Anda di halaman 1dari 4

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI JAHE (Zingiber officinale, Rosc) SEGAR

DAN JAHE OVEN

A Bagus Nur Sudrajat1, Hidayatul Fijriyah1, dan Moh. Homsin Wahyudi1

1
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember

ABSTRAK

Jahe (Zingiber officinale, Rosc) termasuk family Zingiberaceae yang


mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri termasuk minyak menguap dan merupakan
komponen yang memberi bau khas, sedangkan oleoresin termasuk minyak tidak
menguap yang memberi rasa pahit dan pedas. Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui potensi minyak atsiri jahe segar dan jahe oven. Minyak atsiri secara
komersial diproduksi dengan cara penyulingan atau destilasi. Berdasarkan percobaan
penyulingan minyak atsiri jahe segar dan oven didapat hasil 0,6 ml dan 0,2 ml.
Rendemen jahe oven lebih sedikit karena terjadi penguapan kandungan volatile selama
proses pengovenan. Warna minyak atsiri jahe segar lebih cerah dibanding jahe oven
karena jahe oven mengalami kegosongan selama proses pengovenan sehingga warna
minyak menjadi lebih gelap.

Kata kunci: Jahe, Jahe Gajah Segar dan Oven, Destilasi, dan Minyak Atsiri.

PENDAHULUAN

Jahe (Zingiber officinale, Rosc) termasuk family Zingiberaceae yang dapat


tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini sudah banyak digunakan sebagai
obat tradisional dengan cara pengolahan yang sederhana dan sifatnya turun-temurun.
Jahe memiliki kandungan minyak atsiri dan oleoresin yang ampuh menyembuhkan
berbagai penyakit. Pemanfaatan jahe berkembang secara komersial dengan pengolahan
yang menggunakan teknologi tepat guna. Penyulingan minyak jahe dan oleoresin yang
berasal dari rimpang jahe juga semakin berkembang untuk dijadikan bahan baku
pembuatan obat di perusahaan farmasi. Komponen senyawa kimia yang terkandung
pada jahe terdiri dari minyak menguap, minyak tidak menguap, dan pati. Minyak atsiri
termasuk minyak menguap dan merupakan komponen yang memberi bau khas,
sedangkan oleoresin termasuk minyak tidak menguap yang memberi rasa pahit dan
pedas (Daryono, 2011).
Minyak atsiri secara komersial diproduksi dengan cara penyulingan atau
destilasi. Menurut Guenther (1987), factor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri
meliputi jenis metode destilasi yang dilakukan, ukuran bahan, jumlah bahan, lamanya
proses destilasi, besarnya tekanan serta mutu uap yang dipakai. Destilasi adalah suatu
pemurnian senyawa organik cair yang didahului dengan penguapan pelarut, kemudian
mengembunkan uap yang terbentuk sehingga mencair kembali. Proses yang dilakukan
yaitu larutan diuapkan pada alat uap yang kemudian mengental kembali membentuk
cairan (Sugihara, 1961). Metode destilasi yang digunakan adalah destilasi uap. Prinsip
destilasi uap yaitu proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut
sempurna atau larut sebagian dengan menurunkan tekanan sistem sehingga didapatkan
hasil penyulingan jauh dibawah titik didih awal (Cahyono, 1991). Tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui potensi minyak atsiri jahe segar dan oven dengan proses
penyulingan menggunakan air sebagai pelarut.

BAHAN DAN METODE

a) Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pengamatan potensi minyak atsiri jahe yaitu
telenan, pisau, oven, alat untuk destilasi, tabung reaksi, kulkas, dan nampan.

Bahan yang digunakan pada pengamatan potensi minyak atsiri jahe yaitu
jahe gajah dengan beberapa perlakuan yaitu jahe gajah segar dan oven serta air
yang digunakan untuk proses destilasi.

b) Metode

Jahe yang telah dibersihkan dari debu atau tanah disortasi berdasarkan
jenisnya, jahe gajah dan jahe emprit. Jahe yang digunakan pada percobaan ini
adalah jahe gajah. Berat jahe yang digunakan yaitu masing-masing 513,54 gr
sebanyak 2 sampel. Jahe yang telah disortasi dan ditimbang kemudian dilakukan
pengecilan ukuran dengan dipotong-potong 1cm. Untuk perbedaan perlakuan jahe,
sebanyak 513,54 gr dilakukan pengovenan pada suhu 50°C selama 20 jam. Setelah
itu, jahe disuling/didestilasi dengan pelarut air pada suhu 70-80°C selama 120
menit. Suhu tersebut tidak boleh lebih karena akan menyebabkan penguapan pada
air. Setelah itu, minyak jahe yang didapat disimpan dalam kulkas agar warna
minyak tidak berubah dan lebih awet

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan potensi minyak atsiri jahe dengan perlakuan segar dan oven
didapatkan data yang disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 1. Volume minyak atsiri jahe gajah

Berdasarkan grafik tersebut minyak atsiri yang didapat lebih besar pada jahe
gajah segar karena kadar air jahe masih tinggi. Semakin tinggi kadar air bahan baku,
maka rendemen yang dihasilkan semakin besar (Rahayoe, 2007).

Menurut Ketaren (1985), perlakuan pendahuluan terhadap bahan sebelum


penyulingan dapat mempertinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan, beberapa
perlakuan tersebut yaitu pengecilan ukuran, pengeringan, pelayuan, dan fermentasi.
Pada praktikum ini dilakukan pengovenan pada bahan baku dimaksudkan untuk
menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga destilasi lebih mudah dan cepat
(Rahayoe, 2007). Namun, rendemen yang didapat pada jahe gajah oven lebih sedikit
dibanding jahe gajah segar. Hal ini disebabkan oleh penguapan kandungan volatile jahe
sehingga mengurangi rendemen jahe.

Berdasarkan pengamatan secara kualitatif pada warna minyak atsiri jahe segar
dan jahe oven, warna minyak jahe segar lebih cerah dibanding warna minyak jahe oven.
Hal ini dikarenakan adanya proses pengovenan yang menyebabkan minyak jahe oven
lebih gelap.

KESIMPULAN

Volume jahe segar 0,6 ml dan jahe oven 0,2 ml hasil ini dikarenakan kandungan
volatile pada jahe ikut menguap saat proses pengovenan.

Warna minyak atsiri jahe segar lebih cerah kekuningan dibanding jahe oven
dikarenakan jahe yang mengalami pengovenan dimungkinkan mengalami kegosongan
sehingga warna minyak atsiri menjadi lebih coklat/gelap.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.
Semarang: UNDIP Press.

Daryono, ED. 2011. Oleoresin dari Jahe Menggunakan Proses Ekstraksi dengan
Pelarut Etanol. Malang: Institut Teknologi Nasional.

Guenther, Ernest, alih bahasa Ketaren. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Jakarta: UI Press.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahayoe, Sri, dkk. 2007. Kajian Kinetika Pengaruh Kadar Air dan Perajangan
Terhadap Laju Distilasi Minyak Atsiri. Yogyakarta: UGM.

Sugihara, 1961. Distilasi Sederhana. Bandung : ITB Press.

Anda mungkin juga menyukai