Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PELACAKAN KASUS

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY


(Keterlambatan Perkembangan Global)

PUSKESMAS AMBULU
KABUPATEN JEMBER
2019

1
I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : By. M. Fatan Al Ghifari
 Tanggal Lahir : 11 Januari 2019 (11 Bulan)
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Dusun Krajan RT 02 RW 15 Desa Karanganyar,
Kecamatan Ambulu (Posyandu Nusa Indah 44)
 Suku : Jawa
 Agama : Islam
 Tanggal Kunjungan : 03 Desember 2019

II.IDENTITAS ORANGTUA PASIEN


Identitas Ayah
 Nama Ayah : Tn. Hamid
 Umur : 26 tahun
 Alamat : Dusun Krajan RT 02 RW 15 Desa Karanganyar,
Kecamatan Ambulu
 Suku : Jawa
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Buruh pengerajin alat dapur aluminium

Identitas Ibu
 Nama Ibu : Ny. Nurul
 Umur : 21 tahun
 Alamat : Dusun Krajan RT 02 RW 15 Desa Karanganyar,
Kecamatan Ambulu
 Suku : Jawa
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2
III.ANAMNESIS
Heteroanamnesis dilakukan kepada orang tua pasien pada saat kunjungan
ke rumah pada hari Rabu, 27 November 2019.

1. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama : batuk tak kunjung sembuh dan gangguan tumbuh kembang.
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dikeluhkan oleh kedua orang tua dengan batuk tak kunjung sembuh
dan gangguan tumbuh kembang. Pasien pada awalnya memiliki riwayat batuk
grok- grok sejak usia satu bulan, demam (+). Batuk tidak disertai kesulitan
bernapas baik pada saat bangun maupun tidur, dan batuk cenderung muncul pada
siang hari. Orang tua pasien kemudian memeriksakan pasien ke dokter Sp. A di
RS X di kab. Jember pada usia dua bulan karena keluhan tak kunjung membaik
dan diberikan obat puyer untuk pengobatan 5 hari. Pasien dikatakan terdapat
cairan minimal pada paru yang tidak diperlukan tindakan invasif, cukup dengan
pengobatan saja dan akhirnya kondisi pasien membaik setelah minum obat.
Keluhan yang sama kemudian muncul kembali pada saat pasien berusia 4
bulan, orang tua membawa anaknya ke bidan terdekat untuk memperoleh
pengobatan, dan kondisi pasien juga akhirnya membaik dengan minum obat.
Pada saat pasien berusia 10 bulan, keluhan tersebut muncul kembali, dan
akhirnya pada tanggal 17 November yang lalu pasien dibawa ke dokter Sp.A di
RS X Kab.Jember karena selain sering menderita sakit batuk, pilek, panas, pasien
juga mengalami keterlambatan perkembangan. Saat ini pasien belum bisa duduk
sendiri pada usianya yang sudah menginjak 10 bulan. Berdasarkan dari hasil
pemeriksaan oleh Dokter Sp.A diperoleh hasil bahwa pasien menderita Global
Developmental Delay atau KPG dan dirujuk ke poli Rehabilitasi medik guna
mendapatkan fisioterapi. Namun pasien tidak berangkat karena masih harus
mengurus BPJS. Kemudian pada tanggal 25 November 2019 pasien diperiksakan
ke Puskesmas Ambulu di Poli KIA, karena adanya penurunan berat badan yang
signifikan disertai batuk maka pasien dirujuk ke Poli P2M Puskesmas Ambulu.

3
Oleh Poli P2M pasien dilakukan pemeriksaan tes mantoux. Namun tes mantoux
menunjukkan hasil negatif.
Pasien juga dikeluhkan sulit BAB sejak usia 1 bulan. Pasien biasanya
BAB 5-7 hari sekali dengan konsistensi agak keras, warna kecoklatan, darah (-).
Saat ini pasien sudah 7 hari tidak BAB. Pasien sudah mendapat obat dari Sp.A
untuk membantu BAB tetapi belum membaik. Pasien BAK seperti biasa, warna
kekuningan.

Perjalanan Penyakit

Usia 1 bulan Usia 2 bulan Usia 4 bulan Usia 11 bulan


 Demam (-)  Demam (-)  Demam (-)  Demam (-)
 Batuk (+)  Batuk (-)  Batuk (-)  Batuk (-)
 BAB sulit  BAB sulit  BAB sulit  BAB sulit
 BAK  BAK normal  BAK normal  BAK normal
normal  Lemas (+)  Lemas (+)  Lemas (+)
 Lemas (+)  Kuantitas  Nafsu makan  Nafsu makan
 Kuantitas minum ASI dan minum dan minum ASI
minum ASI sedikit ASI sedikit sedikit
sedikit

2. Riwayat Pemberian Obat :


Obat puyer racikan dari Sp. A.
a. Lacons syrup (Lactulosa syrup)
b. Spiramycin 500mg/50
c. Salbutamol 2mg
Rhinofed
Trilac

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Kejang (-)

4
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga menyangkal adanya anggota keluarga yang mengalami gejala serupa
dan tidak ada pernyakit keluarga yang diturunkan.

26th 21th

11 bulan

5. Riwayat penyakit lingkungan:


Keluarga menyangkal adanya tetangga yang mengalami gejala serupa

6. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama dan tidak ada riwayat keguguran
sebelumnya (P1A0). Saat hamil ibu berusia 20 tahun. Usia kehamilan hingga 9
bulan. Ibu pasien rutin datang ke posyandu mulai usia kehamilan 2 bulan dan
melakukan pemeriksaan di bidan praktik mandiri (BPM) X, tidak pernah periksa
ke dr. Sp.OG. Selama kehamilan ibu pasien tidak pernah mengalami tekanan
darah tinggi, tidak kejang, tidak demam, tidak pernah mengalami pendarahan
melalui jalan lahir, namun pernah MRS dengan keluhan muntah berlebih hingga
dehidrasi. Ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi jamu selama hamil, tidak
merokok dan tidak pernah minum-minuman yang mengandung alkohol. Kuantitas
dan kualitas makanan yang dikonsumsi kurang baik, makan tidak teratur, seporsi
dengan nasi, sayur, dan dan jarang mengonsumsi lauk. Status Gizi ibu pasien
selama kehamilan 19cm yaitu dibawah standar (23,5cm). Ibu pasien dapat
dikatakan dalam kondisi Kekurangan Energi Kronik.

5
Capaian 10T Antenatal Care Ibu Pasien
Tinggi badan TB: 156cm (dalam batas normal)
dan Berat badan BB: kenaikan berat badan tidak sesuai pertambahan
berat badan normal (Normal: 0.5kg per minggu)
Tekanan darah Dalam batas normal
Tinggi fundus Sesuai usia kehamilan
Status gizi LILA < 23,5cm (KEK)
Presentasi janin dan DJJ Dalam batas normal
Status imunisasi TT Dilaksanakan sesuai anjuran
Pemberian tablet besi Diberikan sesuai anjuran
Tes Laboratorium Dilaksanakan sesuai anjuran
Tatalaksana khusus MRS karena Hiperemesis dan Dehidrasi pada usia
kehamilan 2 bulan.
Temu Wicara Rutin ANC

Kesan : riwayat kehamilan kurang baik, status gizi ibu kurang baik

6
No Tanggal Keluhan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Terapi Nasihat Tindak Tempat Kapan
Lanjut Pelayanan Harus
Kembali
1 5/6/18 Mual, BB: 36 kg  B6 3x1 (X)  Kontrol rutin Pustu 5/7/2018
muntah TD: 95/60 mmHg  Antasida 3x1  Gizi seimbang Karanganyar atau bila ada
UK: 7 mgg (X)  Istirahat cukup keluhan
TFU: belum teraba  Cek lab
2 30/6/18 Muntah, BB: 32,5 kg  Antasida 3x1  Makan dengan porsi Konsul dokter Pustu 30/7/2018
pusing TD: 100/70 mmHg (X) sedikit tapi sering Sp.OG Karanganyar atau bila ada
UK: 11 mgg  B6 3x1 (X)  Istirahat cukup keluhan
TFU: 2 jari atas symp  Paracetamol  Minum susu hamil
(k/p)  Cek lab
 FKC 1x1
(XXX)
3 11/7/18 Batuk, BB: 31 kg  Paracetamol 3x1  Kurangi makanan Pemberian Pustu 11/8/2018
pilek 2 hari TD: 100/70 mmHg (X) berminyak makanan Karanganyar atau bila ada
UK: 12 mgg  GG 3x1 (X)  Minum air hangat tambahan keluhan
TFU: 4 jari atas  CTM 3x1 (X)  ANC rutin berupa biscuit
symp, balt (+)  FKC 1x1  Cek lab ibu hamil.
(XXX)
4 11/8/18 Perut BB: 34 kg Hb: 9,9 gr%  FKC 2x1  Manfaat FKC Peningkatan Pustu 11/9/2018
sengkil TD: 110/70 mmHg Golda: O (XXX)  Istirahat cukup dosis Karanganyar atau bila ada
UK: 17 mgg Alb: (-)  Tidur miring kiri pemberian zat keluhan
TFU: 1/2 symp - Prot.urine: (-)  KIE mengenai besi dari 1x1
pusat, balt (+) SHb: NR konsumsi makanan menjadi 2x1
DJJ (+) 136x/menit STb: NR yang mengandung zat per hari
VCT: NR besi
5 29/8/18 Tidak ada BB: 38 kg  FKC 2x1  ANC rutin Puskesmas 29/9/2018
keluhan TD: 110/70 mmHg (XXX)  Istirahat cukup Ambulu atau bila ada
UK: 19 mgg  Minum susu hamil 2x keluhan
TFU: setinggi pusat, sehari
balt (+)  Makan makanan yang
DJJ (+) 136x/menit banyak mengandung

7
zat besi

6 12/9/18 Tidak ada BB: 38 kg  Vitamin ada,  Manfaat FKC Pemberian Posyandu 10/10/2018
keluhan TD: 100/70 mmHg lanjutkan  ANC rutin makanan atau bila ada
UK: 22 mgg tambahan keluhan
TFU: 18 cm, PUKA, berupa biscuit
Letkep, Belum masuk ibu hamil.
PAP
DJJ (+) 136x/menit
7 10/10/1 Tidak ada BB: 40 kg  FKC 2x1 (XXX)  ANC rutin Posyandu 12/11/2018
8 keluhan TD: 110/70 mmHg  Manfaat FKC atau bila ada
UK: 26 mgg keluhan
TFU: 22 cm, PUKA,
Letkep, Belum masuk
PAP, DJJ (+)
140x/menit
8 26/10/1 Tidak ada BB: 42 kg  FKC 1x1 (XV)  ANC rutin Pustu 10/11/2018
8 keluhan TD: 100/70 mmHg  Diet TKTP Karanganyar atau bila ada
UK: 28 mgg keluhan
TFU: 25 cm, PUKA,
Letkep, Belum masuk
PAP, DJJ (+)
136x/menit
9 19/11/18 Tidak ada BB: 42 kg  FKC 1x1 (XV)  ANC rutin Pemberian Pustu 2/12/2018
keluhan TD: 100/70 mmHg  Diet TKTP makanan Karanganyar atau bila ada
UK: 31 mgg tambahan keluhan
TFU: 28 cm, PUKA, berupa biscuit
Letkep, Belum masuk ibu hamil.
PAP, DJJ (+)
142x/menit
10 3/12/19 Tidak ada BB: 42,5 kg  FKC 1x1 (XV)  ANC rutin Pustu 13/12/2018
keluhan TD: 110/70 mmHg  Diet TKTP Karanganyar atau bila ada
UK: 33 mgg  Cek Hb Ulang keluhan
TFU: 28 cm, PUKA,
8
Letkep, masuk PAP,
DJJ (+) 142x/menit
11 10/12/1 Tidak ada BB: 44 kg Hb: 11,8 gr%  ANC rutin Puskesmas 24/12/2018
8 keluhan TD: 110/70 mmHg Alb: (-)  Diet TKTP Ambulu atau bila ada
UK: 34 mgg Prot.urine: (-)  Senam hamil kleuhan
TFU: 28 cm, PUKA,
Letkep, belum masuk
PAP, DJJ (+)
142x/menit
11/12/18 Tidak ada BB: 42 kg  FKC 1x1 (X)  Linakes Posyandu 21/12/2018
kleuhan TD: 120/70 mmHg  Senam hamil
UK: 34 mgg  Pro USG
TFU: 28 cm, PUKA,
Letkep, belum masuk
PAP, DJJ (+)
136x/menit
4/1/201 Tidak ada BB: 43 kg  FKC 1x1 (X)  Jampersal Pustu 11/1/2019
9 keluhan TD: 100/70 mmHg  Tanda- tanda Karanganyar
UK: 38 mgg persalinan
TFU: 28 cm, PUKI,
Letkep, sudah masuk
PAP, DJJ (+)
138x/menit

9
7. Riwayat Persalinan :
Anak lahir dari ibu G1P0A0 secara spontan ditolong oleh bidan praktik
mandiri (BPM). Usia kehamilan 9 bulan, lahir kepala dulu, air ketuban jernih,
bayi langsung menangis, berat badan lahir 2600 gram (BBLC), panjang badan
lahir 49 cm. Tidak terdapat trauma saat kelahiran, tidak cacat, ukuran kepala
normal, tidak ada kelainan jari dan perawatan tali pusat dilakukan oleh bidan.
Perdarahan pervaginam ±200cc, UC baik, perineum rupture derajat 2, hecting
jelujur oleh bidan, TD 100/70 mmHg.
Kesan : riwayat persalinan baik (lahir hidup dengan BBLC dan Panjang badan
lahir cukup)

8. Riwayat Pasca Persalinan dan Pelayanan Kesehatan :


ASI ibu lancar dan bayi diberikan asupan ASI eksklusif sejak dilahirkan
hingga usia 4 bulan dilanjutkan ASI dan MPASI sampai saat ini. Tali pusat bayi
terawat dan tidak ada perdarahan tali pusat. Ibu pasien rutin membawa pasien ke
posyandu untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan setiap bulan.
Kesan : riwayat pasca persalinan baik, tetapi ASI ibu kurang memadahi untuk
pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi.

8.1 Riwayat Imunisasi


 Imunisasi PPI :
Hepatitis B : dilakukan (11/1/2019)
Polio 1 : dilakukan (29/1/2019)
BCG : dilakukan (29/1/2019)
DPT-Hib 1 : dilakukan (28/3/2019)
Polio 2 : dilakukan (28/3/2019)
DPT-Hib 2 : dilakukan (29/4/2019)
Polio 3 : dilakukan (29/4/2019)
DPT-Hib 3 : dilakukan (29/5/2019)
Polio 4 : dilakukan (29/5/2019)
IPV : dilakukan (29/6/2019)

10
Campak : belum dilakukan

 Imunisasi Tambahan
PCV : tidak dilakukan
Rotavirus : tidak dilakukan
Varisela : tidak dilakukan
MMR : tidak dilakukan
HPV : tidak dilakukan
Tifoid : tidak dilakukan
Hepatitis A : tidak dilakukan
Influenza : tidak dilakukan

Kesan: Riwayat imunisasi baik sesuai PPI dan tidak pernah mengalami penyakit
yang dapat dicegah dengan Imunisasi

11
9. Riwayat Makan Minum
 0 - 3 bulan : ASI Eksklusif. Pasien minum ASI sedikit.
 3 - 9 bulan : ASI dan MPASI. Pasien mulai dilatih makan bubur instan
pada usia 4 bulan namun kuantitas sedikit yang bisa dimakan oleh pasien.
 9 bulan - sekarang: ASI dan MPASI berupa bubur instan dan pernah
diberikan bubur yang dibuat oleh ibu pasien sendiri yaitu nasi yang
dihaluskan dan dicampur bayam (sesekali).
Kesan :Kualitas dan kuantitas asupan gizi kurang baik dan tidak sesuai
dengan usia.

12
10. Riwayat Tumbuh Kembang
a) Status Gizi :
Lahir Sekarang Ideal
BB 2600 gr 5300 gr 9500 gr
PB 49 cm 68 cm 74 cm

13
FORM RIWAYAT TUMBUH KEMBANG BALITA

BB PITA
STATUS UPAYA PENATALAKSANA
NO TGL UMUR PELANGI PERKEMBANGAN POLA MAKAN PENYAKIT
GIZI KELUARGA NAKES
(kg) KMS
1 11-01-2019 0 hari 2,6 Hijau B - ASI - - -
2 13-02-2019 1 bln 3,0 Kuning T1 - ASI - - KIE tentang ASI Eksklusif
3 12-03-2019 2 bln 3,3 BGM T1 ( 2T ) - ASI Batuk, Pilek, Dibawa ke PMB Konsul ke SpA di dapatkan
Panas hasil bahwa tidak ada
penyakit yang serius pada
balita.
4 11-04-2019 3 bln 4,2 BGM N Belum bisa ASI - - -
tengkurap
5 13-05-2019 4 bln 4,5 BGM T1 - ASI + MP-ASI - - KIE tentang ASI Eksklusif
dan gizi seimbang pada ibu
menyusui
6 15-06-2019 5 bln 5,3 BGM N - ASI + MP-ASI - - -
7 11-07-2019 6 bln 5,3 BGM T2 Belum bisa ASI + MP-ASI Batuk, Pilek Dibawa ke PMB Diberi obat
tengkurap
8 12-08-2019 7 bln 5,5 BGM T1 ( 2T ) - ASI + MP-ASI - - KIE tentang pemberian
MP-ASI
9 11-09-2019 8 bln 5,0 BGM T3 ( 2T ) - ASI + MP-ASI - - KIE tentang pemberian
MP-ASI
10 14-10-2019 9 bln 4,7 BGM T3 ( 2T ) Belum bisa duduk ASI + MP-ASI - Memberikan KIE tentang
-
tetapi bisa pemberian MP-ASI dan
menyangga kepala stimulasi pada Balita.
bila didudukkan
11 11-11-2019 10 bln 5,3 BGM N - ASI + MP-ASI Batuk, Pilek Dibawa ke PMB Konsul ke SpA ( hasil
terlampir )
14
STATUS GIZI SAAT INI

Sekarang Ideal
BB 5500 gr 9500 gr
PB 68 cm 74 cm

Menurut grafik pertumbuhan WHO: Gizi Buruk (Z score) Z<-3

Kesan: riwayat pertumbuhan dan status gizi buruk

15
b) Riwayat Perkembangan :

Tabel Perkembangan Normal Anak hingga Usia 12 Bulan


Kondisi Perkembangan Pasien saat ini:
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 6 bulan
Tengkurap : 8 bulan
Duduk : belum bisa melakukan
Merangkak : belum bisa melakukan
Berdiri : belum bisa melakukan

Motorik Halus
Mengikuti obyek dengan matanya : 7 bulan
Tertawa : 7 bulan
Memegang benda : 8 bulan

Bahasa
Mengoceh : 7 bulan
Mengeluarkan kata tanpa arti : belum bisa melakukan
Memirukan suara 1-2 kata : belum bisa melakukan

16
Sosial Kemandirian
Tersenyum spontan : 6 bulan
Memasukkan benda ke mulut : 7 bulan

Kesan: Riwayat perkembangan tidak sesuai anak seusianya.

Temuan tabel pencatatan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh


Kembang (SDIDTK) pada buku KIA pasien:

Kesan: belum dilakukan pencatatan SDIDTK

11. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


a) Sosial Ekonomi:
Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu tidak bekerja dengan penghasilan ±
Rp 2.000.000,00/bulan, untuk menghidupi 3 orang anggota keluarga.
Kesan: Riwayat sosial ekonomi baik

17
b) Lingkungan:
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakek, nenek, dan bibi. Pasien
tinggal di rumah yang terdiri dari 3 kamar tidur dengan ukuran 3m x 3m.
Pasien tidur bersama orangtua. Rumah memiliki lantai keramik, atap genteng,
ventilasi dan pencahayaan baik, sumber air minum air sumber yang dimasak,
sumber air dari sumur, memiliki kamar mandi/WC, dan 1 dapur
menggunakan bahan bakar gas. Di depan rumah pasien terdapat industri
rumah yang dikelola oleh ayah pasien yaitu membuat peralatan memasak dari
seng.
Kesan: Rumah sesuai dengan standar Rumah Sehat tetapi terdapat industri
rumah yang memiliki aktivitas mematri di depan rumah pasien. Kondisi
lingkungan industri rumah kurang baik.

12. Anamnesis Sistem


a) Sistem Serebrospinal : demam (-), penurunan kesadaran (-)
b) Sistem Respirasi : batuk (+), pilek (+), sesak (-)
c) Sistem Gastrointestinal : BAB (+) sulit (5-7 hari sekali), diare (-), mual
muntah (-) , nafsu makan menurun (-)
d) Sistem Muskuloskeletal : gerak kurang aktif (+)
e) Sistem Urogenital : BAK (+) normal ± 3-4x/hari, tidak nyeri, berwarna
kuning jernih
f) Sistem Integumentum : pucat (-), ikterus (-), turgor kulit normal, tidak
terdapat ruam maupun manifestasi perdarahan

IV.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : cukup
a. Kesadaran
 Kualitatif : compos mentis
 Kuantitatif : E:4 V:5 M:6

18
b. Tanda-Tanda Vital
 Frekuensi Nadi : 128 x/menit, reguler, kuat angkat
 Frekuensi nafas : 30 x/menit, reguler, suara napas vesikuler
 Suhu : 36,20C suhu aksila
 CRT : < 2 detik
c. Status Gizi:
 Umur : 11 bulan
Sekarang Ideal Z score WHO
BB 5300 gr 9500 gr < -3SD
PB 68 cm 74 cm < -2SD

Kesan: Keadaan umum pasien cukup, kesadaran compos mentis, status gizi
buruk, mengalami stunting.

Pemeriksaan Khusus
a) Kepala-Leher
Bentuk : Normocephal
Rambut : Lurus warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra
-/-, pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Hidung : Sekret -/-, darah -/-, PCH (-)
Telinga : Sekret -/-, darah -/-
Mulut : Sianosis (-), stomatitis angularis (-)
Mukosa : pucat (-), hiperemis (-), perdarahan (-)
Faring : hiperemi (-)
Tonsil : Tidak hiperemi, tidak tampak pembesaran
Leher : Bentuk simetris (+), pembesaran KGB (-)

19
b) Dada
Bentuk normal, simetris, tidak ada ketertinggalan gerak, tidak terdapat retraksi.
a. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : Redup
Batas kanan atas : ICS II garis parasternal dextra
Batas kanan bawah : ICS IV garis parasternal dextra
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal sinistra
Batas kiri bawah : ICS IV garis midklavikul sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, ekstrasistol (-), gallop (-),murmur (-)
b. Paru-Paru
Kanan Kiri
Insp : Simetris, Retraksi (-) Insp : Simetris, Retraksi (-)
Depan Palp : fremitus raba normal Palp : fremitus raba normal
Perk : sonor Perk : sonor
Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-) Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)
Insp : Simetris, Retraksi (-) Insp : Simetris, Retraksi (-)
Palp : fremitus raba normal Palp : fremitus raba normal
Belakang
Perk : sonor Perk : sonor
Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-) Ausk : Ves (+), Rho (-), Whe (-)

c. Perut
Inspeksi : flat
Auskultasi : bising usus positif normal
Perkusi : timpani
Palpasi : soepel, nyeri tekan (+), hepatomegali(-), splenomegali (-),
turgor normal < 2 dtk

20
d. Anggota gerak
Atas : akral hangat +/+, edema -/-, sianosis (-), atrofi otot (+)
Bawah : akral hangat +/+, edema -/-, sianosis (-), atrofi otot (+)

e. Anus dan Kelamin


Anus : dalam batas normal, tidak ada kelainan
Kelamin : jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan

DIAGNOSIS KERJA
Primer : Global Developmental Delay
Sekunder : Suspek Malnutrisi Energi Protein tipe Marasmus

21
KESIMPULAN
Global Developmental Delay (Keterlambatan Perkembangan Global)
merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau
lebih aspek perkembangan. Pada pasien ini ditemukan terjadi keterlambatan pada
4 aspek perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan social
kemandirian. Pasien ini juga memiliki berat badan dan tinggi badan tidak sesuai
usia. Berat badan pasien berada di z<-3SD dan tinggi badan berada di z<-2SD
diagram pertumbuhan WHO sehingga pasien dapat dikatakan mengalami Gizi
Buruk dan stunting. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ciri Malnutrisi Energi
Protein (MEP) tipe marasmus.
Etiologi dan faktor risiko yang mungkin berperan pada keadaan
Keterlambatan Perkembangan Global pada pasien yaitu infeksi dan gizi buruk.
Sedangkan faktor risiko genetik, metabolik, malformasi sistem saraf, trauma lahir,
asfiksia, prematuritas, dan lingkungan perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.
Pengukuran berat badan dan tinggi badan rutin dilakukan setiap bulan di
Posyandu. Pada pencatatan di grafik berat badan KMS didapatkan bahwa berat
badan pasien berada di bawah garis merah sejak usia 1 bulan. Namun, tidak
didapatkan catatan intervensi untuk memperbaiki kondisi pasien. Pada tabel
SDIDTK tidak ada pencatatan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pasien.

TATALAKSANA
Pemberian ReSoMal (Rehydration Solution for Malnutrition) atau
Modisco dengan kalori pemberian disesuaikan dengan penatalaksanaan pasien
MEP berat. Pemberian selama 7 minggu, dan dilakukan evaluasi berat badan.
Pemberian suplemen makanan berupa vitamin dan mineral mix juga diberikan
secara dicampur dengan makanan bayi. Penatalaksanaan GDD di dokter spesialis
rehabilitasi medik sesuai anjuran dokter spesialis anak.

22
SARAN DAN REKOMENDASI
a. Monitoring pasien
 Keadaan umum
 Asupan makan
 Respon terapi
b.Edukasi pasien
Menjelaskan kepada orangtua pasien tentang:
 penyakit yang diderita pasien
 penyebab penyakit
 perawatan pasien
 komplikasi dan prognosis dari penyakit yang diderita.
c. Pelayanan Kesehatan
 Perhatian khusus dan intervensi segera oleh petugas kesehatan
terhadap bayi dengan berat badan BGM.
 Melakukan deteksi dan pencatatan tumbuh kembang anak sesuai
SDIDTK pada buku KIA.
d. Kontrol khusus dan intervensi khusus melalui mini project terpadu yang
melibatkan lintas program

23
Global Developmental Delay
Definisi
Global developmental delay (GDD) atau keterlambatan perkembangan
global (KPG), merupakan suatu keadaan ditemukannya keterlambatan yang
bermakna lebih atau sama dengan 2 aspek perkembangan tersebut. Istilah KPG
dipakai untuk anak umur kurang dari 5 tahun. Pada anak berumur lebih dari 5
tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang akurat, istilah yang
dipakai adalah retardasi mental.

Epidemiologi

Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia,


sedangkan di Amerika Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari
anak-anak berumur<5 tahun. Penelitian oleh Suwarba dkk. di RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta mendapatkan prevalensi KPG adalah 2,3 %.

Menurut penelitian Deborah M dkk. prevalensi KPG di Poliklinik Anak


RSUP Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur lebih dari
12 bulan (67%). Rasio laki-laki dan perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan
terbanyak adalah belum bisa berbicara pada (24%), belum bisa berbicara dan
berjalan pada (21%), serta belum bisa berjalan pada (18%) pasien. Didapatkan
20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan menengah ditemukan pada 68%
kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29% mikrosefali, 20%
dicurigai suatu sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan 40 (60%)
terlambat pada seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada 61%
dengan penyebab terbanyak adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral
disgenesis, palsi serebral.

Etiologi

Etiologi KPG sangat bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau
abnormalitas kromosom, asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi
psikososial, sedangkan 20% nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi

24
keterlambatan perkembangan global dapat dicegah seperti paparan toksin,
deprivasi psikososial dan infeksi intra uterin, serta asfiksia perinatal.

Untuk tumbuh dan berkembang, anak mebutuhkan zat gizi esensial


mencakup protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air yang harus
dikonsumsi secara seimbang sesuai dengan tahapan usianya. Anak dapat
mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang
adekuatnya asupan zat gizi tersebut (Supartini, 2004). Defisiensi nurien tertentu
sangat menentukan perkembangan susunan syaraf pusat maupun perifer yang
menimbulkan kelainan neurologis (Medina, 2008). Anak dengan malnurisi
mempunyai risiko yang lebih besar untuk keterlambatan perkembangan. Sebuah
review sistematis menyebutkan bahwa pada balita dan anak-anak, berat badan
kurang dan kekerdilan juga berhubungan dengan apatis, kurangnya pengaruh
positif, dan rendahnya tingkat bermain ( Walker, 2007). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sitaresmi pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa status gizi
pada anak berpengaruh terhadap keterlambatan perkembangan.

Paparan logam berat terjadi melalui konsumsi, inhalasi, dan bersentuhan


dengan kontaminan dalam produk kimia, cat industri, bahan bangunan, pupuk,
semprotan hidung, tambalan gigi perak, ikan yang mengandung konsentrasi
merkuri tinggi, dan pengawet yang mengandung merkuri dalam vaksin. Beberapa
logam berat menyebabkan cacat bawaan dan neurologis, keterlambatan
perkembangan, kelainan perilaku, dan ketidakmampuan belajar dan dianggap
sebagai neurotoksin perkembangan yang kuat. Di antara logam-logam berat,
timbal, merkuri, dan kadmium menduduki peringkat sebagai zat paling berbahaya
kedua, ketiga, dan ketujuh dalam daftar prioritas yang dikeluarkan oleh subdivisi
logam berat dari Badan Zat Beracun dan Registri Penyakit pada tahun 2015.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi timbal dalam darah darah
dan kapasitas metilasi arsenik secara independen berkontribusi pada risiko
keterlambatan perkembangan pada anak-anak prasekolah di Taiwan.

25
Prenatal Prenatal Perinatal (55%) Postnatal (11%)
Intrinsik Ekstrinsik (21%)

Genetik (47%) Teratogen/ Toxin Asfiksia Pembiaran/


lingkungan
psikososial

Malformasi sistem Infeksi Prematuritas Infeksi


saraf pusat (28%)

Metabolic (IUGR) Komplikasi Trauma


neonatal

Toxins

26
Lampiran

27

Anda mungkin juga menyukai