Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan bahan obat-
obatan yang merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu
penyediaan obat. Salah Farmasi meliputi pengetahuan tentang identifikasi,
kombinasi, standarisasi obat, pengobatan, sifat-sifat obat (Anief, 2007).
Salah satu mata kuliah yang berhubungan dengan ini yakni Farmasi
fisika. Farmasi fisika sangat berperan penting dalam dunia kefarmasian.
Farmasi fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta
kuantitatif senyawa organik dan anorganik. Salah satu subyek yang
dipelajari dalam farmasi fisika adalah Viskositas dan rheologi. Rheologi
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran cairan dan
deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan
gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan
atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat. Sedangkan
viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) zat cair untuk mengalir
(Martin, 1990).
Pada percobaan ini akan membahas tentang cara menghitung
viskositas dan rheologi pada cairan newton dan non newton dengan
viskometer bola jatuh dan viskometer brookfield. Pada viskositas bola jatuh
menggunakan minyak kepala dan kelereng untuk mengitung viskositas dan
rheologi dengan cara mengukur kecepatan bola jatuh pada botol yang berisi
minyak kelapa dengan melihat waktu kelereng tersebut sampai pada dasar
botol. Kemudian dengan menggunakan viscometer Brookfield untuk
menghitung viskositas dari suatu krim.
Dalam bidang farmasi untuk membuat suatu sediaan misalnya emulsi,
suspense, pasta, krim maupun lotion harus memperhatikan viskositas dan
rheologinya. Karena dari beberapa sediaan tertentu sangat memperhitungkan
kekentalan dan karakteristik alirannya agar suatu produk atau sediaan
tersebut mempunyai konsistensi dan kelembutan sehingga baik digunakan
dan dapat diterima oleh pemakai.
Oleh karena itu dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui cara
menghitung viskositas dan rheoligi dari cairan newton dan non newton agar
dapat mengetahui kekentalan dari minyak kelapa dan krim.
I.2 Maksud dan tujuan
1.I.1 Maksud
Mengetahui cara menghitung Viskositas dan Rheologi suatu cairan
Newton dan Non Newton.
1.I.2 Tujuan
a. Membedakan cairan newton dan non newton
b. Menggunakan alat-alat penentuan viskositas dan rheologi
c. Menentukan viskositas dan rheologi cairan newton dan non newton
d. Menentukan konsistensi sediaan setenggah padat.
I.3 Prinsip percobaan
Menentukan viskositas minyak kelapa dengan mengukur kecepatan
bola jatuh melalui cairan dalam botol yang berisi minyak kelapa pada suhu
tetap dengan melihat waktu bola sampai pada dasar tabung. Disamping itu
juga dapat menggunakan alat Viscometer Brookfield, dimana berguna untuk
mengukur viskositas krim dengan menggunakan nomor spindle yang sesuai
tergantung dari bentuk sediaaan yang akan diukur viskositasnya dengan
mengatur kecepatan berputar spindle dalam rpm dalam waktu 3 menit
dengan membandingkan rate of share maksimum dari nomor spindel yang
digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori umum
II.1.1 Definisi Viskositas
1) Viskositas adalah suatu pernyataaan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya
(Martin, 2008)
2) Viskositas merupakan ukuran resistensi fluida terhadap aliran
(Giancoli, 2005)
3) Viskositas adalah ketidak leluasan pengaliran cairan yang disebabkan
oleh gesekan dibagian dalam suaatu fluida (Sinko, 2012)
4) Viskositas dapat diartikan sebagai suatu sistem hambatan yang
disebabkan oleh gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisihan
pada fluida saat lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang
lainnya (Dugdale, 1986)
5) Viskositas merupakan suatu ungkapan dari resistensi zat cair untuk
menggalir (Moechtar, 1990)
II.1.2 Definisi Rheologi
1) Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (Rheo) dan logos
(ilmu), digunakan pertama kali oleh Bingham dan Crawford (seperti
yang dilaporkan oleh Fischer1) untuk menggambarkaan aliran cairan
dan deformasi dari padatan (Martin, 2008)
2) Rheologi ialah suatu gejala yang membentuk aliran yang seimbang
(Giancoli, 2005)
3) Rheologi ialah ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi zat
padat (Moechtar, 1990)
4) Rheologi adalah suatu keadaan yang menunjukkan suatu aliran
(Dugdale, 1986)
5) Rheologi yaitu sistem yang ditimbulkan suatu zat dengan adanya aliran
(Sinko, 2012)
II.I.3 Hubungan Viskositas dan Rheologi
Ditinjau dari hukum newton bahwa semakin besar aliran suatu
cairan maka semakin besar pula viskositas dari cairan tersebut. Dari
hukum ini dapat disimpulkan bahwa hubungan viskositas (kekentalan/
resistensi) berbanding lurus dengan besar aliran (rheologi) (Martin,2008)
II.1.4 Aliran Newton dan Non newton
Penggolongan bahann menurut tipe aliran dan deformasi adalah
sebagai berikut :
a. Sistem Newton

Rate of shear

Shearing stres
Lapisan dasar dianggap menempel pada tempatnya. Jika bidang
cairan paling atas bergerak dengan suatu kecepatan konstan, setiap
lapisan dibawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan konstan,
setiap lapisan dibawahnya akan bergerak dengan suatu kecepatan yang
berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar yang diam. Sehingga
dapat disimpulkan sistem newton menghasilkan garis lurus/sistem
linier, hal ini disebabkan karena adanya gaya persatuan luas F’ / A
yang diperlukan untuk menyebabkan aliran yang menghasilkan sistem
linier (Martin, 2008).
b. Sistem non newton
1. Dipengaruhi oleh waktu (t)
a) Thiksotropi
Thiksotropi dapat didefinisikan sebagai suatu pemulihan
yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang
kehilangan konsistensinya karena shering atau karena stress
dikurangi/dihilangkan.
b) Rheopeksi
Pada aliran rheopeksi kurva menurun berada disebelah
kanan kurva naik. Hall ini disebabkan oleh pengocokan yang
perlahan-lahan dan teratur mempercepat pemadatan suatu
sistem diilatan.

c) Viskoelastis
Pada aliran viskoelastis ini, jika cairan diberikan tekanan
diatas yield value maka akan bergeser sebagai cairan tetapi jika
tekanan dihilangkan sistem tidak dapat kembali dengan
sempurna ke keadaan semula.
2. Tidak dipengaruhi oleh waktu
a. Plastis
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-
partikel yang terflokulasi dalam suspensi pekat. Adanya yield
value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel
yang berdekatan, yang merupakan indikasi dari kekuatan
flokulasi.

\
Yield (hambatan)
b. Pseudoplastis
Viskositas cairan pseudoplastis akan berkurang dengan
naiknya kecepatan geser.

c. Dilatan
Viskositas cairan akan naik dengan naiknya kecepatan
geser karena volumenya akan naik jika bergeser. Pada shear
stress meningkat, bulk dari sistem tersebut mengembang atau
memuai (dilate) dari sinilah istilah dilatan.

II.1.5 Macam-macam Viskometer


Alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat disebut
viskometer dimana adaa 2 jennis yaitu : (Matin, 2008)
a. Viskometer satu titik
Biasanya digunakann pada sistem newton, misalnya viskometer
kapiler, vikkometer bola jatuh,pnetrometer, plastometer dann lain-ain.
b. Viskometer banyak titik
Misalnya visskometer rotasi tiipe stromer, brookfield, roto visco
dan lain-lain.
Untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat digunakan
viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara
lain : (Martin, 2008)
1. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika
mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat
2 tanda tersebut (Moechtar,1990).
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,
terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya
archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkanz bola ( yang
terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang
diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga
resiprok sampel (Moechtar,1990).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding
luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis
ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran
sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling
bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan
konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-
tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut.
Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).
Nilai viskositas dinyatakan dalam viskositas spesifik,
kinematik dan intrinsik. Viskositas spesifik ditentukan dengan
membandingkan secara langsung kecepatan aliran suatu larutan dengan
pelarutnya. Viskositas kinematik diperoleh dengan memperhitungkan
densitas larutan. Baik viskositas spesifik maupun kinematik
dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Pengukuran viskositas dilakukan
dengan menggunakan viskometer Ubbelohde yang termasuk jenis
viskometer kapiler. Untuk penentuan viskometer larutan polimer,
viskometer kapiler yang paling tepat adalah viskometer Ubbelohde
(Moechtar,1990).
II.2 Uraian bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol, Alkohol, Aethanol, Aethanol dilitum,
Etoksietana.
Rm/Bm : C2H5OH / 46,07
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau


khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah,
mudah menguap pada suhu 18OC.
Khasiat : Anti septik umum (untuk pemberian luka umum)
Kegunaan : Mensterilkan alat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, dan jauh dari nyala api.
2. Kelereng
Nama resmi : Kelereng
Volume : 5 g / cm3
Pemerian : Padatan keras berbentuk bulat, tidak berbau
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dan aquades
Kegunaan : Alat yang digunakan dalam uji viskositas pada
viskometer bola jatuh
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Methylis Parabenum (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Methylis parabenum
Nama lain : Metil paraben
RM/BM : C8C8O3/152,15
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur


putih, tidak berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter.
Kegunaan : Bahan pembuatan crean
4. Minyak Kelapa (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Oleum cocus
Nama lain : Minyak kelapa
RM/BM : C12H24O2 / 200,3 g.mol-1
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, kuning pucat, bau
khas, tidak tengik.
Kelarutan : larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60oC,
sangat mudah larut dalam kloroform dan dalam eter
p.
Kegunaan : Bahan yang akan diuji viskositasnya
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi cahaya,
sejuk.
5. Paraffin cair (Dirjen POM, 1995 )
Nama resmi : Paraffin liquidum
Nama lain : Paraffin cair
RM/BM : C8H18/ 0,870 g – 0,890 g
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan kental transparan ,tidak berwarna, hampir


tidak berbau, hamper tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)
p. dan dalam kloroform dan larut dalam eter.
Kegunaan : Sebagai pembawa fase minyak pada krim
6. Polysorbatum 80 (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Polysorbatum 80
Nama lain : Polisorbat 80
RM/BM : C24H44O6 / 1,10 g
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning


hingga coklat muda bau khas lemas, rasa pahit dan
hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau
dan praktis, tidak berwarna, larut dalam etanol,
dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral
Kegunaan : Emulgator pada krim
Penyimpanan : Penyimpanan dalam wadah yang tertutup rapat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

7. Propil Paraben ( FI Edisi IV hal 213)


Nama Resmi : Propylis Parabenum
Sinonim : Propil Paraben
RM/BM : C10H12O3 / 180,20
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.


Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air
mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Penggunaan : Sebagai bahan pengawet pada krim
BAB III
METODE KERJA
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
1. Botol
2. Kelereng
3. Picnometer
4. Viskometer Brookfield
III.1.2 Bahan
1. Alkohol
2. Minyak kelapa ( minyak curah
3. Tissue
III.2. Cara Kerja
III.2.1 Viskometer bola jatuh
1. Diisi botol yang ada didalam alat dengan cairan yang akan diukur
viskositasnya sampai hampir penuh.
2. Dimasukkan bola yang sesuai
3. Ditambahkan cairan sampai botol penuh dan tutuplah sedemikian rup
sehingga tidak terdapat gelembung udara didalam tabung
4. Dibalik botol, setelah kelereng turun melampaui garis awal
5. Dihitung waktu yang diperlukan oleh bola melalui tabung/botol dari
garis awal sampai dasar tabung/botol.
6. Ditentukan bobot jenis cairan dengan meggunakan piknometer.
7. Dihitung viskositasnya.
III.2.2 Viskometer brookfield
1. Dipasang spindel pada gantungan spindel
2. Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup
kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya
3. Dipasang stop kontak
4. Dinyalakan motor sambil menekan tombol
5. Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum merah pada skala
6. Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung
viskositas maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan skala suatu
faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat diubah
– ubah RPM, maka didapat viskositas pada beberapa RPM.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1. Data Pengamatan
IV.2. Viskositas Bola Jatuh
Sampel Sampel BJ . BJ. B t
Cairan Padatan Kelereng Minyak
Minyak Kelereng 5 gr/cm3 0,903 0,0725 1s
Goreng gr/cm3

IV.2. Viskositas Brookfield


Sampel No.
Spindel
RPM ᶯ Rata-rata

25800 Poise
22733,33
3 2 22300 Poise
Poise
Krim 20100 Poise
paraffin 26100 Poise
4 3 23400 Poise 24640 Poise
24520 Poise

IV.2. Perhitungan
IV.2.1. Perhitungan Viskometer Bola Jatuh
ᶯ = B (ρ1 - ρ2) t
= 0,0725 (5 gr/cm3 – 0,903 gr/cm3) 1 sekon
= 0,0725 (4,097 gr/cm3) 1 sekon
= 0,2970 poise
IV.2.2. Perhitungan Viskometer Brookfield
ᶯ = TK x SMC x 10000/RPM
10000
= 1 x 10
2
= 25000 Poise
ᶯ = TK x SMC x 10000/RPM
10000
= 1 x 10
3
= 33333,3 Poise
IV.2.3. Menghitung HLB Cream
Komposisi Cream
1. Parafin Cair 7,5 %
2. Lipocol 5%
3. Isopropil Miristat 3%
4. Lanolin Anhidrat 1%
5. Propilenglikol 2%
6. Tween 80 2%
7. Span 60
Anhidrat 100 ml
Fase Minyak HLB Massa
Parafin Cair 12 7,5 g
Lipocol 14 5g
Isopropil Miristat 11,5 3g
Lanolin 10 1 gr
+
16,5 g

7,5 5 3 1
HLB = (16,5 𝑥 12) (16,5 𝑥14) (16,5 𝑥11,5) (16,5 𝑥10)

= 5,4 + 4,2 + 2,1 + 0,6


= 12,3
Cara Aligasi
Tween 80 14,9 7,6
12,3
Span 60 4,7 2,6
+
10,2
7,6
Tween 80 = 10,2 𝑥 2 𝑔 = 1,49 g
2,6
Span 60 = 10,2 𝑥 2 𝑔 = 0,51 g
BAB V
PEMBAHASAN
Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran
cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara
tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan
atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat. Sedangkan viskositas
adalah ukuran tahanan (resistensi) zat cair untuk mengalir (Martin, 1990).
Ditinjau dari hukum newton, semakin besar aliran suatu cairan maka
semakin besar pula viskositas dari cairan tersebut. Dari hukum tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa hubungan viskositas (kekentalan/resistensi) berbanding
luruh dengan aliran (rheologi) (Martin, 1990)
Dalam percobaan ini untuk menetukan viskositas cairan digunakan alat-
alat penentuan viskositas dan rheologi yaitu viskometer satu titik dimana alat ini
hanya dapat digunakan untuk menentukan viskositas cairan Newton dan
viscometer banyak titik yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan
rheologi cairan Newton dan Non Newton. Ada beberapa viscometer banyak titik
yaitu viscometer rotasi tipe stromer, Brookfield, Rotovisko dan lain-lain (Tungadi,
2014)
Pada percobaan menentukan viskositas dan rheologi langkah pertama yang
dilakukan yaitu menentukan viskositas dari minyak kelapa menggunakan
kelereng dengan bobot jenis 3 g/cm3 dengan mengukur kecepatan bolah jatuh
melalu cairan dalam botol 300 mL yang berisi minyak kelapa dengan volume 350
ml yang diiisi penuh pada botol. Kemudian kelereng dengan bobot jenis 3 gr/cm3
dimasukan kedalam botol yang berisi minyak kelapa kemudian ditutup agar tidak
terdapat gelembung udara. Untuk mengetahui viskositas dari minyak kelapa
dengan mengukur kecepatan bola jatuh yaitu kelereng yang telah melampaui garis
awal dalam botol, kelereng tersebut dikembalikan pada posisi awal dengan cara
membalikan tabung/botol dan melihat waktu bola sampai keposisi awal dalam
detik.
Viskometer bola jatuh yang digunakan pada percobaan tersebut termasuk
kedalam viskometer satu titik, hal ini disebabkan cairan yang akan dihitung
viskositasnya termasuk cairan yang memiliki daya alir Newton yang bersifat tidak
terlalu kental (Martin, 2008).
Untuk menentukan viskositas cairan dari minyak kelapa digunakan rumus:
ƞ = B (ρ1- ρ2) t, dimana ƞ = viskositas cairan, B konstanta bola/kelereng dengan
ketetapan 0,0725, ρ1 = bobot jenis bola, ρ2 = bobot jenis cairan dan t adalah waktu
yang diperlukan bola untuk jatuh (detik) (Martin, 2008).
Dapat diketahui bahwa bobot jenis dari kelereng (ρ1) = 3 g/cm3, bobot
jenis cairan (minyak kelapa) / ρ2 = 0,905 g/mL dan waktu yang diperoleh yaitu 1
detik sehingga dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa viskositas dari minyak
yakni 0,2970 poise.
Semakin besar viskositas dari suatu zat cair maka semakin besar pula gaya
persatuan luasnya (shearing stress) yang dibutuhkan untuk menyebabkan adanya
aliran zat tersebut (Martin, 2008).
Dengan adanya percobaan diatas kami dapat mengetahui ternyata cairan
minyak kelapa yang beredar dipasaran mempunyai karakteristik Aliran Newton
dikarnakan larutan yang memiliki daya alir Newton bersifat tidak terlalu kental
(encer) (Voight, 1994).
Rate of share
(kecepatan geser)

Stress (kecepatan Aliran)

Grafik aliran Newton diatas menggambarkan bahwa lapisan dasar


dianggap menempel pada tempatnya, jika bidang cairan paling atas bergerak
dengan suatu kecepatan konstan maka setiap lapisan dibawahnya akan bergerak
dengan suatu kecepatan yang berbanding lurus dengan jarak dari lapisan dasar
yang diam. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan dipisahkan oleh
suatu jarak yang kecil sekali (dr) adalah perbedaaan kecepatan dv/dr. Gaya
persatuan luas F’/A sangad diperlukan untuk menyebabkan aliran stress (Alfred
martin,2008).
Dari hasil yang ditunjukkan oleh grafik diatas Aliran yang dimiliki minyak
kelapa dipasaran memiliki karakteristik newton yang bersifat tidak terlalu encer.
sehingga menghasilkan sistem yang linier sebagaimana yang telah diitunjukkan
oleh grafik diatas.
Setelah menentukan viskositas dari cairan minyak kelapa langkah kedua
yang dilakukan yaitu menentukan viskositas dari krim menggunakan viskometer
banyak titik yakni viskometer Brookfield.
Viskometer brookfield ini merupakan viskometer banyak titik yang
pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa harga kecepatan geser sehingga
dapat diperoleh rheogram yang sempurna. Viskometer ini dapat digunakan untuk
menentukan viskositas dan rheolagi cairan Newton dan non Newton (Tungadi,
2014)
Prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan mengkombinasikan setting spindel
dan kecepatan putar spindel. Penggunaan spindel harus disesuaikan dengan
kekentalan suatu bahan yang akan diuji viskositasnnya. Semakin besar nomor
spindle maka semakin kecil bentuk fisiknya. Spindel nomor 1 untuk cairan dengan
viskositas rendah/encer dan nomor spindel yang lebih besar untuk cairan yang
lebih tinggi viskositasnya atau Lebih kental (Moechtar,1990).
Pada viskometer Brookfield terdapat 3 komponen yang mempengaruhi
dalam pengukuran viskositasnya yaitu RPM, skala dan nomor. Saat melakukan
pengukuran dengan viskometer Brookfield, skala yang dibaca harus ≥ 10, jika
skala yang dibaca kurang dari 10 maka pengukuran harus diulangi dengan cara
menentukan RPM nya dan apabila skala yang terbaca lebih dari 100 maka
pengukuran harus diiulangi dengan menggannti nomor spindel yang lebih besar,
dengan angka-angka dari 3 komponen tersebut sehingga dapat diketahui faktor
penyebabnya (Sinko, 2012).
Prinsip kerja dari alat ini sendiri yaitu rotasi dengan mengkombinasikan
setting spindel dan kecepatan putar spindel. Penggunaan spindel harus disesuaikan
dengan kekentalan suatu bahan yang akan diuji viskositasnnya. Semakin besar
nomor spindel maka semakin kecil bentuk fisiknya. Spindel nomor 1 untuk cairan
dengan viskositas rendah/encer dan nomor spindel yang lebih besar untuk cairan
yang lebih tinggi viskositasnya atau lebih kental (Moechtar, 1990).
Sebelum menentukan viskositas dari krim parafin diawali dengan
pembuatan krim yaitu dengan cara bagian lemak diukur diatas penangas air,
kemudian ditambahkan bagian airnya dengan pengemulsi, aduk sampai terjadi
pencampuran yang berbentuk krim. Setelah itu dengan menggunakan cara aligasi
dihitung HLB dari krim dan didapatkan HLB dari krim tersebut adalah 12,13.
Krim paraffin dan merupakan tipe o/w (oil in water) dimana jika hasil HLB yang
diperoleh ≤ 8 tergolong pada tipe o/w (oil in water) yaitu hidrofilik sedangkan jika
hasil HLB yang diperoleh ≥ 8 tergolong tipe w/o (water in oil) yaitu hidrofobik
(Tungadi, 2013).
Langkah selanjutnya yakni menentukan viskositas dari krim paraffin
dengan langkah awal memasang spindel pada gantungan spindle, kemudian
menurunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup kedalam
sediaan krim yang akan diukur viskositasnya. Dalam menyelupkan spindel,
spindel tdiak baik menyentuh dasar karena akan mempengaruhi angka-angka yang
akan muncul pada alat viscometer Brookfield. Langkah berikutnya memasang
stop kontak dan menyalakan motor sambil menekan tombol, biarkan spindel
berputar sambil melihat jarum merah pada skala untuk menghitung viskositas.
Angka yang diperoleh dari hasil pembacaan dikalikan dengan skala suatu faktor
yang dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat dengan mengubah-ubah
RPM yang telah diatur kecepatan viskometernya pada 4 RPM dengan nomor
spindel 3. Alasan penggunaan nomor spindle nomor 3 ini karena karena nomor
spindel ini sesuai dengan visikositas dari krim (Bird, 1993).
Dari hasil pembacaan viskometer Brookfield diperoleh 3 nilai diantarnya
adalah 22350 Poise, 24100 Poise, 21500 Poise. Ketiga nilai hasil pembacaan yang
ditunjukkan jarum pada alat dijumlah dan dibagi 3 sehingga diperoleh nilai rata-
rata sebesar 22650 poise. Untuk menentukan viskositas dari krim tersebut

digunakan rumus ᶯ = TK x SMC x 10000/RPM dan hasil akhir yang didapatkan


adalah 25000 poise.
Dari hasil percobaan ini dapat diketahui bahwa krim tergolong sediaan
yang memiliki karakteristik aliran Non Newton dikarenakan daya alir yang
dihasilkan bersifat kental dimana aliran non newton tersebut dipengaruhi oleh
adanya waktu. Pada 4 RPM viskositas yang didapat adalah 25000 poise, Semakin
tinggi RPM atau kecepatan putaran maka akan semakin rendah viskositasnya atau
semakin encer begitupun sebaliknya, semakin rendah RPM maka akan semakin
tinggi viskositasnya. Akan tetapi bila didiamkan, krim akan kembali mengental.
Hal ini menyebabkan krim ini termasuk aliran thiksotropik atau gabungan dari
aliran plastis dan pseudoplastis (Tungadi, 2014).
Berdasarkan hal tersebut maka krim ini tergolong aliran thiksotropik
(Martin,2008).

Rate of share
(kecepatan geser)

Shearing stress
(kecepatan aliran)
Hal ini pada aliran tiksotropik kurva menurun berada disebelah kiri kurva
menaik. Gejala ini dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan
pseudoplastik. Yang disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang tidak
dapat kembali ke keadaan semula dengan segera apabila tekanan berkurang
(Tungadi, 2014).

Terjadinya kekeliruan antara hasil yang diperoleh dalam praktikum


dengan yang tercantum dalam literatur disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kesalahan dalam pemilihan bahan yang akan digunakan, dan juga kurang telitinya
praktikan dalam melakukan percobaan serta menghitung data yang dihasilkan dari
percobaan ini.
BAB VI
PENUTUP
VI. 1 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang kami lakuakn dapat disimpulkan bahwa :
1. Cairan newton ditandai dengan viskositasnya tetap pada suhu dan
tekanan tertentu dan tidak bergantung pada kecepatan geser, sehingga
dapat membentuk kurva linear, sedangkan pada cairan Non newton
alirannya akan menurun jika terjadi perubahan struktur yang tidak dapat
kembali kekeadaan semula dengan segera apabila tekanan dikurangi dan
dipengaruhi oleh kecepatan geser.
2. Alat-alat yang digunakan yakni viskometer bola jatuh dan viskometer
Brookfield.
3. Dari hasil perhitungan diatas didapat viskositas minyak sebesar 0,2970
poise dan krim sebesar 25000 poise dan 33333,33 poise
4. Sediaan setengah padat (krim) setelah dilakukan percobaan
konsistensinya tetap.
VI.2 SARAN
Kami sebagai praktikan mengaharapkan agar semua fasilitas yang terdapat
di Laboratorium dapat di tingkatkan, seperti cadangan aliran listrik jika
sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik, alat-alat yang akan digunakan
pada praktikum viskositas dan rheologi khususnya, serta semua bahan
yang akan digunakan dalam percobaan sehingga dapat memudahkan proses
berlangsungnya praktikum.

\
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga . Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi keempat. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Dugdale., R.H. 1986. mekanika Fluida Edisi III. Jakarta : Erlangga

Giancoli. 2005. sumber fisika dasar1. Jakarta : Erlangga

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Jilid I Edisi ke-3. Jakarata : UI Press

Martin, A. 2008. Kimia Fisika Edisi ke-3. Jakarata : UI Press

Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Sinko, P. 2012. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta : EGC

Tim penyusun. 2007. Penuntun praktikum farmasi. UMI: Makassar

Tungadi, R. 2014. Bahan Ajar Farmasi fisika. Gorontalo : Laboratorium farmasi


fisika
Wiroatmojo. 1998. Kimia Farmasi. Departemen pendidikan dan kebudayaan:
Jakarta
LAMPIRAN

1. ALAT

Gambar 1.1 Gambar 1.2


Brookfield Piknometer

Gambar 1.3
Gambar 1.4
Botol Kelereng
2. BAHAN

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Alkohol Minyak dipasaran

Gambar 2.3
tissue
3. CARA KERJA
1. Viskometer Bolah Jatuh

Tabung diisi dengan Masukkan kelereng


minyak kelapa dengan BJ = 3
g/cm3

Cukupkan minyak Balikkan tabung


kelapa sampai hingga kelereng
penuh dan tabung jatuh ke dasar
ditutup tabung

Dihitung waktu Ditentukan bobot


yang diperlukan jenis dari kelereng
kelereng hingga
mencapai dasrar
tabung

Dihitung viskositas
minyak kelapa

2. Viskometer Brookfield

Dipasang spindel no. Diturunkan spindel hingga


, 3 pada gantungan batas spindel tercelup ke
spindel dalam krim

Dipasang stop Dinyalakan viscometer


kontak brookfield

Dibiarkan spindel Dibaca angka yang di


berputar dan dilihat tunjukan oleh jarum
jarum merah pada tersebut
skala

Anda mungkin juga menyukai