PRESENTASI KASUS
DISUSUN OLEH :
ILHAM KAUTSAR
NMP 08310153
PEMBIMBING :
Page | 1
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya maka tugas laporan kasus yang berjudul Malunion fraktur humerus
dextra 1/3 middle neglected ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas
ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti
kepaniteraan di SMF Ilmu Penyakit Bedah Tulang di RSUD 45 Kuningan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Risa Indrawan Sp.OT M.Kes dan dr. H.
Arif Wibowo Sp.OT selaku dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas laporan
kasus ini, terima kasih atas bimbingan, saran dan petunjuknya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan. Semoga tugas referat ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penulis pada khususnya.
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................
LAPORAN KASUS...................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
Page | 3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 ...................................................................................................... 8
Gambar 2 ...................................................................................................... 9
Gambar 3 ...................................................................................................... 17
Gambar 4 ...................................................................................................... 18
Gambar 5 ...................................................................................................... 21
Gambar 6 ...................................................................................................... 21
Gambar 7 ...................................................................................................... 22
Gambar 8 ...................................................................................................... 23
Gambar 9 ...................................................................................................... 26
Page | 4
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 5
LAPORAN KASUS
I. Keterangan Umum
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Cihaur
II. Anamnesis
Keluhan Utama :
hanya di rawat 1 hari. Pasien dirawat karena terserempet truk. Pada waktu
kejadian, pasien menggunakan sepeda motor mio dengan kecepatan 90
km/jam. Pasien mengendarai sepeda motor dengan anaknya. Pasien
menggunakan helm. Pasien sebagai pengemudi. Pasien terserempet truk dari
arah sebelah kiri ketika pasien hendak menyusul. Bagian kepala dan tangan
tersentuh oleh truk, lalu pasien terjatuh ke arah kanan. Bagian yang terdahulu
menyentuh aspal adalah tangan kanan. Pasien terseret ± 5 meter. Pada waktu
kecelakaan pasien sadar diri, tidak ada keluar darah dari telingan, mulut,
Page | 6
hidung. Tidak ada mual dan muntah. Hanya terasa bengkak dan nyeri pada
lengan atas kanan. Lalu pasien di bawa ke RS. Di RS pasien diperiksa foto
lengan atas kiri dan dikatakan oleh dokter bersangkutan bahwa lengan pasien
mengalami patah tulang.
A. Status Generalis
R : 23x/menit S : 36,6ºC
Kepala : Normacephali
tidak ikterik
Leher : Jejas (-), JVP dalam batas normal, KGB tidak teraba
Auskultasi : BU ( + )
Page | 7
Perkusi : timpani
B. Status Lokalis
Look : Luka (-) pus(-), darah (-), bengkak (+), edema (-),
Page | 8
Kesan :
Tampak soft tissue swelling. Tampak fraktur humerus 1/3 tengah transversal
displaced.
Tanggal 25-04-2014
Kesan :
Tampak soft tissue swelling. Tampak malunion fraktur humerus dextra
1/3 tengah
L. SGPT : 13 U/I
Page | 9
M. Ureum/Urea : 27 mg/dl
N. Kreatine : 1,32 mg/dl
V. RESUME
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
terbatas
VII. DIAGNOSA
- Operatif
IX. PROGNOSIS
Page | 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus yang terbagi atas : 1
1. Fraktur Collum Humerus
B. ANATOMI
Humerus atau tulang pangkal lengan ada sepasang dan berbentuk tulang
panjang dan terletak pada brachium. Humerus berartikulasi dengan scapula di
proksimal dan dengan radius ulna di distal. Humerus dapat dibagi menjadi 3
bagian, yaitu proksimal humeri, shaft humeri dan distal humeri.4
Proksimal humeri
Pada proksimal humeri, terdapat caput humeri yang setengah bulat dan
dilapisi oleh tulang rawan. Caput humeri merupakan bagian humerus yang
berartikulasi dengan kavitas glenoidalis yang merupakan bagian scapula. Arah
caput humeri serong mediosuperior dan sedikit posterior. Caput humeri
4
dipisahkan dengan struktur di bawahnya oleh collum anatomicum.
Didapatkan dua tonjolan tulang yang disebut tuberculum majus dan
tuberculum minor. Tuberculum majus mengarah ke lateral dan melanjutkan diri ke
distal sebagai crista tuberculi majoris. Tuberculum minor mengarah ke anterior
dan melanjutkan diri sebagai crista tuberculi minoris. Di antara kedua tuberculum
serta crista tuberculi dibentuk sulcus intertubercularis yang dilapisi tulang rawan
dan dilalui tendon caput longum m. bicipitis. 4
Shaft humeri
Page | 11
Page | 12
Page | 13
M. Infraspinatus
Mm. deltoideus et trapezius berada di superficial dari sebagian otot ini.
Origonya di dua pertiga bagian medial fossa infraspinatus dan permukaan inferior
spina scapulae. Tendo insersinya juga menyatu dengan capsul artikulasi humeri
dan berinsersi pada tuberculum majus humeri. Otot ini diinervasi oleh n.
suprascapularis. Otot ini berfungsi untuk eksorotasi artikulasi humeri. Bagian
superior untuk abduksi dan bagian inferior untuk adduksi artikulasi humeri. 4
M. Subscapularis
Otot ini membentuk dinding posterior fossa axillaris. Origonya di fossa
subscapularis. Tendo insersinya berjalan di anterior dan melekat pada capsula
artikulasi humeri serta tuberculum minor humeri. Otot ini diinervasi oleh n.
subscapularis. Otot ini berfungsi untuk endorotasi artikulasi humeri. 4
M. Teres Minor
Otot ini mungkin sulit dipisahkan dengan m. infraspinatus. Otot ini
berorigo pada tepi lateral fossa infraspinata dan tendo insersinya mula-mula
melekat pada capsula articularis humeri, kemudian melekat pada tuberculum
minor humeri. Otot ini diinervasi oleh n. axillaris. Otot ini berfungsi untuk
eksorotasi artikulasi humeri. 4
M. Teres Mayor
Otot ini berorigo di facies dorsalis scapulae dekat angulus inferior.
Berinsersi di labium medial sulcus intertubercularis humeri di inferior dari tempat
insersi m. subscapularis. Inervasi otot ini berasal dari n. subscapularis. Bersama
m. latissimus dorsi, otot ini berfungsi untuk adduksi artikulasi. 4
M. Biceps Brachii
Otot yang berorigo di scapula ini, memiliki dua caput yaitu caput longum
et brevis. Caput brevis berorigo bersama dengan m. coracobrachialis di processus
coracoideus. Sedang caput longum berorigo di tuberositas supraglenoidalis.
Ketika melalui sulcus intertubercularis humeri, tendo origonya di fiksasi oleh
ligamentum transversum humeri. Insersi otot ini pada tuberositas radii. Sebagian
tendo insersinya, sebagai lacertus fibrous, berinsersi di fascia antebrachii dan ulna.
Page | 14
Fungsi caput longum m. biceps brachii untuk fleksi artikulasi humeri et cubiti,
sedangkan caput brevisnya untuk supinasi artikulasi radioulnaris. 4
M. Coracobrachialis
Otot ini berorigo di processus coracoideus. Otot ini ditembuw oleh n.
musculocutaneus dan insersi di sepertiga distal medial humeri. Otot ini berfungsi
untuk fleksi dan adduksi artikulasi humeri. 4
M. Brachialis
Otot ini berorigo di dua pertiga distal fascia anteromedial et anterolateral
humeri dan insersi pada capsula artikulasi cubiti, processus coronoideus et
tuberositas ulna. Otot ini berfungsi untuk fleksi artikulasi cubiti. 4
M. Triceps Brachii
Otot ini berada di regio brachii dorsalis. Otot ini memiliki tiga caput dan
tersusun dalam dua lapisan. Caput longum et lateralis menempati lapisan
superficial, sedang caput medial menempati lapisan profundus. Caput longumnya
berorigo pada tuberositas infraglenoidalis. Dalam perjalanannya ke inferior, caput
ini memisahkan hiatus axillaris medialis dari hiatus axillaris lateralis. Origo lateral
et medial dipisahkan oleh sulcus n. radialis humeri. Caput lateral berorigo di
facies posterior humeri di superior dari sulcus ini, sedang caput medial berorigo di
inferiornya. Insersinya di bagian posterior permukaan superior olecranon, fascia
antebrachii dan capsula articularis cubiti. Inervasi otot ini berasal dari n. radialis.
Fungsi dari caput longum m. triceps brachii untuk ekstensi dan adduksi
artikulasi humeri, sedangkan caput lateral et medial untuk ekstensi artikulasi
cubiti. 4
Persarafan yang berjalan pada regio brachii adalah saraf axillaris, medianus dan
ulnaris
N. Axillaris (C5-C6)
Awalnya saraf ini berjalan sejajar dengan n. radialis. Setinggi inferior m.
subscapularis memisahkan diri dari n. radialis dan berada di lateralnya, kemudian
berjalan ke posterior bersama a. circumflexa humeri posterior melewati hiatus
axillaris lateralis. Selanjutnya saraf ini berjalan di inferior dari tepi inferior m.
Page | 15
humeri. 4
Page | 16
Gambar 3.. (a) Anterior and (b) Posterior Humerus. (c) Humerus dengan tiga saraf utama yaitu n.
11
axillaris, n. radialis and n. ulnaris.
Page | 17
Gambar 4. Anterior dan Posterior Humerus. Tempat insersi otot-otot berhubungan dengan
11-12
pergerakan humerus.
C. ETIOLOGI
Umumnya fraktur yang terjadi, dapat disebabkan beberapa keadaan berikut:
1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.5
Penyebab Fraktur adalah :5
1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada
titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
Page | 18
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot : Patah tulang akibat tarikan otot sangat
jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa t wisting, bending dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian
inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur penyembuhan tulang:
1. Faktor intrinsik
Page | 19
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan
untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan ( fatigue fracture), dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2. Faktor ektrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
E. KLASIFIKASI
Berikut klasifikasi fraktur diafisis humerus menurut Ortopaedics Trauma
Association (OTA);9,12
Tipe A: fraktur sederhana ( simple fracture)
A1: spiral
B1: spiral wedge
B2: bending wedge
B3: fragmented wedge
C1: Spiral
C2: Segmental
Page | 20
Gambar 5. Tipe A = fraktur sederhana. A1 = fraktur spiral (.1 pada sepertiga proksimal, .2 pada sepertiga
12
tengah, dan .3 pada sepertiga distal), A2 = fraktur oblik, A3 = fraktur transversa.
Gambar 6. Tipe B = fraktur baji ( wedge fracture). B1 = fraktur baji spiral ( spiral wedge fracture), B2 =
12
bending wedge fracture, A3 = fragmented wedge fracture.
Page | 21
Gambar 7. Tipe C = complex fracture. C1 = fraktur spiral kompleks, C2 = fraktur segmental kompleks, C3 =
12
fraktur ireguler.
Page | 22
Gambar 8. Lokasi fraktur dan arah pergeseran fragmen. (dari kiri ke kanan) Fraktur diatas
insersi pectoralis mayor, fraktur antara insersi pectoralis mayor dan deltoid, fraktur
di bawah insersi deltoid.12
Secara ringkas dapat penjelasan posisi fragmen fraktur dapat dilihat pada table 2.1
berikut:9
9
Page | 23
Page | 24
Sendi bahu dan siku harus terlihat dalam foto. Radiografi humerus
kontralateral dapat membantu pada perencanaan preoperative.
Kemungkinan fraktur patologis harus diingat. CT-scan, bone-scan dan
MRI jarang diindikasikan, kecuali pada kasus dengan kemungkinan
fraktur patologis. Venogram/anterogram menggambarkan arus
vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang lebih
kompleks.9
H. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pada umumnya, pengobatan patah tulang shaft humerus dapat
ditangani secara tertutup karena toleransinya yang baik terhadap angulasi,
pemendekan serta rotasi fragmen patah tulang. Angulasi fragmen sampai
300 masih dapat ditoleransi, ditinjau dari segi fungsi dan kosmetik. Hanya
pada patah tulang terbuka dan non-union perlu reposisi terbuka diikuti
dengan fiksasi interna.6,7,9
Dibutuhkan reduksi yang sempurna disamping imobilisasi; beban pada
lengan dengan cast biasanya cukup untuk menarik fragmen ke garis tengah.
Hanging cast dipakai dari bahu hingga pergelangan tangan dengan siku
fleksi 90° dan bagian lengan bawah digantung dengan sling disekitar leher
pasien. Cast (pembalut) dapat diganti setelah 2-3 minggu dengan pembalut
pendek ( short cast ) dari bahu hingga siku atau functional polypropylene
brace selama ± 6 minggu.6,7,9
Page | 25
7
Gambar 9. Penatalaksanaan pada fraktur shaft humerus dengan konservatif.
Page | 26
Page | 27
Fraktur terbuka
Fraktur segmental
Fraktur patologis
Non-union
7,9
Fiksasi dapat berhasil dengan;
1. Kompresi plate and screws
2. Interlocking intramedullary nail atau pin semifleksibel
3. External Fixation
Plating menjadikan reduksi dan fiksasi lebih baik dan memiliki
keuntungan tambahan bahwa tidak dapat mengganggu fungsi bahu dan siku.
Page | 28
Page | 29
I. KOMPLIKASI
Komplikasi Awal
Cedera vaskuler
Infeksi
Page | 30
Komplikasi Lanjut
Page | 31
DAFTAR PUSTAKA
Page | 32
12. Holmes E.J and Misra R.R; 2004; Humerus fracture – Shaft fracture In: A-Z of
; UK; Cambridge University Press; p 110-111.
Emergency Radiol ogy (e-book)
Page | 33