Makalah Al-Qur'an Hadis Pada Mimts Kel 8
Makalah Al-Qur'an Hadis Pada Mimts Kel 8
KEUTAMAAN MEMBERI
(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Alquran Hadis pada MI/MTs)
Disusun Oleh:
Sem. IV/PAI-5
Kelompok 8
SUMATRA UTARA
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Islam telah mengajarkan setiap seorang mukmin agar selalu bersikap pertengahan
dalam hal ibadah dan muamalah, semuanya dilandaskan niat untuk mencapai keridhaan
Allah, karena hakikat diciptakan manusia tidak lain adalah hanya menyembah kepada-Nya.
Hadis Rasulullah sebagai penjelas ayat-ayat dalam alquran telah membuka pemikiran ulama
dan cendikiawan muslim hingga mencapai hal terkecil pun didalam Islam telah ada hukum-
hukum dan adab-adabnya termasuk kedalam kemuliaan manusia itu sendiri, seperti seorang
meminta dan seorang pemberi, baik berupa materi maupun non materi.
Karena memberi dan menerima adalah dua sisi yang tidak bisa terpisahkan dalam
kehidupan manusia, maka perlu adanya pembahasan lebih khusus mengenai hal ini, dalam
bab ini pemakalah hanya akan membahas keutamaan memberi.
Maka berangkat dari permasalahan ini, pemakalah mencoba membahas masalah ini
dengan mengambil beberapa hadis dan mencantumkan terjemahan hadis per kosa kata, isi
kandungan, dan hikmah hadis serta metode yang tepat untuk menerapkan hadis tersebut di
kehidupan sehari-hari dengan tujuan dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan
pemakalah dan juga menambah wawasan bagi pembaca lainnya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muttafaq’alaih: HR. Al-Bukhari (no. 1429) dan Muslim (no.1033), dari Abdullah bin Umar r.a.
2
Bila seseorang memberi hadiah kepadanya. Maka dia boleh menerimanya. Seperti yang
terjadi pada shahabat yang mulia Umar bin Khattab r.a. ketika beliau menolak pemberian
dari Rasulullah saw. maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya:
َ ْو َماالَْفَالَْتُتبعهُْنَف
َْسك َ َْْوأَنتَ ْغَي ُرْ ُمشرفْْ َوال
َ ُسائلْفَْ ُخذه َ ْو َماْ َجا َءكَ ْمنْ َهذَاْال َمال
َ ُُخذه
Artinya: “Ambillah pemberian ini! harta yang datang padamu, sementara engkau tidak
mengharapkan kedatangannya dan tidak juga memintanya, maka ambillah.
Dan apa-apa yang tidak (diberikan kepadamu) maka jangan memperturutkan
hawa nafsumu (untuk memperolehnya).2
Dengan demikian jika ada yang memberikan sedekah dan infak kepada orang miskin
dan orang itu berhak menerima, maka boleh ia menerimanya. Makna kedua yaitu orang
yang meminta-minta sebagaimana sabda Nabi saw. di atas, makna ini terlarang dalam
syari’at bila seseorang tidak sangat membutuhkan. Karena meminta-minta dalam syari’at
Islam tidak diperbolehkan, kecuali sangat terpaksa. Nabi saw bersabda:
ْعةُْلَحم
َ ْْوجههْ َمز َ يْيَو َمْالقيا َ َمةْْلَي
َ سْفي َ َمايَزَ الُْالرْ ُجلُْيَسأَْلُْالن
َ َاسْ َحتىْيَأْتي
Artinya: “seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan
datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun
diwajahnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini merupakan ancaman keras yang menunjukkan bahwa meminta-minta
kepada manusia tanpa ada kebutuhan itu hukumnya haram. Oleh karena itu, para ulama
mengatakan bahwa tidak halal bagi seseorang meminta sesuatu kepada manusia kecuali
darurat. Ancaman dalam hadis tersebut diperuntukkan bagi orang yang meminta-minta
kepda orang lain untuk memperkaya diri, bukan karena kebutuhan.
Hadis tentang keutamaan memberi menjelaskan bahwa harta yang diberikan oleh
Allah swt. harus kita sisihkan sebagian untuk disedekahkan, kita pun diharuskan untuk
menjadi orang yang dermawan, yaitu suka memberi bantuan atau pertolongan kepada
orang yang lemah atau tidak mampu. Sebab orang yang suka memberi lebih baik dari
pada orang yang meminta. Tangan di atas itu lebih baik dari pada tangan di bawah.
Maksud tangan di atas ialah orang yang memberi, sedangkan tangan di bawah ialah
orang yang meminta/pengemis.
Nabi Muhammad saw. sangat menyukai orang yang gemar memberi dan tidak
menyukai orang yang gemar meminta. Bahkan Nabi mencela orang yang meminta-minta
2
Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhari (no 1473) dan Muslim (no 1045 (110)).
3
karena malas bekerja. Apalagi dengan berpura-pura mengenakan baju yang kumal, dan
meminta-minta ke setiap orang, padahal dia masih mampu untuk bekerja.
Orang yang suka meminta-minta itu sangat rendah di hadapan orang lain, maka
hindarilah menjadi peminta-minta. Berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk bekerja,
karena Nabi saw. sangat memuji orang yang mencari nafkah dengan tangan sendiri. Jadi
hadis tersebut mengajarkan bahwa memberi itu lebih utama dari pada meminta-minta.
Hadis Nabi tersebut mengandung pengertian yang sangat luas, diantaranya perinta untuk
suka memberi, rajin bekerja.3
3
Suntari, Quran Hadis kelas 6 MI, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2016), h. 28-29.
4
Artinya: “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberikan makan pakir
miskin.”(QS. Al-Ma’un:1-3)
Ayat ini menyuru kita untuk memberi bantuan kepada anak yatim dan pakir miskin.
Orang yang menyia-nyiakan anka yatim dan orang yang tidak mau menyuruh memberi
makan orang miskin termasuk orang yang mendustakan agama.
Seorang yang dermawan tidak saja memperoleh pahala di sisi Allah akan tetapi ia
pun akan mempenyai tempat tersendiri dihati masyarakat. Masyarakat akan
menghormatinya. Tetapi janganlah ia mendermakan hartanya untuk tujuan duniawi,
seperti ingin mendapat pujian dan penghormatan. Lawan dermawan (pemurah) adalah
bakhail (kikir). Rasullullah sebagai orang yang paling pemurah diantara orang yang
pemurah selalu menganjurkan umatnya bermurah hati, dan melarang mereka mempunyai
sipat kikir. Orang yang kikir hanya memikirkan nasibnya sendiri, ia tamak, yang
dipikirkan hanyalah bagaimana mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Keuntungan
orang pemurah dan kerugian orang kikir dijelaskan oleh Rasulullah melalui sabdanya:
ْ َيْقَريبْمنَ ْللاْقَريبْمنَ ْالخَنةْْقَريبْمن
ُّ ْالسخ:َسل َمْقَال َ علَيه
َ ْو َ ُْصلَىْللا َ َْ عنْاَبىْ ُه َري َرة
َ ْعنْالنبْي َ
ْْوالبَخيلُْ َبعيدْمنَ ْللاْب َعيدْمنَ ْال َجنةْبَعيدْمنَ ْالناْسْقَريبْمنَ ْالنارْ(رواه
َ الناسْ َبعيدْمنَ ْالنار
ْْ)الترمذى
Artinya:ْ “Orang-orang yang dermawan (pemurah) itu dekat dengan Allah, dekat
dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari api neraka. Sedang orang
yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan
dekat dengan api neraka.” (HR. At-Tirmidzi)
Tentu kalian ingin menjadi orang pemurah bukan? Untuk menjadi orang yang
pemurah dapat kita tempuh dengan melatih diri bersikap pemurah, dengan cara sebagai
berikut:
1) Membiasakan diri untuk memberi kepada orang lain, terutama yang sangat
membutuhkan.
2) Menyadari bahwa harta adalah amanat Allah, yang didalamnya ada hak orang lain
yang harus kita serahkan kepada mereka yang berhak.
3) Meyakini bahwa memberi lebih utama dari pada meminta-minta dan akan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.4
4
Ibid., h. 30-32.
5
2. Bekerja Keras
Dengan bekerja keras dapat merubah kehidupan seseorang menjadi kaya atau
setidaknya berkecukupan. Dengan hidup berkecukupan kita dapat terhindar dari
perbuatan meminta-minta. Disamping itu, dengan hidup yang cukup dapat menambah
kekhusukan kita dalam beribadah. Bahkan jika ada kelebihan rizki kita dapat
memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Rasulullah saw. bersabda:
6
َ ْواألَذَىْ َكالذىْيُنف ُقْ َماْلَهُْرأَئ َا َءْالناْس
َ ْوالَيُؤْم ُنْباللا
ْْواليَوم َ ْيَاْأَيُّ َهاْالذينَ ْا َ َمنُواالَْتُبطلُوا
َ صدَقَاْت ُكمْبال َمن
ُْاْوللا َ علَشَئْمماْ َك
َ سبُو ُ صلْدًْاالَْيَقد
َ ْ َْرون َ َْعلَيهْت ُ َربْفَأ
َ ُْصابَه َُْوابلْفَت ََرْ َكه َ ْاْلخرْفَ َمثَلُهُْ َك َمثَل
َ ْصف َوان
)264:ْالَيهدىْالقَو َمْال َكاْفرينَ ْ(البقرة
Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaannya (orang itu)
seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh
sesuatu apaun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir. (Q.S. Al-Baqarah:264)
5
Ahmad Tasir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996), h. 9.
6
Zakia Darajad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islamet, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 302.
7
menggunakan alat, antara lain keterampilan music, menari, kerajinan, dan lain-lain.
Sedangkan keterampilan mental antara lain meliputi keterampulan menghapal,
menghitung, menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi.
7
Suwarna, et. All., Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 111.
8
3) Guru lebih murah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang
disiplin dalam belajarnya dan mana siswa yang kurang memperhatikan
tindakan dalam perbuatan disaat berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
4) Memungkinkan siswa untuk memperbaiki kesalahannya pada saat itu juga.
5) Melatih daya tangkap dan daya ingat siswa serta daya ekspresinya.
b) Kelemahan
1) Dapat menimbulkan kebosanan, kejengkelan, dan kelesuan, apabila latihn
dilakukan terlalu ketat dan serius.
2) Dapat menimbulkan perbalisme terutama pelajaran yang bersifat menghal
dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan
dan secara otomatis mengingatnya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang
berkenan dengan hapalan tersebuttanpa suatu proses berpikir secara logis.
3) Membentuk kebiasaaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa melakukan
sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan sitimulus siswa dibiasakan
bertindak secara otomatis.8
8
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 57.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hadis keutamaan memberi yang telah dipaparkan diatas yang diriwatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar ra. dapat disimpulkan bahwa tangan yang
diatas lebih baik dari tangan yang dibwah yaitu orang yang memberi lebih baik dari pada
orang yang menerima, karena pemberi berada di atas penerima. Hadis tersebut juga
menjelaskan tentang harta yang diberikan oleh Allah harus kita sisihkan sebagian untuk
kita sedekahkan, kitapun dianjurkan untuk menjadi orang yang dermawan, yaitu suka
memberi bantuan atau pertolongan kepada orang yang lemah atau tidak mampu.
Nabi Muhammad saw. sangat menyukai orang yang gemar memberi dan tidak
menyukai orang yang gemar meminta. Bahkan Nabi mencela orang yang meminta-minta
karena malas bekerja. Apalagi dengan berpura-pura mengenakan baju yang kumal, dan
meminta-minta kesetiap orang padahal dia masih mampu untuk bekerja.
Dalam menerapkan hadis keutamaan memberi pemakalah menggunakan metode
latihan (drill) agar lebih mudah bagi peserta didik untuk menerapkannya. Metode ini
berlangsung dengan cara berulang-ulang sehingga terbentuk kemampuan yang
diharapkan. Disini diharapkan pendidik memberikan latihan harus selalu berbeda dengan
latihan sebelumnya, Agar peserta didik tidak merasa bosan. Guru juga perlu
memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri. Dalam persiapan sebelum
memasuki latihan pendidik harus memberikan perhatian dan perumusan tujuan yang jelas
bagi peserta didik sehingga mereka mengerti dan memahaminya.
B. Saran
Diharapkan kepada pendidik untuk menggunakan metode latihan (drill) dalam
menerapkan hadis keutamaan memberi kepada peserta didik agar lebih mudah peserta
didik memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
Muttafaq’alaih: HR. Al-Bukhari (no. 1429) dan Muslim (no.1033), dari Abdullah bin Umar
r.a.
Muttafaq ‘alaih: HR. Al-Bukhari (no 1473) dan Muslim (no 1045 (110)).
Suntari, Quran Hadis kelas 6 MI, Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2016.
Ahmad Tasir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1996.
Zakia Darajad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islamet, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2011.
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
11