PENDAHULUAN
Cedera ujung jari biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kasus
sederhana yang dapat diobati secara sederhana tanpa perlu pengobatan oleh dokter
ahli bedah. Namun, ada kondisi tertentu di mana intervensi dini oleh ahli bedah
dianjurkan untuk fungsi yang lebih baik dan dalam hal estetika.
Cedera tersering pada jari meliputi cedera yang merusak ujung jari (seperti
subungual hematom, laserasi nailbed, sebagian atau amputasi lengkap dari ujung jari,
amputasi pulp dan fraktur falang distal), mallet finger, fleksor digitorum profunda
(FDP) avulsi, dan dislokasi sendi interphalangeal distal.
Tujuan penanganan cedera ujung jari untuk mengembalikan sensasi yang
adekuat, nyeri yang minimal, pergerakan sendi yang maksimal dan kosmetik yang
baik. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu diperhatikan juga usaha untuk
mempertahankan ukuran dari ujung jari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fingertip injury (FTI) adalah cedera pada jari yang terletak pada area sebelah
distal dari insersi tendon flexor dan ekstensor. Cedera dapat mencakup kerusakan
pada kulit dan jaringan lunak, tulang (phalanx distal), atau kuku dan nailbed.1
2.2 Anatomi
2.3 Epidemiologi
Cedera tangan dan jari dapat melumpuhkan dan mempengaruhi segala usia, tidak
ada yang lebih daripada orang dewasa - kelas pekerja dan anak-anak . Pada orang
dewasa, cedera umumnya karena kegiatan kerja. Dalam hal ini, laserasi merupakan
jenis utama dari cedera, diikuti dengan cedera yang hancur dan cedera avulsi.
Sebagian besar cedera cenderung tunggal dan tingkat keparahan minor, dan dapat
ditangani sebagai pasien rawat jalan . Namun, alat-alat mesin bertenaga dan alat-alat
mesin tangan non - bertenaga lebih cenderung menghasilkan beberapa jenis cedera.
The National Institut for Occupational Safety and Healthy in the United States
melakukan survei di beberapa departemen kegawatdaruratan dan diperkirakan cedera
jari karena pekerjaannya hasilnya 25,7 % dari beban kerja 1,6 % dilakukan amputasi
lebih dari satu jari. Sekitar 10% dari semua kecelakaan yang ditemui di UGD
melibatkan tangan. Cedera tangan mewakili 11-14% dari kecelakaan akibat kerja.
Sekitar dua pertiga cedera tangan terjadi pada anak-anak. Kerusakan pada kuku
dilaporkan terjadi pada 15-24% dari cedera jari. 2
2.4 Klasifikasi
a) Subungual hematoma
Mekanisme laserasi nail fold biasanya akibat trauma tumpul yang sangat keras.
Laserasi melalui lipatan kuku, matriks germinal atau punggung kuku juga harus
diperbaiki secara akurat. Pemotongan pada dua sudut lipatan kuku proksimal dapat
memungkinkan untuk memvisualisasikan matriks germinal dan punggung kuku.
Kuku diangkat dan biasanya dijahit kembali sebagai bidai, menjaga atap dorsal dan
matriks germinal menempel satu sama lain. Kuku palsu, atau foil perak dari jahitan
dipotong menjadi bentuk yang digunakan sebagai splints ketika kuku asli pasien
hilang, terlalu rusak atau terlalu kotor untuk dimanfaatkan. Splints adalah untuk
mencegah atap dorsal menempel pada kuku sebelum kuku baru tumbuh. Balutan
non-adherent digunakan untuk melindungi perbaikan. Risiko cacat kuku tetap lebih
tinggi jika matriks germinal terlibat dalam cedera.
Dalam kasus dengan kehilangan kuku parsial atau lengkap, rekonstruksi kuku
mungkin diperlukan. Anak-anak dengan cedera kuku harus dirujuk karena mereka
biasanya membutuhkan anestesi umum untuk setiap perbaikan atau debridement
untuk dilakukan, karena mereka tidak dapat bekerja sama dengan perawatan di
bawah anestesi lokal.
Allen Tipe I : hanya melibatkan hilangnya jaringan lunak (kulit dan pulp)
distal dari phalang distal.
Allen Tipe II : melibatkan pulp dan nail bed distal dari tip phalang distal
Allen Tipe III : melibatkan nail plate dan matrik germinal distal dari mid-
phalang distal
Allen Tipe IV : proksimal dari nail plate meliputi keseluruhan phalang distal
Klasifikasi finger tip injury PNB 6
Klasifikasi lain yang cukup sering digunakan ialah yang dideskripsikan oleh
TAMAI dan ISHIKAWA et al. Tamai membagi phalang distal menjadi 2 zona1:
Gambar 5.
Klasifikasi oleh Tamai dan
Ishikawa et al, amputasi jari
berdasarkan level trauma1
\
Diagnosis
1. Anamnesis
Walupun saat pasien datang ke unit gawat darurat trauma yang terjadi sudah
dapat telihat, terdapat banyak hal yang harus ditanyakan pada saat anamnesis. Hal
tersebut adalah: pekerjaan tangan mana yang dominan bagaimana mekanisme
traumanya, besarnya kontaminasi dari lingkungan tempat terjadinya trauma. 1
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah kondisi Life-threatening dapat diatasi pada saat primary survey, kita
dapat memfokuskan perhatian kita pada cidera yang terjadi pada tangan. Seperti
pemeriksaan fisik orthopaedi lainnya, pemeriksaan fisik dimulai dengan look
(inspeksi), feel (palpasi), dan move (ROM aktif dan pasif) serta beberapa
pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan neurovaskular. 1
a. Pain
b. Palor
c. Pulsesness
d. Paresthesia
e. Paralysis
Pada trauma yang disertai dengan fraktur, deformitas akan terlihat terutama
dengan fraktur yang disertai dislokasi. Pada pemeriksaan akan ditemukan nyeri,
bengkak, gerakan abnormal dan instabilitas. 1,2
3. Pemeriksaan Penunjang1,2
2.5 Tatalaksana
Prinsip Umum Terapi
Karakteristik spesifik luka akan menentukan metode terapi yang paling optimal
untuk pasien. Penting untuk diketahui apakah ada bagian kulit atau jaringan pulp
yang hilang serta luasnya bagian tersebut, selain itu penting pula untuk menilai
apakah ada bagian tulang yang terekspos, adanya fraktur phalang distal, atau trauma
pada nail bed atau jaringan perionikial. Pada kasus amputasi, sangat penting untuk
mengetahui tingkat dan sudut traumanya. Pada luka dengan tanpa hilangnya jaringan
lunak hanya diperlukan simple closure. Skin flaps yang masih viabel dijahit, dan bila
terdapat fraktur maka dilakukan splint.1
Terapi yang baik untuk jenis trauma ini adalah dengan skin graft atau
penyembuhan luka secara sekunder. Masih banyak kontroversi mengenai metode
mana yang paling baik diantara keduanya. Luka yang kecil (tidak lebih dari 1 cm 2)
dapat diterapi secara non-bedah.1,5,6
Luka lebih besar yang diterapi non-bedah sembuh dengan lapisan epitelisasi yang
tipis dan tidak terlalu sensitif, sehingga penggunaan skin graft perlu
dipertimbangkan. Skin grafts yang digunakan pada permukaan palmar jari sebaiknya
berupa full thickness karena kontraksinya yang kurang, lebih durable, dan sensibilitas
yang lebih baik daripada split grafts. Daerah donor yang dipilih untuk small split skin
graft sebaiknya area hipotenar, karena cukup nyaman dan bagian kulitnya durable
serta memiliki kesamaan warna kulit yang baik. Sementara bila menggunakan full
thickness dapat diambil dari daerah fossa cubiti.6
Bila tulang terekspos, perlu dilakukan penutupan jaringan lunak yang cukup
baik. Hampir tidak pernah ada jaringan lunak yang cukup untuk menutup luka secara
primer, dan usaha ini dapat mengakibatkan nekrosis kulit, jari yang terasa nyeri, dan
morbiditas memanjang. Penutupan dengan flap lokal atau regional atau pemendekan
tulang dengan penutupan primer biasanya dibutuhkan untuk trauma jenis ini. 6
Flap Lokal
Merupakan flap dengan jaringan yang digunakan menyatu dengan jari yang
terluka, dengan paling tidak satu sisinya melekat pada defek. Keuntungannya adalah
flap ini bisa digunakan oleh pasien usia berapapun, mempertahankan panjang, defek
donor tidak membutuhkan skin graft, dan jaringannya memiliki kualitas, tekstur serta
warna yang sama dengan daerah resipien. Program range-of-motion dapat segera
dimulai.1,3
Gambar 6.
Untuk amputasi transverse atau dorsal oblique, volar triangular atau V-Y
advancement flap (Atasoy-Kleinert) adalah metode terapi yang paling ideal. Flap ini
dapat digunakan pada semua jari, termasuk ibu jari. Ujung distal flap dapat
diperpanjang hanya sekitar 1 cm. Flap ini tidak cocok untuk terapi pada amputasi
yang terlalu proksimal dan pada trauma dengan hilangnya jaringan volar lebih
banyak daripada dorsal (volar oblique), dikarenakan tidak cukupnya jaringan untuk
perpanjangan. Flap ini didesain dengan ujung distal luka sebagai dasar dari flap
triangular.1,3
Gambar 7.
D E
Untuk amputasi distal transverse jenis flap yang paling baik digunakan ialah
Flap Kutler. Dimana dilakukan penggunaan dual flap triangular dari sisi fingertip.
Flap triangular didesain pada masing-masing sisi ujung jari, dengan basisnya adalah
ujung distal luka dan apeks lebih proksimal. Setelah dilakukan insisi kulit dan jarigan
subkutan, flap diperpanjang tanpa undermining, melewati ujung tulang dan dijahit ke
sisi lainnya. Kerugian teknik ini adalah flap terlalu kecil dan mungkin sulit
diperpanjang, dengan hasil penutupan tidak bisa dicapai tanpa tension / tegangan.
Flap Regional
Paling sering digunakan adalah cross-finger flap dan flap thenar. Dapat
digunakan untuk defek yang hampir sama melibatkan ujung jari. Jenis flap ini
mempertahankan panjang dan dapat menutupi amputasi dengan sudut volar oblique
dan amputasi yang terlalu proksimal untuk dilakukan flap lokal, juga dapat
menggantikan hilangnya jaringan pulp. Pada pasien dengan lebih dari satu trauma
pada jari, cross-finger flap multipel atau kombinasi cross-finger flap dan flap thenar
mungkin baik untuk dilakukan.1,3,6
Flap thenar dapat digunakan pada semua jari, akan tetapi jari yang kecil bisa
jadi tidak nyaman posisinya. Kekakuan sendi interphalang proksimal dan nyeri pada
daerah donor merupakan hal yang perlu diperhatikan pada flap jenis ini.
Pertimbangan teknis yang paling penting adalah lokasi flap pada eminence
thenar. Lokasinya harus didesain tinggi pada eminence thear, dengan batas radial
terletak paralel dan dekat dengan sendi metakarpophalangeal. Menempatkannya
terlalu dekat dengan midpalm berhubungan dengan nyeri yang mengganggu pada
daerah donor. Dasar flap terletak proksimal. Lebar dan panjang flap ditentukan oleh
ukuran basis defek.6
Gambar 9. Flap thenar. (A). Smith dan Albin
disain. “The H-flap”. Setelah division, satu
tungkai dari H di advanced untuk menutup
defek tanpa graft. (B),(C) Disain asli flap
thenar, terletak pada sisi radial dari MP joint 4
Pada defek jaringan lunak yang tidak bisa diperbaiki dengan V-Y flap dan
untuk defek dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm, flap jenis Moberg advancement
flap adalah prosedur pilihan karena flap ini mempertahankan panjang dan gnosia
taktil.
Gambar 10. Insisi midaksial di radial (A) dan ulnar (B). C. Flap yang mengandung
bundel neurovaskular diangkat. D. Flap diperpanjang dan dijahit. Perhatikan adanya
fleksi sendi interphalangeal.1
Amputasi revisi
Mallet Finger
Baseball finger (Mallet finger) merupakan fraktur dari basis falang distal pada
insersio dari tendon ekstensor. Ujung jari yang dalam keadaan ekstensi tiba-tiba
fleksi pasif pada sendi interfalang distal karena trauma, sehingga terjadi avulsi
fragmen tulang basis falang distal padainsersi tendon ekstensor jari. Pemain basket
dan baseball secara rutin mengalami jammed finger, tapi cedera dapat terjadi karena
crush accident pada pekerjaan atau bahkan karena jari terpotong saat bekerja di
dapur. Kebanyakan mallet finger terjadi pada orang yang melakukan aktivitas atletik
seperti pemain basket, baseball, atau pemain voli
Tipe B : mallet finger yang disebabkan oleh fraktur kecil dibawah dari distal
phalang
Tipe C : Mallet Finger yang disebabkan oleh fraktur avulse tanpa disertai dislokasi
yang disebabkan oleh fragmen fraktur
Gambar : Mallet Finger Tipe C
Tipe D : Mallet Finger yang disebabkan oleh fraktur dengan disertai dislokasi
Tipe E : Mallet Finger yang disebabkan oleh fraktur dengan disertai dislokasi dan
subluksasi di distal phalang
Manifestasi klinik yang dijumpai pada pasien dengan Mallet Finger antara lain:
Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi penuh pada ujung distal falang.
Ujung distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang distal terdapat
hematoma pada dorsum sendi tersebut.
Pasien juga bisa merasa adanya nyeri di sendi jari yang terkena dan terdapat
kemerahan disekitar ujung distal phalang.
X-ray mungkin menunjukkan fraktur avulsion kecil dari lempeng dorsal yang sesuai
dengan penyisipan tendon atau adanya kelainan tendon. MRI atau USG dapat
menunjukkan pecah tendon dan hematoma. Pada pemeriksaan x-ray posterior
anterior dan lateral x-ray ditengah dari Distal Interphalang dapat digunakan untuk
membedakan antara bony injury dengan tendennous mallet injury dan juga gambaran
fraktur distal phalang.
Mallet finger dapat diobati dengan belat (splint) sederhana. Belat Stack adalah jenis
termudah untuk menggunakan belat untuk cedera ini. Sejak belat Stack biasanya
Pembedahan mungkin juga diperlukan dalam situasi di mana cedera ini tidak
diobati selama lebih dari 4 sampai 6 minggu. Pada pasien ini, koreksi bedah dari
cedera tendon mungkin diperlukan. Jika jari palu yang tidak diobati, deformitas jari
dapat memperburuk. Pasien yang meninggalkan jari palu yang tidak diobati dapat
mengembangkan deformitas dari sendi jari disebut "cacat leher angsa." sebagian ahli
bedah memilih tindakan operasi untuk Mallet finger yang diikuti dengan subluksasi
volar phalang distal, karena dapat mengembalikan keutuhan sendi dan keseimbangan
antara kekuatan fleksor dan ekstensor sehingga mendapatkan hasil yang adekuat.
Terapi pembedahan pada mallet Finger dengan menggunakan teknik fiksasi yaitu :
Intramedullary fixation, umbrella Handle Kirschner wire fixation, external fixation,
Teknik operasi Umbrella Handle dijelaskan oleh Rocchi L, bahwa fragmen dorsal
dikaitkan dengan kawat kirschner diameter 1,2 mm kemudian diarahkan miring dari
proksimal distal ke dalam fragmen utama distal phalang dibawah kendali dari
fluoroscopic. ujung kawat yang bengkok dibentuk ke dalam bentuk pegangan paying
dan kemudian sayatan kecil dibagian dorsal dibuat. Kemudian Kawat Kirschner
ditarik turun dari fragmen palmar untuk mengurangi fragmen dorsal. lalu kawat
dilewatkan melalui splint termoplastik dan kanula untuk menjaga tekanan.
MCP.
BAB IV
KESIMPULAN
Fingertip injury (FTI) merupakan salah satu jenis trauma yang sering
ditemukan pada pelayanan gawat darurat. FTI meliputi cedera pada jari yang terletak
pada area sebelah distal dari insersi tendon flexor dan ekstensor. Cedera meliputi
cedera yang merusak ujung jari (seperti subungual hematom, laserasi nailbed,
sebagian atau amputasi lengkap dari ujung jari, amputasi pulp dan fraktur falang
distal), mallet finger, fleksor digitorum profunda (FDP) avulsi, dan dislokasi sendi
interphalangeal distal. Cedera pada jari 11-24% disebabkan oleh kecelakaan pada
pekerjaan. Sedangkan menurut usia lebih sering terjadi pada anak-anak. FTI
diklasifikasikan menurut beberapa kriteria yaitu kriteria ALLEN, Tamai dan
Ishikawa dan PNB. Seperti pemeriksaan fisik orthopaedi lainnya, pemeriksaan fisik
pada FTI dimulai dengan look (inspeksi), feel (palpasi), dan move (ROM aktif dan
pasif). Karakteristik spesifik luka pada FTI akan menentukan metode terapi yang
paling optimal untuk pasien.
Trauma Jaringan Lunak (Fingertip Injury)
Fingertip injury merupakan salah satu jenis trauma yang sering ditemukan pada pelayanan
akut. Bagian ujung jari memiliki peran sebagai aktivitas motorik halus dan memberikan
persepsi sensasi secara tepat, dan berkontribusi pada estetik.
Teknik rekonstruksi bagian ujung-ujung jari sangat banyak, pertimbangan yang hati-hati
diperlukan untuk menentukan metode terbaik bagi masing-masing pasien. Dengan
pengetahuan mengenai anatomi dan penanganan trauma, dapat ditentukan tahapan
manajemen dan terapi untuk pasien.
Fingertip atau ujung jari didefinisikan sebagai bagian distal jari hingga insersi dari tendon
fleksor (flexor digitorum profundus) dan ekstensor phalang distal. Perionychium membentuk
bagian dorsal dari ujung jari dan memainkan peran penting untuk proteksi ujung jari,
bantalan persepsi atau sensasi, dan estetika ujung jari. Kuku dan bantalan kuku melekat satu
sama lain dan juga melekat Hyponychium berada di bagian distal batas kuku membatasi
bantalan kuku (nail bed) dan kulit ujung jari .
Epidermis pada ujung jari tebal dengan lekukan sidik jari yang unik. Bagian ujung jari (volar
pulp) berkontribusi lebih dari separuh (56%) volume ujung jari, dan berperan dalam
propriosepsi dan sensasi. Bagian ini adalah salah satu bagian penting yang perlu
dipertimbangkan dalam rekonstruksi.
Gambar 1. Anatomi fingertip
Evaluasi
Dimulai dari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Penting dipertimbangkan berdasarkan
usia pasien, gender, pekerjaan, tangan dominan, dan mekanisme trauma. Anak-anak
diperlakukan berbeda dibandingkan orang dewasa, wanita diperlakukan berbeda dengan pria.
Tangan dominan perlu diperlakukan khusus dibanding tangan sebelahnya.
Pemeriksaan komplit perlu dilakukan, status neurovascular dan sistem tendon diperiksa
secara sistematik. Radiografi jari spesifik harus dilakukan untuk menilai adanya fraktur
phalang pada jari atau benda asing. Pemeriksaan juga perlu sistematis, dimulai dari luas
defek, tulang yang ekspos, dan geometri luka. Komposisi dari jaringan yang teramputasi
diklasifikasikan ke dalam kulit, otot yang terlepas, tulang, dan bed kuku (nail bed).
Gambar 2. Geometri cedera. Garis A, volar oblique tanpa tulang yang terekspose; Garis B,
volar oblique dengan tulang terekspose; Garis C, transverse (tegak) dengan tulang
terekspose; Garis D, dorsal oblique dengan tulang terekspose.
Penanganan
Penanganan dengan tujuan fungsi yang mendekati normal dan bentuk estetik yang baik.
Berikut algoritma yang dapat menjadi pilihan untuk penanganan pasien:
Gambar 4. Algoritma pemilihan prosedur untuk penutupan fingertip injury berdasarkan jari
yang terlibat. (Gambar diunduh dari Lemmon J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft tissue injuries of
the fingertip: method of evaluation and treatment. An algorithmic approach. American
Society of Plastic Surgeon. 2008.)
Gambar 5. Pilihan flap untuk menutup defek (Gambar dari Ramirez MA, Means KR Jr.
Digital soft tissue trauma: a concise primer of soft tissue reconstruction of traumatic hand
injuries. Iowa Orthopaedic Journal. 2011.)
Berikut ini merupakan kumpulan desain untuk penutupan defek fingertip injury:
Gambar 6. V-Y advancement flap. (Gambar dari Chao, J. D., Huang, J. M., and Wiedrich, T.
A. Local hand flaps. J. Am. Soc. Surg. Hand 1: 28, 2002.)
Gambar 7. The Hueston flap. (Gambar dari Chao, J. D., Huang, J. M., and Wiedrich, T. A.
Local hand flaps. J. Am. Soc. Surg. Hand 1: 28, 2002.) Berikut ini merupakan flap lain yang
digunakan terutama jika terdapat ekspos tulang.
Replantasi
Dengan majunya teknologi saat ini berupa bedah mikro, replantasi pada fingertip
injury sangat memungkinkan dan memberikan hasil yang baik. Banyak penelitian
retrospektif yang melaporkan replantasi pada amputasi ujung jari pada batas nail fold atau
dari nail fold hingga sendi interphalang distal menunjukan kualitas hidup 70-86%. Teknik ini
berkembang di Negara-negara Asia, dan dipertimbangkan untuk pasien anak, wanita, dan
musisi. Jika replantasifingertip injury tidak memungkinkan, maka penanganan kembali lagi
ke ladder of reconstruction: penyembuhan sekunder, penutupan primer, graft kulit,
homodigital flap (flap V-Y, flap Moberg, flap Hueston, dan sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA
1. Lemmon J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft tissue injuries of the fingertip: method of evaluation
and treatment. An algorithmic approach. American Society of Plastic Surgeon. 2008; 105e-
117e.
2. Ramirez MA, Means KR Jr. Digital soft tissue trauma: a concise primer of soft tissue
reconstruction of traumatic hand injuries. Iowa Orthopaedic Journal. 2011; 31: 110-119
3. Sungur N, Kankaya Y. Bilateral V-Y rotation advancement flap for fingertip amputations.
American Association for Hand Surgery. 2012; 7: 79-85.