Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA

KARTIKA SEPTIARY P MUSA / 156020310011025


RINO TAM CAHYADI / 156020310011003

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
PENGGUNAAN INFORMASI UNTUK PERENCANAAN LABA

Keadaan perekonomian yang semakin komplek dan perubahan yang demikian cepatnya
menyebabkan banyaknya perkembangan pemikiran dan peran pada segala bidang di antaranya
adalah pengendalian dalam bidang keuangan. Untuk perusahaan yang berskala kecil masalah
pengendalian keuangan tidak terlalu rumit, hal itu dikarenakan pihak pimpinan perusahaan masih
mampu mengendalikan secara langsung kegiatan operasional perusahaan. Namun untuk
perusahaan yang berskala besar di mana kegiatan pengelolahan perusahaan yang semakin
kompleks, tentunya pengawasan secara langsung tidak memungkinkan lagi. Berdasarkan kondisi
tersebut maka diperlukan suatu pengukuran atas kinerja keuangan yang telah terjadi sebagai
dasar dalam pengambilan kebijakan pengendalian yang akan ditetapkan.
Suatu perencanaan yang matang untuk mencapai laba yang maksimal, melibatkan evaluasi
yang hati-hati dan cermat dari berbagai tindakan alternative. Perencanaan yang baik
memungkinkan manajemen bekerja lebih efektif dan efisien, mempengaruhi kelancaran dan
keberhasilan aktivitas produksi, dan dapat menilai kemampuan manajemen perusahaan itu
sendiri.
Dalam mengelola perusahaan manajer sering dihadapkan pada berbagai masalah
pengambilan keputusan. Semua bentuk pengambilan keputusan untuk merencanakan operasinya
dengan baik bahkan tidak meneruskan operasinya. Salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan tersebut adalah faktor biaya yang selama satu
periode kerja tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Unutk dapat merealisasikan
tujuan suatu perusahaan diperlukan perencanaan sebagai pedoman dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan. Salah satu alternative dari analisis perencanaan untuk meningkatkan perolehan laba
dan menetapkan harga jual adalah dengan menggunakan Cost, Volume, Profit Analysis (CVP).
Cost, volume, profit (CVP) memiliki beberapa pendekatan diantaranya adalah break even point
(BEP) dan margin of safety.
Penggunaan cost, volume, profit analysis (CVP) sendiri dapat memberikan informasi tentang
berapa jumlah penjualan yang harus dicapai perusahaan dimana perusahaan dalam keadaan tidak
mendapat laba dan tidak menderita kerugian kepada manajer. Cost, volume, profit analysis
(CVP) dapat juga memberikan informasi mengenai laba yang diperoleh perusahaan pada
berbagai tingkat penjualan serta menunjukkan kemungkinankemungkinan yang berhubungan
dengan perusahaan dalam biaya maupun tingkat penjualan dan pengaruhnya terhadap laba yang
diperoleh perusahaan.
A. Pemisahan Biaya Fixed Cost dan Variable Cost untuk Analisis CVP

Variable Cost (Biaya variabel) adalah perubahan total dalam proporsi langsung dengan
perubahan tingkat aktivitas (atau cost driver). Sebagai contoh, di Perusahaan Donat, biaya bahan
langsung adalah biaya variabel. Total biaya bahan untuk barang-barang ini meningkat
berbanding lurus dengan jumlah item yang terjual.Sedangkan, biaya tetap tidak berubah secara
total sebagai tingkat aktivitas (atau cost driver) bervariasi. Biaya fasilitas, termasuk pajak
properti, penyusutan bangunan dan peralatan, dan gaji personil pemeliharaan , yang biaya untuk
Perusahaan Donut tetap . Biaya tetap per unit tidak berubah sebagai aktivitas bervariasi.
Analisis CVP mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan dalam dua
kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya variabel) dan biaya yang
tidak berubah (biaya tetap).Selanjutnya, biaya diasumsikan fungsi linier dari volume penjualan.
Namun, banyak perusahaan sekarang menyadari bahwa ini tetap dibandingkan perbedaan
variabel terlalu sederhana. Dalam sistem biaya berdasarkan aktivitas, biaya yang dibagi ke dalam
unit dan kategori berbasis nonunit. Activity-based costing mengakui bahwa beberapa biaya
bervariasi dengan unit yang diproduksi dan beberapa biaya yang tidak bervariasi. CVP menjadi
lebih berguna karena memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya.

ABC untuk Analisis CVP

Total cost = Fixed cost + (Unit variable costs x number of units) + (Unit cost x number of setups)
+ (Engineering costs x number of engineering hours)

Operating income = Total revenue- fixed costs + (unit variable costs x number of units) + (Setup
costs x number of setups) + (engineering costs x number of engineering hours)

B. Cost Volume Profit Analysis


Menurut Hansen & Mowen (2005:274) ”Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit
analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan”. Sedangkan menurut Garrison, dkk (2006:322) ”Analisis biaya-volume-laba adalah
satu dari beberapa alat yang berguna bagi manajer dalam memberikan perintah”.
Alat ini membantu manajemen suatu perusahaan untuk memahami hubungan timbal balik
antara biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antarlima lima
elemen berikut: harga jual produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel per unit, total
biaya tetap, dan bauran produk yang dijual.
Menurut Garrison, dkk (2006:350), ada beberapa asumsi yang mendasari analisis cost
volume profit yaitu:
 Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah.
 Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan tetap.
Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap adalah konstan secara total
dalam rentang yang relevan.
 Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.
 Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang diproduksi
sama dengan jumlah unit terjual.
Analisis cost volume profit memiliki manfaat yang sangat banyak bagi manajemen
suatuperusahaan. Manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk membuat kalkulasi
perencanaanlaba dan anggaran penjualan dari suatu perusahaan menjadi akurat. Dengan
menggunakan analisis cost volume profit akan dapat diketahui berapa jumlah penjualan impas
agarperusahaan tidak mengalami kerugian maupun untung, untuk mengetahui berapa jumlah
penjualan yang harus dicapai untuk mencapai target laba tertentu, Analisis cost volume profit juga
dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat membuatpenurunan
sebelum mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk menentukan kombinasi penjualan
dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk mencapai target laba yang telah ditetapkan.

Dasar-dasar Analisis Cost-Volume-Profit


1. Margin Kontribusi
Margin kontribusi menurut Garrison, dkk (2006:324) adalah “jumlah yang tersisa
dari pendapatan dikurangi beban variabel”. Margin kontribusi merupakan jumlah yang
tersisa untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan. Margin kontribusi juga
dapat disajikan dalam bentuk persentase. Hansen & Mowen (2005:280) menyatakan bahwa
rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar penjualan
yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Adapun rumus rasio margin
kontribusi adalah:
Rasio margin kontribusi = margin kontribusi/penjualan

2. Analisis Titik Impas (BEP)


Menurut Garrison, dkk (2006:325) ”Titik impas adalah tingkat penjualan dimana
laba adalah nol”. Jadi dapat dikatakan bahwa titik impas merupakan titik di mana biaya dan
pendapatan sama besarnnya sehingga tidak terjadi laba maupun rugi. Analisa terhadap
titik impas ini digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang
diperlukan agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi.
Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation method)
dan metode margin kontribusi (contribution method).
a. Metode Persamaan
Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang disusun
denganformat kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan persamaan sebagai
berikut:
Laba = (Penjualan – Beban Variabel) - Beban Tetap
Persamaan tersebut dapat diubah menjadi:
Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

b. Metode Margin Kontribusi


Metode margin kontribusi pada dasarnya hanyalah versi jalan pintas dari
metodepersamaan yang telah dijelaskan. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa
setiap unit yangterjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan
untuk menutupi biayatetap. Untuk menentukan berapa unit yang harus dijual untuk
mencapai titik impas, total biayatetap dibagi dengan margin kontribusi per unit.
Titik impas dalam unit yang terjual = beban tetap/margin kontribusi per unit
Titik impas dalam dolar penjualan = beban tetap/rasio cm
3. Analisis Target Laba
Analisis CVP juga digunakan ketika perusahaan sedang mencoba untuk menentukan
tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, juga disebut laba
ditargetkan.
Target laba juga dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation
method) dan metode margin kontribusi (contribution method).
a. Metode Persamaan
Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

b. Metode Margin Kontribusi


Unit penjualan untuk mencapai target = beban tetap + target laba/margin kontribusi per
unit
Identifikasi Biaya Variabel dan Biaya Tetap

Masalah tersulit dalam analisis CVP adalah membagi semua biaya-biaya yang
dikeluarkan perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variable. Analisis CVP tidak mengenal
jenis biaya lain, seperti biaya semi variable, step cost, dan sebagainya.

1. Kelompok pertama adalah biaya yang sering disebut sebagai mixed costs. Contoh biaya
ini adalah biaya listrik, air, telepon, dimana biaya – biaya tersebut memiliki unsur biaya
tetap dan biaya variabel. Untuk biaya seperti ini, maka unsur biaya tetap dan biaya
variabel harus dipisahkan.

2. Kelompok biaya kedua adalah biaya-biaya yang memang tidak dapat dikelompokkan
sebagai biaya tetap ataupun biaya variabel. Dengan demikian, definisi biaya tetap dalam
analisis CVP adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang tidak dapat
dikategorikan sebagai biaya variabel.

Analisis CVP Dalam Ketidakpastian

Analisis CVP dilakukan dalam tahap perencanaan, dimana asumsi yang dibuat
perusahaan belum tentu sama dengan kondisi sebenarnya saat rencana tersebut dilaksanakan.
Karena unsur itu, unsur ketidakpastian harus dipertimbangkan, ada tiga cara yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, yaitu:

1. Safety margin merupakan selisih antara unit yang diperkirakan dapat dijual perusahaan pada
periode analisis dengan unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas. Semakin besar
safety margin yang dimiliki perusahaan, maka posisi perusahaan akan semakin aman, karena
jika terdapat asumsi yang sedikit meleset, perkiraan posisi perusahaan masih jauh dari titik
impas.

2. Operating leverage mengukur besarnya proporsi biaya tetap dibandingkan dengan total biaya
yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi operating leverage berarti semakin tinggi
proporsi biaya tetap dalam perusahaan. Rumus untuk menghitung operating leverage adalah
total marjin kontribusi dibagi dengan total laba operasi.

3. Analisis sensitivitas (what-if analysis) merupakan analisis yang dilakukan untuk mencari
unsur yang paling sensitif dalam analisis CVP. Yang dimaksud dengan faktor yang paling
sensitif adalah faktor yang jika meleset paling mempengaruhi perolehan laba perusahaan.
Faktor yang paling sensitif inilah yang harus dijaga perusahaan agar dalam masa
pelaksanaannya tidak meleset dari rencana.

CVP Dengan Model Activity Based Costing

Dalam hal ini definisi biaya tetap dan biaya variabel akan dikaitkan bukan hanya terhadap
produk, namun juga terhadap aktivitas. Dengan Activity Based Costing ini biaya variabel
hanyalah merupakan biaya variabel dari aktivitas tingkat unit, sedangkan biaya tetap untuk
aktivitas tingkat unit, dan juga biaya – biaya dari tingkatan aktivitas lainnya dikelompokkan
sebagai biaya tetap.

SKYVIEW MANOR
Studi kasus dilakukan pada tahun 1962 di Vermont. Skyview Manor adalah hotel dengan
kualitas baik dan tarif menengah. Skyview Manor beroperasi selama musim ski pada tanggal 2
Desember sampai 31 Maret atau 120 hari. Jumlah kamar yang disediakan adalah 80 kamar. 50
Kamar di sayap timur dengan harga $15 untuk single dan $20 double. 30 Kamar di sayap barat
dengan harga $20 untuk single dan $25 double. Sayap barat lebih mahal karena memiliki
pemandangan lereng ski, pegunungan dan desa. Tingkat hunian pada musim ski sekitar 80%.
Rasio rata-rata hunian single dan double adalah 2:8.

Mr. Kachack, manajer hotel, mengungkapkan bahwa ketika musim ski berlalu maka
bisnis ini akan merugi (memangkas keuntungan). Dia memperkirakan tingkat hunian rata-rata di
luar musim ski menjadi 20% dan 40% untuk beberapa tahun. Apabila off season maka kamar
yang aktif hanya 30 kamar dan estimasi yang terbooking 40%. Harga sewa kamar diturunkan
menjadi $10 untuk single dan $15 double. Selain itu, manajer tetap mengeluarkan biaya iklan
sebesar $4000/8 bulan (diluar musim ski. Biaya perbaikan sebesar $2000/tahun. Gaji Ibu
Kacheck sebesar $20/hari untuk musim ski (7 hari kerja) dan untuk musim lain (5 hari Kerja).
Gaji petugas meja dan 4 orang pembantu sebesar $24 dan $15 per hari. Pajak gaji dan tunjangan
sebesar 20% dari gaji. Biaya asuransi sebesar $500.

Setengah dari beban lain-lain dianggap pengeluaran untuk persediaan pembersih (Fix
cost). Beban utilitas yang ada adalah biaya telepon dan biaya listrik. Dengan perincian 80 telepon
dikali $3/bulan ditambah dengan biaya layanan dasar $50. Saat off-season hanya biasa layanan
dasar yang dibayar. Manajer juga membangun kolam renang dengan biaya $40000 umur
ekonomis 5 tahun. Biaya Bubble $15000 umur ekonomis 5 tahun, biaya lifeguard $400/bulan,
asuransi pajak tambahan $1200, biaya pemanas $1000 dan biaya pemeliharaan $1800.

Figur 1
Skyview Manor

Operating Statement, For the Fiscal Year ended 3/31/62

Revenues : $160,800

Expenses:

Salaries:

Manager $15,000

Manager’s Wife 2,400

Desk Clerk 2,880


Maids (four) 7,200

$27,480

Payroll Taxes and Fringe Benefits 5,496

Depreciation (15 year life) 30,000

Property Taxes 4,000

Insurance 3,000

Repairs and Maintenance 17,204

Cleaning Supplies 1,920

Utilities 6,360

Linen Service 13,920

Interest on Mortgage

(5% interest rate) 21,716

Miscellaneous Expenses 7,314

Total Expenses 138,410

Profit before Federal Income Taxes $22,390

Federal Income Taxes (48%) 10,747

Net Profit $11,643

1. Berapa rata-rata jumlah kamar yang harus disewakan tiap malam agar mencapai breakeven?
a. Biaya variabel :
- Cleaning supplies $ 1920.
- Linen Service $ 13920.
- ½ dari Misc. Exp $ 3657.
$ 19497
b. Biaya variabel tiap kamar = $19497 : 7680 (120 hari x 80 ruang x 80%)
= $ 2,54
c. CM/kamar = ($160.800-$19.497)/7680 = $18,4/Kamar
d. Biaya tetap = $138.410-$19.497= $118.913
e. Break even = $118.913 : $18,4= 6463 Kamar

2. Hotel full pada akhir pekan pada musim ski. Jika tarif semua room dinaikkan $5 pada malam-
malam akhir pekan, namun sewa turun menjadi 72 room dari 80 room, bagaimana revisi pada
laba sebelum pajak pada tahun ini, berdasarkan figur 1?

CM yang hilang
8 room x 34 malam akhir pekan (120 x 2/7 = 34) x $18.40 = $5,005

CM meningkat
72 room x 34 malam x $5 = $12,240

Net Change
$12,240 - $5,005 = $7,235 laba tambahan (sebelum pajak)

Nilai breakeven untuk lost rooms per malam adalah sebagai berikut;

X = breakeven loost rooms

X * $18.40 = (80 – X) $5

$18.4X + $5X = $400

$23.4X = $400

X = 17

Peningkatan harga merupakan ide yang baik selama hotel dapat menyewakan setidaknya 63
room per weekend night.

3. Contribution Margin pada off season

Pendapatan

Single = $10, double = $15, weighted average = $14 (2/10*10 + 8/10*15)

Biaya variabel, dari soal nomor 1 = $2.54/room night

Contribution Margin

Perdapatan – Biaya variabel = $14 - $2.54

= $11.46/room night

4. Opsi apa yang dapat dipilih manajemen ? Bagaimana rincian biayanya?

Pool

No Yes
Bubble
No Yes
No
1 3 5

Advertise

2 4 6
Yes
Rincian biaya ketika off season :
a. Biaya gaji ibu manajer : 35 weeks x $100/week @ $3500 x 120%= $4200
b. Depresiasi Kolam 25000/5 = $5000
c. Depresiasi Bubble 15000/5 = $3000
d. Biaya kolam renang, jika hanya dibuka pada musim ski, dan tanpa bubble

= Lifeguard (3x400) = $1200

Insurance & Taxes $1200

Maintenance $1800

$4200

Biaya kolam renang, jika dibuka sepanjang tahun, dengan bubble

= Dari sebelumnya $4200

Additional Lifeguard $3600

Heating $1000

$8800

e. Biaya telepon : (30 rooms) ($3 per room) = $90 x (8 bulan) = $720
f. Total Utility Cost, dalam kasus = $ 6360

Dikurangi Biaya Telepon = $(1560) = [($290x4) + ($50x8) = $1,560]

Biaya Listrik = $ 4800 (untuk 9600 room tersedia)

Untuk 7350 (30*245hari) room tersedia = 7350/9600 x $4800 = $3,675

g. Tambahan karyawan sebanyak satu pelayan karena. Biayanya adalah $15/hari x 240 hari = $3600
ditambah pajak 20% menjadi $4320 dengan fringes.

Insur Pool Bubble


Repair Mrs. K Adv. Pool Ex. Phone Elect. Maids
ance Dep'n Dep'n
DECISION ALTERNATIVE
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)

4200
Total $2000 $500 $4200 $4000 $5000 $3000 atau $720 $3675 4320
8800

$15,41 1. adv no, pool


√ √ √ √ √ √
5 no

$19,41 2. adv yes, pool √ √ √ √ √ √ √


5 no

3. adv no, pool


$24,61
yes, bubble no 3 √ √ √ √ √ √ √ √
5
bulan

4. adv yes, pool


$28,61
yes, bubble no 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
bulan

5. adv no, pool


$32,21
yes, bubble yes 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
tahun

6. adv yes, pool


$36,21
yes, bubble yes 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
tahun

5. Hitunglah persentase pembookingan ruang agar BEP


Jumlah ruang yang tersedia di off-season 7350. (30 ruang * 245 hari)
MK off-season dari soal 3 = $11.46
1. $15415/$11.46 = 1345 ruang 1345/7350 = 18%
2. $19415/$11.46 = 1694 ruang 1694/7350 = 23%
3. $24615/$11.46 = 2148 ruang 2148/7350 = 29%
4. $28615/$11.46= 2497 ruang 2497/7350 = 34%
5. $32215/$11.46 = 2811 ruang 2811/7350 = 38%
6. $36215/$11.46 = 3160 ruang 3160/7350 = 43%

6. Alternative mana yang anda rekomendasikan dan mengapa?


Kami memiliki pendapat bahwa bisnis ini memiliki risiko tinggi karena bisnis ini sifatnya
musiman. Penjualan bisnis ini tinggi ketika musim ski saja. Proposal yang disampaikan manajer
untuk membahas penggunaan kolam renang dan bubble wajib dipertimbangkan. Kami melist
tiap alternative rata-rata jumlah kamar yang harus dibooking per hari agar BEP yaitu :
1. 1345/245= 5 kamar
2. 1694/245= 7 kamar
3. 2148/245= 9 Kamar
4. 2497/245= 10 Kamar
5. 2811/245= 11 Kamar
6. 3160/245= 13 Kamar

Dalam kasus disebutkan bahwa konsumen akan membooking tempat saat off-season sekitar 40%
dari 30 kamar. Jumlah yang pasti terbooking adalah 12 kamar. Kami memutuskan untuk memilih
alternative ke 5 yaitu fasilitas tanpa biaya advertising dengan adanya kolam renang dan bubble.
Jumlah BEP alternative 5 adalah 11 kamar. Apabila kami analisis dengan jumlah kamar yang pasti
terbooking yaitu 12 kamar maka didapati selisih 1 kamar. Jumlah keuntungan yang diperoleh dari
selisih 1 kamar tersebut yaitu 1 X 245 hari X $11,46 = $2808. Alternatif lima memiliki CVP yang
positif sehingga sangat kami rekomendasikan ke manajer untuk menambahkan fasilitas kolam
renang dan bubble yang dibuka sepanjang tahun. Penambahan fasilitas itu tidak merugikan
hotel. Pengunjung hotel diharapkan lebih loyal kepada SKYVIEW akibat adanya penambahan
fasilitas tersebut. Alternatif 5 ini tidak membutuhkan biaya Advertising. Biaya advertising ini
dihilankan karena manajer pernah menyebutkan bahwa biaya advertising yang dikeluarkan
belum tentu meningkatkan penyewaan kamar.

Anda mungkin juga menyukai