Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU MALADAPTIF

1. Pengertian Perilaku (Behavior)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:671) Perilaku adalah : “Tanggapan
atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan”.
Sedangkan Ajat Sudrajat dan Nono Sutisna (1999:5) menjelaskan perilaku adalah : “Setiap
tindakan atau aktivitas individu atau kelompok yang dapat diamati dan atau potensial untuk
diamati (diukur) oleh pengubah perilaku”.
Badudu dan Zain (2001:1043), berpendapat bahwa perilaku seseorang dapat
menunjukkan derajat keturunannya, hal ini terkait dengan perilaku yang ditampilkan
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka mendefinisikan perilaku sebagai :
“Kelakuan, tabiat, tingkah laku”.
Perilaku dapat juga dilihat dari dua arti; arti sempit, berupa reaksi seseorang yang
dapat diamati orang lain secara langsung dan dapat dilihat, sedangkan arti luas; mencakup
semua kegiatan yang dilakukan seseorang tanpa kecuali termasuk ide-ide dan keinginan
serta impiannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti dijelaskan oleh Kartini Kartono
(1989:12); perilaku sebagai : “Tingkah laku, kelakuan, perangai, tindak tanduk”. Lebih jauh
Kartini Kartono membagi perilaku dalam dua arti, yaitu :
a. Arti Sempit
Reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif, tidak termasuk berfikir, merasa,
berpendapat, mempertimbangkan, kecuali akibat dari tingkah laku yang dipelajari.
b. Arti Luas
Mencakup segala sesuatu yang dialami seseorang, misalnya; ide-ide, impian-impian,
reaksi-reaksi kelenjar, lari, menggerakan suatu kapal angkasa.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diartikan bahwa perilaku adalah sesuatu yang
ditampilkan seseorang baik lewat bahasa verbal maupun non verbal, dan juga semua
tingkah laku yang dapat diamati, dapat dilihat/tidak dan potensial untuk diamati. Perilaku
setiap individu berbeda antara satu dengan lainnya. Hal ini lebih dapat menjelaskan bahwa
manusia itu unik, tidak ada yang sama sekalipun mereka berasal dari satu keluarga.
2. Pengertian Perilaku Maladaptif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perilaku Maladaptif dapat diartikan
sebagai: Perilaku; tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap),
tidak saja badan atau ucapan, Mal; buruk, dan Adaptif; mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Jadi Perilaku Maladaptif dapat diartikan sebagai tanggapan atau
reaksi seseorang yang tidak sesuai (dapat) menyesuaikan diri dengan lingkungan baik
badan maupun ucapannya. Pengertian lain tentang perilaku maladaptif seperti jelaskan
oleh Ullmann dan Krasner dalam Joel Fischer dan Harvey L. Gochros (1979:6), Perilaku
Maladaptif adalah: A behavior, the perfomance of which produces aversive
consequences for the individual or people in his environment; the behavior of an
individual who might not be fulfilling his reguler role expectations; the behavior of
someone who does not respond to the stimuli or events in his environment, or have the
skills to make an appropriate response; behavior whereby an individual might respond to
a given stimulus or event, but do it at the wrong time or wrong place. (Setiap perilaku
yang mempunyai konsekuensi membahayakan bagi individu yang bersangkutan dan
atau bagi lingkungan sosialnya, yang dikarenakan ketidaktahuan, ketidakmampuan,
menanggapi atau merespon stimulus pada saat dan tempat yang tepat, atau
disfungsionalitas). Senada dengan pengertian di atas, Ajat Sudrajat dan Nono Sutisna
(1999 : 5) menjelaskan Perilaku Maladaptif sebagai :
Setiap perilaku yang mempunyai konsekuensi membahayakan bagi individu yang
bersangkutan dan atau bagi lingkungan sosialnya, yang dikarenakan ketidaktahuan,
ketidakmampuan, menanggapi atau merespon stimulus pada saat dan tempat yang
tepat, atau disfungsionalitas. Dari ketiga pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa perilaku maladaptif adalah perilaku buruk yang ditampilkan seseorang yang tidak
sesuai dengan lingkungan atau yang diinginkan oleh lingkungan masyarakat dimana
orang tersebut tinggal. Hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam
mengartikan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Perilaku maladaptif yang ditampilkan
seseorang disamping merugikan diri sendiri, juga merugikan orang lain.

3. Ciri-Ciri Perilaku Maladaptif :


Perilaku yang ditampilkan seseorang tidak semuanya maladaptif. Perilaku negatif
belum tentu dapat dikatakan maladaptif, hal ini terkait dengan tempat, waktu dan budaya
serta adat istiadat dimana perilaku itu ditampilkan. Diperlukan pemahaman tersendiri
tentang bagaimana ciri-ciri perilaku maladaptif itu sendiri, seperti dijelaskan oleh Ajat
Sudrajat dan Nono Sutisna (1999:5), perilaku maladaptif mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Suatu perilaku yang penampilannya menimbulkan akibat yang tidak
menyenangkan bagi individu yang melakukannya, atau bagi orang lain yang
berada dilingkungannya. Misalnya : perokok, alkoholik, marah - marah, ceroboh.
b. Suatu perilaku yang tidak mampu memenuhi harapan-harapan yang
terkandungdidalam tugas-tugas yang harus dilakukannya secara teratur, (tidak
mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara wajar). Misalnya ; seorang
pelajar yang harus pergi sekolah secara teratur, mengerjakan pekerjaan rumah dan
tugas-tugas sekolah, tetapi dia tidak melakukannya.
c. Suatu perilaku yang memberikan tanggapan terhadap rangsangan secara salah, baik
waktu maupun tempat. Misalnya ; Seseorang yang karena sakit oleh dokter
disarankan memakai pakaian tipis dan tetap dirumah, tetapi dia pergi keluar rumah
dengan pakaian yang disarankan dokter tersebut.
d. Suatu perilaku dalam bentuk ketidakmampuan memberikan tanggapan terhadap
rangsangan yang ada di lingkungannya, atau seseorang yang tidak memiliki
keterampilan untuk memberikan tanggapan secara tepat terhadap rangsangan atau
peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya ditanya X tetapi dia menjawab Z.

4. Bentuk - Bentuk Perilaku Maladaptif


Menurut Fischer dan Gochros L. Havey (1979:273-423), bentuk-bentuk perilaku
maladaptif adalah sebagai berikut :
a. Perilaku Antisosial, terbagi dua golongan :
1) Perilaku kejahatan, misalnya; perkosaan, pembunuhan, pencurian, perampokan,
penipuan, dan sebagainya.
2) Perilaku merusak diri sendiri/masyarakat lain, misalnya; merusak disertai pembakaran,
pemakaian obat terlarang, bunuh diri, gangguan publik dan pelacuran.
b. Perilaku Depresi, misalnya; tekanan, ketidakberdayaan, kegagalan berhubungan dengan
orang lain.
c. Perilaku Penyalahgunaan Obat Terlarang, misalnya Kecanduan yang mencakup;
ketergantungan/penyalahgunaan minuman keras, penyalahgunaan obat/zat adiktif,
makan berlebihan, dan merokok.
d. Perilaku Emosional, misalnya; kekecewaan, frustasi, marah, rendah diri, dan sebagainya.
e. Perilaku Perkawinan, misalnya; hubungan biologis(seksual), hubungan dengan
teman(selingkuh), Pemaksaan (ego) dari suami/istri.
f. Perilaku Orang tua – Anak, misalnya; hubungan tidak harmonis antara orang tua dan
anak, anak tidak menurut orang tua, anak marah terhadap orang tua, dan sebagainya.
g. Perilaku Sekolah, misalnya; bolos sekolah, phobia(takut) sekolah, jalan-jalan di kelas,
membuang barang-barang di kelas, berkelahi, dan sebagainya.
h. Perilaku Kepedulian diri, misalnya; makan, berpakaian, menggosok gigi, menyisir rambut,
mencuci, mandi, yang semuanya berhubungan dengan pemeliharaan phisik.
i. Perilaku Yang Mengganggu, misalnya; penarikan diri dari lingkungan sosial, ilusi,
halusinasi dan delusi.
j. Perilaku Seksual, misalnya; pelecehan seksual terhadap lawan jenis, masturbasi,
homoseksual, lesbian, biseksual, pedophilia, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku maladaptif tidak


hanya berhubungan dengan individu itu sendiri, tetapi juga berhubungan dengan orang lain
dan masyarakat. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, seperti; perilaku depresi,
perilaku emosional, perilaku sekolah, perilaku kepedulian diri, dan sebagainya. Sedangkan
perilaku yang berhubungan dengan orang lain dan masyarakat, seperti; perilaku kejahatan,
perilaku penyalahgunaan obat, perilaku merusak diri sendiri/masyarakat.

5. Faktor Penyebab Perilaku Maladaptif


Penyebab perilaku maladaptif anak ada dua macam, yaitu faktor intern (diri sendiri)
dan faktorekstern(dari luar individu). Kartini Kartono ( 1992:122) mengatakan bahwa
faktor intern penyebab perilaku maladaptif anak adalah :
a. Reaksi frustasi negatif, mencoba membela diri dari ketidakmampuan yang dimiliki.
b. Gangguan pengamatan dan tanggapan, pengamatan tidak realitas seperti; ilusi dan
halusinasi sehingga anak menjadi agresif dalam menghadapi tekanan dan bahaya dari
luar.
c. Gangguan berfikir dan intelegensi, tidak berfikir secara logis, tidak menggunakan
kecerdasannya dalam bertindak dan beradaptasi dengan lingkungan.
d. Gangguan perasaan / emosional, banyak keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sehingga mengalami banyak kekecewaan dan frustasi. Misalnya; perasaan rendah diri
yang menyebabkan overacting, gemar berkelahi, dan sebagainya.

Disamping faktor intern, terdapat juga faktor ekstern. Faktor ekstern penyebab perilaku
maladaptif tersebut adalah :
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan anak,
mendewasakan dan pendidikan. Menurut Ace Ratnawati dan Anwar Nurdin (2004 :17)
mengemukakan bahwa : “ Ketidakserasian dan ketidakharmonisan hubungan ayah dan
ibu, akan menimbulkan suasana tertentu dalam keluarga. Apabila anak mengalami rasa
tidak aman dalam keluarga, ia akan mengalami gangguan perilaku”.
b. Lingkungan Sekolah
Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi antar sesama
teman, juga dengan guru sebagai orang tua di sekolah. Interaksi yang mereka lakukan
sering berakibat negatif bagi perkembangan mental sehingga anak berperilaku
maladaptif.
c. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat pembelajaran ke tiga setelah keluarga
dan sekolah bagi anak-anak. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh baik,
begitu juga sebaliknya.
6. Dampak Perilaku Maladaptif
Perilaku maladaptif yang ditampilkan anak lebih berdampak negatif dibandingkan
positif, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Dampak negatif tersebut
adalah :
a. Bagi diri sendiri, seperti; bolos sekolah, merokok, berbohong, berjudi
penyalahgunaan NAPZA.
b. Keluarga, seperti; tidak menurut aturan keluarga, mencuri dalam keluarga,
melawan orang tua.
c. Masyarakat, seperti; berkelahi, tawuran antar kelompok, pencurian, penodongan.

TINGKAH LAKU ADAPTIF DAN MALADAPTIF

3. TINGKAH LAKU ADAPTIF DAN MALADAPTIF


Perilaku adaptif adalah tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah
laku disesuaikan dengan lingkungan. Sesuai dengan norma-norma dan adata istiadat
yang berlaku dilingkungan dan masayarakat tersebut. sedangkan perilaku maladaptive
merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan, tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku serta tidak sesuai dengan adat istiadat yang ada dalam
lingkungan masyarakat setempat.

4. MENGENALI KOMPLEKSITAS DARI TINGKAH LAKU MANUSIA


Percobaan analisis tingkah laku menemukan sejumlah besar prinsip – pernyataan
tentang bagaimana tingkah laku bekerja sebagai fungsi dari variabel-variabel
lingkungan. Taktik/siasat untuk pengubahan tingkah laku diperoleh dari prinsip-prinsip
yang juga telah diterapkan, dalam cara yang lebih efektif dan canggih, bagi sebagian
besar tingkah laku manusia dalam berbagai seting natural Tantangan terbesar yang
dihadapi saat menerapkan analisis tingkah laku adalah berkenaan dengan kompleksitas
tingkah laku manusia, secara khusus dalam seting penerapannya di laboratorium yang
terkontrol adalah sangatlah tidak mungkin, tidak praktis, dan tidak etis. Banyak sekali
faktor yang memberikan kontribusi bagi kompleksitas dari perilaku yang bersumber dari
tiga faktor/unsur utama, yaitu: kompleksitas repertoire manusia, kompleksitas dari
variabel-variabel pengmongrol, dan perbedaan individu yang satu dengan yang lainnya.
1. Kompleksitas Repertoire Manusia
Manusia diciptakan untuk dapat belajar dengan rentang tingkah laku yang luar biasa.
Rangkaian respon, kadang-kadang kelihatan tidak masuk pada organisasi logika,
yang menyokong kompleksitas dari tingkah laku manusia (Skinner, 1953). Tingkah
laku verbal mungkin memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi kompleksitas
tingkah laku manusia (Donahoe & Palmer, 1994; Michael, 2003; Palmer, 1991;
Skinner, 1957). Tidak hanya masalah yang diturunkan, ketika terjadi perbedaan
antara perkataan dan perbuatan hal ini tidak dapat dikenali, tetapi tingkah laku verbal
itu sendiri sering dikontrol/dikendalikan dari banyak tingkah laku verbal dan non-
verbal yang lain.

1. Kompleksitas Dari Variabel-Variabel Pengontrol


Tingkah laku ditentukan oleh konsekuensinya. Ini adalah prinsip dasar dari tingkah
laku operan yang kedengarannya penuh tipuan (dan naif). Bagaimanapun, “seperti
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang lain, hal ini merupakan sesuatu yang
kompleks dari segala sesuatu yang dideskripsikan” (Glenn, 2004, p. 134).
Lingkungan dan efeknya terhadap tingkah laku adalah kompleks. Skinner (1957)
mencatat bahwa, “(1) kekuatan dari respon tunggal mungkin terjadi, dan biasanya
merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh lebih dari satu variabel saja dan (2)
variabel tunggal biasanya menerima lebih dari satu respon saja” (p. 227). Sekalipun
Skinner telah mencatat dalam referensi tentang tingkah laku verbal, banyak sekali
sebab dan banyak sekali akibat yang merupakan karakteristik dari hubungan
linkungan – tingkah laku. Banyak tingkah laku yang disebakan oleh banyak sebab.
Dalam fenomena yang dikenal dengan joint control (Lowenkron, 2004), dua
siscriminative stimuli dapat berkombinasi untuk menciptakan sejumlah response
class. Faktor-faktor berbarengan dapat juga menkombinasi munculnya suatu tingkah
laku. Konsekuensinya, sebagai analis tingkah laku, kita seharusnya mengakui bahwa
perubahan tingkah laku sangat berarti dan mungkin memerlukan banyak waktu dan
banyak percobaan dan kegagalan sebagai kerja keras kita dalam memahami
hubungan-interrelasi dan kompleksitas-kompleksitas dari variabel-variabel control

A. Pengertian Perilaku Maladaptif


Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam
kematangan aspek psikisosial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
B. Komponen Konsep Diri
a. Gambaran Diri / Citra Tubuh ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. ( Stuart dan Sundeen, 1998 )
b. Ideal Diri ( Self Ideal )
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. ( Stuart dan Sundeen, 1998 ).
c. Harga Diri ( Self esteem )
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. (Stuart dan
Sundeen, 1998)
d. Peran ( Role Performance )
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. ( Stuart dan
Sundeen, 1998 )
e. Identitas ( Identity )
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. (Stuart dan
Sundeen, 1998)
C. Perilaku Maladaptif Sesuai 5 Komponen Konsep Diri
1. Perilaku yang berhubungan dengan gangguan peran
a. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran.
b. Mengingkari atau menghindari peran.
c. Kegagalan transisi peran.
d. Ketegangan peran.
e. Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran. Proses berkabung yang
tidak berfungsi.
f. Kejenuhan pekerjaan.
2. Perilaku yang berhubungan dengan Harga Diri yang Rendah
a. Mengeritik diri sendiri dan / atau orang lain.
b. Penurunan produktivitas.
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.
d. Gangguan dalam berhubungan.
e. Rasa diri penting yang berlebihan.
f. Perasaan tidak mampu.
g. Rasa bersalah.
h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j. Ketegangan peran yang dirasakan.
k. Pandangan hidup yang pesimis.
l. Keluhan fisik.
m. Pandangan hidup yang bertentangan.
n. Penolakan terhadap kemampuan personal.
o. Destruktif terhadap diri sendiri.
p. Pengurangan diri.
q. Menarik diri secara sosial.
r. Penyalahgunaan zat.
s. Menarik diri dari realitas.
t. Khawatir.

3. Perilaku yang berhubungan dengan Kerancuan Identitas


a. Tidak ada kode moral.
b. Sifat kepribadian yang bertentangan.
c. Hubungan interpersonal eksploitatif.
d. Perasaan hampa.
e. Perasaan mengambang tentang diri sendiri.
f. Kerancuan gender.
g. Tingkat ansietas yang tinggi.
h. Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
i. Kehilangan keautentikan.
j. Masalah intimasi.
4. Perilaku yang berhubungan dengan gangguan Gambaran Diri
a. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
c. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
d. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
e. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
5. Perilaku yang berhubungan dengan gangguan Ideal diri
a. Perasaan tidak realistis.
b. Mengalami dunia seperti dalam mimpi.
c. Gangguan berfikir.
d. Kehilangan kendali terhadap cita-cita atau harapan.
e. Cita–cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
f. Harapan kedepan yang terlalu tinggi.
g. Perasaaan untuk tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan.
h. Membuat standar yang tidak dapat dicapai.
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui oleh perawat yang
dikatakan perawat professional untuk dapat memahami dan mengetahui perilaku dan
pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Perawat setiap harinya
dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam
berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam
mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman
yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan
yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap rentang respon
konsep diri sehingga perawat memahami bagaiamana konsep diri/rentang respon konsep
diri yang ada pada diri klien. Tulisan ini akan emmbahas tentang rentang respon konsep diri.

Diri merupakan hubungan yang paling intim, jelasnya lebih dari satu aspek terpenting
pengalaman hidup. Apa yang kita piker dan kita rasakan tentang diri kta mempengaruhi
perawatan yang diberikan kepada diri sendiri atau perawatan kepada orang lain. Dalam diri
ini terdapat suatu konsep yang dinamakan konssep diri (self-concept). Konsep diri
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri (Wigfield & Karpathian, 1991).
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik
maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri
adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang
diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal

Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui rentang respon dari
adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas. Menurut Stuart dan
Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon
konsep diri yaitu:
Continuum of self-concept responses
RESPON ADATIF RESPON MALADATIF

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kekacauan Depersonalisasi

Diri Positif Rendah Identitas

Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons
konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas,
dan depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai
individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya
secara keseluruhan. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif
dengan melatar belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan
citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri
tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa
identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam
beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan keputusan
akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang positif adalah : Yakin akan kemampuan dalam mengatasi
masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah
diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui
oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai
perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu memperbaiki
karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi
orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di
lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk
melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri
(Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri
yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga
diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada
kasih sayang dan penerimaan. . Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat
remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik
mengakibatkan harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
rendah adalah transisi antara respon konsep diri yang adatif dengan konsep diri yang
maladatif. Tanda dan gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri,
akibat tindakan penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat.
Tanda dan gejala yang laindari harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri,
mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis,
perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah
tersinggung dan marah berlebihan.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek.
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari
seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan
untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan
dengan orang lain. Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini
secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan stressor identitas.
Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan
ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya
kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain, dan
masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial,
merupakan ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa
percaya diri, ketergantungan, sukar membuat keputusan, masalah daalam hubungan
interpersonal, ragu dan proyeksi. Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi,
berarti orang tersebut telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan
gangguan depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh,
dan hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan
sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. orang dengan gangguan
tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-
gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila. Gangguan
depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya jika
gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi psikodinamis,
terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan
antidepresan membantu seseorang dengan gangguan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perawat dalam pengkajain kepada kliennya, juga
meliputi konsep diri. Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri.
Dalam konsep diri, terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang dari
respon adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai respon
maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif,
harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang
baik dan benar membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan
yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan
perilaku.
Daftar Pustaka:

Fahmi, Raden. (2010). Gangguan Depersonalisasi. Website:


http://forum.um.ac.id/index.php?topic=6867.0 (Diakses pada Rabu, 21 September
2011)

Konsep Diri. Website: www.library.upnvj.ac.id/pdf/3d3keperawatanpdf/0810701008/bab2.pdf


(Diakses pada Minggu, 18 September 2011)

Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Salbiah, Sk. (2003). Konsep Diri. Website:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3599/1/keperawatan-salbiah2.pdf
(Diakses pada Minggu, 18 September 2011)

Stuart, G. W. dan Laraia, M. T. (2005). Principles and Practices of Psychiatric Nursing 8 th


edition. Missouri: Elsevier Mosby

Anda mungkin juga menyukai