Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tween 80
berminyak, memiliki aroma yang khas, dan berasa pahit. Larut dalam air dan
etanol, tidak larut dalam minyak mineral. Kegunaan Tween 80 antara lain sebagai:
zat pembasah, emulgator, dan peningkat kelarutan (Rowe, 2009). Selain fungsi,
al., 2011).
Sawit (Elaeis guineensis) secara umum adalah tumbuhan yang berasal dari
lemak utama dalam minyak inti sawit adalah asam laurat (sekitar 48%), asam
miristat (sekitar 16%), dan asam oleat (sekitar 15%). Tabel 2.1 menunjukkan
kandungan asam lemak dan persentasenya dalam minyak inti sawit (Pantzaris dan
Ahmad, 2002).
Tabel 2.1 Kandungan asam lemak dan persentasenya dalam minyak inti sawit
Lain-lain 0,1
sebagai peningkat penetrasi. Daya peningkat penetrasi asam lemak telah sering
disebutkan dalam literatur. Efek ini sangat dipengaruhi oleh struktur asam lemak
dan pembawa dalam formulasi (Trommer dan Neubert, 2006). Asam laurat
meningkatkan fluks ozagrel sebanyak 24 kali lipat (Ogiso, et al., 2000). Asam
2.3 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang paling luas dan mudah diakses. Kulit orang
satu per tiga sirkulasi darah, dan berfungsi untuk melindungi dan menerima
Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar
a. lapisan epidermis
b. lapisan dermis
c. jaringan subkutan
2.3.1.1 Epidermis
Epidermis adalah lapisan pelindung terluar yang tipis, kering, dan tangguh.
nutrisi dari dalam tubuh, serta membatasi masuknya zat-zat dari lingkungan ke
dalam kulit sekitar 1000 kali lebih cepat (Washington, et al., 2003).
Lapisan stratum korneum dari kulit adalah lapisan pelindung utama dan
terdiri dari delapan sampai enam belas lapisan sel yang pipih, berlapis-lapis, dan
berkeratin. Setiap sel memiliki panjang sekitar 34-44 µm, lebar 25-36 µm, dan
tebal 0,15-0,2 µm. Lapisan sel ini secara berkesinambungan digantikan dari
lapisan basal. Stratum korneum sering digambarkan sebagai susunan batu bata, di
mana bagian keratinosit sebagai zat hidrofilik membentuk batu bata dan lipid
1000 kali untuk penetrasi ke dalam. Tetapi untuk senyawa yang terlalu lipofilik
dengan koefisien partisi lebih dari 400 maka lapisan dermis yang hidrofilik
merupakan barier yang nyata untuk absorpsi sistemik (Riviere dan Papich, 2001).
stratum granulosum. Biasanya terdapat pada tangan dan telapak kaki (Barry,
1983).
Lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan
Sel-sel pada lapisan ini dipisahkan oleh celah yang sangat sempit. Celah ini
Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel berbentuk kolumnar, berbatasan
dengan membran basal yang berkontak dengan dermis. Lapisan ini terus
membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan
2.3.1.2 Dermis
ketebalan rata-rata 3-5 mm. Komponen lapisan dermis, yaitu (Barry, 1983):
a. Kolagen
jaringan pengikat yang hanya sedikit berbeda pada komposisi asam aminonya.
Kolagen hanya sedikit mengandung sistein, tapi sangat kaya akan glisin, prolin,
dan hidroksi-prolin.
b. Elastin
meregang dengan mudah ketika diberi tekanan dan dapat kembali ke bentuk
Merupakan zat berbentuk amorf sebagai tempat melekatnya sel dan serat,
mengandung berbagai jenis lipid, protein, dan karbohidrat. Zat yang paling
(chondroitin B).
d. Sel
Fibroblast merupakan sel yang paling banyak menghuni lapisan dermis. Selain
e. Pembuluh darah
f. Ujung saraf yang berfungsi untuk memberikan rasa sakit, sentuhan, gatal, dan
suhu.
g. Kelenjar keringat ekrin, berfungsi mengontrol suhu. Pada suhu yang tinggi dan
lapisan serat lemak (fibrofatty), kecuali pada kelopak mata dan bagian genital pria.
Ketebalan jaringan ini bergantung pada umur, jenis kelamin, endokrin, dan gizi
dari individu yang bersangkutan. Sel-sel pada jaringan ini membuat dan
menyimpan lipid dalam jumlah besar, dan serat kolagen terdapat diantara sel-sel
lapisan kulit di atasnya. Lapisan ini juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh dan
daripada penyampaian obat secara oral. Pasien sering lupa meminum obat atau
menjadi bosan harus mengkonsumsi beberapa jenis obat dengan frekuensi yang
beberapa kali sehari. Selain itu, penyampaian obat oral sering menyebabkan
hati. Selain itu, absorpsi keadaan tunak suatu obat (steady absorption) melalui
kulit selama beberapa jam ataupun hari menghasilkan level dalam darah yang
lebih disukai daripada yang dihasilkan dari obat oral (Kumar, et al., 2010).
c. Meningkatkan bioavailabilitas
Ada dua jalur utama obat berpenetrasi menembus stratum korneum, yaitu:
jalur transepidermal dan jalur pori. Gambar 2.3 menunjukkan jalur penetrasi obat.
interselular. Pada jalur transelular, obat melewati kulit dengan menembus secara
langsung lapisan lipid stratum korneum dan sitoplasma dari keratinosit yang mati.
Jalur ini merupakan jalur terpendek, tetapi obat mengalami resistansi yang
signifikan karena harus menembus struktur lipofilik dan hidrofilik. Jalur yang
lebih umum bagi obat untuk berpermeasi melalui kulit adalah jalur interselular.
Pada jalur ini, obat berpenetrasi melalui ruang antar korneosit (Trommer dan
Neubert, 2006).
transglandular. Karena kelenjar dan folikel rambut hanya menempati sekitar 0,1%
dari total luas tubuh manusia, kontribusi rute ini terhadap penetrasi dianggap kecil
(Moser, et al., 2001). Tetapi, jalur transfolikular dapat menjadi jalur yang penting
bagi penetrasi obat yang diberikan secara topikal (Lademann, et al., 2004).
keringat. Rute transekrine merupakan rute yang tidak secara nyata memberikan
konstribusi terhadap total obat yang diabsorpsi. Hal ini dikarenakan obat sulit
transfollicular melibatkan difusi melalui sebum (lemak) yang ada dalam kelenjar
sebum, kemudian masuk ke pembuluh darah. Rute ini lebih banyak dilalui
Difusi adalah proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa
oleh gerakan molecular secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan
melintang, S, dari suatu pembatas dalam satu saruan waktu t dikenal sebagai
dM
J= (1)
S.dt
dC
J=-D (2)
dX
Persamaan ini memberikan aliran (laju difusi melalui satuan luas) dalam aliran
δ2
D= (3)
6τ
DK m C s
Js = = Kp Cs (4)
δ
Di mana:
penetrasi tidak memiliki efek terapi, tetapi dapat mentransport obat dari bentuk
bahan peningkat penetrasi adalah adanya barier penetrasi, yaitu stratum korneum.
2012):
Merupakan modifikasi dari tato biasa, yaitu tato ini mengandung bahan
obat. Tidak dapat ditentukan durasi terapi dari sediaan ini. Tato dilepas
apabila sudah terjadi perubahan warna. Obat yang biasa digunakan antara
b. Gelombang tekanan
c. Frekuensi radio
Cara ini melibatkan pemaparan kulit pada frekuensi tinggi, sekitar 100
d. Magnetophoresis
e. Ionthophoresis
sama dengan obat, dan elektroda lain dengan muatan berbeda ditempatkan
f. Elektroporasi
tinggi (50-1000 volt) dalam waktu yang sangat singkat (mikrosekon atau
milisekon).
g. Mikroporasi
I . Sonophoresis /Phonophoresis
pengurangan barier stratum korneum tanpa merusak sel dan bekerja secara
reversibel.
dapat diperkirakan.
i. bekerja saru arah, yaitu dapat membantu masuknya zat dari luar ke dalam
Enhancer kimia dapat bekerja dengan salah satu atau lebih mekanisme
b. Azone
c. Pirolidon
d. Asam lemak
f. Surfaktan
Efek peningkat penetrasi dari asam lemak telah banyak disebutkan dalam
literatur. Efek ini sangat dipengaruhi oleh struktur asam lemak dan formulasi.
Asam lemak yang paling sering digunakan dan paling banyak diteliti adalah asam
oleat. Secara umum, asam lemak tidak jenuh lebih efektif daripada asam lemak
jenuh. Semakin banyak ikatan rangkap dua yang dimiliki asam lemak, semakin
efektif kerja asam lemak tersebut. Selain itu, asam lemak cis lebih efektif daripada
2.6.4.2 Surfaktan
topikal. Surfaktan ditambahkan dengan tujuan untuk melarutkan zat lipofil dalam
lipid stratum korneum. Interaksi dengan keratin juga diduga menghasilkan efek
yang bermuatan (kationik dan anionik) sering disertai efek iritasi. Oleh karena itu,
surfaktan nonionik lebih sering digunakan. Surfaktan dengan struktur yang analog
dengan struktur lipid bilayer stratum korneum memiliki potensial iritasi yang
lebih rendah. Namun, surfaktan ini juga memiliki efek peningkat penetrasi yang
lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh integrasi monomer surfaktan ke dalam lipid
bilayer daripada membentuk misel dengan lipid (Trommer dan Neubert, 2006).
a. Rumus bangun :
e. Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh
teroksidasi.
f. Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol;
benzena.
farmasetik yang digunakan dalam kosmetik sebagai pemutih kulit. Asam askorbat
dapat mengontrol produksi melanin dengan dua cara, yaitu mengurangi senyawa
oral, parenteral, maupun topikal pada konsentrasi 0,01-1% w/v dan pada