Anda di halaman 1dari 100

BAB I

PENDAHULUAN

A. SEJARAH TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah pemindahan darah atau komponen dari


seorang pendonor ke dalam sistem peredaran darah resipien. Transfusi
darah pertama kali diketahui keberadaannya pada abad ke 14. Pasquale
Villari menceritakan bahwa pada tahun 1492, ketika Paus Innosensius VIII
berada dalam keadaan sakit keras dan dinyatakan semi koma, saat itu
seorang tabib yang bernama Abraham Meyre menyarankan untuk
mentransfusikan darah dari tiga orang anak usia 10 tahun pada Paus
Innosensius VIII. 1
Transfusi dilakukan melalui vena dari salah satu anak tersebut,
dilanjutkan dengan dua anak berikutnya. Setelah dilakukan prosedur
tersebut, ketiga anak tersebut langsung meninggal yang kemungkinan
disebabkan emboli udara, sedangkan kondisi Paus Innosensius VIII tidak
juga membaik.1,2
William Harvey, seorang dokter asal Inggris melakukan penelitian
tentang sirkulasi darah pada tahun 1628 dengan mengeluarkan
penelitiannya dalam bentuk buku tentang proses terjadinya sirkulasi.
Penelitian Harvey ini merupakan awal tentang penelitian transfusi darah.
Percobaan transfusi darah terhadap binatang dapat dilakukan dengan
sukses tetapi saat transfusi dilakukan terhadap manusia, hasilnya selalu
mengakibatkan kematian bagi mereka yang memberikan donor darah
serta yang diberikan darah.1,2
Dokter pribadi dari King Louis XIV (Raja Prancis) yaitu dr.Jean
Baptiste Denys adalah orang yang pertama kali mendokumentasikan
transfusi darah dengan sukses terhadap binatang. Tepatnya pada tanggal
15 Juni 1667, dr.Jean Baptiste Denys melakukan proses transfusi darah

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 1


yaitu 12 ons darah sapi ditransfusikan kepada anak umur 15 tahun yang
dibuat berdarah oleh 20 lintah. Proses transfusi ini berhasil dengan
membuat anak tersebut tetap hidup setelah proses transfusi. Penelitian
dr. Jean Baptiste Denys dengan menggunakan darah binatang yang
ditransfusikan ke manusia mengakibatkan kontroversi di Prancis sehingga
pada tahun 1670 praktek transfusi darah dilarang di Prancis dan ilmu
transfusi darah ini vakum selama hampir 150 tahun. 1,2
Dr.James Blundell (1828), seorang dokter kandungan melakukan
transfusi darah pertama yang sukses pada manusia dengan melakukan
transfusi pada pasiennya yang mengalami pendarahan. Donor pasien
adalah suaminya sendiri yang mendonorkan sebanyak 4 ons darah yang
kemudian ditransfusikan ke sang istri.1,2
Samuel Amstrong Lane dibantu oleh dr. James Blundell (1840), di
St George’s Hospital Medical School, London sukses dalam melakukan
transfusi darah pertama kali kepada pasien hemofilia. Walaupun sudah
banyak pasien yang terselamatkan dengan transfusi darah, tetapi praktik
ini tetap merupakan praktik berbahaya. Banyak juga orang yang
meninggal pada saat melakukan transfusi darah mengingat saat itu,
mereka tidak mengenal golongan darah. 1-3
Karl Landsteiner (1900) dalam eksperimennya untuk melakukan
transfusi darah menemukan sesuatu yang amat penting dalam transfusi
darah yaitu golongan darah dengan menemukan tiga jenis tipe darah
manusia yaitu tipe A, B, dan O. Penemuan ini kemudian disempurnakan
oleh Decastrello dan Sturli di tahun 1902 yang menemukan tipe darah
keempat yaitu tipe darah AB.1,2

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 2


Gambar 1. Penemu Sistem Golongan Darah ABO
( Sumber : Blood transfusion in history, 2016)

Walaupun Golongan Darah A, B, AB, dan O telah ditemukan,


tetapi masih sering terjadi keadaan dimana golongan darah sama
tetapi hasilnya tetap menyebabkan kematian. Hal ini masih misteri bagi
dunia sampai akhirnya pada tahun 1939-1940 sekali lagi Karl
Landsteiner bersama dengan Alex Wiener, Philip Levine dan R.E
Stone membuat penemuan baru di dunia transfusi darah yaitu
menemukan tipe golongan darah terbaru yaitu golongan darah tipe
Rhesus. Penemuan ini membuat golongan darah yang sudah ada
harus dikombinasikan dengan tipe Rhesus Positif dan Rhesus
Negatif.2,3
Dr. Ludvig Hektoen dari Chicago , Amerika (1907) menemukan
teori donor universal untuk tipe O dimana tipe O dapat mendonorkan
darah ke semua tipe dan pada tahun 1912, Roger Lee
mendemonstrasikan teori yang disebut resipien universal yaitu tipe AB
dimana tipe AB dapat menerima transfusi darah dari seluruh tipe darah
A, B, O, dan AB.2,3
Levine dan Mabee pada tahun 1923 memberikan pernyataan
tentang “Dengerous Universal Donor dan G.B Elliott dalam jurnalnya
“Transiently Dangerous Universal Blood Donor” mengatakan bahwa
donor universal itu berbahaya. Penerapan donor universal hanya dapat

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 3


diterapkan pada keadaan gawat darurat, dimana pasokan jenis darah
yang sama sangat sulit didapatkan.2,3
Praktik transfusi darah di Indonesia berdasarkan golongan
darah yang sama diselenggarakan dan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1980 dan sebelum
menyalurkan darah kepada pasien terlebih dahulu melakukan uji silang
serasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 2011 dan
Permenkes RI No 83 tahun 2014. 2,3

B. JENIS-JENIS DONOR DARAH

Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia terdapat tiga jenis pendonor darah
yaitu:4,5

1. Donor Sukarela
Donor sukarela adalah pendonor yang memberikan darah,
plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan sendiri dan
tidak menerima pembayaran baik dalam bentuk tunai atau hal
lainnya sebagai pengganti uang. Donor sukarela hanya membantu
penerima darah yang mereka tidak kenal dan tidak menerima suatu
keuntungan.
Hal-hal yang biasanya tidak dipkitang sebagai pembayaran atau
pengganti uang antara lain :
a. Tkita jasa atau penghargaan sederhana seperti badge atau
sertifikat yang tidak memiliki nilai komersil.
b. Pemberian makanan ringan sebelum, selama atau setelah
menyumbangan darah

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 4


2. Donor Keluarga / pengganti
Donor keluarga/pengganti adalah pendonor yang
memberikan darahnya ketika dibutuhkan oleh anggota keluarganya
atau masyarakat.

3. Donor Komersial
Donor komersial adalah pendonor yang memberikan darah
dengan menerima uang atau hadiah untuk darah yang
disumbangkan. Motivasi menyumbang darah untuk imbalan bukan
untuk menolong orang lain.

4. Donor Plasma Khusus


Donor plasma khusus adalah pendonor plasmapheresis
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan derivat plasma
melalui fraksionasi. Pendonor merupakan pendonor sukarela
namun dapat diberikan kompensasi berupa penggantian biaya
transportasi langsung dan/atau pelayanan pemeliharaan
kesehatan.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 5


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaadan AN, Anggrini M. Blood transfusion in history. Available at :


http://www.ishim.net. Last update : 10th Juni 2016.
2. Ebrahim AFM. Kloning, Euthanasia, Transfusi darah, Tranplantasi
organ dan Ekperimen pada hewan 2001. PT Serambi Ilmu
Semesta.Jakarta. Hal :49-55.
3. McKay K. The Potential Benefits of Bloodletting. Yes, Bloodletting.
October 2014. Available at : http://www.artofmanliness.com. Last
update : 10th Juni 2015.
4. Situasi Pelayanan Darah di Indonesia. Infodatin Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2009. Available at :
http://www.depkes.go.id/. Last update : 11th Juni 2016.
5. Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Lampiran: Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 tentang
Stkitar Pelayanan Transfusi Darah. Jakarta. 2015.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 6


BAB II
MANFAAT DONOR DARAH

Definisi donor darah secara sederhana adalah seseorang yang


menyumbangkan darahnya untuk menolong orang lain yang
memerlukannya. Beberapa mitos yang salah mengatakan bahwa donor
darah mengakibatkan kekurangan darah, tekanan darah menjadi rendah,
menurunkan tingkat kekebalan tubuh, membuat badan menjadi lemah,
prosesnya menyakitkan karena ditusuk jarum suntik yang besar dan
membutuhkan waktu yang lama. Padahal, itu tidak lebih hanyalah sebuah
anggapan yang keliru. Mitos-mitos tentang donor darah dapat disingkirkan
dengan menjelaskan tentang banyaknya manfaat yang dapat diperoleh
dari donor darah, baik itu manfaat bagi penerima, pendonor dan dalam
hal agama. 1,2

A. MANFAAT UNTUK PENDONOR2-5

1. Pemeriksaan kesehatan gratis


Saat pendonor datang ke UTD maka dilakukan seleksi donor
seperti pemeriksaan fisik sederhana yaitu pengukuran tekanan darah
dan denyut nadi. Pemeriksaan lain yang dilakukan pada saat seleksi
donor yaitu pemeriksaan golongan darah dan kadar hemoglobin.
Pemeriksaan skrining juga dilakukan terhadap Infeksi Menular Lewat
Transfusi Darah (IMLTD) untuk mendeteksi penyakit Hepatitis B,
Hepatitis C, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Sifilis
yang dilakukan setelah pengambilan darah donor. Pemeriksaan-
pemeriksaan diatas diberikan secara gratis sehingga pendonor dapat
mengetahui status kesehatannya.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 7


2. Merangsang pembentukan sel darah merah baru
Manfaat lain dari mendonorkan darah adalah tubuh akan terlihat
lebih segar, hal ini terjadi karena terdapat sel-sel darah merah baru
yang dihasilkan oleh sumsum tulang belakang untuk memperbaharui
dan mengganti sel-sel darah merah yang hilang pada saat transfusi.

3. Mengurangi risiko serangan jantung


Penelitian yang dilakukan oleh Profesor David Meyers,M.D dari
University of Kansas Medical Center yang melibatkan 3.855 responden
selama beberapa tahun pengamatan menghasilkan kesimpulan bahwa
pria yang secara rutin mendonorkan darahnya tidak mudah terkena
serangan jantung. Donor darah akan mengurangi risiko serangan
jantung pada pria sampai 30 persen. Penumpukan zat besi dalam
darah dapat mempercepat pembentukan radikal bebas. Banyaknya
radikal bebas dalam tubuh dapat menimbulkan jejas atau perlukaan
pada dinding pembuluh darah arteri dan mempercepat terjadinya
aterosklerosis (penumpukan plak pada pembuluh darah), yaitu faktor
penting yang dapat memicu serangan jantung. Penelitian ini
membuktikan ada hubungan erat antara berkurangnya jumlah zat besi
dalam darah dengan berkurangnya risiko terjadinya penyumbatan dan
pengerasan pembuluh darah.

4. Membantu program diet


Donor darah juga bermanfaat bagi pendonor yang sedang
menjalani program diet untuk menurunkan berat badan, karena dapat
memicu pembakaran kalori tubuh. Donor darah 450 cc sama dengan
membakar kalori sebanyak 650 kkal, karena alasan inilah salah satu
syarat seseorang pendonor harus mempunyai berat badan minimal
45 kg.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 8


5. Meningkatkan kesehatan psikologis.
Donor darah bisa menyelamatkan nyawa orang lain, tentunya
seseorang yang pernah melakukan donor pasti mempunyai kepuasaan
tersendiri secara psikologis. Donor darah reguler juga dapat
mengurangi tingkat kecemasan dan senantiasa berpikir positif.
Pendonor tidak pernah berpikir untuk siapa darahnya. Semua
diikhlaskan untuk orang yang memerlukan. Pikiran positif ini
membangun hati seseorang dan membuat seseorang selalu berpikiran
positif.

6. Menurunkan profil lipid


Donor darah secara rutin menurunkan cadangan zat besi dan
hal ini pada gilirannya akan menurunkan peroksidase lipid..Penelitian
yang terkait tentang donor darah regular setiap 8 minggu akan
menurunkan oksidasi Low-Density Lipoprotein (LDL), yang
berhubungan dengan perkembangan aterosklerosis. Penelitian yang
dilakukan Uche E, dkk (2013) menunjukkan bahwa kadar lipid yaitu
kolesterol total dan Low Density Lipoprotein (LDL) pada pendonor
darah regular tampak lebih rendah dibandingkan dengan bukan
pendonor.

7. Mengurangi risiko kanker


Peningkatan zat besi dalam darah akan merangsang
terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas ini dapat menyebabkan
kerusakan jaringan dan sel–sel dalam tubuh serta dapat memicu
kanker. Radikal bebas adalah molekul mengandung oksigen yang
merusak sel dengan cara mengoksidasi Deoxyribonucleic Acid (DNA).
DNA adalah pengatur aktivitas sel sehingga jika DNA rusak, sel
menjadi tidak terkontrol. Selain itu, sel kanker banyak mengambil
nutrisi dan menyebabkan kelaparan pada sel normal. Salah satu nutrisi
yang dibutuhkan sel kanker adalah zat besi sehingga semakin banyak

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 9


zat besi dalam tubuh, semakin banyak sel kanker yang berkembang.
Penelitian yang dilakukan Miller-Keystone Blood Center pada jutaan
pendonor di Scandinavia menyimpulkan bahwa semakin sering
seseorang mendonorkan darahnya, risiko terkena kanker semakin
kecil.

8. Mengendalikan tekanan darah


Setelah mendonorkan darah sebanyak 350 cc, volume darah
akan menjadi seimbang. Pendonor setelah 8 minggu kemudian
mendonorkan kembali darahnya dan menunjukkan penurunan yang
signifikan pada tekanan sistolik ( turun dari 148 mmHg sampai 130
mmHg) . Volume darah yang seimbang akan menghindarkan diri dari
tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang terkendali akan
menyebabkan kerja jantung menjadi sehat dan risiko penyakit
kardiovaskuler akan berkurang.

9. Sirkulasi darah menjadi lebih baik


Diet tinggi gula, rokok, stres emosional, kecemasan, kolesterol
tinggi, dan kadar asam urat yang tinggi, semua ini akan menyebabkan
darah menjadi hiperkoagulasi. Hal ini meningkatkan risiko terjadi
trombus atau stroke. Darah yang hiperkoagulasi berperan pada
inflamasi karena ketika darah tidak mengalir dengan baik, oksigen juga
tidak dapat sampai ke jaringan tubuh. Phillip DeChristopher
mengemukakan dengan donor darah, dapat membantu aliran darah
mengalir lebih baik, membantu membatasi kerusakan pada lapisan
pembuluh darah dan penyumbatan arteri yang terjadi lebih sedikit.

10. Mencegah penuaan dini


Stres menjadi salah satu pemicu terjadinya penuaan dini pada
seorang wanita, tidak ada seorang wanita pun yang ingin terlihat tua
dan keriput pada wajah. Donor darah secara teratur akan membantu

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 10


kulit beregenerasi secara sempurna. Keriput pun tidak mudah timbul
karena kulit yang selalu mengencang.

11. Misi kemanusiaan


Misi kemanusiaan merupakan salah satu manfaat dari donor
darah. Kita dapat membantu menyelamatkan nyawa seseorang yang
sedang berjuang mempertahankan hidup mereka, terlebih yang
sedang sekarat serta membutuhkan operasi mendadak karena
kekurangan darah dengan menjadi pendonor darah sukarela. Sangat
penting untuk beramal dan beribadah untuk menambah pahala dunia
dan akhirat. Sungguh mulia kita dimata orang yang kita bantu dan lebih
mulia lagi kita di mata Allah SWT.

B. MANFAAT UNTUK RESIPIEN

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting dalam


pelayanan kesehatan. Bila digunakan dengan benar transfusi darah dapat
menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi
tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi
kondisi yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tidak
dapat diatasi dengan cara lain.1,4

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 11


DAFTAR PUSTAKA

1. Sood AK. Health Benefit of blood donation .2014. Available at :


http://bloodbankbdcnsr.org/sood.pdf. Last update : 10th Juni 2016
2. Delvecchio R. Top 10 Excuses for Not Donating Blood. Miller Keystone
Blood Center.2016. Available at : https://www.giveapint.org. Last
update : 13th Juni 2016
3. Sinistra S. Surprising Health Benefit of Donating Blood. Available at :
http://www.drsinatra.com. Last update : 10th Juni 2016
4. Kiechl S, Willeit J. Ongoing Controversies Surrounding the Vascular
Benefits of Blood Donation. Journal of The American Heart
Association.2001; 104-9
5. Uche E, Adediran A, Damulak OD. Lipid profile of regular blood
donors.Journal of Blood Medicine. 2013:39-42

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 12


BAB III
SOSIALISASI DAN KAMPANYE DONOR DARAH SUKARELA

Darah merupakan materi biologis yang hidup dan belum dapat


diproduksi di luar tubuh manusia. Dalam hal ini, ketersediaan darah pada
sarana kesehatan sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam
mendonorkan darahnya yang ditunjang oleh ketersediaan fasilitas, sarana
dan prasarana yang dapat menjamin ketersediaan darah dalam jumlah
yang cukup, aman dan berkualitas.1
Setiap tanggal 14 Juni oleh negara-negara di seluruh dunia
memperingati Hari Donor Darah Sedunia. Tanggal 14 Juni dipilih sebagai
Hari Donor Darah Sedunia karena pada tanggal tersebut merupakan hari
kelahiran dari Karl Landsteiner, pemenang hadiah Nobel yang
menemukan sistem golongan darah ABO. Tahun 2016, tema untuk Hari
Donor Darah Sedunia adalah Blood Connect Us All dengan fokus ucapan
terima kasih kepada para pendonor darah yang telah menyumbangkan
darahnya sehingga dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Adapun
slogan Hari Donor Darah Sedunia adalah Share Life, Give Blood
menekankan perhatian bahwa sistem penyumbangan darah sukarela
berperan dalam mendorong kepedulian terhadap sesama. 1,2
Berdasarkan stkitar WHO, jumlah kebutuhan minimal darah di
Indonesia sekitar 5,1 juta kantong pertahun (2% jumlah penduduk
Indonesia), sedangkan produksi darah dan komponennya saat ini
sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05 juta donasi, sebanyak 86,20%
diantaranya berasal dari donor darah sukarela. Artinya kita masih
kekurangan jumlah produksi darah secara nasional sekitar 500 ribu
kantong.1
Jumlah ketersediaan darah yang kurang di Indonesia antara lain
terkendala oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjadi donor
sukarela sehingga ketersediaan darah di Unit Transfusi Darah (UTD)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 13


masih rendah. Donor darah di Indonesia kebanyakan masih bersifat donor
musiman, hanya dilakukan berkaitan dengan event tertentu saja. Hal ini
berbeda dengan donor darah di negara maju yang rutin menyumbang
secara sukarela setiap tiga bulan.3

A. SOSIALISASI DONOR DARAH SUKARELA

Setiap UTD memiliki tanggung jawab untuk memenuhi ketersediaan


darah di wilayah kerjanya atau jejaring. Ketersediaan darah sangat
tergantung kepada kemauan dan kesadaran masyarakat untuk
mendonorkan darahnya secara sukarela dan teratur. Untuk mencapai hal
tersebut UTD perlu melakukan kegiatan rekrutmen donor yang meliputi
upaya sosialisasi dan kampanye donor darah sukarela, pengerahan donor
dan pelestarian donor.5
Donor potensial jarang sekali akan mau langsung datang ke UTD
sendiri. Pada umumnya kita harus pergi kepada mereka untuk memulai
proses penyuluhan dan motivasi. Berbicara langsung kepada perorangan
atau kelompok merupakan suatu cara komunikasi yang sangat efektif.
Cara ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertanya dan
bagi kita untuk menilai apakah mereka telah mengerti yang kita katakan.6
Salah satu peranan penting dari pembicaraan langsung kepada
masyarakat adalah untuk memberitahukan kepada calon donor tentang
keadaan bagaimana mereka tidak boleh menyumbang darah, khususnya
karena gangguan kesehatan atau karena perilaku berisiko yang
memungkinkan mereka terkena infeksi seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis
C, atau sifilis. Kegiatan seperti ini juga dapat dipakai untuk menyampaikan
informasi tentang bagaimana menghindari infeksi, menghimbau donor
yang tidak aman untuk membatalkan diri, dan memperkuat kepercayaan
masyarakat tentang keamanan dari penyediaan darah. 6

1. PERSIAPAN

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 14


Penyuluhan harus direncanakan dengan baik sebelumnya
sehingga berisi, menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu. Apabila
kita melihat orang lain memberi ceramah, perhatikan apa yang
membuatnya sebagai pembicara yang baik atau sebaliknya, dan
belajarlah dari sana. Apabila tidak berpengalaman dalam memberikan
ceramah, mungkin kita memerlukan bantuan dari petugas penyuluhan
kesehatan untuk mengajari bagaimana meningkatkan kepercayaan diri
dan prestasi kita.6

Pedoman-pedoman berikut ini mungkin juga membantu kita:6


a. Tentukan tempat yang cocok untuk memberikan penyuluhan dan
buatlah pengumuman seluas-luasnya.
b. Perkirakan tingkat pengetahuan dan sikap dari sasaran dan jenis
informasi yang dibutuhkan oleh mereka.
c. Rencanakan pembicaraan yang akan dikemukakan. Kita mungkin
akan terbantu dengan menuliskan langsung apa yang ingin kita
sampaikan atau paling tidak membuat catatan singkat tentang
pokok-pokoknya. Masukkan semua informasi yang menurut kita
sesuai dengan keinginan sasaran dan susunlah dengan logika
yang teratur. Ingatlah untuk menekankan donor tertentu dapat
mendatangkan risiko kepada dirinya maupun kepada penerima
darah mereka.
d. Apabila kita merasa gentar untuk memberikan ceramah,
praktikanlah sendiri terlebih dahulu sampai merasa lebih percaya
diri.
e. Dapatkan alat bantu peraga untuk menggambarkan apa yang kita
bicarakan.
f. Mintalah pemuka masyarakat atau tokoh lainnya, terutama yang
sudah menjadi donor darah, untuk bersama kita berbicara. Para
donor seringkali merupakan tenaga rekruter yang efektif terhadap

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 15


calon donor yang lain. Oleh karena itu, tanyakan apakah ada yang
sudah menjadi donor diantara para hadirin, dan apakah mereka
bersedia untuk membagi pengalaman.
g. Mintalah umpan balik dan pertanyaan-pertanyaan serta berikan
bahan-bahan penyuluhan yang telah kita peroleh.
h. Setelah ceramah, sediakan waktu beberapa menit untuk menilai
seberapa jauh ceramah kita diterima dan temukan cara-cara untuk
memperbaikinya di masa yang akan datang.

Suatu bagian yang penting dari proses pengembangan bahan-


bahan penyuluhan adalah mempertimbangkan dengan hati-hati
bagaimana bahan-bahan tersebut akan didistribusikan dan digunakan.
Tidak ada manfaatnya beribu-ribu poster bila hanya akan dipasang
pada beberapa tempat. Oleh karena biaya pencetakan mahal, perlu
diketahui terlebih dahulu berapa biaya yang diperlukan dan apakah
tersedia. Bila tidak, perlu dicari cara reproduksi yang lebih sederhana.
Perlu pula diingat bahwa setiap media yang diproduksi harus
mendapat persetujuan dari pihak yang berwewenang. 5,6

2. SASARAN SOSIALISASI

Sebagaimana kita ketahui, donor darah dipertimbangkan lebih


aman daripada donor keluarga atau donor pengganti, apalagi donor
komersial. Begitu pula, donor teratur lebih aman daripada donor baru
atau donor tidak tetap. Ini dimungkinkan karena setiap donor regular
sudah mengerti caranya, sepenuh hati berniat menolong, dan secara
teratur mengikuti uji saring terhadap infeksi yang dapat ditularkan
melalui transfusi. Oleh karena itu, menyusun (atau mengembangkan)
suatu daftar nama donor sukarela adalah suatu cara yang paling efektif
untuk menjamin penyediaan darah yang aman secara terus-
menerus.5,6

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 16


Kebiasaan donasi darah dalam kenyataannya masih merupakan
hal baru di banyak negara. Oleh karena itu penduduknya masih segan
untuk menyumbangkan darah. Banyak diantara mereka belum
menyadari bagaimana darah mereka dapat digunakan untuk
menyelamatkan orang lain, sebagian lagi takut akan merugikan
kesehatan mereka sendiri. Banyak orang yang tidak mau
menyumbangkan darah mereka apabila tidak dibayar, kecuali diberikan
kepada anggota keluarga mereka sendiri. Mungkin sebab utamanya
adalah sebagian besar penduduk belum pernah diminta mendonorkan
darah mereka. Tidak ada orang yang mau menjadi donor sukarela
tanpa menerima informasi yang cukup tentang mengapa darah
diperlukan dan dihimbau kepada mereka untuk menyumbangkan
darah.6

Ceramah penyuluhan dan diskusi dapat dilaksanakan di berbagai


tempat, seperti:6
a. Lembaga pendidikan seperti universitas, akademi dan SMU
b. Tempat kerja seperti kantor pemerintah, pabrik dan perkebunan
c. Gedung serbaguna
d. Pada pertemuan organisasi keagamaan, kelompok wanita,
kelompok pemuda, kelompok masyarakat relawan
e. Di UTD, sebagai bagian dari proses seleksi donor.

Kita mungkin dapat menemukan banyak tempat-tempat lain


dimana pembicaraan dapat dilaksanakan. Kios rekrutmen donor darah
dapat didirikan di suatu tempat pertemuan besar, misalnya pekan
olahraga atau festival musik, serta memberikan leaflet kepada
pengunjung yang datang. Kita juga kemudian dapat berbicara secara
informal dengan orang-orang yang tertarik menjadi donor darah. 6

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 17


Rekrutmen donor ditujukan di wilayah pendonor dengan
kelompok risiko rendah, tidak dianjurkan dilakukan rekrutmen donor
darah di wilayah dengan kelompok populasi: 5
a. Dengan tingkat permasalahan gizi kurang baik khususnya yang
berpengaruh terhadap kasus anemia.
b. Di daerah yang sedang terjadi wabah penyakit.
c. Di tempat dengan populasi angka penyakit infeksi yang dapat
ditularkan melalui darah misalnya di lembaga pemasyarakatan,
tempat rehabilitasi atau populasi kelompok masyarakat tertentu
yang berperilaku risiko tinggi.

3. STRATEGI
Informasi dan edukasi merupakan strategi penting dalam
rekrutmen donor. Strategi yang tepat merupakan kunci keberhasilan
rekrutmen donor dan penyuluhan merupakan bagian yang penting dari
strategi rekrutmen donor. Sebelum orang dapat dimotivasi untuk
mendonasikan darah, demi kepentingan orang lain, mereka perlu
mengetahui betapa pentingnya peranan mereka sebagai individu
terhadap kesehatan masyarakat.6
Ada tiga tujuan utama dari kegiatan penyuluhan, motivasi dan
rekrutmen donor:6
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keyakinan masyarakat
sehingga mereka mengerti mengapa kegiatan donasi darah adalah
sangat penting dan merupakan upaya untuk menyelamatkan jiwa
manusia,
b. Meningkatkan perilaku masyarakat ke arah mendonasikan darah
mereka secara teratur dan sukarela,
c. Menjaga agar donor potensial mengerti pentingnya darah yang
aman sehingga mereka tidak mendonasikan darah apabila mereka
tidak sehat atau memiliki risiko infeksi penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 18


Dalam upaya mencapai tujuan diatas, perlu dimulai dengan
identifikasi tentang informasi apa yang dibutuhkan oleh penduduk
untuk mendorong mereka menjadi donor. 6

Pertimbangkan hal-hal berikut yang biasanya menjadi


pertanyaan:6,7,8,9,10

a. Apa fungsi darah dalam badan kita?


Jawab :
1. Sebagai pembawa oksigen
2. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi
3. Mekanisme hemostasis (suatu fungsi tubuh yang bertujuan
untuk mempertahankan keenceran darah sehingga darah
tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup
kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi
kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh
darah).

b. Apa manfaat donor darah bagi saya?


Jawab :
1. Pemeriksaan kesehatan gratis
2. Merangsang pembentukan sel darah merah baru
3. Mengurangi risiko serangan jantung
4. Membantu program diet
5. Meningkatkan kesehatan psikologis
6. Menurunkan profil lipid
7. Mengurangi risiko kanker
8. Mengendalikan tekanan darah
9. Sirkulasi darah menjadi lebih baik
10. Mencegah penuaan dini
11. Misi kemanusiaan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 19


c. Apa syarat-syarat menjadi pendonor darah?
Jawab :
1. Umur 17 – terbatas ( umur maksimal untuk pendonor
pertama > 60 thn dan pendonor rutin > 65 tahun dengan
syarat ada rekomendasi dari dokter bahwa pendonor
dinyatakan sehat )
2. Berat Badan 45 kg keatas
3. Kadar Hb 12,5 – 17 gr%
4. Tekanan darah :
a. Sistolik : 90 – 160 mmHg
b. Diastolik : 60 – 100 mmHg
5. Nadi 50 – 100 / menit
6. Tidak hamil atau menyusui
7. Tidak mendapat transfusi dalam waktu 6 bulan yang lalu
8. Tidak sedang demam
9. Tidak pecandu Alkohol dan Narkotik
10. Tidak makan aspirin dalam 3 hari terakhir ( untuk darah
trombosit )
11. Kulit lengan tempat penyadapan harus sehat, tidak ada
kelainan
12. Tidak menderita penyakit TBC aktif, Epilepsi, penyakit
perdarahan, HIV / AIDS
13. Dalam keadaan sehat

d. Persiapan apa yang harus dilakukan sebelum menjadi donor?


Jawab :
1. Bila kita merasa sudah memenuhi persyaratan menjadi
donor, yakinlah bahwa kita sekarang tidak sedang menderita
batuk, flu, pilek atau sakit tenggorokan.
2. Makan minum secukupnya sebelum menyumbang darah, ini
untuk mengurangi kemungkinan efek dari penyumbangan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 20


darah seperti kepala menjadi ringan dan membantu aliran
darah lebih baik.
3. Kecuali diharuskan dokter, jangan minum obat seperti yang
mengandung acetosal misalnya aspirin, bintang tujuh
sekurang-kurangnya 7 hari sebelum menyumbang darah,
karena akan mempengaruhi zat pembeku darah kita.
4. Jangan lupa membawa KARTU DONOR DARAH KITA bila
kita telah menjadi donor, untuk mempermudah administrasi
pencatatannya.

e. Untuk apa darah saya akan dipergunakan?


Jawab :
Darah yang telah didonorkan oleh seseorang biasanya akan
diproduksi menjadi komponen-komponen darah untuk diberikan
kepada pasien berdasarkan terapi yang dibutuhkan, misalnya
komponen eritrosit, protein plasma, atau trombosit. Semua
keputusan transfusi didasarkan atas penilaian klinis yang harus
dibuat dengan mempertimbangkan juga data laboratorium klinis.

f. Apa yang terjadi bila saya memberikan darah? Apakah terasa


sakit atau tidak enak?
Jawab :
1. Ada rasa sakit sedikit sewaktu jarum ditusukkan di lengan
kita, selanjutnya tidak merasa apa-apa.
2. Pengambilan darah berlangsung selama +15 menit
tergantung jumlah pendonor dan fleksibilitas pembuluh darah
pendonor.
3. Darah kita akan diambil sebanyak 350 cc. Darah yang
diambil akan dibuat lagi oleh tubuh dalam waktu 1-2 hari
dengan minum yang cukup.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 21


4. Relaks sewaktu diambil darah, bila merasa tidak enak
panggil petugas dan katakan padanya.

g. Darah akan diperiksa terhadap penyakit apa?


Jawab :
Penyakit menular melalui transfusi darah yang diperiksa di UTD
adalah:
1. Hepatitis B
2. Sifilis
3. Hepatitis C
4. Infeksi HIV/ AIDS
Pemeriksaan ini sesuai dengan stkitar WHO untuk menjamin
darah yang aman dan berkualitas. Penyakit ini ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh manusia lainnya.

h. Mengapa pasien harus membayar untuk mendapatkan darah,


walau donor tidak dibayar?
Jawab :
Pengelolaan darah membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sebut saja, mulai dari proses awal seperti ketersediaan formulir
calon donor, kapas, dan alat untuk mengecek Hb donor, jarum,
selang dan kantong yang digunakan untuk proses donor dan
menyimpan darah, tentu harus dibeli dan harganya tidak murah.
Belum lagi berbagai komponen yang diperlukan untuk
memeriksa darah di laboratorium, menyimpan darah di tempat
khusus dengan suhu dan kondisi lain yang terjadi, hingga
proses pengecekan kecocokan darah yang tersedia dengan
donor darah sampai dengan proses transfusi, juga
membutuhkan biaya. Termasuk tentunya, bagaimana prosedur
pemusnahan darah yang tidak layak digunakan, juga
membutuhkan biaya operasional.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 22


Biaya ini berasal dari subsidi pemerintah maupun subsidi PMI.
Sisanya? Dibebankan kepada pasien. Sisa beban biaya yang
tidak tersubsidi ini dinamakan Biaya Penggantian Pengelolaan
Darah (BPPD) atau service cost. Jadi, bukan menjual darah
melainkan menggantikan biaya pengolahan darah agar aman
untuk ditransfusikan kepada pasien. Adapun darah/komponen
darahnya sendiri tidak dikenakan biaya.

Biasanya lebih rendah pendidikan seseorang akan lebih rendah


pula kemungkinannya mereka memiliki pengetahuan tentang donor
darah. Tetapi pada orang berpendidikan tinggipun, pengetahuan dan
pengertian mereka tentang donor darah masih sangat bervariasi. 6
Beberapa contoh-contoh pertanyaan paling umum yang
dikumpulkan dari donor, kita akan mengetahui masalah-masalah yang
pada umumnya tidak dimengerti dan oleh karena itu perlu ditekankan
dalam penyuluhan kepada para donor. Ini juga menunjukkan bahwa
setiap orang membutuhkan informasi yang berbeda-beda. Hal ini perlu
disadari sewaktu merencanakan materi penyuluhan, sehingga dapat
disajikan dengan semestinya.6
Bila konsep donasi sukarela tidak secara luas diterima di
wilayah kita, mungkin sangat perlu untuk melaksanakan studi mengapa
masyarakat tidak siap untuk mendonasikan darah. Sikap dan
keyakinan yang berlatar-belakang budaya atau agama tertentu
mempengaruhi sikap seseorang terhadap donasi darah. Hal ini penting
untuk memperhitungkan pada waktu merencanakan strategi
penyuluhan donor darah. UTD kita mungkin tidak dapat melaksanakan
studi sendiri, tetapi mungkin dapat memperoleh bantuan dari luar.
Fakultas ilmu sosial atau jurusan pendidikan kesehatan masyarakat
dari suatu universitas atau akademi misalnya, mungkin tertarik untuk
melaksanakan studi ini sebagai bagian dari program akademis mereka.
Mungkin juga dapat memperoleh bantuan dari staf atau mahasiswa

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 23


yang terlibat dalam pemasaran, komunikasi atau pelatihan jurnalistik
dalam perencanaan pendekatan yang tepat terhadap masyarakat. 6

B. KAMPANYE DONOR DARAH SUKARELA

1. Jenis-jenis Kampanye Donor Darah Sukarela

Penyuluhan massa adalah penyampaian pesan kepada banyak


orang, yang jumlahnya tidak terhitung, dalam penyuluhan massa tidak
terjadi tanya jawab (komunikasinya satu arah), peserta satu dengan
lainnya tidak saling kenal.6

Yang termasuk dalam Penyuluhan Massa adalah: 6


a. Penyuluhan melalui TELEVISI, radio dan pemutaran fillm
b. Pemasangan spanduk, poster, billboard
c. Penyebaran fliers (selebaran)
d. Menitipkan pesan melalui pertunjukan-pertunjukan, seperti:
sandiwara, wayang, ketoprak, ludruk, lenong, dan lain sebagainya
e. Menitipkan pesan melalui lagu-lagu/nyanyian
f. Menulis pesan melalui koran, majalah, dan bahan terbitan lain
g. Memakai pengeras suara keliling
h. Pidato akbar, kampanye, khotbah dan lain sebagainya

Beberapa cara sederhana melakukan penyuluhan massa ialah:6


a. Menulis pesan-pesan tersebut di kertas lalu ditempelkan di tempat
dimana banyak orang lewat sehingga dapat dilihat/dibaca oleh
banyak orang. Pesan-pesan yang ditulis harus jelas, mudah
dimengerti dan singkat. Kombinasi dengan gambar karena gambar
biasanya lebih menarik.
b. Menyelipkan pesan-pesan kesehatan dalam tontonan/hiburan yang
digemari masyarakat setempat, misalnya: wayang kulit, ketoprak,

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 24


ludruk, lenong, dan lain sebagainya. Untuk itu pemainnya perlu
dilatih terlebih dahulu.
c. Pesan di bawa keliling, dapat menggunakan kendaraan. Waktu
yang dipilih harus sesuai dengan kegiatan masyarakat setempat
dipilih waktu yang mereka ada di rumah.
d. Memanfaatkan pengeras suara di mesjid, di waktu lowong
pengeras suara ini dapat dimanfaatkan, tentu saja harus dibina
dulu hubungan dengan para pemuka agama.

Contoh Metode Penyuluhan Massa6


a. Ceramah
b. Pemutaran film dan slide
c. Pers
Baik pers nasional maupun yang ada di daerah merupakan sarana
penting agar masyarakat umum mengetahui akan kebutuhan donor
darah sukarela, serta kapan dan di mana dapat menyumbangkan
darah mereka. Surat kabar harus selalu mencari berita-berita yang
menarik; sehingga sangat mungkin tertarik untuk menulir tentang
donor yang telah memberikan donasi darah paling besar, atau
tentang pasien yang nyawanya telah terselamatkan oleh transfusi
darah. Kita juga bisa minta surat kabar setempat untuk melaporkan
secara teratur desar, perguruan tinggi, pabrik atau kantor yang
terlah mempunyai donor darah terbanyak.
Kalau kita tidak punya akses ke media masa, kita dapat
memberikan usulan kepada UTD Pusat dan PMI Daerah tentang
bagaimana mereka dapat memanfaatkan media masa supaya lebih
efektif membantu kegiatan donor darah.

d. Radio dan Televisi


Radio dan televisi memberikan kesempatan yang bagus bagi para
penyelenggara rekrutmen donor untuk mencapai banyak orang

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 25


dengan upaya yang relatif kecil. Pada umumnya, perusahaan radio
dan televisi memberikan prioritas tinggi pada siaran pelayanan
masyarakat dan biasanya suka membantu terutama bila ada cerita
yang menarik. Siaran secara berkala di radio dan televisi perlu
dilaksanakan untuk memberitahu kepada masyarakat akan
kebutuhan darah, peranan donor sukarela dalam membantu
pelayanan rumah sakit, dan jaminan keamanan pelayanan bagi
mereka sendiri apabila membutuhkan transfusi darah secara
darurat. Iklan di radio dan televisi dapat dipakai untuk
mengingatkan masyarakat tentang kebutuhan atas donor darah
dan dimana mereka dapat menyumbangkan diri. Juga sangat
penting untuk menggunakan radio dan televisi untuk menyiarkan
permintaan mendadak kepada donor baru maupun teratur untuk
menyumbangkan darah mereka ketika persediaan darah mulai
menipis; misalnya pada masa liburan atau terjadinya suatu musibah
besar.

e. Gedung Bioskop
Seperti televisi, gedung bioskop memiliki penonton banyak,
terutama anak-anak muda. Unit Transfusi Darah bisa memperoleh
dana atau sponsor untuk menayangkan iklan pendek atau film
tentang perlunya donor sukarela sehingga memberikan informasi
kepada donor potensial bagaimana dan dimana mereka
mendaftarkan diri.

f. Pemasangan poster, leaflet


1. Poster
Poster sangat berguna karena cenderung dilihat oleh banyak
orang, terutama bila dipasang di tempat-tempat umum, kantor
besar, pabrik atau perguruan tinggi. Poster bisa dipakai untuk
mengingatkan masyarakat umum tentang kebutuhan donor

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 26


darah atau untuk mengingatkan tanggal, tempat dan waktu dari
suatu acara pertemuan. Sebagaimana leaflet dan bahan-bahan
penyuluhan lainnya, lebih baik gunakan poster yang sudah ada
dari pada membuat sendiri. Bila kita belum berpengalaman
dalam bidang ini, lebih baik menyerahkan kepada para
profesional. Apabila kita masih mau membuat poster sendiri,
buatlah sesederhana mungkin karena sebagian besar orang
tidak akan membaca informasi yang banyak dan dalam huruf-
huruf kecil. Poster harus menarik, gampang dilihat, dan diisi
dengan informasi yang penting saja.

2. Leaflet
Apabila kita mempersiapkan leaflet, informasi yang akan
disampaikan hendaknya dalam alur pikir yang jelas, bahasa
yang sederhana dan ilustrasi yang menarik. Leaflet harus selalu
diuji coba terlebih dahulu, walau hanya kepada beberapa orang.
Pilihlah beberapa orang yang hanya tahu sedikit tentang donor
darah dan tanyakan pada mereka apakah leaflet tersebut cukup
jelas dan berisi semua informasi yang mereka butuhkan.
Dengan cara ini, perbaikan dapat dibuat sebelum leaflet
diproduksi dan didistribusikan lebih luas. Bila mungkin, suatu
penilaian sederhana melalui wawancara dan diskusi
dilaksanakan untuk melihat seberapa jauh efektifitas dari bahan-
bahan tersebut dalam menyampaikan pesan-pesan yang
diinginkan.

Sekali kegiatan kampanye berhasil dilaksanakan, ia akan


menumbuhkan momentum sendiri, karena masyarakat menjadi lebih
sadar akan pentingnya donasi dan akan lebih banyak donor berbicara
tentang pengalaman mereka sendiri. Metode komunikasi yang bisa kita
gunakan untuk menyuluh dan memotivasi donor potensial akan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 27


tergantung pada keadaan UTD tempat kita bekerja. Apabila kita
bekerja pada suatu UTD kecil, rekrutmen donor hanya merupakan
bagian dari pekerjaan kita. Tentu saja kita tidak bisa merencanakan
kampanye penyuluhan sebagaimana pengelola rekrutmen donor dari
suatu UTD besar.6

Hasil Yang Ingin Dicapai


Menilai efektifitas suatu kegiatan penyuluhan, motivasi dan
rekrutmen donor darah sangat penting dalam rangka menjamin bahwa kita
telah menggunakan strategi komunikasi yang paling efisien dan efektif.
Untuk ini, pertama-pertama perlu ditentukan target yang ingin dicapai
sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan kita. Sama penting untuk
dicatat adalah semua kegiatan penyuluhan yang ada, sehingga efektifitas
dari tiap aspek dapat dipantau. Secara singkat, rekrutmen donor dapat
dikatakan berhasil apabila persediaan darah yang aman selalu cukup
tersedia.6
Beberapa indikator utama tentang efektivitas dari kegiatan
kampanye penyuluhan, motivasi dan rekrutmen adalah: 6
1. Bertambahnya jumlah lembaga atau organisasi yang terlibat dalam
donasi darah.
2. Bertambahnya jumlah donor sukarela.
3. Bertambahnya jumlah donor yang kembali menyumbangkan darah
untuk kedua kalinya atau lebih.
4. Bertambahnya jumlah rata-rata donasi per orang per tahun (dalam
batas 5 kali setahun).
5. Turunnya jumlah donor yang secara permanen harus ditolak karena
infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi.

Mengembangkan suatu kegiatan kampanye penyuluhan, motivasi


dan rekrutmen donor darah yang efektif membutuhkan waktu, khususnya
bila ada sistem donor pengganti dan masyarakat belum kenal baik dengan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 28


konsep donasi sukarela tanpa imbalan. Suatu bagian yang sangat penting
dari penilaian efektivitas dari kegiatan kampanye penyuluhan, motivasi
dan rekrutmen adalah menemukan alasan mengapa orang takut menjadi
donor.6

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :6


1. Komunikasi yang tidak memadai tentang pentingnya penyediaan darah
yang terus-menerus bagi kesehatan masyarakat dan bangsa.
2. Ketakutan atas proses penyumbangan darah dari orang yang
sebenarnya ingin menjadi donor.
3. Tidak adanya dukungan dari pemuka masyarakat, organisasi
masyarakat dan tokoh masyarakat setempat.
4. Citra yang jelek dari pelayanan transfusi atau rumah sakit.
5. Pengalaman yang tidak enak atas donasi darah oleh penyumbang
darah sebelumnya.

Apabila kita memantau hasil kegiatan kampanye, sangat penting


menentukan apa yang berhasil dan apa yang berhasil dan apa yang perlu
dirubah dalam strategi penyuluhan untuk menjamin sukses di masa
depan.6

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 29


DAFTAR PUSTAKA

1. Ketersediaan Darah Ditentukan Partisipasi Masyarakat Menjadi Donor.


Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016.
Available at : http://www.depkes.go.id/. Last update : 4th Agustus 2016
2. Kaadan AN, Anggrini M. Blood transfusion in history. Available at :
http://www.ishim.net. Last update : 4th Agustus 2016
3. Situasi Donor Darah di Indonesia. Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Available at :
http://www.depkes.go.id/. Last update : 4th Agustus 2016
4. Situasi Pelayanan Darah di Indonesia. Infodatin Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2009. Available at :
http://www.depkes.go.id/. Last update : 4th Agsutus 2016
5. Depkes, Permenkes RI, No. 91 tahun 2015, Tentang Stkitar
PelayananTransfusi Darah, (Jakarta : Depkes RI. 2015)
6. Departemen Kesehatan RI. Pelatihan Petugas Transfusi Darah.
Jakarta, 2009
7. Bakta IM, Hematologi Dasar. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. p. 1-8
8. Kiswari R, Golongan Darah dan Transfusi. Hematologi dan Transfusi.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2014. P. 228-335
9. Uche E, Adediran A, Damulak OD. Lipid profile of regular blood
donors.Journal of Blood Medicine. 2013:39-42
10. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2011, Tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Transfusi Darah.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 30


BAB IV
HEMATOLOGI DASAR

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan


komponen yang terkandung didalamnya. Darah membentuk 6 - 8% dari
berat tubuh total. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu
55% plasma dan 45% sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri atas 44%
eritrosit, 1% terdiri dari leukosit dan trombosit. Plasma darah mengandung
91,5% air dan 8,5% solut yang terdiri dari albumin 55%, globulin 38% dan
fibrinogen 7%. Solut yang lain terdapat dalam jumlah kecil adalah
elektrolit, hormon, nonprotein nitrogen, dan gas-gas respirasi.1

Peran penting darah adalah:


a. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O 2), yang dibawa dari
paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut
sisa pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui
paru-paru. Fungsi transportasi O2 dan CO2 ini dilakukan oleh
hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma
ikut berfungsi sebagai sarana transportasi dengan mengikat berbagai
materi yang bebas dalam plasma, untuk metabolisme organ-organ
tubuh.
b. Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam
menahan invasi berbagai jenis mikroba patogen dan antigen asing.
Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan
limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin).
c. Sebagai mekanisme hemostasis (menghentikan perdarahan) dalam
upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan
pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis,
khususnya jika terjadi aktifitas hemostasis yang berlebihan. Apabila
terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 31


darah korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan
ataupun karena penyakit yang didapat, yang tidak dapat diatasi oleh
mekanisme homeostasis tubuh dalam waktu singkat maka diperlukan
penggantian dengan tranfusi darah, khususnya dari komponen yang
diperlukan.2

SEL-SEL DARAH

A. ERITROSIT
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Eritrosit
berbentuk seperti cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,2 mikron,
tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang,
tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah difusi
oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.
Sekitar 5 juta sel setiap millimeter kubik (mm3) darah (5x1012/L). Eritrosit
dapat mencapai umur 120 hari.3,4
Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta
hemoglobin, terdiri atas hem merupakan gabungan dari protoporfirin
dengan besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh
2 rantai alfa dan 2 rantai beta dan enzim-enzim seperti Glucose 6-
phosphate dehydrogenase (G6PD). Hemoglobin mengandung kira-kira
95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen
(oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme.4
Membran sel darah merah terdiri dari lipid, protein, dan karbohidrat,
yang berinteraksi membentuk struktur dinamis dan fleksibel. Berdasarkan
bobot kering, rasio protein:lipid:karbohidrat dalam membran sel darah
merah adalah 49:43:8. Membran sel darah merah bersifat semisolid,
dengan sifat-sifat elastis dan kental dimana sifat-sifat ini tidak ditemukan
pada vesikel-vesikel lipid sederhana. Sifat-sifat ini sangat penting bagi sel
darah merah untuk bertahan dalam sirkulasi sekitar 120 hari selama

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 32


berbagai siklus sel (sekitar 75.000 siklus) dan ketika ditransfer melalui
vena-vena sempit dan sinusoid dalam limpa. Sel darah merah bisa
melakukan ini tanpa mekanisme intraseluler untuk memperbaiki
kerusakan. Banyak hubungan antara membrane skeleton dengan lipid
bilayer yang menyebabkan bilayer tersebut mengikuti kontur rangka
membran. Secara bersama-bersama, membran skeleton dan lipid bilayer
memberikan bentuk dan fleksibilitas bagi eritrosit. 5,6

Gambar.1 : Struktur Membran Eritrosit


(Sumber :www.europeanmedical.info/haemolytic-anaemia/the-red-cell-
membrane-and-chemistry-of-blood-group-antigens)

LIPID

Lipid dalam membran sel darah merah membentuk sebuah


bilayer, dengan ekor-ekor hidrofob pada sisi dalam dan gugus kepala
polar hidrofil pada permukaan luar (ekstra-seluler) atau permukaan
dalam (sitoplasma). Tiga jenis lipid yang terdapat dalam membran sel
darah merah yaitu fosfolipid (50%), kolesterol (40%), dan glikolipid
(10%). Penataan fosfolipid dalam bilayer terjadi secara asimetris.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 33


Lapisan luar sebagian besar mengandung fosfolipid netral
(fosfatidilkolin dan sfingomyelin), dan lapisan dalam sebagian besar
mengandung aminofosfolipid (fosfatidiletanolamin dan fosfatidilserin).
Keberadaan fosfatidilserin, yang bermuatan negatif pada inner
monolayer menghasilkan perbedaan muatan yang signifikan diantara
kedua sisi bilayer. Molekul-molekul lipid bisa berdifusi dengan cepat
dalam monolayer-nya sendiri yang mempertahankan kecondongan
membran kepada sisi tertentu.5

PROTEIN

Protein perifer membentuk sebuah jejaring di bawah lipid bilayer


yang disebut rangka membran (membrane skeleton). Nama ini
mengisyaratkan struktur yang relatif kaku; akan tetapi, jejaring tersebut
sebenarnya fleksibel. Membran skeleton sel darah merah terkait
dengan lipid bilayer melalui interaksi spesifik dengan protein trans-
membran.5
Komponen-komponen protein spesifik dari membran skeleton
sel darah merah terkait dengan lapisan dalam dari lipid bilayer,
berinteraksi dengan domain-domain sitoplasmik beberapa protein
transmembran pembawa-antigen. Dua interaksi utama adalah ankyrin,
yang terikat ke spektrin dalam membran skeleton dan domain
sitoplasmik dari protein transmembran multipass, band 3 (penukar
anion), dan protein 4.1, yang membentuk hubungan antara spektrin,
aktin, dan p55 dalam rangka membran ke protein transmembran
single-pass glikoporin C (GPC) dan glikoporin D (GPD). Beberapa
protein transmembran integral berinteraksi dengan protein
transmembran lain, membentuk kompleks-kompleks makromolekuler
kecil atau besar (misal: glikoforin A (GPA) dengan glikoforin B (GPB);
band 3 dengan GPA).5

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 34


KARBOHIDRAT

Karbohidrat sebagian besar hanya terbatas pada permukaan


ekstraseluler membran sel darah merah, dimana karbohidrat tersebut
secara kolektif membentuk lingkungan bermuatan negatif yang
sebagian besar bertanggung jawab untuk menjaga sel darah merah
agar tidak melekat satu sama lain dan tidak melekat ke endotelium.
Kebanyakan karbohidrat melekat ke lipid pada seramida dan melekat
ke protein melalui perlekatan ke asparagin (terikat-N) atau ke serin
atau threonin (terikat-O) melalui lumen Golgi. Beberapa antigen
golongan darah ditentukan oleh residu karbohidrat terminal (misal: A
dan B) sementara yang lainnya memerlukan keberadaan sebuah rantai
residu karbohidrat (misal: Leb dan I). 5
Karbohidrat membentuk glikokaliks, sebuah sawar/batas
bermuatan negatif dengan ketebalan sekitar 10 mikron di sekitar
bagian luar membran sel darah merah. Sawar ini bisa menjaga agar
antibodi immunoglobulin, khususnya IgG yang mengenali antigen-
antigen yang menetap dekat dengan lipid bilayer, tidak berinteraksi
dengan antigen masing-masing. Dengan demikian, glikokaliks
mempengaruhi kemampuan antibodi IgG untuk menyebabkan
aglutinasi langsung.5

B. LEUKOSIT

Leukosit berasal dari bahasa Yunani, leukos berarti putih dan kytos
yang berarti sel. Leukosit akan ditemukan pada Buffy coat, yaitu lapisan
tipis berwarna putih khas yang terletak diantara lapisan sel darah merah
yang tersedimentasi dengan lapisan plasma darah. Pembentukan leukosit
sebagian di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 35


sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma) yang diangkut
dalam darah menuju bagian tubuh untuk digunakan. Leukosit merupakan
sel darah yang mengandung inti, rata-rata jumlah leukosit dalam darah
3
manusia normal adalah 4000-11000/mm (4.0-11x109/L). Leukosit terdiri
dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular. Leukosit agranular
mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya berbentuk
bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula
spesifik dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan
banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat dua jenis leukosit agranular
yaitu; limfosit yang terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan
monosit yang terdiri dari sel-sel yang agak besar dan mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosit granular yaitu
neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil). 3,4

NEUTROFIL

Neutrofil termasuk leukosit polimorfonuklear atau


polymorphonuclear cells (PMNs), hal ini dikarenakan karateristik dari
intinya yang berbentuk multilobus. Diameter 7 – 9 μm. Neutrofil di dalam
sirkulasi darah akan bertahan hidup selama 4-10 jam, sedangkan di dalam
jaringan akan bertahan hidup selama 1-2 hari.3,4
Neutrofil berjumlah 65 - 75% dari jumlah seluruh leukosit. Struktur
neutrofil terdiri dari mitokondria, sedikit badan Golgi kompleks,
poliribosom, glikogen dan granula-granula, inti sangat polimorf dan
memperlihatkan berbagai bentuk. Inti umumnya terdiri atas 3 sampai 5
lobus berbentuk lonjong yang tidak teratur yang dihubungkan oleh
benang-benang kromatin yang halus. Jumlah lobus bertambah sesuai
dengan bertambahnya umur sel. 3,4
Fungsi utama neutrofil adalah fagositosis dan pembersihan debris,
partikel dan bakteri serta pemusnahan organisme mikroba, mengaktivasi
limfosit dan sitotoksik pada saat terjadi infeksi, neutrofil akan memproduksi

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 36


pirogen yang mempengaruhi pusat regulasi suhu di otak sehingga dapat
menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam). Kenaikan suhu ini
membantu leukosit melawan infeksi dan memperlambat proses reproduksi
bakteri.3,4

LIMFOSIT

Limfosit adalah leukosit agranulosit yang memiliki ukuran dan


bentuk bervariasi. Gambaran yang paling mencolok dari limfosit kecil
adalah inti yang relatif besar dikelilingi sitoplasma sempit. Inti tampak bulat
dan pada umumnya menunjukkan cekungan atau lekukan pada satu sisi.
Kromatin inti yang sangat padat terpulas gelap dan anak inti pada pulasan
hapus darah tidak tampak. Granula azurofil keunguan, kadang-kadang
terlihat di dalam sitoplasma dan tidak merupakan gambaran yang tetap
seperti granula spesifik leukosit granular. Beberapa limfosit dalam sirkulasi
darah normal berukuran 10–12 μm. Berdasarkan morfologinya, limfosit
dibedakan menjadi tipe besar dan tipe kecil. Tipe kecil merupakan limfosit
dewasa dengan diameter 8 μm dengan perbandingan sitoplasma inti
sebesar 1:9, inti bulat heterokromatik dan dikelilingi oleh lingkaran tipis
sitoplasma. Limfosit muda merupakan tipe limfosit besar yang jarang
ditemukan dalam peredaran darah, mempunyai diameter 12 μm dengan
perbandingan sitoplasma inti 1:1, inti melekuk heterokromatik dan
dikelilingi oleh sitoplasma. Walaupun morfologi limfosit-limfosit dalam
darah tampak serupa, mereka merupakan populasi sel yang heterogen.
Masa hidup dari limfosit berbeda-beda yakni berminggu-minggu, berbulan-
bulan, atau bahkan bertahun-tahun, hal ini disebabkan oleh
ketergantungan tubuh akan sel-sel tersebut. 3,4
Sebagian besar limfosit disimpan dalam berbagai area jaringan
limfoid dan tersebar dalam nodus limfe namun dapat juga dijumpai dalam
jaringan limfoid khusus, seperti limpa dan sumsum tulang. Limfosit
berjumlah kira-kira 25% dari leukosit yang bersirkulasi. Fungsi utama

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 37


limfosit adalah memproduksi antibodi sebagai respon kekebalan spesifik
atau sebagai sel efektor khusus dalam menghadapi antigen yang melekat
pada makrofag, menghasilkan berbagai limfokin, faktor kemotaktik untuk
makrofag dan faktor penyebab peradangan. 3,4
Limfosit memiliki dua jenis utama yakni, limfosit T dan limfosit B.
Jumlah limfosit B jauh lebih sedikit dibandingkan dengan limfosit T, sekitar
10-12% dari total limfosit dan berperan dalan kekebalan humoral yang
akan tumbuh menjadi sel plasma untuk membentuk antibodi. Limfosit T
berkembang di timus dan akan berdiferensiasi menjadi sel T Killer, sel T
helper dan sel T memori dan berperan dalam kekebalan selular dan
diperkirakan jumlahnya sekitar 70-75% dari seluruh limfosit dalam
darah.3,4

MONOSIT

Monosit merupakan leukosit yang berukuran paling besar


dibandingkan yang lainnya dalam peredaran darah. Jumlah monosit 3-8%
dari total leukosit. Morfologi monosit dapat digambarkan sebagai berikut,
memiliki satu nukleus, bersifat motil dan fagositik, sitoplasma lebih banyak
dari limfosit, berwarna abu-abu pucat dan memiliki inti berbentuk lonjong
seperti ginjal atau tapal kuda serta memiliki diameter 12-18 μm. Monosit
adalah prekursor makrofag jaringan yang memiliki inti pleomorfik, artinya
intinya bisa terlihat panjang, berbentuk tidak teratur, padat, berlekuk,
berbentuk seperti tapal kuda, dan kadang agak berlobus. Pada umumnya,
monosit dikenal sebagai sel yang berwarna terang sampai biru tua dan
memiliki inti yang tidak bulat. Monosit muda mempunyai kemampuan yang
sangat kecil untuk melawan infeksi, tetapi setelah memasuki jaringan,
ukuran diameternya akan mulai membesar dan meningkat hingga lima kali
lipatnya sampai berukuran 80 μm. Masa edar monosit dalam aliran darah
1-3 hari dan kemudian masuk ke dalam jaringan di seluruh tubuh dan
akan berubah menjadi makrofag. Perubahan monosit menjadi makrofag,

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 38


terjadi saat monosit bergerak dari aliran darah menuju jaringan dengan
carakemotaksis dan dibantu dengan limfokin. Monosit yang telah menjadi
makrofag baik pada aliran darah maupun jaringan disebut sebagai sistem
fagositik mononuklear dan berfungsi menghancurkan bahan asing yang
masuk ke dalam tubuh. 3,4
Fungsi utama monosit dalam sistem imun, yaitu merespon adanya
tkita-tkita inflamasi dengan cara bergerak cepat (kira-kira 8-12 jam) ke
tempat yang terinfeksi, mengirimkan makrofag dan sel dendrit untuk
merangsang respon imun, membentuk protein dari suatu komplemen dan
mengeluarkan substansi yang mempengaruhi terjadinya proses
peradangan kronik. 3,4

EOSINOFIL

Jumlah eosinofil 1-4 % leukosit darah, mempunyai diameter 9 μm


(sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua serta memiliki
granula ovoid dengan eosin asidofilik. Granula adalah lisosom yang
mengandung asam fosfat, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung
lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu
melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrofil.
Eosinofil memfagositosis kompleks antigen dan antibodi, yang merupakan
fungsi eosinofil melakukan fagositosis selektif terhadap kompleks antigen
dan antibodi. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan
mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya
diubah oleh proses-proses patologi. 3,4

BASOFIL

Basofil jumlahnya 0-1% dari leukosit darah, ukuran garis tengah


12 μm, berinti satu, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 39


granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti. Granula
basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin. 3,4
C. TROMBOSIT

Trombosit, ditemukan pertama kali pada tahun 1860 oleh


Zimmerman, adalah sel darah tanpa inti yang berdiameter sekitar
1,5-3,0 µm dengan volume sekitar 7 fL. Permukaan trombosit terdiri atas
membran glikoprotein (GP), glikolipid, mukopolisakarida dan protein
plasma. Bentuk diskoid dari trombosit dibentuk oleh sitoskeleton yang
terdiri dari kerangka membran spektrin, koil mikrotubulus, dan aktin.7,8

Gambar 2. Struktur Trombosit


(Sumber: Zapata Juan. Plos Neglected Tropical Disease. 2014)

Trombosit mengandung beberapa organel, yaitu: mitokondria,


gudang glikogen, lisosom, granula dense (δ) dan granula alfa (α). Granula
dense mengandung kalsium, ADP, ATP, magnesium dan serotonin.
Granula alfa mengandung β-tromboglobulin (βTG) dan faktor 4 trombosit
(PF4), beberapa faktor koagulasi dengan berat molekul tinggi (seperti
fibrinogen, faktor V, faktor XVIII), faktor von Willebrand (vWF), faktor
pertumbuhan (seperti platelet derived growth factor, vascular endothelial

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 40


growth factor), protease inhibitor (seperti plasminogen activator inhibitor-1,
C1 inhibitor, prekursor protein β amiloid), thrombospondin, P-selectin
albumin dan imunoglobulin G. Lisosom mengandung asam hidrolase dan
beberapa enzim lain.

Gambar 3. Kandungan Alfa Granule dan Dense Granule


(Sumber: AV. Hoffbrand. Postgraduate Haematology. 2005)

Trombosit berasal dari megakariosit melalui rangsangan


trombopoetin (TPO) dan sitokin lain seperti interleukin 3 (IL-3), yang
merangsang sel-sel induk hematopoietik pluripoten untuk membentuk
megakariosit matang dalam sumsum tulang. Proses trombopoiesis di
sumsum tulang mulai dari megakarioblas, promegakariosit, megakariosit
lalu menjadi trombosit. Rentang hidup rata-rata trombosit manusia adalah
7-10 hari. Sebuah jumlah harian sekitar 40x10 9 / L diperlukan untuk
mempertahankan hitung jumlah trombosit yang konstan. Trombosit yang
baru terbentuk atau trombosit muda dianggap lebih fungsional dalam
hemostasis daripada trombosit yang lebih tua. Fungsi trombosit dalam
hemostasis adalah sebagai adhesi, agregasi, sekresi (melepaskan
kandungan dalam granula alfa dan granula dense serta lisosom) dan
8,9
aktifitas prokoagulan trombosit.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 41


D. PLASMA DARAH

Plasma darah mengandung 91,5% air dan 8,5% zat-zat terlarut.


Zat-zat terlarut terdiri atas protein plasma, garam mineral, bahan organik
sisa metabolik, hormon dan gas-gas respirasi.Protein yang terdapat dalam
plasma terdiri atas Albumin, globulin dan fibrinogen. Albumin berperan
mempertahankan tekanan onkotik koloid, dan Globulin berperan
membantu transportasi lemak, vitamin, dan hormone; mengandung
antibodi (immunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD,I gE sebagai
pertahanan tubuh. Fibrinogen berperan dalam proses hemostasis.Fungsi
garam mineral mengatur tekanan osmotik dan PH darah.3

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 42


DAFTAR PUSTAKA

1. Zamalek Nadjwa. Dasar-dasar transfusi Darah. Divisi Hematologi


Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Edisi Pertama.2011: 1-12.
2. Djoerban Zubairi. Dasar dasar transfusi Darah dalam: Ilmu Penyakit
Dalam. Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam . Edisi VI. 2014:
2839-2843.
3. Hartanto huriawati. Hematologi dalam: Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran. Edisi 11. 2012:
21-67.
4. World Health Organization. The Components and Functions of Whole
Blood In: Safe Blood and Blood Products. Modul 3. 10-15.
5. Reid Marion, Westhoff M. Connie. Red Blood Cell, Platelet, and
Leukocyte Antigens and Antibodies In: Blood Banking and Transfusion
Medicine. Second Edition. 2007. 5-53.
6. European Medical alliance. The red cell membrane and chemistry of
blood group antigen. 2016. Available at http:
//europeanmedical.info/haemolytic-anaemia/the-red-cell-membrane-
and-chemistry-of-blood-group antigens. Last update: 29th Agustus
2016.
7. Rao AK & Essex DW. Platelet Function in Hemostasis and Inhereted
Disorders of Platelet Number and Function in: Concise Guide to
Hematology. Wiley-Blackwell. Cleveland. 2012. 140-153
8. Smyth SS. Platelet Structure and Function in Hemostasis and
Thrombosis in Wintrobe’s Clinical Hematology. 13 th Edition. Lippincot
Williams & Wilkins. Philadelphia. 2013. 874-909

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 43


9. Zapata Juan, Cox Dermot, Salvato Maria. The Role of Platelets in the
Pathogenesisi of Viral Hemorragic Fevers. Plos Neglected Tropical
Disease. 2014.
BAB V
IMUNOHEMATOLOGI GOLONGAN DARAH

Imunohematologi adalah bidang ilmu yang merupakan interaksi


antara hematologi dan imunologi yaitu penerapan prinsip-prinsip imunologi
untuk mempelajari kelainan-kelainan hematologi. Imunohematologi
mempelajari serologi, genetik, biokimiawi dan molekuler antigen yang
berhubungan dengan struktur membran sel-sel darah, kandungan dan
reaksi darah secara keseluruhan. Imunohematologi saat ini lebih
difokuskan pada ilmu mengenai antigen dan antibodi pada sel darah
merah yang berhubungan dengan transfusi darah dan beberapa
komplikasi kehamilan. Tujuan dari imunohematologi adalah untuk
mendeteksi reaksi antigen antibodi yang berpotensi membahayakan
penerima trasnsfusi darah dan komponennya. Ahli imunohematologi
diharapkan dapat melakukan berbagai pemeriksaan laboratorium serologi,
mengevaluasi dan menginterpretasi reaksi yang terjadi, serta dapat
memilih pemeriksaan lanjutan guna membantu dalam mempelajari
patogenesis, diagnosis, pencegahan serta manajemen proses imunologis
yang berhubungan dengan transfusi, kehamilan dan transfusi organ. 1,2
Imunohematologi golongan darah sangat penting dalam praktik
transfusi yaitu untuk penilaian kecocokan antara donor dan penerima
transfusi darah. Golongan darah ditentukan oleh antigen yang ada pada
membran sel darah serta antibodi yang terdapat pada serum. Antigen ini
disebut aglutinogen yang terdapat pada permukaan membran eritrosit
sedangkan antibodi golongan darah terdapat dalam plasma/serum yang
disebut agglutinin. Istilah golongan darah tidak hanya ditujukan pada

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 44


sistem pengkodean antigen eritrosit secara genetik, tetapi juga meliputi
diversitas imunologis yang diekspresikan oleh konstituen darah lainnya
seperti leukosit, trombosit dan plasma. Antigen konstituen darah yang
diproduksi oleh alel pada lokus gen tunggal atau oleh sekelompok lokus
yang sangat berdekatan yang merupakan sistem golongan darah. 2

A. ANTIGEN GOLONGAN DARAH

Antigen adalah substansi yang jika terpapar ke dalam tubuh


dianggap komponen asing dan dapat menyebabkan respon imun
memproduksi antibodi. Antigen eritrosit adalah protein atau lipoprotein
yang terinkorporasi pada lapisan lipid membran eritrosit (Gambar 1).
Pembentukan antigen ini dikode oleh gen-gen tertentu yang terdapat pada
lokus spesifik pada DNA (Deoxyribonucleic Acid). Antigen eritrosit tertentu
akan dibawa sejak lahir oleh individu tersebut dan akan dimiliki seumur
hidup.1,3

Gambar 1. Antigen Golongan Darah pad


a Membran Eritrosit

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 45


(Sumber: Blaney KD, Howard PR. Characteristics Associated With Red Cell
Antigen-Antibody Reactions,2013)

Membran eritrosit terdiri dari lipid, protein dan karbohidrat yang


berinteraksi membentuk suatu struktur dinamis. Lapisan lipid pada
membran eritrosit membentuk lapisan bilayer dengan bagian dalam yang
bersifat hidrofobik dan bagian luar bersifat hidrofilik. Lipid pada membran
eritrosit terdiri dari tiga tipe yaitu fosfolipid (50%), kolesterol (40%) dan
glikolipid (10%). Susunan fosfolipid pada membran eritrosit bersifat
asimetris. Lapisan luar membran eritrosit terutama terdiri dari fosfolipid
yang bersifat netral dan bagian dalam terutama terdiri dari
phosphtidylethaolamine dan phosphatidylserine. Phosphatidylserine ini
memiliki muatan negatif menyebabkan adanya perbedaan muatan yang
signifikat diantara kedua lapisan membran eritrosit. 4,5
Protein membentuk jaringan seperti jala dibawah lapisan lipid bilayer
yang disebut sebagai membran skeleton. Sebagian besar antigen
golongan darah dibawa oleh protein transmembran atau glikoprotein,
tetapi ada juga beberapa yang dibawa oleh glicosylphophatidylinositol
(GPI) linked proteins. Karbohidrat terbatas pada permukaan ekstraseluler
eritrosit, dimana komponen ini secara kolektif membentuk muatan negatif
di sekitar eritrosit. Muatan negatif ini penting untuk menjaga agar eritrosit
tidak beradhesi ke eritrosit lain atau ke endotel. Beberapa antigen
golongan darah ditentukan oleh residu terminal dari karbohidrat (seperti
antigen A dan B) sedangkan antigen lainnya membutuhkan rantai residu
karbohidrat. Karbohidrat membetuk glycocalyx, suatu lapisan bermuatan
negatif pada bagian luar membran eritrosit. Lapisan ini menjaga
imunoglobulin G (IgG) terutama yang mengenali antigen yang terletak
dekat dengan lapisan lipid bilayer untuk segera berinteraksi dengan
antigen tersebut. Oleh karena itu glycocalyx mempengaruhi kemampuan
IgG untuk menyebabkan aglutinasi direk.4

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 46


Imunogen memiliki area kecil dari molekul-molekul yang disebut
epitop atau antigenic determinants, yang bertanggung jawab terhadap
spesifitas. Konfigurasi yang unik dari epitop memungkinkan pengenalan
oleh molekul antibodi yang sesuai. Antibodi dikatakan spesifik untuk
imunogen apabila antibodi ini dihasilkan oleh sistem imun untuk berikatan
dengan konfigurasi molekul tertentu. Imunogen dapat memiliki beberapa
epitop yang akan menghasilkan beberapa antibodi dengan spesifitas yang
bervariasi.2
Beberapa karakteristik molekul antigen dapat mempengaruhi derajat
imunogenisitasnya, yaitu:2,6
a. Komposisi kimia dan kompleksitas antigen: protein merupakan
imunogen yang terbaik, kemudian kompleks karbohidrat. Lipid dan
asam nukleat bersifat imunogen lemah.
b. Derajat keasingan: imunogen harus diidentifikasi sebagai non-self
semakin besar perbedaannnya dengan self, semakin besar
kemungkinan menghasilkan respon imun.
c. Ukuran: imunogen menjadi lebih baik bila berat molekulnya melebihi
10.000 Dalton.
d. Dosis dan densitas antigen: jumlah eritrosit donor yang masuk dan
jumlah antigen yang dibawanya berkontribusi terhadap respon imun
yang dihasilkan.
e. Cara masuk (route of administration): injeksi intramuskular atau
intravena merupakan cara masuk antigen yang paling baik untuk
menghasilkan respon imun.

Antigen eritrosit dapat berupa protein, glikoprotein atau glikolipid.


Antigen golongan darah ini dapat dibedakan berdasarkan fungsi molekul
tersebut (Gambar 2). Antigen eritrosit umumnya menonjol dari permukaan
membran dalam konfigurasi tiga dimensi yang memungkinkan antigen ini
menyebabkan reaksi aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada sel eritrosit
disebut hemaglutinasi.2,7

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 47


Gambar 2. Fungsi dan Komponen Antigen Golongan Darah
(Sumber : Storry JR, The Function of Blood Group-Spesific RBC Membrane
Components, 2004)

B. ANTIBODI GOLONGAN DARAH

Antibodi adalah produk dari respon imun yang akan bereaksi dengan
antigen. Antibodi dapat terbentuk sebagai reaksi imunitas tubuh terhadap
adanya antigen asing atau secara natural memang ada karena stimulasi
dari antigen endogen yang normal seperti anti-A dan anti-B.1,3

Gambar 3. Struktur Dasar Molekul Imunogloublin


(Sumber: Quinley ED. Basic Immunologic,2011)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 48


Antibodi atau imunoglobulin adalah glikoprotein yang memiliki
empat rantai polipeptida dihubungkan oleh jembatan disulfida (Gambar 3).
Antibodi ini dihasilkan oleh sel plasma. Immunoglobulin yang tersusun dari
heavy chain dan light chain. Heavy chain terdiri dari lima tipe yaitu
gamma, alpha, mu, delta dan epsilon sedangkan light chain terdiri dari
kappa dan lambda. Heavy chain dan light chain diproduksi oleh sel
plasma kemudian disusun menjadi immunoglobulin yang terdiri dari lima
kelas yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE. Kelas imunoglobulin ini memilki
karakteristik masing-masing (Tabel 1). Antibodi memiliki fragment antigen
binding (Fab) dan fragmen yang dapat mengkristal (fragment crystalline).
Fragment antigen binding (Fab) merupakan bagian molekul yang mengikat
epitop antigen. Antibodi golongan darah yang penting di klinik yaitu
imunoglobulin kelas IgG, IgM dan kadang-kadang IgA.2,8,9

Tabel 1. Karakteristik Kelas Imunoglobulin8,9


Karakteristik IgM IgG IgA IgD IgE
Heavy Chain µ Γ α δ ε
Subklas µ1, µ2 γ 1, γ2, γ3, α1, α2 - -
γ4
Bentuk Pentamer Monomer Dimer Monomer Monomer

Konsentrasi normal 1,2-4,0 8,0-16,0 0,4-2,2 0,03 17-40


(dewasa) mg/mL mg/mL mg/ml mg/mL ng/mL
Persentasi dari total 13 80 6 1 0,002
imunoglobulin
Distribusi intravaskular 41 48 76 75 51
(%)
Half life (hari) 5-6 18-23 5-6,5 2,8 90
Valensi ikatan antigen 5 (10) 2 2.4 2 2
Aglutinasi +4 ± +2 - -
Kemampuan aktivasi +4 + - - -
komplemen
Fiksasi dengan mast - - - - +4
sel dan basofil
Ikatan dengan - + ± - -
makrofag
Transport plasental - + - - -
Sekresi eksternal ± + +4 - +2
Sumber : (Cooling L, Downs T. Immunohematology,2017)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 49


Antibodi golongan darah dapat dibagi menjadi alloantibodi dan
autoantibodi. Alloantibodi adalah antibodi yang dihasilkan karena adanya
rangsangan antigen asing sedangkan autoantibodi merupakan antibodi
yang dihasilkan akibat rangsangan antigen yang terdapat dalam tubuh
host sendiri. Alloantibodi umumnya diproduksi sebagai akibat imunisasi
terhadap antigen eritrosit asing yang terpapar melalui transfusi komponen
darah atau melalui kehamilan pada saat persalinan. Alloantibodi dapat
timbul secara alami (natural) dimana stimulus antigeniknya tidak diketahui,
antibodi alamiah ini terdapat dalam serum individu yang tidak memiliki
antigen yang sesuai, misalnya dalam sistem golongan darah ABO. 2,4
Molekul IgM mengandung lima unit dasar imunoglobulin yang
dihubungkan oleh J-chain. Imunoglobulin M merupakan pentamer besar
yang mengandung 10 daerah yang potensial untuk berikatan dengan
antigen (potential antigen-combing sites) atau mempunyai valensi 107,
karena valensi dan strukturnya yang besar, antibodi ini mampu
menyebabkan aglutinasi eritrosit yang mengandung antigen dalam
suspensi NaCl fisiologis (Gambar 4). Antibodi IgM merupakan 5-10% dari
konsentrasi imunoglobulin dalam serum. Imunoglobulin ini dapat
mengaktivasi komplemen melalui jalur klasik dengan sangat efisien.
Aktivasi komplemen melalui jalur klasik hanya membutuhkan satu molekul
IgM saja. Imunoglobulin M bereaksi paling optimal di suhu ruang
(20-22oC) atau pada suhu yang lebih rendah. Antibodi sistem golongan
darah ABO adalah IgM dan dapat dengan cepat menyebabkan hemolisis
2,5
bila darah yang ditransfusikan tidak sesuai.
Antibodi IgG berbentuk monomer dan merupakan antibodi
terbanyak yang ditemukan di dalam serum (80%). Molekul IgG memilki
dua antigen binding site dan molekulnya kecil sehingga IgG kurang efektif
menunjukkan aglutinasi eritrosit dengan antigen yang positif. Aktivasi
komplemen melalui jalur klasik oleh IgG membutuhkan dua molekul IgG.
Imunoglobulin G merupakan imunoglubulin terpenting yang bereaksi pada
suhu 37oC dan dapat menyebabkan destruksi.2,8

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 50


Gambar 4. Ikatan IgM dan IgG pada Eritrosit
(Sumber: Cooling L, Downs T. Immunohematology,2017)

Antibodi terhadap antigen gologan darah ABO merupakan antibodi


yang paling signifikan dalam klinis karena antibodi ini terjadi secara
alamiah pada individu yang eritrositnya tidak mempunyai antigen tersebut.
Antibodi lain yang penting di klinis umumnya terjadi setelah transfusi darah
adalah anti-D, anti-K, anti-E, anti-c, anti Fya, anti C, anti-Jka, anti-S, anti
Jkb (Tabel 2). 2,4

Tabel 2. Karakteristik Antibodi Golongan Darah


Golongan Kemaknaan Kelas HDN HTR
darah klinis antibodi
ABO
Anti-A Ya IgM; Ya Ya
beberapa IgG
Anti-B Ya IgM; Ya Ya
beberapa IgG

Rhesus IgG; Ya Ya
Anti-D Ya beberapa IgM

Kell
Anti-K Ya IgG; IgM Ya Ya
jarang
Anti-k Ya IgG; IgM Ya Ya
jarang

Duffy
Fya Ya IgG Ya Ya

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 51


Fyb Ya IgG Ya Ya

Kidd
Jka Ya IgG; IgM Ya Ya
jarang
Jkb Ya IgG; IgM Ya Ya
jarang

MNS
Anti-M Jarang IgG; Tidak banyak Tidak banyak
beberapa IgM
Anti-N Jarang IgM; IgG Jarang Jarang
jarang
Anti-S Kadang- IgG; Ya Ya
kadang beberapa IgM
Anti-s Ya IgG; IgM Ya Ya
jarang

P
P1 Jarang IgM; jarang Tidak Jarang
IgG

Lutheran
Lua Kadang- IgM; Ringan Tidak
kadang beberapa IgG
Lub Kadang- IgG; Ringan Tidak
kadang beberapa IgM
Lewis
Lea Kadang- IgM Tidak Jarang
kadang
Leb Kadang- IgM Tidak Jarang
kadang

Diego
Dia Ya IgG; Ya Jarang
beberapa IgM
Dib Ya IgG; Ya Jarang
beberapa IgM

Yt (Cartwright)
Yta
Ytb Jarang IgG Tidak Ya
Jarang IgG Tidak Ya

Xg
Xga Tidak IgG Tidak Tidak

Scianna
Sc1 Tidak IgG Jarang Tidak

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 52


Sc2 Tidak IgG Jarang Tidak
Dombrock
Doa Jarang IgG Tidak Ya
Dob Jarang IgG Tidak Ya
Colton
Coa Ya IgG Ya Ya
Cob Ya IgG Tidak Ya
Landsteiner
Wiener
LW a Ya IgG; Ya Ya
beberapa IgM
LW b Ya IgG; Ya Ya
beberapa IgM
Chido/Rodgers
Ch Tidak IgG Tidak Tidak
Rg Tidak IgG Tidak Tidak
Kx
Kx Tidak IgG Tidak Tidak
Gerbich
Ge2, Ge3, Ge4 Jarang IgG Jarang Jarang
Wb, Lsa, Ana, Jarang IgG Jarang Jarang
Dha
Cromer
Cra Kadang- IgG Tidak Ya
kadang
Knops
Kna Tidak IgG Tidak Tidak
Knb Tidak IgG Tidak Tidak
Indian
Ina Tidak IgG Tidak Tidak
Inb Kadang- IgG Tidak Jarang
kadang

Ok
Oka Tidak IgG Tidak Tidak
RAPH
MER2 Tidak IgG Tidak Tidak
John Milton
Hagen
JMH1 Tidak IgG Tidak Tidak
I
I Jarang IgM Tidak Tidak
i Jarang IgM Tidak Tidak
Globoside
P Ya IgG
Gill
Gil Tidak IgG Tidak Jarang
Keterangan: HDN: hemolytic disease of the newborn; HTR: hemolytic transfusion reaction
(Sumber: Webert KE, Smith JW, Arnold DM, Chan HH, Heddle NM, Kelton JG.
Red Cell, Platelet and White Cell Antigens, 2014)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 53


C. KOMPLEMEN

Sistem komplemen adalah sekelompok protein serum yang


mempunyai sejumlah peran biologis yang berhubungan dengan klirens
antigen, lisis sel dan vasodilatasi pembuluh darah. Komplemen pertama
kali ditemukan oleh Jules Bordet pada awal abad ke-19, molekul ini dapat
membantu efek dari antibodi spesifik dalam melisiskan bakteri dan sel
darah merah. Protein ini sebagian besar merupakan enzim proteoilitik
yang dapat menyebabkan rusaknya struktur dinding protein dan
menyebabkan lisisnya mikroorganisme. Komplemen dilambangkan
dengan simbol C, terdapat 9 komplemen utama yang berperan dalam
sistem imun yaitu C1 hingga C9. Komplemen ini sebagian besar
diproduksi di hati dan kemudian dikeluarkan ke darah dalam bentuk yang
belum teraktivasi (proenzim). Saat teraktivasi, komplemen C akan dipecah
menjadi 2 bagian yaitu bagian a (bagian yang lebih kecil) dan bagian b
(bagian yang lebih besar).2,9
Komplemen teraktivasi pada saat tubuh terpapar oleh
mikroorganisme atau antigen tertentu. Aktivasi komplemen ini terjadi
melalui 3 jalur yaitu jalur klasik, alternatif dan lektin (Gambar 5) yang
bertujuan mengaktivasi komplemen C3 yang merupakan komplemen
sentral dalam respon imun. Aktivasi komplemen melalui jalur klasik dimulai
dengan dibentuknya kompleks antigen-antibodi oleh adaptive immunity
khususnya limfosit B. Aktivasi komplemen C3 pada jalur alternatif tidak
memerlukan kompleks antigen-antibodi, tetapi aktivasi komplemen C3
pada jalur alternatif ini melalui aktivasi spontan oleh permukaan sel
mikroorganisme. Lektin (Mannose Binding Leptin / MBL) adalah protein
plasma yang mengenal dan mengikat residu manosa dari karbohidrat
yang merupakan bagian dari dinding sel mikroba. Ikatan MBL pada residu
manosa dinding sel mikroorganisme akan mengaktivasi MBL-associated
serine protease-1 (MASP-1) dan MASP-2 yang memberikan respon yang
sama seperti aktivasi komplemen C1 pada jalur klasik sehingga akan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 54


mengaktivasi komplemen C4, C2, C3 dan mengaktivasi cascade yang
sama dengan jalur klasik hingga membentuk Membrane Attack Complex
(MAC).9

Gambar 5. Jalur Aktivasi Komplemen


(Sumber: Abbas AK, Litchman AH, Pillai S. Effector Mechanisms of
Humoral Immunity,2015)

C5 convertase yang dihasilkan pada jalur aktivasi komplemen


melalui jalur klasik, alternatif maupun jalur lektin akan mengaktivasi
komponen-komponen “akhir” dari sistem komplemen yang berujung
dengan pembentukan MAC. Membrane attack complex merupakan suatu
kompleks protein berbentuk seperti pipa yang dapat merusak dinding sel
mikroorganisme dan menyebabkan lisis (Gambar 6). Kompleks ini
menyebabkan jalur yang memungkinkan aliran air dan ion secara bebas.
Masuknya air menyebabkan terjadinya pembengkakan osmotik sel dan
ruptur dari sel tersebut. Bila MAC berikatan dengan eritrosit yang

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 55


ditransfusikan akan terjadi hemolisis yang diikuti dengan lepasnya
hemoglobin bebas ke dalam sirkulasi.2,9

Gambar 6. Pembentukan MAC


(Sumber: Abbas AK, Litchman AH, Pillai S. Effector Mechanisms of
Humoral Immunity,2015)

Komplemen berperan penting dalam patofisiologi hemolisis karena


keterlibatannya dalam sensitasi dan destruksi darah donor oleh antibodi
atau destruksi eritrosit pasien oleh autoantibodi. Komplemen ini juga
penting dalam pemeriksaan laboratorium imunohematologi. Ikatan
antibodi dengan antigen eritrosit menyebabkan terjadinya aktivasi
komplemen umumnya melalui jalur klasik. 2,8
Peran komplemen dalam proses hemolitik yaitu opsonisasi,
pembentukan anafilatoksin dan lisis eritrosit. Pada aktivasi komplomen
jalur klasik diperlukan antibodi IgG dan IgM untuk memulai aktivasi C1q,
selanjutnya terjadi pemecahan C3 dan pengikatan C3b pada membran
eritrosit. Selanjutnya terbentuk membran attack complex yang akan
menghancurkan eritrosit. Aktivasi komplemen melalui jalur klasik akan
menyebabkan:2

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 56


a. Opsonisasi, hal ini terjadi kompleks ikatan membran dan komplemen
dibersihkan oleh fagosit mononuklear.
b. Anafilatoksin: substansi yang dengan kuat dapat menginduksi
inflamasi, dilepaskan dalam plasma. Bahan ini akan beraksi pada sel
mast, sel otot polos dan neutrofil. C5a yang bekerja pada otot polos
akan mengakibatkan kontraksi sehingga menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah dan bronkospasme. C3a dan C5a juga
menyebabkan amin vasoaktif (serotonin dan histamin) dilepaskan oleh
sel mast dan basofil serta degranulasi netrofil. Efek sistemik
pelepasan serotonin dan histamin adalah meningkatnya permeabilitas
seluler sehingga dapat terjadi hipotensi.
c. Tahap akhir aktivasi komplemen adalah terbentuknya MAC yang
menyebabkan lisisnya eritrosit. Hemoglobin yang dilepaskan akan
diikat oleh haptoglobin plasma. Bila kapasitas peningkatan
haptoglobin dalam plasma terlampaui akan ditemukan
hemoglobinemia dan hemoglobinuria.

D. IMUNOHEMATOLOGI

Struktur dan kandungan yang kompleks dari molekul antigen dan


antibodi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan serologis reaksi antigen
dan antibodi. Hasil akhir produksi antibodi setelah perangsangan
imunologis tergantung pada beberapa hal antara lain gaya ikatan antar
molekul (intermolecular binding forces), kandungan antibodi (antibody
properties), faktor-faktor host (status nutrisi, hormon, genetik, usia, ras,
penyakit) serta ada tidaknya toleransi.2,6

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 57


Interaksi antara antibodi dan antigen dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain:

A. Kandungan antibodi
1. Kelas imunoglobin akan mempengaruhi reaksi (IgG dan IgM).
Molekul IgM akan segera mengaktivasi komplemen melalui jalur
klasik, yang akan menyebabkan hemolisis intravaskular. Proses ini
akan melepaskan hemoglobin dan stroma eritrosit ke dalam
plasma. Semua antibodi sistem ABO dapat berikatan dengan
antigen yang sesuai pada suhu 37 oC. Molekul IgG jarang
mengaktivasi komplemen, tetapi dapat bereaksi dengan reseptor Fc
fagosit mononuklear, akan mempengaruhi fagosit dan aktivasi
seluler. Antibodi golongan darah, tergantung dari kelasnya dapat
bereaksi pada suhu 4oC sampai 37oC. Kecepatan pembentukan
kompleks antibodi dengan antigen meningkat pada suhu 37 oC dan
tingkat disosiasinya meningkat bila suhu melebihi 37oC.6
2. Konsentrasi atau titer alloantibodi eritrosit juga mempengaruhi luas
dan beratnya reaksi yang terjadi. Bila konsentrasi antibodi dalam
sirkulasi resipien lebih tinggi, manifestasi kliniknya akan lebih berat.
Antibodi ABO pada individu yang tidak pernah terpapar dengan
antigen eritrosit asing akan lebih tinggi konsentrasinya. 2

B. Kandungan antigen
Densitas dan distribusi antigen eritrosit target (donor) juga
mempengaruhi beratnya reaksi. Antigen permukaan eritrosit yang
tersebar akan mengikat lebih sedikit antibodi dibandingkan antigen
yang berkelompok, dan jarang menyebabkan reaksi hemolitik yang
berat.2

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 58


Reaksi antigen antibodi mengikuti hukum mass action yaitu Ab +
Ag  kompleks AgAb. Reaksi ini bersifat reversibel dan tergantung pada
beberapa faktor terutama kesesuaian antara antibody-binding site dan
antigen, complementary of charge, konsentrasi antigen dan antibodi, pH
medium, temperatur, kekuatan ionik dan durasi inkubasi. Kesesuaian
bentuk antibodi dengan epitop berkontribusi pada kekuatan dan
kecepatan reaksi. Faktor-faktor seperti ukuran, bentuk, muatan epitop
menentukan ikatannya pada antibodi. Bila bentuk antigen berubah, maka
kesesuaian antigen terhadap antibodi akan berubah pula. Kekuatan ikatan
antara satu combining site antigen disebut afinitas. Pengabungan
antibodi-antigen akan menghasilkan kompleks imun. Jumlah kompleks
imun yang terbentuk tergantung pada konstanta asosiasi dari reaksi. 2,6
Kompleks imun yang telah terbentuk akan saling berikatan melalui
gaya tarik non kovalent (noncovalent attractive forces), termasuk gaya
elektrostatik, ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik dan gaya van Der Waals.
Kekuatan keseluruhan ikatan beberapa reaksi antigen-antibodi disebut
aviditas dan tergantung pada afinitas antibodi, valensi antigen dan gaya
tarik nonkovalen.2
Aglutinasi (hemaglutinasi) merupakan penggumpalan eritrosit yang
disebabkan karena antibodi melekat pada antigen pada lebih dari satu
eritosit sehingga sel-sel ini membentuk satu jalinan. Proses hemaglutinasi
terjadi dalam dua tahapan. Tahapan pertama yaitu sensitasi eritrosit
dimana antigen dan antibodi spesifik membentuk struktur komplementer
yang memungkinkan antigen dan antibodi ini berada dalam posisi yang
sangat dekat satu sama lain. Antigen dan antibodi ini kemudian saling
berikatan melalui ikatan intermolekuler nonkonvalen yang lemah. Ikatan
intermolekuler yang lemah ini cukup atau kurang kuat untuk menahan
kompleks antigen antibodi. Tahapan kedua adalah lattice formation atau
interaksi sel dengan sel. Hemaglutinasi terjadi akibat pasien terimunisasi
terhadap antigen eritrosit allogenik, dan hal ini tergantung pada beberapa

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 59


variabel yaitu jumlah dan tipe antibodi; ukuran, jumlah dan lokasi antigen;
pH, temperatur dan kekuatan ionik.3,5
Aglutinasi direk yaitu aglutinasi yang tejadi jika antigen golongan
darah bereaksi dengan alloantibdi dalam medium saline. Aglutinasi direk
ini menunjukkan bahwa antibodi yang terlibat adalah IgM dan dapat
mendeteksi antigen karbohidrat (ABO, P1, Le dan antigen H). Antigen Rh,
Kell, Duffy, dan Kidd merupakan antigen protein yang dapat dideteksi
dengan tes aglutinasi indirek. Tes aglutinasi indirek ini mendeteksi IgG,
komplemen yang melekat pada eritrosit maupun keduanya. 4
Kompleks antigen-antibodi pada umumnya merangsang aktivasi
komplemen melalui jalur alternatif. Aktivasi komplemen dapat
menyebabkan terjadi ruptur membran sel sehingga terjadi hemolisis dari
eritrosit. Aktivasi komplemen melalui jalur ini juga membentuk substansi
bradikinin yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan hipotensi;
norepinefirn dapat menyebabkan vasokonstriksi di ginjal dan paru-paru.2
Pola destruksi eritrosit dan beratnya hemolisis tergantung pada
kelas imunoglobulin yang terlibat serta aktivitas retikuloendotelial
seseorang. Berdasarkan lokasinya proses hemolisis dapat dibedakan
atas:2

A. Hemolisis Intravaskular

Lisis intravaskular terjadi bila sejumlah besar komplemen teraktivasi


dengan cepat (biasanya oleh antigen IgM), menyebabkan aktivasi lengkap
kaskade komplemen dan berakhir dengan terbentuknya MAC. Kompleks
ini akan akan berpolimerisasi membentuk lubang dalam membran eritrosit
sehingga cairan ekstraseluler dapat masuk ke dalam sel, menyebabkan
pembengkakan dan pecah akibat lisis osmotik.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 60


B. Hemolisis Ekstravaskular

Hemolisis ekstravaskular biasanya disebabkan oleh IgG.


Imunoglobulin G yang berikatan dengan eritrosit dan mengaktivasi
komplemen, umumnya proses ini berhenti pada tahap C3C4. Eritrosit yang
terikat pada C3b akan didegradasi menjadi iC3b yang secara enzimatik
tidak aktif oleh faktor I dan faktor H selanjutnya oleh faktor I dan faktor
CR1, iC3b akan dipecah menjadi C3c dan C3dg. Awalnya eritrosit yang
dilapisi oleh C3c dan C3dg secara cepat dihancurkan oleh monosit dan
makrofag dalam hati. Dalam waktu 15-20 menit proses ini akan melambat,
sehingga eritrosit-eritrosit tadi akan lolos dari proses destruksi dan
dilepaskan kembali ke dalam peredaran darah. Dalam sirkulasi, C3dg
akan terlepas dan yang tinggal hanya C3c yang melekat pada eritrosit.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 61


DAFTAR PUSTAKA

1. Djoerban Z. Dasar-dasar Transfusi Darah. Dalam: Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Edisi
keenam. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2014: 2839-43.
2. Dalimoenthe NZ. Dasar-Dasar Imunohematologi Transfusi Darah.
Dalam Dasar-Dasar Transfusi Darah. Edisi Kedua. Bandung. FK
Unpad. 2014: 1-14.
3. World Health Organization. Blood Group Serology. In: Safe Blood and
Blood Products. WHO Press. 2009: 16-23.
4. Reid ME, Westhoff CM. Membrane Blood Group Antigens and
Antibodies. In: Blood Banking and Transfusion Medicine Basic
Principles & Practice. Second edition. United States. Churchill
Livingstone Elsevier. 2007: 53-60.
5. Blaney KD, Howard PR. Characteristics Associated With Red Cell
Antigen-Antibody Reactions. In: Basic & Applied Concepts of Blood
Banking and Transfusion Practices. Third Edition.United States.
Elsevier Mosby. 2013: 11-18.
6. Quinley ED. Basic Immunologic Principles. In: Immunohematology
Pronciples & Practice. Third Editions. United States. Lippincot Williams
& Wilkins. 2011: 61-73.
7. Storry JR. Review: The Function of Blood Group-Spesific RBC
Membrane Components. Immunohematology Journal of Blood Group
Serology and Education. 2004; 20(4): 206-212.
8. Cooling L, Downs T. Immunohematology. In: Henry’s Clinical
Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 23th editions.
United States. Elsevier Inc. 2017: 680-84.
9. Abbas AK, Litchman AH, Pillai S. Effector Mechanisms of Humoral
Immunity. In: Cellular and Molecular Immunology. Eight editions.
United States. Elsevier Saunders. 2015: 272-280.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 62


10. Webert KE, Smith JW, Arnold DM, Chan HH, Heddle NM, Kelton JG.
Red Cell, Platelet and White Cell Antigens. In: Wintrobe’s Clinical
Hematology. Thirteenth Edition. United States. Lippincott William &
Wilkins. 2014: 509-30.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 63


BAB VI
SISTEM GOLONGAN DARAH

Golongan darah pertama yang di temukan yaitu sistem golongan


darah ABO yang ditemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1900-an.
Setelah penemuan itu, maka diteliti pula golongan-golongan darah yang
lain. Penemuan golongan darah ini dilkitasi oleh adanya interaksi antigen-
antibodi. Saat ini ada 26 sistem golongan darah yang mempresentasikan
lebih 300 antigen. 1,2,3
Peraturan pemeriksaan golongan darah di Indonesia pada kegiatan
transfusi tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 91 Tahun 2015 Tentang Stkitar Pelayanan Transfusi
Darah. Peraturan tersebut mencantumkan bahwa komponen darah yang
didistribusikan ke Rumah Sakit untuk transfusi harus diperiksa terhadap
golongan darah ABO dan Rhesus serta dilakukan uji saring terhadap
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD). Penggolongan darah dan
uji saring untuk pemenuhan persyaratan harus dilakukan oleh sumber
daya manusia yang terlatih menggunakan metoda, reagen dan peralatan
yang telah divalidasi.4

A. SISTEM GOLONGAN DARAH ABO

Sistem golongan darah ABO pertama kali ditemukan oleh Karl


Landsteiner pada tahun 1901. Sistem golongan darah ABO memiliki
antigen yang paling imunogenik dari semua sistem golongan darah,
sehingga sangat besar pengaruhnya pada tindakan transfusi darah.
Golongan darah A, B dan O merupakan golongan darah yang lebih awal
di temukan, sedangkan golongan darah AB ditemukan tahun 1902. 1,2
Antigen A dan B tidak sepenuhnya terbentuk pada bayi baru lahir,
walaupun sebagian antigen sudah dapat terdeteksi pada eritrosit fetus

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 64


lima minggu setelah konsepsi. Gen A dan B diturunkan oleh masing-
masing orang tua, dengan genotip dan fenotip yang sesuai dengan gen
yang diturunkan. Setiap gen mengkode produksi dari enzim transferase
yang spesifik yang mengkatalis transport molekul monosakarida dari
susbtrat donor menjadi predeterminan precursor substance. Gen H
mengkode produksi fucosyl transferase yang mengakatalis penambahan
L-fucose. (Gambar 1 dan 2).1,2,3

Gambar 1. Jalur Genetik Ekspresi Substansi ABH pada Eritrosit


(Sumber: www.austin.cc.edu)

Individu yang kelebihan N-acetylgalactosamine akan menjadi


golongan A, dan kelebihan D-galactose menjadi golongan B. Sebelum D-
galaktosa dapat menerima monomer karbohidrat yang menentukan
aktivitas A atau B, molekul ini harus sudah mengikat monomer karbohidrat
fukosa. Suatu gugus D-galactose yang sudah mengikat fucose, tetapi
tanpa N-acetylgalactosamine aktif-A atau D-galactose aktif B, memiliki
aktivitas antigenik yang disebut H. Sel-sel yang hanya memiliki konfigurasi
monomer karbohidrat aktif-H tidak memiliki aktivitas A atau B dan disebut
golongan O. Glikosiltransferase yang ditentukan oleh gen A dan B

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 65


bergantung pada adanya substansi H prekursor untuk pengaktifannya.
Perlekatan fucose ke D-galactose menyediakan prekursor ini. Perlekatan
fucose diperantarai oleh enzim lain, fucose-transferase, yang
keberadaannya ditentukan oleh gen H. Gen H terletak di luar lokus ABO
dan ditemukan di kromosom 19. Gen H sangat sering dijumpai, dan
2,3
hampir semua orang memiliki substansi H pada sel darah mereka.

Gambar 2. Struktur Kimia Antigen Golongan Darah ABO


(sumber: Dalimoenthe,NZ.Diskrepansi Golongan darah)

Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara kuat dan spesifik


dengan antigen sel darah merah yang sesuai, rangsangan bagi
terbentuknya Anti-A dan Anti-B bukanlah pajanan ke sel darah merah.
Ikatan galaktosa dengan N-asetilgalaktosamin yang sama atau galaktosa
yang menjadi ciri glikosfingolipid sel darah merah juga dijumpai di dinding
sel bakteri. Pajanan lingkungan yang terus menerus terhadap antigen-
antigen yang tersebar luas ini memicu pembentukan antibodi pada
individu yang mampu mengembangkan imun. Orang dengan golongan A
hanya membentuk anti-B, dan mereka dengan golongan B hanya memiliki

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 66


anti-A. Orang dengan golongan O memiliki anti-A dan anti-B, sedangkan
individu AB tidak memiliki kedua antibodi tersebut. Bakteri di lingkungan
juga memiliki ikatan galaktosa-fukosa yang memperlihatkan aktivitas H.
Namun anti-H jarang dijumpai karena hampir semua sel darah merah
memiliki antigen H dalam jumlah yang berkisar dari sedikit sampai
bermakna. 1,3

Tabel 1. Genotip Sistem Golongan Darah ABO

(sumber: Bethesda DL. Blood Groups and Red Cell Antigen)

Identifikasi pasien, sampel darah, atau darah donor yang tidak


tepat, atau pencatatan yang salah, merupakan penyebab tersering reaksi
transfusi inkompatibel-ABO hemolitik. Sebagian besar aktivitas anti-A dan
anti-B terletak pada kelas IgM imunoglobulin, yang menghasilkan
aglutinasi cepat dan / atau hemolisis. Namun, sebagian aktivitas adalah
IgG, dan antibodi dari kelas ini melekat ke permukaan sel tanpa langsung
mempengaruhi viabilitas. Anti-A atau anti-B kelas IgG mudah melewati
plasenta dan dapat menyebabkan penyakit hemolitik pada neonatus.
Orang dengan golongan O lebih sering memiliki IgG anti-A dan Anti-B
dibandingkan orang dengan golongan A atau B. Penyakit hemolitik ABO
pada bayi baru lahir hampir seluruhnya mengenai bayi yang lahir dari ibu
dengan golongan O.1,3

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 67


B. SISTEM GOLONGAN DARAH RHESUS

Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks.


Masih banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur
maupun interaksi antigeniknya. Rhesus positif (Rh positif) adalah
seseorang yang mempunyai Rh-antigen pada eritrositnya sedang Rhesus
negatif (Rh negatif) adalah seseorang yang tidak mempunyai Rh-antigen
pada eritrositnya. Antigen Rhesus yang paling banyak pada manusia yaitu
antigen-D, dan merupakan antigen yang berperan penting dalam transfusi.
Tidak seperti pada golongan darah sistem ABO dimana seseorang yang
tidak mempunyai antigen A atau B akan mempunyai antibodi yang
berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan
antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari transfusi atau
kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan antigen yang
terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Dengan
pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja sebanyak ± 0,1 ml
secara parenteral pada individu yang mempunyai golongan darah Rhesus
negatif (D-), sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D)
1,5,6
walaupun golongan darah ABO nya sama.
Tahun 1892, Ballantyne membuat kriteria patologi klinik untuk
menegakkan diagnosis hidrops fetalis. Diamond dkk tahun 1932
melaporkan tentang anemia janin yang ditkitai oleh sejumlah eritroblas
dalam darah berkaitan dengan hidrops fetalis. Tahun 1940, Landstainer
menemukan faktor Rhesus yang berperan dalam patogenesis kelainan
hemolisis pada janin dan bayi. Levin dkk tahun 1941 menegaskan bahwa
eritroblas disebabkan oleh isoimunisasi maternal dengan faktor janin yang
diwariskan secara paternal. 1,5
Insidens pasien yang mengalami inkompatibilitas Rhesus (yaitu
Rhesus negatif) adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam,
jarang pada bangsa Asia. Seorang wanita Rhesus negatif yang
melahirkan bayi pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya antibodi

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 68


sebesar 8%. Sedangkan insidens timbulnya antibodi pada kehamilan
berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar
16%. Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya
disebabkan oleh proses sensitisasi, diperkirakan berhubungan dengan
respons imun sekunder yang timbul akibat produksi antibodi pada kadar
yang memadai. Kurang lebih 1% dari wanita akan tersensitasi selama
kehamilan, terutama trimester ketiga.1,5,6
Tiga subtipe antigen spesifik C,D,E dengan pasangannya c, e, tapi
tidak ada d. Hanya gen D dipakai sebagai acuan faktor Rhesus. Istilah
yang sekarang digunakan adalah Rhesus (D), bukan hanya Rhesus. Sel
Rhesus (D) positif mengandung substansi (antigen D) yang dapat
merangsang darah Rhesus (D) negatif memproduksi antibodi. Gen c, e,
dan E kurang berperan disini. Hal ini dapat menjelaskan mengapa antibodi
yantg dihasilkan oleh wanita Rhesus negatif disebut anti-D (anti-Rhesus
D). Seorang wanita Rhesus (D) positif tak akan memproduksi antibodi,
karena darah yang positif tak akan memproduksi anti-d, tak ada anti
Rhesus d. Seseorang mempunyai Rhesus (D) negatif, jika diwariskan gen
d dari tiap orang tua. Mungkin saja anak Rhesus (D) negatif, jika ibu
Rhesus (D) negatif dan bapak Rhesus (D) positif. Bapak dapat
mempunyai gen D atau d, sehingga bayi dapat mewarisi gen d dari
bapaknya. Sebaliknya, wanita Rhesus (D) negatif dengan pasangan
Rhesus (D) negatif, dan tak akan timbul inkompatibilitas Rhesus,
walaupun ibu telah membawa antibodi Rhesus (D) dari kehamilan
sebelumnya.1,5,6
Beberapa model pembagian nomenklatur untuk sistem Rh. Menurut
Ficher-Race, antigen sistem Rh di tentukan oleh 3 pasang gen yang
menempati lokus yang terkait. Menurut Wiener, antigen sistem Rh
ditentukan oleh 2 gen, salah satu nya memegang kontrol terhadap
keseluruhan ekspresi dari antigen Rh pada individu. 1,5,6

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 69


Tabel 1. Sistem Rh berdasarkan Ficher-Race dan Wiener

(sumber: www.austin.cc.edu )

Menurut Rosenfield, golongan darah resus dinamakan berdasarkan


reaksi serologi (aglutinasi).1,5,6

Tabel 2. Sistem Rh berdasarkan Rosenfield

(Sumber: www.austin.cc.edu)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 70


Menurut Tippet, lokus D dan CcEe merupakan dasar produksi antigen Rh.
Tippet merupakan model genetik terbaru untuk sistem Rh.1,5,6

Tabel 3. Sistem Rh berdasarkan Tippet

(Sumber : www.austin.cc.edu)

Kita mengenal ada lima antisera untuk menentukan antigen


(genotip) dari darah untuk sistem Rh. Namun yang sering digunakan yaitu
anti-D, sedangkan anti-sera lain digunakan untuk memecahkan jika ada
1,5,6
permasalahan antibodi pada sistem Rh.

Tabel 4. Kemungkinan Genotip Berdasarkan Reaksi Anti-Sera

(Sumber: www.austin.cc.edu)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 71


Tidak semua sampel eritrosit D positif bereaksi keseluruhan
dengan reagen anti D. Eritrosit yang tidak langsung beraglutinasi pada
penambahan anti-D, tidak dapat di klasifikasikan antigen D negatif sampai
telah dilakukan test Du. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh,
pewarisan gen yang mengkode antigen D yang kurang, posisi antigen
pada kromosom yang tidak tepat yang dapat menyebabkan supresi dari
ekspresi antigen D, adanya D mosaic. Individu dengan D lemah (D+ w) jika
membutuhkan transfusi darah maka darah yang dapat disalurkan yaitu
darah dengan Rh negatif (Rh-).1,5,6
Kebanyakan antibodi Rh merupakan hasil imunisasi dari kehamilan
maupun transfusi sebelumnya, sehingga imunoglobulin yang terbentuk
bersifat imunogenik dalam bentuk IgG. Secara in vitro, IgG dari sistem
golongan darah Rh bereaksi optimal pada suhu 37º C. Antigen D
merupakan yang paling imunogenik diantara antigen Rh lainnya. Hal ini
menyebabkan antigen D merupakan antigen yang terpenting kedua
setelah ABO grup untuk dideteksi saat pre-transfusi.1,5,6

C. SISTEM GOLONGAN DARAH H

Golongan darah H atau biasa disebut dengan golongan darah


Bombay, pertama kali ditemukan di Bombay. Tahun 1952, dilaporkan
bahwa serum dari individu yang memiliki golongan darah ini mengandung
antibodi yang bereaksi dengan eritrosit dari semua golongan darah ABO
normal. Individu dengan golongan darah ini tidak memiliki antigen dari
sistem golongan darah ABO. Adapula yang disebut sebagai Golongan
darah para-Bombay, yaitu individu dengan golongan darah yang sedikit
1,2,3
memiliki antigen dari sistem golongan darah ABO
Seseorang dikatakan memiliki fenotip bombay, jika orang tersebut
tidak memiliki antigen H di eritrositnya dan karena antigen A dan antigen B
tidak dapat terbentuk tanpa adanya antigen H sehingga eritrosit orang
tersebut tidak memiliki antigen A maupun antigen B., dan memproduksi

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 72


anti-H, anti-A, dan anti B. Sebagai konsekuensinya maka orang dengan
fenotip bombay hanya dapat menerima transfusi darah dari sesama yang
1,2,3
memiliki fenotip bombay juga.
Antigen H diproduksi oleh fucosyltransferase yang spesifik. Ada
dua regio genom yang meng kode 2 enzim yang sangat mirip, yaitu lokus
H (FUT1) dan lokus Se (FUT2). Lokus H yang mengandung gen FUT1,
terletak di eritrosit FUT1 bertugas mengekspresikan H/H atau H/h
dipermukaan eritrosit. Jika FUT1 terganggu maka tidak ada antigen H di
permukaan eritrosit (h/h). Sedangkan lokus Se yang mengandung gen
FUT2,terletak di glandula sekretori. FUT2 bertugas mengekspresikan
Se/Se atau Se/se di cairan tubuh, yang merupakan bentuk soluble dari
antigen H. Jika FUT2 terganggu maka tidak ada antigen H yang
ditemukan di cairan tubuh (se/se). Orang yang tidak memiliki antigen H
sebenarnya tidak mengalami gangguan kesehatan, namun jika mereka
memerlukan transfusi darah maka mereka hanya dapat menerima
1,2,3
transfusi darah dari orang yang juga memiliki fenotip bombay.
Jika orang dengan fenotip bombay, menerima transfusi darah yang
mengandung antigen H, maka sangat besar kemungkinan terjadinya
reaksi transfusi hemolitik akut. Begitu pula pada ibu yang memiliki fenotip
bombay yang mengandung anak yang tidak memiliki fenotip bombay,
maka hal ini akan memicu terjadinya Hemolytic Disease of The Fetus and
Newborn (HDFN). 1,2,3
Lokus H(FUT1) dan lokus Se(FUT2) terletak pada kromosom 19
(q13.3). Posisi dari FUT1 dan FUT2 sangat berdekatan, sehingga
seringkali kelainan terjadi bersamaan pad kedua-duanya. Fenotip bombay
klasik disebabkan oleh mutasi Tyr316Ter pada regio pengkodean dari
FUT1. 1,2,3

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 73


D. SISTEM GOLONGAN DARAH LAINNYA

1. SISTEM GOLONGAN DARAH KELL

Sistem golongan darah Kell ditemukan pada tahun 1946


berdasarkan kejadian yang terjadi pada Ny. Kelleher, seorang pasien
yang memiliki antibodi anti-Kell yang menyebabkan terjadinya HDFN
pada anak yang baru dia lahirkan (eritrosit anaknya memiliki antigen
Kell, yang bereaksi dengan antibodi anti – Kell yang dimiliki ibunya).
Sejak saat itu, telah ditemukan total 25 antigen Kell yang muncul
dengan frekuensi yang berbeda-beda pada setiap populasi. Namun
dari kesemua antigen, antigen original K yang paling sering
menyebabkan HDFN.1,7
Lokus Kell terletak pada kromosom 7 (7q33), bersifat sangat
polimorfik sehingga menimbulkan banyak antigen Kell. Namun ada dua
gen kodominan alel mayor yang memproduksi 2 antigen penting: K
dan k ( Kell dan Cellano), yang berbeda asam aminonya. Antigen k
lebih banyak dibanding antigen K di kebanyakan populasi, fenotip K-k+
ditemukan pada 98% dari ras Negro dan 9191% pada ras
Kaukasian.1,7
Antigen Kell dapat ditemukan pada eritrosit dan prekursornya,
juga pada jaringan myeloid serta dalam jumlah kecil di temukan pada
organ limfoid, otot dan sistem saraf. Glikoprotein Kell merupakan
endothelin-3-converting enzyme, yang bersifat sebagai konstriktor
poten pada pembuluh darah. Antigen K merupakan antigen yang
bersifat paling imunogenik setelah antigen dari golongan darah ABO
dan Rh.1,7
Antibodi anti-Kell merupakan klas IgG, yang bereaksi optimal
pada suhu ruang. Reaksi yang terjadi biasanya berat. Anti-Kell
merupakan penyebab utama HDFN. Sensitasi awal pada ibu dapat
terjadi jika sebelumnya pernah mendapatkan transfusi darah yang

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 74


tidak sesuai dengan golongan darah Kell nya atau yang tersensitasi
dengan antigen Kell saat kehamilan sebelumnya.1,7
Anti-K menekan produksi eritrosit fetus, hal ini terjadi karena
antigen Kell terekspresi pada permukaan prekursor eritrosit dan
eritrosit. Oleh karena prekursor eritroid tidak mengandung hemoglobin,
maka sedikit bilirubin yang dilepaskan saat terjadi hemolisis, sehingga
jarang terjadi jaundice pada periode ini. Oleh sebab itu anemia yang
terjadi seringnya berat.1,7

2. SISTEM GOLONGAN DARAH DUFFY

Sistem golongan darah Duffy ditemukan pada 1950. Dinamakan


sesuai nama pasien hemofilia yang telah menerima banyak transfusi
darah dan pertama kali diketahui memproduksi anti-Fya . Setahun
kemudian, anti-Fyb ditemukan pada wanita yang telah memiliki
beberapa anak. Antigen Duffy selanjutnya (FY3, FY4, FY5 dan FY6)
ditemukan 20 tahun kemudian, namun dari 5 antigen ini FY3 yang
menyebabkan gejala klinis.1,8
Frekuensi fenotip Duffy bervariasi di tiap populasi. Fenotip Duffy
null, Fy(a-b-) sangat jarang ditemukan pada populasi Kaukasia dan
Asia, namun sering ditemukan pada ras Negro, kira-kira 2/3 pada ras
ini. Seseorang yang memiliki fenotipe Duffy null , eritrositnya resisten
terhadap invasi parasit malaria. Hal ini terjadi karena untuk
menginfeksi manusia, parasit malaria harus masuk ke dalam eritrosit,
dengan cara berikatan dengan bagian ekstraseluler N-terminal dari
glikoprotein Duffy region cystein-rich dari Duffy binding protein
(DBP).1,8
Glikoprotein Duffy dikode oleh gen FY, yang memiliki dua alel
utama yaitu FYA dan FYB, yang terdapat pada kromosom 1(q22-q23).
Alel FYA diwariskan oleh orang tua yang satunya dan alel FYB

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 75


diwariskan oleh orang tua yang lainnya lagi. Kedua antigen Duffy Fy a
dan Fyb akan terekspresi di permukaan eritrosit.1,8
Pada sistem golongan darah Duffy ada 4 fenotip utama yaitu
Fy(a+b-), Fy(a+b), Fy(a-b+) dan Fy(a-b-). Namun ada fenotip Duffy
yang sering salah terdeteksi yaitu Fyx[Fy(b+x), alel FYX mengkode
antigen Fyb namun hanya sedikit yang terekspresi karena kurangnya
protein Duffy, sehingga bisa saja tidak bereaksi dengan anti - Fyb.1,8
Antigen Duffy diekspresikan pada berbagai sel. Walaupun
individu dengan fenotip Fy(a-b-) tidak memproduksi antigen Duffy pada
permukan eritrositnya namun memproduksi antigen Duffy pada bagian
lain, termasuk sel endotel pembuluh darah , sel epitel duktus ginjal,
alveoli paru, dan sel Purkinje serebelum. Antigen Duffy juga
terekspresi pada glandula tiroid, kolon dan lien 1,8
Glikoprotein Duffy dikenal sebagai Duffy-Antigen Chemokine
Receptor (DARC). Sebagai reseptor kemokin, DARC mengikat bahan
kimia yang disekresikan oleh sel saat proses inflamasi dan merekrut
sel darah yang lain ke daerah yang rusak. Antibodi terhadap antigen
Duffy Fya, Fyb, Fy3 dan Fy5 yang paling sering menimbulkan reaksi
transfusi. Anti-Fya paling sering didapatkan pada pasien keturunan
Afrika dan menderita anemia sel sabit.1,8
Antibodi Duffy terutama dalam bentuk IgG, dan bersifat tidak
mengikat komplemen. Kejadian HDFN jarang terjadi pada
inkompatibilitas maternal-fetus pada golongan darah Duffy. Namun
kejadian HDFN pernah ditemukan pada inkompatibilitas maternal-fetal
pada antigen Duffy Fya, Fyb, dan Fy3.1,8

3. SISTEM GOLONGAN DARAH P

Sistem golongan darah P ditemukan oleh Landsteiner dan


Levine pada tahun 1927. Saat itu dinamakan antigen P namun saat ini
dikenal dengan antigen P1. Eritrosit yang tidak memiliki P1 , namun

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 76


menunjukkan adanya P, dikategorikan sebagai P 2. Sintesa antigen ini
dikode oleh CD77 pada kromososm 22q13.2. 1,9
Sera pada individu P2 umumnya mengandung antibodi-P1.
Reaksi antigen antibodi optimal pada suhu 32ºC - 37ºC, walau pun
pernah dilaporkan bahwa antibodi ini dapat aktif pada suhu 25ºC
bahkan pada hewan coba dapat aktif pada suhu 4ºC. Reaksi antigen
antibodi ini jarang menyebabkan hemolisi in-vitro. Bentuk antibodinya
hampir selalu IgM, sehingga tidak dapat melintasi sawar plasenta,yang
berarti tidak dapat menyebabkan HDFN. Anti- P1 dapat menyebabkan
1,9
reaksi hemolitik, namun kejadiannya sangat jarang.

4. SISTEM GOLONGAN DARAH MNS

Golongan darah MNS merupakan sistem golongan darah kedua


yang ditemukan yaitu pada tahun 1927, oleh Landsteiner dan Levine.
Antigen M dan N yang pertama kali ditemukan , setelah itu 20 tahun
kemudian antigen S dan s ditemukan. Sekarang terdapat lebih 40
antigen yang telah ditemukan namun antigen M,N,S dan s merupakan
1,10
yang paling sering muncul.
Antigen MNS ditemukan terutama di eritrosit, dibentuk oleh gen
GYPA dan GYPB yang terletak pada kromosom 4 (4q28.2-q13-1).
GYPA mempunyai 2 bentuk alel yaitu MNS1 dan MNS 2, yang
memproduksi antigen M dan N. GYPB memiliki dua alel yaitu MNS3
dan MNS4 yang memproduksi antigen S dan s. GYPA dan GYPB
merupakan protein transmembran, yang merupakan reseptor dari
plasmodium falcifarum. Pada individu yang tidak memiliki GYPA
1,10
memiliki eritrosit yang resisten terhadap invasi plasmodium.
Antibodi terhadap antigen MNS merupakan imunogenik, dengan
tipe IgM dan IgG. Antibodi terhadap antigen MNS (bentuk IgM) ini
biasanya muncul secara alamiah dan akan bereaksi optimal pada suhu
37ºC . Anti-M dan Anti-N tidak dipertimbangkan sebagai penyebab

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 77


reaksi transfusi. Namun dalam bentuk IgG, anti-M akan optimal pada
suhu dingin (cold reacting), walaupun merupakan kasus yang jarang
namun pernah dilaporkan terjadinya reaksi transfusi tipe lambat yang
diperkirakan sebagai akibat adanya anti-M. Anti–S dan anti-s dapat
berpotensi menyebabkan reaksi transfusi darah ringan atau sedang,
1,10
dan HDFN, namun kasus ini sangat jarang.

5. SISTEM GOLONGAN DARAH KIDD

Sistem golongan darah Kidd ditemukan pertama kali pada tahun


1951, penamaan ini didasarkan pada kejadian seorang wanita
bernama Ny.Kidd yang sedang hamil ditemukan memproduksi antibodi
yang melawan antigen darah merah yang belum dikenal. Ternyata
antibodi yang ada di tubuh pasien ini, cocok dengan antigen yang
terdapat pada bayi, sehingga kejadian ini menyebabkan hemolitik pada
bayinya.1,11
Ada 3 fenotip Kidd yang umum yaitu JK(a+b-), JK(a-b+), and
JK(a+b+). Fenotip Kidd yang jarang yaitu JK(a-b-) atau biasa disebut
fenotip Jk-null. Individu dengan tipe ini biasanya terdeteksi setelah
tersensitasi terhadap antigen Kidd saat proses transfusi darah atau
kehamilan. Setelah tersensitasi , individu ini akan membentuk anti-Jk,
yang dapat menyebabkan HDFN pada kehamilan selanjutnya dan
dapat terjadi hemolisis pada paparan kedua. 1,11
Antigen Kidd terekspresi sebatas pada eritrosit dan ginjal (vasa
recta). Protein Kidd merupakan pembawa urea utama pada eritrosit.
Transport urea masuk dan keluar eritrosit diperlukan untuk menjaga
stabilitas osmotic. Transport urea pada eritrosit individu Kidd null lebih
lambat 1000 kali dibandingkan transport urea pada eritrosit individu
yang bukan Kidd null. Namun, individu dengan Kidd null tidak
diasosiasikan dengan risiko penyakit tertentu. 1,11

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 78


Antibodi kidd sering kali susah terdeteksi, hal ini menyebabkan
ancaman saat dilakukannya transfusi. Inkompatibilitas golongan darah
Kidd dicurigai sebagai penyebab tersering Delayed Hemolytic
Transfusion Reactions (DHTRs). 1,11
Anti-JKa dapat menyebabkan reaksi transfusi yang parah namun
lebih sering dihubungkan dengan DHTRs yang tidak terlalu parah.
Diperkirakan 1-3 dari DHTRs disebabkan anti-JKa. Studi kasus
memperlihatkan bahwa inkompatibilitas yang disebabkan oleh anti-JKb
biasanya menyebabkan DHTRs yang parah dan juga dapat
1,11
menyebabkan reaksi hemolitik transfusi darah tipe cepat.
Pada kehamilan, antigen Kidd fetus mampu menyebabkan
alloimunisasi pada ibu. Namun anti-JKa dan anti-JKa jarang
menyebabkan HDFN yang parah. Antigen JK a dan JKb merupakan
produk dari dua alel yang diturunkan. Terletak pada gen SLC14A1
yang merupakan bagian dari keluarga gen pembawa urea yang
terletak pada kromosom 18 (18q12-q21). 1,11

6. SISTEM GOLONGAN DARAH LEWIS

Antigen Lewis bukan merupakan antigen eritrosit intrinsik,


namun dibawa oleh plasma glikofosfolipid yang di arbsorbsi dari
plasma dan dan masuk pada membran eritrosit. Golongan darah ini
dikontrol secara genetik oleh gen Le. Individu yang diwarisi oleh
minimal 1 gen Le akan memilki antigen Lewis, individu yang amorph
(le/le) tidak akan memiliki antigen Lewis. Gen Le menyebabkan
produksi dari transferase yang akan menempel dengan L-fucose pada
rantai subterminal pada rantai prekursor yang akan membentuk
antigen Lea, selanjutnya akan dimodifikasi oleh enzim aktif Lewis
membentuk Leb. Leb lebih mudah terabsorpsi masuk ke membran
eritrosit. 1,2,12

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 79


Fenotip Lewis pada eritrosit tergantung pada fenotip pada
plasma. Jika eritrosit Le(a-b-) diinkubasi dengan plasma yang
mengandung glikolipid Lea atau Leb , maka eritrosit akan mengambil
antigen yang berada dalam plasma. Maka eritrosit akan menjadi positif
untuk antigen Le yang diinkubasikan tersebut. 1,2,12
Antigen Le belum ada atau sangat lemah pada bayi baru lahir,
begitu pula saat kehamilan. Wanita yang sebelumnya telah ditentukan
dengan golongan darah Lewis tertentu dapat berubah karena selama
kehamilan terjadi perubahan antigen Le dalam plasma. Hal ini akan
1,2,12
menghilang setelah bayi lahir.
Antibodi Lewis hampir selalu dalam bentuk IgM dan bereaksi
optimal pada suhu ruang. Antibodi Lewis dapat mengikat komplemen
dan menyebabkan hemolisis secara in vitro. Antibodi lewis tidak dapat
melewati sawar plasenta, sehingga tidak dapat menyebabkan HDFN.
Antibodi lewis dapat dinetralisasi secara in vitro dengan penambahan
1,2,12
substansi Lewis solubel dari serum pasien.

7. SISTEM GOLONGAN DARAH LUTHERAN

Anti Lub pertama ditemukan oleh Cutbush dan Chanarin tahun


1946 pada wanita yang telah mengalami tiga kali kehamilan normal
dan tanpa riwayat transfusi sebelumnya. Protein yang membawa
antigen dari sistem golongan darah Lutheran merupakan produk dari
gen LU, pada lokus yang terletak kromosom 19. Gen ini mengkode
type 1 integral membrane glycoprotein (Lu gp) yang terdiri dari 2
isoform yaitu 85kD dan 78kD. Isoform 85kD amerupakan bentuk yang
predominant dan isoform 78kD yang dikenal pula dengan nama B-
CAM merupakan molekul antigen adesi sel basal.13,14
Antigen Lua (LU1) dan Lub (LU2) terekspresi di permukaan
eritrosit. Frekuensi fenotip pada populasi kulit putih yaitu Lu (a+b-)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 80


0,15%, Lu(a+b+) 7,5%, Lu(a-b+) 92,35% dan Lu(a-b-) sangat langka.
Antigen Lua amat jarang ditemukan.14
Antibodi Lua merupakan antibodi yang tidak umum dan biasanya
menyebabkan aglutinasi salin secara alamiah. Antigen ini belum
berkembang secara baik pada bayi baru lahir. Belum pernah ada
laporan mengenai kasus HDFN maupun HTRs yan disebabkan oleh
antibodi Lua. Antibodi Lub diproduksi tubuh sebagai reaksi terhadap
antigen Lub yang masuk ke dalam tubuh, bisa dengan jalan transfusi
ataupun kehamilan. Antibodi ini berbentuk IgG, bereaksi optimal pada
suhu 37ºC dan positif pada indirect antiglobulin test. Reaksi yang
terjadi dapat menyebabkan HDFN ringan. 14

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 81


DAFTAR PUSTAKA

1. Bethesda DL. Blood groups and red cell antigen. Diakses dari:
www.ncbi.nlm.nih.gov/books.Update terakhir:2014.
2. Dalimoenthe,NZ. Diskrepansi golongan darah ABO. Dalam : Sistem
golongan darah ABO. Edisi I, Bandung, Penerbit Divisi Hematologi
Klinik Dept/SMF Patologi Klinik FK Unpad/RSHS, 2014; 6-43.
3. Daniels G. ABO,Hh and Lewis System. Dalam Human Blood Groups.
Edisi III. United State. Blackwell. 2013: 25-58.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun
2015 Tentang Stkitar Pelayanan Transfusi Darah; Available in
www.utdp-pmi.or.id; Accessed on October 1, 2016.
5. Gonsorcik VK, Zhou L. Rh Typing. Diakses dari :
http//emedicine.medscape.com. Update terakhir: November, 2013.
6. Daniels G. Rh Blood Group System. Dalam Human Blood Groups.
Edisi III. United State. Blackwell. 2013: 195-274.
7. Daniels G. Kell Blood Group System. Dalam Human Blood Groups.
Edisi III. United State. Blackwell. 2013: 295-323.
8. Daniels G. Duffy Blood Group System. Dalam Human Blood Groups.
Edisi III. United State. Blackwell. 2013: 324-351.
9. Daniels G. P Blood Group System. Dalam Human Blood Groups. Edisi
III. United State. Blackwell. 2013: 175-194.
10. Daniels G. MNS Blood Group System. Dalam Human Blood Groups.
Edisi III. United State. Blackwell. 2013: 59-66.
11. Daniels G. Kidd Blood Group System. Dalam Human Blood Groups.
Edisi III. United State. Blackwell. 2013 : 352-368.
12. Green C. The ABO, Lewis, and Related Blood Group Antigens; A
Review of Structure and Biosintesis

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 82


13. Greenwalt TJ, Sasaki T. The Lutheran Blood Groups: A Second
Example of Anti Lub and Three Further Examples of Anti Lua. Blood
Journal. 1957: 998-1003
14. Daniels G.Lutheran Blood Group System. Dalam Human Blood
Groups. Edisi III. United State. Blackwell. 2013 : 275-294.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 83


BAB VII
ANATOMI DAN FISIOLOGI

PraktIk pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal


manusia dan menjadi bagian dari kegiatan pengobatan pasien. Sejak
zaman dahulu, manusia percaya bahwa terdapat hubungan antara
sirkulasi darah melalui pembuluh darah dan kesehatannya. Selama abad
ke-17 dan 18, proses mengeluarkan darah dianggap sebagai proses
terapeutik utama. Teknik pengeluaran atau pengambilan darah tersebut
disebut sebagai flebotomi. Phlebotomy berasal dari Bahasa Yunani,
Phlebos dan tome. Phlebos berarti pembuluh darah vena dan tome berarti
mengiris/memotong. Flebotomi didefinisikan sebagai insisi pada pembuluh
darah agar darah mengalir sehingga dapat dikumpulkan. 1
Pengambilan darah dapat dengan mudah dilakukan dengan
mempelajari anatomi dan fisiologi tubuh sehingga dapat meminimalkan
efek samping yang terjadi pada saat proses pengambilan darah maupun
setelah pengambilan darah. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari
tentang susunan, letak tulang, organ dan pembuluh darah dalam tubuh
manusia, sedangkan fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
fungsi organ, tulang dan pembuluh darah dalam tubuh tersebut. Fungsi
sirkulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh, mentranspor
zat makanan ke jaringan tubuh, mentranspor produk-produk sisa
metabolisme keluar, mentranspor hormon dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh yang lain dan secara umum, untuk mempertahankan
lingkungan yang sesuai di dalam seluruh cairan jaringan tubuh agar sel
bisa bertahan hidup dan berfungsi secara optimal. 2

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 84


A. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

Sistem jantung dan pembuluh darah memiliki peran yang sangat


penting dalam kehidupan manusia. Pelayanan donor dan transfusi
darah sangat erat hubungannya dengan sistem ini. 2

1. JANTUNG

a. Anatomi Jantung

Secara anatomis, jantung memiliki berat ±250-300 gram dan


letaknya berada di dalam torak, di belakang sternum, diantara
kedua paru dan di atas diafragma. Bagian atas jantung disebut
Apeks dan sebelah bawah atau dasar adalah basis. Jantung dibagi
menjadi empat bagian, dengan garis tengahnya disebut septum
kordis. Bagian atas dinamakan atrium dan bagian bawah disebut
ventrikel.2,3
Sebagai penghubung atrium dan ventrikel, terdapat katup
(valvula) yaitu Valvula Trikuspidalis (3 daun katup) menghubungkan
atrium dengan ventrikel kanan dan Valvula Bikuspidalis (2 daun
katup) menghubungkan atrium dengan ventrikel kiri. Terdapat juga
katup lainnya yang menghubungkan ventrikel dan pembuluh darah
yaitu Valvula semilunaris arteri pulmonalis yang menghubungkan
ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis dan Valvula semilunaris
aorta yang menghubungkan ventrikel kiri dengan aorta.2,3
Otot pada jantung merupakan otot seran lintang yang
memiliki sifat saraf otonom. Lapisan otot jantung terdiri atas
Endometrium, Miometrium dan Perikardium. Lapisan otot yang
paling tebal terletak di ventrikel kiri karena memiliki fungsi
memompa darah ke seluruh tubuh. Agar organ jantung ini tetap
dapat beraktivitas maka Arteri Coronaria yang memperdarahi

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 85


jantung merupakan sumber makanan dan oksigenisasi. Mengenali
dan memahami anatomi dengan baik, akan memudahkan kita
memahami jika ada kelainan.2,3

Gambar 2. Struktur Anatomi Jantung


(Sumber : Aaronson PI dan Ward JP. Sistem kardiovaskular, 2007)

b. Fisiologi Jantung
Jantung merupakan organ penting karena selalu bergerak
secara otonom dan tidak dapat diperintah oleh otak kita. Seseorang
dikatakan meninggal jika fungsi otaknya telah berhenti bukan
karena berhentinya fungsi jantung.2,3

Fungsi Jantung
1. Memompa darah yang mengandung O2 dari ventrikel kiri ke
seluruh tubuh melalui arteri-arteriola dan kapiler sampai ke
jaringan.
2. Menerima darah yang mengandung CO 2 dari seluruh tubuh
melalui venula-vena ke vena cava superior yang menerima

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 86


darah dari tubuh bagian atas dan dari vena cava inferior yang
menerima darah dari tubuh bagian bawah.

Pergerakan Jantung
Kontriksi jantung terjadi karena Sistem Saraf Otonom (SSO)
yang merangsang Nodus Sino Atrial (NSA). Rangsangan berlanjut
ke kedua dinding atrium, menyebabkan kontraksi serentak.
Kontraksi ini disebut Sistole atrial dan Diastole atrial. Gelombang
kontraksi ini diteruskan ke septum kordis oleh nodus atrioventrikular
(AV)/Simpul Tawara. Rangsangan dilanjutkan lagi ke Bundel Atrio
Ventrikular (AV)/Berkas His, ke apeks kordis. Kemudian melalui
berkas Purkinye diteruskan ke seluruh dinding ventrikel, ventrikel
berkontraksi, sehingga jantung berkontraksi.

Sifat Otot Jantung


1. Kemampuan berkontraksi dimana jantung memindahkan darah
ke aorta sebanyak ±60 - 70 cc.
2. Konduktivitas atau daya hantar ke berkas His.
3. Ritme otomatik.

Siklus jantung
Siklus jantung adalah siklus yang terjadi di dalam jantung
selama peredaran darah. Hal ini terjadi karena adanya gerakan
jantung yaitu kontriksi (sistol) dan dilatasi (diastol). Siklus jantung
terdiri dari 3 periode, yaitu:

1. Kontriksi
Pada saat ventrikel kontriksi, katup trikuspidalis dan bikuspidalis
tertutup. Valvula semilunaris arteri pulmonalis dan valvula
semilunaris aorta terbuka, sehingga darah mengalir dari
ventrikel dekstra ke paru melalui arteri pulmonalis sedang dari

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 87


valvula semilunaris aorta yang terbuka, dialirkan darah ke
seluruh tubuh melalui aorta.

2. Dilatasi
Dilatasi terjadi waktu jantung mengembang. Sewaktu diastol,
katup trikuspidalis dan bikuspidalis terbuka, sehingga darah
mengalir dari atrium sinistra ke ventrikel sinistra dan dari atrium
dextra ke ventrikel dextra. Darah dari paru mengalir melalui
vena pulmonalis ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh
mengalir melalui vena cava superior dan inferior ke atrium
dextra.

3. Istirahat
Diantara periode kontriksi dan dilatasi, terdapat waktu istirahat
1/10 detik.

Bunyi jantung
Bunyi jantung I dapat terdengar karena menutupnya katup
Atrio Ventrikular atau Trikuspidalis-Bikuspidalis. Bunyi jantung II
dapat terdengar dengan menutupnya katup aorta dan pulmoner.
Bunyi jantung I lebih panjang daripada Bunyi jantung II yang
pendek dan tajam. Debaran apeks/debaran jantung adalah pukulan
ventrikel kiri ke dinding anterior selama kontriksi ventrikel. Debaran
apeks terlihat dan teraba diantara iga V dan VI (interkostalis V/sela
iga 5), ± 4 cm dari garis sternum dan 2 jari di bawah papila
mammae.2,3,5

Denyut Arteri / Denyut Nadi


Denyut nadi dapat diraba di arteri karotis, arteri radialis dan
arteri dorsalis pedis. Kecepatan denyut nadi bervariasi pada anak-
anak dan orang dewasa dan sangat dipengaruhi oleh pekerjaan,

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 88


kegiatan, makanan, emosi, cara hidup dan umur. Kecepatan denyut
nadi waktu istirahat adalah 70x/menit, aktifitas yang banyak sekitar
150 x/menit, dengan daya pompa 20-25 ml/menit.2,3

c. Anatomi dan fisiologi jantung yang berkaitan dengan


pengambilan darah donor

Kehilangan darah 15% dari total volume darah pada saat


pengambilan darah donor, tidak menyebabkan syok pada
seseorang yang sehat karena pada saat ini masih dapat
dikompensasi oleh tubuh. Volume darah yang hilang sekitar
20-30%, dapat menimbulkan syok dan penurunan tekanan darah.
Volume darah yang menurun akan menstimulasi reseptor
kardiopulmonal dan susunan saraf pusat sehingga terjadi
peningkatan tonus simpatis dan penurunan tonus vagal yang
selanjutnya akan meningkatkan laju denyut jantung, kontraktilitas
jantung, cardiac output (CO) dan tekanan darah.2,3
Refleks vagal merupakan refleks yang dihasilkan oleh
karena adanya perangsangan terhadap nervus vagus. Efektivitas
pompa jantung dikendalikan oleh saraf parasimpatis dan saraf
simpatis. Perangsangan nervus vagus akan menyebabkan
pelepasan hormon asetilkolin pada ujung nervus vagus. Hormon
asetilkolin dapat menurunkan irama Nodus Atrioventrikular (NAV)
sehingga akan menghambat penjalaran impuls jantung yang
menuju ventrikel. Pengaruh perangsangan nervus vagus dan saraf
simpatis pada jantung dapat mempengaruhi Cardiac Output(CO).
Perangsangan saraf simpatis dapat meningkatkan CO setiap
menitnya karena adanya peningkatan tekanan atrium. Sebaliknya
perangsangan saraf simpatis akan menurunkan CO. 2,3

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 89


2. PEMBULUH DARAH

a. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah Lengan

Vaskularisasi ekstremitas superior disuplai oleh arteri


aksilaris yang merupakan cabang dari arteri subclavia (baik dextra
maupun sinistra). Arteri aksilaris ini akan melanjutkan diri sebagai
a.brachialis di sisi ventral lengan atas, selanjutnya pada fossa cubiti
akan bercabang menjadi a. radialis (di sisi lateral lengan bawah)
dan a. ulnaris (di sisi medial lengan bawah). 5,7
Vena-vena yang ada di tangan seperti v. intercapitular, v.
digitipalmaris dan v. metacarpal dorsalisakan bermuara pada v.
cephalica dan v. basilica di lengan bawah. Dari distal ke proksimal,
kedua vena ini akan beranastomosis membentuk v. mediana
cephalica, v. mediana basilica, v. mediana cubiti, v. mediana
profunda dan v. mediana antebrachii sebelum mencapai regio
cubiti. Setelah regio cubiti, vena-vena tersebut kembali membentuk
v.cephalica dan v. basilica. Vena basilica akan beranastomosis
dengan v. brachialis (yang merupakan pertemuan antara vena
radialis dan vena ulnaris) membentuk v. aksilaris dan akan menyatu
denganv. cephalica. Vena aksilaris akan terus berjalan menuju
jantung sebagai v.subclavia kemudian beranastomosis dengan
v. jugularis interna dan eksterna (dari kepala) membentuk
v. brachiocephalica untuk selanjutnya masuk ke atrium dextra
malalui vena cava superior.5,7
Ekstremitas superior dipersarafi oleh cabang-cabang plexus
brachialis yaitu Nervus musculocutaneus, Nervus medianus,
Nervus Ulnaris dan Nervus Radialis.5,7

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 90


Gambar 3. Anatomi Lengan
(Sumber: Urban and Fischer. Sobotta Atlas of Human Anatomy, 2010)

b. Fisiologi Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan sistem saluran tertutup yang


membawa darah dari jantung ke jaringan dan kembali ke jantung.
Sejumlah cairan interstisial masuk ke pembuluh limfe dan berjalan
melalui pembuluh darah ke sistem vaskular. Fungsi sistem sirkulasi
melayani kebutuhan dari seluruh jaringan tubuh seperti transport
zat nutrisi, oksigen, hormon, enzim dan produk sisa metabolisme
yang secara umum untuk menjaga lingkungan cairan sel-sel agar
tetap optimal untuk kehidupan dan fungsi sel.2,5
Rangkaian vaskular ini masing-masing terdiri dari kontinum
jenis pembuluh darah berbeda yang berawal dan berakhir di
jantung. Pada sirkulasi sitemik, arteri, yang membawa darah dari
jantung ke organ bercabang membentuk pembuluh darah yang

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 91


semakin kecil dengan berbagai cabang menyalurkan darah ke
berbagai bagian tubuh dan ketika mencapai organ, arteri kecil
bercabang-cabang membentuk banyak arteriol. Arteriol memiliki
dinding otot yang kuat sehingga dapat menutup arteriol secara total
atau dengan berelaksasi dapat mendilatasi pembuluh darah,
sehingga mempunyai kemampuan besar untuk mengubah aliran
darah di tiap jaringan sebagai respon terhadap kebutuhannya.
Volume darah yang mengalir melalui suatu organ dapat
disesuaikan dengan mengatur kaliber (garis tengah internal) arteriol
organ tersebut. Arteriol kemudian bercabang-cabang di dalam
organ menjadi kapiler, tempat terjadinya pertukaran antara darah
dengan sel sekitarnya. Pertukaran di kapiler ini adalah tujuan utama
sistem sirkulasi. Semua aktivitas lain sistem ditujukan untuk
menjamin distribusi darah ke kapiler untuk pertukaran dengan
semua sel. Kapiler-kapiler menyatu kembali membentuk venula
kecil, yang lebih lanjut menyatu membentuk vena kecil yang keluar
dari organ. Vena-vena kecil secara progresif beranastomosis
membentuk vena besar yang akhirnya mengalirkan isinya ke
jantung. Arteriol, kapiler dan venula secara kolektif disebut
mikrosirkulasi.2,5

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 92


Gambar 2. Sistem Pembuluh Darah
(Sumber: Ganong WF. Buku ajar Fisiologi Kedokteran, 2013)

c. Anatomi dan fisiologi lengan yang berkaitan dengan


pengambilan darah donor

Sebagian besar pendonor yang menjalani proses flebotomi


(aftap) dapat berlangsung dengan sangat baik tanpa ada
komplikasi, namun terkadang bisa terjadi reaksi yang tidak nyaman.
Venipuncture umumnya diambil dari vena mediana cubiti karena
vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit dan cukup besar.
Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica
bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan nervus median. Cedera saraf tidak

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 93


dapat dihindari karena saraf tidak dapat di palpasi dan pada 40%
kasus cedera saraf, flebotomi dapat dengan mudah dilakukan
tanpa mengalami kesulitan. Semua pendonor mengeluhkan adanya
perubahan sensorik dari lokasi penusukan seperti di lengan,
pergelangan tangan atau di bahu yang hanya bersifat sementara
dan akan mengalami proses pemulihan dengan segera. 6

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah :5,6

1. Nyeri di sekitar lokasi penusukan


Setiap orang memiliki ambang nyeri yang berbeda-beda. Nyeri
bisa timbul akibat disinfeksi dengan alkohol yang belum kering,
penusukan pembuluh darah yang tidak tepat atau akibat
penarikan jarum terlalu kuat. Pengambilan darah dapat
dilanjutkan bila nyeri hanya dirasakan dekat di sekitar lokasi
penusukan.

2. Aliran darah yang tidak lancar


Aliran darah yang tidak berjalan lancar pada saat flebotomi
dapat diakibatkan oleh kurangnya tekanan pada vena, ujung
jarum tertutup oleh dinding pembuluh darah dan ujung jarum
berada pada katup pembuluh darah.

3. Hematoma
Teknik venipunctureyang kurang benar dapat menyebabkan
robeknya pembuluh darah sehingga darah mengalir ke jaringan
bawah kulit dan membentuk hematoma. Hematoma ini bila
dibiarkan tidak hanya dapat menyebabkan trauma, tapi juga
berakibat lokasi tersebut tidak lagi dapat digunakan untuk
penusukan berikutnya.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 94


B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU

1. Anatomi Paru-Paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, bagian apeks berada di


atas tulang iga pertama dan bagian basis berada pada diafragma.
Paru terbagi menjadi dua yaitu paru dextra dan paru sinistra. Paru
dextra mempunyai tiga lobus sedangkan paru sinistra mempunyai dua
lobus. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Diantara kedua
pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura. 7,8
Arteri pulmonalis yang menerima darah dari ventrikel dextra
beserta percabangan arterinya membawa darah ke kapiler alveoli dan
vena pulmonalis mengembalikan darah ke atrium sinistra untuk
selanjutnya dipompa oleh ventrikel sinistra menuju sirkulasi sistemik.7,8

Gambar 4. Anatomi Paru


(Sumber: Ganong WF. Buku ajar Fisiologi Kedokteran, 2013)

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 95


2. Fisiologi Paru-Paru

Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar


yang mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida
(CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Sirkulasi paru dimulai
dari perjalanan darah yang telah mengalami sirkulasi sistemik dan
mengandung CO2 sebagai sisa metabolisme di seluruh tubuh, masuk
ke dalam atrium dextra. Darah yang telah mengalami deoksigenasi
parsial tersebut mengalir dari atrium dextra ke dalam ventrikel dextra
yang memompanya ke luar jantung melalui arteri pulmonalis menuju
paru. Dalam paru, CO2 dalam darah bertukar dengan O2 di dalam
alveolus untuk kemudian kembali ke dalam jantung melalui vena
pulmonalis kedalam atrium sinistra. Melalui katup mitral darah mengalir
ke dalam ventrikel sinistra yang kemudian akan dipompakan keluar
jantung ke seluruh tubuh.5

3. Anatomi dan fisiologi paru-paru yang berkaitan dengan


pengambilan darah donor

Proses pengambilan darah (venipuncture) dapat menimbulkan


komplikasi hiperventilasi apabila timbul rasa nyeri dan takut yang
berlebihan pada pendonor. Hiperventilasi merupakan pernafasan yang
sangat cepat dan dalam sehingga menyebabkan banyak jumlah CO2
yang dikeluarkan dari aliran darah. Pada hiperventilasi, ventilasi yang
bertambah tidak sebanding dengan pertukaran gas. Pendonor yang
mengalami hiperventilasi dapat ditangani dengan menghilangkan
ketegangan, tarik nafas pelan tapi tidak dalam atau menghembusan
nafas dalam kantong kertas sehingga dapat meningkatkan CO2

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 96


setelah penderita menghirup CO2 yang telah dihembuskan
sebelumnya.5,7

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK

1. Anatomi Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron. Korteks serebri terdiri dari dua hemisfer
serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Terdapat dua hemisfer
serebri yaitu hemisfer serebri sinistra dan hemisfer serebri dextra.
Hemisfer serebri dapat dibagi menjadi lobus frontalis, parietalis,
occipitalis dan lobus temporalis. Bagian batang otak dari bawah ke
atas adalah medula oblongata, pons dan mesensefalon.7,8
Aliran darah utama masuk ke otakmelalui empat arteri yaitu dua
arteri karotis interna dan dua arterivertebralis. Arteri vertebralis sinistra
dan dextra berasal dari arteria subklavia. Arteri vertebralis memasuki
tengkorak melalui foramen magnum. Kedua arteri ini beranastomosis
membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris dan karotis membentuk
Sirkulus Willisi di bawah hipotalamus. Arteri karotis interna dan
eksterna bercabang dari arteria karotis komunis. Arteri karotis interna
masuk ke dalam tengkorak dan bercabang menjadi arteri serebri
anterior dan media. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini
menyuplai darah ke medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah
dan sebagian di ensefalon.7,8

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 97


Gambar 5. Anatomi otak
(Sumber: Urban and Fischer. Sobotta Atlas of Human Anatomy, 2010)

Drainase vena dari otak melalui vena profunda dan sinus dura
bermuara ke dalam vena jugularis interna, walaupun sejumlah kecil
aliran darah vena melalui pleksus venosus oftalmikus dan pterigoides
melalui vena emisaria pada kulit kepala serta sistem vena
paravertebralis di kanalis spinalis. Kapiler di dalam otak memiliki
kemiripan dengan kapiler tak berpori di otot dan bagian tubuh lain.
Kapiler di otak dikelilingi oleh endfeet astrosit yang melekat erat ke
lamina basalis kapiler.7,8

2. Fisiologi Otak

Berat otak manusia merupakan 2% dari berat badan total


manusia. Keadaan istirahat otak memerlukan oksigen sebanyak 20%
dari seluruh kebutuhan oksigen tubuh dan memerlukan 70% glukosa
tubuh. Setiap menit otak memerlukan 800 cc oksigen dan 100 mg
glukosa sebagai sumber energi. Orang dewasa normal mempunyai
aliran darah otak antara 50 – 55 ml/100 gr otak/menit.5,9
Otak merupakan organ tubuh yang paling banyak menerima
darah dari jantung yakni seperlima dari seluruh darah yang mengalir ke
seluruh jaringan tubuh. Diperkirakan, metabolisme otak menggunakan

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 98


sekitar 18 % dari total konsumsi oksigen tubuh. Oleh karena itu, masa
hidup jaringan otak yang menghadapi kekurangan oksigen cukup
singkat. Dan hal ini berarti, jaringan otak akan mudah mati jika
pasokan aliran darah terhenti atau tersumbat.

3. Anatomi dan Fisiologi otak yang berkaitan dengan


pengambilan darah donor

Respon dini terhadap kehilangan darah pada proses


pengambilan darah donor adalah mekanisme kompensasi tubuh
berupa vasokonstriksi di kulit, otot dan sirkulasi viseral untuk menjaga
aliran darah yang cukup ke ginjal, jantung dan otak. Setelah
pengambilan darah sebanyak ± 400 mL, beberapa pendonor
mengalami gejala berupa rasa pusing, keringat dingin, anxietas,
takikardi, nausea, yang dapat mendahului hilangnya kesadaran.9
Vasovagal syncope merupakan kegawatdaruratan medik yang
paling sering terjadi. Vasovagal syncope adalah suatu refleks yang
dihasilkan oleh karena adanya rangsangan terhadap Nervus Vagus.
Faktor-faktor psikogenik seperti perasaan takut dan ngeri atau rasa
nyeri yang hebat akan menyebabkan peningkatan aktivitas nervus
vagus pada jantung dan pembuluh darah perifer sehingga
mengakibatkan bradikardi dan vasodilatasi sistemik. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya hipotensi secara mendadak, hipotensi
tersebut akan menyebabkan penurunan cerebral blood flow yang
ditkitai dengan munculnya keluhan-keluhan seperti pkitangan gelap,
perasaan mau pingsan dan mual. Terjadinya hipotensi akan
merangsang refleks simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi
perifer yang secara klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi
dan keringat dingin pada ekstremitas atas. 9

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 99


DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Call RE, Tankersiey CM. Phlebotomy : Past and Present and The
Healthcare Setting in Phlebotomy essential. Philadelphia. Lippincott
Williams and Wilkins. 2008: 3-14.
2. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier. Edisi 12.
2016: 136-23.
3. Aaronson PI dan Ward JP. Sistem kardiovaskular. Jakarta, Edisi Ke 3.
2007; 1–130.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Stkitar
Pelayanan Transfusi Darah. No. 91. Tahun 2015. Jakarta: 23-26.
5. Ganong WF. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 22. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2013:125-386.
6. Eder AF, Muniz MD. Whole Blood Collection and Component
Processing at Blood Collection Centers. 8th Ed. United States. AABB.
2014: 189-228.
7. Ernest WA.Daerah lengan atas dan siku dalam Anatomi Klinik.
Binarupa Aksara Publisher. Tangerang. 2012: 120-35.
8. Urban and Fischer. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 14th Edition.
Munchen Jena. 2010: 325-30.
9. Fauci AS et al. Harrison Manual Kedokteran. Karisma Publishing
Group. Edisi Ke 17. Jakarta. 2009: 120-138.

Buku Ajar : Materi Dasar Pelayanan Teknis di UTD 100

Anda mungkin juga menyukai