Rancang Bangun Alat Penangkap Ikan PDF
Rancang Bangun Alat Penangkap Ikan PDF
DISUSUN OLEH :
1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)
Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : lkpp@unhas.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
Mengetahui :
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. sebab dengan rakhmat dan
taufiq-Nya jualah sehingga penulisan buku ajar ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyusun buku ajar ini dilandasi oleh tanggung jawab moral untuk memperbaiki
proses pembelajaran dalam mencapai target kompetensi yang diharapkan pada mata kuliah
rancang bangun alat penangkapan ikan.
Dalam penyusunan buku ajar ini, penulis banyak menerima bantuan dan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis
menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada :
2. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Ketua Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah mengusulkan dan menyetuji buku
ajar ini.
3. Kepada semua teman-teman staf pengajar yang telah memberikan informasi dan
motivasi sehingga penulisan buku ajar ini dapat diselesaikan.
4. Kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu, penulis
menghaturkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga buku ajar ini dapat
memberikan manfaat dan lebih mempermudah dalam memahami materi kuliah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
URAIAN Hal
KATA PENGANTAR ……. ii
DAFTAR ISI ……. iii
ii
BAB 7 DISAIN GILL NET ……. 86
7.1 Pendahuluan ……. 86
7.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 86
7.3 Penutup ……. 100
BAB 8 DISAIN SET NET …….. 102
8.1 Pendahuluan ……. 102
8.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 102
8.3 Penutup ……. 117
BAB 9 DISAIN FYKE NET …….. 118
9.1 Pendahuluan ……. 118
9.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 118
9.3 Penutup ……. 123
BAB 10 DISAIN PUKAT PANTAI DAN JARING ANGKAT …….. 125
10.1 Pendahuluan ……. 125
10.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 125
10.2.1. Disain pukat pantai ……. 125
10.2.2. Disain jarring angkat ……. 128
10.3 Penutup ……. 129
BAB 11 DISAIN PANCING …….. 131
11.1 Pendahuluan ……. 131
11.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 131
11.3 Penutup ……. 138
DAFTAR PUSTAKA …….. 139
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Sasaran Belajar/TIU : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa
diharapkan akan mampu membuat disain berbagai
alat penangkapan ikan.
1 Pendahuluan
entry behaviour
2
1.3. GBRP
Mata Kuliah : Rancangbangun Alat Penangkapan Ikan
Nomor/Kode SKS : 302 L233 / 3
Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini merupakan lanjutan dari mk. bahan dan alat
penangkapan ikan yang membahas tentang disain dan
konstruksi berbagai alat penangkapan ikan, kalkulasi bahan
serta hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam disain
masing-masing alat..
3
GBRP lanjutan …
4
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Martasuganda, S. 2005. Set net (Teichi Ami) ; Serial Teknologi Penagkapan Ikan
Berwawasan Lingkungan. Departemen PSP FPIK. IPB Bogor.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
Muslim, A. 2008. Studi Bio-Fisik Lokasi Pemasangan Set Net (Teichi Ami) Di Perairan
Tanjung Palette Kabupaten Bone. Skripsi. PS. PSP, FIKP UNHAS. Tidak Dipublikasikan.
Muhraeni. 2008. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi Dengan Komposisi Dan
Jumlah Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung
Pallette Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Skripsi. PS. PSP, FIKP UNHAS. Tidak
Dipublikasikan
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
5
BAB 2. ALAT DAN SISTEM PENANGKAPAN IKAN
2.1. Pendahuluan
Sasaran pembelajaran :
a) Menguraikan berbagai teori alat dan system penangkapan ikan
b) Merumuskan factor-faktor yang mempengaruhi rancangbangun alat penangkapan
ikan
c) Menguraikan cara-cara mendisain alat penangkapan ikan
d) Menguraikan peranan ahli rancanbangun alat penangkapan ikan
7
4. Kondisi ekonomi (permintaan umum dan preferensi pasar tertentu, jarak ke pasar,
ketersediaan modal, dsb.).
Untuk membuat buku ajar ini bermanfaat, terutama bagi sebanyak mungkin
pembacanya, matematik tingkat tinggi tidak digunakan dan perhatian lebih banyak
dicurahkan pada masalah sederhana dan umum. Selain itu juga disertai dengan contoh
perhitungan sehingga akan lebih mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.
Alat penangkapan ikan kelihatannya masih kebudayaan primitive seperti tombak,
panah dan pancing yang terbuat dari batu, cangkang, tulang dan gigi binatang. Pada
perangkap ikan di perairan dangkal, penghalang tanah dan batu, dikonstruksi tumpukan
ranting kayu, kaleng penjebak dan labyrinths. Penangkapan ikan yang lebih aktif
menggunakan panah, tombak, rakit, penjepit, penggaruk, juga dengan menggunakan tali
dan joran.
Perkembangan terakhir dari alat penangkapan ikan dan metode penangkapan ikan
adalah perbaikan bentuk alat tangkap dan lebih khusus ukuran alat yang lebih besar dan
meningkatkan kecepatan penarikan dan penanganan alat. Akibatnya, lebih besar volume
air dapat disapu dan lebih cepat oleh alat tangkap, dengan meningkatkan potensi ikan
tertangkap. Ini secara luas telah memungkinkan melalui penggunakan bahan sistetis dalam
alat penangkap ikan komersil. Pada sisi lain, peningkatan ukuran alat penangkapan ikan
dan pengoperasian pada perairan yang lebih dalam dan lebih jauh diperlukan kapal
penangkap ikan yang lebih kuat, lebih cepat dan lebih besar, lebih banyak kekuatan mesin
dan listrik per nelayan di atas kapal dan meningkatkan jangkauan operasi dari peralatan
pendeteksi ikan.
Perkembangan teknik ditambah perbaikan komunikasi dan pelayanan peramalan
cuaca memungkinkan lebih banyak waktu dicurahkan untuk penangkapan melalui
pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan antara daerah penangkapan, untuk
mendapatkan gerombolan ikan dan menangani alat penangkap ikan. Perkembangan
peralatan untuk menemukan dan mengikuti pergerakan gerombolan ikan dan memonitor
serta mengontrol alat penangkap ikan selama operasi telah ditingkatkan akurasinya untuk
tujuan penangkapan ikan dan cenderung diset secara automatik. Tidak diragukan lagi,
teknologi penangkapan ikan dapat berkontribusi terhadap perkembangan perikanan pada
Negara berkembang khususnya memperbaiki alat dan metoda yang ada melalui intoduksi
sesuatu yang baru.
Alat penangkap ikan harus dipertimbangkan sebagai bagian dari system yang juga
termasuk mesin pananganan alat, kapal penangkap ikan, peralatan untuk mendapatkan dan
8
memonitor keberadan ikan, ikan target dan lingkungannya. Efisiensi operasi penangkapan
ikan tergantung dari derajat dimana system dipahami dan dikontrol, kesesuaian terhadap
kondisi tertentu, kesesuaian dengan peralatan teknik, terhadap kondisi tertentu dimana
parameter alat tangkap sudah dipilih untuk mengeksploitasi karakteristik tingkah laku ikan.
Peranan yang dimainkan oleh unsur sistem penangkapan ikan modern akan lebih
mudah dipahami dengan merujuk pada generalisasi model informasi (Lukashov, 1972)
seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Semua kotak kecuali ikan mewakili unsur tehnik
untuk penangkapan ikan. Alat pendeteksi lokasi ikan adalah echosounder. Modifikasi
tingkah laku ikan adalah sumber cahaya. Kotrol agen untuk modifikasi tingkah laku ikan
dan untuk alat penangkap ikan termasuk anak buah kapal dan mesin-mesin dek. Peralatan
monitor termasuk peralatan seperti alat pendeteksi jaring (net sounder) dan alat pengukur
tegangan tali.
IKAN
PUSAT KONTROL
9
Klasifikasi ini dikeluarkan berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi alat
penangkap ikan yang ada di Indonesia oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan dengan
mengadopsi Klasifikasi yang dikeluarkan oleh FAO (Definition and Clasification of
Fishing Gear Categories, 1989) dan ditambahkan dengan penggolongan yang ada di
Indonesia.
10
Midwater trawl (Trawl Pertengahan ) 03.2.0
- Trawl berpapan OTM 03.2.1
- Trawl dua kapal PTM 03.2.2
- Trawl udang TMS 03.2.3
- Trawl pertengahan lainnya TM 03.2.9
Trawl kembar berpapan OTT 03.3.0
Trawl berpapan lainnya OT 03.4.9
Trawl dua kapal lainnya PT 03.5.9
Trawl lainnya TX 03.9.0
4. DGEDGES (PENGGARUK) 04.0.0
Boat dredges (Penggaruk berperahu/kapal) DRB 04.1.0
Hand dredges (Penggaruk biasa) DRH 04.2.0
5. LIFT NETS (TANGKUL) 05.0.0
Tangkul biasa (Portable liftnet) LNP 05.1.0
Bagan perahu (Boat operated liftnet) LNB 05.2.0
Tangkul pantai LNS 05.3.0
6. FALLING GEARS (ALAT YG DIJATUHKAN) 06.0.0
Jala FCN 06.1.0
Alat jatuh lainnya FG 06.9.0
7. GILL NETS & ENTANGLING NETS (JARING 07.0.0
INSANG & JARING PUNTAL)
Jaring insang menetap GNS 07.1.0
Jaring insang hanyut GND 07.2.0
Jaring insang lingkar GNC 07.3.0
Jaring insang berpancang GNI 07.4.0
Jaring gondrong (trammel net) GTR 07.5.0
Jaring kombinasi gillnet–trammel net GTN 07.6.0
Jaring insang & jaring puntal lainnya GEN 07.9.0
- Jaring insang lainnya GN 07.9.1
11
8. TRAPS 08.0.0
Stationary uncovered pound nets FPN 08.1.0
Pots FPO 08.2.0
Fyke nets FYK 08.3.0
Stow nets FSM 08.4.0
Barriers, Fences, weirs, etc. FWR 08.5.0
Aerial traps FAR 08.6.0
Traps (not specified) FIX 08.9.0
9. HOOK AND LINES (PANCING) 09.0.0
Pancing ulur dan pancing berjoran biasa LHP 09.1.0
Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi LHM 09.2.0
Rawai menetap LLS 09.3.0
Rawai hanyut LLD 09.4.0
Rawai lainnya LL 09.5.0
Tonda LTL 09.6.0
Pancing lainnya LX 09.9.0
10. GRAPPLING & WOUNDING (ALAT 10.0.0
PENJEPIT & MELUKAI)
Harpoons (Tombak) HAR 10.1.0
11. HARVESTING MACHINES 11.0.0
Pumps HMP 11.1.0
Mechanized dredges HMD 11.2.0
Harvesting machines (not specified) HMX 11.9.0
12. Miscellaneous gear MIS 20.0.0
13. Recreational Fishing Gears RG 25.0.0
14. Gear not Known (not specified) NK 99.0.0
12
Tabel 2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan (BPPI Semarang)
13
Tabel 2.2. Lanjutan …
14
- Penangkap Bersayap (Pukat labuh, Gombang, PRTP-S 09.2.1
Apong)
Tabel 2.2. Lanjutan …
15
2.2.3. Disain alat penangkapan ikan
Perancangan (designing) alat penangkap ikan adalah proses mempersiapkan
spesifikasi teknik dan menggambar alat penangkap ikan untuk memuaskan kebutuhan
penanganan alat, teknik, operasi, ekonomi dan social. Penyelesaian masalah yang terlibat
dalam pembuatan alat penangkap ikan untuk memuaskan karakteristik spesifk adalah
sangat kompleks, pertama karena teknologi sangat kompleks dan kedua sebab jumlah
karakteristik konflik harus diselesaikan. Pada prinsipnya, perancang alat penangkap ikan
sudah cukup memiliki pengalaman praktek dan dapat melalukan perhitungan keteknikan.
Dengan pengetahuan ini, rencana dan spesifikasi suatu alat penangkap ikan dapat
dikembangkan dan alat dikontruksi serta diuji di laut. Jika sebuah alat penangkapan ikan
yang baru kurang memuaskan, boleh dimodifikasi atau yang terburuk adalah dibuat
perancangan kembali mulai dari awal dengan memperhatikan kesalahan sebelumnya.
16
lebar dan dalam jaring pada setiap bagian tertentu dapat dihitung, dan selanjutnya
ditambahkan pada spesifikasi.
Seperti pada kegiatan desain pada umumnya, banyak keahlian perkiraan yang
diperlukan sebagai dasar dari analisis perencanaan. Dalam kasus alat penangkap ikan,
sering dibutuhkan informasi dari nelayan yang pengalaman di lapangan dan tahu tentang
kondisi daerah penangkapan dan kapal dimana alat tersebut akan digunakan.
Keahlian dasar yang diperlukan pada pendekatan ini adalah pengetahuan mendalam
tentang perhitungan yang berhubungan dengan teknik pemotongan jaring, hanging ratio
(H) dan teknik penyambungan.
18
aplikasinya. Selain itu beberapa peralatan yang digunakan dalam penelitian fishing gear
diatas kapal dikontrol secara elektronik.
Komputer mikro juga dapat memainkan peranan yang tak ternilai dalam bidang
desain fishing gear, seperti penyimpanan data, dan penggunaan dalam banyak kalkulasi.
Hidrodinamika adalah dasar teknologi yang darinya dapat diperoleh pengetahuan
teoritis tentang penampilan teknik dari fishing gear.
Bidang fishing gear teknologi sangat unik karena melibatkan banyak faktor biologi
dan lingkungan yang tidak dapat diduga. Mari kita tidak melupakan bahwa kita adalah
masih pemburu, kemungkinan besar satu-satunya metode perburuan yang paling canggih
di dunia. Untuk menjadi pemburu yang berhasil, kita harus mengetahui target buruan dan
bagaimana dia hidup. Saya menyesal untuk mengatakan bahwa masalah tersebut tidak
akan pernah terpecahkan pada papan gambar atau di komputer, walaupun dihadapi oleh
beberapa tenaga ahli di dunia. Seorang ahli fishing gear seharusnya tidak pernah
melupakan akan hal ini, layanannya, nelayan adalah pemburu, manusia terampil, dan
banyak dari mereka "belajar memikirkan kesukaan dari buruannya".
Ahli fishing gear adalah seni teknologi, yang mana harus mempunyai tingkat
keterampilan yang tinggi jika ingin menjadi sukses, dan dapat diterima oleh langganannya.
Secara teori tenaga ahli dapat berhasil dengan baik di stasion penelitiannya, sibuk menulis
laporan akademik, tetapi saya sering mempertanyakan nilai sebenarnya dari kegiatannya
dalam membantu nelayan menangkap ikan lebih banyak atau dalam membuat sistem
pengoperasiaanya lebih efektif dari segi biaya.
Jika dipertimbangkan bidang fishing gear desain; pada pandangan yang sempit
dapat diikutii pengamatan berikut. Desain adalah semua tentang perubahan jaring ke
bentuk tertentu yang cocok dengan menggabungkan karakter satu jaring dengan jaring
lainnya dan merubah penampilannya dalam berbagai cara. Oleh sebab itu yang paling
bernilai untuk kita adalah mengetahui sebanyak mungkin tentang penampilan jaring secara
tehnik, dan pengaruh akibat barbagai variasi perubahan tali temali pada penampilannya.
Penampilan teknik bukan jawaban untuk semua masalah, bidang lain yang
terpenting adalah reaksi dari ikan terhadap fishing gear, mesh size, sudut jaring, gangguan
aliran, lumpur, bising, getaran, warna dan cahaya. Makin luas pengetahuan tentang bidang
tersebut akan semakin cocok dalam mengaplikasikan untuk memperbaiki keahliannya
sebagai disainer fishing gear.
Bidang lain dari disain adalah mengurangi pengeluaran seperti : biaya bahan bakar
dan ini dapat dilakukan secara bersama antara naval architek dan ahli fishing gear
19
technologi. Satu harus diteliti aspek ekonomi dari operasi penangkapan ikan dan
keefektifan biaya dari metode yang berbeda.
Dengan mudah dapat kita lihat dua metode penangkapan ikan, dengan type dan
ukuran kapal yang sebanding. Katakan bahwa kapal X selalu menangkap ikan lebih
banyak dengan kapal Y, tetapi jika kapal X mengkonsumsi bahan bakar dua kali lipat dari
Y, maka hal ini harus dilihat lebih jauh lagi. Teknik utama yang digunakan dalam
hubungannya dengan disain jaring dan penghematan bahan bakar adalah coeficient tarikan
untuk alat yang ditarik, dengan membuat alat lebih eficient secara hidrodinamik. Hal ini
boleh jadi akan mengakibatkan kurangnya eficienci tangkapan ikan tetapi harus
dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar.
Bagian akhir dari desain adalah penemuan dimana penemu datang dengan revolusi
tehnik dalam penangkapan ikan atau bagian lainnya.
20
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi disain alat penangkapan ikan
Alat penangkapan ikan yang akan didisain harus diperhitungkan kondisi perairan
dimana alat tersebut akan dioperasikan. Hal ini perlu diperhatikan mengingat factor-faktor
luar tersebut akan mempengaruhi penampilan alat penangkap ikan di dalam air. Oleh
karena itu perlu diidentifikasi factor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap alat
penangkap ikan dan sejauh mana berpengaruh terhadap berbagai jenis alat penangkap ikan.
Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menghitung factor-
faktor yang berpengaruh terhadap berbagai alat penangkap ikan pada saat dioperasikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi desain dan eficiensi dari sistem penangkapan
ikan, beberapa diantaranya harus dianalisa dengan detail, dan yang lainnya dapat diabaikan
atau merupakan faktor kedua, tetapi perlu diingat bahwa kesemuanya itu penting jika
analisis objektif akan dilakukan.
ad 1. Fakktor Biologi
21
Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat lebih terpusat pada daerah tertentu, dan ini
harus selalu diingat. Kadang-kadang orang yang terbaik untuk memberi saran untuk
masalah ini adalah nelayan pada daerah tersebut. Nelayan pada suatu daerah akan lebih
memahami kondisi yang ada di wilayahnya, termasuk jenis-jenis ikan apa yang sering
mereka tangkap dan bagaimana kecenderungan hasilnya.
Ukuran dan bentuk ikan mempunyai pengaruh terhadap ukuran alat, ukuran mata
jaring dan tipe benang.
Lapisan perairan dimana ikan hidup akan mempengaruhi daerah operasi dan tipe dari alat
penangkap ikan yang digunakan.
Tingkah laku biologi adalah merupakan komponen penting bagi nelayan, walaupun
migrasi vertikal dari beberapa jenis ikan pelagis akan mempunyai pengaruh khusus pada
disain alat.
Reaksi ikan terhadap alat penangkap ikan adalah ilmu yang relatif masih baru dan
merupakan satu bagian yang banyak ditekuni oleh para peneliti. Bagian penting adalah
rekasi ikan kepada tali, jaring, mata jaring yang besar dan kekeruhan dasar, dengan
perangsang lain seperti suara, cahaya dan listrik.
Kecepatan renang ikan sangat penting dalam hubungannya dengan efektifitas
pengoperasian trawl dan menambah pengetahuan kita bagaimana cepatnya ikan akan
melelahkan pada bagian alat yang ditarik atau didorong.
Kebiasaan makan ikan cenderung mengikuti aturan pengetahuan lokal, tetapi yang penting
untuk operasi optimum dari alat pancing dan alat pasif lainnya. Ada beberapa kasus
dimana daerah penangkapan buatan dapat dibuat yang membawa ikan ke daerah tersebut.
Pengetahuan ini penting karena dapat meningkatkan efektifitas dari sebahagian besar
metode penangkapan ikan.
ad 2. Faktor lingkungan :
laut, sungai atau danau, kondisi dasar
pasang surut dan arus
upwelling
thermocline
pH
oxygen
suhu
kecerahan
22
kondisi cuaca
Kondisi daerah penangkapan sangat penting dalam menentukan tipe alat untuk jenis ikan
dasar, atau tali temali untuk alat tertentu terlepas dari feeding ground.
Pasang surut dan arus memainkan pengaruh yang perlu dipertimbangkan terutama pada
cara jaring dipasang atau arah tarikan. Mereka juga mempengaruhi disain dan metode
pengikatan.
Upwelling, thermocline, pH, kandungan oksigen, suhu, semuanya mengatur keberadaan
ikan dan tempat yang cocok untuk menempatkan alat penangkap ikan.
Turbidity akan mengatur penetrasi cahaya kedalam air dan sangat penting terutama dalam
menarik perhatian jenis ikan pelagis di daerah perairan tropis dan subtropis.
Kondisi cuaca dapat mempengaruhi siklus kegiatan penangkapan ikan, kekuatan system
penjangkaran pada alat yang dipasang menetap.
Ukuran dan disain kapal akan mempunyai hubungan erat dengan tipe alat penangkap ikan
yang akan dipilih, demikian pula ukuran alat yang akan digunakan.
Ketersediaan mesin-mesin dek boleh jadi memberikan pengaruh yang sangat berarti pada
pemilihan alat penangkap ikan, sebagaimana ini dapat berpengaruh kuat pada ukuran dan
tipe alat penangkap ikan yang akan digunakan, kedalaman air, kondisi dasar perairan, dan
beberapa faktor lain sehubungan dengan pengoperasian kapal.
Bentuk kapal dan kekuatan adalah bagian penting dimana alat ditarik dan diseret
terkonsentrasi. Sebagai contoh motor tempel tidak didisain untuk tenaga penggerak kapal
ikan.
23
Sebagai contoh sebuah mesin tempel 40 HP akan menghasilkan sangat sedikit daya
tersedia untuk menarik alat penangkap ikan dibandingkan dengan daya yang sama untuk
mesin dalam.
ad 6. Peraturan Perikanan
penutupan daerah penangkapan
quota hasil tangkapan
24
pengaturan jaring dan ukuran mata jaring
Peraturan perikanan akan mempengaruhi kedua sisi, yaitu sisi pengoperasian alat
dan disain jaring, terutama dalam hubungannya dengan pemesanan jaring (mata jaring
tertentu).
Pendisain alat penangkapan ikan atau nelayan ketika menset sistem penangkapan
ikan tidak menampilkan analisis detail dari semua faktor-faktor yang disebutkan di atas,
dimana perbedaan faktor akan mendominasi pada setiap kasus tertentu atau masalah.
Banyak dari bagian yang tersebut di atas akan tidak lebih dari kharakter kedua setelah
masalah individu dipertimbangkan. Walaupun komentar ini, sebagaimana pada setiap
situasi, jika kita mendapatkan hasil terbaik, penelitian tentang masalah ini pada butir-butir
di atas adalah sangat penting sebelum memulai mendisain atau memilih disain alat
penangkap ikan.
2.3 Penutup
Untuk dapat memahami materi yang telah diberikan, maka diperlukan diperlukan
suatu alat evaluasi berupa penugasan atau pertanyaan terkait dengan materi. Sehubungan
dengan hal tersebut maka beberapa poin yang perlu mendapat perhatian mahasiswa
sebagai berikut :
1) Uraikan klasifikasi alat penangkapan ikan berdasarkan berdasarkan FAO dan
BBPPI Semarang, serta kode KAPI dank kode internasional, serta berikan
contoh nyata yang ada di lapangan.
2) Gambarkan alat penangkapan ikan tertentu sebagai system penangkapan ikan
(pilih salah satu alat penangkap ikan yang ada di lapangan).
3) Berikan contoh proses disain alat penangkap ikan berdasarkan ke-3 cara yang
telah diuraikan di atas. Lengkapi dengan contoh aplikasi !
4) Sebagai ahli alat penangkap ikan, apa yang akan anda lakukan dalam
mempertahankan sumberdaya ikan yang cenderung semakin menurun dari
waktu ke waktu.
5) Uraikan factor-faktor yang kemungkinan berpengaruh pada alat penangkapan
ikan sewaktu dioperasikan (pilih salah satu alat penangkapan ikan).
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mahasiswa dibagi kelompok sesuai
dengan jumlah kelas dalam klasifikasi yang ada. Mahasiswa dapat mengamati alat
25
penangkap ikan yang ada di lapangan, kemudian menjelaskan sesuai 3 poin tersebut di
atas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
BAB 3. GEOMETRI JARING, GAYA DAN MODEL ALAT PENANGKAPAN
IKAN
3.1 Pendahuluan
26
Sasaran pembelajaran :
a) Menggabarkan geometri jaring
b) Menghitung bahan alat penangkapan ikan
c) Menghitung gaya-gaya luar yang bekerja pada alat penangkap ikan
d) Merancang model alat penangkapan ikan
1 100
T H
Keterangan:
N = jumlah mata jaring pada bagian atas jaring
n = jumlah mata jaring pada bagian bawah jaring
H = jumlah mata jaring ke arah vertikal
27
S = mesh size
T = notasi benang
Diameter benang
Dalam kondisi di laboratorium, diameter benang dapat diukur secara langsung
dengan menggunakan micrometer. Namun pada kondisi lapangan dimana peralatan ukur
halus tidak tersedia, maka diperlukan pendekatan lain. Sebagai rumus pendekatan,
biasanya akurasi tergantung dari pabriknya, dan akan berbeda antara satu pabrik dengan
pabrik lainnya.
Perhitungan diameter benang (D) untuk bahan PA sebagai berikut :
D = √ 210 x nomor/5135
Dimana :
S = mesh size jaring
K = knot content
28
R = runnage (m/kg)
atau
3). Metode ini dapat digunakan untuk menduga berat jaring gill net dengan kisaran ukuran
benang dari 210D/6 sampai 210D/30 dengan ukuran mata jaring berkisar dari 5 sampai 10
inci. Berat sebenarnya yang diperoleh akan bervariasi sekitar 10 - 15% dari nilai
perhitungan.
Rumusnya sebagai berikut :
4). Berat jaring dari bahan polyamide dan cotton dapat dihitung dengan rumus berikut :
dimana :
W = wt/cm panjang benang
W = 0,0136 x n/Nm untuk cotton pilinan keras
W = 0,000628 x n untuk benang polyamide
n = jumlah yarn tunggal dalam benang
N1 & N2 = jumlah mata pada arah panjang dan lebar jaring
Nm = nomor benang dalam sistem metrik
L = mesh size dalam cm
K = nilai konstan; dimana 3,5 untuk polyamide, 2,0 untuk cotton tidak keras dan 2,26
untuk cotton keras
29
5). Berat dari bagian jaring (simpul tunggal) dapat diduga berdasarkan metode berikut :
Contoh : Hitung berat jaring 100T x 100N mesh size 40 mm, ukuran benang R 230 tex.
a. Hitung panjang dari benang jaring pada panel tanpa mempertimbangkan jumlah benang
pada simpul. Nilai ini disebut dengan panjang dasar benang.
Panjang dasar dari benang pada panel sama dengan jumlah benang yang berhubungan
dengan jumlah mata jaring pada arah lebar jaring (100 mata pada arah T).
Jadi 100 x 2 = 200 (sebab ada dua benang untuk membuat mata) dikali dengan dalam
jaring dalam meter (yaitu 40 x 100/1000 m).
Panjang dasar benang adalah 200 x 4 = 800 m.
D = mn (2 S − S 2 )
30
Gambar 3.1. Penampilan bukaan mata jaring yang berbeda akibat nilai hanging ratio yang
berbeda.
32
3.2.2 Analisis sistem pemotongan jaring
Sistem pemotongan jaring perlu dipahami dalam mempelajari rancangbangun alat
penangkapan ikan. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak semua alat penangkap ikan
berbentuk empat persegi panjang. Beberapa alat penangkap ikan mempunyai bentuk yang
agak rumit seperti trawl, sehingga dalam rancangannya diperlukan beberapa model
pemotongan untuk membentuk sesuai dengan yang diinginkan.
Ada 4 jenis pemotongan, yaitu : (1) all P (N = north=mengarah ke utara) adalah
sistem pemotongan jaring secara lurus ke arah vertikal; (2) all M (T=transverse) adalah
sistem pemotongan yang lurus secara horizontal; (3) all B sistem pemotongan secara lurus
pada arah miring; dan (4) sistem pemotongan kombinasi.
Pemotongan N
N&B
B
T&B
T
N
│
│
│ N&B
│
│ B
│
│
│
│
│ T&B
│
└──────────────────────────────── T
Contoh 1 T 5 B
↑ →
1T 0 1
5B 2,5 2,5
──────────────────── +
2,5 3,5
33
Ini berarti jumlah mata horizontal 3,5 dan vertikal 2,5 atau biasa dituliskan dengan 3,5 in
2,5 atau 3,5 dalam 2,5
1N 2B x12
1N 3B
dikalikan menjadi
12N 24B
12N 36B dijumlahkan menjadi 24N 60B
↑ →
24 N 24 0
60 B 30 30
──────────────────── +
54 30
30 dalam 54
↑ →
15 T 0 15
165 B 82,5 82,5
──────────────────── +
82,5 97,5
97,5 dalam 82,5
1 dalam 34
34
1
┌─────
1 │ 2
│
│ 33N 2B
33│ 16N 1B 1x
│ 17N 1B 1x
│
│
Contoh Soal :
Sebuah gill net terbuat dari bahan multifilament 210D/9 mesh size 4 inci,
shortening 30%. Dimensi gill net tersebut adalah : panjang 1000 m, lebar 20 m. Berapa
banyak bahan jaring yang dibutuhkan dalam konstruksi ?. Jika harga 1 piece jaring
monofilamen 210D/9 mesh size 4 inci Rp. 300.000,- berapa harga keseluruhan bahan
jaring tersebut ?
Penyelesaian
35
Lo − Li
S= x 100%
Lo
(2) Dalam jaring (D)
D = mn (2 S − S 2 )
Perhatikan rumus (1), pada rumus ini sebenarnya untuk menghitung shortening, tetapi pada
soal sudah diketahui, panjang jaring (Li) juga sudah diketahui, maka yang dicari adalah
panjang jaring sebelum ditata pada tali ris (Lo). Dengan demikian Lo adalah sbb :
Lo = 1000/0,7 = 1428,57 m
Dikonversi menjadi piece sehingga = 1428,57 m/91,4 m =16,63 piece
Perhatikan rumus (2) Dalam jaring, mesh size dan shortening sudah diketahui, sehingga
yang dicari adalah n (jumlah mata jaring).
36
3.2.3. Gaya yang bekerja pada alat penangkap ikan
Gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat penangkapan ikan timbul dari
pergerakan alat melalui air atau dari dari pergerakan air melalui alat. Dihasilkan dari
tekanan yang diperlukan untuk menggantikan air disekelilingnya. Ukuran dan arah diduga
pada berbagai pertimbangan pada beban gaya terhadap komponen alat, dan juga bentuk
dari alat dan posisinya dalam air.
Gaya hidrodinamika ini perlu dipahami baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dalam rangka disain alat yang baru atau perbaikan disain yang telah ada demikian pula
dalam mempelajari penampilan dari alat yang telah ada. Untuk mendapatkan nilai
kuantitatif maka hidrodinamika, gaya tekanan air yang bekerja pada jaring penangkapan
ikan dan selanjutnya menguraikan gaya-gaya tersebut kedalam komponen vektor. Bagian
jaring pada berbagai bentuk, bahan, hanging ratio, mesh size, twine size pada berbagai
kecepatan arus harus diketahui berdasarkan percobaan pada Flume Tank. Dengan
demikian dapat dihitung gaya yang bekerja pada setiap bagian jaring.
Efisiensi dari fishing gear sangat berhubungan erat dengan bentuk jaring dalam air
selama operasi penangkapan ikan. Sebagai pengetahuan dasar tentang disain jaring
penangkap ikan, harus mengetahui dengan jelas tahanan jaring pada berbagai faktor seperti
: serat, ukuran benang, mesh size, tipe simpul, sudut datang dan lainnya.
Jika jaring tertentu ditempatkan dalam air dengan kecepatan air yang tetap, maka
tahanan jaring akibat arus air adalah sebanding dengan luas jaring. Jika luas jaring
ditingkatkan n kali, maka tahanan jaring juga akan meningkat sebesar n kali (Nomura,
1977).
37
Gambar 3.2. Diagram gaya luar yang bekerja pada alat penangkap ikan (Fridman, 1986).
Gaya-gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat tangkap dalam air dapat dirinci
sebagai berikut :
Gaya apung pelampung; Gaya tenggelam pemberat; Gaya akibat pengaruh arus; Gaya
akibat pengaruh gelombang, gaya hidrostatika, gaya hidrodinamika, gaya gesek, gaya tarik
dan beberapa gaya lainnya.
38
Tabel 3.3. Daftar massa jenis beberapa bahan alat penangkap ikan
Nomor Jenis Bahan Massa Jenis (kgf.m-3)
1. Polyamide 1140
2. Polyvinyl alcohol 1280
3. Polyester 1380
4. Polyethylene 950
5. Cotton, Hemp 1500
6. Bentuk Plastik 120 – 180
7. Cork (gabus) 250
8. Black poplar (bark) 330
9. Reed (berlubang) 100
10 Spruce 550
11. Birch 710
12. Oak 850
13. Timah hitam 11300
14. Tembaga 8500
15. Besi; Baja 7400
16. Batu 2700
17. Tanah liat bakar 2200
18. Air Tawar 1000
19. Air Laut 1025
Sumber : Fridman (1986) dimodifikasi
39
a = mesh size jaring (m)
d = diamater benang atau tali (m)
Coeficient drag akibat arus dapat dihitung (Milne, 1970) sebagai berikut :
Untuk jaring bersimpul :
Cd = 1 + 3,77 (d/a) + 9,37 (d/a)2
Gaya hidrodinamika
Gaya hidrodinamika pada suatu alat penangkap ikan timbul dari pergerakan alat
penangkap ikan di dalam air atau pergerakan air melalui alat penangkap ikan. Gaya
tersebut awalnya dari tekanan yang dibutuhkan untuk mengalihkan air di sekitar komponen
pada alat tangkap.
Dimana:
R = gaya atau tahanan air yang diukur (kgf)
C = koefisien hidrodinamik
40
q = tekanan hidrodinamik (kgf/m2)
At = luas penampang frontal benang jarring = panjang x diameter (m2)
ρ = densitas air (100 kgf det2/m4 untuk air tawar; 105 kgf det2/m4 untuk air laut)
V = kecepatan alat dalam air atau kecepatan air melewati alat (m/det)
Gambar 3.3. Gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat penangkap ikan di dalam air
Gambar 3.3 memberikan informasi penampilan jarring di dalam air akibat adanya
gaya luar yang bekerja terhadap alat penangkap ikan dan reaksi alat penangkap ikan itu
sendiri.
Gambar 3.4. Panel jaring pada berbagai arah dan sudut dating gaya luar
Gambar 3.4 menunjukkan besar gaya yang diterima alat penangkap ikan tergantung
dari arah datangnya gaya tersebut. Gaya tertinggi terjadi pada saat sudut datang gaya
terhadap obyek 900 (tegak lurus).
41
Koefisien gesek
Ketika panel jarring pada posisi normal terhadap aliran (tegak lurus) maka akan
menjadi subjek gaya tekanan inertia air (gaya tekan). Jika posisinya parallel dengan
pergerakan air akan terjadi gesekan yang dikenal dengan gesekan hidrodinamika. Kalau
orientasinya membentuk sudut >0o dan <90o maka akan mengalami kedua gaya tersebut.
Gaya tekan dan gaya gesek dapat dihitung dengan rumus berikut :
Dimana :
R = tahanan
q = tekanan hidrodinamik (kgf.m-2)
At = luas penampang frontal benang jarring = panjang x diameter (m2)
42
3.2.4. Model alat penangkap ikan
A. Definisi Model Alat Penangkapan Ikan
Model alat penangkapan ikan adalah alat penangkapan ikan yang dikonstruksi
dengan pengecilan dari ukuran yang sebenarnya menggunakan factor skala dengan tujuan
utama untuk menguji penampilan alat penangkapan ikan tersebut di laboratorium.
Berhubung tujuan utama adalah untuk pengujian di laboratorium, maka standar ukuran
(dimensi) dari model seharusnya disesuaikan dengan dimensi dari laboratorium (flume
tank) dimana model tersebut akan diuji. Contoh flume tank di Hull England pada Gambar
berikut
Gambar 3.5. Flume tank sebagai tempat pengujian model alat penangkap ikan
43
C. Model Alat Penangkapan Ikan
Jika luas dua jaring sama, tahanan jaring tersebut dapat dibandingkan berdasarkan
nilai D/L (D=diameter, L=mesh size). Nomura (1977) mengemukakan formula sebagai
berikut :
( D / L )b Rb
=
( D / L ) a Ra
dimana :
(D/L)B = perbandingan diameter dan mesh size jaring B
(D/L)A = perbandingan diameter dan mesh size jaring A
RB = tahanan jaring B
RA = tahanan jaring A
Tahanan dari jaring sebanding dengan pangkat dua dari kecepatan arus (Nomura, 1977).
R = V2
Dimana :
R = tahanan jaring (kg m-2)
V = kecepatan arus (mile/jam)
44
Gambar 3.7. Kesamaan dimensi linear, luas dan volume
R1
Rn =
Rm
Do
Rd =
Dm
Dimana :
Rm = mesh size skala reduksi
Rd = diameter benang skala reduksi
R1 = skala panjang model
Rn = jumlah mata jaring skala reduksi
Do = diameter benang ukuran sebenarnya
Dm = diameter benang model
45
TS m
ANM = TNM x
AS m
AS m
TS m =
Rd
3
Lm = Lo x R1
3
Fm = Fo x R1
Dimana :
ANM = jumlah mata jaring sebenarnya
TNM = jumlah mata jaring secara teoritis
TSm = mesh size secara teoritis
ASm = mesh size sebenarnya
Lm = lead line model
Lo = lead line skala penuh
R1 = skala panjang model
Fm = float line model
Fo = float line skala penuh
46
Gambar 3.9. Kesamaan kinematik gaya tenggelam pemberat purse seine
Contoh soal 1
Gill net terbuat dari bahan PA 210D/12 mesh size 4 inci (100 mm), panjang 60 m lebar 6
m S=40%. Mau dibuat model dengan panjang 3 m bahan PA 210D/3 mesh size 0,5 inci
(12,5 mm).
Penyelesaian :
Skala panjang model (R1) = 1/20
Diameter benang jarring sebenarnya (Do)= D = √ 210 x 12/5135 =0,700535
Diameter benang jarring model (Dm) = D = √ 210 x 3/5135 = 0,350268
Do 0,700535
Rd = Rd = =
Dm 0,350268
2
Rm = ½
Rn = R1/Rm
47
Rn = (1/20)/(1/2) = 1/10 = 0,1
Jumlah mata jarring model teoritis = 1000 mata x 0,1 = 100 mata
TS m
ANM = TNM x
AS m
ANM = 100 x 50 =
12,5 400 mata
Jadi jumlah mata jarring model yang sebenarnya adalah 400 mata
Dengan cara yang sama dapat dihitung lebar jarring model.
Contoh soal 2
Gill net terbuat dari bahan PA 210D/12 mesh size 4 inci (100 mm), panjang 60 m lebar 6
m S=40%. Mau dibuat model dengan panjang 3 m bahan PA 210D/3 mesh size 0,5 inci
(12,5 mm).
Penyelesaian :
Skala panjang model (R1) = (3/60) = 1/20
Diameter benang jarring sebenarnya (Do)= D = √ 210 x 12/5135 =0,700535
Diameter benang jarring model (Dm) = D = √ 210 x 3/5135 = 0,350268
Do 0,700535
Rd = Rd = =2
Dm 0,350268
48
Lo= (60 m/0,6) = 100 m
Jumlah mata jarring = 100 m/100 mm = 1000 mata
Jumlah mata jarring model teoritis = 1000 mata x 0,1 = 100 mata
3.3 Penutup
Tugas kelompok
1. Hitung kebutuhan jarring purse seine dengan dimensi panjang 600 m lebar 50 m,
mesh sice 1 inci, bahan 210D/9 untuk kantor dan 210D/6 untuk bagian lainnya.
Hasil masing-masing kelompok akan didiskusikan dan dipresentasikan di depan
kelas.
2. Identifkasi gaya-gaya yang akan bekerja pada berbagai jenis alat penangkap ikan
(masing-masing kelompok berbeda alat penangkap).
3. Hitung gaya yang akan diterima oleh alat tangkap pada saat kecepatan arus
mencapai 2 knots, tinggi gelombang 1 m. Tugas akan didiskusikan di kelas.
4. Buat model purse seine dengan ukuran 500 m x 50 m, mesh size 1 inci, bahan PA
210D/9. Model panjang 5 m mesh size 0,5 inci, bahan 210D/2.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
50
BAB 4. DISAIN TRAWL
4.1. Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain alat penangkapan ikan dan
mendisain berbagai jenis trawl.
51
Akhirnya setelah kebutuhan teknik tersebut diformulasikan, karakteristik teknik utama alat
penangkap ikan seperti dimensi utama, gaya tarik dan gesek, kebutuhan penampilan daya
apung dan pemberat dapat diset secara tentative.
Trawl ini umumnya digunaklan pada perikanan pantai untuk menangkap ikan sole.
Cenderung kurang pada tinggi head line. Trawl tipe ini dapat digunakan pada dasar yang
relatif keras jika dilengkapi dengan bunt wing.
52
Disain utama sebagai berikut :
Dalam dipotong square secara gradual; bosom lebar; wing sempit; belly dipotong pendek;
wing bawah sekitar 10% lebih panjang dari square dan sayap atas; fishing line diikat
normal dengan slack 10-15%.
2. WING TRAWL
Wing trawl biasanya digunakan untuk fungsi ganda, dan terutama pada dasar perairan rata
Trawl ini juga populer sebagai seine net dan pair trawl.
3. BOX TRAWL
Box trawl idealnya cocok untuk digunakan pada dasar yang kasar atau halus dan dapat
dibuat dengan dua atau tiga bridle tergantung dari ketinggian head line yang diinginkan.
Box trawl dengan dua bridle mempunyai mulut dengan bentuk sangat bagus, mempunyai
bunt membuat sudut yang sangat kecil dengan dasar perairan dan efektif untuk menangkap
jenis-jenis ikan demersal perenang lambat.
4. BUTTERFLY TRAWL
Butterfly trawl adalah dasar dari trawl dasar yang terangkat tinggi yang mana jika ditata
dengan baik dapat menjadi trawl serbaguna. Jaring harus dipasang dengan 3 bridle dan
dapat ditata untuk beroperasi pada dasar yang keras atau mempunyai bukaan vertikal yang
53
sangat tinggi. Trawl butterfly yang sangat besar mempunyai bukaan vertikal yang terbaik
tetapi hanya cocok untuk digunakan pada dasar yang rata. Belly dan wing lebih pendek
lebih baik dan sesuai untuk dasar yang agak kasar tetapi hanya sedikit lebih baik dari pada
box trawl.
5. BALLOON TRAWL
Istilah balloon trawl merupakan konsep baru walaupun jenis trawl ini sudah ada
beberapa lama. Pada dasarnya adalah wing trawl yang mempunyai bagian belly atas lebih
lebar dari pada bagian bawah. Jenis trawl ini ditarik pada lastriche dan mempunyai sayap
atas yang panjang atau vee yang dalam dan vee yang pendek pada sayap bawah. Trawl ini
pada dasarnya merupakan versi pengangkatan tinggi sayap yang memungkinkan dapat
ditarik dengan dua atau tiga bridles.
54
Tabel 4.2. Data disain trawl
HP Pj Foot Jm mt fish. Mesh size Diameter Otter board Bridle
Kapal Rope Circle top belly benang size flat or
(fm) (mata) vee
5-15 4-5 120 90 1 2’x1’ – 20’-30’
2’6”x1’3”
15-50 5-6 160-200 90 1.5 2’6”x1’3” – 20’-10
3’6”x1’9” fm
50-100 4-8 220-260 100 1.8 3’6”x1’9” – 40’-12
4’6”x2’3” fm
80-150 8-10 260-300 120 1.8-2 4’x2’ – >15 fm
5’6”x2’9”
150-280 10-12 300-320 150 2-2.5 6’x3’ – >20 fm
6’6”x3’3”
280-360 12-14 320-400 150 2.5 7’x3’6” – >30 fm
7’6”x3’9” + single
360-500 14-16 360-440 150 2.5 7’6”x3’9” – >30 fm
8’x4’ + single
Tabel 4.1 dan 4.2 merupakan pedoman dasar dalam merencanakan disain trawl
sesuai dengan ukuran kapal yang akan digunakan. Berbeda dengan alat penangkap ikan
lainnya, pada trawl rancangan harus disesuaikan dengan ukuran kapal, mengingat trawl
dioperasikan dengan diseret di dasar perairan. Kalau ukuran trawl tidak sesuai dengan
ukuran kapal, maka tidak dapat dioperasikan dengan baik dan akibatnya tidak akan
memberikan hasil tangkapan yang memuaskan.
moc = (2/3).mog
dimana mog adalah ukuran mata jarring gill net yang didisain untuk menangkap ikan jenis
dan ukuran yang sama. mog dapat dihitung :
55
mog = L/K.m
dimana L adalah panjang standar ikan dan Km adalah koefisien empiris yang tergantung
dari morfologi ikan dan didapatkan melalui percobaan penangkapan dengan gillnet.
Langkah-langkah disain
1. Buat sketsa outline rencana jaring
2. Masukkan data jaring pada perencanaan
3. Pilih ukuran mata jaring pada masing-masing bagian
4. Hitung fishing line (FL), lihat tabel dan sesuaikan dengan ukuran kapal serta
variabel yang ada
5. Hitung FL pada bosom = 10% FL
6. Hitung jumlah mata pada bosom (H = 0,4)
7. Hitung square dalam = dalam dari bunt
8. Hitung jumlah mata pada panel samping = 0,2 x FC/2
9. Hitung Jumlah mata pada ujung atas panel = ¾ x panel samping
10. Hitung Jumlah mata pada top belly 1 = (FC/2 – panel samping)
11. Hitung Jumlah mata jaring pada dasar bunt = (top belly1 – bosom bawah)/2
12. Hitung Panjang sayap bawah = (FL – 10% FL)/2
13. Hitung Jumlah mata jaring pada sayap bawah = pj sayap/mesh size. Panjang
masing-masing bagian sayap sama. Kalau tidak pas dibagi rata, alokasikan bagian
yang kurang pada tip.
14. Square; pemotongan 1N1B-1N2B; Square dasar = top belly1; top square dihitung
melalui kalkulasi pemotongan.
15. Hitung Jumlah mata jaring pada dasar sayap atas = (top square – square bosom)/2
16. Jumlah mata jaring top sayap atas dihitung berdasarkan pemotongan; bagian dalam
all B dan bagian luar 1N1B.
17. Tentukan jumlah belly yang akan digunakan; disesuaikan dengan ukuran mata
jaring yang tersedia. Dalam pada masing-masing belly adalah sama, namun
dengan ukurn mata jaring yang berbeda.
18. Tentukan dimensi cod end dan jumlah mata jaring; jumlah mata jaring pada cod
end disesuaikan dengan ukuran utama trawl. Untuk trawl kecil sampai sedang,
jumlah mata berkisar antara 50 sampai 100.
19. Hitung jumlah mata jaring lebar dan dalam pada masing-masing belly. Untuk
memudahkan, konversi ukuran mata jaring kepada ukuran yang sama, gunakan
56
mata jaring terkecil. Patokan yang digunakan adalah jumlah mata jaring pada top
belly1, pada cod end dan sistem pemotongan pada sisi belly sesuai tabel disain.
Setelah selesai dihitung pada ukuran mata yang sama, konversi balik keukuran
mata jaring yang sebenarnya.
20. Buat gambar disain dan cantumkan semua nilai perhitungan dan ukuran-ukuran
yang ada.
22
128
57
Æ
2N 2 0
3B 1,5 1,5
3,5 1,5
Perhatikan segitiga siku-siku di sisi kiri dan kanan square. Untuk mendapatkan
jumlah mata pada top square, maka jumlah mata pada dasar ke segi tiga siku-siku
ditambah dengan 128 (dasar square).
Jumlah mata pada dasar segi tiga siku-siku dihitung dengan cara perbandingan
matematika, yaitu : jumlah mata dasar : jumlah mata vertical = perbandingan
horizontal : perbandingan vertical
Jadi mata dasar (MD) : 22 = 1,5 : 3,5
3,5 MD = 22 x 1,5 = 9,5 mata
Jumlah mata pada dasar segi tiga siku-siku = 9,5 mata, sehingga untuk ke dua segitiga
= 2 x 9,5 mata = 19 mata
Jadi jumlah mata pada top square = 128 mata + 19 mata = 147 mata.
12. Jumlah mata pada square bosom = jumlah mata pada bosom + 10 % = 36 mata + 3,6
mata = 39,6 mata dibulatkan menjadi 40 mata
13. Jumlah mata jaring pada dasar sayap atas = (top square – square bosom)/2= (147-
40)/2 = 53,5 mata
14. Jumlah mata jaring top sayap atas dihitung berdasarkan pemotongan; bagian dalam all
B dan bagian luar 1N1B.
22
22
All B 22
53,5 ?
Perhatikan diagram di atas. Lihat segi tiga siku-siku garis putus sebelah kiri. Sistem
pemotongan pada sisi miring all B sehingga jumlah mata jarring vertical sama dengan
jumlah mata jarring horizontal yaitu 22 mata.
58
Selanjutnya lihat segi tiga siku-siku garis putus sebelah kanan. Sistem pemotongan pada
sisi miring adalah 1N1B dan jumlah mata jarring vertical 22. Untuk menghitung jumlah
mata jarring horizontal, dilakukan melalui proses perbandingan matematika yaitu : jumlah
mata dasar : jumlah mata vertical = perbandingan horizontal : perbandingan vertical.
Æ
1N 1 0
1B 0,5 0,5
1,5 0,5
15. Tentukan jumlah belly. Jumlah belly ditentukan berdasarkan banyaknya ukuran mata
jaring yang tersedia.
Supaya panjang bagian belly sama maka ukuran mata jarring dikonversi dari ukuran mata
sebenarnya ke ukuran mata jarring terkecil. Selanjutnya dikonversi kembali ke ukuran
mata jarring yang sebenarnya.
128 mata 324 mata Mesh size dari 152
mm dikonversi
B1 m=152 mm menjadi 60 mm = 128
x 152/60 = 324
33,5 mata
59
50 mata
m=40 mm
50 mata
60
61
62
Beam Trawl
Beam trawl adalah salah satu jenis trawl yang pada konstruksi bagian mulut
dipasang palang (beam) sehingga mulut trawl terbuka secara horizontal dan vertical. Oleh
karena itu, dalam pengoperasian beam trawl tidak diperlukan lagi otterboard. Fungsi
otterboard pada beam trawl digantikan oleh beam. Keterbatasan panjang beam membuat
ukuran beam trawl relative lebih kecil disbanding dengan jenis trawl lainnya. Panjang
beam merupakan salah satu factor penentu ukuran trawl dan juga ukuran kapal yang akan
digunakan. Untuk lebih jelasnya criteria disain beam trawl dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Kriteria disain beam trawl
HP Pj. Beam Pj. Jaring Lebar Cod end Pj. Cod End
(m) ( x beam) (stretch) (Stretch)
5 - 10 2–3 3 2,4 2,5
11 – 20 3–4 2,5 – 3 3 3
20 – 30 3–5 2,5 3 3
30 – 100 4–8 2 4 4
> 100 6–8 2 4 4
Bosom 10-15% FL; Sq depth 100% LW; Sq taper 2N1B – 1N2B; Belly 2N1B – 1N2B.
H pada head square 0,5.
63
Perhitungan Pelampung, Pemberat dan Bobbin
Dimana :
Fn = gaya pada alat tangkap yang sebenarnya
Fp = gaya pada model
SF = factor skala gaya
4.3 Penutup
Buat disain beberapa jenis dan ukuran trawl seperti yang pada table disain.
Tentukan sendiri ukuran mata jarring yang akan digunakan. Tugas dibuat kelompok dan
akan dipresentasikan di depan kelas pada kuliah berikutnya. Petunjuk : gunakan belly 5.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
65
BAB 5. DISAIN PURSE SEINE
5.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain purse seine
66
Alat tangkap purse seine dii lapangan pada umumnya dirangkai sendiri dan
berdasarkan pada pengalaman nelayan, sehingga dalam pembuatan alat tangkap tidak
digambarkan terlebih dahulu. Pemilihan bahan dan tali temali didasarkan pada pengalaman
dan kondisi ketersediaan bahan.
Lo − Li
S= x 100%
Lo
Dimana :
Lo = panjang jaring sebelum ditata pada tali ris
Li = panjang jaring setelah ditata pada tali ris
⎛ N +n⎞
⎜ ⎟ x H x {( 2 x S ) + K }
⎝ 2 ⎠
Wt =
1000 x R
where :
S = net mesh size
K = knot content
R = runnage (m/kg)
atau
67
Gambar 5.1. Contoh disain purse seine (Anonym, 2007)
68
Penentuan Kedalaman Jaring
Disain dalam jarring perlu diperhatikan dua factor yaitu : pertama, kedalaman
maksimum yang memungkinkan dimana ikan-ikan berada dan kecepatan ikan melarikan
diri; kedua perbandingan kedalaman dan panjang jarring yang diperlukan dalam
membentuk mangkok saat operasi penangkapan.
Kedalaman jaring (Hk) dihitung dengan rumus berikut :
2
H h = (1 − E1 ) . H o
= E2 . H o
Waktu tenggelam pemberat dihitung dengan rumus Fridman (1986) sebagai berikut:
H
Ts = 0,9 H
Fs
Kecepatan tanggelam pemberat dihitung dengan rumus Fridman (1986) sebagai berikut:
Fs
V=
1,8 H
Dimana :
Ts = waktu tenggelam pemberat (detik)
H = kedalaman purse seine (meter)
Fs = gaya tenggelam per meter (kgf/m)
V = kecepatan tenggelam pemberat (m/detik)
69
Gambar 5.2. Deskripsi Alat Tangkap Purse Seine di Kota Kendari.
71
Gambar 5.3. Penampilan jarring di dalam air
Gambar 5.4. Proses pelingkaran jarring purse seine dan pergerakan ikan
Gambar 5.5. Pergerakan ikan pada saat ke dua ujung purse seine sudah bertemu
Pemilihan bahan ini juga karena polyetilen bersifat lebih kaku, kuat tebal serta
murah harganya. Hanya saja polyetilen memiliki sifat yang lebih ringan di air karena
massa jenisnya yang lebih kecil, serta tekanan terhadap air cukup besar karena struktur
72
benang yang besar dan kasar sehingga kecepatan tenggelamnya menjadi lebih lambat dari
pada polyamide. Dalam hal ini untuk meningkatkan kecepatan tenggelam dari jaring dapat
dilakukan dengan cara penambahan jumlah pemberat pada tali pemberat.
Ukuran mata jaring pada bagian kantong lebih kecil dari pada ukuran mata jaring
pada bagian sayap dan badan, pada umumnya berkisar antara 10 - 20 mm. Menurut Kulst
(1987) ukuran mata yang lebih kecil akan membuat jaring lebih kuat menahan tekanan
mengingat kantong sebagai wadah dimana ikan berdesak-desakan di jaring sebelum
dinaikkan ke atas kapal. Namun demikian, ukuran mata jaring pada bagian kantong tidak
sesuai dengan ketentuan ukuran mata jaring minimum yaitu 25 mm.
Jenis simpul yang digunakan juga sama dengan simpul pada bagian sayap dan
badan jaring yaitu simpul tunggal atau simpul English knot. Tipe sambungan pada bagian
kantong yaitu sambungan mesh dengan mesh untuk sambungan secara horizontal dan
sambungan point dengan point untuk sambungan secara vertikal, hal ini dilakukan karena
jumlah mata yang sama. Pada bagian yang berhubungan dengan bahu jaring sambungan
yang digunakan yaitu take up dengan menggunakan perbedaan selisih yang dibagi rata.
5.2.4. Tali-temali
Tali temali pada alat tangkap purse seine terbagi atas beberapa bagian yakni tali ris
atas, tali penguat tali pelampung, tali pelampung, tali ris bawah, tali penguat tali pemberat,
tali pemberat dan tali kolor. Ukurannya bervariasi pada tiap unit alat tangkap.
Tali ris atas yang digunakan terbuat dari bahan polyetilen (PE) dengan diameter
bervariasi antara 7 – 12 mm. Warna tali pada umumnya biru dan hijau dengan arah
pintalan Z. Panjang tali ris atas berkisar antara 315 – 400m.
Tali penguat tali pelampung menggunakan bahan polyetilen (PE) dengan diameter yang
biasanya lebih kecil dari pada tali ris atas dan tali pelampung, tetapi ada juga yang sama
besar dengan diameter tali ris atas dan tali pelampung. Diameternya berkisar antara 6 mm-
11 mm. Warna tali juga pada umumnya hijau dan biru. Arah pintalan sama dengan
pintalan tali ris yaitu pintalan Z. Panjang tali penguat tali pelampung juga sama dengan
panjang tali ris atas dan tali pelampung.
Penggunaan tali dengan pilinan yang sama, kurang tepat, mengingat dalam proses
operasi penangkapan ikan, akan terjadi gaya putar yang menyebabkan tali dapat kusut.
Kalau tali yang digunakan mempunyai pilinan yang berbeda, maka gaya dari pilinan tali
akan saling berlawanan sehingga menetralkan. Akibatnya kekusutan tali akan dapat
terhindarkan, dan tali akan lebih kuat (Klust, 19 dan Najamuddin, 2005).
73
Tali pelampung juga menggunakan bahan polyetilen (PE), diameter tali pelampung
biasanya lebih besar dari pada tali ris atas dan tali penguat tali pelampung. Panjang tali
pelampung sama dengan panjang tali ris atas begitu juga dengan arah pintalannya. Untuk
pemasangan tali ris atas dengan tali pelampung dan tali penguat digunakan pengikatan
dengan sosok pangkal dan sosok dua tengah. Agar pengikatan tali ris dapat betul-betul
kuat, pengikatan tali-tali ini kadang-kadang digandakan. Penataan tali ris atas, tali
pelampung dan pelampung dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5.6. Contoh Penataan Tali Ris Atas, Tali Pelampung dan Pelampung Purse seine
Tali ris bawah terbuat dari bahan polyetilen (PE) dengan diameter bervariasi antara
7 – 12 mm. Pada umumnya diameter tali ris bawah sama dengan diameter tali ris atas
bahkan ada yang lebih besar dari tali ris atas. Warna tali pada umumnya biru dan hijau
dengan arah pintalan z. Panjang tali ris bawah sama dengan tali ris atas.
Tali pemberat juga terbuat dari bahan polyetilen dengan diameter berkisar antara 8
– 12 mm umumnya diameter tali pemberat lebih besar dari pada tali ris bawah dengan arah
pintalan Z. Panjang tali pemberat pada umumnya sama dengan panjang tali pelampung
artinya panjang jaring bagian atas sama dengan panjang jaring bagian bawah. Menurut
Fridman (1988) purse seine yang memiliki tali pemberat lebih panjang dari tali pelampung
akan lebih cepat tenggelam tetapi tali pemberat yang lebih pendek dari tali pelampung
akan dapat lebih cepat dikerutkan dan dapat meningkatkan pengaruh menyerok dari purse
seine. Jaring yang diangkat dengan power block memerlukan panjang yang harus relatif
sama antara tali pemberat dan tali pelampung.
Tali penguat tali pemberat terbuat dari bahan polyetilen dengan diameter yang lebih
dari tali pemberat namun hanya sebagian saja alat tangkap yang yang menggunakan tali
penguat tali pemberat, ada juga purse seine yang tidak menggunakannya. Tali ring atau tali
kang yang digunakan purse seine masyarakat dikendari menggunakan tipe kaki tunggal
ada juga yang tidak menggunakan tali ring (tali kang) tetapi cincin langsung dipasang pada
74
tali pemberat. Berikut ini gambar pemasangan pemberat (cincin) pada tali ring (tali kang)
dan tali pemberat:
5.2.5. Pelampung
Pelampung pada purse seine dipasang pada bagian atas jaring, dengan tujuan untuk
memberikan daya apung pada alat penangkapan ikan. Jumlah pelampung yang digunakan
bervariasi untuk setiap unit alat tangkap purse seine, yaitu berkisar antara 1600 sampai
2250 buah pelampung dengan bahan yang bervariasi ada yang terbuat dari bahan sintetis
atau plastik yang disebut polyvinil Cloride (PVC) dan ada yang terbuat dari bahan gabus
padat. Bentuk pelampung bervariasi ada yang berbentuk bola dan ada yang berbentuk oval.
Pelampung dengan bahan plastik berbentuk bola dengan diameter 9,8 cm dan berat 28
gram/buah, sedangkan dari bahan gabus berbentuk oval panjang 14,8 cm -15,2 cm dan
keliling 30 cm dengan berat 76 – 85 gram/buah. Jarak pemasangan pelampung pada tali ris
antara 15 – 20 cm, ini dimaksudkan agar diperoleh penyebaran daya apung yang merata
pada jaring sehingga jaring dapat terentang dengan baik. Jarak pelampung cukup dekat
juga dapat menakut – nakuti ikan agar tidak berusaha meloloskan diri melalui bagian atas
jaring. Menurut Fridman (1986) semakin kecil jarak antar pelampung semakin baik karena
disribusi gaya apung semakin merata di sepanjang tali pelampung.
Jumlah pelampung setiap meter dalam 1 unit purse seine untuk bagian sayap dan
badan yaitu berkisar 5 – 7 buah pelampung, pada bagian kantong 6- 10 buah. Terlihat
bahwa jumlah pelampung dalam satu meter tali ris pada bagian kantong lebih banyak
daripada bagian sayap dan badan. Hal ini disebabkan karena pada bagian kantong tekanan
yang ditimbulkan akibat penarikan jaring dan tekanan akibat gerakan ikan lebih besar.
Penataan pelampung pada bagian kantong hanya sedikit berbeda dari bagian lain,
menyebabkan akan terjadi kekhawatiran akan tenggelam apabila volume ikan pada bagian
kantong cukup tinggi. Menurut Ben-Yami (1994) perbandingan daya apung antara bagian
kantong dengan bagian lainnya dapat mencapai 3:1. Menurut Fridman (1986) bahwa
75
pelampung harus dapat menopang baik berat jaring yang tenggelam dan daya tenggelam
vertikal yang timbul selama pelepasan dan penarikan jaring, juga tekanan yang
ditimbulkan oleh ikan pada dinding jaring.
5.2.6. Pemberat
Nelayan purse seine di kendari umumnya menggunakan pemberat berupa cincin
sehingga pemberat dan cincin tidak terpisah. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan
timah hitam, kuningan dan aluminium, akan tetapi yang paling banyak digunakan adalah
timah hitam. Ukuran pemberat bervariasi, umumnya berdiameter 9,3 – 25 cm dan
ketebalan berkisar antara 0,12 – 5 cm, dengan berat bervariasi 0,33 – 7 kg/cincin. Jarak
antar pemberat juga bervariasi antara 2,5 – 4,5 m, dimana antara pemberat penataannya
pun berbeda untuk jaring yang menggunakan pemberat dengan ukuran yang berbeda cara
pemasangannya selang seling antara 1 pemberat besar dengan 2 pemberat kecil, atau 1
pemberat besar dengan 1 pemberat kecil. Jumlah pemberat juga bervariasi untuk setiap
unit purse seine disesuaikan dengan panjang jaring, bahan pemberat dan berat tiap
pemberat. Jumlah pemberatnya berkisar antara 70 sampai 546 buah per unit.
Menurut Sadhori (1984) pemberian pemberat tidak boleh terlalu berlebihan karena
disamping merupakan pemborosan juga akan mengurangi daya apung dan membuat jaring
terlalu tegang. Ditambahkan oleh Konagaya (1971) dalam Nur Indar (1985) bahwa berat
dari pemberat akan mempengaruhi bentuk jaring di bagian atas. Pemberat yang terlalu
banyak akan menyebabkan lebar jaring yang dalam dan mengurangi kecembungan dinding
jaring selama penebaran, sehingga daya serok berkurang.
Nilai shortening masing – masing sample pada bagian sayap dan badan jaring
berkisar antara 15 – 34,4%. Menurut Sadhori (1984) , nilai shortening yang ideal untuk
purse seine berkisar antara 15 – 30% bahkan kadang-kadang ada yang menggunakan
shortening 10 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai shortening dari sample sudah
memenuhi standar yang ideal. Namun demikian, mengingat fungsi jaring pada purse seine
adalah sebagai dinding, tidak menjerat, maka diperlukan bukaan mata jaring maksimum,
yaitu dengan hanging ratio 0,707 atau shortening 0,293. Pada nilai hanging ratio tersebut,
tahanan jaring dalam air paling ringan (Fridman, 1986).
Nilai hanging ratio untuk bagian sayap dan kantong pada masing-masing sample
berkisar antara 66 – 80%. Menurut Fridman (1988) bila hanging ratio pada tali pelampung
lebih kecil akan memberikan kecepatan tenggelam yang lebih besar dan jaring bekerja
76
lebih dalam . Pada sisi lain, makin besar hanging ratio akan memudahkan penangkapan,
penarikan jaring dan hasil tangkapan.
Nilai kedalaman masing-masing sample berkisar antara 9 – 25 m. menurut Fridman
(1986) merancang ukuran kedalaman jaring memerlukan dua faktor. Satu diantaranya ialah
kedalaman maksimum yang mungkin dicapai ikan menyelam dan kecepatan selamnya ,
biasanya 20 – 30% lebih dalam dari pada kedalaman maksimum kemampuan renang ikan.
Kedua ialah perbandingan kedalaman dan panjang untuk membuat bentuk yang diperlukan
selama tali kerut ditarik, yang paling baik adalah kedalaman jaring 0,1 dari panjangnya
atau 0,2 dari panjangnya. Untuk ikan yang bergerak lamban atau operasi penangkapan
yang menggunakan lampu sebagai penarik perhatian ikan berkumpul, kadang-kadang
boleh mencapai 0,05 dan dapat diperbesar sampai 0,33 apabila harus mencapai perairan
dalam. Perbandingan antara kedalaman dan panjang jaring pada masing-masing sampel
dapat dilihat pada Tabel 3.
Menurut Fridman (1986) perbandingan kedalaman dan panjang jaring (H/L) antara
0,1-0,2, sedangkan Ben-Yami (1994) menyarankan perbandingan sampai 0,33. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum kedalaman jaring belum memenuhi standar, sehingga
perlu ditambah kedalaman jaring. Kondisi jaring yang kurang dalam tersebut
memungkinkan ikan-ikan yang telah dilingkari melarikan diri melalui bagian bawah jaring,
baik pada saat proses pelingkaran jaring maupun setelah selesai pelingkaran jaring.
Kondisi jaring ada masih dapat diterima apabila dioperasikan pada kedalaman perairan
yang sama atau lebih kecil dari kedalaman jaring. Namun demikian, dengan kondisi
sumberdaya yang cenderung semakin berkurang, daerah penangkapan semakin jauh dari
pantai, sehingga penyempurnaan kedalaman jaring perlu dilakukan.
77
Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Daya Apung dan Daya Tenggelam Tiap-Tiap Bagian Purse
Seine (Kasus di Kota Kendari)
Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 5.1, terlihat bahwa total daya apung berkisar
antara 611,76 – 1098,25 kgf dan total daya tenggelam berkisar antara 210,52 – 489,07 kgf.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daya apungnya lebih besar dari pada daya
tenggelam, ini berarti bahwa dari segi perbandingan daya apung dan daya tenggelam alat
tangkap purse seine sudah memenuhi standar dengan tujuan alat tangkap yaitu menangkap
ikan-ikan permukaan sehingga diperlukan daya apung yang cukup besar agar jaring tetap
berada di atas (tidak tenggelam) pada saat operasi penangkapan.
Kondisi di atas juga memperlihatkan bahwa purse seine yang menggunakan
pelampung berupa bola plastik nilai daya apungnya sangat tinggi. Hal ini dimaksudkan
karena dalam operasi penangkapan bola pelampung sering kali pecah, sehingga pelampung
yang lain masih dapat menahan posisi jaring tetap terapung.
Berdasarkan perhitungan distribusi gaya tenggelam permeter jaring diperoleh kisaran
nilai antara 0,55-1,22 kgf/m (Tabel 5.2). Kondisi ini menunjukkan nilai yang sangat
rendah, yang berdampak pada kecepatan tenggelam. Menurut Fridman (1986) distribusi
gaya tenggelam minimal 2 kgf/m. Nilai ini juga tergantung dari kecepatan arus di lokasi
penangkapan ikan, makin besar kecepatan arus di daerah penangkapan ikan, maka gaya
tenggelam yang diperlukan lebih besar lagi.
2 Waktu Tenggelam dan Kecepatan Tenggelam Jaring
Berdasarkan perbandingan antara nilai daya tenggelam dengan panjang tali pemberat,
kedalaman dan koefisien tahanan gesekan, pada masing-masing sampel, maka diperoleh
78
waktu tenggelam dan kecepatan tenggelam masing-masing alat tangkap yang dapat dilihat
pada Tabel 5.2.
Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa waktu tenggelam pada purse seine di
Kendari berkisar antara 34 – 102 detik, kecepatan tenggelam berkisar antara 0,16 – 0,18
m/detik. Dilihat dari perbandingan antara panjang jaring dengan kedalaman dan kecepatan
tenggelam dari ketujuh sampel tersebut belum ada yang memenuhi kriteria standar..
Namun dari segi waktu tenggelam dan kecepatan tenggelam, semua sudah cukup baik. Hal
tersebut terjadi akibat kedalam jaring yang masih kurang, sehingga waktu yang dibutuhkan
pemberat untuk sampai pada kedalaman tertentu relatif singkat. Fridman (1986)
menyatakan jika panjang jaring terlalu panjang, maka akan memperlambat proses
pelingkaran, sehingga memungkinkan ikan akan lolos dari celah jaring. Kedalaman jaring
yang kecil memungkinkan ikan meloloskan diri melalui bagian bawah pemberat.
Kecepatan tenggelam jaring yang tinggi, akan mempercepat penurunan jaring mencapai
kedalaman maksimum, sehingga ikan tidak dapat meloloskan diri kearah horizontal.
Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Waktu Tenggelam dan Kecepatan Tenggelam Jaring (Kasus
Kendari)
79
dari segi institusi harus dapat berperan dalam menjamin keseimbangan yang terjadi pada
ekosistem perikanan.
Kondisi purse seine di lokasi penelitian dari segi teknis belum mampu menjaga
kelestarian sumberdaya ikan-ikan pelagis kecil yang menjadi target operasi. Hal ini
diindikasikan dari ukuran mata jaring pada bagian kantong yang hanya 10-20 mm. Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk menjamin kelestarian ikan layang
(Decapterus russelli) di perairan Selat Makassar disarankan menggunakan ukuran mata
jaring minimum 2,52 cm, sedangkan untuk ikan layang deles (Decapterus macrosoma)
ukuran mata jaring minimum 3,19 cm (Najamuddin, 2004). Ikan layang hanya merupakan
salah satu jenis ikan hasil tangkapan purse seine, demikian pula ukurannya relatif kecil.
Untuk jenis ikan pelagis kecil lainnya, seperti ikan kembung, lemuru, cakalang, selar
diperlukan kajian lebih lanjut yang berhubungan dengan aspek biologi dan ukuran mata
jaring minimum.
Antisipasi perbaikan selektivitas purse seine dapat dilakukan melalui penerapan
ukuran mata jaring minimum yang digunakan pada seluruh bagian jaring atau dengan
menggunakan ukuran mata jaring berbentuk segi 4 pada bagian kantong sebagai jendela.
Pada jendela tersebut, diharapkan ikan-ikan yang belum layak tangkap dapat meloloskan
diri. Prinsip jendela seleksi seperti sudah banyak diterapkan pada berbagai alat penangkap
ikan, seperti trawl (Fonteyne, and M’Rabet, 1992; Walsh,et al., 1992); pada purse seine
(Misund, and Beltestady, 2000). Namun demikian, mengingat karakteristik sumberdaya
ikan tropis yang multispecies, dengan ukuran ikan yang bervariasi, maka sangat sulit untuk
menentukan standar ukuran mata jaring.
5.3 PENUTUP
Buat disain purse seine ukuran 500 x 50 m, mesh size 1 inci, bahan polyamide 210 D/9
untuk kantong dan 210D/6 untuk bagian lainnya. Hitung banyak bahan jarring yang
digunakan.
Lengkapi rancangan anda dengan penataan pelampung dan pemberat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
81
BAB 6. DISAIN PAYANG
6.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain payang
82
• Tali penarik (tali selambar), yaitu tali yang berfungsi untuk menarik jaring saat
operasi penangkapan berlangsung dengan panjang tali slambar kanan 50 m dan tali
slambar kiri 100 m.
• Tali kantong (cod line), yaitu tali yang berfungsi untuk mengikat ujung kantong
agar hasil tangkapan tidak keluar dari bagian kantong. dengan panjang tali 5 m.
(3). Pelampung (float)
Pelampung ini berfungsi untuk memperoleh daya apung pada jaring. Pelampung
ini terdiri atas 2 macam, yaitu pelampung tanda yang terbuat dari bahan plastik berbentuk
bola, dengan diameter 40 cm, sebanyak satu buah dan pelampung utama yang terbuat dari
kayu Bakau (Rhyzopora) berbentuk batang, dengan ukuran panjang 40 cm berdiameter 26
mm, sebanyak 6 buah.
(4). Pemberat (sinker)
Fungsi pemberat disini adalah untuk menenggelamkan bagian tertentu jaring,
menahan perubahan bentuk jaring dari pengaruh arus dan bersama-sama dengan
pelampung memberi bentuk pada jaring serta menjaga mulut jaring agar selalu terbuka
selama berlangsungnya penarikan jaring. Pemberat ini terbuat dari bahan timah, berjumlah
6 buah, dengan berat masing-masing 2 kg dan sebuah pemberat dari batu gunung dengan
berat + 2 kg dan diameter 30 cm yang diikat pada bagian tengah mulut jaring bagian
bawah.
Payang yang digunakan dalam penelitian ini adalah payang dengan ukuran panjang
200 m dan lebar 12 m. Jaring payang ini terbuat dari bahan nylon benang ganda (nylon
multifilamen). Untuk bagian sayap menggunakan benang dengan nomor 210 D/15, bagian
badan menggunakan benang dengan nomor 210 D/12 dan bagian kantong menggunakan
benang dengan nomor 210 D/9.
Untuk lebih lengkapnya diskripsi alat tangkap payang dapat dilihat pada Gambar 4.
83
1,5
2 A. 18,5 meter
40
B. 40,5 meter
60
C. 75 meter
80
6.3 Penutup
Buat disain payang secara berkelompok ! Setelah disain dibuat, gambar disain tersebut
pada paket program CADNET, lakukan modifikasi seperlunya dalam upaya memperbaiki
disain yang telah ada. Lakukan pembahasan terhadap modifikasi yang telah dilakukan
termasuk justifikasi sesuai kebutuhan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
85
BAB 7. DISAIN GILL NET
7.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain gill net
Gambar 7.1. Gill net lengkap dengan tali ris, tali pelampung, tali ris bawah dan tali
pemberat
86
Gambar 7.2. Gill net dimana tidak memiliki tali ris bawah dan tali pemberat
88
d. setelah memperkirakan ikan telah banyak terjerat maka jaring kemudian di tarik naik ke
atas kapal oleh dua (2) orang ABK dengan posisi kapal yang bergerak secara perlahan
menuju ujung jaring yang satunya.
e. setelah jaring naik ke atas kapal, hasil tangkapan kemudian di pisahkan dari alat
tangkap oleh para ABK.
Adapun Deskripsi dari alat tangkap jaring insang hanyut ikan terbang yang menjadi objek
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
A (39,20 – 43,56 m)
D (40 – 49 cm)
C (1,69–1,84 m)
E (42 – 49 cm)
B (42,57 – 50,96 m)
Gambar 7.4. Konstruksi jaring insang hanyut ikan terbang di lokasi penelitian.
Keterangan :
1. Tali Pelampung A. Panjang Jaring Bagian Atas
2. Pelampung B. Panjang Jaring Bagian Bawah
3. Badan Jaring C. Tinggi Jaring
4. Tali Pemberat D. Jarak Antar Pelampng
5. Pemberat E. Jarak Antar Pemberat
89
Polyetilen 5 mm
Polyetilen 3 mm
6,5 cm
2 cm 1,4 cm
4,5 cm
0,4 cm
2 cm
90
(40 – 99 cm) (99 – 102 buah)
(42 – 49 cm)
(100 – 105 buah)
Gambar 7.7. Cara pemasangan pelampung dan pemberat pada tali ris.
B. Tali-temali
Jaring insang pada umumnya ada beberapa tali yang digunakan dalam proses
pembuatan alat tangkap yaitu tali ris atas, tali pelampung, tali ris bawah, dan tali pemberat.
Namun alat tangkap yang digunakan nelayan pada lokasi penelitian hanya menggunakan
tali pelampung dan tali pemberat yang difungsikan sebagai tali ris. Tali ris atas yang
digunakan sebagai tempat mengikat pelampung dan tali ris bawah sebagai tempat untuk
pemberat. Bahan yang digunakan pada tali ris atas dan bawah yakni polyethylen dengan
diameter 5 mm pada tali ris atas, dan 3 mm pada tali ris bawah. Adapun hasil pengukuran
dimensi tali dapat dilihat pada Tabel 2.
Secara terperinci bagian-bagian tali pada ke-10 unit gillnet dijelaskan sebagai berikut:
1. Tali Pelampung
Tali pelampung terbuat dari bahan polyetilen dengan nomor bahan 5, pada tali inilah
jaring utama digantungkan, pemasangan tali pelampung yaitu dengan cara menyisipkan
pada mata jaring tanpa diikat. Pemasangan tali pelampung disambungkan langsung
91
dengan badan jaring, dan memiliki tipe pilinan Z (arah pilinan kiri). Panjang tali
pelampung dilebihkan antara 35-45 cm dari mulai ujung badan jaring. Berdasarkan hasil
penelitian panjang tali pelampung berkisar antara 39,60 – 43,56 m. Pemasangan tali ris
pada badan jaring yang berbeda-beda didasarkan pada pertimbangan untuk memudahkan
operasi, penentuan target ikan sasaran dan pertimbangan selektivitas ikan sasaran
(Martasuganda, 2005).
2. Tali Pemberat
Bahan yang digunakan pada tali pemberat sama dengan bahan yang digunakan pada
tali pelampung tetapi dengan diameter yang lebih kecil. Penggunaan ukuran tali yang lebih
kecil dimaksudkan agar jaring sewaktu dioperasikan lebih ringan dan mudah hanyut. Tali
pemberat menggunakan bahan polyetilen dengan diameter 3 mm. Pemasangan tali
pemberat dengan cara menyisipkan tali pada mata jaring tanpa diikat. Panjang tali
pemberat dilebihkan antara 35-45 cm dari mulai ujung badan jaring. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Martasuganda (2005), bahan yang dipakai untuk tali pelampung dapat sama
dengan bahan yang dipakai pada tali pemberat, dan panjang tali dari mulai ujung badan
jaring biasanya dilebihkan antara 30 – 50 cm. Berdasarkan hasil penelitian panjang tali
pemberat berkisar antara 42,57 – 50,96 m.
C. Jaring
Berdasarkan pengamatan ke-10 unit alat tangkap di lokasi penelitian, jaring yang
digunakan oleh nelayan di daerah ini umumnya memiliki ukuran dan bahan yang sama
dengan nelayan yang lainnya, karena nelayan sudah tidak lagi membuat jaring sendiri
melainkan menggunakan jaring yang dibeli dari toko. Jaring yang digunakan oleh nelayan
terbuat dari bahan polyamide (monofilament), berdiameter 0,28 mm, berwarna bening
dengan ukuran mata jaring 1,25 inci. Jumlah mata horizontal pada bagian atas yaitu 2303
mata, begitupula jumlah mata pada bagian bawah. Sedangkan untuk jumlah mata jaring
vertikal yaitu 70 mata.
Ukuran mata jaring yang digunakan pada jaring insang hanyut ikan terbang dipakai
berdasarkan ukuran ikan yang tertangkap, dengan mengukur diameter penutup insang dan
diameter tinggi badan maksimum dari beberapa ikan layak tangkap yang diperoleh pada
saat dilakukan penangkapan. Hasil rata-rata diameter operculum dan diameter tinggi badan
maksimum dijumlahkan kemudian dibagi 2 (dua). Dari hasil perhitungan menunjukkan
bahwa ukuran mata jaring yang digunakan pada alat tangkap di lokasi penelitian sudah
92
sesuai dengan ikan yang menjadi target tangkapan. Menurut Martasuganda (2005), ukuran
mata jaring dan nomor benang pada badan jaring biasanya disesuaikan dengan tujuan biota
perairan yang akan dijadikan target tangkapan. Dalam satu unit alat tangkap umumnya
terdiri dari beberapa lembar jaring yang dirangkai menjadi satu, biasanya nelayan
merangkai 25 sampai 30 lembar jaring. Adapun hasil pengamatan dimensi jaring dapat
dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari ke-10 unit jaring yang digunakan
oleh nelayan terbuat dari bahan polyamide (monofilament), panjang jaring bagian atas
berkisar antara 39 – 43,56 m, dan panjang jaring bagian bawah berkisar antara 42,57 –
50,96 m. Sedangkan tinggi jaring berkisar antara 1,69 – 1,84 m setelah dibuat alat tangkap.
Dari hasil pengukuran dimensi panjang jaring di atas terdapat perbedaan kisaran panjang
jaring bagian atas dan bagian bawah, panjang jaring bagian bawah memiliki ukuran yang
lebih panjang dibandingkan pada bagian atas. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya nilai
pengerutan (shortening) yang diberikan, nilai pengerutan pada jaring bagian atas dibuat
lebih besar dibandingkan pada bagian bawah sehingga jaring bagian bawah ukurannya
lebih panjang dibandingkan bagian atas dengan tujuan agar posisi jaring sewaktu
dioperasikan dapat terentang dengan baik di dalam perairan. Hal tersebut juga
berpengaruh besar terhadap bentangan jaring bagian bawah pada saat dilakukan penarikan
terhadap alat tangkap.
D. Pelampung
Jenis pelampung yang digunakan pada alat tangkap terdiri atas dua jenis
pelampung yaitu pelampung tanda dan pelampung jaring (float), yang masing-masing
memilki fungsi tersendiri.
1. Pelampung Tanda
Pelampung ini berjumlah 2 buah disetiap unit alat tangkap, dimana masing-masing
pelampung tanda dipasang di kedua ujung alat tangkap. Pelampung ini berfungsi sebagai
tanda dimana posisi jaring dipasang. Ketinggian pelampung tanda berkisar antara 3,47 –
3,56 m, terbuat dari gabungan beberapa bahan yaitu bambu, gabus, semen yang didesain
dengan bentuk tertentu agar dapat diidentifikasi letaknya pada saat proses penangkapan
berlangsung.
93
Gambar 7.8. Bentuk pelampung tanda yang digunakan pada gillnet.
2. Pelampung Jaring
Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan sintetis tidak menyerap air
(karet sandal) berbentuk kotak elips dengan diameter panjang 6,5 cm, lebar 4,5 cm, tinggi
2 cm dan berat 3,29 g. Pelampung ini dipasang pada tali ris atas dengan cara mengikat
langsung pelampung pada tali ris atas dengan membuat tiga buah lubang pada sisi
pelampung sebagai tempat untuk memasukkan tali untuk pengikat. Hasil pengukuran
pelampung pada ke-10 unit gillnet dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari dimensi pengukuran pelampung
jaring ke-10 unit alat tangkap yaitu pelampung umumnya terbuat dari bahan karet sandal
berbentuk elips dengan jumlah pelampung yang digunakan pada ke-10 unit alat tangkap
berkisar antara 99 – 102 buah. Jarak antar pelampung berkisar antara 40 – 49 cm,
sedangkan jumlah mata antar pelampung berkisar antara 22 – 24 mata. Jumlah mata antar
pelampung dalam satu unit alat tangkap sebagian besar memiliki jumlah mata yang sama
namun ada beberapa jumlah mata yang dilebihkan dari satu pelampung ke pelampung
yang lain, hal ini tergantung pada jumlah pelampung yang memungkinkan jumlah mata
pada setiap pelampung terbagi dengan rata. Menurut Martasuganda (2005), jumlah, berat
jenis dan volume pelampung yang dipakai dalam satu piece akan menentukan besar
kecilnya daya apung (bouyancy). Besar kecilnya daya apung yang terpasang pada satu
piece akan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan.
E. Pemberat
Pemberat yang digunakan pada alat tangkap terbuat dari bahan timah berbentuk
silinder yang berlubang pada bagian tengahnya. Ukuran panjang pemberat 2 cm, diameter
94
bagian tengah 1,4 cm, diameter luar bagian ujung pemberat 0,4 cm, dengan berat 16,66 g.
Pemberat ini berfungsi untuk memberikan daya tenggelam pada jaring dan mengimbangi
daya apung yang diberikan oleh pelampung. Pemberat dipasang pada tali ris bawah dengan
cara mengikat dengan tali yang dimasukkan ke dalam lubang pemberat kemudian
mengikat langsung pada tali ris bawah sehingga posisi pemberat berada pada bagian luar
tali ris bawah.
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari dimensi pengukuran pemberat
jaring ke-10 unit alat tangkap yaitu pemberat umumnya terbuat dari bahan timah berbentuk
silinder dengan jumlah pemberat yang digunakan pada ke-10 unit alat tangkap berkisar
antara 100 – 105 buah. Jarak antar pemberat berkisar antara 42 – 49 cm, sedangkan
jumlah mata antar pemberat berkisar antara 22 – 24 mata. Jumlah mata antar pemberat
dalam satu unit alat tangkap sebagian besar memiliki jumlah mata yang sama namun ada
beberapa jumlah mata yang dilebihkan dari satu pemberat ke pemberat yang lain. Menurut
Martasuganda (2005), untuk nelayan jaring insang di negara-negara berkembang, bahan,
ukuran, bentuk dan daya tenggelam dari pemberat biasanya berbeda antara satu nelayan
dengan nelayan lainnya meskipun target tangkapannya sama.
95
Tabel 7.1. Nilai shortening dan tinggi jaring pada ke-10 unit gillnet .
Berdasarkan Tabel 7.1 dapat dilihat bahwa nilai shortening dari ke-10 unit alat tangkap
yang dioperasikan di lokasi penelitian yaitu shortening pada bagian atas berkisar antara
39,74 – 46,66 %, dan shortening pada bagian bawah berkisar antara 30,30 – 41,78 %. Dari
hasil tersebut, diperoleh bahwa jaring insang ikan terbang dalam penelitian, ikan
tertangkap secara terbelit (entangled). Hal ini sesuai menurut Sudirman dan Mallawa
(2004) bahwa pada gillnet, shortening ini lebih berpengaruh pada catch, untuk gillnet
yang ikannya tertangkap secara gilled, nilai shortening bergerak sekitar 30 - 40 % dan
untuk yang tertangkapnya ikan secara entangled maka nilai shortening bergerak sekitar 35
– 60 %. Nilai shortening pada bagian atas lebih besar dibandingkan pada bagian bawah
agar ukuran alat tangkap pada bagian bawah menjadi lebih panjang dibanding bagian atas,
dengan tujuan agar posisi alat tangkap pada saat dioperasikan dapat terentang dengan baik
di dalam perairan. Menurut Martasuganda (2005), nilai pengerutan pada tali ris atas
sebaiknya nilainya sedikit lebih besar dari pada nilai pengerutan pada tali ris bawah,
dengan tujuan agar posisi jaring sewaktu dioperasikan dapat terentang dengan baik di
dalam perairan.
96
2. Tinggi jaring
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari ke-10 unit alat tangkap yang
dioperasikan di lokasi penelitian kedalaman jaring berkisar antara 1,69 – 1,84 m. Variasi
nilai kedalaman jaring pada ke-10 unit alat tangkap dipengaruhi oleh besarnya nilai
shortening pada jaring, semakin besar nilai pengerutan maka akan semakin besar pula
tinggi kedalaman jaring . Hal ini sesuai dengan pernyataan Nomura (1985), Nilai
shortening sangat berpengaruh terhadap tinggi atau kedalaman jaring (d), semakin besar
shortening maka nilai (d) juga akan semakin besar. Begitupula pernyataan Sadhori (1984)
bahwa ada dua akibat yang ditimbulkan oleh adanya shortening yaitu panjang jaring akan
semakin memendek dan kedalaman jaring akan semakin bertambah.
3. Berat Gillnet
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan berat masing-masing komponen dari ke-10
unit alat tangkap gillnet meliputi : berat jaring, pemberat, tali–temali, dan pelampung dapat
dilihat pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Hasil perhitungan berat jaring, tali-temali, pemberat, pelampung gillnet
yang dioperasikan di perairan takalar.
Berat masing – masing bagian (kg) Berat Total
Alat tangkap
Jaring Tali–temali Pelampung Pemberat
1 1,36 0,781 0,329 1,749 4,21 kg
2 1,36 0,771 0,333 1,699 4,16 kg
3 1,36 0,699 0,336 1,715 4,11 kg
4 1,36 0,724 0,336 1,749 5,16 kg
5 1,36 0,72 0,333 1,749 4,16 kg
6 1,36 0,736 0,326 1,699 4,08 kg
7 1,36 0,624 0,326 1,666 3,97 kg
8 1,36 0,741 0,329 1,749 4,17 kg
9 1,36 0,706 0,336 1,749 4,15 kg
10 1,36 0,684 0,329 1,715 4,08 kg
97
Berdasarkan Tabel 8 hasil pengukuran dan perhitungan berat masing-masing
bagian alat tangkap dengan menggunakan formula Fridman (1988), diperoleh berat total
setiap satu unit alat tangkap yang berkisar antara 3,97 – 4,21 kg. Perbedaan dari berat total
alat tangkap tersebut dikarenakan oleh adanya perbedaan jumlah pelampung dan pemberat
yang digunakan dan juga panjang tali yang berbeda pada masing-masing alat tangkap.
Perbedaan berat pemberat dibandingkan berat pelampung maka akan mempermudah
proses tenggelamnya jaring dan penggunaan pelampung berguna untuk mengimbangi gaya
yang ditimbulkan oleh pemberat.
98
Tabel 7.3. Gaya Apung Gillnet.
Komponen Alat tangkap
Gaya Apung (kg)
Unit
Tali Pelampung Tali Pemberat
Pelampung Total gaya apung
(polyethylen) (polyethylen)
1 3,326 0,0197 0,0208 3,366
2 3,366 0,0222 0,0178 3,406
3 3,396 0,0183 0,0180 3,432
4 3,396 0,0192 0,0184 3,433
5 3,366 0,0190 0,0184 3,403
6 3,295 0,0195 0,0187 3,333
7 3,295 0,0149 0,0175 3,327
8 3,326 0,0192 0,0192 3,364
9 3,396 0,0187 0,0179 3,432
10 3,326 0,0179 0,0176 3,361
99
Tabel 7.4. Gaya Tenggelam Gillnet.
Berdasarkan tabel diatas diketahui besarnya gaya apung pada ke-10 alat tangkap
yang beroperasi diperairan Kabupaten Takalar berkisar antara 3,327 – 3,433 kg, dan
untuk gaya tenggelam berkisar antara 1,686 – 1,716 kg. Perbandingan nilai gaya apung
dan gaya tenggelam ke-10 unit alat tangkap gillnet menunjukkan bahwa gaya apung lebih
besar dibandingkan dengan gaya tenggelam dengan rasio perbandingan gaya apung dan
gaya tenggelam 1 : 2. Nilai gaya apung yang lebih besar dibandingkan dengan gaya
tenggelam yang cukup mendukung bahwa alat tangkap gillnet memungkinkan untuk
dioperasikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martasuganda (2005), yaitu untuk jaring
insang hanyut total daya apung dalam satu piece harus lebih besar dari total daya
tenggelamnya. Besar kecilnya daya apung dan daya tenggelam akan mempengaruhi
ketegangan jaring.
7.3. Penutup
Buat disain gill net permukaan untuk menangkap ikan kembung, layang dan cakalang.
Buat disain gill net dasar untuk menangkap udang, ikan kuwe, kakap
100
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
101
BAB 8. DISAIN SET NET
8.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain set net
Keterangan :
1. Penaju
2. Daun pintu
3. Serambi
4. Jaring menaik
5. Kantong
6. Kantong
tambahan
7. Pelampung
8. Pemberat
102
A. Deskripsi Alat Tangkap Set net di Tanjung Palette
a. Bahan dan Material
Set net umumnya terdiri 4 elemen yang menyusun keseluruhan badan alat tangkap.
Keempat elemen itu terdiri : jaring, pelampung, tali temali, pemberat. Bahan yang paling
dominan yang menyusun alat tangkap ini adalah jaring. Salah satu ciri utama Set net yaitu
terdapatnya jarring menaik (Slope) yang sebagai pengarah ikan untuk menuju ke kantong
(Bag net). Untuk satu unit alat tangkap Set net tipe Jepang yang dipasang di perairan
Palette membutuhkan material seperti ditunjukkan pada Tabel 8.1.
Tabel 8.1. Bahan dan Material alat tangkap Set net di perairan Palette.
No Nama alat Jumlah Unit/satuan Keterangan
1 Set net tipe Otoshi Ami ukuran 27 x 110 1 Set
meter dengan panjang leader net 270
meter
2 Sand Bag berat 60 kg
- Penaju 316 Set
- 2 Tali Utama 849 Set
3 Pelampung pada frame rope
- Pelampung utama (200 liter) 2 Set
- Pelampung besar frame rope 201 Set
(20,70 liter) 21 Set
- Pelampung kecil frame rope 27 Set
(14,63 liter)
- Pelampung penahan frame rope
(31 liter)
4 Pelampung untuk kantong
- Pelampung besar (5,8 liter ) 58 Set
- Pelampung kecil (1,1 liter) 285 Set
5 Tali Sand bag
- Pada Penaju 15 Set
- Pada 2 Tali Utama 32 Set
7 Selvedge
- PE Raschel Net 12,12◊-10 MD 2 Pcs
Black 2 Pcs
- PE Raschel Net 3,03◊-10 MD 2 Pcs
Black
- PE Raschel Net 3,03◊-5 MD Black
8 Cincin (Stainless Ring 13 x 100 mm) 49 Set
103
Sambungan Tabel 2.
9 Tali
1. PE ROPE
-
Polyethylene 28 mm Black (170 m) 1 Coil
-
Polyethylene 22 mm Black (200 m) 9 Coil
-
Polyethylene 18 mm Black (200 m) 9 Coil
-
Polyethylene 16 mm Black (243 m) 2 Coil
-
Polyethylene 14 mm Black 141 m 6 Coil
-
Polyethylene 8 mm Black 150 m 2 Coil
2. PP ROPE
- Spun Nylon Twine 105/24 Black 20 Spool
- Spun Nylon Twine 105/30 Black 20 Spool
- Spun Nylon Twine 105/36 Black 20 Spool
- Spun Nylon Twine 105/45 Black 20 Spool
- Spun Nylon Twine 105/75 Black 50 Spool
- Spun Nylon Twine 105/90 Black 180 Spool
10 Pemberat
- Sinker 670g/mtr rope 225 gram 1 Unit
- Sinker 430g/mtr rope 225 gram 1 Unit
- Sinker 300g/mtr rope 225 gram 1 Unit
- Sinker 500g/mtr rope 225 gram 1 Unit
Set net yang dioperasikan di tanjung Palette Kabupaten Bone terdiri 4 bagian
utama yaitu penaju (leader net), serambi (play ground), slope (jaring menaik) dan kantong
(bag net). Penaju untuk menghadang arah ruaya ikan kemudian ikan tergiring masuk
kedalam serambi setelah itu ikan akan mengarah ke daerah jaring menaik (slope)
kemudian masuk kekantong. Set net umumnya terdiri 4 elemen yang menyusun
keseluruhan badan alat tangkap. Keempat elemen itu terdiri: jaring, pelampung, tali temali,
pemberat. Bahan yang paling dominan yang menyusun alat tangkap ini adalah jaring.
Dari gambar 8.2 yang terlihat pada alat tangkap Set net di perairan tanjung Palette
Kabupaten Bone, memiliki ukuran panjang 2 Tali Utama yaitu 110 meter dan lebar 12,75
meter. Sementara Frame Rope penaju panjangnya 270 meter, lebar penahan Frame Rope
27 meter. Terdapat 8 macam jenis pelampung yang di gunakan, terdiri dari 2 pelampung
utama masing-masing 200 liter, pelampung besar Frame Rope dan pelampung kecil Frame
Rope yang masing-masing ukurannya 20,70 liter dan 14,63 liter, pelampung penahan
Frame Rope dengan volume 31 liter. Untuk jenis tali yang digunakan seperti yang
tercantum pada tabel 1 bahan dan material.
Pada gambar 8.2 juga memperlihatkan posisi sand bag yang diturunkan pada alat
tangkap Set net di tanjung Palette. Setiap sand bag berukuran 60 kg. Bulatan berwarna
hijau adalah sand bag yang penahan Frame Rope, Bulatan berwarna kuning adalah sand
104
bag yang penahan jaring, sedangkan bulatan berwarna biru adalah sand bag penegak frame
rope. Fungsi utama sand bag adalah sebagai pengganti jangkar dengan model cakar ayam
menarik tali sand bag sehingga dapat menegangkan dan menahan tali frame rope.
Bagian penaju (leader net) Set net di tanjung Palette terdiri dari penaju utama dan penaju
tambahan. Penaju sebagai pengarah ikan untuk masuk ke serambi. Tali yang digunakan
polyethylene diameter 16 mm dengan panjang penaju utama 232,5 meter dan penaju
tambahan ukurannya panjang 37,5 meter. Panjang jaring yang digunakan yaitu 360 meter,
tipe jaring adalah polyethylene mesh size 24,24 cm dan kedalaman 100 mata. Terdapat
tambahan jaring mesh size 6,35 cm dan kedalaman 100 mata. Jumlah cincin pada penaju
terdapat 7 cincin dan pemberat sebanyak 541 pemberat. Panjang penaju tergantung dari
kondisi lokasi daerah pemasangan, dimana pada prinsipnya dapat menghadang pergerakan
ikan yang beruaya. Oleh karena itu posisi penaju seharusnya dapat mengcover jalur
migrasi ikan-ikan yang ada di daerah pemasangan set net.
Pada serambi (play ground), yang sebagai tempat penampungan ikan sementara
sebelum masuk ke kantong, terdiri 6 macam jenis pomotongan jaring yang digunakan.
Jenis jaring polyprophylene dengan panjang jaring 38,25 m dan mesh size 12,12 cm.
Sementara untuk tali yang digunakan 25,5 K atau 38,25 meter. Jumlah pemberat yang
digunakan terdapat 53 pemberat. Untuk cincin yang digunakan yaitu jumlahnya 21 cincin
yang terdapat pada pintu masuk dan digunakan sebanyak 53 pemberat.
Pada bagian kantong (bag net), terdiri 6 macam jenis pomotongan jaring yang
digunakan. Panjang jaring 42 meter dan mesh size 3,03 cm dengan jenis jaring teteron
raschel net 3,03 mata. Kedalaman jaring yaitu 11,8 meter dengan lebar kantong bagian
dalam 7,1 meter dan bagian luar 7,4 meter. Khusus untuk pelampung terdapat 2 jenis
pelampung yang digunakan yaitu pelampung besar (5,8 liter ) pelampung kecil (1,1 liter).
Fungsi kantong adalah sebagai tempat ikan yang nantinya akan ditangkap pada saat
hauling.
Untuk bagian slope, panjang jaring 12,75 meter dan mesh size 6,35 cm. Panjang tali
9 meter dan diameter 14 mm. Slope terdiri 2 bagian yaitu slope luar dan slope dalam. Pada
bagian slope dalam jumlah pemberat sebanyak 46 pemberat dan slope luar sebanyak 61
pemberat. Slope sebagai penagarah ikan untuk masuk ke kantong dan memungkinkan ikan
tidak akan kembali ke serambi.
105
Gambar 8.2. Set net di Teluk Bone (Asrul
Untuk kepentingan disain, gambar 8.2 di atas harus dipilah per bagian, yaitu :
penaju, serambi dan kantong. Pada bagian penaju dan serambi, jarring di pasang sampai
ke dasar perairan. Supaya pelampung tidak tenggelam, atau pemberat terangkat pada saat
air laut pasang naik, kedalaman perairan ditetapkan pada saat air pasang naik tertinggi.
Kantong set net dapat dirancang lebih dari satu, yang pada prinsipnya mempermudah
pengambilan hasil tangkapan dan mempekecil peluang ikan melarikan diri dari kantong.
Kantong didisain untuk dapat diangkat pada saat pengambilan hasil tangkapan. Dimensi
kantong terdiri dari dinding dan lantai. Ukuran mata jarring pada kantong disesuaikan
dengan jenis ikan yang menjadi target tangkapan dan ikan tidak terjerat pada jarring.
Semua bagian jarring pada set net hanya berfungsi sebagai dinding sehingga S (sortening)
yang digunakan pada saat bukaan mata jarring maksimum yaitu 29,3 % tetapi untuk
memudahkan konstruksi disarankan dibulatkan menjadi 30 %.
Play gound (serambi) di disain sampai di dasar perairan yang berfungsi mengurung
dan mengarahkan ikan ke arah kantong. Bagian bawah serambi adalah dasar perairan.
Untuk mengarahkan ikan dari dasar di buat jarring menaik, didisain dari dasar perairan
sampai jarring dasar kantong. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada bagian berikut.
Bagian - Bagian Set net
1) Penaju
106
Penaju atau penuju adalah bagian dari Set net yang bentuknya menyerupai pagar.
Dalam bahasa Jepang, penaju disebut dengan kaki ami atau disebut juga dengan sebutan
michi ami atau kaki dashi, sedangkan dalam bahasa Inggris diartikan sebagai lead net,
leader net, guiding barier atau fence. Bentuk dari penaju umumnya hampir menyerupai
bentuk Gill net yang fungsinya adalah untuk menghadang dan mengarahkan atau
menuntun gerombolan ikan supaya mau menuju kearah jaring utama (Martasuganda,
2005).
Pemasangan penaju yang baik adalah dipasang secara lurus atau tidak terbelok
belok dan harus betul-betul dapat menghadang ruaya ikan supaya gerombolan ikan mau
menuju kearah jaring utama. Pemasangan penaju disesuaikan dengan jenis Set net, daerah
penangkapan, jenis ikan yang menjadi target tangkapan, dan jarak jaring utama dengan
garis pantai. Tinggi jaring penaju harus disesuaikan dengan kedalaman perairan yang
akan dilewati penaju, sebagai patokan tinggi jaring penaju disamakan dengan kedalaman
pada saat pasang tertinggi (Martasuganda, 2005).
Panjang jaring penaju tergantung dari jarak jaring utama ke garis pantai, semakin
jauh jarak jaring utama ke garis pantai atau semakin landai dasar perairan, maka akan
semakin panjang penaju yang akan dipasang. Jarak jaring utama atau penempatan jaring
utama dari garis pantai tergantung dari kedalaman perairan (isodepth ). Semakin landai
dasar perairan atau jarak garis isodepth satu dan lainnya semakin jauh, maka pemasangan
jaring utama akan semakin jauh dan kalau sebaliknya atau jarak garis isodepth satu dan
yang lainnya semakin berdekatan, maka pemasangan jaring utama akan semakin dekat
dari garis pantai (Martasuganda, 2005).
Pemasangan jaring utama dari garis pantai ada yang mencapai 4500 m, jarak ini
sama dengan panjang penaju yang harus dipasang. Ukuran mata jaring (mesh size) dari
penaju harus disesuaikan dengan musim, jenis ikan, ukuran ikan yang akan dijadikan
target tangkapan. Mesh size penaju untuk tujuan penangkapan ikan yang berukuran
besar, maka mesh size penaju akan lebih besar. Bahan jaring untuk penaju harus terbuat
dari bahan alami seperti ijuk, manila rope, straw dan ada juga yang tebuat dari sintetik
seperti saran, nylon, cremona, vinylon dan lainnya. Besar diameter benang yang dipakai
dalam pembuatan penaju berkisar antara 10-12 mm. baik buruknya pemasangan penaju
akan berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan (Martasuganda, 2005).
2) Daun pintu
107
Daun pintu atau dapat juga disebut dengan sayap pintu, dalam bahasa Jepang
disebut Soji ami atau Ha guchi sedangkan dalam bahasa Inggris diartikan sebagai winkers.
Fungsi dari daun pintu atau sayap pintu adalah untuk mencegah atau mempersulit
gerombolan ikan yang telah masuk kedalam serambi supaya tidak mudah untuk keluar
lagi. Dengan demikian gerombolan ikan diharapkan dapat mengarah ke bagian kantong.
Daun pintu yang berhubungan atau yang menyatu dengan jaring serambi bagian darat
disebut dengan daun pintu bagian serambi yang berhubungan atau yang menyatu dengan
ujung jaring menaik bagian luar disebut dengan daun pintu bagian jaring menaik
(Martasuganda, 2005).
Panjang daun pintu berkisar antara 0.3-0.5 kali kedalaman pada pintu masuk.
Sudut yang dibentuk antara garis vertikal dan daun pintu berkisar antara 15o sampai 30o.
Besarnya mata jaring (mesh size) yang dipakai umumnya sama dengan besarnya mesh
size yang dipakai dalam mesh size serambi. Besarnya mesh size pintu yang dipakai
untuk tujuan penangkapan ikan yellow tail berkisar antara 15.0-18.0 cm dengan hang-in
ratio berkisar antara 0.3-0.4, untuk tujuan penangkapan ikan jenis lain disesuaikan
dengan jenis ikan tersebut (Martasuganda, 2005).
3) Serambi
Serambi dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai jaring pengurung
sedangkan didalam bahasa Jepang disebut dengan Undojo atau Kakoi ami, dalam bahasa
Inggris disebut dengan play ground, Enclouser, Impounding net, Box net, Heart atau
Trap. Bagian dasar dari bagian serambi ada yang dilengkapi dengan jaring yang disebut
dengan jaring serambi bagian dasar dan ada juga yang tidak dilengkapi dengan jaring,
tetapi pada umumnya tidak dilengkapi jaring (Martasuganda, 2005).
Fungsi dari serambi adalah sebagai penampungan sementara sebelum ikan atau
gerombolan ikan diarahkan untuk memasuki jaring bagian kantong. Ukuran dari luasan
serambi akan berbeda menurut jenis dan skala Set net yang digunakan, pada umumnya
semakin besar luasan serambi, gerombolan ikan akan semakin bertambah lama berada
dalam serambi. Semakin bertambah lama gerombolan ikan berada dalam serambi, maka
akan semakin besar pula kemungkinan gerombolan ikan untuk menuju kearah jaring
menaik yang selanjutnya diharapkan akan memasuki jaring bagian kantong
(Martasuganda, 2005).
Luasan dari serambi disesuaikan dengan jenis Set net, kedalaman perairan dan
jenis ikan yang akan dijadikan target tangkapan, tetapi pada umumnya luas serambi dibuat
108
sama dengan hasil kuadrat dari kedalaman dimana Set net terpasang, sedangkan untuk
panjang dari tiap bagian jaring serambi berbeda satu dan lainnya. Kalau kedalaman
dipintu masuk (ym) di jadikan sebagai patokan dasar, maka panjang jaring bagian
serambi sama dengan ym, untuk jaring serambi bagiam laut dan jaring serambi bagian
darat panjangnya berkisar antara 1.0-1.4 kali (ym) dan untuk serambi bagian ujung
berkisar antara 1.0-1.5 kali (ym). Bahan jaring yang dipakai pada jaring bagian serambi
umumnya terbuat dari bahan sintetik seperti saran dan benang sintetik lainnya
(Martasuganda, 2005).
4) Jaring Menaik
Jaring menaik dalam bahasa Jepang, disebut dengan nobori ami, dalam bahasa
Inggris diartikan sebagai ramp, funnel, asending slop net atau climb way. Jaring menaik
terdiri dari dua bagian yaitu jaring menaik yang ada dibagian luar dari kantong yang
disebut dengan jaring menaik bagian luar dan jaring menaik bagian dalam. Jaring menaik
bagian dalam merupakan lanjutan dari jaring menaik bagian luar (Martasuganda, 2005).
Fungsi jaring menaik adalah untuk mengarahkan ikan yang telah berada dibagian serambi
ke bagian kantong dan untuk lebih mempersulit ikan supaya tidak meloloskan diri lagi
dari jaring bagian kantong. Panjang jaring menaik bagian luar dan bagian dalam berkisar
antara 1.4-1.9 kali kedalaman pada pintu masuk, sudut kemiringan dari jaring menaik
bagian luar berkisar antar 16- 22o. Ketinggian jaring menaik bagian luar yang paling ujung
berkisar antara 0.3-0.4 kali kedalaman pada pintu masuk. Bahan jaring yang umum
dipakai pada jaring menaik bagian dalam dan luar, terbuat dari bahan sintetik seperti saran
atau benang sintetik lainnya (Martasuganda, 2005).
5) Kantong
Kantong dalam perikanan Set net adalah bagian akhir dari alat tangkap Set net
yang merupakan bagian tempat penampungan ikan atau gerombolan ikan yang memasuki
Set net dan sekaligus merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan. Kantong dalam
bahasa Jepang, disebut dengan Hako ami atau disebut juga dengan sebutan Fukuro ami
yang artinya jaring kantong atau disebut juga dengan sebutan Uo dori yang artinya
tempat pengambilan ikan, sedangkan dalam bahasa Inggris, diartikan sebagai Bag net,
Kip, Bunt, Cod end, Crimb atau Main net of Set net (Martasuganda, 2005).
Untuk menampung ikan pada bagian kantong diperlukan jaring yang kuat, untuk itu bahan
jaring pada bagian kantong umumnya memakai benang sintetik seperti saran atau benang
109
sintetik lainnya dengan nomor benang 1000 D/28-36, jaringnya dirangkap atau memakai
mata jaring yang kecil dengan nomor benang yang besar. Tinggi jaring bagian kantong
setelah hang-in ratio kurang lebih 0.85-0.90 kali kedalaman dibagian kantong
(Martasuganda, 2005).
6) Kantong Tambahan
Kantong tambahan pada Set net umumnya dipasang pada salah satu bagian atau
dibeberapa tempat pada bagin jaring kantong utama, baik itu dibagian ujung, atau pada
bagian pangkal kantong utama. Bentuk dari jaring kantong tambahan ada bermacam-
macam, ada yang berbentuk kerucut, persegi atau dalam bentuk lain. Bagian kantong
tambahan umumnya dilengkapi dengan jaring penutup pada bagian atas. Jenis Set net
yang dilengkapi dengan Set net whith trap net. Ukuran dari jaring kantong tambahan
bermacam macam umumnya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dijadikan target
tangkapan. Ukuran kantong tambahan 0.5 kali dari ukuran kantong utama setela hang-in
ratio (Martasuganda, 2005).
Selanjutnya ditambahkan bahwa fungsi atau alasan pemasangan kantong tambahan
diantaranya adalah:
1) Untuk mencegah supaya ikan tidak keluar dari kantong utama,
2) Pada waktu kondisi perairan tidak mendukung untuk melakukan pengambilan hasil
tangkapan dari kantong utama, pengambilan ikan dari kantong tambahan masih dapat
dilakukan, dan
3) Untuk memprediksi keberadaan, jenis dan jumlah ikan yang ada dalam kantong utama
sebelum dilakukan pengangkatan kantong utama (Martasuganda, 2005).
110
Set net atau sero jaring adalah sejenis alat tangkap ikan bersifat menetap dan
berfungsi sebagai perangkap ikan dan biasanya dioperasikan diperairan pantai. Ikan-ikan
umumnya memiliki sifat beruaya menyusuri pantai, pada saat melakukan ruaya ini
kemudian dihadang oleh jaring Set net kemudian ikan tersebut tergiring masuk ke dalam
kantong. Ikan yang telah masuk ke dalam kantong umumnya akan mengalami kesulitan
untuk keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah di tangkap dengan cara mengangkat
jaring kantong. (Wudianto, 2007).
Set net adalah alat tangkap yang dipasang atau diset secara menetap didaerah
penangkapan (fishing ground). Pemasangan Set net di daerah penangkapan akan berbeda
satu dengan yang lainnya, ada yang diset di dasar perairan dan ada juga yang diset mulai
dari permukaan perairan sampai menyentuh dasar perairan. Perbedaan pemasangan ini
tergantung dari jenis ikan yang dijadikan target tangkapan, dan daerah penangkapan
dimana Set net akan dipasang. Lamanya pemasangan Set net didaerah penangkapan
umumnya disesuaikan dengan lamanya musim dari satu atau beberapa spesies ikan yang
beruaya ketempat dimana Set net dipasang. Ikan yang memasuki Set net umumnya adalah
ikan atau gerombolan ikan yang sedang melakukan migrasi, seperti migrasi untuk mencari
makan (feeding migration), migrasi untuk memijah (spawning migration) atau migrasi
lainnya (Martasuganda, 2005).
Set net yang dioperasikan di tanjung Palette Kabupaten Bone terdiri 4 bagian
utama yaitu penaju (leader net), serambi (play ground), slope (jaring menaik) dan kantong
(bag net). Penaju untuk menghadang arah ruaya ikan kemudian ikan tergiring masuk
kedalam serambi setelah itu ikan akan mengarah ke daerah jaring menaik (slope)
kemudian masuk kekantong. Kantong adalah bagian akhir dari alat tangkap set net dan
merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan, maka diperlukan jaring yang kuat, mesh
size jaringnya 1 inci atau 2,5 cm. Set net umumnya terdiri 4 elemen yang menyusun
keseluruhan badan alat tangkap. Keempat elemen itu terdiri: jaring, pelampung, tali temali,
pemberat. Bahan yang paling dominan yang menyusun alat tangkap ini adalah jaring.
Pemasangan Set net di daerah penangkapan harus betul-betul di pasang di tempat
yang sebelumnya sudah dilakukan penelitian tentang keberadaan dan arah ruaya dari satu
atau beberapa jenis ikan. Keberadaan satu atau beberapa jenis ikan dan arah ruaya ikan
dari tiap jenis ikan merupakan faktor penentu utama yang akan menentukan keberhasilan
usaha penangkapan dengan Set net. Jenis ruaya ikan dalam sistim perikanan Set net
dibedakan ke dalam dua jenis yaitu ruaya utama dan ruaya cabang. Ruaya utama adalah
perairan yang dilewati oleh gerombolan ikan yang jaraknya biasanya jauh dari perairan
111
pantai, sedangkan ruaya cabang adalah perairan yang dilewati gerombolan ikan yang
keluar dari ruaya utama menuju ke perairan pantai (Martasuganda, 2005).
Set net adalah alat tangkap yang metode pengoperasiannya pasif (menetap) dan di
pasang di daerah pantai. Alat tangkap ini berasal dari Jepang yang telah dikembangkan
ratusan tahun yang lalu. Alat tangkap Set net dirancang dengan memanfaatkan tingkah
laku ikan yang umumnya memiliki sifat beruaya menyusuri pantai, pada saat melakukan
ruaya ini kemudian dihadang oleh jaring Set net sehingga ikan tersebut tergiring masuk
kedalam kantong. Ikan yang telah masuk kedalam kantong umumunya akan kesulitan
untuk keluar sehingga ikan tersebut mudah untuk ditangkap dengan mengangkat jaring
kantong.
Tahap uji coba dan pengembangan Set net tipe Jepang di Teluk Bone, merupakan
yang kedua setelah di negara Thailand. Namun jika dibandingkan di Jepang dan Thailand
hasil tangkapannya ikan pelagis besar dan dalam jumlah besar, hal tersebut disebabkan
bahwa di Jepang adalah daerah Sub Tropis yang keadaan iklim berbeda dengan Indonesia.
Di Jepang keadaan organisme variasi jenis (biodversity) sedikit tapi jumlahnya besar,
sedangkan di Indonesia sebaliknya variasi jenis banyak tapi jumlahnya setiap individu
sedikit. Faktor penyebab yang lain adalah Di Jepang target skala usaha atau target
industri dengan set net panjang jaring 4 km dan teknologi yang modern serta tenaga
instruktur yang lebih berpengalaman (profesional), sehingga kemungkinan kesalahan
sangat kecil. Sedangkan yang diperasikan di Teluk Bone panjang jaring hanya 235 m
dengan tenaga manusia yang yang belum berpengalaman. (manual), sehingga resiko
kegagalan sangat tinggi.
115
sehingga apabilah di daerah penangkapan (fishing ground) hanya ikan-ikan kecil yang
lewat maka ikan-ikan itulah yang dapat terperangkap.
Ukuran ikan yang tertangkap kecil merupakan salah satu indikator disamping
sumberdaya ikan kurang juga ukuran mata jaring dikantong kecil (1 inchi) sehingga ikan-
ikan yang tertangkap berukuran kecil, karena tidak bisa meloloskan diri. Kantong
merupakan bagian akhir dari alat tangkap Set Net, sebagai tempat penampungan
gerombolan ikan yang memasuki Set Net dan sekaligus tempat pengambilan hasil
tangkapan.
Jika dikaitkan dengan dinamika populasi bahwa ikan-ikan kecil yang tertangkap
akan menghambat recruitmen populasi karena ikan-ikan tersebut belum matang gonad atau
belum melakukan reproduksi sudah tertangkap, sehingga mengganggu keseimbangan
populasi. Sejumlah faktor yang mempengaruhi reckruitmen termasuk ukuran stock
dewasa, faktor lingkungan, predasi dan kompetisi.
Faktor lain yang menyebabkan kurangnya populasi ikan yang hidup di lokasi
pemasangan set net di tanjung Palette Kabupaten Bone adalah diduga adanya bahan
pencemar dari buangan sisa Bahan Bakar Minyak dan sampah dipantai. Faktor lain
kurangnya kandungan Cholorofil-a adalah karena kondisi lokasi pemasangan Set net tidak
kaya akan sumber makanan ikan disebabkan dasar perairan yang berlumpur dan minimnya
karang yang tumbuh dilokasi karena lokasi pemasangan yang tidak jauh dengan garis
pantai dan karang sudah banyak yang rusak dan tercemar.(Muslim, 2008). Hal tersebut
merupakan salah satu kendala utama di lokasi pemasangan untuk menunjang populasi
ikan.
11.3 Penutup
Buat disain set net dengan kondisi perairan sebagai berikut : kedalaman perairan 20
m, panjang penaju 250 m, target utama ikan cakalang, kecepatan arus maksimum 5 knot.
Gunakan bahan jarring PE untuk penaju dan PA untuk bagian lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
116
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Martasuganda, S. 2005. Set net (Teichi Ami) ; Serial Teknologi Penagkapan Ikan
Berwawasan Lingkungan. Departemen PSP FPIK. IPB Bogor.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
Muslim, A. 2008. Studi Bio-Fisik Lokasi Pemasangan Set Net (Teichi Ami) Di Perairan
Tanjung Palette Kabupaten Bone. Sikripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS. Tidak Dipublikasikan.
Muhraeni. 2008. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi Dengan Komposisi Dan
Jumlah Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung
Pallette Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Sikripsi. Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS. Tidak
Dipublikasikan.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
117
BAB 9. DISAIN FYKE NET
9.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain fyke net
118
tubir karang sehingga alat ini dapat dipastikan tidak membentur karang sehingga tidak
merusak terumbu karang (Assir dan Soadiq, 2009)
119
Contoh Soal :
Buat disain fyke net untuk menangkap ikan2 yang bermigrasi di sungai, dalam
sungai 4 m lebar 12 m. Diameter cincin I = 2/3 x 4m = 2,66 m ~ 2,5 m (sesuai dgn aturan
disain), Ukuran mata jaring 40mm, 32mm & 24 mm. Jml cincin 7 bh, ukuran msg2 : 2,5m,
2m, 1,75m, 1,5m, 1,25m, 1m & 1m.
A1
A2
A3
120
B3 1500 32 0,5 54,12659
121
122
9.3 Penutup
Buat disain fyke net untuk dioperasikan di perairan pantai dengan kedalaman perairan
maksimum 3 m. Target tangkapan, ikan-ikan yang bermigrasi kea rah pantai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
123
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
124
BAB 10. DISAIN PUKAT PANTAI DAN JARING ANGKAT
10.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain pukat pantai dan
jarring angkat
Prinsip utama disain pukat pantai adalah kedalaman perairan menjadi dasar
penentuan lebar jarring bagian kantong. Bagian lainnya di perkecil secara bertahap sampai
pinggir jarring.
126
10
4 5
2
1
3
9
B C
8 A
7 6 Keterangan:
A. Sayap
B. Badan 5. Tali Pelampung
C. Kantong 6. Tali Ris Bawah
1. Tali Selambar 7. Tali Pemberat
2. Kayu Penaju 8. Pelampung
3. Bridle 9. Pemberat
4. Tali Ris Atas 10. Pelampung Tanda
127
Jaring angkat adalah alat penangkap ikan yang proses penangkapannya dengan
mengangkat jarring sehingga ikan-ikan yang telah berkumpul di atasnya dapat tertangkap.
Pada umumnya jaring angkat dioperasikan dengan menggunakan alat bantu lampu.
Jaring yang digunakan pada umumnya dari bahan waring dengan ukuran mata
jarring 5 mm. Jaring dibentuk menyerupai kotak, dimana ukurannya disesuaikan dengan
ukuran rangka bagan.
128
Kalau sudah menggunakan jarring, maka disain yang digunakan ada dua pilihan,
yaitu : membuat menjadi ukuran mata jarring segi 4 dan berbentuk diamond. Cara yang
pertama dengan melakukan pemotongan jarring all bar, sedangkan cara ke 2 melalui
pemotongan jarring all point dan all mesh. Cara pertama tidak perlu menggunakan
pengaturan sortening karena pengikatan jarring mengikuti potongan all bar, sementara cara
ke 2 harus menggunakan pengaturan sortening. Sortening yang digunakan 30% karena
fungsi jarring hanya sebagai dinding. Dimensi lainnya sesuai kebutuhan.
10.3 Penutup
Buat disain pukat pantai untuk beroperasi pada perairan dengan kedalaman maksimum 5
m,
Buat disain jarring bagan dengan dimensi 10 m x 12 m dan kedalaman 4 m. Bahan jarring
waring mesh size 5 mm.
129
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
130
BAB 11. DISAIN PANCING
11.1 Pendahuluan
Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip dasar disain alat penangkap ikan dan
mendisain alat pancing
131
Gambar 11.2. Cara mengikat tali pada pancing yang tidak berlubang
132
Gambar 11.3. Disain pancing ulur (10.1.0) di Kuala Singkawang (Anonim, 2007),
133
Gambar 11,4, Disain pancing ulur (PCU 10.1.0) di Kota Baru (Anonim, 2007).
134
Gambar 11.5. Disain Pole and line (Anonim, 2007).
Pole and line atau dikenal juga dengan huhate atau skipjack pole and line adalah
cara pemancingan dengan menggunakan pancing khusus untuk ikan cakalang. Prinsip
utama pemancingan cakalang adalah kecepatan dan ketepatan, sehingga mata pancing
tidak berkait balik. Pada pole and line ini, ikan-ikan yang terpancing hanya dibanting ke
belakang dan terlepas di atas dek kapal. Ini merupakan cirri khas dari pancing pole and
line yang tidak dimiliki oleh pancing jenis lainnya.
135
Pancing Rawai (Long Line)
Pancing rawai atau long line adalah suatu pancing yang terdiri dari tali panjang (tali
utama, main line) kemudian pada tali tersebut secara berderet digantungkan tali-tali
pendek yang diujungnya diberi mata pancing. Tergantung dari banyaknya pancing yang
digunakan, kalau direntangkan lurus dapat mencapai panjang ratusan meter bahkan
mencapai beberapa kilometer.
Berdasarkan pengoperasiannya, rawai dapat digolongkan menjadi rawai menetap
dan rawai hanyut. Rawai menetap, biasanya dipasang di dasar perairan. Rawai hanyut
biasanya dipasang di permukaan perairan dan dihanyutkan bersama dengan arus. Rawai
hanyut biasanya ditargetkan untuk menangkap ikan tuna, sementara rawai menetap (dasar)
biasanya menangkap ikan-ikan dasar seperti ikan kakap, kerapu dan ikan demersal lainnya.
Rawai hanyut (rawai tuna) (Gambar 11.6) biasanya dioperasikan pada pertengahan
perairan sekitar kedalaman 100 m, sesuai dengan habitat ikan tuna. Posisi pancing di
dalam air diatur oleh panjang tali pelampung.
136
Gambar 11.7. Konstruksi tali cabang (brach line) dengan kelengkapannya
137
Gambar 11.9. Long line dasar
11.3 Penutup
Buat disain pancing untuk menangkap ikan kerapu, ikan layang, ikan tenggiri, ikan
tongkol.
Buat disain pancing untuk menangkap ikan tuna dengan kedalaman swimming layer 120
m.
138
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd.
London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.
FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books)
Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik
Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books)
Ltd. London.
Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical
and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.
NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency.
Tokyo.
NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American
Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.
Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.
Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news
(Books) Ltd. England
139