Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RUELLA SALSABILA Critical Review Journal

NIM : 11151130000015
KELAS : ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL / 7 A

“SECURITIZATION THEORY” by Jonna Nyman

in Critical Approaches to Security : An Introduction to Theories and Methods

Introduction

Isu keamanan internasional pada hakikatnya merupakan sesuatu yang sangat krusial dalam
keberlangsungan sistem dunia internasional, khususnya terhadap aktor-aktor di dalamnya.
Berangkat dari hal tersebut, studi keamanan internasional kini diperkaya dengan berbagai
pendekatan dalam kajiannya. Salah satunya melalui sebuah jurnal ilmiah berjudul “Securitization
Theory” karya Jonna Nyman, yang dikemas dalam buku “Critical Approaches to Security : An
Introduction to Theories and Methods” yang memperkenalkan sebuah teori kritis dalam studi
keamanan internasional. Jurnal ini berangkat dari maraknya isu non-keamanan yang kini dianggap
menjadi sebuah urgensi ancaman dan termasuk ke dalam isu keamanan.

Seiring dengan era globalisasi, kini semua hal dapat menjadi sebuah ancaman. Baik
ancaman yang datang dari lingkup kecil, maupun besar. Identifikasi sebuah ancaman adalah relatif,
sehingga dirasa perlu untuk mengkaji ulang kembali mengenai ancaman yang hanya berfokus
kepada isu tradisional semata. Isu keamanan internasional kini bersifat dinamis dan perlu bangkit
dari stagnansi, sehingga jurnal ini dihadirkan untuk mengupas hal-hal yang selama ini kurang
menjadi perhatian para penstudi keamanan. Jurnal ini juga menghadirkan sebuah teori baru yang
diharapkan dapat memperkaya studi keamanan dan memudahkan para aktor dalam
mengidentifikasi sebuah ancaman.

Summary

Pada awalnya, teori keamanan sangat identik dengan agenda-agenda militer dan aspek-
aspek tradisional lainnya. Namun, sebuah pendekatan kritis bernama teori sekuritisasi hadir untuk
mengelaborasi pola linier tersebut. Teori sekuritisasi dibentuk oleh sebuah kelompok yakni
mazhab Copenhagen, dimana teori ini lahir dan berkembang di sebuah badan penelitian bernama
Copenhagen Peace Research Institute (COPRI). Teori ini menghadirkan pendekatan kritis
terhadap fokus keamanan tradisional. Teori ini mencoba menganalisis isu keamanan dari
perspektif yang baru tanpa menghilangkan sisi aslinya.

Secara umum, teori sekuritisasi merujuk pada suatu proses diskursus dalam
mengidentifikasi sebuah isu non-keamanan menjadi sebuah isu keamanan yang kemudian cukup
di prioritaskan. Teori sekuritisasi menggunakan speech act yang merupakan sebuah cara atau
legitimasi bagi para aktor sekuritisasi dalam menjustifikasi bahwa isu tersebut merupakan suatu
ancaman dan menjadi sebuah isu keamanan yang perlu diperhatikan. Teori sekuritisasi
menggunakan pendekatan konstruktivis dalam menganalisis bagaimana dan kapan suatu isu dapat
dijadikan sebuah isu keamanan. Sehingga, identifikasi terbentuk akibat dari adanya intersubjective
meaning dan konstruk sosial yang dipengaruhi oleh speech act yang bergantung pada aktor
sekuritisasi tersebut.

Hal ini sejalan dengan Mazhab Copenhagen, yang mendefinisikan keamanan dalam
hubungan internasional sebagai sesuatu yang berbeda dari definisi biasanya, yakni sangat
berkaitan dengan kekuatan dan kepentingan politik. Sehingga, menjadi jelas bahwa aktor
sekuritisasi yang mempunyai wewenang untuk melakukan speech act adalah otoritas sekelompok
elite politik tertentu yang kemudian berperan besar dalam mempengaruhi opini publik mengenai
sebuah isu ancaman. Pengaruh otoritas kepada pembentukan konstruk sosial terhadap isu tersebut
berperan besar dalam menentukan apakah proses sekuritisasi telah berjalan dengan sukses atau
tidak. Aktor sekuritisasi tersebut bisa beragam tergantung dari letak ancaman dan sektor
keamanannya. Aktor sekuritisasi juga melibatkan referent objek dan aktor-aktor fungsional seperti
organisasi dan NGO’s.

Dalam proses sekuritisasi, referent object merupakan aktor penting di dalamnya. Suatu hal
dapat dikatakan sebuah ancaman apabila referent object yang merupakan aktor-aktor yang merasa
terancam keberlangsungan hidupnya dengan kehadiran isu keamanan tersebut. Opperasive
discourse yang digunakan pada akhirnya menghasilkan dukungan bersama yang mengakui bahwa
hal tersebut adalah sebuah ancaman. Apabila studi tradisional menjadikan negara sebagai referent
object nya, mazhab Copenhagen memasukkan aktor lain yang turut terancam dari sektor keamanan
yang berbeda, mulai dari individu, lingkungan, NGO’s, negara, dan sebagainya.
Teori sekuritisasi turut memberikan kontribusi nya dalam perluasan pemikiran terhadap
sektor keamanan. Sektor keamanan yang ditawarkan oleh mazhab Copenhagen ini merupakan
perluasan dari sektor tradisional menjadi 5 sektor baru (non-tradisional) yakni sektor militer, sektor
lingkungan, sektor ekonomi, sektor sosial, dan sektor politik. Masing-masing sektor lahir dari
identifikasi ancaman dari masing-masing referent objek. Isu-isu mengenai kerusakan lingkungan,
mewabahnya penyakit, integritas teritorial perbatasan, krisis keuangan, lahirnya kelompok-
kelompok ekstrem, serta adanya perpecahan antara komunitas identitas yang berbeda, menjadi
segelintir contoh dari sekian banyak isu yang kini juga penting untuk dijadikan suatu fokus
keamanan. Referent objek dari sektor tersebut juga beragam, mulai dari individu, lingkungan,
kelompok identitas, negara, bahkan NGO’s.

Critique

Pada dasarnya, jurnal karya Jonna Nyman ini memberikan penjelasan dan identifikasi yang
cukup jelas dalam mendefinisikan teori sekuritisasi. Bentuk penulisan yang diharapkan dapat
membuka pikiran kritis para pembaca, cukup dapat tersampaikan. Menurut saya, jurnal yang
memberikan perspektif baru ini berhasil untuk memperkaya kajian keamanan internasional. Hal
ini terbukti dengan segelintir alternatif baru dalam mengkaji keamanan internasional, seperti
adanya sektor-sektor baru dan cara identifikasi ancaman melalui teori sekuritisasi itu sendiri.
Namun disamping itu, saya melihat adanya dilema normatif terhadap pembahasan di jurnal ini
terkait dengan pengaplikasian teori sekuritisasi dan identifikasi referent objeknya. Terlebih dari
itu, saya juga melihat sebuah kecacatan dalam definisi sekuritisasi dan praktiknya.

Sejalan dengan hal tersebut, saya mengaitkan kritik saya dengan salah satu jurnal lainnya
yang berjudul “A Critical Application of Securitization Theory: Overcoming the Normative
Dilemma of Writing Security” karya Catherine Charrett. Dalam jurnal ini, dijelaskan bahwa
terdapat sebuah dilema yang cukup kompleks dalam teori sekuritisasi. Menurutnya, kehadiran
alternatif baru dalam keamanan internasional ini justru menimbulkan konsekuensi baru yang pada
akhirnya berujung pada kritik normatif. Pertama, kerangka konseptual dari penerapan teori
sekuritisasi dirasa sudah menjadi sebuah dilemma. Dimana, tidak adanya batasan teoritis seperti
apa yang dapat didefinisikan sebagai 'ancaman' dan apa dasar yang dapat dianggap sebagai
tindakan sekuritisasi. Ketiadaan standar itu menimbulkan pemahaman yang bias atau bisa disebut
sebagai the silent of security dilemma dan pada ujungnya bergantung kepada aktor tertentu yang
sangat relatif.

Konsekuensi baru yang timbul berasal dari identifikasi sebuah aktor sekuritisasi dan
referent object nya. Aktor sekuritisasi yang ditawarkan teori sekuritisasi dirasa terlalu inklusif dan
sangat identik dengan kekuasaan politik. Asumsi sekuritisasi yang bersifat state-sentric cenderung
membuat negara mendominasi wacana. Karena negara mendominasi wacana, berarti negara
memiliki power untuk membuat referent object untuk diamankan. Hal ini membuat negara dapat
menentukan referent object sesuai dengan kepentingannya, bukan menurut kepentingan publik.
Sehingga, identifikasi menurut teori ini terbentuk bukan dari suatu objektivitas yang murni,
melainkan terbentuk akibat dari adanya intersubjective meaning dan konstruk sosial yang
dipengaruhi oleh speech act yang sifatnya subyektif.

Dilemma juga muncul dari kekhawatiran bahwa bidang keamanan dapat diperluas tanpa
adanya suatu rekonseptualisasi keamanan yang terjadi, yang dapat mengakibatkan militerisasi
sektor-sektor masyarakat dan politik tertentu. Hal ini tentu mengabaikan hakikat dan aturan hukum
dari penggunaan militer sebagai sektor keamanan. Selain itu, terdapat paradoks antara konsep
dasar teori sekuritisasi dengan penerapan aksi nyatanya. Konsep yang mengacu kepada keamanan
non-tradisional terkadang masih sering diaplikasikan dengan cara-cara tradisional. Contohnya,
penggunaan kapal militer untuk menjaga keamanan perbatasan dan menghindari eksploitasi
lingkungan di suatu wilayah. Tujuannya memang dalam konteks non-tradisional, namun aksinya
jelas menggunakan metode tradisional. Hal ini tentu akan dengan mudah mematahkan argumen
utama dari teori sekuritisasi itu sendiri.

Conclusion

Pemahaman baru dalam studi keamanan internasional memang sangat dibutuhkan, dan
teori sekuritisasi hadir untuk membongkar pola linier yang dibangun oleh teori-teori sebelumnya.
Teori ini mengubah stagnansi yang menganggap bahwa teori tradisional yang identik dengan
ancaman dan kekuatan militer saja, dirasa tidak efektif, mengingat arus globalisasi yang semakin
meningkat. Apabila diibaratkan, teori ini seperti teori post-positivisme yang lahir untuk mengkritik
teori sebelumnya yakni positivisme. Teori sekuritisasi ini sangat erat dengan teori konstruktivisme.
Sehingga, dapat menimbulkan pemahaman yang beragam sejalan dengan konsep opperasive
discourse dan konstruk sosial yang ditawarkan teori konstruktivisme. Akibatnya, dilema normatif
seringkali muncul untuk meng-counter teori ini.

Teori sekuritisasi dapat dijadikan sebagai alat untuk para pemegang kekuasaan dalam
menghadapi ancaman secara tanggap. Namun di sisi lain, teori ini dapat berpeluang besar bagi
para pemegang kekuasaan untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan ketika hak masyarakat
sipil dan hak oposisi ditekan, dengan alasan penanggulangan ancaman melalui tindakan
sekuritisasi. Pada akhirnya, kita tidak dapat memungkiri bahwa teori sekuritisasi tidak dapat
terlepas dari unsur-unsur politik. Oleh karena itu, sebaiknya teori sekuritisasi perlu di evaluasi dan
perlu tindakan untuk menetralisir konsep keamanan yang di politisasi tersebut. Hal ini mungkin
dapat dilakukan dengan usaha mendekonstruksi kekuatan kelembagaan aktor keamanan dan
subjektivitas keamanan yang dominan, dan menggabungkan pendekatan yang berbeda untuk
mengkaji sebuah keamanan internasional.

REFERENCES

Nyman, Jonna. (2013), Securitization Theory : dalam Critical Approaches to Security An


Introduction to Theories and Method, Routledge : New York

Catherine Charrett. (2009). A Critical Application of Securitization Theory: Overcoming


the Normative Dilemma of Writing Security, International Catalan Institute for Peace : Barcelona.

Anda mungkin juga menyukai