Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAYED

Oleh :

Sangeethaa Kusalakumaran 04084821618239


Muhammad Adil 04084821618241

Pembimbing

dr. Rismarini SpA (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Global Development Delayed

Oleh:

Sangeethaa Kusalakumaran 04084821618239


Muhammad Adil 04084821618241

Telah diterima sebagai salah satu dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit
Umum Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, November 2016


Pembimbing

dr. Rismarini SpA (K)

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................4

BAB II STATUS PEDIATRIK.........................................................................................7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................10

BAB IV ANALISIS KASUS............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan


penting (misalnya berbicara, bergaul dengan lingkungannya, serta berjalan) menurut tahap
berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran dan dukungan
selama pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai tahapan
perkembangan. Proses perkembangan mencerminkan maturasi organ tubuh terutama sistem
saraf pusat. Perkembangan anak dinilai melalui beberapa sektor perkembangan yaitu motorik
kasar, motorik halus, kognitif, personal sosial dan bahasa, serta aktivitas sehari-hari.

Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan secara


signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial
seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan
developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan
kemampuannya. Seorang anak dengan Global Developmental Delay (GDD) atau
Keterlambatan Perkembangan Global (KPG) adalah anak yang tertunda dalam mencapai
sebagian besar hingga semua tahapan perkembangan pada usianya. Keterlambatan
perkembangan global merupakan keadaan yang terjadi pada masa perkembangan dalam
kehidupan anak. Ciri khas KPG biasanya adalah fungsi intelektual yang lebih rendah
daripada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti,
keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan,
akademik, kesehatan dan keamanan dirinya.

Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai keterlambatan perkembangan
pada anak-anak yang akan disebut dengan terminologi baik GDD ataupun KPG yang akan
mempermudah identifikasi dini apabila dalam sehari-hari ditemukan adanya tanda-tanda
seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan. Diharapkan juga tulisan ini akan
memberikan pengetahuan dan memberikan peran khusus untuk membantu perkembangan
ilmu kedokteran anak.

4
BAB II
STATUS PEDIATRIK

I. IDENTIFIKASI
Nama : An. RH
Umur : 16 Maret 2015/ 1 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat badan : 7.6 kg
Panjang badan : 70 cm
Lingkar Kepala : 41 cm
Nama ayah : Tn. H
Nama Ibu : Ny. E
Agama : Islam
Bangsa : Sumatera
Alamat : Jl Masjid no. 568 RT 25 RW 08 Sukarami
No. Rekam Medis : 910519
MRS : 29 November 2016

II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dilakukan tanggal 29 November 2016 diberikan oleh ibu pasien)

Keluhan utama : Belum bisa duduk sendiri dan belum bisa bicara

Riwayat Perjalanan Penyakit


Penderita dikonsulkan dari bagian Respirologi dengan keluhan belum bisa duduk
sendiri dan baru bisa didudukan. Penderita belum bisa bicara dan baru bisa mengatakan
papa. Penderita belum bisa memasukan biskut ke mulut. Belum bisa makan dan
menggunakan sendok garpu dan belum bisa menggunakan cangkir. Penderita belum bisa
menaruh kubus di cangkir dan belum bisa memegang dengan ibu jari dan jari. Penderita

5
kadang menoleh bila dipanggil, bila menginginkan sesuatu penderita menangis. Riwayat
kejang tidak ada. Riwayat kuning tidak ada.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Masa kehamilan : Aterm
Partus : Spontan
Ditolong Oleh : Bidan
Tanggal : 16 Maret 2015
Berat badan : 2,900 gr
Panjang Badan : Ibu tidak tau
Lingkar kepala : Ibu tidak tau
Keadaan : ibu demam (-), kpsw (-), ketuban kental (-), hijau (-), bau (-)

Riwayat Makanan
Susu formula : Lahir s.d sekarang
Bubur Susu : 5 bulan- sekarang
Kesan : Gizi ?

Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
Umur Umur Umur
BCG 1 bulan
DPT 1 2 bulan DPT 2 4 bulan DPT 3 6 bulan
HEPATITIS B 1 Lahir HEPATITIS 1 bulan HEPATITIS B 6 bulan
B2 3
Hib 1 2 bulan Hib 2 4 bulan Hib 3 6 bulan
POLIO 1 2 bulan POLIO 2 4 bulan POLIO 3 6 bulan
CAMPAK 9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap, sesuai usia

6
Riwayat Keluarga
Tidak ada

Keharmonisan Dalam Keluarga


Penderita tinggal dengan kedua orang tua dan diasuh langsung oleh ibunya.

Riwayat Pertumbuhan

BB/U : 0-(-2) SD (Normal)


PB/U : > -3 SD (Severly Stunted)
BB/PB : 0-(-2) SD (Normal)
Kesan : Gizi

Status Perkembangan

Status motorik pada pasien ini untuk motorik kasar: pada usia 12 bulan mulai

bisa mengangkat kepala namun agak lemah dan sudah bisa tengkurap, sedangkan

motorik halus: Usia 10 bulan mulai bisa memegang benda-benda kecil seperti pensil

atau bola-bolaan. Usia 11-12 bulan mulai bisa berbicara “au-au”.

Data Perumahan :
(Jumlah orang dalam rumah, jumlah orang sekamar dengan anak,lingkungan, halaman,
system pengasuhan anak : satu rumah tinggal 6 orang (kedua orang tua,penderita, kakak
penderita, nenek penderita, dan kakek penderita)

7
Pemeriksaan
Berat badan : 7,6 kg
Tinggi badan : 70 cm
Lingkar kepala : 41cm
Kontak mata : (+)
Reaksi terhadap suara : (+)
Mikrosepali (+)
Hipotoni (-)
Hipertoni (+)
Scissoring sign (+)
Hernia umbilical (-)
Menoleh bila dipanggil namanya : (+)

Status Neurologis

Tungkai Kanan Tungkai Kiri Lengan Kanan Lengan Kiri


Gerakan Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas
Kekuatan 3 3 3 3
Tonus Hipertoni Hipertoni Hipertoni Hipertoni
Klonus - -
R. Fisiologis Meningkat Meningkat Normal Normal
R. Patologis + +
GRM : (-)

Hasil Pemeriksaan DDST


 Personal sosial :
 Bahasa :
 Motorik halus :
 Motorik kasar :

Diagnose Kerja
Global development delayed e.c Cerebral Palsy

8
Rencana terapi
 Konsul THT
 Konsul rehabilitasi medik untuk terapi bicara, fisioterapi, okupasi dan kemandirian.
 Cek FT4 TSH

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan Global (KPG)
adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain perkembangan anak,
diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif, personal atau sosial aktivitas
hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan
pada anak berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang
akurat maka istilah yang dipergunakan adalah retardasi mental.1,2 Anak dengan KPG tidak
selalu menderita retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak
mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi psikososial
meskipun aspek kognitif berfungsi baik.2,3
3.2 Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di Amerika
Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak berumur <5 tahun.3
Penelitian oleh Suwarba dkk.4 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi
KPG adalah 2,3 %. Etiologi KPG sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau
abnormalitas kromosom, asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial
sedangkan 20% nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan
global dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra uterin,
serta asfiksia perinatal.3
Menurut penelitian Deborah M dkk.5 prevalensi KPG di Poliklinik Anak RSUP
Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur lebih dari 12 bulan (67%).
Rasio laki-laki dan perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan terbanyak adalah belum bisa
berbicara pada 16 (24%), belum bisa berbicara dan berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa
berjalan pada 12 (18%) pasien. Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan
menengah ditemukan pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29%
mikrosefali, 20% dicurigai suatu sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan 40 (60%)
terlambat pada seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61% dengan penyebab
terbanyak adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral disgenesis, palsi serebral.

10
3.3 Tahap Perkembangan Normal pada Anak
3.3.1 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi
sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak
menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.6
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian.6
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi secara simultan.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskular, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri yang satu sama lainnya
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut antara lain perkembangan menimbulkan perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya,
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap, serta
perkembangan memiliki tahap yang berurutan. 6,7
Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang anak juga memiliki
prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan sebagai kaidah atau
pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat dua prinsip
proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan
belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan.6,7

11
3.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
antara lain faktor Internal, diantaranya ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,
genetik, dan kelainan kromosom; faktor eksternal, diantaranya faktor prenatal (gizi, mekanis,
toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan
psikologi ibu), faktor persalinan, faktor pasca persalinan (gizi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan
pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan).6,8

3.3.3 Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau


Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi6:
1. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.
2. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah,
dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

3.3.4 Periode Tumbuh Kembang Anak


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh kembang anak
terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut6,8:
1. Masa prenatal atau masa intra uterin
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
 Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
12
 Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah
dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang
berlangsung cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini
terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai
berfungsi.
 Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan
berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer
immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak
esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada
otak dan retina.
2. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan)
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
a. Masa neonatal (umur 0 – 28 hari)
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
b. Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari – 11 bulan)
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung
secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya,
diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah
masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh
ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 – 59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi ekskresi. Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Setelah lahir, terutama
pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah
dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala

13
kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
4. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra
dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga
anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini
adalah dengan cara bermain.

3.4 Etiologi
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai kelainan
neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuskular. Tabel
berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi KPG :

Tabel 1. Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters AV,
2010)8
Kategori Komentar
Genetik atau Sindromik  Sindrom yang mudah diidentifikasi, misalnya
Teridentifikasi dalam 20% dari mereka Sindrom Down
yang tanpa tanda-tanda neurologis, kelainan  Penyebab genetik yang tidak terlalu jelas pada
dismorfik, atau riwayat keluarga awal masa kanak-kanak, misalnya Sindrom
Fragile X, Sindrom Velo-cardio-facial (delesi
22q11),Sindrom Angelman, Sindrom Soto,
Sindrom Rett, fenilketonuria maternal,
mukopolisakaridosis, distrofi muskularis tipe
Duchenne, tuberus sklerosis, neurofibromatosis
tipe 1, dan delesi subtelomerik.
Metabolik  Skrining universal secara nasional neonatus
Teridentifikasi dalam 1% dari mereka yang untuk fenilketonuria (PKU) dan defisiensi acyl-
tanpa tanda-tanda neurologis, kelainan Co A Dehidrogenase rantai sedang.
dismorfik, atau riwayat keluarga  Misalnya, kelainan siklus/daur urea
Endokrin  Terdapat skrining universal neonatus untuk
hipotiroidisme kongenital
Traumatik  Cedera otak yang didapat
Penyebab dari lingkungan  Anak-anak memerlukan kebutuhan dasarnya
seperti makanan, pakaian, kehangatan, cinta,
dan stimulasi untuk dapat berkembang secara
normal
 Anak-anak tanpa perhatian, diasuh dengan
kekerasan, penuh ketakutan, dibawah stimulasi
lingkungan mungkin tidak menunjukkan

14
perkembangan yang normal
 Ini mungkin merupakan faktor yang
berkontribusi dan ada bersamaan dengan
patologi lain dan merupakan kondisi yaitu
ketika kebutuhan anak diluar kapasitas
orangtua untuk dapat
menyediakan/memenuhinya
Malformasi serebral  Misalnya, kelainan migrasi neuron
Palsi Serebral dan Kelainan  Kelainan motorik dapat mengganggu
Perkembangan Koordinasi (Dispraksia) perkembangan secara umum
Infeksi  Perinatal, misalnya Rubella, CMV, HIV
 Meningitis neonatal
Toksin  Fetus: Alkohol maternal atau obat-obatan saat
masa kehamilan
 Anak: Keracunan timbal

3.5 Deteksi Dini


Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian
perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan
umumnya cukup besar, misalnya seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai
usia 10 hingga 18 bulan, sehingga seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak
yang seusia. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan
anak.9 Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan
umum, perlu data / laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining
perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko
pada anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang
anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat
diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang. Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik
dan penilaian perkembangan.6,
Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat dilihat dari
beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak sederhana seperti yang tercantum di
bawah.

Tanda bahaya perkembangan motor kasar


1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan
kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot

15
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat dominan
setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu
benda pada usia 20 bulan
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat
dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan
orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi / interaksi
Tanda bahaya gangguan kognitif
1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4. 9 bulan: belum babbling seperti ‘mama’, ‘baba’
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata
16
Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi dini gangguan
bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau panduan skala khusus,
misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test – II), Child
Development Inventory untuk menilai kemampuan motorik kasar dan motorik halus, Ages
and Stages Questionnaire, Parent’s Evaluations of Developmental Status.Serta dapat
menggunakan alat-alat skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early Language
Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai untuk
menilai kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3 tahun.

3.6 Gejala Klinis


Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan perhatian dalam
beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak nyaman bila di perhatikan.
Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter untuk agar lebih jeli dalam melihat gejala dan
hal yang dilakukan oleh pasien tersebut. Skrining prosedur yang dilakukan dokter, dapat
membantu menggali gejala dan akan berbeda jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan
dengan skrining dengan beberapa kali kunjungan karena data mengenai panjang badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas dan berat badan. Mengacu pada pengertian KPG yang
berpatokan pada kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar, motorik
halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari dimana belum
diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal spesifik yang dapat
mengarahkan kepada diagnosa klinik KPG terkait ketidakmampuan anak dalam
perkembangan milestones yang seharusnya, yaitu:
1. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
2. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
3. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
4. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan
5. Anak memiliki masalah komunikasi
6. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus

3.7 Diagnosis
3.7.1 Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua secara seksama
tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap keterlambatan
perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak tersebut, sehingga perlu
17
perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah perhatian yang berbeda.
Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko biologi akibat dari gangguan prenatal
atau perinatal, perubahan lingkungan akibat salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang
sudah secara jelas terdiagnosis saat infant.
Tabel 2. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut First Lewis dan Judith,
1994

Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah seringkali
beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau meningitis, gangguan
metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung memengaruhi perkembangan otak.
Anak dengan resiko lingkungan termasuk didalamnya ibu yang masih muda dan tidak
berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara individu atau kekurangan finansial. Anak
yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obat-obatan terlarang, minuman keras dan
kekerasan sering menyebabkan hasil buruk. Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti
myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki hubungan
dengan keterlambatan perkembangan anak. Perhatian saat ini sering pula akibat dari infeksi
virus HIV. Kurangnya motorik milestones, peubahan perilaku, atau kognitif buruk serta
perubahan fungsi serebelum dalam tahun pertama sering dihubungkan dengan HIV.

18
3.7.2 Pemeriksaan Fisik
Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik. Pengukuran
lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali) adalah bagian penting
dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh sering dihubungkan dengan kelainan
kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan yang cepat.10
Sebagai tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat
dilakukan saat infant, dengan menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta
mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang
lebih mendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan
adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test dengan menggunakan brain-
stem evoked potentials pada infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran
dapat dites dengan menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran
dapat diperiksa menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda
dari infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi secara
kontinyu akan menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara
menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit ektodermal seperti tuberous
sklerosis atau neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay. Pemeriksaan fisik juga
harus meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan dengan perkembangan seperti
adanya primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya gangguan
tonus.

3.7.3 Pemeriksaan Penunjang


Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan gangguan
perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang sehat.
Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan penunjangnya
antara lain
a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa, bikarbonat,
laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin untuk bayi baru
lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai evaluasi inisial pada KPG.
Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau
temuan pemeriksaan fisik yang mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai
contohnya, bila anak-anak dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau
disabilitas kognitif, pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak
19
dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular
dystrophy.
b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak ditemukan
dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang
spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan KPG.
Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak laki-laki karena insiden
yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining pada wanita juga mungkin saja
dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu
dipertimbangkan pada wanita dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak
dapat dijelaskan.
c. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital perlu
dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya dilakukan bila terdapat
klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
d. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki riwayat
epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner). Belum terdapat data
yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan sebagai
rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi.
e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG (terlebih
bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih dipilih
dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara klinis sebelumnya.
3.8 Diagnosis Banding
Etiologi dan penyebab dari KPG saat ini belum bisa memprediksi secara spesifik,
gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan KPG ini, terdapat beberapa penyakit
atau gangguan dengan gambaran serupa GDD, namun memiliki beberapa perbedaan yaitu
retardasi mental, palsi serebral, Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Autism
Spectrum Disorder (ASD)
3.8.1 Retardasi Mental
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan keterbatasan
dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSM-IV, retardasi mental
20
adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapat gangguan fungsi adaptasi, onset
sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi intelegensi, digunakan
tes IQ (akurat diatas umur 5 tahun), dengan klasifikasi hasil:
a. Ringan , yaitu IQ 50-70
b. Sedang, yaitu IQ 40-50
c. Berat, yaitu IQ 20-40
d. Sangat berat, yaitu IQ <20
3.8.2 Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)
Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor resiko awal yaitu bayi
lahir prematur (semakin kecil usia, semakin tinggi faktor risiko), bayi lahir dengan
ensefalopati sedang hingga berat (semakin berat keluhan semakin berat risiko), dan bayi yang
lahir dengan faktor risiko paling ringan. Dua faktor risiko awal tersebut harus ditunjang
dengan MRI untuk melihat gambaran otak. Bila terdapat gangguan bahasa, penglihatan,
pendengaran dan epilepsi, dapat dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran CP. Selain itu,
diagnosis palsi serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria Levine (dikutip dari
Soetjiningsih, 19957), yaitu pola gerak dan postur; pola gerak oral; strabismus; tonus otot;
evolusi reaksi postural dan kelainannya yang mudah dikenal; refleks tendon, primitif dan
plantar.

3.8.3 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)


ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari kelahiran bayi, yang
dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks. Tanda ADHD yaitu development
delay, nilai akademik yang rendah, serta permasalahan sosial. Penggunaan milestones pada
tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
3.8.4 Autism Spectrum Disorder (ASD)
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata kunci adalah
gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan antara ASD dengan KPG,
yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek kurang, berkurangnya interaksi sosial,
dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan
sangat ekspresif. Perilaku lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain lain.

21
3.9 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum ditemukan. Hal itu
disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-anak belajar dan berkembang
dengan cara mereka sendiri berdasarkan kemampuan dan kelemahan masing-masing.
Sehingga penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada
faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain6,
1. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP, autism,
kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities. Metode yang dilakukan bervariasi
tergantung dengan kondisi dari anak tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari,
siulan, sedotan atau barang yang dapat membantu anak-anak untuk belajar
mengendalikan otot pada mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada
anak-anak dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat
yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam
menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara bermain,
belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan, dan
lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan kognitif,
terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi
permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan motorik
kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti berguling,
merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni
menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil barang. Dalam terapi,
terapis akan memantau perkembangan dari anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan
otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini
dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga
terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

22
4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan memiliki
efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk seperti melempar
barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain. Behavioral therapy merupakan
psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah sikap dan meningkatkan
kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain
dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu
terlihat pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang
mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan
mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis
mengkombinasikan kedua terapi tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.

3.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran
perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan baik,
dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri.
Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya dalam
menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.

3.11 Prognosis
Prognosis KPG pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan penegakkan
diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Dengan pemberian terapi yang tepat,
sebagian besar anak-anak memberikan respon yang baik terhadap perkembangannya. Walau
beberapa anak tetap menjalani terapi hingga dewasa. Hal tersebut karena kemampuan anak
itu sendiri dalam menanggapi terapinya. Beberapa anak yang mengalami kondisi yang
progresif (faktor-faktor yang dapat merusak sistem saraf seiring berjalannya waktu), akan
menunjukkan perkembangan yang tidak berubah dari sebelumnya atau mengalami
kemunduran. Sehingga terapi yang dilakukan yakni meningkatkan kemampuan dari anak
tersebut untuk menjalani kesehariannya.6

23
BAB III
ANALISIS KASUS

Dilaporkan, kasus an. RH / Perempuan / 1 tahun 8 bulan dengan Global Developmental

Delayed pada aspek Bahasa, Motorik Halus dan Motorik Kasar. Saat anak datang

dilakukan anamnesis pada orang tua dengan keluhan belum bisa duduk sendiri pada

usia 1 tahun 8 bulan. Setelah anamnesis dilakukan pemeriksaan KPSP dilakukan untuk

memeriksa keterlambatan perkembangan pada anak. Ciri-ciri dari global delay

development adalah:

 Anak tidak mampu untuk duduk di lantai tanpa dukungan 8 bulan;

 Anak tidak dapat merangkak dengan 12 bulan;

 Anak memiliki keterampilan sosial yang buruk / penghakiman;

 Anak tidak mampu untuk berguling oleh 6 bulan;

 Anak memiliki masalah komunikasi

 Anak memiliki baik / gross kesulitan motorik

 Anak menunjukkan perilaku agresif sebagai keterampilan mengatas

Hal ini sesuai dengan gejala pada anak RH, yaitu: pada usia 1 tahun ini anak

RH belum mampu untuk duduk sendiri tanpa bantuan orang lain, belum mampu

merangkak, belum mampu berbicara selain kata papa, dan hanya mampu mengeluarkan

kata au-au.

24
Skrining KPSP

Berdasarkan pemeriksaan KPSP didapatkan hasil 2 Ya dan 8 Tidak. Berdasarkan hasil


tersebut maka didapatkan interpretasi kemungkinan dengan Penyimpangan (P) pada an. RH.
Karena tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), segera dirujukan ke dokter spesialis
anak ahli tumbuh kembang dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Skrining Denver II
Berdasarkan pemeriksaan Denver II didapatkan :
 Personal sosial = Normal
 Motorik halus = 2 Delay + 2 Caution
 Bahasa = 4 Delay + 2 Caution
 Motorik kasar = 5 Delay + 1 Caution
Berdasarkan Hasil Denver II maka dapat didiagnosis anak ini dengan Global Developmental
Delay karena ada keterlambatan di 3 aspek yaitu Motorik Halus, Motorik Kasar dan Bahasa.

25
Sedangkan cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya
pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. Hal ini sesuai
dengan pemeriksaan pada an.RH. Karakteristik anak cerebral palsy dapat dilihat dari ciri-ciri
yang tampak pada anak-anak cerebral palsy. Penyebab utamanya adalah adanya kerusakan,
gangguan atau adanya kelainan yang terjadi pada otak.

Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), cerebral palsy diklasifikasikan menjadi
enam, yaitu:

 Spasticity, anak yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, menyebabkan
sebagian otot menjai kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung.
 Athetosis, merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan ciri menonjol, gerakan-
gerakan tidak terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan, atau otot-otot wajah yang
lambat bergeliat-geliut tiba- tiba dan cepat.
 Ataxia, ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi dan kehilangan keseimbangan.
Jadi keseimbangan buruk, ia mengalami kesulitan untuk memulai duduk dan berdiri.
 Tremor, ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya,
otot terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan
tahan-tahan dan kaku.
 Rigiditi, ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan
irama tetap. Lebih mirip dengan getaran.
 Campuran, yang disebut dengan campuran anak yang memiliki beberapa jenis
kelainan cerebral palsy.

Pada anak RH ditemukan gerakan dari keempat ekstrimitasnya kaku dan terbatas.

Kekuatan pada keempat ekstrimitasnya menurun. Tonus pada keempat hipertoni.

Refleks patologis (+). Cerebral palsy juga bisa berakibat dari malformasi kongenital

seperti mikrosefali. Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh

akibat abnormalitas perkembangan dan proses dekstruksi otak selama masa janin atau

awal masa bayi. Ukuran kepala lebih kecil dari 3 standar deviasi dibawah rata-rata. Hal

26
ini sesuai dengan tanda klinis dari an RH, bahwa didapatkan ukuran kepala tidak sesuai

dengan usianya.

Pada anak RH, 1 tahun 8 bulan (20 bulan), ukuran kepala: 41 cm, seharusnya dengan usia 20
bulan ukuran kepala RH sebesar 45-50 cm.

27
Etiologi dari mikrosefali adalah cacat perkembangan otak, infeksi intra uteri, anoxia
intrauterine atau neonatal, malnutrisi berat pada awal bayi, infeksi virus herpes neonatal. Hal
ini sesuai dengan kondisi anak B yang mengalami malnutrisi berat pada awal bayi, bahwa
ditinjau dari segi sosial didapatkan setelah lahir, sampai sekarang si anak diberi susu formula
(anjuran dari bidan) dan tidak pernah diberi ASI karena menurut penjelasan keluarganya,
asinya tidak bisa keluar, padahal ASI pertama dari ibu yang mengandung kolostrum sangat
bermanfaat bagi bayi.
Sampai usia 1 tahun 8 bulan ini an RH mengalami gizi buruk, hal ini ditinjau dari data yang
didapatkan tinggi badan: 70 cm, dan berat badan: 7.6 cm, kemudian diolah dengan
menggunakan tabel CDC.

28
Diagnosis Banding : - GDD ec Hipotiroid
- Gangguan Pendengaran

Untuk menyingkirkan diagnosis banding, pada pasien ini direncanakan pemeriksaan


laboratorium untuk memeriksa kadar tiroid pada anak ini.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan anak ini
menderita Global Developmental Delay ec Cerebral Palsy.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Shevell MI. The evaluation of the child with a global developmental delay. Seminar
Pediatric Neurology. 1998;5:21–26.
2. Fenichel GM. Psychomotor retardation and regression. Dalam: Clinical Pediatric
Neurology: A signs and symptoms approach. Edisi ke-4.Philadelphia: WB Saunders;
2001.h.117–47.
3. Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice parameter:
Evaluation of the quality standards subcommittee of the American Academy of Neurology
and the practice committee of the child neurology society. Neurology 2003;60:67-80.
4. Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi pasien
keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari
Pediatri 2008;10:255-61.
5. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik Klinis Keterlambatan
Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak RSUP Sanglah Denpasar. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali
6. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI. 2005.
7. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting. Tumbuh kembang
anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.
8. Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010; 10(2);32-4.

30

Anda mungkin juga menyukai