Anda di halaman 1dari 12

MEMAHAMI ARTI DAN ISI KANDUNAGN HADIS TENTANG

KEUTAMAAN MEMBERI

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Alquran Hadis pada MI/MTs)

DOSEN PENGAMPU : DEDI SAHPUTRA NAPITUPULU, S.Pd.I, M.Pd,

Disusun Oleh:

Sem. IV/PAI-5

Kelompok 8

DINDA GAYATRI SIREGAR (0301173489)

KHAIRUN NISA DAMANIK (0301173488)

MAYSAROH HASIBUAN (0301173493)

WANDHA PRASTYO PRATAMA (0301173490)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATRA UTARA

MEDAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN

Islam telah mengajarkan setiap seorang mukmin agar selalu bersikap pertengahan
dalam hal ibadah dan muamalah, semuanya dilandaskan niat untuk mencapai keridhaan
Allah, karena hakikat diciptakan manusia tidak lain adalah hanya menyembah kepada-Nya.
Hadis Rasulullah sebagai penjelas ayat-ayat dalam alquran telah membuka pemikiran ulama
dan cendikiawan muslim hingga mencapai hal terkecil pun didalam Islam telah ada hukum-
hukum dan adab-adabnya termasuk kedalam kemuliaan manusia itu sendiri, seperti seorang
meminta dan seorang pemberi, baik berupa materi maupun non materi.

Karena memberi dan menerima adalah dua sisi yang tidak bisa terpisahkan dalam
kehidupan manusia, maka perlu adanya pembahasan lebih khusus mengenai hal ini, dalam
bab ini pemakalah hanya akan membahas keutamaan memberi.

Maka berangkat dari permasalahan ini, pemakalah mencoba membahas masalah ini
dengan mengambil beberapa hadis dan mencantumkan terjemahan hadis per kosa kata, isi
kandungan, dan hikmah hadis serta metode yang tepat untuk menerapkan hadis tersebut di
kehidupan sehari-hari dengan tujuan dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan
pemakalah dan juga menambah wawasan bagi pembaca lainnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadis Keutamaan Memberi


ْْ‫ْال َي ْدُْالعُل َياْخَيرْْمنَْْل َيد‬:‫ل‬ َ ‫علَيهْْ َو‬
َْ ‫سل َْمْقَا‬ َ ُْ‫للا‬
ْ ْ‫صلى‬
َ ْْ‫لْللا‬ ُ ‫عن ْهُْاَنْْ َر‬
َْ ‫سو‬ َ ُْ‫للا‬
ْ ْ‫ي‬َْ ‫ع َم َْرْ َرض‬
ُ ْْ‫عبدْْللاْْابن‬
َ ْْ‫عن‬
َ
)ْ‫ْ( َر َوا ْهُْالبُخَارىْ َو ُمسلم‬.ُ‫يْالسائلَ ْة‬ ُّ ‫يْال ُمنفقَ ْةُْ َوال‬
َْ ‫سفلَىْه‬ َْ ‫سفلَىْ َول َي ْدُْلعُل َياْه‬
ُّ ‫ال‬
Artinya:“Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan di atas adalah
yang menafkahkan (memberi) dan tangan di bawah adalah yang meminta.”
(HR. Bukhari dan Muslim).1

B. Terjemahan Per Kosa Kata dari Teks Hadis


ْ‫عن‬
َ Dari َْ‫من‬ dari pada

ْ‫اَن‬ Bahwasanya ‫سفلَى‬


ُّ ‫ال‬ di bawah

ْ‫قَاْ َل‬ Berkata/bersabda ْ‫ى‬


َ ‫ه‬ yaitu atau adalah

ُ‫اليَ ْد‬ Tangan ُ‫ال ُمنفقَ ْة‬ Orang yang


memberi
‫العُليَا‬ di atas ُ‫السائلَ ْة‬ Yang
meminta/peminta
ْ‫خَير‬ lebih baik

C. Isi Kandungan Hadis


ْ‫سفلَى‬
ُّ ‫اليَ ْدُْالعُليَاْخَيرْْمنَْْليَدْْال‬
(Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang dibawah)
Yaitu orang yang memberi lebih baik dari pada orang yang menerima, karena
pemberi berada di atas penerima. Maka tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana
yang disabdakan oleh Rasulullah saw.
ْْ)tanganْyangْdibawah(ْ‫سفلَى‬
ُّ ‫ل َيدْْال‬
Memiliki beberapa pengertian yaitu makna pertama, artinya orang yang menerima,
jadi maksudnya adalah orang yang memberi lebih baik dari pada yang menerima. Namun
ini bukan berarti bahwa orang yang diberi tidak boleh menerima pemberian orang lain.

1
Muttafaq’alaih: HR. Al-Bukhari (no. 1429) dan Muslim (no.1033), dari Abdullah bin Umar r.a.

2
Bila seseorang memberi hadiah kepadanya. Maka dia boleh menerimanya. Seperti yang
terjadi pada shahabat yang mulia Umar bin Khattab r.a. ketika beliau menolak pemberian
dari Rasulullah saw. maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya:

َ ‫ْو َماالَْفَالَْتُتبعهُْنَف‬
َْ‫سك‬ َ َْ‫ْوأَنتَ ْغَي ُرْ ُمشرفْْ َوال‬
َ ُ‫سائلْفَْ ُخذه‬ َ ‫ْو َماْ َجا َءكَ ْمنْ َهذَاْال َمال‬
َ ُ‫ُخذه‬
Artinya: “Ambillah pemberian ini! harta yang datang padamu, sementara engkau tidak
mengharapkan kedatangannya dan tidak juga memintanya, maka ambillah.
Dan apa-apa yang tidak (diberikan kepadamu) maka jangan memperturutkan
hawa nafsumu (untuk memperolehnya).2
Dengan demikian jika ada yang memberikan sedekah dan infak kepada orang miskin
dan orang itu berhak menerima, maka boleh ia menerimanya. Makna kedua yaitu orang
yang meminta-minta sebagaimana sabda Nabi saw. di atas, makna ini terlarang dalam
syari’at bila seseorang tidak sangat membutuhkan. Karena meminta-minta dalam syari’at
Islam tidak diperbolehkan, kecuali sangat terpaksa. Nabi saw bersabda:
ْ‫عةُْلَحم‬
َ ْ‫ْوجههْ َمز‬ َ ‫يْيَو َمْالقيا َ َمةْْلَي‬
َ ‫سْفي‬ َ ‫َمايَزَ الُْالرْ ُجلُْيَسأَْلُْالن‬
َ َ‫اسْ َحتىْيَأْتي‬
Artinya: “seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan
datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun
diwajahnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini merupakan ancaman keras yang menunjukkan bahwa meminta-minta
kepada manusia tanpa ada kebutuhan itu hukumnya haram. Oleh karena itu, para ulama
mengatakan bahwa tidak halal bagi seseorang meminta sesuatu kepada manusia kecuali
darurat. Ancaman dalam hadis tersebut diperuntukkan bagi orang yang meminta-minta
kepda orang lain untuk memperkaya diri, bukan karena kebutuhan.
Hadis tentang keutamaan memberi menjelaskan bahwa harta yang diberikan oleh
Allah swt. harus kita sisihkan sebagian untuk disedekahkan, kita pun diharuskan untuk
menjadi orang yang dermawan, yaitu suka memberi bantuan atau pertolongan kepada
orang yang lemah atau tidak mampu. Sebab orang yang suka memberi lebih baik dari
pada orang yang meminta. Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah.
Maksud tangan di atas ialah orang yang memberi, sedangkan tangan di bawah ialah
orang yang meminta/pengemis.
Nabi Muhammad saw. sangat menyukai orang yang gemar memberi dan tidak
menyukai orang yang gemar meminta. Bahkan Nabi mencela orang yang meminta-minta

2
Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhari (no 1473) dan Muslim (no 1045 (110)).

3
karena malas bekerja. Apalagi dengan berpura-pura mengenakan baju yang kumal, dan
meminta-minta ke setiap orang, padahal dia masih mampu untuk bekerja.
Orang yang suka meminta-minta itu sangat rendah di hadapan orang lain, maka
hindarilah menjadi peminta-minta. Berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk bekerja,
karena Nabi saw. sangat memuji orang yang mencari nafkah dengan tangan sendiri. Jadi
hadis tersebut mengajarkan bahwa memberi itu lebih utama dari pada meminta-minta.
Hadis Nabi tersebut mengandung pengertian yang sangat luas, diantaranya perinta untuk
suka memberi, rajin bekerja.3

D. Hikmah yang Terkandung dalam Hadis


1. Suka Memberi
Memberi atau bersedekah sangat dianjurkan dalam Islam. Senang memberi kepada
orang lain merupakan akhlak terpuji. Senang memberi hanya dimiliki orang-orang yang
mempunyai sifat pemurah. Janganlah menahan diri untuk memberi hadiah kepada
tetangganya karen amenganggap kecil dan remeh hadiah yang akan diberikan. Sedikit
lebih baik dari pada tidak ada sama sekali. Jangan ia menganggap tiada berarti apa yang
ada pada dirinya. Bahkan hendaknya ia menghadiahkan apa yang mudah baginya.
Karena Allah swt. Telah berfirman:
)ْ7:ْ‫لْذَرةْْخَي ًراْيَ َر ْهُْ(الزلزلة‬
َْ ْ‫فَ َمنْْيَع َملْْمثقَا‬
Artinya: “Siapa yang mengerjakan kebaikan walau seberat dzarrah (semut yang sangat
kecil) niscaya nanti ia akan melihat (balasan)nya. (Al-Zalzalah:7)
Rasulullah saw. pun bersabda:
ْ‫ار َولَوْْبشقْْت َم َرة‬
َ ‫فَاتقُواْالن‬
Artinya:ْ“Maka jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan bersedekah sepotong
belahan kurma.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam ajaran Islam banyak sekali perintah atau dorongan agar umat Islam banyak
memberi, misalnya memberikan sedekah kepada fakir miskin, yatim piatu atau siapa saja
yang membutuhkan. Memberikan ilmu kepada orang yang membutuhkan dalam Al-
Qur’an dan hadis banyak sekali perintah atau dorongan agar umat Islam suka memberi,
diantaranya firman Allah dalam surah Al-Ma’un ayat 1-3
َ ْ‫علَى‬
)3(ْْ‫طعَامْْالمسكين‬ ُّْ ‫)ْ َو َاليَ ُح‬2(ْ‫عْاليَتي َْم‬
َ ْ‫ض‬ ُْ ْْ‫أ َ َر َءيتَْْالذىْيُ َكذ‬
ُْ ُ‫ْ)ْفَذَالكَْْالَذىْيَد‬1(ْْ‫بْبالدين‬

3
Suntari, Quran Hadis kelas 6 MI, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2016), h. 28-29.

4
Artinya: “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberikan makan pakir
miskin.”(QS. Al-Ma’un:1-3)
Ayat ini menyuru kita untuk memberi bantuan kepada anak yatim dan pakir miskin.
Orang yang menyia-nyiakan anka yatim dan orang yang tidak mau menyuruh memberi
makan orang miskin termasuk orang yang mendustakan agama.
Seorang yang dermawan tidak saja memperoleh pahala di sisi Allah akan tetapi ia
pun akan mempenyai tempat tersendiri dihati masyarakat. Masyarakat akan
menghormatinya. Tetapi janganlah ia mendermakan hartanya untuk tujuan duniawi,
seperti ingin mendapat pujian dan penghormatan. Lawan dermawan (pemurah) adalah
bakhail (kikir). Rasullullah sebagai orang yang paling pemurah diantara orang yang
pemurah selalu menganjurkan umatnya bermurah hati, dan melarang mereka mempunyai
sipat kikir. Orang yang kikir hanya memikirkan nasibnya sendiri, ia tamak, yang
dipikirkan hanyalah bagaimana mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Keuntungan
orang pemurah dan kerugian orang kikir dijelaskan oleh Rasulullah melalui sabdanya:
ْ َ‫يْقَريبْمنَ ْللاْقَريبْمنَ ْالخَنةْْقَريبْمن‬
ُّ ‫ْالسخ‬:َ‫سل َمْقَال‬ َ ‫علَيه‬
َ ‫ْو‬ َ ُْ‫صلَىْللا‬ َ َْ ‫عنْاَبىْ ُه َري َرة‬
َ ْ‫عنْالنبْي‬ َ
ْ‫ْوالبَخيلُْ َبعيدْمنَ ْللاْب َعيدْمنَ ْال َجنةْبَعيدْمنَ ْالناْسْقَريبْمنَ ْالنارْ(رواه‬
َ ‫الناسْ َبعيدْمنَ ْالنار‬
ْْ)‫الترمذى‬
Artinya:ْ “Orang-orang yang dermawan (pemurah) itu dekat dengan Allah, dekat
dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari api neraka. Sedang orang
yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan
dekat dengan api neraka.” (HR. At-Tirmidzi)
Tentu kalian ingin menjadi orang pemurah bukan? Untuk menjadi orang yang
pemurah dapat kita tempuh dengan melatih diri bersikap pemurah, dengan cara sebagai
berikut:
1) Membiasakan diri untuk memberi kepada orang lain, terutama yang sangat
membutuhkan.
2) Menyadari bahwa harta adalah amanat Allah, yang didalamnya ada hak orang lain
yang harus kita serahkan kepada mereka yang berhak.
3) Meyakini bahwa memberi lebih utama dari pada meminta-minta dan akan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.4

4
Ibid., h. 30-32.

5
2. Bekerja Keras
Dengan bekerja keras dapat merubah kehidupan seseorang menjadi kaya atau
setidaknya berkecukupan. Dengan hidup berkecukupan kita dapat terhindar dari
perbuatan meminta-minta. Disamping itu, dengan hidup yang cukup dapat menambah
kekhusukan kita dalam beribadah. Bahkan jika ada kelebihan rizki kita dapat
memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Rasulullah saw. bersabda:

َ ‫ْأَنْيَحت َط‬:‫سل َم‬


ًْ‫بْا َ َحدُْ ُكمْ ُخز َمة‬ َْ ‫علَيه‬
َ ‫ْو‬ َ ُْ‫صلىْللا‬
َ ْ‫سولُْللا‬ َ ‫ْقَال‬:َ‫يْللاُْعنهُْقَال‬
ُ ‫َْر‬ َ ‫عنْاَبىْ ُه َري َرة‬
َ ‫َْرض‬ َ
)‫ظْهرهْخَيرْلَهُْمنْأَنْيَسأَلَْأ َ َحدًاْفَيُعطيَهَْاَويَمنَعَهُْ(متفقْعليه‬
َ ْ‫علَى‬
َ
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “sekiranya salah seorang
dari kamu pergi mencari kayu dan dipikul diatas punggungnya, maka hal
demikian itu lebih baik dari pada meminta-minta pada orang lain, yang
terkadang diberi dan terkadang di tolak.””(HR. Bukhari Muslim)
Oleh karena itu jadilah orang yang suka bekerja keras, jangan menjadi orang yang
berpangku tangan atau pemalas. Dalam hadis lain Nabi bersabda:
)‫فْ(رواهْالطبراْنيْعنْابنْعمر‬
َ ‫إنْللاَْيُحبُّ ْال ُمؤمنَ ْال ُمحت َر‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang memiliki mata
pencaharian (H.R. Thabrani dan Ibnu Umar)
Pada hadis lainnya, Nabi juga bersabda:
ُّ َ‫ط َعا ًماْق‬
َ ْ‫طْخَيرْمنْاَنا َيأْ ُكلَْمن‬
)‫ع َملْ َيدهْ(رواهْالبخارى‬ َ ْ‫َماا َ َكلَْا َ َحد‬
Artinya: “Tidaklah seorang itu memakan makanan apapun yang lebih baik dari
makanan hasil kerja tangannya sendiri. (H.R. Bukhari)
Jelaslah disini, ketiga hadis tersebut di atas mendorong kepada umat islam untuk
rajin bekerja. Bagaimana kita dapat memberi kalau tidak ada harta. Dari mana datangnya
harta kalau tidak berusaha.
ْ‫ضا‬ َ ‫سنبُلَةْمائَةُْ َحبة‬
َ ُ‫ْوللاُْي‬ ُ ْ‫سنَاْبلَْفىْ ُكل‬ َ ْ‫سبيلْللاْ َكمثَلْ َحبةْأَن َبت َت‬
َ ْ‫سب َع‬ َ ْ‫َمثَلُْالذينَ ْيُنفقُونَ ْأَم َوالَ ُهمْفى‬
)261ْ:‫عليمْ(البقرة‬
َ ْ‫ْواسع‬
َ ُ‫ْوللا‬
َ ‫فْل َمنْ َيشَا ُء‬
ُ ‫ع‬
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh buli, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas
(karunia-Nya) lagi maha mengetahui (Q.S. Al-Baqarah:ْ261)

6
َ ‫ْواألَذَىْ َكالذىْيُنف ُقْ َماْلَهُْرأَئ َا َءْالناْس‬
َ ‫ْوالَيُؤْم ُنْباللا‬
ْ‫ْواليَوم‬ َ ْ‫يَاْأَيُّ َهاْالذينَ ْا َ َمنُواالَْتُبطلُوا‬
َ ‫صدَقَاْت ُكمْبال َمن‬
ُْ‫اْوللا‬ َ ‫علَشَئْمماْ َك‬
َ ‫سبُو‬ ُ ‫صلْدًْاالَْيَقد‬
َ ْ َ‫ْرون‬ َ َْ‫علَيهْت ُ َربْفَأ‬
َ ُْ‫صابَه َُْوابلْفَت ََرْ َكه‬ َ ْ‫اْلخرْفَ َمثَلُهُْ َك َمثَل‬
َ ْ‫صف َوان‬
)264:ْ‫الَيهدىْالقَو َمْال َكاْفرينَ ْ(البقرة‬
Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaannya (orang itu)
seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh
sesuatu apaun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir. (Q.S. Al-Baqarah:264)

E. Metode Drill (Latihan)


Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang
paling tepat dan cepat dalam melaksanakan sesuatu. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia metode ialah cara yang telah teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud dalam ilmu pengetahuan .5
Penggunaan istilah “Latihan” sering disamakan artinya dengan istilah “Ulangan”.
Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan
tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya sedangkan ulangan
hanyalah sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pelajaran tersebut.6
Metode drill merupakan cara pembelajaran yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan berlangsung dengan cara berulang-ulang
suatu hal sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan. Metode latihan pada
umumnya digunakan untuk mempetroleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa
yang dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatip
peserta didik untuk berpikir, maka hendaknya latihan disiapkan untuk mengembangkan
kemampuan motoric yang sebelumnya dilakukan diagnosis agar kegiatan itu bermanfaat
bagi pengembangan motoric peserta didik.
Metode drill sangat cocok untuk mengajarkan keterampilan motoric maupun
keterampilan mental. Keterampilan motoric merupakan keterampilan dalam

5
Ahmad Tasir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996), h. 9.
6
Zakia Darajad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islamet, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 302.

7
menggunakan alat, antara lain keterampilan music, menari, kerajinan, dan lain-lain.
Sedangkan keterampilan mental antara lain meliputi keterampulan menghapal,
menghitung, menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi.

1. Langkah-langkah Pelaksanaan metode Drill


a) Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda dengan
latihan sebelumnya. Hal itu disebabkan karena situasi dan pengaruh latihan yang
lalu berbeda juga. Kemudian perlu diperhatikan juga adanya perubahan kondisi
atau situasi yang menuntut daya tanggap atau respon yang berbeda pula. Bila
situasi latihan berubah, sehingga tantangan yang dihadapi berlainan dengan situasi
sebelumnya, maka memerlukan tanggapan atau sambutan yang berbeda pula.
b) Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri. Dalam
persiapan sebelum memasuki latihan guru harus memberikan perhatian dan
perumusan tujuan yang jelas bagi siswa sehingga mereka mengerti dan memahami
apa tujuan latihan tersebut. Agar dalam pelaksanaan metode drill dapat berjalan
lancar maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Perlu adanya penjelasan tentang apa yang menjadi tujuan hadis keutamaan
memberi sehingga setelah selesai latihan siswa dapat mengerjakan sesuatu
yang diharapkan guru.
2) Perlu adanya penjelasan tentang apa yang harus diterapkan peserta didik.
3) Lama latihan perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa.
4) Perlu adanya kegiatan selingan agar siswa tidak merasa bosan.7

2. Keunggulan dan Kelemahan Metode Drill


a) Keunggulan
1) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya
2) Dapat menimbulkan rasa percaya diri, bahwa para siswa yang berhasil dalam
belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak
dikemudian hari.

7
Suwarna, et. All., Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 111.

8
3) Guru lebih murah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang
disiplin dalam belajarnya dan mana siswa yang kurang memperhatikan
tindakan dalam perbuatan disaat berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
4) Memungkinkan siswa untuk memperbaiki kesalahannya pada saat itu juga.
5) Melatih daya tangkap dan daya ingat siswa serta daya ekspresinya.
b) Kelemahan
1) Dapat menimbulkan kebosanan, kejengkelan, dan kelesuan, apabila latihn
dilakukan terlalu ketat dan serius.
2) Dapat menimbulkan perbalisme terutama pelajaran yang bersifat menghal
dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan
dan secara otomatis mengingatnya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang
berkenan dengan hapalan tersebuttanpa suatu proses berpikir secara logis.
3) Membentuk kebiasaaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa melakukan
sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan sitimulus siswa dibiasakan
bertindak secara otomatis.8

8
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 57.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hadis keutamaan memberi yang telah dipaparkan diatas yang diriwatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar ra. dapat disimpulkan bahwa tangan yang
diatas lebih baik dari tangan yang dibwah yaitu orang yang memberi lebih baik dari pada
orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima. Hadis tersebut juga
menjelaskan tentang harta yang diberikan oleh Allah harus kita sisihkan sebagian untuk
kita sedekahkan, kitapun dianjurkan untuk menjadi orang yang dermawan, yaitu suka
memberi bantuan atau pertolongan kepada orang yang lemah atau tidak mampu.
Nabi Muhammad saw. sangat menyukai orang yang gemar memberi dan tidak
menyukai orang yang gemar meminta. Bahkan Nabi mencela orang yang meminta-minta
karena malas bekerja. Apalagi dengan berpura-pura mengenakan baju yang kumal, dan
meminta-minta kesetiap orang padahal dia masih mampu untuk bekerja.
Dalam menerapkan hadis keutamaan memberi pemakalah menggunakan metode
latihan (drill) agar lebih mudah bagi peserta didik untuk menerapkannya. Metode ini
berlangsung dengan cara berulang-ulang sehingga terbentuk kemampuan yang
diharapkan. Disini diharapkan pendidik memberikan latihan harus selalu berbeda dengan
latihan sebelumnya, Agar peserta didik tidak merasa bosan. Guru juga perlu
memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri. Dalam persiapan sebelum
memasuki latihan pendidik harus memberikan perhatian dan perumusan tujuan yang jelas
bagi peserta didik sehingga mereka mengerti dan memahaminya.

B. Saran
Diharapkan kepada pendidik untuk menggunakan metode latihan (drill) dalam
menerapkan hadis keutamaan memberi kepada peserta didik agar lebih mudah peserta
didik memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muttafaq’alaih: HR. Al-Bukhari (no. 1429) dan Muslim (no.1033), dari Abdullah bin Umar
r.a.

Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhari (no 1473) dan Muslim (no 1045 (110)).

Suntari, Quran Hadis kelas 6 MI, Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2016.

Ahmad Tasir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1996.

Zakia Darajad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islamet, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011.

Suwarna, et. All., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

11

Anda mungkin juga menyukai