UTILITAS
Treatment
Di Susun Oleh: Kelas
5 Kc
Muhammad Banagung
Mei Valentina Silaban
1
MAKALAH
Dosen Pembimbing:
Zulkarnain, S.T, M.T
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan
kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan tersebut sehingga
menjadi air yang diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan
dampak ekologis.
1.3 Tujuan
Memahami definisi water treatment.
Memahami perlunya water treatment.
Menjelaskan parameter dalam Water Treatment.
3
Memahami proses pengolahan air.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pada umumnya gangguan terhadap suatu peralatan/ sistem yang bermedia
air disebabkan oleh zat-zat pengotor dalam air yang disebut kontaminan.
Kontaminan tersebut dapat berbentuk gas, cair, padatan, dan mikroorganisme.
a. Kontaminan gas
Beberapa kontaminan gas seperti karbondoksida, sulfur dioksida, oksigen, dan
lain-lain. Air yang mengandung gas-gas tersebut bersifat korosif dalam
reaksinya terbentuk senyawa asam yang kemudian bereaksi dengan peralatan
dari logam dengan reaksi sebagai berikut.
c. Kontaminan padatan
Berdasarkan besarnya ukuran partikel padatan terlarut, maka kontaminan
padatan dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu: padatan terlarut (TDS), padatan
tersuspensi (TSS), dan padatan sediment.
Padatan terlarut (TSS) terdiri dari senyawa organik dan anorganik yang larut
dalam air seperti kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium sulfat,
magnesium sulfat, kalsium klorida, natrium silikat, dan lain-lain. Air yang
mengandung padatan terlarut sangat baik daya hantar listriknya.
Garam-garam kalsium dan magnesium menjadikan air bersifat sadah, dapat
menyebabkan kerak (CaCO3.CaSO4) dan defosit lumpur [(MgCO3.Mg(OH)2)]
pada pipa-pipa ketel uap (boiler).
CaCl2 + SO42- CaSO4 + 2Cl-
CaCl2 + CO32- CaCO3 + 2Cl-
MgSO4 + CO32- MgCO3 + SO42-
MgCl2 + CO32- MgCO3 + 2Cl-
MgCl2 + H2O Mg(OH)3 + 2HCl-
Garam natrium silikat ( Na2SiO3 ) dalam air panas akan terhidrolisa
menghasilkan asam silikat pada temperatur di atas 200ºC akan menjadi kristal
5
keras yang sangat padat, kecil, dan rapat. Kristal ini yang menempelkan pada
pipa-pipa ketel uap. Silika hanya dapat dihilangkan dengan alat penukar ion di
unit demin plant.
Padatan tersuspensi ( TSS ) menyebabkan air keruh, tidak larut, tidak dapat
mengendap langsung seperti tanah liat, koloid silikat. Koloid silikat sering lolos
dalam proses koagulasi sehingga proses penghilangannya dapat menggunakan
alat penukar ion.
d. Kontaminan mikroorganisme
Kontaminan mikroorganisme seperti ganggang, lumut, jamur dan bakteri dapat
tumbuh dengan baik pada sistem air pendingin “open circuit”. Mikroorganisme
jenis ganggang dan lumut dapat menyumbat saringan-saringan air pendingin,
tube-tube kondensor, pompa-pompa dan mengurangi kecepatan pertukaran
panas. Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme dalam air yang
dapat merusak bangunan-bangunan menara pendingin yang terbuat dari beton.
6
2.3 Parameter dalam Water Treatment
2.3.1 Parameter Fisik
Parameter fisik air biasanya dilihat dari unsur yang berhubungan dengan
indra manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi
Turbidity (kekeruhan), warna, bau, rasa, dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa
digunakan adalah Sistem Sedimentasi (Pengendapan), Filtrasi dan penambahan
desinfektan.
7
2.4.1. Pengolahan air secara kimia
Koagulasi dan Flokulasi
Benda-benda tersuspensi dalam air dapat berupa bahan-bahan kasar yang
dapat mengendap sampai pada bahan-bahan koloid lembut. Bahan-bahan tersebut
dapat bersatu dan mengendap dan disatukan menjadi lebih besar dengan bantuan
bahan penggumpal. Kumpulan benda-benda besar tersebut akan tertinggal di dasar
sedimentasi dan dihilangkan dengan cara penyaringan (filtrasi). Langkah-langkah
proses koagulasi dan flokulasi sebagai berikut :
1. Bahan kimia penggumpal dimasukkan ke dalam air, supaya bahan
kimia tersebut bereaksi secara seragam, bahan tersebut harus
ditaburkan secara merata . Hal ini memerlukan pengadukan yang
cepat atau pencampuran dengan air pada titik dimana penggumpalan
ditambahkan.
2. Rekasi-reaksi kimia dan kimia fisik dan perubahan-perubahan yang terjadi
mengarahkan pada koagulasi dan pembentukan partikel-partikel berukuran
mikroskopis.
3. Pengadukan perlahan-lahan menyebabkan penyatuan pertikel-
partikel menjadi kumpulan yang dapat terendapkan.
8
Gambar 1. Proses Koagulasi, Flokulasi, dan Filtrasi
9
Mg2+ + 2 (HCO3)-+ CaO + H2O CaCO3(s) + Mg2+ + CO32-
Rangkaian reaksi tersebut menghasilkan senyawa soda abu (Na 2CO3) yang
digunakan untuk bereaksi dengan calcium non carbonat hardness (NaNCH).
Pertukaran Ion
Adalah suatu alat untuk mengambil ion – ion kontaminan air oleh resin –
resin dan menukarnya dengan ion – ion hidrogen (H+) dan ion – ion hidroksil (OH-
) sehingga diperoleh air murni. Resin adalah bahan polimer sintesis yang
10
mengandung ion – ion hidrogen sebagai resin kation dan ion – ion hidroksil
sebagai resin anion.
Alat Penukar Kation adalah suatu alat berbentuk silinder yang berisi
resin kation, berfungsi untuk menukar ion – ion positif dari kontaminan air.
Contoh : kontaminan air adalah garam NaCl, reaksinya
Na+Cl- + R-H+ Na+R- + H+Cl-
11
2 R – H + CaCl2 R2 – Ca + 2 NaCl
2 R – H + Mg(HCO3)2 R2 – Mg + 2 H2CO3
2 R – H + MgSO4 R2 – Mg + H2SO4
2 R – H + MgCl2 R2 – Mg + 2 HCl
Urutan penukaran oleh resin pertukaran kation: Ca2+, Mg2+, K dan Na.
Alat Penukar Anion : adalah suatu berbentuk silinder yang berisi resin anion,
berfungsi untuk menukar ion-ion negatif don kontaminan air. Contoh: kontaminan
air adalah keluaran alat penukar kation HCI. Rekasinya sebagai berikut :
Hasil keluaran dari penukar kation adalah bersifat asam. Ion positif pada
resin anion akan menangkap ion negatif dari senyawa asam sehingga produk akhir
adalah air murni yang babas mineral, Reaksinya sebagai berikut :
2 R - OH + H2CO3 R2 - CO3 +2 H2O
2R - OH + H2SO4 R2 -SO4 + 2 H2O
2R - OH + H2(SiO2) R2__SiO2 +2 H2O
Urutan penukaran oleh resin penukar anion adalah: SO42-, CI-, HCO3- HSiO2- ,
Hasil penukaran ion baik kation dan anion terkadang tidak berlangsung
100 %. Idealnya setelah melewati penukar kation dan anion, air tidak lagi
mengandung kontaminan. Tetapi kenyataannya masih ada ion-ion kontaminan air
yang lolos dari penukar kation dan anion.
Mixed bed adalah suatu alat berbentuk silinder yang berisi campuran
resin kation dan resin anion, berfungsi untuk menangkap kation dan anion yang
lolos dari tangkapan penukar kation dan penukar anion. Keseluruhan reaksi terjadi
pada satu silinder. Dengan dilengkapi mixed bed diharapkan akan diperoleh air
dengan kemurnian tinggi.
12
Gambar 4. Mixed Bed
Gambar 5. Degasser
13
kontaminan air. Dalam keadaan watt, ini resin penukar ion dikatakan sudah jenuh
dan harus diregenerasi.
Kejenuhan Resin
Ada 2 cara yang dipakai untuk menentukan indikasi kejenuhan resin:
Berdasarkan “couter flow”; yaitu dengan cara mengukur kuantitas air
yang telah diproses oleh resin penukar ion.
Berdasarkan kualitas air yaitu dengan cara mengukur kualitas air yang
telah diproses oleh resin penukar ion. Parameter yang digunakan adalah
konduktivitas dan kadar silikat.
Regenerasi Resin
Agar resin penukar ion yang telah jenuh dapat berfungsi kembali perlu
diregenerasi. Regenerasi adalah suatu proses untuk menginaktifkan kembali resin
penukar ion yang telah jenuh menggunakan bahan kimia sebagai larutan
regenerasi.
14
anion pada konsentrasi tertentu) dengan arah aliran normal. Regenerasi
dilakukan sampai larutan regenerai habis.
4. Slow Rinse : Pencuci lambat dilakukan dengan cara mengalirkan air
dengan arah aliran normal secara perlahan-lahan. Hal ini dimaksudkan
agar bahan kimia regenerasi berdifusi secara sempurna ke dalam resin.
5. Fast Rinse: Dilakukan sama seperti pencucian lambat, tetapi dengan laju
alir yang lebih besar. Maksudnya untuk membuang sisa-sisa bahan kimia
regenerant. Pencucian cepat terus dilakukan sampai hasil airnya sesuai
dengan standar yang telah diterapkan.
15
dan pembilasan regenerasi.
Lamanya waktu untuk mengulangi regenerasi yang seharusnya tidak
dilakukan. Waktu yang semestinya setelah regenerasi dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi air demin.
Meningkatnya biaya lain karena pemakaian listrik untuk pompa-pompa,
tenaga operator, dan lain-lain.
16
setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk
memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit
pengolahan lumpur tersendiri.
17
Gambar 6. Proses Sedimentasi
Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau bahan
sejenis untuk memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat
mengendap agar diperoleh air yang jernih.
Penyaring adalah pengurangan lumpur tercampur dan partikel koloid dari
air limbah dengan melewatkan pada media yang porous. Kedalaman penyaringan
menentukan derajat kebersihan air yang disaringnya pada pengolahan air untuk
minum.
Mekanisme yang dilalui pada filtrasi:
1. Air mengalir melalui penyaring glanular
2. Partikel-partikel tertahan di media penyaring
3. Terjadi reaksi-reaksi kimia dan biologis
18
Gambar 7. Proses Filtrasi
19
Rotating biological contractor
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu
poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut
diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang
mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.
20
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup ke dalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan
pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikro-organisme menyerap okigen
dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa
organik. Enegi hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikro-
organisme untuk proses perkembang-biakan atau metabolisme.
21
Gambar 9. Rotating Biological Contractor
22
Bak Pemisah Pasir
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga
kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan
kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya
tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir
tersebut.
23
biologis tersebut makin lama makin tebal dan kerena gaya beratnya akan
mengelupas dengan sendirinya dan lumpur organik tersebut akan terbawa aliran
air keluar. Selanjutnya lapisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada
permukaan media dengan sendirinya.
Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung
bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke
masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari
bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikro-
organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah
dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu
sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat dimatikan. Selanjutnya
dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.
24
bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik
dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Water Treatment adalah suatu cara/bentuk pengolahan air dengan
cara – cara tertentu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan
sesuai kebutuhan. Dalam mengolah air dapat ditinjau dari beberapa
parameter di antaranya parameter fisik, kimia, dan biologi.
Selain parameter terdapat beberapa proses pengolahan air yaitu
pengolahan air secara fisika, kimia, dan biologi. Secara fisika yaitu filtrasi
dan sedimentasi. Secara kimia yaitu koagulasi dan flokulasi, pelunakan air
serta ion exchange. Secara biologi yaitu trickling filter dan RBC (Rotating
Biological Contractor).
3.2 Saran
Dalam kehidupan sehari – hari maupun dalam industri tidak
terlepas dari adanya limbah cair. Untuk mengatasi limbah tersebut perlu
adanya pengolahan air (Water Treatment). Dalam Water Treatment proses
yang dilakukan untuk mengolah limbah cair tersebut sebaiknya dilakukan
sesuai dengan kontaminan yang terkandung di dalam limbah tersebut agar
pengolahannya menjadi lebih tepat dan efisien. Sehingga tidak
menimbulkan pengaruh yang lain terhadap lingkungan.
26
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://envist2.blogspot.com/2009/05/filtrasi.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/sedimentasi-
pengendapan-pada-pengolahan-limbah-cair/
http://www.ionexchange.com/ion/en/processes/counterflow/multistep/
27