Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY DENGAN

DIAGNOSA MEDIS BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) DI RUANG NICU II


RSUD KABUPATEN BULELENG PADA TANGGAL
3 OKTOBER 2018

OLEH :

NAMA : GD DEDE DARMAWAN

NIM : 16089014033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2018
Asuhan Keperawatan pada BY.W Dengan Diagnosa Medis BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Di ruang Nicu 2 RSUD KABUPATEN BULELENG
Tanggal 39 oktober 2018

A. Konsep dasar penyakit

1. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badan kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram).bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,bahkan dapat mengganggu
kelangsungan hidupnya (prawirohardjo,2006).
Bayi berat badan lahir rendah(BBLR)adalah bayi dengan berat lahir kurang daroi
2500 gram tanpa memandang usia genetasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction).(pudjiadi,dkk.,2010).

2. Epidemiologi
`Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007)diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari
2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas
dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan.
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Proporsi BBLR dapat diketahui
berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini
lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi
menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% . Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan (SDKI) 2002-2003, sekitar 57% kematian bayi terjadi pada bayi umur
dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat
lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan
berat badan rendah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003) Angka Kematian Bayi (AKB) di
Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional yaitu
321,15 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian bayi adalah
komplikasi pada bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia dan infeksi.
Penyebab tidak langsung AKB adalah faktor lingkungan, perilaku, genetik dan
pelayanan kesehatan sendiri (Retnasih, 2005).
3. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah,yaitu :
a. Faktor ibu
1. Penyakit
- Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,perdarahan
antepartum,preeklamsi berat,eklamsia,infeksi kandung kemih.
- Menderita penyakit seperti malaria,infeksi menular
seksual,hipertensi,HIV/AIDS.TORCH(toxoplasma,rubella,cytome
galovirus(CMV) dan herpes simplex virus) dan oenyakit jantung.
2. Ibu
- Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan usia <20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek(kurang dari 1
tahun)
- Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
- Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatak yang
kurang.
- Aktivitas fisik yang berlebihan
- Perkawinan tidak sah

b. Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik(inklusi


sitomegali,rubella bawaan), gawat janin dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion,plasenta previa, solution
plasenta,sindrom transfuse bayi kembar(sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini
d. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain : temoat tinggal di dataran
tinggi,terkena radiasi,serta terpapar zat beracun. (proverawati dan
ismawati,2010)

4. Klasifikasi
Berdasarkan berat badannya BBLR dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu Low
Birth Wiight (LBW) yaitu BBLR dengan berat antara 1.500-1499 gram, Very Low
Birth Weight (VLBW)yaitu BBLR dengan berat antara 500-1499 gram, dan
Extreme Low Birth Weight (ELBW) yaitu BBLR dengan berta <500 gram.
1. Prematuritas Murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan (NKBSMK).
Karakteristik bayi premature adalah berat lahir sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan
kurang dari 37 minggu. Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi lahir
premature. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna
perkembangan organ=organnya, semakin rendah berat badannya saat lahir
dan semakin tinggi resikonya untuk mengalami berbagai komplikasi
berbahaya.
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
seharusnya untuk masa gestasi itu. Dismatur ini dapat pula Neonatus
Kurang Bulan Kecil untuk masa Kehamilan (NKB-KMK), Neonatus
cukup bulan Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), dan Neonatus Lebih
Bulan Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK). Setiap bayi yang berat
lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10 th persentil untuk masa
kehamilan pada Denver intra uterin growthcurves, berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya (KMK).

5. Tanda dan gejala


a. Paterm : sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm :
- Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
- Kulit pucat atau bernoda mekonium,kering keriput tipis
- Jaringan lemak dibawah kulit tipis
- Bayi tampak gesiy,kuat dan aktif
- Tali pusat berwarna kuning kehijauan ( jumiarni,2006)
c. Tanda dan gejala bayi prematur (surasmi,2005) adalah :
- Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
- Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500gr
- Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm
- Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
- Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
- Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33cm
- Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm
- Rambut lunago masih banyak
- Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
- Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
- Tumit mengkilap, telapak kaki halus
- Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang,testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol,labia minora tertutup oleh labia
mayora.
- Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
reflex hisap,menelan,batuk,masih lemah atau tidak efektif dan
tangisannya lemah
- Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan
jaringan lemak masih kurang
- Verniks tidak ada atau kurang.

6. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayiitu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya, beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak,glikogen dan mineral seperti zat
besi,kalsium,fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
Dengan demikian bayi pretem mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia,anemia,dll. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama
pada bayi BBLR premature.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu,yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,koordinasi antara
reflex hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosonganlambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori

8. Pemeriksaan fisik

a) Kepala : ubun – ubun, sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma,


hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubun – ubun kecil.
b) Muka : Tanda – tanda paralisis.
c) Mata : keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva
dan kesimetrisan.
d) Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala
e) Hidung : kebersihan dan palatoskisis.
f) Mulut : labiopalatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah.
g) Leher : pembengkakkan dan benjolan.
h) Klavikula dan lengan tangan : gerakan, jumlah jari.
i) Dada : bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernafasan.
j) Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali pusat,
jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, bentuk.
k) Genetalia : kelamin laki-laki; testis dalam berada dalam, penis berlubang dan
ada diujung penis. Vagina ; uretra berlubang, labia mayora dan labia minora.
l) Tungkai dan kaki : gerakan, bentuk dan jumlah kaki.
m) Anus : ada/tidak, fungsi spingter ani.
n) Punggung : spina bifida, mielomeningokel.
o) Refleks : moro, rooting, walking, graphs, sucking, tonicneck.
p) Antopometri : BB, LK, LD LP, LILA.
q) Eliminasi : BBL normal biasanya BAK lebih dari enam kali perhari. Dicurigai
diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lender atau darah.
Pendarahan BBL dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama
kehidupan dan hal ini dianggap normal.

9. Pemeriksaan penunjang

a.) Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia

b) Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan

c) Titer Torch sesuai indikasi

d) Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi

e) Pemantauan elektrolit

f) Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( misal : foto thorax)

10. penatalaksanaan
a) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih
besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b) Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 37,0 C. Bayi berat rendah harus diasuh
dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan
usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat
tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai
300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

c) Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.

d) Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi
yang dapat menimbulkan kebutaan

e) Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang


kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
infeksi dan sakit kulit.

f) Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah


terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

g) Memulangkan Bayi

Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan
botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 –
30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi
dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat
sudah teratasi.
11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan BBLR, terutama berhubungan
dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir, diantaranya :
1. Sistem pernafasan : sindrom aspirasi. Asfiksia neunatorum, sindrom distress
respirasi, penyakit membrane hialin
2. Sindrom kardiovaskuler : patent dectus arterious
3.Termogulasi : hipotermia
4.Hipoglikemia simtomatik

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
a. Biodata
b.Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d.Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 27 sampai 37 minggu, berat kurang dari
2500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukan kegawatan yang
parah,4 sampai 6 kegawatan yang sedang, dan 7 sampai 10 normal.
e. Riwayat penyakit dahulu : penyakit pada ibu
f. Riwayat penyakit keluarga
g.ADL : pola nutrisi, pola istirahat dan tidur,pola personal hygiene,pola aktivitas, pola
eliminasi.
h.Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran compos metis
- Nadi : 180x/menit pada menit,kemudian sampai 120-140x/menit
- Rr : 80x/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40x/menit
- Suhu : kursng dari 36,5c

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan Leher

Inspeksi : Lingkar kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar daripada

badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur (Maryanti et al., 2012 :

167-168), batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis,

dan dagu maju, serta pelebaran tampilan mata.


Palpasi : Ubun-ubun dan sutura lebar Adanya penonjolan tulang karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang, dan dahi menonjol Lingkar kepala
kurang dari 33 cm
b. Dada
a) Paru-paru
Inspeksi : Jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi
dengan periode apnea, pernafasan tidak teratu, dengan flaring nasal
melebar, adanya retraksi (intercostal, suprasternal, substernal)
Palpasi : Lingkar dada kurang dari 30 cm
Auskultasi : Terdengar suara gemerisik dan dengkuran.
b) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak.
Palpasi : Tulang rusuk lunak, ictus cordis teraba di ICS 4-5.
Auskultasi : Denyut jantung rata-rata 120-160 per menit pada bagian
apikal dengan ritme teratur pada saat kelahiran, kebisingan jantung
terdengar pada seperempat bagian interkostal.
c) Abdome
Inspeksi : Penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning
kehijauan
Auskultasi : Peristaltik usus peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah
kelahiran.
d) Genetalia
Inspeksi : Pada bayi perempuan ditemukan klitoris yang
menonjoldengan labia mayora yang belum berkembang, sedangkan pada
bayi laki-laki skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang
kecil, dan testis tidak turun ke dalam skrotum (Pantiawati, 2010 : 31).
e) Anus
Inspeksi : Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12
jam, terdapat anus (Maryanti, et al., 2012 : 167).
f) Ektremitas
Inspeksi : Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi
ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, penurunan masaa
otot, khususunya pada pipi, bokong dan paha (Mitayani, 2013 : 176).
Palpasi : Tulang tengkorak lunak
g) Kulit (intergumen)
Inspeksi : Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-
kuningan, sedikit venik kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit
tampak transparan, halus dan mengkilap, kuku pendek belum melewati
ujung jari
3. Pemeriksaan neurologis
a) Refleks rooting dan menghisap espon bayi dalam menolehkan kepala ke
arah stimulus lemah, membuka mulut membuka mulut, dan mulai menhisap
lemah

b) Menelan : Terjadi muntah, batuk atau regurgitasi cairan


c) Ekstrusi : Ekstrusi lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yang
berulang-ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang
d) Moro : Respon asimetris pada pemeriksaan reflek moro fleksi ekstremitas
bawah dan atas serta keterbatasan gerak
e) Tonik leher atau fencing : Reflex tonus leher lemah
f) Glabellar “blink” : Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan
kemungkianan gangguan neurologis
h) Palmar grasp : Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling
benda dan menggegamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi,
namun pada bayi dengan BBLR respon ini berkurang
i) Plantar grasp ; Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling
benda dan menggegamnya seketika bila jari diletakkan ditelapak kaki
bayi, namun pada bayi BBLR respon ini berkurang
j) Tanda babinski : Jari-jari kaki akan hiperektensi dan terpisah seperti
kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit
ke atas melintasi bantalan kaki pada respon normal bayi, namun pada
defisit SSP tidak ada respon yang terjadi pada pemeriksaan tanda.
2. Diagnosa keperawatan
a) Hipotermia b/d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh yang
subkutan
b) Resiko infeksi b/d pertahanan imunologis yang kurang
c) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan
mencerna nutrisi karna imanuritas
3. Rencana asuhan keperawatan
No. diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipotermia b/d Noc : Nic : -mengobservasi
kontrol suhu yang Thermoregulation Fever treatment tanda tanda vital
imatur dan Setelah dilakukan O : observasi bayi
penurunan lemak tindakan keperawatan tanda-tanda vital -menempatkan bayi
tubuh yang …×24 jam bayi pada incubator
subkutan. diharapkan N : tempatkan bayi -mengedukasi
KH : dalam incubator keluarga untuk
1.Suhu tubuh dalam E : edukasi memberitahu
rentang normal keluarga untuk perawat jika
2.nadi dan Rr dalam memberitahu pakaian bayi basah
rentang normal perawat jika -mengkolaborasikan
pakaian bayi dengan dokter
basah untuk tindakan dan
C: kolaborasikan pemberian obat
dengan dokter injeksi selanjutnya
untuk tindakan dan
pemberian obat
injeksi selanjutnya
2. Resiko infeksi b/d Noc : Nic : -mengobservasi
pertahanan -Immune status Infection control tanda-tanda infeksi
imunologis yang -Knowlage : O : observasi -memberikan
kurang. infection control tanda-tanda infeksi antibiotic sesuai
Setelah dilakukan N : berikan program
tindakan keperawatan antibiotic sesuai - meng edukasi
selama …×jam program kepada keluarga
diharapkan E : edukasi kepada yang menjenguk
KH : keluarga yang agar cuci tangan
1.bayi bebas dari menjenguk agar sebelum kontak
tanda dan gejala cuci tangan dengan bayi.
infeksi sebelum kontak -mengkolaborasikan
2.suhu 36-27c dengn bayi dengan dokter
3.leukosit 5.000- C : kolaborasikan untuk tindakan
7.000 dengan dokter selanjutnya.
untuk tindakan
selanjutnya
3. Gangguan Noc : Nic : -mengobservasi
pemenuhan nutrisi -nutritional status -nutritional intake dan output
kurang dari Setelah dilakukan management -memasang NGT
kebutuhan b/d tindakan keperawatan O : observasi bila reflek
ketidak mampuan selama …×24 jam intake dan output menghisap dan
mencerna nutrisi diharapkan N : pasang NGT menelan tidak ada.
karna imanuritas. KH : bila reflek -mengedukasi
1.Reflek hisap dan menghisap dan kesiapan ibu untuk
menelan baik menelan tidak ada. menyusui
2.muntah (-) E : edukasi -mengkolaborasikan
3.kembung(-) kesiapan ibu untuk dengsn dokter untuk
4.BAB lancer menyusui. tindakan berikutnya
C : kolaborasikan
dengan dokter
untuk tindakan
berikutnya.

IMPLEMENTASI :

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan


disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

EVALUASI :

Evaluasi disesuaikan dengan criteria yang telah ditentukan sebelumnya.


Daftar pustaka
Jumiani.2006.Asuhan keperawatan perinatal.jakarta:EGC
Prawirohardjo,sarwono.2006.pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:
YBP-SP
Pantiawatim,I.2010.Bayi dengan berat lahir rendah.Yogyakarta: nuha medika
Proverawati,A.,Ismawati,C.2010.berat badan lahir rendah.Yogyakarta: nuha medika

Anda mungkin juga menyukai