Anda di halaman 1dari 5

LOMBA ESSAI NASIONAL UNIVERSITAS JAMBI

Judul:

MARATAN (MASKER ANTI POLUTAN) PENYERAP EMISI BERBASIS


KARBON AKTIF UNTUK INDONESIA LESTARI 2045

Disusun Oleh:

Septia Ismi (G1C017056) Angkatan 2017

UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
MARATAN (Masker Anti Polutan) Penyerap Emisi Berbasis Karbon Aktif
untuk Indonesia Lestari 2045

Indonesia merupakan negara peringkat 4 dengan kepadatan penduduk


tertinggi di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Dengan jumlah
total penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa, sekitar 49,79 persen diantaranya tinggal
di perkotaan dengan kepadatan penduduk yang dapat mencapai 14469 jiwa/km2
(BPS, 2010). Hal ini menyebabkan banyak nya aktivitas di perkotaan yang
berdampak pada tingginya intensitas penggunaan lahan.
Kawasan perkotaan merupakan wilayah di mana ekonomi berkembang
pesat. Aktivitas yang menjadi ciri khas dari suatu perkotaan adalah aktivitas non
agraris seperti industri, pemerintahan, perdagangan dan jasa. Hal tersebut
berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Selain aktivitas manusia proses
alam pun menimbulkan emisi (Octavia et al. 2011). Emisi muncul akibat semakin
bertambahnya kendaraan bermotor setiap tahun nya yang menyebabkan polusi
udara menjadi tidak sehat.
Polusi udara bukanlah suatu hal yang asing lagi di Indonesia. Sebanyak 85
persen emisi yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2005 berasal dari kegiatan
yang berhubungan dengan penggunaan lahan (Novanada dan Rulli, 2015), salah
satunya di provinsi Nusa Tenggara Barat. Menurut kepala kantor lingkungan hidup
kota Mataram, H. Mutawalli menilai, kendaraan bermotor penyumbang terbesar
dalam pencemaran udara. Data PT Jasa Raharja NTB juga menyebutkan,
peningkatan jumlah kendaraan terutama sepeda motor pada 2010 diperkirakan
mencapai 85 persen (dilansir dari www.antaranews.com).
Terjadinya peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor selalu disertai
dengan meningkatnya jumlah emisi gas buang seperti gas Sulfur Dioksida (SO2),
Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Nitrogen Oksida (NOX) dan jenis
emisi gas buang lainnya, sehingga tingkat polusi udara semakin tinggi (Arifin dan
Sukoco, 2009). Sekitar 70 persen kontribusi pencemaran udara berasal dari sektor
transportasi (JICA, 1997 dalam Siadari, 2007). Jika gas-gas tersebut terakumulasi
secara simultan di dalam tubuh, seperti CO maka manusia dapat mengalami
gangguan denyut jantung, sesak nafas, nyeri dada, kerusakan janin, dan kerusakan
otak (Slamet et al. 2012).
Dengan demikian, masyarakat setidaknya tahu cara menghindari penyakit
yang ditimbulkan dari emisi kendaraan bermotor. Untuk itu, penulis menawarkan
sebuah ide solutif untuk menyelesaikan permasalahan di atas yang tertuang dalam
essai berjudul “MARATAN (Masker Anti Polutan) Penyerap Emisi Berbasis
Karbon Aktif untuk Indonesia Lestari 2045”
MARATAN (Masker Anti Polutan) adalah suatu masker yang dapat
mengurangi risiko yang disebabkan oleh polusi udara. Secara umum, terdapat tiga
jenis masker berdasarkan caranya mengeliminasi polutan udara yang masuk ke
dalam tubuh, yaitu masker berprinsip filtrasi, adsorpsi, dan fotokatalisis. Pertama,
masker berprinsip filtrasi, contohnya adalah masker medis (surgical mask)
berbahan dasar kertas berpori khusus. Masker ini hanya dapat memfilter partikulat.
Kedua, masker berprinsip adsorpsi, seperti masker moncong babi yang
menggunakan karbon aktif berdesain fix bed sebagai adsorbennya. Permasalahan
dari masker ini adalah adsorben tidak dapat mendegradasi polutan karena adsorben
hanya dapat memindahkan polutan dari udara ke dalam adsorben, sehingga
adsorben pun menjadi cepat jenuh (Alfat, 2009). Ketiga, masker berprinsip
fotokatalisis yang dapat mendegradasi polutan gas berbahaya secara in situ
sehingga masker dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu penulis ingin mengatasi kelemahan dari masker berprinsip
adsorben dengan membuat masker anti polutan menggunakan karbon aktif. Karbon
aktif dipilih sebagai adsorben karena memiliki luas permukaan yang besar dan
bersifat non-polar sehingga dapat mengadsorpsi senyawa non-polar seperti
hidrokarbon (Amora et al. 2009). Secara umum karbon aktif ini dibuat dari bahan
dasar batu bara dan biomasa. Intinya bahan dasar pembuat karbon aktif haruslah
mengandung unsur karbon yang besar. Karbon aktif yang berasal dari biomasa yang
banyak dikembangkan para peneliti karena bersumber dari bahan yang terbarukan
dan lebih murah. Bahkan karbon aktif dapat dibuat dari limbah biomasa seperti kulit
kacang-kacangan, batok kelapa, limbah padat pengepresan biji–bijiaan, kulit buah
dan lain sebagainya. Di sini Penulis menggunakan sekam padi sebagai bahan
penghasil arang karbon aktif. Hasil pembakaran sekam padi mengandung 20 persen
ruang yang berisi SiO2, yang apabila dilarutkan akan meningkatkan luas permukaan
dan berpotensi sebagai arang aktif. Arang aktif atau karbon aktif juga merupakan
arang yang diaktivasi dengan cara kimia atau fisika sehingga memiliki daya serap
yang tinggi.
Proses aktivasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan arang aktif. Proses aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan hidrokarbon
atau mengoksidasi molekul–molekul permukaan sehingga arang mengalami
perubahan sifilt, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah
luas dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Luas permukaan pori internal arang
aktif bekisar antara 300-3500 m2/g. Hal ini menjadikan arang aktif sebagai
adsorben potensial. Semakin luas permukaan arang aktif maka daya adsorpsinya
juga semakin meningkat (Baker et al. 1997).
Arang ini juga mempunyai kelebihan untuk meremajakan kulit karena arang
aktif telah digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk untuk pemeliharaan
kebersihan dan kehalusan kulit dan rambut, antara lain sabun, lulur dan sampo
(Lempang, 2014). Karena arang ini digunakan sebagai masker anti polutan maka
secara tidak langsung arang ini akan memberikan manfaat ganda yaitu perawatan
bagi kulit wajah. Dengan penggunaan arang ini pula yang di mana merupakan
bahan ramah lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa masker ini membantu
melestarikan lingkungan.
Masker MARATAN ini memiliki keunggulan mampu menggradasi polutan
dari adsorben ke udara sehingga masker tidak cepat jenuh. Masker ini juga sangat
mudah diproduksi karena hanya membutuhkan arang sebagai bahan dasar serta
keju sebagai komponen pelengkapnya. Karena keju mampu membuat masker
menjadi fleksibel. Selain itu keju juga baik untuk kesehatan kulit wajah.
Pembuatan MARATAN dilakukan dengan membuat lembaran arang
terlebih dahulu. Pembuatan lembaran arang ini dibuat dengan cara mencampur
semua bahan yang terdiri dari kertas yang dibuat menjadi bubur, lem kayu, arang
yang sudah dihaluskan, dan air serta keju yang sudah dicairkan dengan
perbandingan 1:1:3:3:2. Setelah bahan di campur dan diaduk sampai rata, adonan
dimasukkan ke dalam certakan papan tipis berbentuk persegi panjang yang dilapisi
dengan kain. Sebelumnya bagian bawah kain diberikan saringan agar air mampu
keluar dari pulp (campuran bubur kertas). Setelah itu tutup bagian atas pulp dengan
pemberat supaya kandungan air yang masih tersisa akan habis, diamkan selama
lebih kurang satu jam agar air benar-benar habis. Lalu pulp dijemur beserta kainnya
hingga kering. Setelah kering kainnya dapat dibuka dengan hati-hati atau jika ingin
hasilnya lebih rapi, sebelumnya dapat disetrika terlebih dahulu. Setelah lembaran
arang jadi, lembaran dipotong sesuai ukuran masker pada umumnya.
Potongan lembaran tersebut disatukan dengan kain masker dua lapis yang
menutupi lembaran arang. Masker lalu dijahit seperti biasa dan dilengkapi dengan
talinya. Jadi masker siap dikemas dan digunakan.
Kepadatan penduduk memang menjadi salah satu masalah besar yang
menyebabkan berbagai macam masalah lainnya seperti timbulnya emisi hasil
industri. Emisi tersebut sangat berdampak buruk bagi kesehatan sehingga perlu
dilakukan tindakan pencegahan agar tidak semakin buruk. Karbon aktif merupakan
salah satu zat yang mampu menangkal emisi di sekitar. Pengaplikasian nya dapat
dilakukan dalam bentuk masker. Diharapkan kehadiran MARATAN mampu
mengurangi tingkat emisi serta menjadikan Indonesia lebih lestari.

Anda mungkin juga menyukai