Disusun oleh:
SURABAYA
2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan makalah metabolisme zat
gizi mikro dengan judul Makromineral : Magnesium dan Gangguan Kerja Otot.
Makalah ini membahas tentang metabolisme magnesium dalam tubuh dan studi
kasus mengenai gangguan kerja otot.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk mengetahui
metabolisme magnesium dalam tubuh dan memenuhi tugas makalah mata kuliah
metabolisme zat gizi mikro.
Pada proses pengerjaan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya penulis tidak luput dari kesalahan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi
sebuah makalah yang lebih sempurna. Penulis juga memohon maaf atas
kesalahan tersebut.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.2 Fungsi........................................................................................................4
2.3 Absorbsi.....................................................................................................5
2.4 Transport....................................................................................................7
2.5 Metabolisme..............................................................................................8
2.6 Ekskresi.....................................................................................................8
2.7 Defisiensi...................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.7 Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat kekurangan
magnesium ?
1.2.8 Apa saja sumber magnesium dalam makanan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia magnesium.
1.3.2 Mengetahui fungsi magnesium pada tubuh manusia.
1.3.3 Mengetahui proses absorpsi magnesium dalam tubuh.
1.3.4 Mengetahui proses transportasi magnesium dalam tubuh.
1.3.5 Mengetahui proses metabolisme magnesium dalam tubuh.
1.3.6 Mengetahui proses ekskresi dan batas toksisitas magnesium dalam
tubuh.
1.3.7 Mengetahui akibat defisiensi magnesium.
1.3.8 Mengetahui sumber dan AKG magnesium.
1.4 Manfaat
1.4.1 Meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai pemahaman
magnesium secara umum serta berbagai proses yang terjadi pada
mineral tersebut di dalam tubuh..
1.4.2 Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang akibat
kekurangan asupan magnesium dalam tubuh.
1.4.3 Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang sumber-sumber
magnesium dalam makanan dan AKG yang harus dipenuhi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Fungsi
Salah satu fungsi magnesium yang paling kritis adalah produksi energi. Sel
tubuh membutuhkan magnesium untuk mengaktifkan ATP (adenosine
triphosphate), yang merupakan sumber energi utama yang digunakan tubuh.
Selain produksi energi, magnesium secara langsung untuk enzim pemecah
glukosa (gula darah) sebagai berikut :
Sebagai kofaktor enzim dari sekitar 300 reaksi metabolisme.
Utamanya, sebagai kofator dari enzim-enzim yang melibatkan transfer
gugus fosfat dari ATP, contohnya:
Enzim heksokinase (pada reaksi glikolisis)
Enzim fosfofruktokinase (pada reaksi glukoneogenesis)
Enzim enolase
Enzim glukosa-6-P-dehidrogenase
Enzim thiokinase
Enzim piruvat karboksilase (pada reaksi glukoneogenesis)
Enzim glukose-6-fosfoglukonat dehidrogenase (metabolisme asam
glukonat)
Magnesium bersama dengan natrium, kalium, dan kalsium mengontrol
kerja kotraksi saraf otot. Magnesium mengatur eksitabilitas dari jantung,
sehingga juga berperan dalam mengontrol tekanan darah. Sekitar 50-60%
magnesium tersimpan dalam tulang, sehingga magnesium merupakan unsur
penyusun tulang.
2.3 Absorpsi
Magnesium masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Jumlah
magnesium diserap, tergantung dari jumlah asupan, yakni konsumsi tiap-
tiap orang. Magnesium diserap paling banyak di bagian distal jejunum dan
ileum. Sekitar 40-60% magnesium yang dapat diserap dari makanan yang
masuk. Jika asupan tinggi, magnesium diserap dengan mekanisme difusi
pasif. Sebaliknya, jika asupan rendah, magnesium diserap dengan
mekanisme transport aktif. Banyak faktor yang dapat menurunkan
penyerapan magnesium diantaranya serat, asam oksalat, konsumsi alkohol,
4
dan keadaan medis tertentu seperti diuretik. Walaupun diet yang tinggi,
sayuran memiliki kandungan magnesium yang tinggi. Magnesium yang
terserap akan berkurang karena pengaruh serat pangan. Diet tinggi fosfat
mampu mengurangi absorbsi magnesium. Protein dapat mempengaruhi
absorbsi magnesium intestinal. Absorbsi magnesium rendah saat asupan
protein kurang dari 30 gr perhari. Stimulasi aktivitas adenilat siklase
(misalnya, melalui stimulasi reseptor adrenergik) meningkatkan siklik
adenosin monofosfat (cAMP). Peningkatan cAMP menginduksi ekstrusi Mg
dari mitokondria melalui mitokondria adenin nukleotida, yaitu pertukaran 1
Mg2+ adenosine trifosfat (ATP) untuk adenosin difosfat (ADP). Sedikit
peningkatan ini dalam sitosol Mg2+ maka dapat diekstrusi melalui membran
plasma dengan cara mekanisme pertukaran Mg-kation, yang dapat
diaktifkan dengan baik oleh cAMP atau Mg. Aktivasi reseptor sel lain
(misalnya reseptor muscarinic atau reseptor vasopresin) dapat mengubah
tingkat cAMP atau menghasilkan diasilgliserol (DAG). Keseimbangan
harus ada antara masuknya Mg pasif ke dalam sel dan mekanisme
penghabisan aktif karena gradien konsentrasi gerakan ekstraseluler Mg
( 0,7-1,2 mmol ) ke dalam sel ( bebas Mg , 0,5 mmol ) . Proses ekstrusi Mg
ini membutuhkan energi atau mungkin digabungkan dengan gerakan kation
lain. Gerakan seluler Mg umumnya tidak terlibat dalam transportasi
transepitelial Mg, yang terutama pasif dan terjadi antara sel-sel.
5
Asupan makanan adalah satu-satunya sumber dimana tubuh dapat
melengkapi kebutuhan Mg. Jaringan usus penyerapan Mg dipengaruhi oleh
penyerapan Mg pecahan dalam segmen tertentu dari usus, panjang segmen
usus, dan waktu transit bolus makanan. Sekitar 40-50 % dari diet Mg
diserap. Baik duodenum dan jejunum memiliki penyerapan pecahan tinggi
Mg.
2.4 Transportasi
Jalur untuk pergerakan Mg di epitel usus. Dua rute yang ada untuk
penyerapan Mg di sel epitel usus yaitu: rute transelular dan jalur antar.
Didalamnya terdiri dari dua tahap :
1) Mg akan masuk membran sel usus dengan cara transpor pasif atau
difasilitasi difusi.
2) Sebuah Mg pompa aktif di bagian basolateral sel akan mengusir Mg.
2.5 Metabolisme
Mg (berat molekul, 24,305 D) dominan didistribusikan dalam tulang , otot,
dan jaringan lunak. Mg di tulang diserap ke permukaan hidroksiapatit Kristal.
Hanya sekitar 1 % dari total tubuh Mg dalam serum dan cairan interstitial.
6
Gambar 1.3 Jumlah distribusi magnesium (Mg) dalam tubuh
2.6 Eksresi
Mg biasanya diserap dalam tubulus proksimal (PT), cortical thick
ascending limb (cTAL), dan distal convoluted tubule (DCT). Ekspansi
volume dan diuretik osmotik menghambat PT reabsorpsi Mg. Magnesium
diekskresikan melalui urin sebanyak 35-45% dari intake sehari hari.
Penggunaan diuretik menyebabkan keluarnya magnesium melalui urin dan
menipisnya simpanan magnesium total dan regional tubuh. Eksresi
magnesium meningkat oleh hormon tiroid, asidosis, aldosteron, serta
7
kekurangan fosfor dan kalsium. Eksresi magnesium menurun karena
pengaruh kalsitonin, glukagon, dan PTH terhadap resorbsi tubulus ginjal.
Beberapa penyakit ginjal dan gangguan elektrolit menghambat
reabsorpsi Mg ginjal baik di PT dan cTAL karena kerusakan pada sel-sel
epitel dan persimpangan ketat interseluler, ditambah gangguan dari gaya
elektrokimia yang biasanya mendukung reabsorpsi Mg. Aminoglikosida
terakumulasi dalam PT, yang mempengaruhi penyerapan natrium, dan juga
menyebabkan peningkatan aldosteron. Aldosteron memicu ekspansi
volume, penurunan reabsorpsi Mg. Diabetes mellitus meningkatkan
kehilangan Mg dengan cara hiperglikemik osmotik diuresis dan kelainan
insulin (defisiensi dan resistensi), yang menurunkan reabsorpsi Mg di
proximal convoluted tubule dan cTAL.
8
Gangguan ginjal : diabetes mellitus dan penggunaan jangka panjang
diuretiktertentu dapat mengakibatkan meningkatnya kehilangan urin dari
magnesium.
Alkoholisme kronis : asupan makanan yang buruk, masalah
pencernaan,dan peningkatan kehilangan urin magnesium, semua dapat ber-
kontribusi untuk penipisan magnesium yang sering ditemui pada pecandu
alkohol.
Umur : beberapa studi telah menemukan, bahwa orang tua memiliki
asupan makanan yang relatif rendah magnesium. Penyerapan magnesium
usus cenderung menurun dengan usia dan ekskresi magnesium kemih
cenderung meningkat dengan usia.Dengan demikian,asupan magnesium diet
suboptimal dapat meningkatkan risiko penipisan magnesium pada orang
tua,sedangkan terlalu banyak magnesium dari makanan tidak menimbulkan
risiko kesehatan pada orang sehat, karena ginjal menghilangkan jumlah
kelebihan dalam urin. Namun, dosis tinggi magnesium dari suplemen
makanan atau obat-obatan sering mengakibatkan diare yang dapat disertai
mual dan perut kram. Bentuk magnesium yang paling sering dilaporkan
menyebabkan diare yaitu magnesium karbonat, klorida, glukonat,dan
oksida. Diare dan pencahar efek dari garam magnesium disebabkan oleh
aktivitas osmotik garam diserap di usus, usus besar dan stimulasi motilitas
lambung. Gejala hipomagnesemia dapat berkembang ketika tingkat serum
magnesium (Mg) jatuh di bawah 1,2 mg /dL.
Defisiensi Magnesium meningkatkan kematian pasien dengan infark
miokard akut dan congestive gagal jantung.
Deplesi Mg mempercepat aterogenesis dengan meningkatkan koleste-
roltotal dan trigliserida dan dengan mengurangi kadar kolesterol lipoprotein
densitas tinggi. Hipomagnesemia juga meningkat kecenderungan hipertensi
dan mengganggu pelepasan insulin, yang mendukung aterogenesis.
Rendahnya tingkat Mg mengganggu pelepasan hormon paratiroid (PTH),
memblokir aksi PTH pada tulang, dan menurunkan aktivitas dari ginjal 1-α-
hidroksilase, yang mengubah 25-hidroksi-vitamin D3 menjadi 1,25-
dihidroksi-vitamin D3, yang semuanya berkontribusi untuk hipokalsemia.
9
Mg merupakan kofaktor terpisahkan dalam kegiatan trifosfatase natrium-
potas-potasium adenosin selular, dan kekurangan Mg merusak transportasi
intraselular K dan memberikan kontribusi untuk ginjal membuang K,
menyebabkan hipokalemia.
2.7 Toksisitas
Keracunan Mg jarang terjadi pada fungsi ginjal normal. Pada
penderita payah ginjal, hipermagnesemia dapat menimbulkan masalah. Efek
depresan magnesium pada sistem saraf pusat biasanya mendominasi gejala
toksisitas hipermagnesemia. Efek racun dari magnesium serum telah dikenal
selama bertahun-tahun tetapi tidak diakui secara luas atau sistematis pada
manusia. Enam pasien terkena hipermagnesemia signifikan saat menerima
senyawa magnesium baik secara parenteral atau oral sebagai antasid atau
obat pencahar (susu magnesium, magnesium sulfat, dan Maalox). Hipotensi,
gagal pernapasan, hiporefleksia, koma, perubahan elektrokardiografi, dan
kematian mendadak akibat serangan jantung akibat dari hipermagnesemia.
Gagal ginjal, hadir pada semua pasien, diyakini bertanggung jawab terhadap
retensi magnesium.
10
menyebabkan irama jantung yang tidak teratur. Dalam keadaan akut
aritmatia dapat mengakibatkan gagal jantung hingga kematian. Pada
keadaan pasca-operasi jantung, biasanya keadaan detak jantung tidak
normal, oleh karena itu disuntikkan magnesium sebagai obat.
Pada atlet olahraga yang memerlukan daya tahan tubuh, atlet tersebut
rentan mengalami dehidrasi. Dehidrasi adalah kehilangan sebagian cairan
dan elektrolit dari tubuh, termasuk juga ion magnesium. Ion magnesium
dapat hilang selama olahraga berat melalui keringat. Kehilangan ion
magnesium ini dapat menyebabkan defiensi magnesium. Seperti yang telah
diketahui, bahwa magnesium mengatur kerja dari relaksasi otot, sehingga
dalam keadaan kekurangan magnesium, relaksasi otot akan terganggu dan
dapat menyebabkan kejang otot (kram).
Selain itu, interaksi antara magnesium dan kalsium dalam kerja otot dalam
keadaan yang tidak normal, juga akan mengakibatkan kelemahan otot baik
otot polos, maupun otot skeletal. Gangguan kelemahan otot polos di saluran
pernafasan, dapat mengakibatkan penyakit asma.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Magnesium memiliki sifat fisik berwarna putih keperakan, ringan, dan
kusam bila terdedah pada udara. Dan beberapa sifat kimia yakni
membentuk basa bila bereaksi dengan air, membentuk garam bila
bereaksi dengan asam.
3.1.2 Fungsi magnesium sebagai kofaktor, bersama kalsium mengontrol
kerja kontraksi saraf otot, dan termasuk unsur penyusun tulang.
3.1.3 Magnesium diserap pada bagian distal jejunum dan ileum,
bioavaibility magnesium 40-60% bergantung dari asupan induvidu.
3.1.4 Transport magnesium secara difusi pasif jika asupan magnesium
banyak, jika asupnnya sedikit dengan cara transport aktif.
3.15 Magnesium di distribusikan dalam tulang, otot, dan jaringan lunak.
Mg di tulang diserap ke permukaan hidroksiapatit Kristal.
3.1.6 Eksresi magnesium melalui urine dan feses. Toksisitas disebut
hipermagnesemia, terjadi jika ginjal tidak bekerja secara normal.
3.1.7 Defisiensi magnesium menyebabkan gangguan pencernaan, gangguan
ginjal, alkoholisme kronik, dan meningkatkan kematian dengan
miokard akut dan gagal jantung, serta menghambat pelepasan
hormone paratiroid.
3.1.8 Sumber magnesium terutama pada sayuran hijau (bayam, brokoli, dan
selada), serealia tumbuk, biji-bijian, daging, susu, coklat, dan air. Akg
yang dianjurkan pada orang dewasa sekitar 4,5 mg/ kg berat badan.
3.2 Saran
3.2.1 Penulis dan pembaca dapat meningkatkan asupan magnesium sesuai
dengan usia dan kecukupannya gizi perhari.
3.2.2 Penulis dan pembaca dapat mencegah terjadinya defiensi mineral
makro magnesium.
12
3.2.3 Penulis dan pembaca menambah refresi jika sumber yang
dicantumkan penulis terdapat kekurangan informasi dan pengetahuan
magnesium.
13
DAFTAR PUSTAKA
14