Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(RESONANSI)

(PERCOBAAN –ME4)

Nama :
NIM :
Fak/Jurusan : MIPA/Fisika
Kelompok :
Tgl. Praktikum :
Nama Asisten : Fegi Fransica Rieski

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Pratikum resonansi bunyi memiliki beberapa tujuan percobaan diantaranya. Pertama agar
para pratikan dapat menjelaskan fenomene resonansi bunyi dalam suatu tabung. Kemudian
agar para pratikan bisa menentukan cepat rambat bunyi diudara. Dan yang terakhir agar
pratikan dapat menentukan frekuensi dari sebuah garputala yang belum diketahui
frekuensinya.

1.2 Dasar Teori

Resonansi merupakan peristiwa bergetarnya suatu benda akibat benda lain yang bergetar.
Resonansi sendiri terjadi jika frekuensi benda yang bergetar sama dengan frekuensi alamiah
benda di dekatnya. Misalnya seutas dawai bergetar sehingga menghasilkan bunyi dengan
frekuensi fo di dekat lubang sebuah pipa dengan frekuensi alamiah f. Resonansi terjadi ketika
panjang, kolom tabung di atas permukaan air memenuhi persamaan:

(2𝑛+1)
Ln = …(1.1)
4

Ln=panjang kolom udara ke-n.

n = 0,1,2,3,... bersesuaian dengan resonansi pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Dalam hal ini, panjang gelommbang yang dihasilkan adalah tetap. Sehingga perbandingan
pannjang kolom udara dalam tabung memenuhi:

Lo : L1 : L2 : ….. = 1 :3 : 5 : …. …(1.2)

(Ishaq, 2007).

Jika suatu periode digunakan pada suatu sistem, amplitudo yang dihasilkan besaran akan
lebih besar dari gaya normal ketika frekuensi yang diberikan akan sebanding atau berdekatan
dengan frekuensi alami suatu sistem. Hal itu dekarenakan suatu sistem osilasi memperhatikan
sebuah amplitudo yang besar ketika bergerak pada frekuensi alaminya maka hal tersebut sering
ditunjuk sebagai frekuensi resonansi (f).
Gambar1.1

(Giancoli, 2007).

Kecepatan suara di udara adalah 340 𝑚⁄𝑠. Dari hal tersebut dapat diketahui frekuensi gelombang

suara dengan panjang gelombang yang sudah diketahui ataupun apabila frekuensi telah diketahui,
maka kecepatan dapat ditentukan dengan:

V= f ×λ …(1.3)

(Ishaq, 2007).

Pada pipa organa terbuka pada kedua ujungnya frekuensi dari osilasi suatu rangkaian
harmonic dicukupkan dalam kelipatan integral dari frekuensi dasar yang diberikan. Maka
diperoleh frekuensi alami dari osilasi yaitu:
𝑣
fn= n2𝐿 n=1,2,3,… …(1.4)

Sementara pada pipa organa tertutup yakni:


𝑣
fn=n4𝐿 n=1,2,3,… …(1.5)
Gambar 1.2 Pipa organa terbuka.

Gambar 1.3 Pipa organa tertutup.

(Halliday, 2007).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan

Dalam pratikum resonansi ada beberapa alat dan bahan yang digunakan. Alat-alatnya
berupa seperangkat tabung resonansi, lalu ada seperangkat garputala serta pemukulnya. Selain itu
ada mistar atau rollmeter dan ada jangka sorong. Alat dan bahan tersebut diperlukan agar
pratikum dapat berlangsung dengan baik.

2.2 Tata laksana percobaan

Diatur permukaan air pada tabung resonansi hingga mencapai bibir tabung.

Diambil garputala yang diketahui frekuensinya dan


digetarkan dengan memukulnya.

Didekatkan garputala yang sudah dipukul kemulut tabung resonansi.

Diturunkan permukaan air ditabung resonansi, hingga terdengar bunyi


dengung keras.

Diukur panjang kolom udara dengan tinggi permukaan air, lalu dicatat.

Diulangi langkah 2-5 untuk memastikan letak resonansinya.

Diulangi langkah 2-6 untuk menentukan titik resonansi berikutnya

Diulangi langkah 4-7 untuk garputala yang berbeda.


BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data HasilPercobaan

D = 4,76 cm = 4,76 x 10−2 m

r = 3,38 cm = 3,38 x 10−2 m

K = 0,6 cm =0,6 x 2,38 x10−2m =1,43x10−2m

T = 27 ̊ C

NO Frekuensi (Hz) L1(m) L2(m) L3(m)


1 512 16 x 10−2 32 x10−2 52 x 10−2
2 X 15 49 82
15 15 x10−2 48 48,6x10−2 81 82,6x10−2
15 49 85

4𝑓 ( 𝐿𝑛+𝑘)
3.2 Perhitungan 𝑣 = = (m/s)
2𝑛+1

4 ( 𝐿𝑛+𝑘) ∑𝐯
𝜆𝑛 = =(m) 𝑣̅ = = (m/s)
2𝑛+1 𝑛

∑𝛌
𝜆̅ = = (m) ∑ ǀv−𝑣̅ǀ2
𝑛 𝛿𝑣 =√ = (m/s)
𝑛−1

̅ ǀ2
∑ ǀλ−𝜆
𝛿𝜆 = √ = (m)
𝑛−1

δλ δλ
𝐾𝑟 𝜆 = x 100% 𝐾𝑟 𝑣 = ̅ x 100%
̅
𝜆 𝜆

𝜆 = (𝜆̅± 𝛿𝜆) = (m) 𝑣 = (𝑣̅ ±𝛿𝑣) = (m/s)

4 ( 𝐿𝑛+𝑘)
𝜆𝑛 = 2𝑛+1
=(m)

∑𝛌
𝜆̅ = = (m)
𝑛
∑𝐟
𝛿𝜆 = √
̅ ǀ2
∑ ǀλ−𝜆
= (m) 𝑓̅ = = (Hz)
𝑛
𝑛−1

δλ ∑ ǀf−𝑓̅ ǀ2
𝐾𝑟 𝜆= x 100% 𝛿𝑓 = √ = (Hz)
̅
𝜆 𝑛−1

𝜆 = (𝜆̅ ± 𝛿𝜆) 𝐾𝑟 𝑓 =
δλ
x 100%
̅
𝜆
( 2𝑛+𝑙)
𝑓= 𝑣 = (Hz) 𝑓 = (𝑓 ̅ ±𝛿𝑓)
4𝐿𝑛

Garputala 512 Hz

4 ( 𝐿𝑛+𝑘)
• 𝜆ₒ = 2𝑛+1
4 ( 16 × 10−2 +1,43 × 10−2 )
= 2(0)+1

64 × 10−2 +5,72× 10−2


= 1

= 69,72 x 10−2 m
4 ( 32 × 10−2 +1,43 × 10−2 )
• 𝜆₁ = 2(1)+1

128× 10−2 +5,72× 10−2


= 3
133,72 × 10−2 )
= 3

= 44,57 x 10−2 m
4 ( 5210−2 +1,43 × 10−2 )
• 𝜆₂= 2(2)+1

208 × 10−2 +5,72× 10−2


= 5
213 × 10−2
= 5

= 42,74 x 10−2 m

∑𝛌
• 𝜆̅ = 𝑛
(69,72× 10−2 )+(44,57× 10−2 )+(42,74× 10−2 )
= m
3
157,03 × 10−2
= 3

= 52,34 x10−2m
• ǀλ − 𝜆̅ǀ2 = ǀ69,72 x 10−2 − 52,34 𝑥10−2 ǀ2
=(17,38 x 10−2 )2
= 302,06 x 10−4 m
• ǀλ − 𝜆̅ǀ2 = ǀ44,57 x 10−2 − 52,34 𝑥10−2 ǀ2
=(7,77 x 10−2 )2
= 60,37 x 10−4 m
• ǀλ − 𝜆̅ǀ2 = ǀ42,74 x 10−2 − 52,34 𝑥10−2 ǀ2
=(9,6 x 10−2 )2
= 92,16 x 10−4 m
̅ ǀ2
∑ ǀλ−𝜆
• 𝛿𝜆 = √ 𝑛−1

302,06 x 10−4 + 60,37 x 10−4 +92,16 x 10−4


=√ 3−1

454,50 x 10−4
=√ 2

= √227,29 x10−4
= 15,08 x 10−2 𝑚2
δλ
• 𝐾𝑟 𝜆 = ̅ x 100%
𝜆
15,08 x 10−2
= x 100%
52,34 x10−2

= 0,288 x 100%

= 28,8%

• 𝜆 = (𝜆̅± 𝛿𝜆)
= 52,34 x10−2 ± 15,08 x 10−2 m

4𝑓 ( 𝐿𝑛+𝑘)
• 𝑣ₒ = 2𝑛+1

4 x512 𝑚/𝑠 ( 16x10−2 +1,43x 10−2 )


= 2(0)+1

2048 ( 17,43x 10−2 )


= 1
=35.696,6 x10−2m/s

= 356,966 m/s = 357 m/s

4 x512 𝑚/𝑠 ( 32x10−2 +1,43x 10−2 )


• 𝑣₁ = 2(1)+1

2048 ( 33,43x 10−2 )


= 3

=22821,6 x10−2m/s

= 228.2 m/s

4 x512 𝑚/𝑠 ( 52x10−2 +1,43x 10−2 )


• 𝑣₂= 2(1)+1

2048 ( 53,43x 10−2 )


= 3

=21884,9 x10−2m/s

= 218,849 m/s = 218,9 m/s

357+ 228,2+218,9 𝑚/𝑠


• 𝑣̅ = 3
804,1 𝑚/𝑠
= 3

= 268,03 m/s
• ǀv − 𝑣̅ ǀ2 = ǀ 357 − 268,03 ǀ2
=(88,97 )2
= 7915,7 𝑚/𝑠 2
• ǀv − 𝑣̅ ǀ2 = ǀ 288,2 − 268,03 ǀ2
=(39,83 )2
= 1586,4 𝑚/𝑠 2
• ǀv − 𝑣̅ ǀ2 = ǀ 218,9 − 268,03 ǀ2
=(49,13 )2
= 2431,8 𝑚/𝑠 2
∑ ǀv−𝑣̅ǀ2
• 𝛿𝑣 = √ 𝑛−1

7915,7+1586,4+1586,4
=√ 3−1
11915,9
=√
2

= √5957,95
= 77,19 𝑚/𝑠 2

δλ
• 𝐾𝑟 𝜆 = ̅ x 100%
𝜆
77,19
= 268,03 x 100%

= 0,29 x100%
= 29%
• 𝜆 = (𝜆̅± 𝛿𝜆)
= 268,03 ± 77,19 𝑚/𝑠 2

• Garputala frekuensi x Hz

4(Ln + k)
λ0 =
2n + 1

4(15×10-2 +1,43×10-2 )
=
2(0)+1

4(16,43 × 10−2 )
=
1

= 65,72 × 10−2 𝑚

4(L1 + k)
𝜆1 =
2n + 1

4(48,6 × 10−2 + 1,43 × 10−2 )


=
2(1) + 1

4(50,03 × 10−2 )
=
3

200,12 × 10−2
=
3

= 66,71 × 10−2 𝑚
4(L2 + k)
𝜆2 =
2𝑛 + 1

4(82,6 × 10−2 + 1,43 × 10−2 )


=
2(2) + 1

4(84,03 × 10−2 )
=
5

336,12 × 10−2
=
5

= 67,22 × 10−2 𝑚

Σ𝜆𝑛
𝜆̅ =
𝑛

(65,75 × 10−2 ) + (66,71 × 10−2 ) + (67,22 × 10−2 )


=
3

199,65 × 10−2
=
3

= 66,55 × 10−2 𝑚

2
√ 𝜀|𝜆 − 𝜆̅|
𝛿𝜆 =
𝑛−1

2
|𝜆0 − 𝜆̅| = |65,72 × 10−2 − 66,55 × 10−2 |2 = 0,69 × 10−4 𝑚

2
|𝜆1 − 𝜆̅| = |66,71 × 10−2 − 66,55 × 10−2 |2 = 0,026 × 10−4 𝑚

2
|𝜆2 − 𝜆̅| = |67,22 × 10−2 − 66,55 × 10−2 |2 = 0,45 × 10−4 𝑚

|0,69 × 10−4 + 0,026 × 10−4 + 0,45 × 10−4 |


𝛿𝜆 = √
3−1

1,616 × 10−4
=√
2
= √0,808 × 10−4

= 0,899 × 10−2 𝑚

𝛿𝜆
𝑘𝑟 𝜆 = × 100%
𝜆̅

0,899 × 10−2
= × 100%
66,55 × 10−2

= 0,0135 × 100%

= 1,35%

𝜆 = 𝜆̅ ± 𝛿𝜆

= 66,55 × 10−2 ± 0,899 × 10−2 𝑚

(2𝑛 + 1)
𝑓0 = 𝑣
2𝐿𝑛

2(0) + 1
= 340 𝑚⁄𝑠
2(15 × 10−2 )

1
= 340
30 × 10−2

= 11,22 × 10−2 𝐻𝑧

2(1) + 1
𝑓1 = 340 𝑚⁄𝑠
2(48,6 × 10−2 )

3
= 340
97,2 × 10−2

= 0,031 × 10−2 × 340

= 10,54 × 10−2 𝐻𝑧

2(2) + 1
𝑓2 = 340 𝑚⁄𝑠
2(82,6 × 10−2

5
= 340
165,2 × 10−2
= 0,030 × 10−2 × 340

= 10,2 × 10−2 𝐻𝑧

Σ𝑓𝑛
𝑓̅ =
𝑛

11,22 × 10−2 + 10,54 × 10−2 + 10,2 × 10−2


=
3

31,96 × 10−2
=
3

= 10,65 × 10−2 𝐻𝑧

2
|𝑓0 − 𝑓|̅ = |11,22 × 10−2 − 10,65 × 10−2 |2 = 0,32 × 10−4 𝐻𝑧

2
|𝑓1 − 𝑓|̅ = |10,54 × 10−2 − 10,65 × 10−2 |2 = 0,012 × 10−4 𝐻𝑧

2
|𝑓2 − 𝑓|̅ = |10,65 × 10−2 − 10,65 × 10−2 |2 = 0 𝐻𝑧

2
√Σ|𝑓 − 𝑓 |̅
Σ𝑓 =
𝑛−1

0,32 × 10−4 + 0,012 × 10−4 + 0


= √
3−1

0,33 × 10−4
= √
2

= √0,16 × 10−4

= 0,4 × 10−2 𝐻𝑧

Σ𝑓
𝐾𝑟 𝑓 = 100%
𝑓̅

0,4 × 10−2
= 100%
10,65 × 10−2

= 0,037 × 100%
= 3,7%

𝑓 = 𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓

= 10,65 × 10−2 ± 0,4 × 10−2 𝐻𝑧

Garputala dengan frekuensi 512Hz

NO. f (Hz) L(m) 𝜆 ǀ𝜆 − 𝜆̅ǀ2 V (𝑚/𝑠 2 ) ǀv − 𝑣̅ ǀ2


0 512 16 x10−2 69,72x10−2 302,06x10−4 357 7915,7
1 512 32 x10−2 44,57x10−2 60,37x10−4 228,8 1586,4
2 512 52 x10−2 42,74x10−2 92,16x10−4 218,9 2413,8

Garputala dengan frekuensi Χ Hz V = 340 𝑚⁄𝑠

2 2
𝑛 𝐿 (𝑚) 𝜆(𝑚) |𝜆 − 𝜆̅| (𝑚2 ) 𝑓(𝐻𝑧) |𝑓 − 𝑓 |̅ (𝐻𝑧)
0 15 × 10−2 65,72 × 10−2 65,72 × 10−2 11,22 × 10−2 0,32 × 10−4
1 48,6 × 10−2 66,71 × 10−2 66,71 × 10−2 10,54 × 10−2 0,012 × 10−4
2 82,6 × 10−2 67,22 × 10−2 67,22 × 10−2 10,65 × 10−2 0
3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

Dalam percobaan mengenai resonansi bunyi,siperlukan alat dan bahan berupa seperangkat
tabung resonansi,seperangkat garputala,sebuah alat pemukul,dan sebuah mistar atau roll
meter.Percobaan resonansi bunyi dibagi menjadi dua bagian,bagian pertama menggunakan
garputala dengan frekuensi sebesar 512 Hz kemudian yang kedua dengan gerputala yang
freskuensianya belum diketahui.Gerputala dalam resonansi bunyi digunakan untuk menentukan
bunyi dengan memukulnya dan mendekatkan garputala pada mulut tabung resonansi.Tabung
resonansi berfungsi untuk mengetahui resonansi bunyi yang terjadi,sedangkan mistar atau roll
meter untuk menghitung titik dimana resonansi terjadi.

Adapun dalam praktikumnya,resonansi bunyi dimulai dengan garputala berfrekuensi 512


Hz yang kemudian dipukul dengan pemukul.Setelah itu didekatkan pada mulut tabung.Dilakukan
terus,sementara permukaan air diturunkan perlahan dan dicatat panjang roll meter saat resonansi
terbesar terjadi,sebanyak tiga kali..Hal yang sama juga dilakukan pada frekuensi x garputala.

3.3.2 Analisis Hasil

Pada percobaan resonansi bunyi didapatkan hasil bahwa resonansi bunyi terbesar
terdengar saat garputala frekuensi 512Hz dipukul pada saat ketinggian air pada 16 x 10 -2 m, 32 x
10-2 m, dan 52 x 10-2 m. Sementara itu dari resonansi yang diperoleh, didapatkan cepat rambat
suara di udara pada panjang kolom udara pertama sebesar 237,05 m/s, panjang kolom kedua
sebesar 151,55 m/s, dan panjang kolom ketiga sebesar 142,61 m/s. Adapun cepat rambat suara di
udara yang telah ditentukan sebesar 340 m/s namun, saat percobaan dilakukan hasil yang
diperoleh justru dibawah dari cepat rambat suara yang telah ditentukan. Hal itu dikarenakan
resonansi berada semakin jauh di dalam kolom yang membuat cepat rambatnya semakin lama
sehingga, frekuensi yang terdengar semakin pelan.

Resonansisendiri meruakan peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain
yang bergetar, selain itu resonansi terjadi apabila benda memiliki frekuensi yang sama atau
kelipatan bilangan bulat yang sama dengan frekuensi. Resonansi dapat didengar pada tabung
kolom udara saat suatu benda bergetar, tanpa adanya kolom udara, maka tidak akan bisa
didengar. Resonansi juga dapat menentukan frekuensi suatu benda. Sementara gelombang bunyi
merupakan suatu bunyi atau suara yang merambat melalui medium, apabila rambatnya
digambarkan akan berupa simpul dan perut. Simpul merupakan kondisi dimana tidak terjad
igetaran pada titik tertentu. Sementara perut merupakan titik terjadi simpangan maksimum
dengan bunyi yang paling keras.

Dalam resonansi terdapat perbedaan antara pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup. Pipa
organa merupakan sebuah elemen penghasil suara. Pipa tersebut akan beresonansi
(mengeluarkan suara) pada nada tertentu ketika ada aliran udara yang ditiupkan pada tekanan
tertentu. Pipa organan terbagi menjadi dua yaitu Pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup.
Pipa organa terbuka merupakaan sebuah kolom udara yang kedua ujung penampangnya terbuka.
Apabila pipa ini ditiup, udara dari dalam pipa organa itu membentuk pola gelombang stasioner.
Ciri dari pipa ini adalah kedua ujungnya langsung berhubungan dengan udara luar. Nada dasar
dalam pipa organa terbuka terbentuk 1 simpul dan 2 perut dan terjadi 1/2 gelombang. Dengan
damikian panjang pipa sama dengan setengah gelombang

Karena l = ½ λ ⇒ λ = 2l maka rumus frekuensi nada dasarnya

fo = v/2l

Pada frekuensi nada atas pertama atau harmonik kedua terbentuk 2 simpul dan 3 perut dan
terbentuk sebuah gelombang. Dengan demikian panajang pipa sama dengan satu panjang
gelombang.

Karena l = λ ⇒ λ = l maka rumus frekuensi nada dasarnya


f1 = v/l
Pada frekuensi nada atas kedua dalam pipa organa terbentuk 3 simpul dan 4 perut (1,5
gelombang). Jadi Panjang pipa organa sama dengann 1, 5 gelombang.
Karena l = 1½ λ ⇒ λ = 2/3 l maka rumus frekuensi nada dasarnya
f2 = 3v/2l
Frekuensi Nada Atas Ke n yakni : f2 = (n+1)v/2l dengan n = 1,2,3 dan seterusnya
Sementara pipa organa tetutup adalah sebuah kolom udara yang salah satu ujungnya tertutup dan
ujung yang lain terbuka. Apabil pipa organan ini ditiup akan dihasilkan pola gelombang stasioner
dimana ujung yang tertutup selalu menjadi titik simpulnya.

Pada pipa organa tertutup, karena ujunganya tertutup dan merupakan simpul, maka dalam pipa
organa ini untuk nada dasar dan nada atas jumlah simpul dan perut yang terjadi dalam pipa
tersebut adalah sama. Berbeda pada pipa organa terbuka, nada dasar dalam pipa organa tertutup
terbentuk 1 simpul dan 1 perut dan terjadi ¼ gelombang. Dengan demikian panjang pipa sama
dengan ¼ gelombang

Karena l = ¼ λ ⇒ λ = 4l maka rumus frekuensi nada dasarnya

fo = v/4l

Pada frekuensi nada atas pertama atau harmonik kedua terbentuk 2 simpul dan 2 perut dan
terbentuk ¾ gelombang. Dengan demikian panajang pipa sama dengan ¾ panjang gelombang.

Karena l = ¾ λ ⇒ λ =4/3 l maka rumus frekuensi nada dasarnya

f1 = 3v/4l
Pada frekuensi nada atas kedua dalam pipa organa terbentuk 3 simpul dan 3 perut (5/4
gelombang). Jadi Panjang pipa organa sama dengann 5/4 gelombang.

Karena l = 1½ λ ⇒ λ = 2/3 l maka rumus frekuensi nada dasarnya

f2 = 4v/5l

Frekuensi Nada Atas Ke n yaitu f2 = (2n+1)v/2l dengan n = 1,2,3 dan seterusnya

Adapun aplikasi dari resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari yakni adalah satunya
ialah pada gitar akustik. Dapat kita lihat bahwa pada setiap gitar akustik pasti memeiliki badan
gitar yang mana seperti yang kita tahubahwa badan gitar selalu terbuat dari kayu dan dibagian
tengah terdapat sebuah lubang yang berfungsi saat kita memetik senar gitar maka senar gitar akan
bergetar dan menghasilkan gelombang bunyi begitupun badan gitar. Badan gitar akan ikut
bergetar ketika senar gitar dipetik dimana frekuensi getar badan gitar sama dengan frekuensi
senar. Inilah proses resonansi pada gitar dengan resonansi ini membuat suaragitar leebih nyaring
dan indah. Aplikasi resonansi di bidang penerbangan. Ketika pesawat terbang maka mesin
pesawat bergetar dan mengeluarkan bunyi yang sangat besar. Yang kemudian benda yang lain
dalam pesawat seperti badang pesawat dapat ikut bergetar pula bahkan terkadang kaca rumahpun
ikut bergetar ketika ada pesawat yang terbang tidak teralu tinggi diatas rumah merancang. Selain
dari itu gelombang bunyi juga dapat digunakanuntuk menguji keretakan logam, pengukuran
kedalaman laut dan juga pengukuran struktur bagian dalam bumi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jadi, dari hasil percobaan yang dilakukan saat garputala dipukul, kemudian diarahkan
pada tabung resonansi maka pada ketinggian air tertentu yang terdapat pada kolom akan
menghasilkan bunyi terkuat. Dimana ketinggian air pada panjang kolom tabung akan berangsur-
angsur dikurangi dan resonansi terjadi ketika panjang kolom tabung di atas permukaan air
memenuhi persamaan :

(2n+1)
Ln = 𝜆
4

Dengan cepat rambat suara diudara sebesar 340 m/s. Sementara garputala yang dipukul
untuk menghasilakan suara atau bunyi memiliki frekuensi yang berbeda. Garputala yang
ukurannya lebih besar akan menghasilkan getaran yang lebih besar pula. Sehingga bunyi yang
dihasilkan pada kolom tabung semakin kuat dan jelas. Maka dari itu, bunyi tersebut dapat
ditentkan frekuensi maupun kecepatan rambat bunyi.

4.2 Saran

Dalam percobaan resonansi bunyi terdapat kendala pada saat memperhatikan titik air
berada, karena selang air yang sudah kusam sehingga harus digunakan senter untuk melihat
penurunan air, sebaiknya selang dapat diganti dengan yang baru.
Daftar pustaka

Giancoli, Dauglas. 2005. Physics. London : Percon education. Inc.


Halliday, David. 2007. Fundamental of Physics. New York : John Wiley and Sons.
Inc.
Ishaq, Mochammad. 2007. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai