Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI DISONANSI KOGNITIF

Disusun oleh

ARIFAH NURUL FADLILAH ( K021181005 )

MUFLIHA NAJIYAH ( K021181320 )

MUH. YASIR AMIN ( K021181503 )

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
2
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah Komunikasi Kesehatanini yang berjudul “Teori Disonansi Kognitif dan
Pengaplikasiannya” yang merupakan tugas kami dalam mata kuliah Komunikasi
Kesehatan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari
lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak
langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan
makalah ini sehingga makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya
itu, secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb.

Makassar, 23 Februari 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman

COVER ...............................................................................................................
i

KATAPENGANTAR ..........................................................................................
ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................


iii

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................
1

A. Latar Belakang...................................................................................
1

B. Rumusan Masalah...............................................................................
1

C. Tujuan ................................................................................................
2

BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................


3

A. Teori Disonansi Kognitif...................................................................


3

1. Pengertian Teori Disonansi Kognitif...........................................


.....................................................................................................3
.....................................................................................................
2. Konsep dan Proses Disonans Kognitif........................................
.....................................................................................................5
3. Asumsi Teori Disonansi Kognitif................................................
.....................................................................................................5

3
4. Sumber Penyebab Disonansi Kognitif.........................................
.....................................................................................................6
5. Tingkatan Disonansi Kognitif.....................................................
.....................................................................................................8
6. Faktor yang mempengaruhi tingkat disonansi kognitif...............
.....................................................................................................8
7. Disonansi Kognitif dan persepsi..................................................
.....................................................................................................9
8. Dimensi disonansi kognitif..........................................................
.....................................................................................................10
9. Cara mengatasi disnonansi kognitif.............................................
.....................................................................................................12
10. Kritik terhadap teori disonansi kognitif.......................................
.....................................................................................................13

B. Pengaplikasian Teori Disonansi Kognitif..........................................


13

BAB III. PENUTUP............................................................................................


15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................16

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Disonansi Kognitif diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun


1957 (Shaw & Contanzo, 1985) dan berkembang pesat sebagai sebuah
pendekatan dalam memahami area umum dalam komunikasi dan pengaruh social
(Festinger, 1957). Terdapat beberapa teori dalam menjelaskan konsistensi atau
keseimbangan, diantaranya adalah teori ketidakseimbangan kognitif (cognitive
imbalance) oleh Heider (1946). Namun Shaw & Contanzo (1985) mengatakan
bahwa teori disonansi kognitif berbeda dalam dua hal penting yaitu :

1. Tujuannya untuk memahami hubungan tingkah laku (behavior) dan kognitif


(cognitive) secara umum, tidak hanya merupakan sebuah teori dari tingkah
laku sosial.
2. Pengaruhnya dalam penelitian psikologis sosial telah menjadi suatu hal yang
sangat besar dibandingkan teori konsistensi lainnya.

Teori disonansi kognitif menjadi salah satu penjelasan yang paling luas yang
diterima terhadap perubahan tingkah laku dan banyak perilaku sosial lainnya.
Teori ini telah digeneralisir pada lebih dari seribu penelitian dan memiliki
kemungkinan menjadi bagian yang terintegrasi dari teori psikologis sosial untuk
bertahun-tahun (Cooper & Croyle, 1984, dalam Vaughan & Hogg, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Teori Disonance Kognitif ?.
2. Bagaimana konsep dan proses disonansi kofnitif ?.
3. Bagaimana seluk beluk mengenai teori disonansi kognitif ?.
4. Bagaimana contoh pengaplikasian teori Disonansi Kognitif ?.

1
1

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu teori disonansi kognitif.
2. Untuk mengetahui konsep dan proses disonansi kognitif.
3. Untuk menanbah wawasan terkait disonansi kognitif.
4. Untuk mnegetahui contok penerapan teori disonansi kognitif.
5. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Komunikasi
Kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI DISONANSI KOGNITIF


1. Pengertia Teori Disonansi Kognitif

Teori Disonansi Kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial


yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap,
pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorag untuk
mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut . Istilah
disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan ileh seorang psikolog bernama Leon
Festinger pada tahun 1950an.

Menurut Festinger (1957) disonansi kognitif adalah ketidak sesuaian yang


terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten yang menyebabkan
ketidak nyamanan psikologis serta mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
agar disonansi itu dapat dikurangi. Istilah disonansi/disonan berkaitan dengan
istilah konsonan dimana keduanya mengacu pada hubungan yang ada antara
elemen. Elemen-elemen yang dimaksud adalah elemen kognitif (Festinger, 1957).

Hal ini didukung oleh Vaughan dan Hogg (2005) yang menyatakan bahwa
disonansi kognitif adalah suatu kondisi tidak nyaman dari tekanan psikologis
ketika seseorang memiliki dua atau lebih kognisi (sejumlah informasi) yang tidak
konsisten atau tidak sesuai satiu sama lain.

Festinger (1957) menyatakan bahwa kognitif menunjuk pada setiap


bentuk pengetahuan, opini, keyakinan, atau perasaan mengenai diri seseorang atau
lingkungan seseorang. Elemen-elemen kognitif ini berhubungan dengan hal-hal
yang terdapat dalam dunia psikologis seseorang.

Terdapat dua macam hubungan antar elemen (Festinger, 1957 dalam


Shaw dan Contanzo, 1982), yaitu :

3
4

a. Hubungan tidak relevan (irrelevant), yaitu tidak adanya kaitan antara dua
elemen kognitif. Misalnya : pengetahuan bahwa merokok buruk bagi
kesehatan dengan pengetahuan bahwa di Indonesia tidak pernah turun
salju.
b. Hubungan relevan, yaitu hubungan yang tekait sehingga salah satu elemen
mempunyai dampak terhadap elemen yang lainnya. Hubungan ini terdiri
dari dua macam yaitu :
1) Disonan, jika dari kedua elemen kognitif, satu lelemen diikuti
penyangkalan (observe) dari elemen lainnya. Hubungan yang disonan
adalah hubungan yang berlawanan atau tidak sesuai. Hubungan yang
disonan akan membuat perasaan yang tidak enak atau tidak nyaman
pada individu. Perasaan tidak nyaman yang terbentuk akibat hubungan
yang disonan tersebut akan mendorong individu untuk melakukan
sesuatu agar disonansi tersebut dapat dikurangi sehingga akan
menciptakan keadaan yang seimbang atau konsonan
Contoh : seseorang yang mengetahui bahwa bila terkena hujan akan
basah mengalami disonan ketika pada suatu hari ia ternyata mendapati
dirinya tidak basah saat ia terkena hujan.
2) Konsonan, terjadi ketika dua elemen bersifat relevan dan tidak
disonan, dimana satu kognisi diikuti secara selaras. Hubungan
konsonan adalah hubungan yang berjalan secara beriringan dan sesuai.
Festinger juga mengatakan bahwa apabila terjadi hubungan yang
konsonan antara elemen kognitif, akan menghasilkan perasaan yang
menyenangkan.
Contoh : seseorang yang mengetahui bahwa bila terkena hujan akan
basah dan memang selalu basah bila terkena hujan.

Setiap hubungan antara elemen yang disonan tidak mempunyai besaran


yang sama, Festinger (dalam Breckler, Olson, & Wiggins, 2006) menyatakan
bahwa tingkat kepentingan dari elemen-elemen kognitif mempengaruhi besarnya
disonansi yang terjadi. Semakin penting atau semakin bernilainya suatu elemen
kognitif akan mempengaruhi besarnya hubungan yang disonan antara elemen
tersebut. Breckler, Olson, & Wiggins (2006, dalam Annisa 2013), juga
5

menyatakan bahwa disonansi antara elemen-elemen kognitif yang penting akan


menyebabkan perasaan negatif yang lebih besar dibandingkan disonansi pada
elemen-elemen yang kurang penting. Sebagai contoh yaitu, melukai perasaan
sahabat akan lebih menimbulkan disonansi yang besar dibanding ketika melukai
perasaan orang asing.

2. Konsep dan Proses Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif semakin berkembang berdampak pada munculnya


beragam konsep penting yang menyertainya. Disonansi kognitif adalah sebuah
teori komunikasi yang diadopsi dari psikologi sosial. Teori disonansi kognitif
memiliki beberapa konsep utama yaitu kognitif dan disonansi.

 Kognitif merujuk pada pikiran atau pemikiran.


 Disonansi merujuk pada konflik atau inkonsistensi.

Mengacu pada dua konsep utama diatas, maka yang dimaksud dengan
disonansi kognitif adalah sebuah konflik psikologis antara dua atau lebih
kepercayaan yang tidak sesuai secara simultan. Teori disonansi kognitif dibangun
berdasarkan gagasan bahwa setiap individu akan selalu berjuang untuk menuju
pada konsistensi. Mereka akan mencoba untuk berpikir untuk mengurangi
ketidaknyamanan psikologis.

3. Asumsi Teori Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif menjelaskan mengenai keyakinan dan perilaku


mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada di
antarakognisi-kognisi. Ada empat asumsi dasar teori disonansi kognitif yaitu

a. Manusia mempunyai hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan,


sikap, dan perilakunya. Asumsi ini menekankan sebuah model mengenai
sifat dasar dari manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan
konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati
inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka
akan mencari konsistensi.
6

b. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Teori ini tidak


berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sebaliknya teori ini merujuk
pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis
(dibandingkan tidak konsisten secara logis).
c. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk
melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Asumsi
ini menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis
maka disonansi tercipta dan menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang
tidak senang berada dalam keadaan disonansi karena hal itu merupakan
suatu keadaan yang tidak nyaman.
d. Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha
untuk mengurangi disonansi Orang enerung untuk menghindari situasi
yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang
mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia
yang membingkai teori ini adalah sifat manusia yang mencari konsistensi
psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi
ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.

4. Sumber penyebab Disonansi Kognitif

Festinger (1957) menyebutka dua situasi umum yang menyebabkan


munculnya disonansi, yaitu ketika terjadi perisitwa atau informasi baru dan
ketika sebuah opini atau keputusan harus dibuat, dimana kognisi dari tindakan
yang dilakukan berbeda dengan opini atau pengetahuan yang mengarahkan ke
tindakan lain. Lebih lanjut Festinger (1957) meneyebutkan empat sumber
disonansi yaitu :

a. Inkonsistensi logis (Logical Inconsistency)

Disonansi yang terjadi karena ketidaksesuaian elemen kognitif dengan


hal-hal logis yang ada. Contoh dari inkonsistensi logis adalah keyakinan
seseorang dalam membaca buku akan membuatnya pintar, secara logis
7

tidak konsisten dengan keyakinan bahwa menjadi pintar karena


pengalaman dan belajar memahami sesuatu.

b. Nilai-nilai budaya (Culture Mores)

Perbedaan budaya yang menyebabkan terjadinya disonansi kognitif.


Contohnya: bertemu dengan teman lalu berpelukan dan mencium pipi di
negara barat dianggap sebuah hal yang biasa, hal ini adalah suatu hal
yang konsonan, tetapi bertemu dengan teman dan melakukan hal yang
sama di Indonesia dirasakan sebagai sebuah hal yang disonan.

c. Pendapat umum (Opinion Generality)


Disonansi dapat terjadi apabila pendapat yang dianut banyak orang
dipaksakan kepada pendapat perorangan. Contohnya: seorang remaja
yang menyukai menonton berita. Hal ini menimbulkan disonansi karena
pendapat umum percaya bahwa menonton berita hanya merupakan
kegemaran orang-orang tua.
d. Pengalaman masa lalu (Past Experience)
Jika kognisi tidak konsisten dengan pengetahuan pada pengalaman masa
lalu, maka akan muncul disonansi. Contoh dari pengalaman masa lalu
yang menjadi sumber disonansi kognitif adalah melanggar rambu lalu-
lintas tidak akan ditilang. Keadaan ini disonan karena tidak sesuai atau
belum tentu sesuai dengan pengalaman masa lalu.

Disonansi kognitif dideskripsikan sebagai suatu kondisi yang


membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika elemen kognitif yang mereka
punya saling bertolak belakang atau tidak mempunyai tujuan yang sama. Kondisi
ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan, dan tindakan mereka
agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang
berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang tidak
konsisten dengan perilaku dan kepercayaan mereka yang lainnya. Menurut
Festinger, teori disonansi kognitif dibentuk dalam tiga konsep antara lain yaitu:
8

a. Seseorang lebih suka untuk konsekuan dengan cognitions mereka dan


tidak suka menjadi tidak konsisten dalam pemikiran, kepercayaan,
emosi, nilai dan sikap.
b. Disonansi terbentuk dari ketidaksesuaian psychological, lebih dari
ketidaksesuaian logical, dimana dengan meningkatkan ketidaksesuaian
akan meningkatkan disonansi yang lebih tinggi.
c. Disonansi adalah konsep psychological yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa
diukur.

5. Tingkat Disonansi Kognitif

Merujuk kepada jumlah inkonsistensi yang dialami seseorang, ada tiga


faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan
seseorang(Zimbardo, ebbsen&Maslach, 1977):

a. Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu masalah, berpengaruh


terhadap tingkat disonansi yang dirasakan.

b. Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah


kognisi yang konsonan.

c. Rasionalitas yang digunakan individu untuk menjustifikasi inkonsistensi.


Faktor ini merujuk pada alasan yang dikemukan untuk menjelaskan
mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyaka alasan yang
dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka semakin
sedikit disonansi yang seseorang rasakan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat disonansi


Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan
seseorang (Zimbardo, Ebbsen &Maslach, 1977:80) :
9

a. Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu masalah, berpengaruh


terhadap tingkat disonansi yang dirasakan.
b. Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan berbanding dengan jumlah
kognisi yang konsonan
c. Rasionalitas yang digunakan individu untuk menjustifikasikan
konsistensi.
Faktor ini merujuk pada alasan yang dikemukan untuk menjelaskan
mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan yang dimiliki
seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka semakin sedikit disonansi
yang seseorang rasakan

7. Disonansi Kognitif dan Persepsi


Teori disonansi kognitif berkaitan dengan proses pemilihan terpaan
(selective exposure), pemilihan perhatian (selective attention), pemilihan
interpretasi (selective interpretation), dan pemilihan retensi (selective retention)
karena teori ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang
meningkatkan disonansi. Proses perseptual merupakan dasar dari penghindaran
ini.
a. Terpaan selektif (selective exposure)
Orang akan mencari informasi yang konsisten yang belum ada, untuk
membantu mengurangi disonansi. Teori disonansi kognitif memprediksi
bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi
dan mencari informasi yang konsisten dengan sikap dan prilaku mereka.

b. Pemilihan perhatian (selective attention)


Merujuk pada melihat informasi secara konsisten begitu konsisten itu ada.
Orang memperhatikan informasi dalam lingkungannya yang sesuai dengan
sikap dan keyakinannya dan untuk sementara tidak menghiraukan
informasi yang tidak konsisten.

c. Interpretasi selektif (selective interpretation)


Melibatkan penginterpretasian informasi yang ambigu sehingga menjadi
konsisten. Dengan menggunakan interpretasi selektif kebanyakan orang
10

menginterpretasi sikap teman dekatnya sesuai dengan sikap mereka sendiri


daripada yang sebenarnya terjadi (Bescheid&Walster,1978).

d. Retensi selektif (selective retention)


Merujuk pada mengingat dan mempelajari informasi yang konsisten
dengan kemampuannya yang lebih besar dibandingkan yang akan kita
lakukan terhadap informasi yang tidak konsisten.

8. Dimensi disonansi kognitif


Pada penelitian yang dilakukan oleh Sweeney and Soutar (2003) menyatakan
bahwa Disonansi Kognitif dapat diukur dengan Tiga dimensi, yaitu : Emotional,
Wisdom of Purchase, dan Concern Over the Deal. Emosional adalah
ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan
pembelian. Wisdom of Purchase adalah ketidak nyamanan yang dialami
seseorang sebelum dan sesudah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya –
tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka
telah memilih produk yang sesuai. Concern Over the Deal adalah
ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana
mereka bertanya–tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual
yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Dimensi ini
menghasilkan 22 item yang dapat digunakan untuk mengukur disonansi kognitif.
Dari beberapa dimensi yang ada, berikut adalah definisi operasional dari
beberapa item tersebut, antara lain :
a. Emotional (emosional): berkaitan dengan situasi psikologi konsumen
sebelum dan setelah melakukan pembelian. Konsumen secara alami
mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukannya telah tepat. Indikator
dari dimensi ini antara lain :
1) Telah membuat sesuatu yang salah,
2) Putus asa,
3) Menyesal,
4) Kecewa dengan diri sendiri,
5) Takut,
11

6) Hampa,
7) Marah,
8) Cemas atau khawatir,
9) Kesal dengan diri sendiri,
10) Frustasi,
11) Sakit hati,
12) Depresi,
13) Marah dengan diri sendiri,
14) Muak,
15) Merasa mendapat masalah.

b. Wisdom of purchase (kebijaksanaan): berkaitan dengan keputusan yang


telah
dilakukan. Konsumen mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu
barang
yang benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. Indikator dari
dimensi ini antara lain :

1) Telah membuat pilihan yang tepat,


2) Kebutuhan,
3) Keperluan,
4) Pilihan.

c. Concern the deal (perhatian): berkaitan dengan kekecewaan konsumen


dimana pada kondisi ini konsumen cenderung kurang yakin dengan
keputusan yang telah dibuatnya. Indikator dari dimensi ini antara lain :

1) Melakukan kesalahan dengan persetujuan yang di buat.


2) Melakukan suatu kebodohan,
3) Kebingungan.
12

9. Cara Mengatasi Disonansi Kognitif

Ada banyak cara untuk mengatasi disonansi kognitif, namun cara yang paling
efektif untuk ditempuh adalah:

a. Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.


b. Menambahkan keyakinan yang konsonan.
c. Menghapus disonansi dengan cara tertentu.

Aronson dan Festinger (1968; 1957; dalam Sarwono, S.W., 2009)


mengemukakan tiga mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi
disonansi kognitif, yaitu:

a. Mengubah sikap atau perilaku menjadi konsisten satu sama lain. Seorang
lesbian yang tinggal di lingkungan yang sangat keras menentang
homoseksualitas, misalnya, dapat mengaplikasikan mekanisme ini dengan
dua cara, yaitu: (1) mengubah orientasi seksualnya atau setidaknya
berpura-pura menjadi heteroseksual; atau (2) pindah ke lingkungan lain
yang lebih bisa menerima diri dan orientasinya.

b. Mekanisme yang kedua adalah mencari informasi baru yang mendukung


sikap atau perilaku untuk menyeimbangkan elemen kognitif yang
bertentangan. Misalnyanya seorang lesbian mencari informasi tentang
perilakunya yang menyimpang di lihat dari sudut sosial, mencari
pembenaran dengan hal yang serupa. Misalnya, sebut aja disini artikel
SepociKopi, membaca artikel ini, mungkin kamu tanpa sadar sedang
menjalankan mekanisme tersebut. Atau cari info lain yang juga bisa
menemukan beberapa artikel argumentatif yang mengemukakan bahwa
homoseksualitas sebenarnya tidak bertentangan dengan agama tertentu.
Berusaha mencari artikel sejenis untuk menenangkan diri atau dijadikan
dasar argumen ketika berdiskusi dengan orang lain juga merupakan
aplikasi dari mekanisme di atas.
13

c. Mekanisme yang terakhir adalah trivialization yang berarti mengabaikan


atau menganggap ketidaksesuaian antara sikap atau perilaku penyebab
disonansi sebagai hal yang biasa. Kamu menjalankan mekanisme ini
ketika kamu berusaha tidak peduli, dan tetap berusaha menjalani hari-hari
sesuai dengan norma yang ada, meskipun tetap menjalankan kehidupan
sebagai lesbian misalnya.

10. Kritik Terhadap Teori Disonansi

a. Teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena teori ini tidak
menjelaskan secara menyeluruh kapan dan bagaimanaseseorang akan
mencoba untuk mengurangi disonansi.

b. Kemungkinan pengujian tidak sepenuhnya terdapat dalam teori ini.


Kemungkinan pengujian berarti kemampuan untuk membuktikan
apakah teori tersebut benar atau salah.

B. PENGAPLIKASIAN TEORI
Contoh :
Dengan Contoh Rudi (19), merupakan siswa salah satu sekolahan di
Kediri. Hobi nya Sepak Bola dan Touring. apalagi dia seorang pendiam, baik hati,
tidak sombong dan selalu membantu teman yang sering kesusahan. Makanya
banyak teman-temanya suka padanya. Namun dari begitu banyak tingkahnya yang
baik, ada satu hal yang tidak baik yang melekat pada dirinya yaitu suka minum-
minuman keras. Meminum-minuman keras adalah hal biasa bagi seorang rudi.
Banyak orang dan bahkan orang tuanya sendiri sudah memperingatkanya bahwa
minum-minuman keras dapat merusak kesehatan dan otak dan bila sudah over
bisa menyebabkan kematian. Semua peringatan dan bimbingan dari orang-orang
disekitarnya tidak juga membuat dia jera.
Dari contoh diatas, rudi mengalami disonansi (ketidak cocokan antara dua
kognisi; pengetahuan). Maka rudi berusaha mengurangi disonansinya dengan
melalui tiga cara:
14

1. Mengubah elemen tingkah laku Rudi mengetahui bahwa minum-minuman


keras dapat membahayakan kesehatan dan otak. Maka untuk menghilangkan
desonansi, rudi berusaha tidak minum-minuman keras.
2. Mengubah eleman kognitif lingkungan rudi mencoba untuk meyakinkan
kepada teman-temanya bahwa minum-minuman keras tidak membahayakan
kesehatan dan otak.
3. Mengubah elemen kognitif baru rudi mencoba mencari pendapat pada
teman-temanya yang mendukung pendapat bahwa minum-minuman keras
tidak akan membahayakan kesehatah dan otak
4. Mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak
penting. Rudi sudah putus asa akan hidupnya di dunia, sehingga tidak
menganggap penting persoalan-persoalan itu. Karena dia ingin hidup cepat
dan mati muda.
15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory) merupakan


sebuah teori dalam psikologi sosialyang membahas mengenai perasaan
ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling
bertentangan, dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi
mengurangi ketidaknyamanan tersebut.

Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh


seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1950an.Festinger (1957),
berpendapat bahwa disonansi terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak
belakang, yang diakibatkan oleh penyangkalan dari satu elemen kognitif terhadap
elemen lain, antara elemen-elemen kognitif dalam diri individu.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126189-153.8%20AGU%20d%20-
%20Disonansi%20Kognitif%20-%20Literatur.pdf diakses pada tanggal 16
februari 2019

https://www.academia.edu/10307668/Disonansi_Kognitif diakses pada tanggal 16


Februari 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_disonansi_kognitif diakses tanggal 23 Februari


2019

http://umpwr.ac.id/artikel/543-teori-disonansi-kognitif.html diakses tanggal 23


Februari 2019

https://pakarkomunikasi.com/teori-disonansi-kognitif diakses tanggal 23 Februari


2019

https://www.psychologymania.com/2011/09/teori-disonansi-kognitif-
cognitive.html diakses tanggal 23 Februari 2019

www.jurnal-iski.or.id/index.php/jkiski/article/download/52/26 diakses tanggal 23


Februari 2019

16

Anda mungkin juga menyukai