Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Cedera ujung jari biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kasus
sederhana yang dapat diobati secara sederhana tanpa perlu pengobatan oleh dokter
ahli bedah. Namun, ada kondisi tertentu di mana intervensi dini oleh ahli bedah
dianjurkan untuk fungsi yang lebih baik dan dalam hal estetika.

Cedera tersering pada jari meliputi cedera yang merusak ujung jari (seperti
subungual hematom, laserasi nailbed, sebagian atau amputasi lengkap dari ujung jari,
amputasi pulp dan fraktur falang distal), mallet finger, fleksor digitorum profunda
(FDP) avulsi, dan dislokasi sendi interphalangeal distal.
Tujuan penanganan cedera ujung jari untuk mengembalikan sensasi yang
adekuat, nyeri yang minimal, pergerakan sendi yang maksimal dan kosmetik yang
baik. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu diperhatikan juga usaha untuk
mempertahankan ukuran dari ujung jari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Fingertip injury (FTI) adalah cedera pada jari yang terletak pada area sebelah
distal dari insersi tendon flexor dan ekstensor. Cedera dapat mencakup kerusakan
pada kulit dan jaringan lunak, tulang (phalanx distal), atau kuku dan nailbed.1

2.2 Anatomi

Gambar 1. Potongan sagital anatomi daerah finger tip2


Kompleks kuku atau perionikium, meliputi nail plate, nail bed (terdiri dari
matriks steril dan germinal), dan jaringan lunak sekitarnya. Kulit permukaan volar
yang menutupi ujung jari sangat sensitif dan memiliki epidermis yang tebal. Kulit
yang tebal di bawah ujung distal bebas dari kuku pada perbatasan antara nail bed dan
kulit disebut hiponikium. Pulp terdiri atas jaringan fibrofatty yang distabilkan
dengan septa fibrosa sepanjang dermis sampai periosteum distal phalang. Septa
fibrosa mentautkan kulit pada tulang, sehingga menghasilkan stabilitas pada saat
menggenggam. Eponikium atau kutikel terdapat pada dinding kuku hingga ke nail
plate dorsalis. Paronikium terdapat pada sisi lateral sepanjang kuku dan eponikium.
Nail bed menyatu dengan periosteum yang sangat tipis melebihi 2/3 distal phalang
dan terdiri atas matriks-matriks steril dan germinal. Matriks germinal terletak pada
daerah proksimal dan membentuk dinding ventral lipatan kuku. Batas distalnya
merupakan area semisirkular putih dekat dengan dasar kuku, disebut lunula. Matriks
steril adalah bagian nail bed yang terletak distal dari lunula, menyatu dengan nail
plate dan berkontribusi sedikit pada ketebalannya. Kulit bagian dorsal di atas lipatan
kuku disebut dinding kuku. Jaringan matriks yang membentuk atap dorsal lipatan
kuku menyebabkan nail plate mengkilap.2
Masing-masing dua saraf digital memecah hanya pada bagian proksimal ke
dasar lipatan kuku, memberikan satu cabang ke pulp dan cabang lain ke dasar kuku.
Dalam ujung jari tangan merupakan struktur unik yang disebut badan glomus
meupakan bola terjalin saraf halus dan pembuluh yang mengatur aliran darah ke
ujung jari. Setiap arteri digital masuk ke pulp di tingkat falang distal , dan
memberikan off cabang paralel untuk paronychium tersebut . Hal ini kemudian
menjadi bagian-bagian kecil, cabang halus masuk ke kuku sebagai pembuluh darah
melintasi distal . Vena kecil ujung jari tidak mengikuti arteri tetapi kemajuan
proksimal secara acak .

Gambar 2. Anatomi daerah fingertip aspek dorsal dan sagital2

2.3 Epidemiologi

Cedera tangan dan jari dapat melumpuhkan dan mempengaruhi segala usia, tidak
ada yang lebih daripada orang dewasa - kelas pekerja dan anak-anak . Pada orang
dewasa, cedera umumnya karena kegiatan kerja. Dalam hal ini, laserasi merupakan
jenis utama dari cedera, diikuti dengan cedera yang hancur dan cedera avulsi.
Sebagian besar cedera cenderung tunggal dan tingkat keparahan minor, dan dapat
ditangani sebagai pasien rawat jalan . Namun, alat-alat mesin bertenaga dan alat-alat
mesin tangan non - bertenaga lebih cenderung menghasilkan beberapa jenis cedera.
The National Institut for Occupational Safety and Healthy in the United States
melakukan survei di beberapa departemen kegawatdaruratan dan diperkirakan cedera
jari karena pekerjaannya hasilnya 25,7 % dari beban kerja 1,6 % dilakukan amputasi
lebih dari satu jari. Sekitar 10% dari semua kecelakaan yang ditemui di UGD
melibatkan tangan. Cedera tangan mewakili 11-14% dari kecelakaan akibat kerja.
Sekitar dua pertiga cedera tangan terjadi pada anak-anak. Kerusakan pada kuku
dilaporkan terjadi pada 15-24% dari cedera jari. 2

2.4 Klasifikasi

Nail bed & nail injuries

a) Subungual hematoma

Subungual hematoma kondisi yang menyakitkan akibat terkumpulnya darah di


bawah sebuah kuku. Hal ini disebabkan cedera tumpul seperti, terlindas dan tertimpa.
Walaupun hal ini bukan sesuatu penyakit yang serius, tapi kadang kala pasien
mengalami rasa yang sangat sakit. Darah terjebak pada struktur kuku yang rigid dan
os. Distal phalanx. Pasien biasanya mengeluh nyeri berdenyut, tempat yang terdapat
subungual hematoma berwarna ke unguan dan ujung jari bengkak. Pengobatan
hematoma subungual bergantung derajat kompresi. Hematoma subungual dapat
diobati secara konservatif jika lempeng kuku masih melekat ke nail plate dan tidak
keluar dari lipatan kuku. Ini terlepas dari ukuran hematoma. Untuk kasus hematoma
subungual dengan fraktur yang mendasari, kuku harus dilepaskan dan debridement
kuku. Trepanasi kuku dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan untuk
menghilangkan rasa sakit. Sebuah blok digital dilakukan, diikuti oleh trepanasi
menggunakan jarum yang dipanaskan.
b) Laserasi nail fold

Mekanisme laserasi nail fold biasanya akibat trauma tumpul yang sangat keras.
Laserasi melalui lipatan kuku, matriks germinal atau punggung kuku juga harus
diperbaiki secara akurat. Pemotongan pada dua sudut lipatan kuku proksimal dapat
memungkinkan untuk memvisualisasikan matriks germinal dan punggung kuku.
Kuku diangkat dan biasanya dijahit kembali sebagai bidai, menjaga atap dorsal dan
matriks germinal menempel satu sama lain. Kuku palsu, atau foil perak dari jahitan
dipotong menjadi bentuk yang digunakan sebagai splints ketika kuku asli pasien
hilang, terlalu rusak atau terlalu kotor untuk dimanfaatkan. Splints adalah untuk
mencegah atap dorsal menempel pada kuku sebelum kuku baru tumbuh. Balutan
non-adherent digunakan untuk melindungi perbaikan. Risiko cacat kuku tetap lebih
tinggi jika matriks germinal terlibat dalam cedera.

Dalam kasus dengan kehilangan kuku parsial atau lengkap, rekonstruksi kuku
mungkin diperlukan. Anak-anak dengan cedera kuku harus dirujuk karena mereka
biasanya membutuhkan anestesi umum untuk setiap perbaikan atau debridement
untuk dilakukan, karena mereka tidak dapat bekerja sama dengan perawatan di
bawah anestesi lokal.

Fingertip & pulp amputations


Terdapat berbagai macam klasifikasi dari finger tip injury, diantaranya yang
lazim digunakan ialah Klasifikasi ALLEN yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe 3 :

 Allen Tipe I : hanya melibatkan hilangnya jaringan lunak (kulit dan pulp)
distal dari phalang distal.
 Allen Tipe II : melibatkan pulp dan nail bed distal dari tip phalang distal
 Allen Tipe III : melibatkan nail plate dan matrik germinal distal dari mid-
phalang distal
 Allen Tipe IV : proksimal dari nail plate meliputi keseluruhan phalang distal
Klasifikasi finger tip injury PNB 6

Gambar 3. Klasifikasi Finger tip injury ALLEN 3

Klasifikasi lain yang cukup sering digunakan ialah yang dideskripsikan oleh
TAMAI dan ISHIKAWA et al. Tamai membagi phalang distal menjadi 2 zona1:

 Zona 1 memanjang dari basis kuku hingga ke fingertip, dan


 Zona 2 memanjang dari sendi interphalang distal (DIP) hingga basis kuku.
Sementara Ishikawa et al mengklasifikasikan amputasi fingertip menjadi 4 zona1 :
 Zona 1 untuk amputasi distal hingga midpoint nail
 Zona 2 untuk amputasi antara nail base dan midpoint nail
 Amputasi antara sendi DIP dan basis kuku dibagi menjadi Zona 3 dan 4

Gambar 5.
Klasifikasi oleh Tamai dan
Ishikawa et al, amputasi jari
berdasarkan level trauma1
\

Walaupun Klasifikasi Allen dan Ishikawa sederhana dan lebih mudah


diaplikasikan tetapi tidak dapat mendeskripsikan detail dari cidera. Klasifikasi PNB
dari Evans dan Bernadis, memisahkan cidera dan efeknya dalam 3 komponen dari
finger tip : pulp, kuku dan tulang 3. Setiap komponen di subdivisi-kan menjadi 7 atau
8 bagian, sehingga dapat mendeskripsikan cidera lebih akurat.

Gambar 6. Klasifikasi PNB untuk finger tip injury3

Diagnosis

1. Anamnesis

Walupun saat pasien datang ke unit gawat darurat trauma yang terjadi sudah
dapat telihat, terdapat banyak hal yang harus ditanyakan pada saat anamnesis. Hal
tersebut adalah: pekerjaan tangan mana yang dominan bagaimana mekanisme
traumanya, besarnya kontaminasi dari lingkungan tempat terjadinya trauma. 1

Keluhan-keluhan yang dirasakan, misalkan pasien mengeluhkan nyeri harus


digali lebih dalam lagi seperti apakah nyerinya. Selain itu juga perlu diperhatikan
pula kelainan sistemik yang sudah ada, yaitu Diabetes Melitus, rheumatoid Arthritis,
kelainan perdarahan dan alergi yang dapat mempengaruhi prognosis pasien.1

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah kondisi Life-threatening dapat diatasi pada saat primary survey, kita
dapat memfokuskan perhatian kita pada cidera yang terjadi pada tangan. Seperti
pemeriksaan fisik orthopaedi lainnya, pemeriksaan fisik dimulai dengan look
(inspeksi), feel (palpasi), dan move (ROM aktif dan pasif) serta beberapa
pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan neurovaskular. 1

Kita harus perhatikan posisi tangan dalam keadaan istirahat bagaimana


pergerakan tangan adakah pembengkakan dan bentuk luka. Luka tidak dipaksakan
untuk dijahit di ruang emergensi cukup dibalut tekan. Hati-hati terhadap luka kecil
karena dapat menutupi kerusakan jaringan di bawahnya yang kemungkinan lebih
besar. Juga harus diperhatikan ada tidaknya benda asing yang masuk. Perlu juga kita
ketahui kelainan pembuluh darah, adakah kemungkinan tanda-tanda insufiensi dari
pembuluh darah yang kita kenal dengan 5P’s, yaitu: 1,2

a. Pain
b. Palor
c. Pulsesness
d. Paresthesia
e. Paralysis

Kemungkinan gangguan vaskularisasi ke distal ditentukan dengan


pemeriksaan fisik dengan menggunakan Allen test, untuk mengetahui patensi dari
arteri radialis dan ulnaris.1

Kemungkinan cedera pada tendon juga harus dipikirkan, perhatikan posisi


tangan pada saat istirahat. Dilakukan pemeriksan adakah kemungkinan terputusnya
tendo dengan tes fungsi fleksi dan ekstensi dari jari tangan. Pada cedera syaraf perlu
dipikirkan fungsi-funsi sensoris, motorik, dan otonom. Bila laserasi tendon lebih dari
30% diameter tendon maka perlu dilakukan eksplorasi atau dan repair.1,5

Pada trauma yang disertai dengan fraktur, deformitas akan terlihat terutama
dengan fraktur yang disertai dislokasi. Pada pemeriksaan akan ditemukan nyeri,
bengkak, gerakan abnormal dan instabilitas. 1,2
3. Pemeriksaan Penunjang1,2

Pemeriksaan radiologi Plain x-ray merupakan pemeriksaan penunjang yang paling


banyak dipakai karena dapat mengambarkan jenis fraktur, yang wajib dilakukan pada
2 posisi yaitu AP dan Lateral. Bila kurang jelas dapat ditambah dengan posisi oblik.
Pemeriksaan CT scan atau MRI jarang diperlukan untuk cedera tangan.

2.5 Tatalaksana
Prinsip Umum Terapi

Karakteristik spesifik luka akan menentukan metode terapi yang paling optimal
untuk pasien. Penting untuk diketahui apakah ada bagian kulit atau jaringan pulp
yang hilang serta luasnya bagian tersebut, selain itu penting pula untuk menilai
apakah ada bagian tulang yang terekspos, adanya fraktur phalang distal, atau trauma
pada nail bed atau jaringan perionikial. Pada kasus amputasi, sangat penting untuk
mengetahui tingkat dan sudut traumanya. Pada luka dengan tanpa hilangnya jaringan
lunak hanya diperlukan simple closure. Skin flaps yang masih viabel dijahit, dan bila
terdapat fraktur maka dilakukan splint.1

a. Trauma dengan hilangnya jaringan lunak tanpa bagian tulang yang


terekspos

Terapi yang baik untuk jenis trauma ini adalah dengan skin graft atau
penyembuhan luka secara sekunder. Masih banyak kontroversi mengenai metode
mana yang paling baik diantara keduanya. Luka yang kecil (tidak lebih dari 1 cm 2)
dapat diterapi secara non-bedah.1,5,6

Luka lebih besar yang diterapi non-bedah sembuh dengan lapisan epitelisasi yang
tipis dan tidak terlalu sensitif, sehingga penggunaan skin graft perlu
dipertimbangkan. Skin grafts yang digunakan pada permukaan palmar jari sebaiknya
berupa full thickness karena kontraksinya yang kurang, lebih durable, dan sensibilitas
yang lebih baik daripada split grafts. Daerah donor yang dipilih untuk small split skin
graft sebaiknya area hipotenar, karena cukup nyaman dan bagian kulitnya durable
serta memiliki kesamaan warna kulit yang baik. Sementara bila menggunakan full
thickness dapat diambil dari daerah fossa cubiti.6

b. Trauma dengan hilangnya jaringan lunak dan tulang yang terekspos

Bila tulang terekspos, perlu dilakukan penutupan jaringan lunak yang cukup
baik. Hampir tidak pernah ada jaringan lunak yang cukup untuk menutup luka secara
primer, dan usaha ini dapat mengakibatkan nekrosis kulit, jari yang terasa nyeri, dan
morbiditas memanjang. Penutupan dengan flap lokal atau regional atau pemendekan
tulang dengan penutupan primer biasanya dibutuhkan untuk trauma jenis ini. 6

Flap Lokal

Merupakan flap dengan jaringan yang digunakan menyatu dengan jari yang
terluka, dengan paling tidak satu sisinya melekat pada defek. Keuntungannya adalah
flap ini bisa digunakan oleh pasien usia berapapun, mempertahankan panjang, defek
donor tidak membutuhkan skin graft, dan jaringannya memiliki kualitas, tekstur serta
warna yang sama dengan daerah resipien. Program range-of-motion dapat segera
dimulai.1,3

Gambar 6.

Sudut dan level amputasi.

A. Volar oblique tanpa tulang


yang terekspos. B. Volar
oblique dengan tulang
terekspos. C. Transverse
dengan tulang terekspos. D.
Dorsal oblique dengan tulang
terekspos.1
V-Y Flap

Untuk amputasi transverse atau dorsal oblique, volar triangular atau V-Y
advancement flap (Atasoy-Kleinert) adalah metode terapi yang paling ideal. Flap ini
dapat digunakan pada semua jari, termasuk ibu jari. Ujung distal flap dapat
diperpanjang hanya sekitar 1 cm. Flap ini tidak cocok untuk terapi pada amputasi
yang terlalu proksimal dan pada trauma dengan hilangnya jaringan volar lebih
banyak daripada dorsal (volar oblique), dikarenakan tidak cukupnya jaringan untuk
perpanjangan. Flap ini didesain dengan ujung distal luka sebagai dasar dari flap
triangular.1,3

Gambar 7.

Flap triangular volar. A. Tulang


dipotong hingga sama dengan
kulit dan ujung distal nail bed.
B. Flap didesain dengan dasar
pada margin distal luka dan
C apeks pada midline sudut
A B
distal interphalang. C. Flap
dimobilisasi. D. Flap diperluas
kea rah distal melewati ujung
tulang dan dijahit ke ujung
distal nail bed. E dan F. Kulit
bagian volar dijahit.1

D E

Untuk amputasi distal transverse jenis flap yang paling baik digunakan ialah
Flap Kutler. Dimana dilakukan penggunaan dual flap triangular dari sisi fingertip.
Flap triangular didesain pada masing-masing sisi ujung jari, dengan basisnya adalah
ujung distal luka dan apeks lebih proksimal. Setelah dilakukan insisi kulit dan jarigan
subkutan, flap diperpanjang tanpa undermining, melewati ujung tulang dan dijahit ke
sisi lainnya. Kerugian teknik ini adalah flap terlalu kecil dan mungkin sulit
diperpanjang, dengan hasil penutupan tidak bisa dicapai tanpa tension / tegangan.

Gambar 8. Teknik Atasoy V-Y. A,


Insisi kulit dan mobilisasi flap
triangular. B, Triangular flap
advancement C, Penjahitan dasar
flap triangular ke nail bed. D,
Penutupan defek, teknik V-Y.

Flap Regional

Paling sering digunakan adalah cross-finger flap dan flap thenar. Dapat
digunakan untuk defek yang hampir sama melibatkan ujung jari. Jenis flap ini
mempertahankan panjang dan dapat menutupi amputasi dengan sudut volar oblique
dan amputasi yang terlalu proksimal untuk dilakukan flap lokal, juga dapat
menggantikan hilangnya jaringan pulp. Pada pasien dengan lebih dari satu trauma
pada jari, cross-finger flap multipel atau kombinasi cross-finger flap dan flap thenar
mungkin baik untuk dilakukan.1,3,6

Kerugian utama dari cross-finger flap adalah penggunaannya yang


melibatkan dua tahapan prosedur yang membutuhkan pembagian flap. Beberapa
mempertimbangkan pasien yang usianya lebih dari 40 merupakan kontraindikatif
relatif penggunaan jenis flap ini, dikarenakan imobilisasi yang panjang bisa
menyebabkan kekakuan. Flap jenis ini dikontraindikasikan pada pasien dengan
osteofit atau arthritis pada jari yang terluka dan pasien dengan kondisi sistemik
seperti rheumatoid arthritis, diabetes dan gangguan vasospastik.6
Setelah dilakukan prosedur operasi, tangan di-splint. Flap division dilakukan
dengan penggunaan anestesi lokal sekitar 12-14 hari setelah prosedur inisial.
Menunda division flap lebih dari 14 hari meningkatkan risiko kekakuan sendi.4

Gambar 8. Cross-finger flap

A. Amputasi volar oblique dengan


tulang yang terekspos. B. Flap
cross-finger dielevasi dari aspek
dorsal jari donor. C. Flap dijahit
A B pada defek 1,10

Flap thenar dapat digunakan pada semua jari, akan tetapi jari yang kecil bisa
jadi tidak nyaman posisinya. Kekakuan sendi interphalang proksimal dan nyeri pada
daerah donor merupakan hal yang perlu diperhatikan pada flap jenis ini.

Pertimbangan teknis yang paling penting adalah lokasi flap pada eminence
thenar. Lokasinya harus didesain tinggi pada eminence thear, dengan batas radial
terletak paralel dan dekat dengan sendi metakarpophalangeal. Menempatkannya
terlalu dekat dengan midpalm berhubungan dengan nyeri yang mengganggu pada
daerah donor. Dasar flap terletak proksimal. Lebar dan panjang flap ditentukan oleh
ukuran basis defek.6
Gambar 9. Flap thenar. (A). Smith dan Albin
disain. “The H-flap”. Setelah division, satu
tungkai dari H di advanced untuk menutup
defek tanpa graft. (B),(C) Disain asli flap
thenar, terletak pada sisi radial dari MP joint 4

Pada defek jaringan lunak yang tidak bisa diperbaiki dengan V-Y flap dan
untuk defek dengan ukuran tidak lebih dari 2 cm, flap jenis Moberg advancement
flap adalah prosedur pilihan karena flap ini mempertahankan panjang dan gnosia
taktil.
Gambar 10. Insisi midaksial di radial (A) dan ulnar (B). C. Flap yang mengandung
bundel neurovaskular diangkat. D. Flap diperpanjang dan dijahit. Perhatikan adanya
fleksi sendi interphalangeal.1
Amputasi revisi

Pemendekan dan penutupan primer amputasi jari diindikasikan pada pasien


dewasa bila matriks steril yang tersisa tidak cukup (kurang dari 5 mm) untuk
memproduksi kuku yang stabil. Pasien geriatri atau mereka yang memiliki kondisi
sistemik sehingga kontraindikasi untuk dilakukan flap regional harus menjalani
amputasi revisi, bila terapi terbuka, skin grafting atau flap lokal tidak mungkin
dilakukan. Matriks kuku yang tersisa harus diablasi untuk mencegah pembentukan
sisa kuku yang mengganggu.6

Mallet Finger
Baseball finger (Mallet finger) merupakan fraktur dari basis falang distal pada
insersio dari tendon ekstensor. Ujung jari yang dalam keadaan ekstensi tiba-tiba
fleksi pasif pada sendi interfalang distal karena trauma, sehingga terjadi avulsi
fragmen tulang basis falang distal padainsersi tendon ekstensor jari. Pemain basket
dan baseball secara rutin mengalami jammed finger, tapi cedera dapat terjadi karena
crush accident pada pekerjaan atau bahkan karena jari terpotong saat bekerja di
dapur. Kebanyakan mallet finger terjadi pada orang yang melakukan aktivitas atletik
seperti pemain basket, baseball, atau pemain voli

Gambar: Trauma pada Mallet Finger


Klasifikasi Mallet Finger

Menurut Niechavej , klasifikasi Mallet Finger berdasarkan patomekanismenya dibagi


menjadi 5, yaitu :
 Tipe A : Mallet finger yang disebabkan oleh rupture tendon

Gambar : Mallet Finger Tipe A

 Tipe B : mallet finger yang disebabkan oleh fraktur kecil dibawah dari distal

phalang

Gambar Mallet Finger Tipe B

 Tipe C : Mallet Finger yang disebabkan oleh fraktur avulse tanpa disertai dislokasi
yang disebabkan oleh fragmen fraktur
Gambar : Mallet Finger Tipe C

 Tipe D : Mallet Finger yang disebabkan oleh fraktur dengan disertai dislokasi

Gambar : Mallet Finger Tipe D

 Tipe E : Mallet Finger yang disebabkan oleh fraktur dengan disertai dislokasi dan
subluksasi di distal phalang

Gambar : Mallet Finger Tipe E

Manifestasi klinik yang dijumpai pada pasien dengan Mallet Finger antara lain:
 Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi penuh pada ujung distal falang.
 Ujung distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang distal terdapat
hematoma pada dorsum sendi tersebut.
 Pasien juga bisa merasa adanya nyeri di sendi jari yang terkena dan terdapat
kemerahan disekitar ujung distal phalang.
X-ray mungkin menunjukkan fraktur avulsion kecil dari lempeng dorsal yang sesuai
dengan penyisipan tendon atau adanya kelainan tendon. MRI atau USG dapat
menunjukkan pecah tendon dan hematoma. Pada pemeriksaan x-ray posterior
anterior dan lateral x-ray ditengah dari Distal Interphalang dapat digunakan untuk
membedakan antara bony injury dengan tendennous mallet injury dan juga gambaran
fraktur distal phalang.

Penatalaksanaan Mallet Finger

Mallet finger dapat diobati dengan belat (splint) sederhana. Belat Stack adalah jenis
termudah untuk menggunakan belat untuk cedera ini. Sejak belat Stack biasanya

dipakai selama 6 – 8 minggu.

Gambar : Terapi Splint pada mallet Finger

Gambar : Hasil Terapi Splint pada distal Phalang

Pembedahan mungkin juga diperlukan dalam situasi di mana cedera ini tidak
diobati selama lebih dari 4 sampai 6 minggu. Pada pasien ini, koreksi bedah dari
cedera tendon mungkin diperlukan. Jika jari palu yang tidak diobati, deformitas jari
dapat memperburuk. Pasien yang meninggalkan jari palu yang tidak diobati dapat
mengembangkan deformitas dari sendi jari disebut "cacat leher angsa." sebagian ahli
bedah memilih tindakan operasi untuk Mallet finger yang diikuti dengan subluksasi
volar phalang distal, karena dapat mengembalikan keutuhan sendi dan keseimbangan
antara kekuatan fleksor dan ekstensor sehingga mendapatkan hasil yang adekuat.
Terapi pembedahan pada mallet Finger dengan menggunakan teknik fiksasi yaitu :
Intramedullary fixation, umbrella Handle Kirschner wire fixation, external fixation,

 Teknik Operasi Umbrella handle

Teknik operasi Umbrella Handle dijelaskan oleh Rocchi L, bahwa fragmen dorsal
dikaitkan dengan kawat kirschner diameter 1,2 mm kemudian diarahkan miring dari
proksimal distal ke dalam fragmen utama distal phalang dibawah kendali dari
fluoroscopic. ujung kawat yang bengkok dibentuk ke dalam bentuk pegangan paying
dan kemudian sayatan kecil dibagian dorsal dibuat. Kemudian Kawat Kirschner
ditarik turun dari fragmen palmar untuk mengurangi fragmen dorsal. lalu kawat
dilewatkan melalui splint termoplastik dan kanula untuk menjaga tekanan.

Gambar; Teknik operasi ‘Umbrella handle’’

 Teknik Operasi Hook Plate


Teknik operasi Hook Plate dijelaskan oleh Theinvendran K, bahwa teknik operasi ini
menggunakan plate titanium difragmen dorsal.Sebuah teknik bedah baru telah
dijelaskan oleh Kaleli, yaitu teknik mini eksternal fixator untuk memudahkan
extensi dari mallet finger. teknik operasi ini tidak memerlukan splint . Teknik ini
memegang sendi DIP yang diperpanjang tanpa mengganggu pergerakan PIP dan

MCP.

Gambar : Teknik Operasi “Hook Plate”

BAB IV

KESIMPULAN

Fingertip injury (FTI) merupakan salah satu jenis trauma yang sering
ditemukan pada pelayanan gawat darurat. FTI meliputi cedera pada jari yang terletak
pada area sebelah distal dari insersi tendon flexor dan ekstensor. Cedera meliputi
cedera yang merusak ujung jari (seperti subungual hematom, laserasi nailbed,
sebagian atau amputasi lengkap dari ujung jari, amputasi pulp dan fraktur falang
distal), mallet finger, fleksor digitorum profunda (FDP) avulsi, dan dislokasi sendi
interphalangeal distal. Cedera pada jari 11-24% disebabkan oleh kecelakaan pada
pekerjaan. Sedangkan menurut usia lebih sering terjadi pada anak-anak. FTI
diklasifikasikan menurut beberapa kriteria yaitu kriteria ALLEN, Tamai dan
Ishikawa dan PNB. Seperti pemeriksaan fisik orthopaedi lainnya, pemeriksaan fisik
pada FTI dimulai dengan look (inspeksi), feel (palpasi), dan move (ROM aktif dan
pasif). Karakteristik spesifik luka pada FTI akan menentukan metode terapi yang
paling optimal untuk pasien.
Trauma Jaringan Lunak (Fingertip Injury)

Trauma Jaringan Lunak (Fingertip Injury)


Metode Evaluasi dan Penanganan

dr. Nandya Titania Putri, dr. Akhmad Noviandi

Fingertip injury merupakan salah satu jenis trauma yang sering ditemukan pada pelayanan
akut. Bagian ujung jari memiliki peran sebagai aktivitas motorik halus dan memberikan
persepsi sensasi secara tepat, dan berkontribusi pada estetik.
Teknik rekonstruksi bagian ujung-ujung jari sangat banyak, pertimbangan yang hati-hati
diperlukan untuk menentukan metode terbaik bagi masing-masing pasien. Dengan
pengetahuan mengenai anatomi dan penanganan trauma, dapat ditentukan tahapan
manajemen dan terapi untuk pasien.
Fingertip atau ujung jari didefinisikan sebagai bagian distal jari hingga insersi dari tendon
fleksor (flexor digitorum profundus) dan ekstensor phalang distal. Perionychium membentuk
bagian dorsal dari ujung jari dan memainkan peran penting untuk proteksi ujung jari,
bantalan persepsi atau sensasi, dan estetika ujung jari. Kuku dan bantalan kuku melekat satu
sama lain dan juga melekat Hyponychium berada di bagian distal batas kuku membatasi
bantalan kuku (nail bed) dan kulit ujung jari .
Epidermis pada ujung jari tebal dengan lekukan sidik jari yang unik. Bagian ujung jari (volar
pulp) berkontribusi lebih dari separuh (56%) volume ujung jari, dan berperan dalam
propriosepsi dan sensasi. Bagian ini adalah salah satu bagian penting yang perlu
dipertimbangkan dalam rekonstruksi.
Gambar 1. Anatomi fingertip

Evaluasi
Dimulai dari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Penting dipertimbangkan berdasarkan
usia pasien, gender, pekerjaan, tangan dominan, dan mekanisme trauma. Anak-anak
diperlakukan berbeda dibandingkan orang dewasa, wanita diperlakukan berbeda dengan pria.
Tangan dominan perlu diperlakukan khusus dibanding tangan sebelahnya.
Pemeriksaan komplit perlu dilakukan, status neurovascular dan sistem tendon diperiksa
secara sistematik. Radiografi jari spesifik harus dilakukan untuk menilai adanya fraktur
phalang pada jari atau benda asing. Pemeriksaan juga perlu sistematis, dimulai dari luas
defek, tulang yang ekspos, dan geometri luka. Komposisi dari jaringan yang teramputasi
diklasifikasikan ke dalam kulit, otot yang terlepas, tulang, dan bed kuku (nail bed).

Gambar 2. Geometri cedera. Garis A, volar oblique tanpa tulang yang terekspose; Garis B,
volar oblique dengan tulang terekspose; Garis C, transverse (tegak) dengan tulang
terekspose; Garis D, dorsal oblique dengan tulang terekspose.

Penanganan
Penanganan dengan tujuan fungsi yang mendekati normal dan bentuk estetik yang baik.
Berikut algoritma yang dapat menjadi pilihan untuk penanganan pasien:

Gambar 3. Algoritma pemilihan prosedur untuk penutupan fingertip injury berdasarkan


geometri. (Gambar diunduh dari Lemmon J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft tissue injuries of the
fingertip: method of evaluation and treatment. An algorithmic approach. American Society
of Plastic Surgeon. 2008.)

Gambar 4. Algoritma pemilihan prosedur untuk penutupan fingertip injury berdasarkan jari
yang terlibat. (Gambar diunduh dari Lemmon J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft tissue injuries of
the fingertip: method of evaluation and treatment. An algorithmic approach. American
Society of Plastic Surgeon. 2008.)

Gambar 5. Pilihan flap untuk menutup defek (Gambar dari Ramirez MA, Means KR Jr.
Digital soft tissue trauma: a concise primer of soft tissue reconstruction of traumatic hand
injuries. Iowa Orthopaedic Journal. 2011.)

Berikut ini merupakan kumpulan desain untuk penutupan defek fingertip injury:
Gambar 6. V-Y advancement flap. (Gambar dari Chao, J. D., Huang, J. M., and Wiedrich, T.
A. Local hand flaps. J. Am. Soc. Surg. Hand 1: 28, 2002.)

Gambar 7. The Hueston flap. (Gambar dari Chao, J. D., Huang, J. M., and Wiedrich, T. A.
Local hand flaps. J. Am. Soc. Surg. Hand 1: 28, 2002.) Berikut ini merupakan flap lain yang
digunakan terutama jika terdapat ekspos tulang.

Replantasi
Dengan majunya teknologi saat ini berupa bedah mikro, replantasi pada fingertip
injury sangat memungkinkan dan memberikan hasil yang baik. Banyak penelitian
retrospektif yang melaporkan replantasi pada amputasi ujung jari pada batas nail fold atau
dari nail fold hingga sendi interphalang distal menunjukan kualitas hidup 70-86%. Teknik ini
berkembang di Negara-negara Asia, dan dipertimbangkan untuk pasien anak, wanita, dan
musisi. Jika replantasifingertip injury tidak memungkinkan, maka penanganan kembali lagi
ke ladder of reconstruction: penyembuhan sekunder, penutupan primer, graft kulit,
homodigital flap (flap V-Y, flap Moberg, flap Hueston, dan sebagainya).

DAFTAR PUSTAKA

1. Lemmon J, Janis JE, Rohrich RJ. Soft tissue injuries of the fingertip: method of evaluation
and treatment. An algorithmic approach. American Society of Plastic Surgeon. 2008; 105e-
117e.
2. Ramirez MA, Means KR Jr. Digital soft tissue trauma: a concise primer of soft tissue
reconstruction of traumatic hand injuries. Iowa Orthopaedic Journal. 2011; 31: 110-119
3. Sungur N, Kankaya Y. Bilateral V-Y rotation advancement flap for fingertip amputations.
American Association for Hand Surgery. 2012; 7: 79-85.

http://generalsurgery-fkui.blogspot.com/2015/10/fingertip-injury.html. Ditulis oleh;


dr. Nandya Titania Putri, dr. Akhmad Noviandi, publikasi oleh dr. Kezia Martina Sinaga
dkk

Anda mungkin juga menyukai