Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 8

Tutor : dr. Liniyanti D. Oswari, M.Sc.

Disusun oleh: Kelompok B6


Kelas Beta 2016

Oktavianti Wella Savitri (04011181621019)


Nurakila (04011181621037)
Alda Trie Amelia (04011181621067)
Shafira Ramadani Nasution (04011181621069)
Nendy Oktari (04011181621223)
Aira Priamas Silitonga (04011281621073)
Nurlaili Maya Ramadhanty (04011281621077)
Ahmad Ghozian Adani (04011281621087)
Nadella Priscellia (04011281621153)
Ully Febra Kusuma (04011281621155)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2017/2018
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Skenario B Blok 8” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Liniyanti D. Oswari, M.Sc. selaku tutor kelompok 6
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD Beta 2016
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan.

Palembang, 21 Agustus 2017

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Kegiatan Diskusi 4

Skenario 5

I. Klarifikasi Istilah 6

II. Identifikasi Masalah 7

III. Analisis Masalah 8

IV.Keterbatasan Ilmu Pengetahuan 35

V. Sintesis 37

VI. Kerangka Konsep 75

VII. Kesimpulan 75

Daftar Pustaka 76

iii
KEGIATAN DISKUSI

Tutor : dr. Liniyanti D. Oswari, M.Sc.

Moderator : Nurlaili Maya Ramadhanty

Sekretaris 1 : Shafira Ramadani Nasution/Alda Trie Amelia

Sekretaris 2 : Nendy Oktari

Pelaksanaan : 22 dan 24 Agustus 2017

07.30-10.00 WIB

Peraturan selama tutorial :

 Semua peserta wajib aktif dalam kegiatan diskusi

 Mengangkat tangan sebelum menyampaikan pendapat.

 Menjawab dan menyampaikan pendapat apabila telah diizinkan oleh


moderator.

 Tidak langsung menyanggah pendapat orang lain.

 Tidak diperbolehkan mengoperasikan hp setelah tahap klarifikasi


istilah.

 Meminta izin terlebih dahulu dari moderator jika hendak keluar

4
SKENARIO

M, laki-laki 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke klinik dengan keluhan ruam pada wajah
dan badan sejak 1 hari yang lalu. Sejak 4 hari yang lalu, anak mengalami demam tinggi. Ibu
memberikan obat penurun panas, tetapi demam hanya turun sementara kemudian demam
kembali. Anak juga mengalami batuk, pilek, dan mata merah. Tetangga M, satu minggu
yang lalu juga mengalami keluhan yang sama. Riwayat imunisasi M tidak lengkap. Menurut
ibunya, M hanya diimunisasi satu kali setelah lahir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
112x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 39,3oC. Ditemukan pada pemeriksaan
spesifik:
Kepala: kongjutiva mata hiperemis, faring hiperemis, tampak bercak Koplik pada
mukosa bukal. Tampak eritema macula-papula di wajah, belakang telinga dan leher.
Thorax: tampak eritema seukuran macula-papula. Pemeriksaan paru dan jantung dalam
batas normal.
Pemeriksaan laboratorium: Hb 13 g%, leukosit: 8.300/mm2, trombosit: 320.000/mm2.

5
I. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Pengertian
1. Hiperemis Kelebihan darah pada suatu bagian tubuh.
Kondisi kulit dengan iritasi bengkak atau kembung
2. Ruam
kulit yang diketahui dengan adanya warna merah.
Kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti
3. Eritema pembuluh kapiler.

Terdapat bintik-bintik kecil dengan bagian tengah


4. Bercak Koplik berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah mukosa pipi.
Infeksi ringan pada hidung saluran sinus, tenggorokan,
5. Pilek dan saluran pernapasan bagian atas akibat serangan
virus.
Program pencegahan penyakit menular yang diterapkan
6. Imunisasi dengan memberikan vaksin sehingga orang tersebut
resisten.

Macula: lesi datar berbatas tegas dan berbeda warna


dengan kulit sekitarnya terjadi akibat hiperpigmentasi,
7. Macula-papula pigmentasi normal, dilatasi kapiler.
Papula: lesi padat yang menonjol pada permukaan kulit
berukuran kurang dari 1 cm.
Peningkatan temperatur tubuh pada batas normal yaitu
8. Demam
30.
Penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang
kerap kali menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan
9. Batuk
sehingga merangsang penderita mengeluarkan bunyi
yang keras seperti menyalak.
Lapisan mukosa pada sisi daerah pipi dibagian gigi
10. Mukosa bukal
belakang.
Kondisi membran transparan atau konjungtiva pada
11. Mata merah
lapisan kelopak mata dan bagian putih bola mata

6
meradang.

II. Identifikasi Masalah

No. Pernyataan Kesesuaian Konsen


M, laki-laki 6 tahun, dibawa oleh
ibunya ke klinik dengan keluhan ruam Tidak Sesuai
1. ****
pada wajah dan badan sejak 1 hari Harapan
yang lalu.
Sejak 4 hari yang lalu, anak
mengalami demam tinggi. Ibu
Tidak Sesuai
2. memberikan obat penurun panas, ***
Harapan
tetapi demam hanya turun sementara
kemudian demam kembali.
Anak M juga mengalami batuk, pilek,
dan mata merah. Tetangga M, satu Tidak Sesuai
3. ***
minggu yang lalu juga mengalami Harapan
keluhan yang sama.
Riwayat imunisasi M tidak lengkap.
Tidak Sesuai
4. Menurut ibunya, M hanya diimunisasi **
Harapan
satu kali setelah lahir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital : tekanan darah 100/60 Tidak Sesuai
5. *
mHg, nadi 112/menit, frekuensi napas Harapan
30x/menit, suhu 39,3oC.
Ditemukan pada pemeriksaan spesifik:
Kepala: kongjutiva mata hiperemis,
faring hiperemis, tampak bercak
Koplik pada mukosa bukal. Tampak Tidak Sesuai
6. *
eritema macula-papula di wajah, Harapan
belakang telinga dan leher. Thorax:
tampak eritema seukuran macula-
papula. Pemeriksaan paru dan jantung

7
dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium: Hb 13 g%,
Tidak Sesuai
7. leukosit: 8.300/mm2, trombosit: *
Harapan
320.000/mm2.

Main Problem : M, laki-laki 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke klinik dengan keluhan
ruam pada wajah dan badan sejak 1 hari yang lalu.

Alasan : Keluhan utama yang paling mengganggu aktivitas pasien, membuat pasien
pergi ke dokter dan menjadi acuan utama bagi dokter dalam menegakkan diagnosa.

III. Analisis Masalah


1. M, laki-laki 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke klinik dengan keluhan ruam pada
wajah dan badan sejak 1 hari yang lalu.
a. Bagaimana mekanisme ruam? (IDK)
b. Mengapa ruam hanya terjadi pada daerah wajah dan badan? (IDK)
c. Apa penyebab muculnya ruam pada wajah dan badan? (IHTP, imunisasi tidak
lengkap, imun turun, penularan)
d. Apa kemungkinan penyakit yang diderita M berdasarkan gejala yang
dikeluhkan? (IHTP, campak)
e. Apa jenis virus penyebab penyakit yang diderita M? (IDK)
f. Bagaimana tata laksana dalam mengatasi penyakit yang diderita M? (IDK)

2. Sejak 4 hari yang lalu, anak mengalami demam tinggi. Ibu memberikan obat
penurun panas, tetapi demam hanya turun sementara kemudian demam
kembali.
a. Bagaimana mekanisme demam? (IHTP)
b. Mengapa demam hanya turun sementara dan demam kembali? (IDK)
c. Apa saja jenis obat penurun panas? (IDK)
d. Bagaimana mekanisme kerja obat penurun panas pada tubuh? (IDK)
e. Apa kemungkinan penyebab demam tersebut? (IHTP)
f. Apakah demam merupakan respon imun tubuh terhadap substansi asing yang
masuk ke dalam tubuh? Jelaskan! (IHTP)

8
g. Bagaimana hubungan demam dengan ruam yang terjadi pada wajah dan badan?
(IDK)
3. Anak M juga mengalami batuk, pilek, dan mata merah. Tetangga M, satu
minggu yang lalu juga mengalami keluhan yang sama.
a. Bagaimana mekanisme batuk, pilek dan mata merah? (IDK)
b. Apa penyebab batuk, pilek, dan mata merah? (IDK)
c. Apakah penyakit tersebut merupakan hasil penularan dari tetangganya? Jika iya,
bagaimana mekanisme penularannya? (IHTP)

4. Riwayat imunisasi M tidak lengkap. Menurut ibunya, M hanya diimunisasi


satu kali setelah lahir.
a. Apa saja jenis dan jadwal pemberian imunisasi yang wajib diberikan kepada
anak sejak lahir sampai umur 6 tahun dan dampaknya jika imunisasi tidak
lengkap diberikan? (IHTP)
b. Apa saja jenis dan jadwal pemberian imunisasi yang tidak wajib diberikan
kepada anak sejak lahir sampai umur 6 tahun? (ihtp)
c. Apakah imunisasi yang penting berkaitan dengan kasus ini? (IHTP)

5. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital : tekanan darah 100/60 mHg,
nadi 112x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 39,3oC.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik di atas? (IHTP)

6. Ditemukan pada pemeriksaan spesifik: Kepala: kongjutiva mata hiperemis,


faring hiperemis, tampak bercak Koplik pada mukosa bukal. Tampak eritema
macula-papula di wajah, belakang telinga dan leher. Thorax: tampak eritema
seukuran macula-papula. Pemeriksaan paru dan jantung dalam batas normal.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan di atas? (IHTP)

7. Pemeriksaan laboratorium: Hb 13 g%, leukosit: 8.300/mm2, trombosit:


320.000/mm2.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium di atas? (IHTP)

9
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

What I What I don’t What I have How will I


No Pokok Bahasan
Know know to prove learn
 Pengertia  Penyebab  Epidemiolo
n  Tatalaksana gi
 Gejala  Diagnosa  Metode
1. Campak
kerja penularan
 Diagnosa
Differential
Pengertian  Mekanisme Penularan
Ruam, Batuk, Pilek,
2.  Penyebaran
Mata merah
 Penyebab
Pengertian  Pengobatan  Mekanisme Jurnal
 Mekanisme  Penyebab
3. Demam Kerja Obat  Respon Textbook
 Hubungan Imun
dengan Ruam Internet
- -  Jenis
4. Imunisasi  Jadwal Pakar
 Dampak
Pemeriksaan Fisik - Interpretasi -
5.
Umum
Pemeriksaan Fisik - Interpretasi -
6.
Spesifik
Pemeriksaan - Interpretasi -
7. Laboratorium

10
V. Sintesis

1. Campak
a. Definisi
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini
memiliki masa inkubasi 8-13 hari.
Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan
konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit
(rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai
akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom radang otak
pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah
sakit campak berat.
b. Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak diseluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun. Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun
2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang
dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian
dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-
sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak
terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur
1-4 tahun (3383 kasus).
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada
kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif
pada virus dan meningkatkan penyebaran, terlebih lagi di rumah yang
memiliki alat penghangat ruangan. Kebanyakan kasus campak terjadi pada
akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim

11
dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan
di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas.
c. Penyebab
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan
virus gondongan (mumps), virus parain-uenza, virus human metapneumovirus,
dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA
tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak
memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan
penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion)
meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di
permukaan dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan
virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein),
dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas
polimerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur
protein nucleocapsid. Karena virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid,
maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan
kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>37o
C), suhu dingin (<20oC) serta kadar pH ekstrem (pH<5 atau pH>10). Virus ini
jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.

d. Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH
asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara
terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada
epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian
atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik
ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan

12
perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel
dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C : coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada
hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf
pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen
pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi
makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini
disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan
infiltrasi limfosit.

e. Cara Penularan
Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2
hari sebelum timbul gejala klinis hingga 4 hari setelah timbul ruam. Infeksi
dimulai di mukosa hidung/faring. Di tempat awal infeksi penggandaan virus
hanya sedikit. Virus masuk ke dalam limfatik, baik dalam keadaan bebas
maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening. Virus kemudian bermultiplikasi dan mulai penyebaran ke sel jaringan
limforetikular seperti limpa, dimana virus menyerang limfosit. Virus campak
dapat bereplikasi dalam limfosit dan membantu penyebaran ke seluruh tubuh.
5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terbentuk yaitu ketika virus masuk
kedalam pembuluh darah (viremia primer) dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih dan usus. Pada
hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran napas dan konjuktiva,
mengalami nekrosis pada satu sampai dua lapisan. Pada saat itu virus dalam
jumlah banyak masuk kembali kedalam pembuluh darah (viremia sekunder)
dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem pernapasan diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai konjungtiva yang tampak merah.

f. Gejala
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12hari). Gejala klinis terjadi
setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:

13
1) Stadium prodromal: berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari),
ditandai dengan demam yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain demam,
dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa
rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran
pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif
terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa
buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3
demam. Bercak ini berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di
tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya
sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput
saat pemeriksaan klinis.
2) Stadium eksantem: timbul ruam makulopapular dengan penyebaran
sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya
ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya
memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Jika
demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan
adanya komplikasi.
3) Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam
berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang
dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam7-10 hari.

14
Gambar 1: ciri-ciri anak yang terinfeksi virus penyebab penyakit campak

g. Diagnosa Kerja
Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai
timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan ruam
makulopapular.
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia. Pemeriksaan immunoglobulin M (IgM) campak juga dapat
membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama
dan ke-2 setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi
setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.

h. Diagnosa Banding
Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa
ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium
prodromal demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam
makulopapular. Penyakit lain yang menimbulkan ruam yang sama antara lain:

1) Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa


disertai batuk.
2) Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda
ketika ruam muncul.

15
3) Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium
prodromal.
4) Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan
demam tanpa konjungtivitis ataupun coryza.
5) Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan
ruam, tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan
pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak.

i. Tata Laksana
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, antipiretik
(parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat
berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu
kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai
umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan
gejala defisiensi vitamin A. Waktu pemberian vitamin A yang dianjurkan
Pemerintah pada bulan Februari sampai Agustus. Pada campak dengan
komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bakterial dapat diberi antibiotik.
Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya.

j. Pencegahan
1). Pencegahan Penularan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health
Promotion, baik pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan
khusus terhadap penularan.
a. Health Promotion terhadap host.
b. Pencegahan virus campak menular melalui percikan air ludah
penderita campak.

16
c. Mengisolasi setelah muncul rash pada 4 hari kontak agar
mencegah penularan.
2) Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit campak dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut:
a. Bila terjadi kontak dengan penderita campak dibawah 3 hari
Langsung memberikan imunisasi campak dapat memberikan
kekebalan apabila belum timbul gejala penyakit.
b. Bila terjadi kontak dengan penderita campak setelah 3-6 hari
Memberikan imuno globulin 0,25ml/kgBB. Pada individu immuno
compromized yang diberikan adalah imuno globulin 0,5ml/kgBB
dengan dosis maksimal 15 ml atau IGIV 400mg/kgBB.

2. Ruam, batuk, pilek, mata merah (Mekanisme, penyebab)


a. Ruam
Paramyxoviridae morbili virus masuk ke dalam saluran nafas  kemudian
virus menjalar masuk ke lapisan sel saluran nafas  virus yang dianggap
benda asing ditangkap oleh makrofag paru  makrofag yang telah menangkap
virus measles membawanya ke kelenjar limfa bagian regional untuk
dimatikan/identifikasi lanjut oleh sel limfosit  di dalam kelenjar limfa virus
measles bereplikasi  virus akihrinya dilepaskan ke dalam aliran darah
(viremia primer)  virus mengendap pada organ  virus masuk ke kulit via
darah  poliferasi sel endotel kapiler dalamsel Sitotoksik T menyerang
virus  eritrosit di dalam epidermis kulit  ruam  gangg, integritas kulit.
Ruam pada kulit terjadi sebagai akibat respon delayed hypersensitivity
terhadap antigen virus, sebagai hasil interaksi sel T imun dan sel yang
terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar 1 minggu.
Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel T 4. Pada
kulit, reaksi terutama terjadi di sekitar kelenjar sebacea dan folikel-folikel
rambut. Ruam penyakit campak adalah erythromaculopapular "ruam muncul
akibat interaksi sel T imun dengan sel yang terinfeksi virus dalam pembuluh
darah kecil dan bertahan sekitar 1 minggu.

17
b. Batuk
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari
inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam
paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara
tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu.

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah
besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara
yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500
ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah
udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari
kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini.
Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan
dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua,
volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga
pengeluaran sekret akan lebih mudah.

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan
tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan
meningkat sampai 50 – 100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas
batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena
akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis

18
tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang
lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glottis.

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase


ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta
udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus
udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 30–50 detik setelah
glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap' Kecepatan
udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit,
dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.

Mekanisme Batuk pada Penyakit Campak


Paramyxoviridae morbili virus masuk ke dalam saluran nafas  kemudian
virus menjalar masuk ke lapisan sel saluran nafas  virus yang dianggap
benda asing ditangkap oleh makrofag paru  makrofag yang telah menangkap
virus measles membawanya ke kelenjar limfa bagian regional untuk
dimatikan/identifikasi lanjut oleh sel limfosit  di dalam kelenjar limfa virus
measles bereplikasi  virus akihrinya dilepaskan ke dalam aliran darah
(viremia primer)  virus mengendap pada organ epitel saluran nafas 
fungsi silia menurun  peningkatan jumlah sekret  refleks batuk 
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

c. Pilek
Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran
pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai
antigen presenting cells (APC).
Setelah alergen diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut,
alergen dipresentasikan ke sel Th. Sel APC melalui penglepasan interleukin I
(II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui penglepasan Interleukin 2 (II-2) oleh sel
Th yang diaktifkan, kepada sel B diberikan signal untuk berproliferasi menjadi
sel plasthma dan membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan oleh
karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk IgE. Sel

19
eosinofil, makrofag dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi
dengan afinitas yang lemah.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah
ada pada permukaan mastofit dan basofil. Ikatan tersebut akan menimbulkan
influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam
proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang
sudah terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam sitoplasma yang
mempunyai sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A
(ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang
segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh
histamin.
Histamin menyebabkan Vasodilatasi, penurunan tekanan kapiler &
permeabilitas, sekresi mukus.
Sekresi mukus yang berlebih itulah yang menghasilkan pilek.

d. Mata Merah
Konjungtivitis merupakan inflamasi pada konjungtiva yang menyebabkan
adanya hiperemis mata dan keluarnya sekret purulen. Konjungtivitis ini terjadi
akibat lemahnya sistem pertahanan pada konjungtiva.
Mekanisme Mata Merah
Paramyxoviridae morbili virus masuk ke dalam saluran nafas  kemudian
virus menjalar masuk ke lapisan sel saluran nafas  virus yang dianggap
benda asing ditangkap oleh makrofag paru  makrofag yang telah menangkap
virus measles membawanya ke kelenjar limfa bagian regional untuk
dimatikan/identifikasi lanjut oleh sel limfosit  di dalam kelenjar limfa virus
measles bereplikasi  virus akihrinya dilepaskan ke dalam aliran darah
(viremia primer)virus yang sampai mata ditahan oleh sel neutrofil, eosinofil,
basofil, limfosit dan sel plasma  vasodilatasi pembuluh darah daearah mata
 inflamasi  mata merah
Atau bisa jadi karena suhu tubuh yang meningkat mengakibatkan
vasodilatasi pembuluh darah daerah sekitar mata  mata merah

20
Etiologi Penyakit Mata Merah

1. Mata merah karena infeksi

a. Mata merah yang disebabkan virus


Gejala-gejala mata merah yang disebabkan virus biasanya dihubungkan
lebih banyak dengan suatu pengeluaran cairan yang tidak berwarna hijau atau
kuning. Seringkali, gejala-gejala virus seperti influensa, hidung yang mampet
dan ingusan. Mata merah yang disebabkan virus biasanya hilang dalam tujuh
sampai sepuluh hari.

b. Mata merah yang disebabkan bakteri


Bakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang infeksi adalah
staphylococcus, pneumococcus, dan streptococus. Gejala-gejalanya yaitu
sakit/nyeri mata , bengkak, kemerahan, dan jumlah kotoran yang sedang
sampai besar, biasanya berwarna kekuningan.

c. Mata merah chlamydia


Mata merah yang disebabkan oleh infeksi chlamydia adalah suatu bentuk
yang tidak umum dari mata merah yang disebabkan bakteri di Amerika,
namun sangat umum di Afrika dan negara-negara Timur Tengah. Mata merah
Chlamydia secara khusus dirawat dengan tetracycline dan erythromycin.

2. Mata merah non-infeksi


a. Mata merah karena alergi
Gejala-gejala dan tanda-tanda mata merah karena alergi biasanya disertai
oleh gatal yang hebat, keluar air mata, dan pembengkakan selaput-selaput
mata. Faktor penyebabnya yang sering terjadi karena musiman dan debu.
Biasanya timbul gejala-gejala alergi seperti bersin, hidung yang gatal, atau
tenggorokan yang gatal.

b. Mata merah karena iritasi


Mata merah karena bahan kimia, suhu listrik, dan radiasi dapat berakibat
ketika segala senyawa yang mengiritasi masuk ke mata-mata.

21
Manifestasi Klinis

1. Mata Merah
Mata merah atau hyperemia, merupakan gejala umum. Mata merah
biasanya tidak serius dan tidak akan menyebabkan kerusakan mata dalam
jangka waktu yang lama jika cepat dideteksi dan cepat ditangani. Gejala-
gejalanya kelopak mata membengkak dan memerah. Mata merah yang
disebabkan oleh virus biasanya berawal pada satu mata dan menulari mata
yang satunya dalam beberapa hari ke depan. Pembengkakan kelopak mata
paling sering di karenakan bakteri dan alergi.

2. Banyak Air Mata


Mata merah yang disebabkan oleh virus dan alergi yang dapat
menyebabkan produksi air mata lebih banyak dari biasanya gejalanya mata
gatal dan panas.

3. Cairan Mata
Cairan bening pada mata biasanya disebabkan oleh virus dan alergi. Kalau
warna cairan menjadi lebih berwarna hijau kekuningan (dan ada dalam jumlah
banyak), ini merupakan pertanda mata merah yang disebabkan oleh bakteri.

4. Kelopak Mata Berkerak


Mata yang berkerak disebabkan oleh bakteri, sedangkan mata yang tidak
berkerak disebabkan oleh virus.

5. Sensitif Terhadap Cahaya


Mata merah bisa menyebabkan mata menjadi sensitif terhadap cahaya
(photophobia).

6. Ada Sesuatu di Mata


Mata merah disebabkan oleh bakteri dan debu.

3. Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal
>38°C (100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila
>37,2°C (99°F).

22
Mekanisme Demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh
dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah
endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis
lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang
berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1,
IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya
adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat
mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi. Proses terjadinya demam
dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh
pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-
sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan
pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).
Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk
kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi
hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari
suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk
meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi
peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin
melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1
(machrophage inflammatory protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh
antipiretik. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi
panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat
mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu
naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap
rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan
oleh kerusakan mekanisme termoregulasi.

23
Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon
normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus,
bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi
virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan
(overheating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan
gangguan sistem imun.
Pengobatan
1. Parasetamol/asetaminen adalah obat analgesik (penahan rasa sakit) dan
antipretik (menurunkan demam) yang dapat digunakan untuk menurunkan
panas dan melegakan sakit kepala. Parasetamol bersifat antiradang
(NSAID/non steroidal anti-inflamatory drugs). Dalam dosis normal tidak
menyakiti permukan mukosa lambung/ mengganggu koagulasi darah, ginjal
dan duktus arterious pada janin.
2. Ibuprofen adalah sejenis obat kelompok antiperadangan non
steroid/NSAID, analgesik dan antripretik. Digunkan untuk mengurangi rasa
sakit akibat arthritis, obat sakit kepala, flu, nyeri haid dan penurun panas
demam. Aktivitas antipretik dari Ibuprofen adalah dengan meningkatkan
vasodilatasi dan aliran darah peripheral. Merek dagang: advil, motrin,
nuprin, dan brufen
3. Aspirin/ asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan salisilat
yang digunakan sebagai obat antipretik, analgesik, dan antiinflamasi.

4. Imunisasi
Pengertian Imunisasi
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan. (Depkes RI, 2005).
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang
jika masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus
memiliki zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia
disebut antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.

24
Keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk
antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi
antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit
tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya
(Satgas IDAI, 2008).
Ke-lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh adalah:
a) Imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerin) adalah imunisasi yang
diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis
(TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular yang dilakukan sekali
pada bayi sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b) Imunisasi DPT yaitu merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin
mengandung racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan tetapi masih
dapat merangsang pembentukan zat anti (toxoid) untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri, pertusis dan tetanus, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11
bulan dengan interval minimal 4 minggu.
c) Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada kaki, yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu.
d) Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena penyakit ini
sangat menular, yang diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan.
e) Imunisasi hepatitis B, adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit
yang dapat merusak hati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan,
dengan interval minimal 4 minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang
merupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh seorang
anak. Sejak tahun 2004 hepatitis-B disatukan dengan pemberian DPT menjadi
DPT-HB.
Imunisasi yang dianjurkan, sebagai berikut.
a. Measles, Mumps, Rubella (MMR)
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, parotitis, dan
campak Jerman (Rubella).

25
a) Parotitis menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada
salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Parotitis bisa
menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Campak Jerman (Rubella) menyebabkan demam ringan,
ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa
menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
b) Perlindungan penyakit : Campak, Parotitis dan Rubella
c) Waktu dan dosis pemberian : diberikan dosis tunggal 0.5 ml subkutan,
dan diberikan pada umur 12-18 bulan.
2) Hepatitis A
a) Perlindungan Penyakit : Hepatitis A
b) Waktu Pemberian : dibuat dari virus yang dimatikan Vaksin diberikan 2
kali, suntikan kedua atau booster bervariasi antara 6-18 bulan setelah dosis
pertama,tergantung produk. Vaksin diberikan pada usia > 2 tahun.
3) Typhoid & Parathypoid
a) Perlindungan Penyakit : Demam typhoid
b) Waktu Pemberian : imunisasi diulang setiap 3 tahun.
4) Varicella
a) Perlindungan Penyakit : cacar air.
b) Waktu Pemberian : Vaksin varicella dapat diberikan setelah umur 12
bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada
umur >12 tahun, diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
5) Hib (Haemophillus Influenza b)
a) Perlindungan penyakit : Meningitis
b) Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan PRP-OMP diberikan 2 kali
sedangkan PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan Vaksin tidak
boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum
dapat membentuk antibodi.
6) Pneumokokus
a) Penyebab penyakit : Pnemonia
b) Waktu pemberian : diberikan pada bayi berumur 2, 4, 6, bulan dan
diulang pada umur 12-15 bulan.Interval antara dua dosis 4-8 minggu
7) Influenza
a) Penyebab penyakit : Influenza

26
b) Jadwal pemberian : diberikan pada anak sehat usia 6-23 bulan. Dosis:
untuk < 3 tahun 0. 25 ml dan untuk > 3tahun 0.5 ml.
8) HPV (Human Papilloma Virus)
a) Penyebab penyakit : Kanker serviks
b) Terdapat 2 jenis vaksin HPV: vaaksin bivalen dan quadrivalen diberikan
pada anak perempuan sejak usia > 10 tahun. Dosis 0.5 ml diberikan
intramuskular pada daerah deltoid.
Vaksin Campak
Imunisasi campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur hidup
dengan antigen tunggal yang dibiakkan dalam embrio ayam. Pada tahun 1963,
telah dibuat dua jenis vaksin campak, yaitu:
1. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe
Edmonston B).
2. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan artinya virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium.
Sifat-sifat Vaksin:
Seperti virus campak, virus vaksin campak sangat stabil bila disimpan pada
suhu antara -70°C dan -20ºC. berdasarkan persyaratan WHO, paparan panas
terhadap lyophilized vaksin campak pada suhu 37°C selama satu minggu tidak
boleh mengurangi geometric mean titer (GMT) virus melebihi 1 log10. dosis
minimum yang harus disuntikkan adalah 1000 unit infeksi. Kehilangan
kemampuan vaksin untuk menyusun potensinya kembali sebanyak 50% bila
berada pada suhu 20ºC selama 1 jam, dan seluruh potensinya akan hilang bila
berada pada suhu 37°C selama 1 jam. Vaksin sangat sensitif terhadap sinar
matahari, oleh karena itu ia harus disimpan dalam botol gelas yang berwarna.
Disarankan untuk menyimpan vaksin ditempat gelap dengan temperatur 2º-
8°C dan harus digunakan dalam waktu 6 jam.
Jadwal Lengkap Imunisasi Dasar Wajib untuk Bayi & pada Anak menurut
Usia & jenis (Campak, DPT, BCG, Hepatitis B, Varisella, dan imunisasi
lainnya)

27
Keterangan
cara membaca kolom usia: misal berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d 2 bulan 29
hari (89 hari)
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3
b
apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan
interval 6-12 bulan, respon antibodi setara dengan 3 dosis.

5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Tekanan Darah
Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom
cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat
yang mengukur tekanan dengan metode ini disebut manometer. Alat klinis yang biasa
digunakan dalam mengukur tekanan adalah sphygmomanometer, yang mengukur
tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge dipergunakan dalam sphygmomanometer.
Pada manometer merkuri, tekanan diindikasikan dengan tinggi kolom merkuri dalam
tabung kaca. Pada manometer aneroid, tekanan mengubah bentuk tabung fleksibel
tertutup, yang mengakibatkan jarum bergerak ke angka.
Usia Batas normal tekanan Batas normal tekanan
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
1-12 bulan 75-100 50-70
1-4 tahun 80-110 50-80

28
3-5 tahun 80-110 50-80
6-13 tahun 85-120 55-80
13-18 tahun 95-140 60-90

Pemeriksaan Nadi
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke
paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta
dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah
suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan
sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui
frekuensi denyut jantung dalam 1 menit.
Usia Nadi saat anak bangun Nadi saat anak tidur
(kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru lahir s/d 3 85-205 80-160
bulan
3 bulan s/d 2 tahun 100-190 75-160
2 s/d 10 tahun 60-140 60-90
>10 tahun 60-100 50-90

Pemeriksaan Frekuensi Napas


Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang
otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma
dan otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan
mengembangkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke
lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru
kembali mengempis, diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi
semula.
Umur Kecepatan nafas normal (kali/menit)
0-1 tahun 30 s/d 60
1-3 tahun 24 s/d 40
3-5 tahun 22 s/d 34
5-12 tahun 18 s/d 30
>13 tahun 12 s/d 16

29
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi
panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat
thermoregulator hipothalamus.
Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 370C. Suhu rektal lebih
tinggi daripada suhu oral ± 0,4 - 0,50C. Suhu aksila lebih rendah dari suhu oral
sekitar 0,50C - 10C.
Suhu pusat tubuh anak rata-rata antara 36.60C - 370C saat diukur lewat oral dan
0.50C lebih tinggi saat diukur dari rektal. Mengukur suhu tubuh penting dilakukan
saat curiga anak mengalami demam. Pasalnya, demam bisa jadi pertanda anak
terkena infeksi, gangguan metabolisme atau penyakit lain.

6. Pemeriksaan Spesifik
a) Mata

Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva. Berdasarkan


penyebabnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi:
 Infeksi
Bakterial, virus, parasit, Jamur
 Noninfeksi
Iritasi yang tetap (mata kering), alergi, toksin
Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:
 Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang
menyebar ke mata yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
 Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.

30
Tanda–tanda konjungtivitis adalah:
 Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan
paling nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus,
disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya
peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis
bakterial, dan warna keputihan mirip susu mengesankan
konjungtivitis alergi.
 Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya
sensasi benda asing atau karena gatal.
 Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis
sekret dapat bersifat:
i. Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut.
ii. Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi.
iii. Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi
bakteri.
iv. Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak
mata bengkak. Terdapat pada konjungtivitis berat seperti
trachoma dan keratokonjungtivitis epidemik.
Tanda lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel
(khas terdapat pada konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran,
flikten, dan limfadenopati preaurikuler.
Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan
gambaran khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-
tanda infeksi virus, bakteri,jamur, atau alergi pada pemeriksaan sitologik.
Diagnosis Banding Konjungtivitis

31
b) Mulut
Pemeriksaan fisik mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada
mulut dengan atau tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
atau data yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.
Teknik pemeriksaan pada mulut meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi
(dilakukan hanya pada gigi).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan mulut yaitu
i. Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi duduk
ii. Pencahayaan harus baik, sehingga semua bagian dalam mulut dapat
diamati dengan jelas.
iii. Pengkajian di mulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah,
selaput lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan
palatum/langit-langit mulut, kemudian faring.
iv. Bibir normalnya berwarna merah muda, simetris, halus dan lembab
v. Inspeksi bagian dalam mukosa oral dari bibir bawah
vi. Retraksi mukosa bukal memungkinkan visualisasi yang bersih
vii. Permukaan bawah dari lidah yang bersifat vaskuler
viii. Palatum durum bertempat dibagian anterior di dalam atap mulut
ix. Spatel lidah memungkinkan perwat melihat uvula dan bagian
posterior dari palatum lunak

32
c) Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah
terbentuk dengan baik dan tampak simetris. Payudara dapat tampak
membesar tetapi ini normal
d) Kulit
1. Inspeksi Kulit
a) Observasi tampilan keseluruhan klien dari jarak 90 – 180 cm,
perhatikan corak kulit, warna keseluruhan, variasi warna dan tampilan
umum.
b) Perhatikan adanya bau badan, terutama bau yang tidak umum, seperti
bau apek atau asam. Ingat selalu bahwa latar belakang budaya klien
dapat mempengaruhi standar hygiene dan kerapian.
c) Perhatikan adanya gangguan pigmentasi,bintik-bintik, kutil, kulit
terbakar.
d) Observasi dan dokumentasikan adanya lesi berdsarkan pertimbangan
berikut :
i. Morfologi (deskripsi klinis), lesi : perhatikan ukuran, bentuk atau
konfigurasi, warna, elevasi dan depresi, dan tekstur. Catat bau,
warna, konsistensi, dan jumlah eksudat. Gunakan senter untuk
mengkaji warna lesi dan elevasi garis batasnya. Gunakan
Transiluminator untuk mengkaji cairan didalam lesi dengan
menggelapkan ruangan dan menempatkan ujung iluminator sejejr
dengan sisi lesi; lesi yang berisi cairan akan bersinar merah.
Gunakan lampu woods untuk mengkaji lesi jamur dan kaca
pembesar untuk mnegkaji lesi yang kecil.
ii. Distribusi
Distribusi dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit
atau faktor eksternal. Perhatikan pola inspeksi pertama; banyak
gangguan putih yang melibatkan area kulit tertentu. Pengkajian

33
distribusi termasuk meluasnya gangguan, pola penyebaran dan
karakteristik lokasi.
iii. Lokasi (berhubungan dengan area kulit total)
Perhatikan apakah pola lesi adalah lokal, regional atau umum.
Perhatikan juga area mana yang terkena, seperti permukaan fleksor
atau ekstensor.
iv. Konfigurasi atau pola
Konfigurasi dapat membantu menentukan penyebab. Perhatikan
apakah lesi tersebut bersifat diskret (terpisah dan jelas), coalesced
(menyatu atau bercampur), bergerombol, difusi, linear, anuler atau
arciform (bersusun berbentuk kurva atau lengkungan).
Ketika menginspeksi kulit klien, ingat variasi normal budaya dan
perkembangan klien sebagai berikut :
 Klien dengan kulit gelap dapat mempunyai garis futcher (garis diagonal
berpigment dari bahu sampai ke siku) dan garis pigmentasi dalam pada
telapak tangan dan kaki.
 Bayi dengan lemak subkutan yang sedikit dapat tampak lebih merah
daripada bayi dengan lemak subkutan yang lebih banyak. Bayi berkulit
gelap tampak lebih terang pada sat lahir daripada setelah berusia 2 atau
3 bulan.
 Klien Remaja sering mengalami lesi jerawat atau peningkatan bau
badan.
2. Palpasi Kulit
a) Perhatikan tekstur umum kulit dan lokasi perubahan, seperti kekasaran.
b) Kaji suhu dengan menggunakan permukaan dorsal jari jari atau tangan
yang paling sensitif terhadap persepsi suhu.
c) Kaji kelembaban dengan permukaan dorsal tangan dan jari jari yang
relatif kering untuk mencegah kelembaban klien dengan perawat.
Kelembaban terbesar terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dan
lipatan kulit.
d) Kaji turgor kulit dengan menggenggam dan menarik lipatan kulit dengn
perlahan, dan melepaskannya, observasi berapa cepat kulit kembali ke
bentuk normalnya.

34
e) Yang di palpasi pada kulit, pertama-tama dirasakan kehangatan kulit,
(dingin-hangat-demam), kemudian kelembabannya, pasien dehidrasi
terasa kering dan pasien hipertyroidisme berkeringat terlalu banyak.
- Tekstur kulit
Dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal.
- Turgor
Dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat
kembali ke keadaan semula, menunjukkan turgor turun pada pasien
dehidrasi.
- Krepitasi
Teraba ada gelembung-gelembung udara dibawah kulit akibat
fraktura tulang-tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit
sehingga udara paru-paru bisa berada dibawah kulit dada.
- Edema
Adalah terkumpulnya cairan tubuh dijaringan tubuh lebih daripada
jumlah semestinya.

Inspeksi Rambut dan kulit kepala


Ketika mengkji rambut, perhatikan kuantitasnya, tekstur, warna dan
distribusinya. Ingat bahwa faktor tersebut sangat bervariasi antra individu dan
dipengruhi oleh ras dan asal etnis. Variasi pertumbuhan dan distribusi rambut,
termasuk kebotakan herediter dan rambut wajah yng berlebihan, terjadi secara
alami dan tidak bisa dicegah.
Adapun variasi warna kulit :
- Mole adalah pertubuhan daging yang berpigmen atau digunakan secara
longgar, setiap noda pada kulit
- Birthmark adalah suatu cacat yang melingkar atau titik pada kulit
bersifat kongenital.
- Stretchmark atau striae adalah garis atau alur yang bewarna merah
muda atau ungu yang selanjutnya berwarna putih.
- Hipopigmentasi adalah warna kulit menjadi lebih terang.
Warna kulit terdiri:
- Erythema adalah kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti
pembuluh kapiler.

35
- Pallor adalah kulit tampak pucat.
- Jaundice adalah warna kekuningan pada kulit.
- Cyanosis adalah warna kebiruan pada kulit akibat konsentrasi
hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah.
- Eccymosis adalah bercak perdarahan pada kulit yang kecil yang
membentuk bercak biru atau ungu yang bundar atau tidak teratur serta
tanpa elevasi.
Kondisi kulit abnormal :
- Macula adalah bercak, bintik atau penebalan.
- Papula adalah tonjolan lesi pada kulit yang kecil, terbatas tegas dan
padat.
- Vesikula adalah badan kecil seperti kantung.
- Pustula adalah lesi kulit yang kecil, menonjol, berbatas dan menandung
nanah.
- Ulkus adalah suatu luka terbuka yang berbentuk bundar atau oval.
- Crusta adalah cairan tubuh yang mengering, bisa dari serum, nanah,
darah dan sebagainya.
- Excoriasi adalah setiap pengelupasan substansi superfisial, seperti
terjadi pada kulit akibat garukan.
- Fissura adalah retak atau pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk
celah retakan. Hal ini diakibatkan penurunan elastisitas jaringan kulit.
- Cicatrix adalah pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah
penyembuhan luka. Pengkajian kulit kepala harus menyatakan
permukaan yang bersih, bebas debris, dengan distribusi folikel rambut
yang seimbang.
Hasil Pemeriksaan Spesifik Anak Laki-Laki M berumur 6 tahun
Anamnesa Normal Interpretasi Hasil
Kepala: konjungtiva mata Kongjungtuva normal Stadium prodromal campak
hiperemis
Faring hiperemis Faring normal Stadium prodromal campak
Tampak bercak koplik pada Tidak ditemukan bercak Stadium prodromal campak
mukosa bukal koplik pada mukosa bukal
Tampak eritema macula- Tidak ditemukan eritema Stadium erupsi campak
papula di wajah, belakang macula-papula di wajah,
telinga dan leher belakang telinga dan leher
Thorax : tampak eritemia Tidak ditemukan eritemia Stadium erupsi campak
seukuran macula-papula seukuran macula-papula

36
Pemeriksaan paru dan Normal Normal
jantung dalam batas normal

7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada
darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
- Bayi baru lahir: 17 – 22 g/dL
- Bayi usia 1 minggu: 15 – 20 g/dL
- Bayi usia 1 bulan: 11 – 15 g/dL
- Anak-anak: 11 – 13 g/dL
- Pria dewasa: 14 – 18 g/dL
- Wanita dewasa: 12 – 16
- Pria setelah setengah baya: 12,4 – 14,9 g/dL
- Wanita setelah setengah baya: 11,7 – 13,8 g/dL
Penurunan Hb terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan
pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu
dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin,
antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat anti-radang).
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif
menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang
dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah
tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
b. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Nilai normal :

37
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya
proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru),
meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu),
tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi
tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga
dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),
kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin,
kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan
oleh bakteri).

c. Trombosit
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses
menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan. Penurunan sampai
di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan
hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah
200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam
berdarah.
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam
berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang
bahaya pada <30.000 sel/mm3.
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit
keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.

38
VI. Kerangka Konsep
VII. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

39
40

Anda mungkin juga menyukai