ekonomi yang dimana dinamika ekonomi di dunia sudah mengglobal. FDI adalah jenis
investasi secara langsung oleh luar negeri.
FDI merupakan bentuk investasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dari suatu negara
untuk menanamkan modalnya dengan jangka waktu yang panjang kesebuah perusahaan di
negara lain. Sehingga foreign direct investment ini melibatkan dua negara sekaligus. Investasi
ini merupakan sebuah cara home country sebagai pengendali perusahaan
host country. Terdapat tiga cara untuk melakukan FDI, yaitu penanaman modal ini dilakukan
dengan cara melakukan pembelian perusahaan di luar negeri yang sudah ada atau
dapat juga dengan menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di negara lain.
selain itu dapat juga dengan cara membeli saham dengan sekurang- kurangnya sebesar 10%.
FDI yang dilakukan di negara-negara lain sangat popular dalam bidang pembelian atau
konstruksi pabrik, pembelian tanah sebagai investasi, pembangunan baru yang telah
banyak dilakukan dari perusahaan asing. Investasi langsung dari negara asing ini memiliki
sifat yaitu bersifat penuh atau hampir penuh dalam kepemilikannya. Bentuk FDI bermacam-
macam, salah satu contohnya adalah joint venture, joint venture ini merupakan kepemilikan
perusahaan yang dimiliki bersama antara dua negara atau lebih. Perlu diingat bahwa foreign
direct investment ini tidak termasuk dalam investasi yang dilakukan di bursa saham.
Indonesia merupakan negara dengan potensi yang tinggi dalam foreign direct investment,
karena banyak sekali faktor-faktor yang menjadi suatu ketertarikan negara asing untuk
menanamkan modalnya. Biasanya faktor-faktor tersebut yang sangat dikenal adalah biaya
yang murah bisa dicapai di Indonesia oleh pihak asing. Sehingga, di Indonesia kita sering
menemui pabrik- pabrik yang dimiliki oleh negara asing, kepemilikan ini sebagai salah satu
bentuk FDI.
Saat ini Indonesia diberitakan menjadi kantor pusat AIIB mungkin singkatan ini
baru didengar. AIIB ini adalah singkatan dari Asia Infrastructure Investment Bank, di mana
negara- negara tergabung untuk menjadi institusi finansial internasional. Diberitakan
bahwa pada tahun 2016 akan dijalankannya institusi ini. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
negara Indonesia berhasil menjadi negara yang sangat potensial untuk
mendukung investasi asing.
Pada awalnya FDI di Indonesia dilakukan untuk membangun ekonomi di Indonesia dengan
cara dikeluarkannya UU Penanaman Modal Asing (UU No.1 tahun 1967). Karena peraturan
ini sudah sah dan terdengar oleh negara lain maka ini merupakan kesempatan untuk
menanmkan modal dengan potensi yang baik. Persetujuan untuk investasi asing langsung
diberikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang menjalankan aktivitasnya
untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi asing langsung.
Sumber FDI di Indonesia yang paling utama adalah dari negara Inggris, Jepang, Cina, Hong
Kong, Singapura, Australia, dan Malaysia. Pada data statistic UNCTAD, jumlah total arus
masuk FDI di Indonesia adalah 1.023 milyar USD pada tahun 2004. Contoh-contoh
perusahaan yang melakukan penanaman modal langsung dari luar negeri adalah
perusahaan Cargil, Exxon, BP, Heidelberg Cement, Newmont, Rio Tinto, dan Freeport
McMoRan.
Karena FDI bersifat jangka panjang, keuntungan yang didapatkan oleh negara asal sangat
menguntukan, yaitu dengan asset yang bernilai tinggi dan oleh karena investasi ini sangat
bernilai maka ekonomi suatu negara asal akan dapat meningkat. Dan
jika dibandingkan dengan jenis investasi lain, investasi ini tidak mudah untuk membatalkan
perjanjian, dikarenakan oleh biaya investasi jenis ini sangat banyak sehingga tidak main main
dalam menanamkan modalnya.
Dalam bidang perdagangan internasional, peran FDI sangat penting. Karena di dunia yang
sudah mengglobal ini suatu negara seperti Indonesia harus saling terbuka dan saling
bekerjasama untuk membangun ekonomi negara. Indonesia merupakan negara berkembang
yang masih banyak membutuhkan dana investasi untuk membangun negeri ini, telah
dikatakan bahwa negara-negara utama sebagai negara yang menanamkan modalnya di
Indonesia adalah negara-negara maju yang di mana mereka melihat peluang yang ada untuk
berinvestasi secara besar-besaran dengan jangka waktu yang panjang. Seperti perusahaan
Freeport yang dimana negara Amerika Serikat telah melakukan FDI di Indonesia
sejak dahulu, negara ini telah melihat potensi alam yang ada di Indonesia untuk digali dan
telah dilihat bahwa dengan adanya FDI oleh Freeport negara kita menjadi disorot oleh negara
lain dan terus bertumbuh perekonomiannya (AP).
33
FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi langsung luar negeri adalah salah satu ciri
penting dari sistem ekonomi yang kian mengglobal.Ia bermula saat sebuah perusahaan dari
satu negara menanamkan modalnya dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara
lain. Dengan cara ini perusahaan yang ada di negara asal (biasa disebut ‘home country’) bisa
mengendalikan perusahaan yang ada di negara tujuan investasi (biasa disebut ‘host country’)
baik sebagian atau seluruhnya. Caranya dengan si penanam modal membeli perusahaan di
luar negeri yang sudah ada atau menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di
sana atau membeli sahamnya sekurangnya 10%.
Dalam perspektif yang lebih luas, ada semacam konsep yang disepakati bersama di antara
negara-negara host country bahwa perusahaan multinasional menghasilkan technology
spillover dalam bentuk produk, proses produksi, proses distribusi, sistem manajemen, dan
strategi pemasaran (Blomstrom dan Kokko, 1998). Begitu pula dengan Dunning (1993) yang
berpendapat bahwa ada keuntungan dari keberadaan perusahaan multinasional yang
melakukan investasi asing di host country karena mereka memiliki teknologi produksi yang
lebih maju, hak paten yang diakui secara internasional, produk-produk yang sudah
memiliki brand names, serta strategi manajemen pemasaran yang efektif. Proses technology
spillover ini akan membantu meningkatkan kemampuan atau efisiensi produksi perusahaan-
perusahaan domestik. Pada gilirannya, peningkatan efisiensi produksi dalam perusahaan akan
mendorong kenaikan nilai upah domestik karena pekerja semakin produktif.
Kini mulai muncul corak-corak baru dalam FDI seperti pemberian lisensi atas penggunaan
teknologi tinggi.
FDI DI INDONESIA
UU Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dikeluarkan untuk menarik investasi asing
guna membangun ekonomi nasional.Di Indonesia adalah wewenang Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) untuk memberikan persetujuan dan ijin atas investasi langsung
luar negeri.Dalam dekade terakhir ini pemodal asing enggan menanamkan modalnya di
Indonesia karena tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik. Kini muncul tanda-tanda
bahwa situasi ini berubah: ada sekitar 70% kenaikan FDI di paruh pertama tahun 2005,
bersamaan dengan tumbuhnya ekonomi sebesar 5-6% sejak akhir 2004. Pada awal 2005,
Inggris, Jepang, Cina, Hong Kong, Singapura, Australia, dan Malaysia adalah sumber-sumber
FDI yang dianggap penting. Menurut data statistik UNCTAD, jumlah total arus masuk FDI di
Indonesia adalah US$1.023 milyar pada tahun 2004 (data terakhir yang tersedia); sebelumnya
US$0.145 milyar pada tahun 2002, $4.678 milyar pada tahun 1997 dan $6.194 milyar pada
tahun 1996 [tahun puncak].
Biasanya juga FDI adalah komitmen jangka-panjang. Itu sebabnya ia dianggap lebih bernilai
bagi sebuah negara dibandingkan investasi jenis lain yang bisa ditarik begitu saja ketika ada
muncul tanda adanya persoalan.
FDI kini memainkan peran penting dalam proses internasionalisasi bisnis. Perubahan yang
sangat besar telah terjadi baik dari segi ukuran, cakupan, dan metode FDI dalam dekade
terakhir.Perubahan-perubahan ini terjadi karena perkembangan teknologi, pengurangan
pembatasan bagi investasi asing dan akuisisi di banyak negara, serta deregulasi dan
privatisasi di berbagai industri.Berkembangnya sistem teknologi informasi serta komunikasi
global yang makin murah memungkinkan manajemen investasi asing dilakukan dengan jauh
lebih mudah.
Peningkatan luarbiasa FDI ini adalah akibat dari pertumbuhan pesat perusahaan-perusahaan
transnasional dalam ekonomi global. Dari hanya sekitar 7.000 perusahaan multinasional di
tahun 1960, angka itu melejit melampaui 63.000 dengan sekitar 690.000 afiliasi atau
cabang menjelang akhir tahun 1990an.
Pemerintah sangat memberi perhatiaan pada FDI karena aliran investasi masuk dan keluar
dari negara mereka bisa mempunyai akibat yang signifikan. Para ekonom menganggap FDI
sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi karena memberi kontribusi pada ukuran-
ukuran ekonomi nasional seperti Produk Domestik Bruto (PDB/GDP), Gross Fixed Capital
Formation (GFCF, total investasi dalam ekonomi negara tuan rumah) dan saldo pembayaran.
Mereka juga berpendapat bahwa FDI mendorong pembangunan karena-bagi negara tuan
rumah atau perusahaan lokal yang menerima investasi itu-FDI menjadi sumber tumbuhnya
teknologi, proses, produk sistem organisasi, dan ketrampilan manajemen yang baru. Lebih
lanjut, FDI juga membuka pasar dan jalur pemasaran yang baru bagi perusahaan, fasilitas
produksi yang lebih murah dan akses pada teknologi, produk, ketrampilan, dan pendanaan
yang baru.
Kebijakan-kebijakan ini menunjukkan proses liberalisasi yang saat ini sedang berlangsung di
semua sektor di Indonesia dan menunjukkan pentingnya FDI bagi pemerintah Indonesia.
Semangat ayat-ayat dalam UUD 1945 yang bermaksud melindungi barang dan jasa publik
yang bersifat strategis telah sirna.
Studi tentang keterkaitan FDI dengan tingkat upah pekerja cukup menarik karena mungkin
sudah menjadi fenomena umum di hampir setiap host country bahwa nilai upah pekerja yang
dibayarkan oleh perusahaan asing lebih besar daripada perusahaan lokal. Namun, masih
menjadi pertanyaan bagaimana sebenarnya proses kenaikan tingkat upah akibat adanya FDI
di host country dapat terjadi serta apa penjelasan di balik kenaikan tingkat upah tersebut.
Makalah ini akan membahas bagaimana dampak dari keberadaan FDI terhadap pertumbuhan
tingkat upah pekerja di negara-negara berkembang, Beberapa studi literatur menunjukkan
bahwa kenaikan tingkat upah yang terjadi akibat adanya FDI seringkali terjadi di sektor
manufaktur. Hal ini mungkin dikarenakan keberadaan FDI di dalam komposisi sektor industri
cenderung meningkatkan nilai upah, yakni perusahaan asing cenderung memberikan nilai
upah yang lebih tinggi daripada perusahaan lokal. Fokus tulisan ini akan dibagi ke dalam
beberapa bagian. Pertama, penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi FDI
dan preferensi lokasi investasi asing secara umum. Kedua,bagaimana FDI dapat
mempengaruhi tingkat upah.Ketiga, bukti-bukti empiris yang dialami oleh beberapa negara
berkembang selama mengelola FDI. Terakhir, kebijakan seperti apa yang sebaiknya
dilakukan oleh pemerintah host countryterkait FDI.
Sejak tahun 2010 FDI yang masuk ke Indonesia menunjukkan peningkatan pesat. Sejak itu
Indonesia mulai masuk dan bertengger di radar screen perusahaan-perusahaan asing. Daya
tarik Indonesia sebagai pasar mulai tidak lagi dipandang sebelah mata oleh mereka.
Pemicunya adalah ketika Indonesia mampu menghadapi krisis global tahun 2008-2009
dengan mencatatkan pertumbuhan positif 4,6 persen pada tahun 2009. Hanya China, India,
dan Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan positif di tengah perekonomian dunia yang
mengalami resesi.
Akhirnya, pada tahun 2012 untuk pertama kalinya Indonesia masuk ke dalam kelompok 20
besar penerima FDI.Berdasarkan laporan United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) terbaru yang berjudul “World Investment Report 2013″ Indonesia
menduduki urutan ke-17. Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga yang sama, tentang
pandangan dan rencana investasi perusahaan-perusahaan transnasional, Indonesia berada di
urutan keempat sebagai negara yang paling prospektif sebagai penerima FDI untuk tahun
2013-2015. Posisi ini sama dengan posisi pada laporan tahun lalu dan naik dua peringkat
dibandingkan dengan laporan dua tahun lalu. Posisi pertama sampai ketiga adalah China,
Amerika Serikat, dan India.Berdasarkan survei yang dilakukan ATKearney, peringkat
Indonesia melonjak dari urutan ke-19 menjadi ke-9.Jika kita keluarkan negara-negara maju,
maka posisi Indonesia tak jauh berbeda dengan laporan UNCTAD.Survei yang dilakukan
Lembaga resmi pemerintah Jepang, JBIC juga meningkatkan peringkat Indonesia dari urutan
ke-5 pada tahun 2011 menjadi urutan ke-3 pada tahun 2012.Survei ini dilakukan hanya untuk
perusahaan manufaktur Jepang yang beroperasi di luar negeri.
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan peran investasi asing.Namun, jika
dibandingkan dengan rata-rata Asia dan Amerika Selatan, tetap saja peranan investasi asing di
Indonesia masih relatif kecil.Yang cukup menarik adalah fakta besarnya sumbangan investasi
asing di dalam perekonomian tidak terkait dengan ideologi negara.Banyak negara komunis
dan negara sosialis yang peranan penanaman modal asingnya lebih besar atau bahkan jauh
lebih besar ketimbang Indonesia.Sekarang berpulang pada kita mau diarahkan ke mana FDI
ini.Jangan sampai mereka hanya memandang Indonesia sebagai pasar semata, melainkan
lebih jauh bisa memberikan sumbangan berarti bagi penguatan struktur industri, peningkatan
nilai tambah, alih teknologi, peningkatan ekspor, dan penciptaan lapangan kerja.
LITERATURE REVIEW
Menurut Jeff Madura dan Roladn Fox, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi FDI: (1)
Perubahan dalam dalam pembatasan FDI; (2) Privatisasi (3) Potensi pertumbuhan ekonomi
(4) Tingkat pajak; (5) Nilai tukar. Faktor yang mempengaruhi investasi yang dalam hal ini
FDI, dapat digambarkan juga oleh persamaan pendapatan nasional.
Dimana:
Z = pendapatan nasional
C = konsumsi
Y = pendapatan perkapita
T = tingkat pajak
I = investasi
r = suku bunga
G = konsumsi pemerintah
Ɛ = nilai tukar
Investasi asing langsung (FDI) di Indonesia selalu mengalami pergerakan naik-turun setiap
tahun. Jika dibandingkan dengan kawasan lain yang ikut mengalami keterpurukan setelah
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997. Data tahun 1998-2002 menunjukkan bahwa aliran
FDI yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan negara
lain. Namun pada tahun setelahnya volatilitasnya FDI di Indonesia semakin meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya.Jika diakumulasikan permasalahan yang sebenarnya, maka
ada dua hal yang mempengaruhi kegiatan FDI di suatu negara, yang pertama yaitu
lingkungan atau kerangka kebijakan suatu negara. Pada dasarnya investor mengetahui potensi
dan kondisi suatu negara yang akan dijadikan lokasi investasi. Kerngaka kebijakan ini dalam
beberapa hal, yaitu (1) stabilitas ekonomi, politik dan sosial; (2) aturan yang mendukung
masuk dan operasinya suatu usaha; (3) satndar kesepakatan internasional; (4) kebijakan
dalam memfungsikan dan struktur pasar; (5) persetujuan internasional dalam FDI; (6)
kebijakan privatisasi dan; (7) kebijakan perdagangan dan perpajakan.
Pemerintah melalui badan koordinasi dan penanaman modal (BKPM) telah melakukan
beberapa upaya penyesuaian kebijakan investasi, diantaranya sebagai berikut:
1. Pemerintah telah memperbaharui daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman
modal untuk diberikan keleluasaan investor dalam memilih usaha (Keppres No 996
Tahun 2000 dan No 118 Tahun 2000
4. Nilai investasi tidak dibatasi, sepenuhnya tergantung studi kelayakan dari proyek
tersebut.
PEMBAHASAN
Untuk menjustifikasi teori ini, kita dapat menggunakan beberapa indikator yang berkaitan
dengan aktivitas perdagangan internasional anatara lain: (1) Intervensi pemerintah; (2)
Kebijakan moneter; (3) Regulasi investasi asing, dan (4) Ada tidaknya black
marketsebagai proxy untuk melihat seberapa ‘terbuka’ perekonomian suatu negara terhadap
perekonomian global.
Hongkong dan Singapura adalah contoh paling nyata dari perekonomian terbuka karena nilai
rasio FDI terhadap GDP masing-masing mencapai 16% dan 7% dan menempati urutan
ke-1 dan ke-2 dari ranking keterbukaan ekonomi pada tahun 2011.
Merujuk pada berbagai hasil studi, ada beberapa bagian yang dalam pandangan penulis perlu
untuk dikritisi.
Walaupun ada technology spillover bagi perusahaan lokal yang menjadi partnerbagi
perusahaan multinasional (baik supplier maupun consumer), tetapi tidak seluruhnya kapasitas
teknologi ditransfer. Dengan kata lain, perusahaan asing sengaja sedapat mungkin
menghambat proses technology spillover. Hal ini diperkuat dengan adanya persyaratan
regulasi yang diminta perusahaan multinasional terkait penggunaan lisensi produksi, hak
paten, dan pengakuan atas property right oleh pemerintah di negara host country.
Secara teoritis, FDI memang mampu meng-upgrade teknologi dan melakukan improvisasi
keahlian bagi tenaga kerja lokal, sehingga meningkatkan kualitas produksi industri dalam
negeri. Selain itu, competitiveness perusahaan lokal di pasar internasional akan meningkat.
Jika kondisi ini tercapai, artinya keberadaan FDI akan memberikan keuntungan bagi host
country. Tetapi, seringkali pemerintah lokal memberikan insentif yang terlalu berlebih kepada
perusahaan asing yang pada gilirannya akan meningkatkan kesenjangan pendapatan
antara skilled-labor dan unskilled-labor. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah
China adalah dengan mengeliminasi special treatment terhadap FDI di sektor-sektor yang
terbukti menghasilkan negative wage spillover seperti yang pernah direkomendasikan oleh
Wu (2000).
Selain itu, ada dua kondisi yang dapat dijadikan sebagai justifikasi untuk memberikan
insentif bagi perusahaan multinasional yang melakukan FDI. Pertama, ketika FDI mampu
memberikan efek positif yang signifikan bagi industri-industri dalam negeri yang berbasis
ekspor. Hal ini dimaksudkan agar FDI mampu memberikan perbaikan tingkat efisiensi dan
inovasi dalam berproduksi bagi perusahaan-perusahaan lokal. Kedua, ketika FDI mampu
memberikan technology spillover di sektor-sektor industri yang selama ini berteknologi
rendah. Dengan demikian, gap teknologi antara perusahaan asing dengan perusahaan lokal
dapat dikurangi.
Untuk kasus FDI di negara-negara Arab yang sudah terbukti menghasilkan kenaikan tingkat
upah sebagai dampak dari technology spillover yang signifikan terhadap efisiensi produksi,
kebijakan untuk memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan multinasional sangat
direkomendasikan.
Pada kasus FDI di Indonesia, perusahaan multinasional secara nyata memberikan nilai
upah yang relatif lebih tinggi daripada perusahaan lokal. Hal ini lebih dikarenakan nilai
upah yang lebih tinggi dapat menarik pekerja lokal yang berkualitas atau minimal sesuai
standar yang diinginkan oleh perusahaan multinasional. Namun, pengaruh FDI terhadap
peningkatan nilai upah pekerja lokal di Indonesia lebih cenderung melalui pecuniary channel,
bukan karena channel eksternalitas teknologi seperti yang terjadi di China dan negara-negara
Arab. Dampak selanjutnya, keberadaan FDI akan berpotensi memperbesar gappendapatan
antara pekerja yang berada di sektor labor-intensive dengan pekerja yang berada di
sektor skill-intensive, khususnya bagi sektor manufaktur di Indonesia.
KESIMPULAN
Perdebatan mengenai investasi asing langsung sebenarnya sudah terjadi sejak lama.Pada satu
sisi investasi asing langsung dipercaya memberikan pengaruh positip terhadap pertumbuhan
ekonomi negara tujuan Effendi dan Soemantri (2003).Dampak positip ini terjadi karena
adanya
transfer teknologi dan keahlian manajerial, pengenalan teknologi produksi yang baru serta
akses ke jaringan internasional. Untuk negara yang sedang berkembang, masuknya investasi
asing langsung juga berarti adanya kemudahan untuk memperoleh pinjaman lunak.Sementara
itu argumentasi negatip menyatakan bahwa kehadiran investasi asing langsung dapat
mengganggu stabilitas ekonomi negara tujuan (Germidis 1977).
Kajian yang sudah dilakukan olehUNCTAD pada tahun 2006 menempatkan Indonesia
sebagai daerah yang kurang diminati karenanilai location intensity kurang dari 5.Selain itu
kinerja dan potensi arus masuk investor asing jugamasuk dalam kategori rendah.
Banyaknya hambatan masuk bagi investor asing, birokrasi yang kurang efisien
daninfrastruktur yang kurang mendukung menjadi beberapa alasan mengapa Indonesia
kurang diminatioleh investor asing. Oleh karena itu penurunan PMA di Indonesia perlu
dicermati sebagai peringatan(warning)bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kebijakan
sektor ini guna mendorongpeningkatan perekonomian yang lebih baik. Bagaimanapun juga
kebijakan investasi akan terkaitlangsung dengan kebijakan industri, perdagangan, dan juga
kebijakan non ekonomi lainnya.
Hubungan antara variabel ekonomi dan non-ekonomi ini akan lebih baik jika terjadi good
commitmentseluruh komponen bangsa untuk bersamasama mengejar ketertinggalan dari
negara lain.Persaingan yang semakin ketat di antara negara-negara di dunia untuk menarik
FDImendorong setiap negara termasuk Indonesia untuk lebih meningkatkan iklim investasi
melalui policyframework yang lebih komprehensif dan sesuai dengan tuntutan investor.
Integrasi perekonomian dunia akan mendorong setiap negara untuk menciptakan aktifitas
ekonomi yang didasarkan padapasar (market oriented), Investor tidak lagi menjadikan
comparative advantage suatu negara sebagaipijakan dalam melakukan investasi di negara lain
sebagaimana yang terjadi pada dekade 1980-an.
Mereka lebih berfokus pada competitive advantage dalam pasar global. Harus dipahami
bahwasesungguhnya investor asing (fund manager) sudah memahami kondisi dan
karakteristik suatunegara, sehingga kebijakan apapun yang digulirkan oleh satu negara akan
terpantau oleh investor. Pertumbuhan ekspor akan memacu pertumbuhan ekonomi. Beberapa
penelitian mendukungargumentasi yang menyatakan bahwa FDI memberikan pengaruh yang
besar terhadap polaperdagangan internasional dan sebagian besar FDI yang masuk ke negara-
negara sedangberkembang mampu memberikan peningkatan ekspor.
Menurut World Investment Report 2002, secara umum FDI dapat meningkatkan
ekspordengan cara: (1) menambah modal dalam negeri untuk ekspor; (2) melakukan transfer
teknologi danproduk baru untuk ekspor; (3) memberikan akses kepada pasar yang baru atau
pasar asing; (4)menyediakan pelatihan kepada tenaga kerja di dalam negeri yang dapat
meningkatkan kemampuanteknis dan skill management. Peningkatan ekspor ini akhirnya
dapat meningkatkan pertumbuhanekonomi yang diukur dengan pertumbuhan GDP suatu
negara kemudian berpengaruh padapermintaan uang akibat peningkatan GDP tersebut.Ekspor
merupakan faktor penting dalammerangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor
impor akan memperbesar kapasitaskonsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta
menyajikan akses ke sumber-sumber dayayang langka dan pasar-pasar internasional yang
potensial untuk berbagai produk ekspor yang manatanpa produk-produk tersebut, maka
negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkankegiatan dan kehidupan
perekonomian nasionalnya.
Multiplier effect yang ditimbulkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan
dapat menggerakkan perekonomin yang cenderung melemah. Selanjutnya,perkembangan FDI
yangsemakin meningkat menuntut adanya perbaikan dalam segala aspek baik ekonomi
maupunnon-ekonomi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah menyangkut perbaikan
political risk,business conditions dan perbaikan variabel ekonomi makro.
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan yang melimpah. Kekayaan ini tersebar
di setiap daerah dari Sabang sampai Merauke. Dari kekayaan yang terdapat di udara, di
perairan maupun di daratan. Banyak kekayaan Indonesia yang semestinya dapat
dimanfaatkan sepenuhnya bagi kemakmuran bangsa. Namun, karena banyaknya hambatan
berupa keterbatasan dalam memanfaatkan sumber daya tersebut, pemanfaatan tersebut masih
kurang maksimal. Hambatan utama yang dialami Indonesia adalah kurangnya modal dalam
mengembangkan pemanfaatan sumber daya di Indonesia. Perkembangan teknologi yang
masih terbatas juga menjadi penghambat dalam pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia.
Misalkan dalam mengeksplor minyak, Indonesia masih membutuhkan modal berupa mesin -
mesin pengebor pada kilang - kilang minyak yang biasanya didatangkan dari luar negeri.
Indonesia merupakan negara berkembang dan seperti pada negara berkembang pada
umumnya, akumulasi modal di Indonesia masih minim. Karakteristik industri di Indonesia
masih bersifat padat karya dan industri padat modal seperti industri manufaktur masih banyak
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Industri - industri padat karya menjadi
penyumbang terbesar dalam pendapatan nasional Indonesia. Untuk mengembangkan industri
padat karya tersebut agar dapat bersaing dengan industri - industri besar yang sudah padat
modal, dibutuhkan “suntikan” modal yang diperoleh melalui investasi baik investasi
domestik maupun asing. Investasi ini sangat dibutuhkan bagi industri padat karya selain
untuk mengembangkan produknya juga untuk memperluas usahanya. Semua ini bertujuan
untuk meningkatkan keuntungan industri tersebut. Untuk mendatangkan investasi tersebut
dibutuhkan iklim investasi yang nyaman, yang dapat memanjakan para investor dalam
berinvestasi di Indonesia.
Kebijakan pemerintah merupakan faktor utama dalam menciptakan iklim investasi
yang nyaman. Kebijakan - kebijakan berupa kemudahan birokrasi dan peraturan - peraturan
yang memudahkan investor merupakan beberapa kebijakan yang dapat diaplikasikan oleh
pemerintah. Pada saat ini, pemerintah telah mengeluarkan banyak kebijakan untuk
memperbaiki iklim investasi Indonesia. Misalnya, pemerintah telah menyederhanakan
perizinan melalui Sistem Terpadu Satu Pintu. Kemudahan birokrasi ini dapat memberikan
rasa nyaman bagi para investor yang akan menginvestasikan modalnya di Indonesia.
Kebijakan birokrasi lain adalah pelayanan yang hanya membutuhkan waktu maksimal 3 jam
sehingga menciptakan keefisienan dalam birokrasi. Untuk memanjakan para investor, juga
dibutuhkan infrastruktur yang memadai seperti jalan, listrik dan barang-barang publik
lainnya. Jika infrastruktur tidak memadai, investor akan enggan berinvestasi di Indonesia.
Misalkan investor ingin mendirikan pabrik di Indonesia sedangkan akses jalan masih terbatas
dan keadaan jalan yang tersedia tidak memadai. Maka hal ini akan menjadi pertimbangan
berat bagi investor dan bahkan para investor akan menolak untuk berinvestasi di Indonesia
karena keadaan jalan yang seperti demikian akan menciptakan ketidakefisienan dalam
mendistribusikan barang dan menyebabkan biaya semakin meningkat. Tentunya biaya yang
tinggi ini akan menyebabkan harga dari produk tersebut menjadi mahal dan pastinya akan
berimbas pada pangsa pasar yang kecil sehingga keuntungan yang didapatkan tidak akan
maksimal.
Investasi yang “diundang” ke Indonesia harus diprioritaskan pada sektor yang
produktif atau dalam arti memiliki multiplier effectyang luas bagi perekonomian nasional.
Investasi asing yang masuk ke Indonesia pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu investasi
langsung (Foreign Direct Investment) dan juga investasi portofolio (Portofolio Investment).
Investasi akan memiliki dampak positif yang signifikan apabila investasi langsung memiliki
volume yang besar dan investasi portofolio membidik pada saham-saham perusahaan yang
memiliki prospek baik ke depan. Investasi secara langsung ini biasanya sangat sulit
didapatkan karena pertimbangan para investor yang menganggap investasi langsung ini
membutuhkan modal yang relatif besar sehingga memiliki tingkat pengembalian modal dan
keuntungan yang cukup lama. Contoh dari investasi langsung adalah pendirian pabrik-pabrik
milik perusahaan asing di Indonesia. Foreign direct investment tersebut akan berpengaruh
secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika investasi langsung tersebut
meningkat, tentu saja kebutuhan faktor produksi lain seperti tenaga kerja akan meningkat.
Tenaga kerja yang terserap akan mengurangi pengangguran dan berdampak positif terhadap
peningkatan pendapatan nasional di Indonesia. Hal ini juga akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat karena akan mengurangi angka ketergantungan dan jumlah kemiskinan di
Indonesia.
Investasi portofolio juga memiliki dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Investasi portofolio pada saham-saham perusahaan terbuka akan menyebabkan bertambahnya
modal perusahaan yang menuntut perusahaan lebih produktif. Produktivitas yang meningkat
mengindikasikan bertambahnya output sehingga perusahaan dapat memperluas pangsa pasar
dan meningkatkan keuntungan. Di sisi lain, investasi portofolio pada sektor surat berharga
negara seperti Surat Utang Negara, obligasi pemerintah dan yang lainnya memiliki dampak
langsung terhadap nilai tukar mata uang domestik. Aliran investasi portofolio yang membidik
surat berharga negara akan meningkatkan cadangan devisa berupa dolar Amerika dan
menyebabkan menguatnya nilai tukar rupiah. Menguatnya nilai tukar tersebut akan
berdampak positif terhadap perekonomian melalui determinan perdagangan internasional.
Pada saat ini investasi asing rupanya sedang deras - derasnya mengalir ke Indonesia
terutama pada portofolio investment dan yang menjadi sasarannya adalah Surat Utang Negara
dan Sertifikat Bank Indonesia yang menjanjikan return yang besar. Capital inflow yang
terjadi saat ini disebabkan oleh tingginya tingkat bunga yang diberlakukan Indonesia.
Derasnya investasi pada surat-surat berharga (securities) ini tidak hanya memiliki dampak
positif bagi perekonomian nasional namun juga memiliki dampak negatif. Di satu sisi, aliran
modal ini akan menguntungkan Indonesia karena akan memperbaiki nilai tukar mata uang
rupiah yang melemah beberapa tahun terakhir melalui penambahan stok devisa
Indonesia. Modal asing yang masuk akan menyebabkan nilai kurs rupiah terapresiasi.
Menguatnya nilai tukar rupiah ini akan menggeliatkan perekonomian karena perusahaan yang
bergantung pada bahan impor akan meningkatkan produksinya karena penurunan harga
impor. Selanjutnya, penawaran akan meningkat dan output nasional akan meningkat pula.
Tingginya penawaran akan menyebabkan penurunan harga dan meningkatkan persaingan
pada pasar domestik maupun internasional.
Kabar buruknya adalah aliran modal tersebut hanya bersifat jangka pendek atau para
ekonom menyebutnya dengan istilah hot money. Diistilahkan dengan hot money karena aliran
modal asing yang masuk tersebut dapat diambil oleh sang pemilik kapan saja sehingga dapat
mengakibatkan adanya sudden reversal atau pengembalian secara tiba-tiba yang mengancam
terjadinya gejolak ekonomi nasional. Misalnya sudden reversal dari capital inflow yang
terjadi pada pertengahan tahun 2012 yang mencapai 2,9 miliar dolar Amerika dan memiliki
dampak yang besar pada nilai tukar rupiah. Keadaan tersebut mengancam kestabilan nilai
tukar rupiah dan berimbas pada kinerja neraca pembayaran yang akan menurun secara
drastis. Jika sudden reversal tersebut terjadi tentunya akan berdampak secara langsung
terhadap nilai tukar rupiah terutama akan terjadi depresiasi mata uang. Hal ini sangat
membahayakan perekonomian Indonesia. terdepresiasinya mata uang tentu akan
mengakibatkan biaya impor mahal dan berimbas pada meningkatnya biaya produksi. Pada
akhirnya, harga komoditas hasil industri akan meningkat dan menurunkan persaingan produk
tersebut di dalam pasar internasional. Turunnya persaingan dalam pasar global tersebut akan
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pendapatan ekspor nasional dan berkurangnya
pendapatan nasional.
Aliran hot money ini sebenarnya sudah terjadi dari tahun 2010. Ahmad Erani Yustika
dalam bukunya yang berjudul Perekonomian Indonesia: Catatan dari Luar Pagar menyatakan
bahwa aliran hot money ini disebabkan oleh para investor global yang mulai pulih
kepercayaan dirinya melihat Indonesia sebagai salah satu negara yang prospek ekonominya
bagus sehingga dijadikan target penempatan dana, baik dalam bentuk pembelian saham
perusahaan maupun obligasi (SUN dan SBI). Namun, arus modal tersebut secepatnya harus
dicarikan instrumen untuk mengalihkan ke sektor privat atau investasi riil. Sebab jika tetap
berada di Surat Utang Negara, dana itu hanya akan menjadi beban keuangan negara karena
kewajiban membayar bunga yang tinggi dan juga membuat nilai tukar rupiah rentan dan dana
tersebut tidak memiliki dampak terhadap kesejahteraan sebagian besar rakyat.
Walaupun derasnya aliran modal ini menimbulkan dampak positif terhadap produksi
nasional, aliran modal asing ini juga menimbulkan ancaman karena sebagian besar aliran
modal ini dialokasikan kepada portofolio seperti SUN dan SBI. Ancaman yang timbul adalah
aliran modal yang masuk bersifat jangka pendek dan dapat ditarik kapan saja. Hal ini sangat
berbahaya mengingat Indonesia masih menetapkan tingkat bunga yang tinggi. Tidak hanya
harus mengembalikan modal yang besar, negara juga harus membayar bunga yang telah
ditetapkan. Namun, hal ini telah diantisipasi oleh Bank Indonesia melalui kebijakan moneter
ekspansifnya dengan menurunkan tingkat suku bunga acuan dan giro wajib minimum. Hal ini
untuk menghindari kestabilan keuangan yang terancam apabila pemilik modal secara tiba-tiba
menarik kembali modal yang ditanamkannya di Indonesia.
Lagi - lagi peran pemerintah dibutuhkan untuk mengatasi masalah
tersebut. Pemerintah harus memberi kebijakan untuk membatasi aliran dana masuk yang
diparkir di Surat Utang Negara dan mengalihkannya pada investasi langsung. Investasi
langsung ini juga harus didukung oleh pemerintah melalui diciptakannya iklim investasi yang
nyaman bagi investor seperti penyediaan infrastruktur yang memadai dan sistem birokrasi
yang mudah dan efisien. Arus modal yang masuk juga diberi batasan waktu agar para pemilik
modal tidak menariknya secara tiba-tiba yang dapat membahayakan perekonomian nasional.
Tingkat bunga portofolio juga harus diturunkan mengingat aliran hot money ini sangat deras
dalam sektor tersebut. Jika hal ini sudah dilakukan oleh pemerintah maka dapat dipastikan
arus modal masuk ini tidak akan menjadi sebuah dilema, namun akan menjadi “durian
runtuh” bagi perekonomian Indonesia. Indonesia tidak hanya dapat memperbaiki sistem
moneter melalui stabilitas nilai tukar saja, namun juga dapat memperbaiki perekonomian
secara keseluruhan seperti berkurangnya jumlah kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan
pendapatan. Dan yang terpenting akan tercapainya sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
44
INVESTASI PORTOFOLIO INTERNASIONAL
INVESTASI PORTOFOLIO INTERNASIONAL
1. PENDAHULUAN
Perkembangan investasi Amerika Serikat dalam ekuitas luar negeri pada 1980-2004:
meningkat secara signifikan dan rekening ekuitas mencapai ± 50% dari kapitalisasi pasar
ekuitas dunia. Peningkatan yang cepat dalam investasi portofolio internasional dalam tahun2
terakhir mencerminkan globalisasi atas pasar-pasar keuangan. Globalisasi pasar-pasar
keuangan berawal dari pemerintah negara-negara utama yang memulai menderegulasi pasar
valas dan modal pada akhir 1970-an. Kemajuan dalam teknologi telekomunikasi dan
komputer berkontribusi terhadap globalisasi investasi dengan memfasilitasi transaksi lintas
negara dan penyebaran informasi melintasi batas nasional.
Investasi Portofolio Internasional (Portofolio Investment) yaitu arus modal internasional
dalam bentuk investasi aset-aset finansial, seperti saham (stock), obligasi (bond),
dancommercial pepers lainnya. Arus portofolio investment inilah saat ini paling banyak dan
cepat mengalir ke seluruh penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal di pusat-pusat
keuangan internasional, seperti New York, London, Paris, Frankfurt, Tokyo, Hong Kong, dan
Singapura.
Batram dan Dufey (2001) menjelaskan ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik bagi
investor untuk melakukan investasi portofolio internasional yaitu:
a. Partisipasi dalam pertumbuhan pasar asing.
b. Investor dapat melakukan hedging.
c. Kemungkinan adanya efek diversifikasi.
d. Pasar yang tersegmentasi biasanya tingkat return tidak normal atau berfluktuasi.
Selain dari faktor di atas tersebut investor juga memperoleh manfaat jika melakukan
investasi pada saham asing diantaranya:
a. Tingginya expected return.
b. Rendahnya variasi return.
c. Kemungkinan rendahnya korelasi return saham asing dengan home marketinvestor.
d. Besarnya share konsumsi atas barang impor dan jasa. Pada kenyataanya
pergerakan return pada pasar cross border tidak selalu sama untuk memperoleh manfaat
diversifikasi, hal ini disebabkan rendahnya korelasi antar pasar juga ditentukan oleh faktor
negara dan faktor industri.
Dalam kontek investasi portofolio internasional, investor bukan hanya investor domestik
akan tetapi mencakup investor asing. Salah satu keuntungan dari investasi internasional bagi
para investor internasional didapat dari international portfolio investment, yaitu investasi aset
berupa aset saham dan hutang jangka panjang yang dipengaruhi oleh perekonomian, tingkat
inflasi dan iklim politik suatu negara.
2. TEORI PORTOFOLIO
Teori Portofolio (portfolio) lahir dari seseorang yang bernama Henry Markowitz. Dasar
pemikiran dibentuknya portofolio seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: “do not put all
eggs in one basket” (janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang), karena jika
keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah.
Begitu pula dengan investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu
bentuk investasi, karena ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam
kemungkinan tidak akan kembali. Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Markowitz (yang
di kalangan ahli manajemen keuangan disebut sebagai the father of modern portfolio theory)
ini telah mengajarkan konsep diversifikasi portofolio secara kuantitatif.
Portofolio diartikan sebagai serangkaian investasi sekuritas yang diinvestasikan dan
dipegang oleh investor, baik individu maupun entitas. Kombinasi aktiva/asset tersebut bisa
berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya. Biasanya seorang investor dalam
melakukan investasi tidak hanya memilih satu saham saja, tetapi melakukan kombinasi.
Alasannya dengan melakukan kombinasi saham, investor bisa meraih return yang optimal
dan sekaligus bisa memperkecil risiko melalui diversifikasi. Dengan kata lain, jika seorang
investor mengumpulkan beberapa sekuritas yang akan digunakan untuk investasi, artinya
investor telah membentuk suatu portofolio saham, tujuannya adalah untuk melakukan
diversifikasi dalam investasi, yang dapat memperkecil risiko yang dihadapi investor bila
dibandingkan dengan melakukan investasi pada saham individu. Meskipun demikian memilih
portofolio yang optimal bukanlah hal yang mudah. Berikut hal-hal yang berkaitan dengan
portofolio:
a. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara
mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki
korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat
dikurangi.
b. Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang
menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data
tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif,
sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif.
c. Sedangkan koefisien korelasi merupakan ukuran dari tingkat korelasi, yaitu:
- Korelasi positif sempurna (koefisien korelasi +1)
- Tidak ada korelasi (koefisien korelasi 0)
- Korelasi negatif sempurna (koefisien korelasi -1)
d. Investasi / aktiva yang tidak berkorelasi artinya tidak ada interaksi di antara
pengembaliannya (returnnya). Mengkombinasikan aktiva yang tidak berkorelasi dapat
mengurangi risiko meskipun tidak seefektif seperti aktiva yang memiliki korelasi negatif.
Kombinasi aktiva yang tidak berkorelasi dapat mengurangi risiko daripada
mengkombinasikan aktiva yang berkorelasi positif.
3. DIVERSIFIKASI INTERNASIONAL
Dari sudut pandang investor, diversifikasi internasional merupakan suatu cara yang
dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan risiko dengan cara membentuk suatu
portofolio investasi yang terdiri atas kombinasi berbagai macam aset keuangan yang
investasinya dilakuakan di negara–negara yang berbeda sehingga terbentuk suatu portofolio
yang optimal yang menjanjikan return yang optimal pula.
Contoh senderhana dari diversifikasi international ini adalah seorang investor yang
memiliki suatu portofolio investasi yang terdiri atas kombinasi dari dua saham perusahaan
yang listing di Bursa Efek Jakarta, Surat Berharga Bank Indonesia, tiga saham yang listing di
Bursa Straits Time Singapura, dua saham yang listing di Bursa Nikkei Jepang, dan tiga saham
yang listing di London Stock Exchange.
Dari sudut pandang emiten (perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di
bursa), diversifikasi internasional merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam hal
mengumpulkan dana bagi operasional perusahaan, cara yang ditempuh adalah
dengan listing di bursa–bursa dunia (tidak hanya lokal saja).
Dalam melakukan diversifikasi, karakter instrumen investasi yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
1. Potensi tingkat pengembalian (return),
2. Risiko,
3. Likuiditas.
Dapat kita ambil contoh antara investasi pada saham dengan deposito. Umumnya, saham
memberikan tingkat pengembalian atau return yang lebih tinggi daripada deposito. Namun,
risiko untuk berinvestasi pada saham cenderung lebih besar karena fluktuasi atau perubahan
harga saham lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan peluang untuk mengalami kerugian
menjadi lebih tinggi daripada berinvestasi di deposito. Aspek ketiga adalah likuiditas.
Maksud likuiditas disini adalah kemudahan untuk membeli dan menjual sebuah instrumen
investasi. Tentunya jika berinvestasi di deposito, kita tidak dapat menguangkan investasi
tersebut sewaktu-waktu karena deposito memiliki masa jatuh tempo. Sedangkan jika
berinvestasi di saham, kita dapat dengan mudah menjualnya sesuai dengan keinginan kita.
4. STRUKTUR KORELASI
Kaitan antara korelasi dengan manfaat pengurangan risiko dapat digambarkan di bawah
ini:
a. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi positif sempurna (+1,0) tidak akan
memberikan manfaat pengurangan risiko.
b. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi nol, akan mengurangi risiko portofolio
secara signifikan.
c. Penggabungan dua sekuritas yang berkorelasi negatif sempurna (-1,0) akan
menghilangkan risiko kedua sekuritas tersebut.
Dalam dunia nyata, ketiga jenis korelasi ekstrem tersebut (+1,0; 0,0; dan –1,0) sangat
jarang terjadi. Oleh karena itu, investor tidak akan bisa menghilangkan sama sekali risiko
portofolio. Hal yang bisa dilakukan adalah ‘mengurangi’ risiko portofolio. Investor
melakukan diversifikasi investasi dalam berbagai portofolio dikarenakan hasil yang
diharapkan dari setiap sekuritas dapat saling menutup.
Sebagai contoh, jika seorang warga AS hanya menjual saham di sebuah perusahaan Inggris
yang memiliki return 15% (dalam pound) selama periode ketika pound terdepresiasi 5%.
Maka return dollar nya adalah 9.25%:
Ri$ = (1 + 0.15)(1 - 0.05) – 1 = 0.925
b. Pengaruh perubahan kurs tukar valas terhadap risiko investasi luar negeri:
Var(Ri$) = Var(Ri) + Var(ei) + 2Cov(Ri,ei) + Var
Persamaan ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar berkontribusi terhadap risiko
investasi asing melalui tiga jalur :
Var (ei) = Volatilitas sendiri,
Cov (Ri, ei) = Kovariannya dengan pengembalian pasar lokal
Var = Kontribusi istilah cross-produk,
c. Biaya-biaya pajak dan transaksi/ informasi ekstra untuk sekuritas luar negeri dapat
menghambat investasi lintas batas, memberikan kenaikan terhadap bias rumah.
777
Investasi merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah perekonomian. Ada
beberapa hal yang memengaruhi investasi, yaitu suku bunga, PDRB, utilitas, birokrasi,
kualitas SDM, regulasi, stabilitas politik dan keamanan serta faktor sosial budaya. Hal ini
menimbulkan implikasi kebijakan, yaitu penurunan suku bunga, kebijakan fiskal, perbaikan
sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi pemerintahan, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pelonggaran regulasi, kebijakan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan,
penguatan budaya lokal.
Kedua, investasi juga akan mendorong penciptaan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja
ini akan mengurangi pengangguran. Berkurangnya pengangguran akan mengurangi
kemiskinan. Dan berkurangnya kemiskinan akan berdampak pada teratasinya masalah-
masalah ikutan lain seperti gizi buruk, buta huruf,kejahatan dan lain-lain.
Ketiga, investasi juga bisa dipakai sebagai alat untuk pemerataan baik pemerataan antar
daerah, antar sektor dan antar perorangan. Investasi sebagai alat pemerataan ini tentu saja
tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri atau dibiarkan berjalan menuruti mekanisme pasar tetapi
harus ada intervensi pemerintah. Misalnya saja pemerintah bertujuan untuk memperkecil
ketimpangan ekonomi antar dua daerah (daerah yang satu maju dan yang satu tertinggal).
Maka ketimpangan itu bisa diatasi salah satunya dengan mengarahkan investasi ke daerah
yang tertinggal. Caranya ada macam-macam, misalnya memberi insentif pembebasan pajak
bagi investor yang bersedia berinvestasi di daerah yang tertinggal, mempermudah ijin
investasi di daerah tertinggal agar investor tertarik menanamkan modalnya di sana, dan
banyak kebijakan lain.
Berikut ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi yang telah saya himpun dalam
berbagai sumber, yaitu :
1. Suku Bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik investasi karena sebagian
besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka
akan mendorong investor untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka
ia akan melakukan investasi.
2. Pendapatan nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB per kapita untuk
tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB per kapita merupakan cermin dari daya beli
masyarakat atau pasar. Makin tinggi daya beli masyarakat suatu negara atau daerah (yang
dicerminkan oleh pendapatan nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin
menarik negara atau daerah tersebut untuk berinvestasi.
Prasarana dan sarana pendukung tersebut meliputi sarana dan prasarana transportasi,
komunikasi, utilitas, pembuangan limbah dan lain-lain. Sarana dan prasarana transportasi
contohnya antara lain :
jalan, terminal, pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana telekomunikasi
contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan internet, prasarana dan sarana
pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.
4. Birokrasi perijinan
Birokrasi perijinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi investasi
karena birokrasi yang panjang memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan
memperbesar biaya bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan
aparat. Padahal bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain, birokrasi yang
panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk menarik suap dari para
pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.
5. Kualitas sumberdaya manusia
Manusia yang berkualitas akhir-akhir ini merupakan daya tarik investasi yang cukup penting.
Sebabnya adalah tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama makin modern.
Tekhnologi modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
Stabilitas politik dan keamanan penting bagi investor karena akan menjamin kelangsungan
investasinya untuk jangka panjang.
Contoh faktor sosial budaya ini misalnya selera masyarakat terhadap makanan. Orang Jawa
pedalaman misalnya lebih senang masakan yang manis rasanya, sementara masyarakat Jawa
pesisiran lebih senang masakan yang asin rasanya.
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty
(tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi
dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua
saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan
tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi
domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat
kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat
harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik
masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada
pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan
perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang
domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan
dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-
barang ekspor (traded goods) relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non
traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan
mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
10. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat
inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka
panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut Greene
dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran
ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam
mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi,
kita perlu memahami definisi dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri, saya akan membahas
tentang pengertian dari pertumbuhan ekonomi itu terlebih dahulu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap
penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun
sebelumnya.
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah PDB,
karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan.
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya
selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
b) Faktor Sumber Daya Alam,
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin
keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber
daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan
dan kekayaan laut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas
dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
d) Faktor Budaya,
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan
dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas.
Adanya perubahan struktural ekonomi dapat tercermin dalam peranan sektor-sektor dalam
pembentukan produksi nasional maupun besarnya persentase tenaga kerja pada masing-
masing sektor ekonomi tersebut. Dimana peranan ataupun sumbangan sektor primer
(pertanian dan pertambangan) dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) ataupun
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan semakin berkurang, sedangkan peranan
sektor sekunder (industry manufaktur, konstruksi) serta sektor tersier (jasa-jasa) akan
semakin meningkat, dengan semakin majunya perekonomian negara. Disamping itu, semakin
tinggi pendapatan perkapita suatu negara, akan semakin kecil peranan pertanian dalam
menyediakan dan menyerap kesempatan kerja, dan sebaliknya sektor industri akan semakin
penting dan meningkat peranannya dalam menampung tenaga kerja. (Kamaludin: 1999).
struktur ekonomi terjadi akibat perubahan dari sejumlah faktor, yang menurut sumbernya
dapat dibedakan atas faktor-faktor Internal yaitu :
Perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh
intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.
a) Agregat Demand,
Dari sisi Agregat Demand, Faktor yang sangat dominan adalah perubahan permintaan
domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan pendapatan rill perkapita
masyarakat dan perubahan selera masyarakat. Perubahan permintaan tidak hanya dalam arti
peningkatan konsumsi tetapi juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.
Perubahan komposisi ini dapat dijelaskan dengan teori Engel: Apabila pendapatan rill
masyarakat meningkat maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan
akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Pada umumnya
makanan, seperti beras memiliki elastisitas pendapatan dari permintaan yang nilainya nol
(kategori barang normal) atau negatif (inferior), sedangkan barang-barang non makanan
seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan baju, memiliki elastisitas yang positif dan
besar (kategori ferior).
b) Agregat Supply,
Dari sisi Agregat Supply, faktor-faktor penting diantaranya adalah pergeseran keunggulan
komparatif, perubahan atau kemajuan teknologi, peningkatan pendidikan atau kualitas
sumber daya manusia, penemuan-penemuan material baru untuk produksi, dan akumulasi
barang modal. Semua hal ini memungkinkan untuk melakukan inovasi dalam produk dan
proses produksi. Dalam hal pergeseran keunggulan komparatif menurut Chenery dalam
Tambunan (2001) bahwa proses transformasi struktural akan berjalan lambat, bahkan ada
kalanya berbalik atau mengalami kemunduran dalam arti terjadinya penurunan atas kontribusi
output industri manufaktur dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), jika
keunggulan komparatif tidak berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan
domestik ke arah output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor.
Perubahan struktur ekonomi dari sisi Agregat Supply juga diakibatkan oleh realokasi dana
investasi dan resources utama lainnya, termasuk teknologi dan tenaga kerja atau sumber daya
manusia dari satu sektor ke sektor lain. Realokasi ini dapat terjadi disebabkan karena adanya
perbedaan produktivitas atau pendapatan rill antar sektor, adanya kemiskinan di salah satu
sektor ataupun karena adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan
sektor-sektor tertentu, misalnya kebijakan industrialisasi dan kebijakan perdagangan luar
negeri yang mengutamakan pembangunan atau pertumbuhan output di sektor industri.
Faktor dari sisi Agregat Demand dan Agregat Supply diatas adalah faktor-faktor internal,
sedangkan faktor eksternal yang merupakan penyebab perubahan struktur ekonomi antara
lain adalah :
yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan
pendapatan (income elasticity of demand) adalah rendah untuk konsumsi bahan makanan.
Sedangkan permintaan terhadap bahanbahan pakaian, perumahan, dan barang-barang
konsumsi hasil industri adalah sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat tersebut sesuai
dengan hukum Engels, dimana teori Engels mengatakan bahwa, makin tinggi pendapatan
masyarakat maka akan semakin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli
bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi
barang-barang industri menjadi bertambah besar.
Melalui perubahan struktur ekonomi, pemerintah dapat meningkatkan pendapatan dan taraf
hidup penduduk, sebab perkembangan sektor kedua mewujudkan lebih peluang pekerjaan
4. Intervensi pemerintah
kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi adalah kebijakan
pemberian insentif bagi sektor industri atau tidak langsung lewat pengadaan infrastruktur
Referensi :
– http://punyaprasetyo.wordpress.com/category/perekonomian-indonesia/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-investasi-dalam-perekonomian-suatu-negara/
333