Anda di halaman 1dari 19

Journal Reading

RiskFactors for Recurrent Ectopic Pregnancy: a


case-control study
D Zhang, W Shi, C Li, J-J Yuan, W Xia, R-H Xue, J Sun, J Zhang
An International Journal of Obstetrics and Gynaecology (2016),123 (S3): 82–89
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan

rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan jurnal reading yang berjudul

“Risk Factors for Recurrent Ectopic Pregnancy: a case-control study”.Jurnalreadingini

saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam proses mengikuti kepaniteraan

klinik di bagian SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa

Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Saya berharap

penyusunan jurnal reading ini dapat berguna dalam meningkatkan pemahaman

kita semua mengenaifaktor risiko terjadinya kehamilan ektopik berulang.

Saya menyadari bahwa jurnal reading ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan jurnal reading ini. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk-Nya

kepada kita semua di dalam melaksanakan tugas dan menerima segala amal

ibadah kita.

Mataram,02 September 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 2


HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

ABSTRAK ................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ........................................................................................... 5

METODE ................................................................................................... 8

HASIL ................................................................................................... 14

DISKUSI ................................................................................................... 17

KESIMPULAN ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik Berulang: sebuah penelitian case-control

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 3


Risk Factors for Recurrent Ectopic Pregnancy: a case-control study

D Zhang, W Shi, C Li, J-J Yuan, W Xia, R-H Xue, J Sun, J Zhang
An International Journal of Obstetrics and Gynaecology (2016) 82–89

Tujuan: untuk meneliti faktor risiko kehamilan ektopik berulang (recurrent


ectopic pregnancy, REP).
Design: penelitian retrospektif case-control
Tempat: University medical centre
Populasi: 554 wanitadengan riwayat kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, EP)
merupakan inklusi. Di antara mereka yaitu 181 wanita dengan kehamilan ektopik
saat ini, 184 wanita dengan kehamilan intrauterin (intrauterine pregnancy,IUP)
saat ini, dan 189 wanita tidak hamil (non pregnancy, NonP).
Metode: Tiga kelompok dicocokkan dengan perbandingan 1:1 berhubungan
dengan usia saat ini, usia saat pertama mengalami kehamilan ektopik dan usia
kehamilan saat mengalami kehamilan ektopik pertama.Karakteristik sosio-
demografi, riwayat reproduksi, riwayat ginekologi dan pembedahan, dan
pengalaman kontrasepsi dibandingkan diantara ketiga kelompok. Sebuahanalisis
regresi logistik multivariat digunakan untuk menyesuaikan dan menghitung
adjusted odds ratios (AORs).
Hasil: Risiko kehamilan ektopik berulang meningkat pada wanita dengan
kehamilan ektopik berulangyang memiliki riwayat infertilitas (AOR = 3,84, 95%
CI 2,16-6,86) dibandingkan dengan kelompok kontrol,wanita dengan kehamilan
intrauterin. Dibandingkan dengan kelompok kontrol wanita tidak hamil,
salpingotomi (AOR = 3.04, 95% CI 1.21-36.51) padakehamilan ektopik
sebelumnya merupakan faktor risiko kehamilan ektopik berulang. Wanita
multipara cenderung tidak mengalami kehamilan ektopik berulang ketika
dibandingkan dengan wanita tidak hamil (AOR = 0,36, 95% CI 0,18-0,62) atau
kelompok kontrol kehamilan intrauterin(AOR = 0,35, 95% CI 0,20-0,62).
Penggunaan saat ini intrauterine device(IUD) (REP versus NonP, AOR = 0,02, CI
95% 0.00-0.08) atau kondom (REP versus NonP, AOR = 0,16, CI 95% 0,07-0,38)
secara signifikan mengurangi risiko kehamilan ektopik berulang dibandingkan
dengan mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Demikian pula,
penggunaan kondom sebelumnya juga mencegah kehamilan ektopik
berulangdibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan kondom
sebelumnya (REP versus NonP, AOR = 0,20, 95% CI 0,08-0,49; REP versus IUP,
AOR = 0,40, CI 95% 0,22-0,71).
Kesimpulan: Wanita dengan riwayat infertilitas atau salpingotomiharus waspada
terhadap kehamilan ektopik berulang. Wanita multipara memiliki
kemungkinankecil untuk mengalamikehamilan ektopik berulang. Kami
merekomendasikanpenggunaan kondomuntuk pencegahan efektif kehamilan
ektopik berulang.
Kata kunci:Penelitian case-control, kontrasepsi, kehamilan ektopik berulang,
faktor risiko
Pendahuluan

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 4


Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, EP)merupakan salah satu
kedaruratan ginekologi yang paling sering terjadi, dan penyebab tiga perempat
kematian ibu di dunia yangterjadi pada saat kehamilan trimester
pertama.Presentase kehamilan ektopikadalah 4-10%dari total kematian
berhubungan dengan kehamilan, dan menyebabkan tingginya kejadiankehamilan
ektopik berulang (recurrent ectopic pregnancy, REP).
Meskipun mortalitas kehamilan ektopik telah menurun tajam dalam
beberapa tahun terakhir, kejadian kehamilan ektopik masih terus meningkat
ditingkat global. Dengan demikian, jumlah wanita yang didiagnosis dengan
kehamilan ektopik berulang meningkat.Wanita dengan riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, memiliki risiko 10-27% untuk mengalami kehamilan ektopik
berulang, sekitar 5-10 kali lebih berisiko dibandingkan risiko kehamilan ektopik
secara umum.Kehamilan ektopik berulang, sebagai komplikasi kehamilan ektopik
jangka panjang,dapat mengganggu fertilitas selanjutnya dan berdampak negatif
terhadap kualitas hidup.Sayangnya, saat ini tidak ada cara yang efektif untuk
memprediksi kehamilan ektopik berulang.
Lebih dari satu dekade yang lalu, dua penelitian epidemiologi
mengeksplorasi faktor risiko kehamilan ektopik berulang. Namun, penelitian
tersebuttidak mencarihubungan antara saat iniataupenggunaan kontrasepsi
sebelumnya dan kekambuhan kehamilan ektopik. Selain itu, penelitian oleh Butts
dkk. menggunakan wanita yang memiliki satu kali riwayat kehamilan
ektopiksebagai kelompok kontrol. Hal tersebut tidak tepat karena tidak
mempertimbangkan kemungkinanbahwa wanita dalam kelompok kontrol tersebut
dapat mengalami kehamilan ektopik kembalidi masa yang akan datang.
Selanjutnya, perubahan terbaru pada pilihan metode kontrasepsi dan peningkatan
penggunaan bantuan teknologi reproduksi (assisted reproductive
technology,ART) diduga sebagai faktor risiko tambahan untuk kehamilan ektopik.
Karena masih belum jelas apakah ada hubungan antara kehamilan ektopik
berulang dan penggunaan kontrasepsi atau ART, kami melakukan penelitian case-
control di Shanghai, Cina. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
faktor risiko kehamilan ektopik berulang.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 5


Metode
Pertimbangan etis
Penelitian case-control ini disetujui oleh Dewan Peninjau Institusional dari
International Peace Maternity dan Child Health Hospitaldi Shanghai,
Cina.Sebelum rekrutmen, informed consent tertulis didapatkan dari masing-
masing
subyek.Bagi wanita usia dibawah 18 tahun, informed consenttertulis didapatkan
dari wali mereka. Pasien juga diberi tahu bahwa mereka berhak menolak
wawancara dan berhenti dari penelitian kapan saja. Semua subjek diyakinkan
bahwa informasi mereka akan dijaga kerahasiaannya.
Desain dan subjek penelitian
Penelitian case-control ini dilakukan di International Peace Maternity dan
Child Health Hospital dari bulan Maret 2011 sampai April 2013. Subjek yang
diambil adalah wanita usia reproduktif antara 17-45 tahun yang tidak memiliki
riwayat penyakit kardiovaskular, penyakit tromboemboli vena, epilepsi, diabetes
melitus, kanker atau penyakit lain yang dapat mempengaruhi pilihan
kontrasepsi.Semua subjek memiliki riwayat kehamilan ektopik.Pasien yang saat
ini didiagnosis mengalami kehamilan ektopik (berdasarkan American College of
Obstetricians and Gynecologists Practice Bulletin)dari Departemen Rawat Inap
Ginekologi dikelompokkan sebagai kelompok kasus (kelompok kehamilan
ektopik berulang). Wanita dengan kehamilan intrauterin danwanita yang tidak
hamil datang dari klinik prenatal dan klinik keluarga berencana, dan pusat pusat
pemeriksaan fisik dari Rumah Sakit yang sama.Mereka dimasukkan dalam dua
kelompok kontrol (kelompok kehamilan intrauterin dan kelompok tidak hamil).
Kelompok kontrol kehamilan intrauterin dan kelompok kehamilan ektopik
berulang disesuaikan dengan perbandingan 1:1 berhubungan dengan usia saat ini
(±5 tahun), usia saat mengalami kehamilan ektopik pertama (±5 tahun), dan usia
kehamilan saat kehamilan ektopik pertama (±7 hari). Kelompok kontrol tidak
hamil disesuaikan dengan kelompok kehamilan ektopik berulang dengan
perbandingan 1:1 untuk variabel yang sama.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 6


Pengumpulan data dan pemeriksaan pasien
Informasi dikumpulkan dari masing-masing pasien dalam wawancara
langsung face-to face dan termasuk: karakteristik sosio-demografi (usia, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan perorangan, status merokok);
riwayat reproduksi dan ginekologi [jumlah terminasi kehamilan sebelumnya
(terminations of pregnancy, TOP), paritas, riwayat infertilitas dan infertilitas tuba,
cara kehamilan termasuk konsepsi alami, in vitro fertilisation-embryo
transfer(IVF-ET) atau ART lainnya (stimulasi ovarium, inseminasi intrautesrin,
herbal cina, support fase luteal, kombinasi stimulasi ovarium dan support fase
luteal)]; riwayat operasi [riwayat section sesaria,operasi adneksa, apendektomi,
dan pengobatan kehamilan ektopik terakhir termasuk pengobatan kehamilan,
methotrexate, salpingektomi, salpingotomi, dan prosedur pembedahan lainnya
(fimbrie ‘milking-out’ dari kehamilan ektopik, pengangkatan jaringan trofoblastik
di kavum pelvis dan reseksi ovarium)]; penggunaan kontrasepsi sebelumnya
[IUD, oral, kotrasepsi pil (oral contraceptive pill, OCP), kontrasepsi emergenci
levonorgestrel (levonorgestrel emergency contraceptive, LNG-EC), kondom, dan
metode kontrasepsi lain (metode withdrawl dan metode kalender)]; dan
penggunaan kontrasepsi saat ini [IUD, OCP, LNG-EC, sterilisasi wanita
(salpingektomi bilateral dan ligasi tuba bilateral), kondom dan metode kontrasepsi
lain (metode withdrawl dan metode kalender)]. Penggunaan metode kontrasepsi
sebelumnya dan saat ini didefinisikan secara sama seperti pada penelitian
sebelumnya. Jika subjek tidak mau menjawab pertanyaan tertentu, mereka
diizinkan melewatinya, dan dianggap sebagai informasi yang hilang.
Sampel darah dikumpulkan dari masing-masing pasien untuk mengukur
kadar serum Chlamydia trachomatis (CT) immunoglobulin G (IgG) menggunakan
enzyme-linked immunosorbent assayberdasarkan instruksi pabrik pembuatnya
(Beijing Biosintesis Bioteknologi, Beijing, Cina).

Analisis statistik

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 7


Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SAS,
versi 9.2 (SAS Institute Inc., Cary, NC, USA). Semua nilai-P dihitung dengan
menggunakan two-sided testsdan dianggap signifikan secara statistik jika P <0,05.
Uji Pearson chi-squaredditerapkan untuk mendeteksi perbedaan di antara ketiga
kelompok berhubungan dengan karakteristik sosio-demografis, sejarah
reproduksi, ginekologi dan pembedahan, dan penggunaan
kontrasepsi.Penghitungan odds ratios (ORs) menggunakan analisis regresi logistik
kondisional univariat dan 95% convidence interval(CIs) untuk setiap variabel.
Analisis regresi logistic multivariate digunakan untuk menyesuaikan potential
confoundersdanmenghitungadjusted odds ratio (AOR).

Hasil
Diantara 571 pasien yang diambil, 188 pasien dengan kehamilan ektopik
berulang saat ini sebagai kelompok kasus (kelompok kehamilan ektopik berulang)
dan 190 pasien dengan kehamilan intrauterin (IUP) dan 193 pasien tidak hamil
(NoP) diambil sebagai kelompok kontrol (kelompok kehamilan intrauterin dan
kelompok tidak hamil). Setelah mengeksklusi pasien dengan catatan medis tidak
lengkap, masing-masing 181, 184, dan 189 pasien dalam kelompok kehamilan
ektopik, kehamilan intrauterin, dan tidak hamil, dengan tingkat respon 97%
(Figure S1). Sebagian besar wanita dalam penelitian ini hanya memiliki satu kali
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya. Pada kelompok kehamilan ektopik
berulang, 15 pasien pernah mengalami dua kali riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya dan 3 pasien mengalami tiga kali riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya.Pada kelompok kehamilan intrauterin dan tidak hamil, 3 dan 16
pasien, masing-masing mengalami dua kali riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 8


Karakteristik sosio-demografi dan riwayat pasien
Table 1 menjelaskan karakteristik sosio-demografi semua
subjek.Dibandingkan dengan wanita pada kelompok kehamilan intrauterin dan
tidak hamil, terdapat proporsi yang lebih besar dari wanita kelompok kehamilan
ektopik berulang (REP)dalam pendapatan tahunannya yaitu sama atau lebih besar
dari ¥50,000 (P=0,04). Pada riwayat reproduksi dan ginekologi (Table 2), wanita
dengan paritas lebih tinggi cenderung tidak mengalami kehamilan ektopik
berulang(REP versus NonP, OR1 = 0.15, 95%CI 0.10–0.24; REP versus IUP,
OR2 = 0.32, 95%CI 0.21–0.49) dibandingkan dengan wanita nulipara. Selain itu,
riwayat infertilitas (OR1 = 3.69, 95%CI 2.29–5.95; OR2 = 4.03, 95%CI 2.47–
6.58) atau infertilitas tuba (OR1 = 3.67, 95%CI 2.23–6.03; OR2 = 3.43, 95%CI
2.10–5.61) dapat menjadi faktor risiko kehamilan ektopik berulang.
Berhubungan dengan riwayat operasi (Table 2), 86% (155/181) pasien
pada kelompok kehamilan ektopik berulang telah menjalani operasi adneksa, dan
masing-masing 75% (132/176) dan 77% (139/180) wanita yang menjalani operasi
adneksa pada kelompok kehamilan intrauterin dan tidak hamil.Diantara 155
wanita pada kelompok kehamilan ektopik berulang dengan operasi adneksa
sebelumnya, 151 (97%) wanita diantaranya dirawat karenakehamilan ektopik
sebelumnya. Wanita yang memiliki riwayat operasi adneksa (P=0,03), atau yang
pernah mengalami salpingotomi (P<0,01) pada kehamilan ektopiksebelumnya,
lebih cenderung mengalami kehamilan ektopik berulang dibandingkan dengan
wanita tanpa riwayat operasi ini.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 9


Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 10
Penggunaan kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pada semua subjek tampak pada Table 3.
Dibandingkan dengan wanita kelompok kehamilan intrauterin dan tidak hamil,
wanita dengan kehamilan ektopik berulang cenderung tidak menggunakan LNG-
EC (P=0,01) atau kondom (P<0,001). Selanjutnya, dilihat pada kelompok kontrol
wanita tidak hamil, risiko kehamilan ektopik menurun dengan penggunaan IUD
saat ini (OR1 = 0.02, 95%CI 0.00–0.08), LNG-EC (OR1 = 0.32, 95%CI 0.12–
0.88), kondom (OR1 = 0.09, 95%CI 0.05–0.18), sterilisasi wanita (OR1 = 0.18,

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 11


95%CI 0.04–0.75) ataumetode kontrasepsi lain (OR1 = 0.23, 95%CI 0.11–0.45)
dibandingkan dengan yang tidak mengggunakan alat kontrasepsi.

Analisis multivariat faktor risiko kehamilan ektopik berulang


Hasil analisis multivariat tampak pada Table 4. Multiparitas merupakan
faktor protektif untuk kehamilan ektopik berulang(REP versus NonP, AOR1 =
0.36, 95%CI 0.18–0.62; REP versus IUP, AOR2 = 0.35, 95%CI 0.20–0.62). Pada
wanita dengan riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, diantaranya yang memiliki
riwayat infertilitas (AOR2 = 3.84, 95%CI 2.16–6.86) lebih mungkin mengalami
kehamilan ektopik berulang daripada wanita yang tidak memiliki riwayat
infertilitas. Selain itu, AOR dari kehamilan ektopik berulang meningkat pada
salpingotomi (AOR1 = 3.04, 95%CI 1.21–36.51) dengan pengobatan kehamilan.
Namun risiko kehamilan ektopik berulang akibat salpingotomi tidak meningkat
ketika menggunakan kelompok kehamilan intrauterin sebagai kelompok
kontrol.Selain itu, pengobatan kehamilan, methotrexate, salpingektomi dan

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 12


prosedur bedah lainnya tidak berhubungan dengan risiko kehamilan ektopik
berulang.
Penggunaan kondom sebelumnya berhubungan dengan risiko kehamilan
ektopik berulang lebih rendah (AOR1 = 0.20, 95%CI 0.08–0.49; AOR2 = 0.40,
95%CI 0.22–0.71), dan penggunaan IUD dan kondom saat ini memiliki efek
protektif pada kehamilan ektopik berulang(IUD, AOR1 = 0.02, 95% CI 0.00–
0.08; kondom, AOR1 = 0.16, 95%CI 0.07–0.38).Namun, untuk semua metode
kontrasepsi, terdapat kemungkinan kegagalan alat kontrasepsi, sehinggakehamilan
ektopik berulang jelas tidak dicegah.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 13


Diskusi
Temuan utama
Penelitian case-control ini menemukan bahwa riwayat infertilitas dan
salpingotomi pada kehamilan ektopik terakhir merupakan faktor risiko yang
signifikan untuk kehamilan ektopik berulang, sedangkan multipara, penggunaan
kondom sebelumnya, dan penggunaan IUD dan kondom saat ini berhubungan
dengan risiko lebih rendah terjadi kehamilan ektopik berulang.
Kekuatan dan limitasi
Penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, pada beberapa
kasus kehamilan ektopik berulangmungkin telah dilaporkan beberapa faktor risiko
yang berbeda dari kontrol, menyebabkan tidak diketahuinya tingkat bias. Kedua,
beberapa wanita pada penelitian ini menggunakan, OCP, LNG-EC, atau sterilisasi
wanita, yang menghalangi kami untuk memeriksa hubungan antara faktor-faktor
tersebut dan kehamilan ektopik berulang lebih detail baik penggunaan
kontrasepsi sebelumnya atau saat ini sebagai faktor risiko kehamilan ektopik
berulang.
Interpretasi
Hubungan antara infertilitas sebelumnya dan kejadian kehamilan ektopik
telah terdokumentasi dengan baik.Infertilitas mungkin disebabkan oleh kerusakan
tuba akibat kehamilan ektopik sebelumnya dan tindakan pembedahan.Kerusakan
tuba dapat mengganggu perjalanan zigot melalui tuba fallopi dan masuk kedalam
kavum uteri, dengan demikian menjadi predisposisi bagi wanita terjadi kehamilan
ektopikberulang. Selanjutnya, wanita dengan infertilitas cenderung menerima
perawatan bedah, yang juga dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
Dengan demikian, hubungan antara riwayat infertilitas dan kehamilan ektopik
berulang dapat disebabkan oleh faktor tuba yang mendasarinya atau kerusakan
tuba yang disebabkan oleh pengobatan infertilitas, pada dasarnya menyebabkan
kehamilan ektopik berulang.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 14


Faktor lain, termasuk infeksi Chlamydia trachomatis (CT), dapat merusak
anatomi tuba, menyebabkan terganggunya aksi siliaris, obstruksi tuba dan adhesi
pelvis. Wanita dengan kehamilan ektopik berulang sebelumnya terbukti memiliki
tingkat antibodi CT dan/atau antigen CT yang lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita dengan kehamilan intrauterin.Namun, penelitian kami menunjukkan
bahwa kadar serum CT tidak berbeda secara signifikan antara wanita dengan
kehamilan ektopik berulang dan wanita pada kelompok kontrol. Hal ini
diperlukan untuk menunjukkan bahwa kontrol dalam penelitian ini adalah wanita
dengankehamilan intrauterin dengan riwayat kehamilan ektopik, namun kelompok
kontrol kehamilan intrauterin pada penelitian sebelumnya oleh Kuroda dkk. tidak
terbatas pada mereka yang memiliki kehamilan ektopik sebelumnya, yang
mungkin berkontribusiterhadap perbedaan tersebut. Demikian pula, walaupun
salpingitis (infeksi dan pembengkakan tuba fallopi) telah terbukti menjadi faktor
risiko penting padakehamilan ektopik pertama, namun tidak meningkatkan risiko
kehamilan ektopik berulang. Fenomena ini dapat menjelaskan fakta bahwa sekali
salpingitis telah menyebabkan kerusakan tuba ireversibel dan menyebabkan
kehamilan ektopik awal, kerusakan tuba lebih lanjut yang disebabkan oleh
kehamilan ektopik dan perawatannya dapat mencegah kehamilan di masa yang
akandatang. Oleh karena itu, setelah kehamilan ektopik awal, efek salpingitis pada
tuba fallopi kemungkinan tidak berhubungan dengan terjadinya kehamilan ektopik
berulang.
Kelainan tuba telah diketahui secara luas sebagai faktor risiko utama
kehamilan ektopik, yaitu sepertiga dari semua kasus kehamilan ektopik. Sebuah
studi epidemiologi menunjukkan bahwa kelainan tuba sebelumnya adalah faktor
risiko untuk kehamilan ektopik berulang, namun apakah prosedur pembedahan
yang berbeda yang digunakan untuk mengobati kehamilan ektopikmerupakan
faktor risiko kehamilan ektopik berulang masih belum jelas. Beberapa penelitian
melaporkan kejadian kehamilan ektopik berulang yang lebih tinggi setelah operasi
konservatif dibandingkan dengan operasi radikal, sementara yang lain tidak
menunjukkan perbedaan. Meskipun kami menemukan bahwa salpingotomi untuk
kehamilan ektopik sebelumnya merupakan faktor risiko kehamilan ektopik

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 15


berulang dalam penelitian ini, interval kepercayaan relatif lebar. Kami
menemukan bahwa wanita multipara cenderung tidak mengalami kehamilan
ektopik berulang daripada wanita nulipara, yang konsisten dengan hasil penelitian
epidemiologi sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa wanita
multipara telah membuktikan kesuburan dan kerusakan tuba lebih sedikit daripada
wanita nulipara yang mungkin memiliki masalah kesuburan. Alasan lain untuk
mengurangi kehamilan ektopik berulang dalam wanita multipara adalah kebijakan
Chinese one-child; kebanyakan wanita yang sudah memiliki anak akan
menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan lebih lanjut, terlepas dari
apakah itu akan berubah menjadi kehamilan intrauterin atau kehamilan ektopik.
Berhubungan dengan kontrasepsi, metode kontrasepsi jangka panjang
sering terjadi di China, situasi yang sangat berbeda dengan di negara-negara
Barat. Setelah perubahan dalam kebijakan keluarga berencana, pilihan kontrasepsi
juga telah berubah di China dalam beberapa tahun terakhir. Dalam studi kontrol
kasus kami sebelumnya, penggunaan sebagian besar jenis kontrasepsi saat ini
mengurangi risiko kehamilan intrauterin dan kehamilan ektopik. Dalam penelitian
ini, penggunaan IUD saat ini ditunjukkan untuk membantu mengurangi risiko
kehamilan ektopik berulang. Namun, penelitian lain menganggap penggunaan
IUD saat ini sebagai faktor risiko kehamilan ektopik karena peradangan akibat
IUD, yang menyebabkan penghentian endosalping dan dengan demikian menunda
pengangkutan ovum.Sebuah penelitian sebelumnya melaporkan bahwa wanita
yang saat ini menggunakan IUD cenderung percaya pada kemampuan mereka
untuk hamil namun kurang memiliki keinginan untuk hamil karena mereka pada
akhir masa reproduksinya atau merasa puas dengan jumlah anak yang mereka
miliki.
Alasan hubungan antara kehamilan ektopik berulang dan penggunaan
kondom sebelumnya dapat dijelaskan oleh fakta bahwa penggunaan kondom yang
konsisten dan benar dapat mencegah sebagian besar infeksi menular seksual dan
oleh karena itu dapat mengurangi kerusakan tuba, yang merupakan faktor risiko
tinggi untuk kehamilan ektopik. Oleh karena itu, bagi wanita dengan riwayat

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 16


kehamilan ektopik, kondom harus digunakan secara konsisten dan benar untuk
mencegah kehamilan ektopik berulang secara efektif.

Kesimpulan
Riwayat infertilitas dan salpingotomi untuk kehamilan ektopik
sebelumnya merupakan faktor risiko utama untuk kehamilan ektopik berulang.
Selain itu, perempuan multipara cenderung tidak mengalami kehamilan ektopik
berulang. Penggunaan kondom dapat melindungi wanita dengan riwayat
kehamilan ektopik dari pengembangan kehamilan ektopik berulang. Oleh karena
itu, bagi wanita dengan riwayat infertilitas dan operasi adneksa sebelumnya, kami
menyarankan penggunaan kondom untuk mencegah kehamilan ektopik berulang.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 17


.

Kelebihan jurnal :
1. Struktur penulisan sudah sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.
2. Judul menggambarkan isi.
3. Abstrak dijabarkan secara ringkas.
4. Isi membahas secara ringkas sesuai judul, menyebutkan secara rinci
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kehamilan ektopik
berulang.
5. Penulis membandingkan hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan hasil
penelitian sekarang sehingga meningkatkan pemahaman pembaca.
6. Terdapat tabel-tabeldari hasil penelitian yang meningkatkan pemahaman
pembaca.
7. Kesimpulan dipaparkan penulis dengan singkat dan jelas.

Kekurangan jurnal :
1. Pada jurnal ini telah dijelaskan beberapa hubungan faktor-faktor risiko
kehamilan ektopik berulang, tetapi tidak dijelaskan semuanya.

Kesimpulan :
Jurnal ini baik untuk dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan
sumber pustaka dalam penulisan karya ilmiah karena menjabarkan secara luas
faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan ektopikberulang.

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 18


Daftar Pustaka

1. Zhang, D., dkk. 2016.Risk Factors for Recurrent Ectopic Pregnancy: a


case-control study. An International Journal of Obstetrics and
Gynaecology (2016), Vol. 123 (S3): 82–89. Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27627605>[Accessed on August,
23th 2017]

Kepaniteraan Klinik Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi 19

Anda mungkin juga menyukai