Anda di halaman 1dari 32

PROBLEM BASED LEARNING

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


LAPORAN LATAR BELAKANG MASALAH MENINGITIS

Disusun Oleh : Kelompok 3

Annida Hasanah 16.IK.459

Faisal Amin 16.IK.469

Hardiyanti 16.IK.470

Isnaniah 16.IK.475

Kadek Dian Purwata 16.IK.476

Masliani 16.IK.481

Neky Mawaddah 16.IK.485

Risma 16.IK.491

Siti Nabella Elma Q 16.IK.497

Zelin Resiana Putri 16.IK.503

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayahnya kepada kita, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
modul yang berjudul “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH MENINGITIS”.
Atas dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka kami
banyak mengucapkan terimakasih.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang


maksimal dan mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki,
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa,
pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan.

Banjarmasin, januari 2019

Penyusun
KELOMPOK 3 MODUL LBM III KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“MENINGITIS”

Ketua : Hardiyanti

Sekretaris : Isnaniah

Neky Mawaddah

Anggota : Annida Hasanah

Faisal Amin

Risma

Zelin Resiana Putri

Kadek Dian Purwata

Masliani

Siti Nabella Elma Q


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Anak laki-laki usia 10 tahun beberapa hari ini sering merasa mengantuk dan
tidur lebih lama dari biasanya, saat ditanya mengeluh sering merasa pusing,
terkadang nausea dan muntah, iritabilitas juga dialami dalam 2 hari ini. Orang
tuanya mengira anaknya kelelahan karena hobby main bola sampai tidak
kenal waktu. Sebelum memeriksakan anaknya ke dokter, pasien mengalami
hiperpireksia 1 hari dan kejang tonik-klonik selama hampir 15 menit. Muntah
3-4 kali per hari setiap makan dan minum. Setiap habis kejang pasien tidak
sadar. Tiga hari sebelum hiperpireksia, pasien juga mengalami anoreksia
karena pharyngitis yang dideritanya. Ibu dan kakak pasien juga memiliki
riwayat kejang pada saat bayi. Riwayat kelahiran pasien adalah ditolong
dukun. Pasien hanya pernah imunisasi 1× pada bayi. TTV: Nadi: 80×/m, RR:
20×/m, T: 37,3C. kaku kuduk (+). Dokter yang memriksa melakukan tes
meningeal sign, dan melakukan serangkaian tes darah.
B. TUGAS MAHASISWA
Membuat sebanyak mungkin pertanyaan yang timbul setelah menganalisis
LBM tersebut di atas
C. CARA BELAJAR
1. Menerapkan metode SEVEN JUMP
2. Diskusi kelompok tanpa tutor untuk mengidentifikasi pertanyaan teori,
sumber belajar, dan pertanyaan praktik.
3. Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengkonfirmasikan sumber-
sumber belajar dan alternative jawaban.
4. Konsultasi untuk memperdalam pemahaman.
5. Lecture dan atau hand-out
BAB II
METODE SEVEN JUMP

JUMP 1

1. Nausea
Sensasi ketidaknyamanan pada perut bagian atas atau belakang
tenggorokan, sering kali disertai dengan dorongan untuk muntah.
2. Iritabilitas
Peka terhadap rangsangan atau kemampuan untuk menanggapi rangsang.
3. Hiperpireksia
Keadaan suhu tubuh di atas 41,1C
4. Kejang tonik-klonik
Kejang yang melibatkan seluruh tubuh muncul saat gelombang otak
bekerja secara abnormal yang mengakibatkan kejang otot abnormal dan
pingsan.
5. Anoreksia
Kelainan pola makan yang membuat seseorang mengalami kelaparan atau
tindakan menurunkan berat badan secara berlebihan.
6. Pharyngitis
Suatu penyakit radang yang menyerang batang tenggorok.
7. Tes meningeal sign
Pemerikssan neurologis digunakan untuk pemeriksaan kondisi yang dapat
menggangu syaraf.
8. Kaku kuduk
Kaku pada saat flesi buka kaku saat ekstansi atau rotasi.

JUMP 2

1. Apakah usia mempengaruhi penyakit ini ?


2. Apakah jenis kelamin mempengaruhi penyakit ini ?
3. Apakah pola hidup mempengaruhi penyakit ini ?
4. Apakah riwayat kejang mempengaruhi penyakit ini ?
5. Apakah penyakit ini penyakit keturunan ?
6. Apakah penyakit ini dapat menular ?
7. Apakah tidur lebih lama dari biasanya dapat menyebabkan klien menjadi
pusing ?
8. Apakah riwayat hiperpireksia mempengaruhi penyakit ini ?
9. Apa yang menyebabkan klien muntah setiap makan dan minum ?
10. Apakah imunisasi yang tidak lengkap mempengaruhi penyakit ini ?
11. Apakah tindakan yang dapat dilakukan dirumah pada saat klien kejang ?
12. Apakah kelelahan menjadi faktor berpengaruh ?
13. Apakah ada terapi komplementer pada penyakit ini ?
14. Apa fungsi pemeriksaan kaku kuduk ?
15. Apa fungsi pemeriksaan test meningeal sign ?
16. Apa intervensi keperawatan pada kasus tersebut ?
17. Diagnosa apa yang mungkin muncul ?
18. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat menentukan diagnose pada kasus
ini ?
19. Discharge planning apa yang diberikan pada orang tua anak ?
20. Apakah riwayat penyakit paringitis berpengaruh ?
21. Apa indikasi test meningeal sign ?
22. Apa kontraindikasi test meningeal sign?
23. Komplikasi apa yang muncul pada kasus diatas ?
24. Mengapa kaku kuduk dapat terjadi ? apa karena paringitis atau penyakit
yang diderita sekarang
25. Apakah ada makanan atau minuman yang dilarang pada anak tersebut ?
26. Apakah terdapat komplikasi pada klien setelah kejang ?
27. Apa penyebab terjadinya kejang pada klien ?
28. Tindakan medis apa saja yang dapat dilakukan pada klien ?
29. Apakah riwayat kelahiran klien yang ditolong oleh dukun menjadi pemicu
terjadinya penyakit klien yang sekarang ?
30. Berapa prevalensi kasus ini di Indonesia ?
31. Apakah penyakit kejang dapat sembuh total ?
JUMP 3

1. Ya, usia mempengaruhi penyakit meningitis karena usia yg rendah


memiliki sistem tubuh yang rendah pula
2. Menurut saya sepertinya mempengaruhi karena banyak terdapat pasien
berjenis kelamin laki-laki yang terkena dari pada perempuan
3. Iya. karena keseluruhan kebersihan yang buruk, seperti tidak mencuci
tangan, bermain ditanah yang terkontaminasi, dan tidak menutup mulut
saat batuk dan bersin meningkatkat resiko meningitis.
4. Menurut saya riwayat kejang tidak beresiko meningitis
5. Kemungkinan bisa di sebabkan oleh keturunan atau faktor lainnya.
6. Tidak menular karena menyerang sistem saraf
7. Menurut saya tidur lebih lama dari biasanya pada saat weekend atau
liburan dapat menimbulkan rasa sakit pada kepala
8. Mungkin penyakit pasien dapat di sebabkan salah satunya riwayat
hiperpereksia pasien
9. Mual muntah pada pasien disebabkan oleh peningkatan tekanan intra
kranial di otak yang menyebabkan gangguan saraf sehingga muncul
refleks mual muntah
10. Imunisasi yang tidak lengkap mempengaruhi penyakit ini karena imunisasi
yang tidak lengkap itu membuat system imun dari seseorang atau
pertahanan tubuh seseorang itu lemah sehingga lebih rentan terserang
penyakit dan tertular penyakit.
11. Sebaiknya jika pasien mengalami kejang tindakan yang harus dilakukan
adalah sesegera mungkin membawa pasie ke pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
12. Tidak, kelelahan meruapakan faktor pencetus karena kelehan timbul
diakibatkan oleh aktivitas berlebih.
13. Mungkin akan ada berberapa terapi komplementer yang bisa dilakukan
pada penyakit pasien
14. Fungsi kaku kuduk untuk pemeriksaan rangsang meningeal
15. Untuk mengetahui apakah pasien terkena penyangit meningitis
16. Kompres hangat, pakaikan baju yg longgar, pantau suhu tubuh dan
ruangan, berikan posisi yg nyaman, pantau adanya kejang, berbaring
dengan posisi kepala datar/miring.
17. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian
18. Tes darah
Tes meningeal sign
19. Mengajarkan orang tua bagaimana cara pemberian obat dan dosis yang
perlu di berikan.
20. Tidak berhubungan, karena Faringitis adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorok atau kerongkongan (pharynx).
21. Pada pasien yang diduga menderita meningitis
22. Menurut saya sepertinya pada pasien yang memiliki kaku kuduk berat dan
pasien tidak sadar.
23. Migrain
kejang
kerusakan otak
24. Kaku kuduk pada pasien dapat disebabkan karena adanya otot pada pasien
yang rusak akibat pharingitis pasien.
25. Kemungkinan penderita tidak boleh minum minuman yg mengandung
alkohol dan makanan yg cepat saji.
26. Ada,jika terus dbiarkan kejang dalam lingkungan yang membahayakan
akan menyebabkan kematian pada pasien
27. – kelainan genetic
- Kekebalan terhadap obat
- Kerusakan otak karena tumor otak, alcohol, dan Alzheimer
- Kurang tidur, konsumsi alcohol, stres, atau perubahan hormone
- sengatan
28. Penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic
29. Riwayat kelahiran klien yang dibantu dukun bisa menjadi faktor resiko,
karena bisa terjadi infeksi dll.
30. Tingkat prevelensi penyakit meningitis mungkin sekitar 10.000
31. Kemungkinan kejang yang terjadi pada pasien dalam kasus ini
dikarenakan demam yang tinggi jadi selama pasien mengidap penyakit
meningitis dan mengalami salah satu gejalanya yaitu demam maka kejang
tidak dapat sembuh total dan juga pasien mengalami riwayat keturunan
kejang dari ibu dan kakak pasien.

JUMP 4

1. Kebanyak pengindap meningitis ditemukan memiliki usia dibawah 5


tahun. Meningitis bakteri umunya ditemukan pada penderita dibawah
usia 20 tahun, khususnya mereka yang tinggal di lingkup komunitas
yang padat.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi jarang terjadi pada
anak dibawah 6 bulan, yang paling sering adalah pada anak 6 bulan
sampai dengan 5 tahun (Harsono, 1993). Defenisi menurut WHO
(2003) yang dikutip oleh Jeliffe D (1994), mendefinisikan bahwa usia
antara 0-14 tahun mempunyai resiko besar untuk mengalami penyakit
ini. Hal ini diakibatkan infeksi Haemophilus influenza maupun
pneumococcus, karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap
bakteri.
https://doktersehat-
com.cdn.ampproject.org/v/s/doktersehat.com/faktor-resiko-dan-
kondisi-yang-memicu-menigitis/
2. Sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara meningitis dengan
jenis kelamin. Hal utama yang membedakan laki-laki dan wanita
adalah pengaruh hormonalnya, sedangkan meningitis tidak dipengaruhi
oleh hormonal. Karena itu, meningitis yang terjadi lebih sering pada
pria lebih dikarenakan faktor risikonya (misalnya penurunan sistem
imun) dan bukan karena faktor jenis kelaminnya.
(www.alodokter.com)

3. - Bersin dan batuk dari orang yang terinfeksi melepaskan ratusan


tetesan kecil lendir dan ludah ke udara.
- Menghirup tetesan-tetesan ini dapat menyebarkan bakteri dan virus
yang menyebabkan meningitis.
- Menyentuh permukaan yang terkontaminasi seperti gagang pintu
dan kursi toilet. Menyentuh permukaan yang terkontaminasi, dapat
memindahkan mikroba dari permukaan benda tersebut ke balita.
- Higiene pribadi yang buruk dapat memperburuk perpindahan
patogen dari benda mati.
- Berbagi peralatan dengan orang yang terinfeksi dapat menyebarkan
infeksi.
- Balita dapat menjadi rentan terhadapnya di taman bermain dan
tempat penitipan anak, di mana anak-anak prasekolah bisa makan
makanan ringan dari piring yang sama.
- Makan makanan yang terkontaminasi mentransmisikan bakteri,
virus, dan parasit, yang merupakan agen infeksi meningitis.
- Menghirup debu yang terkontaminasi dengan kotoran burung
ataupun tinja yang mungkin mengandung spora jamur, juga  dapat
menyebabkan meningitis.
4. Semakin muda usia terkena meningitis, semakin tidak khas gejalanya.
Gejala pada bayi dan anak dapat berupa demam disertai kejang,
kadang diikuti dengan penurunan kesadaran. Jadi, kejang disertai
demam bukan penyebab meningitis, namun merupakan salah satu
gejala penyakit ini
(https://www.ekahospital.com/id/media-detail/health-
info/recognizing-febrile-seizures-and-meningitis-in-children)
5. Salah satu faktor yang mempermudah terjadi infeksi selaput otak
(meningitis) adalah faktor genetik dari keturunan. Pada seseorang yang
mempunyai keturunan meningitis mempunyai peluang lebih besar
terinfeksi pada selaput otak bila adanya kontak dengan kuman tertentu.
6. Penyakit ini menular yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau
juga mikroorganisme lain, dan penularan nya melalui udara
7. Oversleeping berpengaruh pada neurotransmitter tertentu dalam otak,
termasuk serotonin. Orang yang tidur lama di siang hari dan
mengacaukan pola tidur malamnya juga terbukti sering mengalami
sakit kepala pada pagi hari. (Byme, D. 2013)
8. Penyebab meningitis bukan dari hiperpereksia. tetapi meningitis dapat
ditandai dengan hiperpereksia (I Made, 2012)
9. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen
sampai hipotalamus. Hipotalamus kemudian meningkatkan suhu
sebagai tanda adanya bahaya. Kenaikkan suhu dihipotalamus akan
diikuti dengan penigkatan mediator kimiawi akibat peradangan seperti
prostaglandin, epinefrin, norepinefrin,. Kenaikkan mediator tersebut
dapat merangsang peningkatan metabolisme sehingga dapat terjadi
kenaikkan suhu diseluruh tubuh, rasa sakit kepala, peningkatan
gastrointestinal yang memunculkan rasa mual dan muntah. (Riyadi &
Suharsono, 2010)
10. Dalam imunisasi terdiri dari 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan
kepada anak sebelum berusia 1 tahun. Imunisasi tersebut adalah
Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HIB, dan campak. Salah satu vaksin
yaitu DPT-HIB merupakan imunisasi yang diberikan 4 kali pada usia
2, 3, 4 dan 18 bulan guna mencegah 6 penyakit yaitu : difteri, pertusis,
tetanus, Hepatitis B, Pneumonia dan meningitis. Jadi, pada kasus anak
hanya diimunisasi 1 kali, sehingga tidak mendapatkan vaksin HIB
secara lengkap padahal vaksin berguna untuk mencegah terjadinya
penyakit meningitis (KemenKes RI, 2014)
11. Penangangan yang bisa di lakukan di rumah jika terjadi kejang adalah :
 Baringkan penderita agar tidak jatuh, tapi jangan memindahkannya
 Letakkan alas yang empuk di bawah kepala penderita, misalnya
bantal atau jaket, jika memungkinkan.
 Jangan memasukkan sesuatu dalam mulut penderita
 Jauhkan benda-benda berbahaya dari penderita
 Jangan memakai kekerasan untuk menahan gerakan penderita
 Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher penderita
 Miringkan kepala penderita. Posisis ini akan mencegah muntahan
masuk ke dalam paru-paru
 Hindari menyuapi penderita dengan apapun sebelum kejang
behenti dan sepenuhnya sadar
 Temani penderita sampai kejangnya berhenti tau hingga petugas
medis datang
(Alodokter.com)
12. Peningkatan tekanan intrakanial dapat mengganggu fungsi sensorik
dan motoric yang terdapat pada serebrum, sehingga apabila seseorang
dengan meningitis mengalami kelelahan, akan semakin menambah
beban kerja fungsi motorik pada penderita, sehingga penderita juga
mengalami penurunan respon kesadaran terhadap lingkungan. (Riyadi
& Suharsono, 2010)
13. Dari berberapa literatur bahwa terapi komplementer pada meningitis
itu tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit, namun ada
berberapa terapi komplementer yang dilakukan untuk mengurangi
gejala atau efek seperti nyeri yang dirasa pasien meningitis
(Meriyati,2016)
14. Bila ada peradangan selaput otak atau di rongga sub arachnoid terdapat
benda asing seperti darah, maka dapat merangsang selaput otak.
(Baker, K. 2012)
15. Pemeriksaan Meningeal sign digunakan untuk menunjukan
kemungkinan adanya iritasi pada selaput otak atau meningitis
16. 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakterisyik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. observasi reaksi non-verbal dari ketdaknyamanan
3. gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
5. ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengatasi nyeri
6. ajarkan teknik relaksasi pada pasien
7. kompres dingin pada kepala dan kain dingin pada mat agar
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
8. evaluasi pengalaman nyeri
9. kolaborasi pemberian analgetik
17. - Nyeri Akut (kepala) b.d proses penyakit
- Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan b.d Penurunan
Intake Makanan
- Hambatan Mobilitas Fisik b.d penurunan tingkat kesadaran
- Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
18. - Tes darah. Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk
kemudian diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
melihat adakah mikroorganisme yang membahayakan di dalam darah
pasien.
- Pencitraan. CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa
pembengkakan atau peradangan di sekitar kepala.
- Spinal tap (lumbar puncture). Dalam tes ini, cairan serebrospinal
digunakan sebagai sampel untuk mendiagnosis meningitis. Penderita
meningitis umumnya memiliki kandungan gula yang rendah serta
terjadi pengingkatan pada jumlah sel darah putih dan protein dalam
cairan serebrospinalnya.
Dokter juga dapat melakukan tes polymerase chain reaction (PCR)
atau tes yang bekerja dengan memeriksa antibodi dalam tubuh, apabila
meningitis yang ada dicurigai disebabkan oleh virus.
19. 1.    Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan
efek samping
2.    Ajarkan pada orang tuan untuk emmantau komplikasi jangka
panjang serta tanda dan gejalanya.(Sujono.2010)
20. Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri keruang subaraknoid, baik
melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari focus
berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal
secara congenital, traumatik, atau pembedahan (Ngastiyah, 2005).
Virus / bakteri dapat menyebar sampai ke selaput otak, misalnya pada
penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan
Endokarditi
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2937/11100015
8.pdf?sequence=1&isAllowed=y
21. Meningeal sign sangat indikasi untuk mendiagnosis meningitis
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2017/08/MANUAL-6-CSL-IV-NEUROLOGI.pdf
22. Tidak terdapat sumber yang menyebutkan terkait kontraindikasi dari
pemeriksaan ini
23. Komplikasi yang muncul akibat meningitis pada tiap orang dapat
berbeda-beda. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi:
Kehilangan penglihatan
Kejang
Gangguan ingatan
Migrain
Kehilangan pendengaran
Arthritis atau radang sendi
Gagal ginjal
Syok
Kesulitan berkonsentrasi
Kerusakan otak
Hidrosefalus
24. penyebab kaku kuduk yaitu (khotimah eti, 2012):
a. Tensi dan ketegangan otot.
b. Cedera
c. Sendi yang aus.
d. Kompresi saraf. Herniated disc atau taji tulang pada tulang belakang
leher Anda dapat menekan saraf keluar dari saraf tulang belakang.
e. Penyakit. Penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis, meningitis,
flu atau stress dapat menyebabkan nyeri pada leher
Dari sumber yang didapat kita tidak bisa memastikan apakah kaku
kuduk pasien dikarena kan meningitis atau yang lain, tetapi
meningitis merupakan salah satu penyebab kaku kuduk
25. Memakan makanan sehat dan bergizi, istirahat yang cukup, serta
hindari gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan mengonsumsi
alkohol, agar sistem kekebalan tubuh tetap sehat sehingga dapat
terlindungi dari berbagai virus dan penyakit.
26. Ada Komplikasi yaitu mengakibatkan spasme pada otot bronkus.
Spasme dapat mengakibatkan penyempitan jalan nafas (Riyadi &
Suharsono, 2010)
27. – kadar tinggi neurotransmiter rangsangan secara abnormal atau kadar
rendah neurotransmiter penghambat secara abnormal
- Meningitis, AIDS, encephalitis karena virus, infeksi parasite otak
bernama neurocysticercosis dan penyakit infeksi lainnya
- Kelainan perkembangan dan metabolisme, contohnya, cerebral
palsy, neurofibromatosis, ketergantungan pyruvate, tuberous
sclerosis, sindrom Landau-Kleffner, dan autism
- Paparan timbal, karbon monoksida, narkoba, overdosis antidepresan
dan banyak racun lainnya
28. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20mg/kgBB/24 jam, oral 2× sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15mg/kgBB/24 jam, oral 1× sehari selama1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40mg/kgBB/24 jam, IM 1-2× sehari selama
3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bacterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam, IV 4-6× sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam, IV 4× sehari
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulasi diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis atau rectal: 0,4-
0.6 mg/kgBB atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3× sehari atau
fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3× sehari
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis
3. Antiedema serebri: diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2
(http://www.academia.edu/6559846/Laporan_Pendahuluan_dan_A
skep_Meningitis)
29. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tris Eryando (2009)
rendahnnya ANC maupun penolong persalinan oleh tenaga kesehatan
ternyata dipengaruhi oleh ketidaktahuan ibu tentang gejala kehamilan,
risiko kehamilan dan risiko melahirkan. Menurut dr.Darmadi
Darmawan, SpA, dari RS evasi tingkat mortalitas akibat meningitis ini
bisa mencapai 60%. Didalam kandungan seorang anak bisa terkena
meningitis secara langsung oleh bakteri,virus, dan jamur atau ketika
terpapar cairan vagina saat persalinan.
30. Di Indonesia pada tahun 2010 jumlah kasus meningitis terjaid pada
laki – laki sebesar 12.010 pasien, pada wanita sekitar 7.371 pasien dan
dilaporkan pasien yang meninggal dunia sebesar 1.025 (Menkes RI,
2011)
31. Kejang pada penyakit ini merupakan salah satu tanda dan gejala dari
penyakit meningitis. Kejang pada penyakit meningitis disertai dengan
penurunan kesadaran. Jadi apabila penyakit meningitis ini sembuh total
maka kejang pun yang merupakan gejala dari meningitis dapat sembuh
total (Alodokter.com)

JUMP 5

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Meningitis


2. Untuk mengetahui pengertian Meningitis
3. Untuk mengertahui klasifikasi Meningitis
4. Untuk mengetahui etiologi Meningitis
5. Untuk mengetahui patofisiologi Meningitis
6. Untuk mengetahui manifestasi Meningitis
7. Untuk mengetahui komplikasi Meningitis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Meningitis
9. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
10. Untuk mengetahui intervensi (NIC dan NOC) Meningitis
JUMP 6
LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat operasi dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak
dalam rongga kranium yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak
dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu : serebrum, batang otak dan
serebelum. Semua berada dalam suatu bagian struktur tulang yang disebut
tengkorak, yang juga menjaga otak dari cedera. Empat tulang frontal,
parietal, temporal dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga
bagian fossa-fossa. Bagian fossa senterior berisi lobus frontal serebral
bagian hemisfer, bagian tengah fossa berisi lobus parietal, temporal dan
oksipital dan bagian fossa posteror berisi batang otak dan medula.

a. Meningen
Meningen terletak dibawah tengkorak. Komposisi meningen berupa
jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan
memelihara otak. Meningen terdiri dari tiga lapisan, yaitu :

1) Duramater
Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat
duramater liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna
abu-abu. Bagian pemisah hura : flax serebri yang memisahkan
kedua hemisfer dibagian longitudinal dan tentorium, yang
merupakan lipatan dari dura yang membentuk jaring-jaring
membran yang kuat. Jaringan ini mendukung hemisfer dan
memisahkan hemisfer dengan bagian bawah otak (fossa posterior).
Jika tekanan dalam rongga otak meningkat, jaringan otak tertekan
kearah tentorium atau berpindah kebawah, dan keadaan ini disebut
herniasi.
2) Arakhanoid
Membaran bagian tengah, membran yang bersifat tipis dan lembut
ini menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut arakhnoid.
Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada
dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid, yang bertanggung
jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Membran yang
mempunyai bentuk seperti jari tangan ini disebut arakhnoid villi
yang mengabsorbsi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia dewasa
normal, CSS diproduksi 500 ml/hari, tetapi 150 ml diabsorbsi oleh
villi. Villi mengabsorbsi CSS juga pada saat darah masuk ke dalam
sistem (akibat trauma, pecahnya aneurisme, stroke dan lain-lain)
dan yang mengakibatkan sumbatan. Bila villa arakhniod tersumbat
dapat menyebabkan hidrosepalus.
3) Piamater
Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang
menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.

b. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Subtansia grisea
terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada
prinsipnya kompisisi substansia grisea yang terbentuk dari badan-
badan saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia.
Susbtansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-
bagian otak denagn bagian yang lain. Sebagian besar hemisfes serebri
berisi jarigan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol
fungsi motorik tertiggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi.
Pada serebrum ada empat lobus, yaitu :
1) Lobus frontal, adalah lobus besar yang terletak pada fossa anterior.
Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri 
2) Lobus parietal, adalah lobus sentral. Area ini menginterprestasikan
sensasi dan didepan lobus oksipitalis. Sensasi rasa yang tidak
berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakkan pada
daerah ini menyebabkan syndrom hemineglect
3) Lobus temporal, adalah bagian bawah lateral dan fisura serebralis
dan di depan lobus oksipitalis. Area ini berfungsi mengintegrasikan
sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat
berhubungan dengan daerah ini
4) Lobus oksipitalis, terletak pada lobus posterior hemisfes serebri.
Bagian ini bertanggung jawab menginterprestasikan pengelihatan

c. Diensepalon
Fossa bagian tengah atau diensepalon berisi talamus, hipotalamus, dan
kelenjar hipopisis. Diensepalon terdiri dari dua lapisan, yaitu :
1) Talamus
Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang
diterima. Semua impuls memori, dan nyeri melalui bagian ini.
2) Hipotalamus
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Berfungsi
mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga
bekerja sama dengan hipopisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, pengatur suhu tubuh, sebagai pusat lapat dan
mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah,
perilaku agresif dan seksual dan respon emosional (rasa malas,
marah, depresi, panik dan takut)
d. Batang Otak
Batang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak
ini terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongara. Midbrain
mengatakan hubungan pons dan sereblum dengan hemisfer serebrum.
Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks
pendengar dan pengelihatan. Pons terletak di depan sereblum antara
otak tangan dan medula dan merupakan jembatan antara dua bagian
sereblum dan juga antara medula dan sereblum. Pons berisi jaras
sensorik dan motorik. Medula oblongata meneruskan serabut-serabut
sensorik dari medula spinalis ke otak. Dan serabut-serabut tersebut
menyilang pada daerah ini. Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam
mengontrol jantung, pernafasan dan tekanan darah dan sebagai asal-
usul saraf otak kelima sampai kedelapan.
e. Sereblum
Sereblum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer
serebral, lipatan dura meter, tentorium sereblum. Sebelumnya
mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan
tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakkan halus.
Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan
mengintegrasikan input sensorik

B. DEFINISI
Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid dan
piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha& Rahil, 2012).

Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput mengineal yang


dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai adanya
gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran, gejala
rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intracranial dan gejala
defisit neurologi (Widagdo, 2011)
C. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :

1) Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia.
2) Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

D. ETIOLOGI
1. Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae
(pneumokok ), neisseria meningitis (meningokok), streptococus
haemolyticuss, staphylococus aureus.
2. Virus, toxoplasma gondhii dan rickettsia
3. Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobin
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.(Wijaya, 2013, hal. 24)
E. PATOFISIOLOGI

Meningitis umumnya dimulai dalam bentuk inflamasi piaaraknoid, yang


dapat berlanjut dengan timbul kongesti pada jaringan sekitarnya dan
kerusakan sebagian sel saraf.

Mikroorganisme secara khas masuk ke dalam sistem saraf pusat (SSP)


melalui salah satu dari empat jalur ini:

1. Darah (yang paling sering)


2. Lubang yang menghubungkan secara langsung cairan serebrospinal
dengan lingkungan sebagai akibat trauma
3. Lintasan di sepanjang nervus kranialis dan saraf perifer
4. Lintasan melalui mulut atau hidung
Mikroorganisme dapat ditularkan kepda bayi melalui lingkungan
intrauteri.
Mikroorganisme yang menginvasi akan memicu  respons inflamasi pada
meningen. Dalam upaya mengusir invasi tersebut, sel-sel neutrofil akan
berkumpul di daerah ini dan menghasilkan eksudat di dalam ruang
subaraknoid sehingga cairan serebrospinal yang menyebabkan
hidrosefalus.

1. Menyebabkan eksaserbasi respons inflamasi yang akan menaikkan


tekanan dalam otak.
2. Dapat meluas hingga mengenai nervus kranialis serta saraf perifer,
dan keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi tambahan
3. Menimbulkan iritasi pada meningen, yang menyebabkan disrupsi
membran selnya dan mengakibatkan edema
Konsekuensi semua keadaan di atas adalah kenaikan tekanan intrakanial,
penggelembungan pembuluh darah, gangguan pasikan darah serebral,
kemungkinan trombosis atau ruptur, dan bila tekanan intrakranial tidak
turun, hasil akhir yang terjadi adalah infark serebri. Ensafalitis dapat pula
terjadi sebagai infeksi sekunder pada jaringan otak.

Pada meningitis aseptik, sel-sel limfosit akan menginfiltrasi lapisan pia-


araknoid tetapi biasanya infiltrasi ini tidak sehebat pada meningitis
bakterialis dan juga tidak membentuk eksudat. Jadi, tipe meningitis ini
bersifat sembuh sendiri.(Kowalak, 2011, pp. 313-314)
F. PATHWAH
G. MENIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda meningitis secara khas meliputi:
1. Panas atau demam, mengigil
2. Sakit kepala, muntah, dan kadag-kadang papiledema (inflamasi
nerveusflamasi dan edema pada nervus optikus)
Tanda-tanda iritasi meningen meliputi :
1. Kaku kuduk
2. Tanda Brudzinki dan Kernig yang positif
3. Refleks tendon dalam yang berlebihan dan simetris
4. Opistotonos (keadaan spasme di mana punggung dan ekstremitas
melengkung ke belakang sehingga tubuh bertumpu pada kepala dan
kedua tumit
Ciri-ciri meningitis yang lain meliputi :
1. Sinus aritmia akibat iritasi pada serabut-serabut saraf dalam sistem
sraf otonom
2. Iritabilitas akibat kenaikan tekanan intracranial
3. Fotofobia, diplopia, dan permasalahan penglihatan lain akibat iritasi
nervus kranialis
4. Delirium, stupor berat, dan koma akibat kenaikan tekanan
intrakranial dan edema serebri. (Kowalak, 2011, p. 314)

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis antara lain :

1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini


muncul karena adanya desakan pada intrakarnial yang meningkat
sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan infark kedaerah
subdural
2. Peradangan pada daerag ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
menigen dapat sampai kejaringan cranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventricular
3. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi liquor
serebro spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental
sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang
menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan
diintrakarnial.
4. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar keotak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan
yang tepat
5. Epilepsy
6. Retardasi mental
Retaldasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga menganggu gyrus otak anak sebagai
tempat penyimpanan memori
7. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi kaarena pengobatan
yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap
antibiotic yang digunakan untuk pengobatan (Ridha, 2014, p. 351)

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic
yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai
dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg


selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena
Pathway Kasus
J. INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O Keperawatan NOC Keperawatan
NIC
1. Nyeri Akut Tujuan : Setelah dilakukan NIC : Pain Management
(kepala) b.d tindakan keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
proses ….x24 jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
penyakit dapat berkurang dan dapat
mengotrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC : Pain Control kualitas dan faktor presipitasi
Skala :
2. Observasi reaksi non-verbal dari
1. Tidak pernah dilakukan.
ketidaknyamanan
2. Jarang dilakukan.
3. Gunakan teknik komunikasi
3. Kadang-kadang dilakukan.
terapeutik untuk mengetahui
4. Sering dilakukan.
5. Selalu dilakukan. pengalaman nyeri pasien
Dengan kriteria : 4. Kontrol lingkungan yang dapat
1. Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang atau terkontrol. ruangan, pencahayaan, dan
2. Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri berkurang. 5. Ajarkan teknik non-farmakologi
3. Skala Nyeri 0-1 dalam untuk mengatasi nyeri

rentang skala NRC. 6. Ajarkan Teknik relaksasi pada

4. Menggunakan metode non- pasien

analgetik untuk mengurangi 7. Kompres dingin pada kepala dan


kain dingin pada mata agar
nyeri.
menyebabkan vasokontriksi
5. Menggunakan analgetik
pembuluh darah otak
sesuai kebutuhan.
8. Evaluasi pengalaman nyeri
9. Kolaborasi pemberian analgetik
Ketidakseimb Tujuan : setelah dilakuakn NIC : Therapy Nutrition:
2. angan Nutrisi tindakan keperawatan selama … 1. monitor intake makanan/cairan &
Kurang Dari x 24 jam ketidakseimbangan hitungan masukan kalori perhari
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d Penurunan tubuh dapat teratasi. sesuai dgn kebutuhan
Intake 2. Kaji preferensi makanan yg sesuai
Makanan NOC : Discomfort level
1. Nafsu makan pasien dgn budaya & agama pasien
meningkat 3. Ciptakan lingkungan yg membuat
2. Mual yang dirasakan
berkurang suasana yg menyenangkan dan
3. Muntahnya yang dirasakan menenangkan
pasien berkurang
4. Berikan perawatan mulut
Nause dan vorniting severity sebelum makan sesuai dgn
4. Intensitasi mual pasien kebutuhan
berkurang 5. Tent jumlah kalori & tipe nutrisi yg
5. Muntah pasien berkurang dibutuhkan utk memenuhi
6. Nyeri pada lambung pasien kebutuhan nutrisi dgn
berkurang. berkolaborasi dgn ahli gizi.
  6. Kaji status nutrisi pasien
7. Jaga kebersihan mulut, anjurkan
untuk selalu melalukan oral
hygiene.
8. Delegatif pemberian nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan pasien :
diet pasien diabetes mellitus.
9. Berian informasi yang tepat
terhadap pasien tentang
kebutuhan nutrisi yang tepat dan
sesuai.
10. Anjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi zat
besi seperti sayuran hijau
11. Anjurkan pasien untuk makan
selagi hangat
12. Delegatif pemberian terapi
antiemetik (Ondansentron 2×4
(k/p) dan Sucralfat 3×1 CI)
13. Diskusikan dengan keluarga dan
pasien pentingnya intake nutrisi
dan hal-hal yang menyebabkan
penurunan berat badan.
14. Timbang berat badan pasien jika
memungkinan dengan teratur.
15. Kolaborasi dengan tim gizi
Hambatan Tujuan : Setelah dilakukan NIC
3. Mobilitas tindakan keperawatan selama Exercise therapy : ambulation
Fisik b.d ….x24 jam diharapkan
penurunan Hambatan Mobilitas Fisik dapat 1.Monitoring vital sign
tingkat teratasi sebelum/sesudah latihan dan lihat
kesadaran NOC : Mobility
respon pasien saat latihan
1. Klien meningkat dalam 2.Konsultasikan dengan terapi fisik
aktivitas fisik tentang rencana ambulasi sesuai
2. Pasien mampu menjaga dengan kebutuhan
keseimbangan 3.Bantu klien untuk menggunakan
3. Terlihat pergerakan otot yang tongkat saat berjalan dan cegah
signifikan terhadap cedera

4. Pasien dapat 4.Ajarkan pasien atau tenaga

mempertahankan kekuatan kesehatan lain tentang teknik


ambulasi
otot
5.Kaji kemampuan pasien dalam
5. Klien mampu berjalan
mobilisasi
Coodinated Movenmen 6.Latih pasien dalam pemenuhan
6. Terjadinya peningkatan kebutuhan ADLs secara mandiri
kontraksi otot pada klien sesuai kemampuan

7. Klien mampu melakukan 7.Dampingi dan Bantu pasien saat

pergerakan halus mobilisasi dan bantu penuhi


kebutuhan ADLs pasien.
8.Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
9.Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
Resiko Tujuan : setelah dilakuakn NIC
4. ketidakefektif tindakan keperawatan selama … Peripheral Sensation Management
an perfusi x 24 jam resiko ketidakefektifan (Manajemen sensasi perifer)
jaringan otak perfusi jaringan otak dapat 1. Monitor adanya daerah tertentu
diminimalisir dengan. yang hanya peka terhadap
Kriteria Hasil panas/dirigin/tajam/tumpul

NOC 2. Monitor adanya paretese


      Circulation status 3. Instruksikan keluarga untuk
      Tissue Prefusion : cerebral
mengobservasi kulit jika ada Isi
1. Mendemonstrasikan status
atau laserasi
sirkulasi yang ditandai
4. Gunakan sarun tangan untuk
dengan :
proteksi
2. Tekanan systole dan diastole
5. Batasi gerakan pada kepala, leher
dalam rentang yang
dan punggung
diharapkan
6. Monitor kemampuan BAB
3. Tidak ada ortostatik 7. Kolaborasi pemberian analgetik
hipertensi 8. Monitor adanya tromboplebitis
4. Tidak ada tanda-tanda 9. Diskusikan menganai penyebab
peningkatan tekanan perubahan sensasi
intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
5. Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan:
6. Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan
kemampuan
7. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
8. Memproses informasi
9. Membuat keputusan dengan
benar
10. Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter

DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan.
Kyle, T., & Carman, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis . Yogyakarta: Mediaction
Publising.

Widagdo, W. (2010). Asuhan keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan.
Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai