Hardiyanti 16.IK.470
Isnaniah 16.IK.475
Masliani 16.IK.481
Risma 16.IK.491
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayahnya kepada kita, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
modul yang berjudul “KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH MENINGITIS”.
Atas dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka kami
banyak mengucapkan terimakasih.
Penyusun
KELOMPOK 3 MODUL LBM III KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“MENINGITIS”
Ketua : Hardiyanti
Sekretaris : Isnaniah
Neky Mawaddah
Faisal Amin
Risma
Masliani
JUMP 1
1. Nausea
Sensasi ketidaknyamanan pada perut bagian atas atau belakang
tenggorokan, sering kali disertai dengan dorongan untuk muntah.
2. Iritabilitas
Peka terhadap rangsangan atau kemampuan untuk menanggapi rangsang.
3. Hiperpireksia
Keadaan suhu tubuh di atas 41,1C
4. Kejang tonik-klonik
Kejang yang melibatkan seluruh tubuh muncul saat gelombang otak
bekerja secara abnormal yang mengakibatkan kejang otot abnormal dan
pingsan.
5. Anoreksia
Kelainan pola makan yang membuat seseorang mengalami kelaparan atau
tindakan menurunkan berat badan secara berlebihan.
6. Pharyngitis
Suatu penyakit radang yang menyerang batang tenggorok.
7. Tes meningeal sign
Pemerikssan neurologis digunakan untuk pemeriksaan kondisi yang dapat
menggangu syaraf.
8. Kaku kuduk
Kaku pada saat flesi buka kaku saat ekstansi atau rotasi.
JUMP 2
JUMP 4
JUMP 5
MENINGITIS
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat operasi dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak
dalam rongga kranium yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak
dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu : serebrum, batang otak dan
serebelum. Semua berada dalam suatu bagian struktur tulang yang disebut
tengkorak, yang juga menjaga otak dari cedera. Empat tulang frontal,
parietal, temporal dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga
bagian fossa-fossa. Bagian fossa senterior berisi lobus frontal serebral
bagian hemisfer, bagian tengah fossa berisi lobus parietal, temporal dan
oksipital dan bagian fossa posteror berisi batang otak dan medula.
a. Meningen
Meningen terletak dibawah tengkorak. Komposisi meningen berupa
jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan
memelihara otak. Meningen terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1) Duramater
Lapisan paling luar, menutup otak dan medula spinalis. Sifat
duramater liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan berwarna
abu-abu. Bagian pemisah hura : flax serebri yang memisahkan
kedua hemisfer dibagian longitudinal dan tentorium, yang
merupakan lipatan dari dura yang membentuk jaring-jaring
membran yang kuat. Jaringan ini mendukung hemisfer dan
memisahkan hemisfer dengan bagian bawah otak (fossa posterior).
Jika tekanan dalam rongga otak meningkat, jaringan otak tertekan
kearah tentorium atau berpindah kebawah, dan keadaan ini disebut
herniasi.
2) Arakhanoid
Membaran bagian tengah, membran yang bersifat tipis dan lembut
ini menyerupai sarang laba-laba, oleh karena itu disebut arakhnoid.
Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada
dinding arakhnoid terdapat pleksus khoroid, yang bertanggung
jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS). Membran yang
mempunyai bentuk seperti jari tangan ini disebut arakhnoid villi
yang mengabsorbsi cairan serebrospinal (CSS). Pada usia dewasa
normal, CSS diproduksi 500 ml/hari, tetapi 150 ml diabsorbsi oleh
villi. Villi mengabsorbsi CSS juga pada saat darah masuk ke dalam
sistem (akibat trauma, pecahnya aneurisme, stroke dan lain-lain)
dan yang mengakibatkan sumbatan. Bila villa arakhniod tersumbat
dapat menyebabkan hidrosepalus.
3) Piamater
Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis, transparan yang
menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.
b. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Subtansia grisea
terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada
prinsipnya kompisisi substansia grisea yang terbentuk dari badan-
badan saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia.
Susbtansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-
bagian otak denagn bagian yang lain. Sebagian besar hemisfes serebri
berisi jarigan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol
fungsi motorik tertiggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelegensi.
Pada serebrum ada empat lobus, yaitu :
1) Lobus frontal, adalah lobus besar yang terletak pada fossa anterior.
Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri
2) Lobus parietal, adalah lobus sentral. Area ini menginterprestasikan
sensasi dan didepan lobus oksipitalis. Sensasi rasa yang tidak
berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakkan pada
daerah ini menyebabkan syndrom hemineglect
3) Lobus temporal, adalah bagian bawah lateral dan fisura serebralis
dan di depan lobus oksipitalis. Area ini berfungsi mengintegrasikan
sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat
berhubungan dengan daerah ini
4) Lobus oksipitalis, terletak pada lobus posterior hemisfes serebri.
Bagian ini bertanggung jawab menginterprestasikan pengelihatan
c. Diensepalon
Fossa bagian tengah atau diensepalon berisi talamus, hipotalamus, dan
kelenjar hipopisis. Diensepalon terdiri dari dua lapisan, yaitu :
1) Talamus
Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
aktivitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang
diterima. Semua impuls memori, dan nyeri melalui bagian ini.
2) Hipotalamus
Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus. Berfungsi
mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga
bekerja sama dengan hipopisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, pengatur suhu tubuh, sebagai pusat lapat dan
mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah,
perilaku agresif dan seksual dan respon emosional (rasa malas,
marah, depresi, panik dan takut)
d. Batang Otak
Batang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak
ini terdiri dari otak tengah, pons dan medula oblongara. Midbrain
mengatakan hubungan pons dan sereblum dengan hemisfer serebrum.
Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks
pendengar dan pengelihatan. Pons terletak di depan sereblum antara
otak tangan dan medula dan merupakan jembatan antara dua bagian
sereblum dan juga antara medula dan sereblum. Pons berisi jaras
sensorik dan motorik. Medula oblongata meneruskan serabut-serabut
sensorik dari medula spinalis ke otak. Dan serabut-serabut tersebut
menyilang pada daerah ini. Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam
mengontrol jantung, pernafasan dan tekanan darah dan sebagai asal-
usul saraf otak kelima sampai kedelapan.
e. Sereblum
Sereblum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer
serebral, lipatan dura meter, tentorium sereblum. Sebelumnya
mempunyai dua aksi yaitu merangsang dan menghambat dan
tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi dan gerakkan halus.
Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan
mengintegrasikan input sensorik
B. DEFINISI
Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid dan
piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha& Rahil, 2012).
1) Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia.
2) Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
D. ETIOLOGI
1. Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae
(pneumokok ), neisseria meningitis (meningokok), streptococus
haemolyticuss, staphylococus aureus.
2. Virus, toxoplasma gondhii dan rickettsia
3. Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobin
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.(Wijaya, 2013, hal. 24)
E. PATOFISIOLOGI
H. KOMPLIKASI
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu
menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic
yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
Baisanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai
dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih
efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena
Pathway Kasus
J. INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
O Keperawatan NOC Keperawatan
NIC
1. Nyeri Akut Tujuan : Setelah dilakukan NIC : Pain Management
(kepala) b.d tindakan keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
proses ….x24 jam diharapkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
penyakit dapat berkurang dan dapat
mengotrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
NOC : Pain Control kualitas dan faktor presipitasi
Skala :
2. Observasi reaksi non-verbal dari
1. Tidak pernah dilakukan.
ketidaknyamanan
2. Jarang dilakukan.
3. Gunakan teknik komunikasi
3. Kadang-kadang dilakukan.
terapeutik untuk mengetahui
4. Sering dilakukan.
5. Selalu dilakukan. pengalaman nyeri pasien
Dengan kriteria : 4. Kontrol lingkungan yang dapat
1. Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang atau terkontrol. ruangan, pencahayaan, dan
2. Menyatakan rasa nyaman kebisingan
setelah nyeri berkurang. 5. Ajarkan teknik non-farmakologi
3. Skala Nyeri 0-1 dalam untuk mengatasi nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan.
Kyle, T., & Carman, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis . Yogyakarta: Mediaction
Publising.