintesis sangat diperlukan ?
13. Mengapa vaksin palsu sangat meresahkan? Bagaimana dampaknya?
14. Bagaimana dokter menyikapi masalah ini?
15. Bagaimana cara berprikir kritis untuk menangani masalah?
16. Bagaimana cara menghindari plagiarisme?
C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan
sementara terhadap permasalahan (langkah II)
1. Vaksin
a. Apa itu vaksinasi?
b. Mengapa vaksin palsu sangat meresahkan? Dan apa dampaknya?
2. Sikap budaya ilmiah
a. Apa itu belajar secara dewasa?
b. Apa hubungan vaksin palsu dengan budaya ilmiah?
c. Bagaimana cara berpikir kritis untuk menangani masalah vaksin
palsu?
3. Polusi informasi dan plagiarisme
a. Apa itu polusi informasi?
b. Bagaimana menghindari polusi informasi?
c. Bagaimana menghindari plagiarisme?
4. Penulusuran pustaka
a. Bagaimana cara melakukan penelusuran pustaka?
b. Bagaimana cara memilih jurnal?
c. Bagaimana derajat kekuatan yang baik?
5. Keterlibatan dokter dengan pemasalahan
a. Mengapa dalam kasus ini seolah hanya dokter yang disalahkan?
b. Apakah dokter harus bisa mengenali keaslian obat?
c. Bagaimana peran dokter untuk menangani masalah ini?
6. Penanganan
a. Siapa yang patut diselidiki dalam permasalahan ini?
b. Mengapa analisis dan sintesis sangat diperlukan ?

Vaksin adalah bibit penyakit yang dilemahkan, lalu disuntikkan ke


dalam tubuh manusia untuk memicu pembentukan anti bodi. Vaksin
palsu sangat meresahkan karena berdasarkan fungsinya, vaksin
digunakan untuk memicu pembentukan antibodi terhadap suatu
penyakit. Jika vaksin yang diberikan adalah vaksin palsu maka
antibodi tidak terbentuk, sehingga anak-anak mudah terserang penyakit
dan merusak generasi penerus bangsa.

Belajar dewasa adalah cara belajar orang dewasa, tanpa disuruh,


kesadaran sendiri. Dan merasa butuh akan belajar. Hubungan masalah
vaksin palsu dengan budaya ilmiah adalah budaya ilmiah yang
didalamnya terkandung metode ilmiah diperlukan untuk
menginvestigasi masalah ini karena vaksin palsu adalah permasalahan
sosial yang harus dituntaskan samapai ke akarnya. Penerapan berpikir
kritis dalam menangani masalah ini adalah dengan menganalisa dan
menyusun orang ang harus bertanggung jawab, asal vaksin palsu.

Polusi informasi adalah informasi yang bersifat tidak jelas asalnya


dan diragukan kebenarannya. Cara untuk menghindari polusi informasi
adalah dengan filterisasi setiap berita yang diterima dan setiap opini
positif dan negatif.

Cara melakukan penulusuran pustaka adalah menggunakan


keyword yang sesuai lalu mengambil data dari sumber yang valid
seperti jurnal ilmiah. Lalu untuk memilih jurnal pilih jurnal yang
berasal dari situs yang terpercaya seperti Scopus, Cochrane, Elshevier
dan mengambil jurnal paling lama lima tahun sebelumnya. Derajat
kekuatan yang baik berarti sudah dilakukannya penelitian atas fakta
yang dihasilkan dan diakui baik nasional dan internasional. Contoh
derajat kekuatan yang rendah adalah testimoni dan pandangan orang
yang paham terhadap sesuatu.
Dokter tidak perlu meneliti keaslian obat, karena masalah obat
ditangani oleh lembaga seperti bagian farmai dalam rumah sakit, tetapi
dokter peru mengetahui kegunaan obat tersebut. Dalam masalah ini
seolah hanya dokter tang tersorot karena dokter merupakan seorang
public figur, terdapat beberapa opini yang salah karena polus informasi
dan dokter adalah orang yang berhubungan langsung dengan pasien.
Peran dokter dalam menangani masalah vaksin palsu adalah dengan
mengambil info sebanyak-banayknya tentang vaksin, lalu memilahnya
dan melaporkan ke pihak berwajib bila terdapat keraguan terhadap
vaksin. Sehingga kasus vaksin palsu tidak terjadi lagi.

Dalam penanganan kasus ini, pihak yang harus diselidiki adalah


rumah sakit, distributor vaksin, dan dokter. Untuk menyimpulkan
pihak yang harus bertanggung jawab diperlukan analisis dan sintesis
yang bena terhadap info tersaangka sehingga masalah ini dapat
terselesaikan.

D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan


pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah III

Polusi informasi
Proses
Penyebab penyebaran
informasi
Plagiarisme

Kasus vaksin palsu

Sosialisasi Berpikir kritis

Pencegahan
Sikap budaya
Berpikir dewasa
ilmiah
Penelusuran
pustaka
EBM
Kolaborasi
Penanganan kasus
antarprofesi

Analisme sintesis
E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran (learning objectives) pada skenario ini adalah:
1. Menjelaskan penyebab kasus vaksin palsu
2. Menjelaskan proses penyebaran informasi
3. Menjelaskan polusi informasi
F. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru dengan belajar mandiri
Pengumpulan informasi telah dilakukan oleh masing-masing
anggota kelompok kami dengan menggunakan sumber referensi ilmiah
seperti buku, jurnal, review, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan
skenario ini.

G. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru


yang diperoleh
 Berfikir kritis berarti mencari kebenaran atas suatu informasi.
Berfikir kritis menerapkan konsep mental bersifat aktif dengan
kemampuan .Informasi yang didapatkan harus ditelaah dengan cara
berpikir skeptic sehat, lalu dilakukan pengujian atau penelitian atau
eksperimen dan pada akhirnya disimpulkan benar salahnya
informasi tersebut. Langkah-langkahnya adalah:
- Mengajukan pertanyaan
- Mengumpulkan informasi
- Mengambil kesimpulan
- Terbuka (open-mindness)
- Berkomunikasi secara efektif
- Mengevaluasi bukti atau asumsi atau logika atau fakta.
- Melakukan investigasi untuk mengeksplor situasi dan
kemudian melakukan penarikan kesimpulan.
- Berpikir secara mandiri untuk mencapai kualitas tertinggi
- Melakukan manajemen informasi
- Informasi apakah yang didapat?
- Apakah informasi yang didapat lengkap?
- Jika tidak, apa yang hilang?
- Apakah sumber dari informasi tersebut?
- Bukti apakah yang terdapat pada informasi tersebut?
- Metode apa yang digunakan?
 Penyebab terjadi vaksin palsu adalah karena kemajuan teknologi
dimana generasi sekarang adalah generasi millennial ( 1980-2007)
sehingga informasi dengan mudah tersebar dan sampai pada tiap
indvidu. Namun penyebaran informasi tersebut tidak diimbangi
dengan kebenaran informasi tersebut sehingga terjadi polusi
informasi
 Polusi informasi adalah propagarasi informasi yang salah atau
pemanfaatan informasi baik benar atau salah, mengendalikan hidup
manusia tanpa disadari. Bisa terjadi karena salah presepsi.
(Penggalih Mahardika Herlambang, dr)
 Plagiarisme adalah tindakan mencuri atau mengambil ide untuk
keperluan diri sendiri. Berikut indikator plagiarisme menurut
Sastroasmoso, 2007
Berdasarkan aspek yang diikuti:
1) Ide
2) Isi data
3) Kata/ kalimat, paragraf
4) Total (poin 1,2,3)
Berdasarkan pola yang diikuti
1) Kata demi kata
2) Mosaik ( disisipkan)
Sedangkan indikator plagiarisme menurut Novanto, 2009 ada 16
diantaranya;
1) Penggunaan kosakata
2) Perubahan kosakata
3) Teks yang membingungkan
4) Penggunaan tanda baca
5) Jumlah kemiripan kata
6) Kesalahan ejaan yang sama
7) Distrbusi kata
8) Struktur teks
 Lima cara penulusuran jurnal ( Balqis,dr.,CMEM dalam kuliah
pengantar)
- Kata kunci
- Boolean searching
- Kombinasi kata
- Pencarian frase
- Trunction
- Memfokuskan pencarian
 Langkah-langkah memfokuskan pencarian menurut Prof. Bhisma
Murti, dr., M.Sc., M.Ph., Ph.D: Perhatikan judul artikel, jika asli
atau kritis lihat abstraksi, lalu sesuaikan dengan pertanyaan apabila
sudah sesuai lakukan penilaian ( validity, acceptability, important)
jika belum memenuhi terus lakukan pencarian.
SARAN

Dalam pelaksanaan tutorial yang pertama ini, kami merasa kurang nyaman
dengan ruang tutorial karena kurangnya fasilitas jam dinding sehingga kami
belum dapat mengalokasikan waktu dengan baik. Selain itu, tidak adanya fasilitas
tirai jendela menyebabkan sebagian dari kami, termasuk tutor pendamping,
merasa silau saat melihat ke arah papan tulis. Saran dari kelompok kami untuk
kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebaiknya ditambahkan fasilitas yang
akan membantu kondisi tutorial yang berlangsung menjadi lebih kondusif.

Hambatan yang terjadi pada diskusi tutorial skenario pertama ini, yaitu
kurang luasnya prior knowlwdge pada masing-masing anggota kelompok
sehingga kami sedikit kesulitan dalam menjawab beberapa pertanyaan pada
diskusi tutorial yang diberikan oleh anggota kelompok kami. Saran dari kelompok
kami, yaitu sebaiknya masing-masing anggota dari kelompok kami harus
menambah intensitas membaca, agar prior knowlwdge yang dimiliki menjadi luas.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi


ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Kurfiss, J. (1988). Critical thinking (1st ed). Washington, D.C.: Association for
the Study of Higher Education.

Kurfiss, JG. (1988) Using Writing to Promote Thinking in Bean JC (ed.),


Engaging Ideas: The Professor's Guide to Integrating Writing, Critical
Thinking, and Active Learning in the Classroom. New York: John Wiley
& Sons. pp.5.

Paul dan Elder. (2009). The Miniature Guide to Critical Thinking Concepts and
Tools. Foundation for Critical Thinking Press

Paul, R. and Elder, L. (2010). The Miniature Guide to Critical Thinking Concepts
and Tools. Dillon Beach: Foundation for Critical Thinking Press.

http://www.who.int/topics/vaccines/en/

Anda mungkin juga menyukai