Vitamin E
Disusun Oleh
Syabilila Indraswari
NIM : 1806254825
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk
berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh sehingga harus
dipasok dari makanan. Vitamin dibutuhkan dalam jumlah kecil akan tetapi mempunyai
peranan yang sangat vital dalam pertumbuhan, perkembangan, pencegahan penyakit, serta
mencapai kehidupan yang sehat dan optimal. (Murray, 2003)
Sampai saat ini telah ditemukan 13 jenis vitamin yang telah diakui sebagai vitamin
dan esensial bagi kesehatan yaitu 4 jenis vitamin larut lemak yang terdiri atas vitamin A, D,
E, dan K serta 10 jenis vitamin larut air (B1, B2, B6, B12, C, Asam fo;at, asam Pantotenat,
Biotin dan kolin. (Comb, 2012)
Penelitian yang dilakukan Pappenheimer dan Goetsch (1931), mencantumkan
Vitamin E dalam pencegahan Enchephalomalacia (pelembekan jaringan otak) pada ayam dan
Nutritional Muscular Distrophi (NDM) pada kelinci. Akan tetapi Vitami E tidak dapat
menyembuhkan simtologi yang sama pada manusia terutama Muscular Distrophy, sehingga
menyebabkan timbulnya suatu asumsi bahwa fungsi vitamin E hanya sedikit atau bahkan
sama sekali tidak ada fungsinya pada metabolisme manusia. (Linder, 2006)
Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak penemuan baru tentang vitamin E
terutama tentang manfaat dan resiko dikaitkan dengan penggunaan sebagai suplemen gizi
dan anti oksidan. . Vitamin E dan komponen antioksidan lain (vitamin C,karotenoid,
selenium, flavonoid, dan beberapa lainnya) telah diletakkan dalam garis depan ilmu
kedokteran dan nutrisi karena hubungannya dengan stress oksidatif dan pengendalian
berbagai macam penyakit kronis. Dari sekian banyak komponen diet anti oksidan, vitamin E
paling banyak diminati karena ketersediaannya, pemasaran yang kuat, potensi serta dampak
kesehatan secara keseluruhan, dan peran sentral dalam mencegah oksidasidi tingkat sel.
(Eitenmiller,2004)
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain untuk mengetahui definisi, sumber, angka
kecukupan gizi, pencernaa, penyerapan, transport, metabolisme dan penyimpanan, fungsi,
kekurangan, toksisitas dan pengukuran status vitamin E
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Vitamin E
Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh Evans dan Bishop, sebagai suatu
komponen minyak nabati yang essensial untuk reproduksi pada tikus. Vitamin E ditemukan
melalui penelitian, dalam mempertahankan kehamilan normal tikus betina diperlukan suatu
subtansi larut lemak tak dikenal. Tanpa bahan ini, janin tikus akan mati dalam sepuluh hari
saat dikandung. Tikus jantan yang kekurangan bahan ini juga mengalami kelainan pada
testisnya. tetapi hal ini dapat dicegah dengan penambahan diet wheatgerm, daun alfalfa
kering, atau daun selada segar. Sehingga saat itu vitamin E disebut sebagai vitamin anti
kemandulan.
Vitamin E disebut dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti
kelahiran anak dan phero berarti mengasuh). Vitamin E adalah golongan vitamin yang larut
dalam lemak. Vitamin E pertama kali diisolasi pada tahun 1936 dari minyak tepung
gandum. Disebut vitamin E karena ditemukan setelah vitamin-vitamin yang sudah ada yaitu
A, B, C, dan D. Bentuk vitamin E merupakan kombinasi dari delapan molekul yang sangat
rumit yang disebut ’tocopherol’.Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol,
jadi istilah tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin E, namun pada praktek sehari-hari,
kedua istilah tersebut disinonimkan.
B. Struktur Vitamin E
Ada delapan jenis bentuk vitamin E yang terdapat secara alami, yaitu empat bentuk
tokoferol dan empat bentuk tokotrienol semua bentuk tersebut tersusun dari cincin kromanol
dan bagian ekor yang disebut phythyl yang terdiri dari 16 karbon isoprenoid, dimana rantai
jenuh untuk tokoferol dan tak jenuh untuk tokotrienol seperti diperlihatkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Struktur Tokoferol dan Tokotrienol
Semua bentuk vitamin E ini memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E
dari suatu bahan pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol
yang terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa.
Vitamin E mempunyai 2 isomer yaitu tokoferol (Toc) dan tokotrienol (Toc-3).
Tokoferol mempunyai rantai samping phytil, sedangkan tokotrienol mempunyai rantai
samping yang sama dengan ikatan rangkap pada posisi 3′, 7′, 11′. Baik tokoferol maupun
tokotrienol mempunyai 4 isomer yang dinyatakan sebagai α, β, δ dan γ yang dibedakan
berdasarkan jumlah dan posisi gugus metil pada cincin kroma. α-tokoferol merupakan
vitamin E utama in vivo dan menunjukkan aktivitas biologi tertinggi. Baik tokoferol maupun
tokotrienol bersifat sangat non polar dan selalu ada pada fase lemak. Gambar vitamin E dan
isomernya dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Struktur α, β, γ, δ Tokoferol
Gambar 3. Struktur α, β, γ, δ Tokotrienol
Walaupun struktur tokoferol dan tokotrienol mirip, ada tiga ikatan rangkap pada
rantai samping pada tokotrienol menyebabkan keduanya mempunyai potensi dan aktivitas
biologi yang berbeda. Adapun perbedaan cincin kromabol pada tokoferol dan tokotrienol
diperlihatkan pada gambar 4.
Gambar 4. Perbedaan komposisi cincin kromanol pada tokoferol dan tokotrienol
Stereoisomer adalah molekul yang punya kesamaan rumus molekul, posisi yang sama
akan tetapi berbeda pengaturan keruanggannya, sebabagaimana digambarkan pada gambar 5
Gambar 5 . Model Stereoisomer
Vitamin E mempunya 8 streoisomer yaitu RRR, RSS, RRS, RSR, SRR, SSR, SRS, SSS
dimana bentuk yang aktif hanya RRR, RSS, RRS, RSR dari bentuk tersebut, bentuk paling
dominan adalah RRR sekitar 86 % bentuk ini juga diabsorbsi lebih cepatt
Gambar 6. Bentuk Strereoisomer Vitamin E
C. Sumber Vitamin E
Tokoferol ditemukan secara bebas dalam makanan dan dapat langsung diserap,
sedangkan tokotrienol ditemukan dalam bentuk ester dan harus dihidrolisis terlebih
dahulu sebelum diserap. Vitamin E di hidrolisis oleh enterase pankreas kemudian diserap
bersama lipid dan asam lemak hasil pencernaan. Vitamin E diserap terutama di jejenum
dengan cara difusi pasif, Untuk dapat berdifusi melintasi membrane dibutuhkan garam
empedu yang akan mengemulsi lemak menjadi misel, misel akan bertindak sebagai
transporter karier sehingga memungkinkan vitamin untuk berdifusi melintasi membran
enterosit. Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan dalam kondisi
tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Kira-kira 40 – 60% Vitamin E dari
makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh usus. Peningkatan jumlah yang dikonsumsi
akan menurunkan persentase yang diserap.
Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat
menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini berkaitan kemungkinan
dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah teroksidasi. Oleh karena itu kebutuhan
vitamin E akan bertambah seiring dengan semakin bertambahnya konsumsi PUFA.
Dengan demikian, peningkatan konsumsi PUFA yang tidak diikuti dengan peningkatan
asupan vitamin E akan menimbulkan penurunan secara gradual α-tokoferol dalam
plasma.
3. Ekskresi
E. Fungsi Vitamin E
1. Sebagai antioksidan
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun
molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya.
Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang
memiliki satu atau lebih elektron bebas. Pada proses metabolisme normal, tubuh
memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar disebut sebagai radikal bebas. Atom atau
molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan
beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri.
Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak
jaringan normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu
produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, dan
produksi prostaglandin. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam
misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi udara, obat, bahan beracun, makanan
dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet dari matahari maupun radiasi.
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang
mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty Acid),
DNA dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Apabila senyawa-
senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk ”radikal bebas”, yang merupakan hasil
proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi senyawa-senyawa
protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai reduktor dan
menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini berperan sebagai scavenger.
Scavenger yang lain selain vitamin E adalah vitamin C, enzim glutation reduktase,
desmutase dan perosidase, yang bersifat larut dalam air. Scavenger yang larut dalam
lemak adalah vitamin E dan ß-karoten. Vitamin E dan C berhubungan dengan efektifitas
antioksidan masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya
interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi. Alternatif
lain, alfa tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya
menjadi glukuronat ketika ekskresi di ginjal.
Radikal bebas dihasilkan ketika tubuh menggunakan oksigen sebagai sumber
energy. Radikal bebas bekerja bersama asam lemak polyunsaturated (PUFA) dari
membrane sel dan protein dalam proses yang dikenal sebagai peroksidasi lipid yang dapat
mempengaruhi dan menganggu fluiditas serta fungsi membrane sel. Okisidasi
apolipoprotein B menyebabkan akumulasi LDL yang etroksidasi di dalam dinding arteri,
dan denga demikian akan meningkatkan pembentukkan aterosklerosis serta
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Kerusakan radikal bebas memainkan
perannya dalam sejumlah proses penyakit lainnya termasuk penyakit kanker, arthritis dan
katarak.
Vitamin E dapat menetralkan radikal bebas dengan mentransfer electron dari
gugus hidroksil pada cincin kromanol ke radikal bebas sehingga membuatnya menjadi
kurang efektif. Setelah terjadinya transfer ini vitamin yang tersisa (yang sekarang
menjadi radikal α-tokoferoksil) akan mempunyai electron yang terganggu yang dapat
menjadi tidak aktif secara permanen karena beraksi dengan radikal bebas yang lain, atau
vitamin (glutation) dan diregenerasi menjadi vitamin E yang aktif.
Kepala struktur kimia vitamin E bersifat hidrofilik sedangkan ekornya bersifat
hidrofobik. Hal ini memberikan vitamin E posisi yang sangat baik untuk melawan radikal
bebas. Dengan pusat di sisi membran sel dan ekornya di pedalaman membran. Vitamin E
berfungsi untuk reaksi rantai oksidasi lemak dan melindungi semua membran sel kita
termasuk DNA. Dalam fungsi antioksidan, tokoferol dan tokotrienol dikonversi dari
bentuk respektif alkohol dalam bentuk radikal semi stabil , tocopheroxyl (atau
chromanory) radikal. Tidak seperti radikal bebas yang terbentuk dari PUFA,
tocopheroxyl yang radikal relatif tidak aktif, sehingga menghentikan siklus propagative
merusak lipid peroksidasi. Kenyataan nya tocopheroxyl cukup stabil bereaksi dengan
radikal peroxyl kedua untuk membentuk produk non radikal tidak aktif termasuk
rocopherylquinone. Karena α-tokoferol dapat bersaing untuk radikal proxyl jauh lebih
cepat dari PUFA, sejumlah kecil Jadilah vitamin dapat mempengaruhi antioksidan di
proteksi dari jumlah yang relatif besar.
Meskipun beberapa system antioksidan yang penting lainnya dan terdapat
hubunngan yang erat antara hal ini dengan vitamin e, tetapi vitamin e tampak mempunyai
peran penting yang unik dalam mencegah peroksidasi asam lemak polyunsaturated
(PUFA) pada membrane sel.
Mekanisme pertahanan tubuh yang diperankan oleh antioksidan endogen. Enzim
superoksida dismutase (SOD) akan mengubah radikal superoksida (O2 -٠) yang
dihasilkan dari respirasi serta yang berasal dari lingkungan, menjadi hidrogen peroksida
(𝐻2 𝑂2), yang masih bersifat reaktif. SOD terdapat di dalam sitosol dan mitokondria.5
Peroksida dikatalisis oleh enzim katalase dan glutation peroksidase (GPx). Katalase
mampu menggunakan sartu molekul 𝐻2 𝑂2 sebagai substrat elektron donor dan satu
molekul 𝐻2 𝑂2 menjadi substrat elektron akseptor, sehingga 2 molekul 𝐻2 𝑂2 menjadi 2
𝐻2 𝑂dan O2. Di dalam eritrosit dan jaringan lain, enzim glutation peroksidase (GPx)
mengkatalisis destruksi 𝐻2 𝑂2 dan lipid hidroperoksida dengan menggunakan glutation
tereduksi (GSH), melindungi lipid membran dan hemoglobin dari serangan oksidasi
oleh 𝐻2 𝑂2, sehingga mencegah terjadinya hemolisis yang disebabkan oleh serangan
peroksida. GSH akan dioksidasi menjadi GS-SG. Agar GSH terus tersedia untuk
membantu kerja enzim GPx, maka GS-SG ini harus direduksi lagi menjadi GSH. Fungsi
ini diperankan oleh enzim glutation reduktase (GRed).
𝐻2 𝑂2 yang tidak dikonversi menjadi 𝐻2 𝑂, dapat membentuk radikal hidroksil
reaktif (OH٠) apabila bereaksi dengan ion logam transisi (Fe2+/Cu+). OH٠ bersifat
lebih reakif dan berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan sel melalui
peroksidasi lipid, protein dan DNA. Di pihak lain, tubuh tidak mempunyai enzim yang
dapat mengubah OH٠ menjadi molekul yang aman bagi sel.
2. Reproduksi
Penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin E menyebabkan degenerasi
epitel semeniferous sehingga menyebabkan produksi sperma berhenti. Pada wanita
kekurangan vitamin E menyebabkan kegagalan fungsi uterin dengan tidak adanya
perkembangan pembuluh darah yang memungkinkan konseptus diimplantasi ke dalam
dinding uterus. Jika implantasi tersebut tidak terjadi maka dapat meyebabkan resorbsi
fetus.
7. Vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E menjaga,
meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses penuaan dini,
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses
penyembuhan luka. Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada
kulit, sebagai produk tabir surya. Produk –produk tabir surya yang terbaik adalah yang
mengandung sekurangnya 1% vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E
memberikan perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan pelembab
natural pada kulit. Apabila digunakan sebelum terkena matahari, vitamin E bisa
mencegah kulit kemerahan, bengkak, dan kering. Vitamin E biasanya dipakai sebelum
dan sesudah terkena paparan sinar matahari, karena sinar matahari langsung bisa merusak
setengah dari suplai vitamin E alami kulit. Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin
E bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap rokok.
8. Sejumlah fungsi tambahan yang dimiliki oleh vitamin E dan tidak tergantung pada sifat
antioksidannya telah dilaporkan. α-tokoferol mempunyai peranan dalam memodulasi
transkrip gen, menghambat agresi trombosit dan proliferasi otot halus vascular, dan
memiliki peran dalam memberikan sinyal selanjutnya dalam system imun. Di samping
itu, vitamin E membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta membantu
proses perbaikan DNA. Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu
mengatasi stres, meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit
jantung koroner, vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit.
F. Defisiensi Vitamin E
Defisiensi vitamin E juga menyebabkan sterilitas pada tikus dan kerusakan otot
pada anjing, marmut dan kelinci. Suatu tanda awal kekurangan vitamin E adalah hilangnya
pergerakan spermatozoa. Kehamilan bisa terjadi pada tikus betina penderita, tetapi
pertumbuhan embrio terganggu dan sering mengakibatkan penyerapan fetus. Gejala lain dari
defisiensi vitamin E adalah :
1. Hilangnya fertilitas pada marmut, tikus, dan mungkin pada babi;
2. Kerusakan otot lurik marmut, domba, kelinci dan tikus;
3. Kelainan otot jantung pada sapi, domba, monyet, unggas, kelinci dan tikus;
4. Nutritional encephalomalacia pada unggas, disebut pula gila ayam, gejalanya terdiri dari
hilangnya koordinasi, kepala ditarik ke belakang, anggota badan menjadi kaku;
5. Nekrosis hati pada tikus dan degenerasi hati dan otot pada babi.
Pada Manusia :
1. Reproduksi
2. Kesusakan sel otot dan syaraf dimana mekanismenya terkait dengan antioksidan
3. Kelainan Fungsi Otak dan sumsum tulang belakang
Kekurangan Vitamin E jarang terjadi pada manusia dan tidak pernah terjadi
karena konsumsi makanan yang buruk. Kekurangan vitamin E terjadi karena hal berikut :
H. Kebutuhan Vitamin E
Vitamin E relatif Tidak beracun, akan tetapi kelebihan konsumsi vitamin E dapat
mempengaruhi peranan vitamin K dalam proses pembekuan darah yang menyebabkan
isufisiensi pembekuan dan resiko pendarahan. Resiko tersebut sering terjadi pada individu
yang meggunakan obat-obatan aspirin atau antikoagulan .
Comb, JF. 2012. The Vitamins. Fourth edition. Elsevier, United States of America
Eitenmiller, R., Lee, J. 2004. Vitamin E : Food Chemistry, Composition and Analysis. Marcell
Dekker, Inc. New York.
.2000. Dietary Reference Intake for Vitamin C, Vitamin E, Selenium and Carotenoids. National
Academy Press, Washington DC.
Litwack, Gerald . 2007. Vitamin E : Vitamins and Hormones. Elsevier, United States of America
Mann, J. Trustwell, AS. 2012. Essential of Human Nutrition. Oxford University Press Inc. New
York
Rolfes S R, Kathryn P, Ellie W. 2009. Understanding Normal And Clinical Nutrition Eight
Edition. Wadsworth Cengage Learning : Australia
Shills, M E. Olson, J A, Shike, M. Ross, C. 1999. Modern Nuteition in Health and Desease.
William&willkins
Tiana, Vivi. 2006. Macam macam Vitamin dan fungsinya dalam Tubuh Manusia.
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/9/8. (acces : 15 Oktober 2018)