Kasus Rumah Sakit 3 Hari PKL
Kasus Rumah Sakit 3 Hari PKL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan gizi seseorang yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitasnya.
Melalui penilaian status gizi dapat diketahui apakah seseorang termasuk dalam
kelompok gizi kurang, normal, dan gizi lebih. Penilaian status gizi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) metode atau cara penilaian yakni antropometri, biokimia, klinis
dan biofisik (Supariasa, 2012).
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak
(benigna). (Mochtar, 2005). Anemia merupakan salah satu dari komplikasi
molahidatidosa.
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin
(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga
pengiriman O2 ke jaringan menurun.
Pasien dengan kondisi seperti ini dapat diberikan diet ETPT (Energi Tinggi
Protein Tinggi).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan penatalaksanaan diet pada pasien Anemia di ruang
Cempaka, C/kelas III di rumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan assement pada pasien susp. Ab. Mola Complite + Anemia.
2. Mampu menetapkan diagnosa gizi pada pasien susp. Ab. Mola Complitem +
Anemia.
3. Mampu menyusun NCP pada pasien susp. Ab. Mola Complitem + Anemia.
4. Mampu melakukan edukasi dan konseling gizi pada pasien susp. Ab. Mola
Complitem + Anemia
A. Narasi Kasus
Ny N berumur 19 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 12 April 2018. Pada
tanggal 13 April 2018 dilakukan pengukuran antropometri dan didapatkan hasil TB
estimasi 158,6 cm dengan panjang rentang setengah lengan 73 cm, BB estimasi 39,7
kg dan LILA 20,5 cm. Status menikah dan belum mempunyai anak. Ny N masuk
rumah sakit dengan rujukan dari Puskesmas lain dengan keluhan awal perdarahan,
mual, muntah, pucat konjungtiva pucat, nyeri sedang pada bagian perut. Diagnosa
dokter menyatakan Ny N mengalami susp. Ab. Mola complite + Anemia. Ny N
beragama Islam dan tinggal di Tumbang Samba kecamatan Katingan Tengah
kabupaten Katingan. Pendidikan terakhir Ny N adalah SMA sedangkan pendidikan
terakhir suami Ny N adalah Diploma III, Ny N bersuku dayak.
Terapi obat yang diberikan kepada Ny N dirumah sakit adalah injeksi
cefotaxime 2x1, transfusi PRC dan terapi infus intravena Sodium Chloride 0,9% 20
tpm.
b. Data pasien
1. Identitas pasien
Tabel 2.1 Identitas umum pasien
2. Riwayat gizi
Tabel 2.3 Riwayat gizi pasien
Alergi/pantangan makanan Ny N memiliki alergi terhadap sarden
Sayur : 3 x/ hari
3. Riwayat personal
- Ny N berstatus sudah menikah.
- Ny N tinggal di Tumbang Samba, Kec. Katingan Tengah, Kab. Katingan.
- Ny N sebelumnya belum pernah mendapatkan edukasi terkait dengan gizinya.
- Ny N masuk rumah sakit dengan keluhan utama perdarahan, mual, muntah, pucat
konjungtiva pucat, nyeri sedang pada bagian perut.
(sumber: Data rekam medik 2018 dan wawancara)
b. Data obyektif
1. Data antropometri
Data antropometri yang didapatkan dari hasil pengukuran langsung, yaitu:
a. Rentang setengah lengan: 73 cm
b. LILA : 20,5 cm
c. TB estimasi: 158,6 cm
d. BB : Karena pasien tidak dapat berdiri maka berat badan dihitung melalui
berat badan estimasi menggunakan LILA.
BB estimasi : 39,7 kg
Dihitung menggunakan rumus = (2,001 x LILA) – 1.223
= (2,001 x 20,5) – 1,223
= 39,7 kg
(sumber: Triatmaja et al, 2013: otbook 2016)
E. LILA/U : 77,3%
𝐿𝐿𝐴 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Dihitung menggunakan rumus : % deviasi dari standar = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿𝐿𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟x 100
20,5
=26,6 x 100
= 77,3% (kurang)
(sumber: Jelliffe and Jelliffe, 1989 dalam NCP 2015)
2. Data biokimia
Tabel 2.5 Data biokimia pasien
Nilai
Data Nilai laboratorium Nilai laboratorium
laboratorium Nilai normal
laboratorium (12 April 2018) (13 April 2018)
(14 April 2018)
Tingkat konsumsi
Zat gizi Asupan makanan Kebutuhan Interpretasi
(%)
2097,08
Energi 609,1 kkal 29 Defisit berat
kkal
Diketahui :
BB = 39,7 kg (estimasi)
TB = 158,6 cm (estimasi)
Kebutuhan energi:
BEE = (9,6 x BBA) + (1,9 x TB) – (4,7 x U) + 655,1
= (9,6 x 39,7) + (1,9 x 158,6) – (4,7 x 19) + 655,1
= (381,12) + (301,34) – 89,3) + 655,1
= 682,46 – 89,3
= 593,16 + 655,1
= 1.248,26 kkal
HBE = BEE x FA x FI
Cairan = 39,7 kg
10 kg x 100 = 1000
10 kg x 50 = 500
394
19,7 x 20 = 1.894 𝑐𝑐 +
39,7
= 𝑥 75 = 55,14 mg
54
A. Skrining
Nama: Ny N
No. Rekam medis: 28.95.09
Ruang/kelas: Cempaka (III)
Jenis kelamin: Perempuan
Tanggal pemeriksaan: 13 Maret 2018
Umur: 19 tahun
Berat badan estimasi: 39,7 kg
Tinggi badan estimasi: 158,6 cm
LILA : 20,5 cm
Status gizi: Kurang
Dari hasil skrining total skor yang didapat yaitu: 2 (resiko sedang)
Kesimpulan: Perlu melakukan asesmen lanjut dan di asesmen kembali setelah 3 hari.
CH 1.1.3 Suku
CH 1.1.4 Bahasa
CH 1.1.6 Edukasi
CH 1.1.10 Morbilitas
Pasien saat ini dalam kondisi berbaring dan tampak lemah karena
anemia yang diderita pasien
Identifikasi: Pasien saat ini dalam kondisi berbaring dan tampak lemah
karena anemia yang dideritanya.
CH 2 Riwayat medis
CH 2.1.5 Gastrointestinal
CH 2.1.8 Immune
CH 2.1.13 Respiratory
CH 2.2 Perawatan/terapi
CH 2.3.6 Pekerjaan
CH 2.3.7 Agama
2. Food history
FH 1 Asupan makanan dan zat gizi
FH 1.1 Asupan energi
FH 1.1.1 Asupan energi total
Asupan energi total pasien saat dilakukan recall adalah 609 kkal (29%
dari kebutuhan energi total yaitu 2097,08 kkal)
FH 1.2 Asupan makanan dan minuman
FH 1.2.1 Asupan cairan/minuman
FH 1.2.1.1 Jumlah cairan melalui oral
Asupan cairan pasien saat dilakukan recall adalah 800 cc (42 % dari
kebutuhan cairan total yaitu 1894 cc)
Identifikasi: Dari data diatas dapat diketahui bahwa zat gizi energi klien
masuk kategori defisit berat, zat gizi protein masuk kategori defisit berat, zat
gizi lemak defisit berat, zat gizi karbohidrat defisit berat, asupan cairan saat
recall defisit berat, makanan yang dikonsumsi pasien kurang bervariasi
dimana pasien tidak mengkonsumsi lauk nabati dan jumlah makanan yang
dikonsumsi juga sangat kurang.
Asupan vitamin C total pasien saat dilakukan recall yaitu 3,0 mg (5%
dari kebutuhan total yaitu 55,14 mg)
Asupan zat besi total pasien saat dilakukan recall yaitu 0,8 mg (4%
dari kebutuhan total yaitu 19,1 mg)
Identifikasi: Pasien bisa makan sendiri tanpa dibantu orang lain dan
tanpa menggunakan alat bantu dan aktifitas fisik yang biasa dilakukan
pasien sebelum masuk RS adalah aktifitas ringan hingga sedang.
3. A. D Antropometri
AD 1.1 Komposisi/pertumbuhan tubuh/Riwayat BB
AD 1.1.1 TB estimasi
TB estimasi pasien adalah 158,6 cm
AD 1.1.2 BB Estimasi
BB estimasi pasien adalah 39,7 kg
AD 1.1.3 LILA
4. BD Data biokimia
BD 1.10 Profil anemia gizi
BD 1.10.1 Hemoglobin
Data HBG pasien saat awal masuk rumah sakit adalah 5,7 g/dl
5. Fisik klinis
2. Domain Klinik
NC-3.2 Penurunan Berat Badan yang Tidak Diharapkan
Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan, adanya infeksi
dibuktikan dengan hasil lab WBC yang tinggi yaitu 15.23x10^3/Ul.
= 77% (Kurang)
b. Protein = 2 x 52,74
= 105,48 gr
105,48 𝑥 4
= 2.307,38
= 18, 3%
±5% = 100,21 – 110,75 gr
20% 𝑥 2.307,38
c. Lemak = 9
= 51,27 gr
±5% = 48,7 – 53,83 gr
62% 𝑥 2.307,38
d. Karbohidrat = 4
= 246,12 gr
±5% = 328,8 – 363,43 gr
= 25,39 mg
𝐵𝐵
b. Vit. C = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG
52,74
= x 75
54
= 1440 cc/ml
Kandungan cairan infus Sodium Chloride 0,9%
1440
Na = 1000 x 308
= 443,52 mEq/l
1440
Cl = 1000 x 308
= 443,52 mEq/l
1440
Tekanan osmolaritas = 1000 x 616
= 887,04 mOsm/l
Kebutuhan cairan melalui oral = cairan total – cairan infus
= 2.154,8 – 1440
= 714,8 cc
Makanan 5 1½ - 2 - 1½
pokok
Lauk 5 1½ - 2 - 1½
hewani
Lauk 4 1 - 1 - 2
nabati
Sayur 5 1½ - 2 - 1½
Buah 2 1 - 1 - -
Minyak 2 1 - ½ - ½
Wortel 75 ¾
Buah Pisang 50 1
Minyak 2,5 ½
Kacang 75 ¾
panjang
Jagung 50 ½
Minyak Minyak 5 1
Kentang 25 ¼
Orak-arik Jagung 75 50 - 25
jagung muda
muda
Wortel 75 15 - 60
Tempe Tempe 50 50 - 0
bacem
Sayur Labu 75 30 - 35
Kcg 75 10 - 65
panjang
Jagung 50 0 14 14
Minyak 5 0 - 5
Kentang 25 0 - 25
5. Prinsip Diet
Energi tinggi
Protein tinggi
Lemak cukup
Karbohidrat cukup
Cairan cukup
Vit C dan Fe, tinggi
6. Syarat Diet
a. Energi tinggi diberikan sebanyak 2250 kkal untuk digunakan sebagai
sumber energi utama dan mencegah katabolisme protein
b. Protein tinggi diberikan sebanyak 101 gr untuk memperbaiki dan
mengganti sel serta jaringan yang rusak serta protein juga dapat membantu
pembentukan Hb
c. Lemak cukup diberikan sebanyak 51,5 gr untuk menghindari terjadinya
mual dan muntah
d. Karbohidrat cukup diberikan sebanyak 341,5 gr untuk menghindari
terjadinya pemecahan protein menjadi energi utama.
7. Bentuk Makanan
Makanan biasa (Nasi biasa)
8. Frekuensi
3 Kali makan utama dan 2 kali selingan (pagi, menjelang siang, siang,
menjelang sore, dan sore)
9. Rute
Oral
10. Edukasi
Sasaran: Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga pasien yang
menunggu
Waktu: Penyampaian edukasi kepada pasien yaitu ketika pasien akan
mendapatkan makanannya dan setelah selesai menghabiskan makanannya
Tempat: Ruang Cempaka (III)
Edukasi yang diberikan:
- Pasien harus memakan makanan dari rumah sakit dan harus dihabiskan sendiri.
- Menjelaskan kepada pasien syarat dan prinsip diet ETPT/TKTP
- Bentuk makanan yang diberikan dan frekuensi pemberian makanan
- Menjelaskan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan seperti teh karena
kandungan tanin didalam teh dapat menghambat penyerapan Fe yang dimana
apabila Fe tidak terserap dengan baik maka akan memperparah anemia yang
diderita pasien
Dokumentasi a. Pada kunjungan awal asupan intake makanan dan minuman oral,
Monitoring yaitu:
Evaluasi Energi = 29% (DB)
Protein = 14% (DB)
Lemak = 4% (DB)
Karbohidrat = 39% (DB)
Cairan = 42,8% (DB)
Besi = 14% (DB)
Vitamin C = 6% (DB)
6. Client history
CH 1 Riwayat personal
CH 1.1 Data personal
CH 1.1.1 Umur
Pasien berumur 19 tahun
CH 1.1.3 Suku
CH 1.1.4 Bahasa
CH 1.1.6 Edukasi
CH 1.1.10 Morbilitas
Identifikasi: Pasien saat ini sudah dapat duduk dan kondisinya semakin
membaik.
CH 2 Riwayat medis
CH 2.1.5 Gastrointestinal
CH 2.1.8 Immune
CH 2.1.13 Respiratory
CH 2.2 Perawatan/terapi
CH 2.3.6 Pekerjaan
CH 2.3.7 Agama
7. Food history
FH 1 Asupan makanan dan zat gizi
FH 1.1 Asupan energi
FH 1.1.1 Asupan energi total
Asupan energi total pasien saat dilakukan recall adalah 1896,9 kkal
(84% dari kebutuhan energi total yaitu 2250 kkal)
FH 1.2 Asupan makanan dan minuman
FH 1.2.1 Asupan cairan/minuman
FH 1.2.1.1 Jumlah cairan melalui oral
Asupan cairan pasien saat dilakukan recall adalah 2240 cc (104 % dari
kebutuhan cairan total yaitu 2154,8 cc)
Pola makan pasien yang diketahui saat melakukan recall yaitu 5 kali
sehari, 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan.
Identifikasi: Dari data diatas dapat diketahui bahwa zat gizi energi, protein,
lemak dan karbohidrat pasien masuk kategori defisit ringan, asupan cairan
saat recall normal, makanan yang dikonsumsi pasien bervariasi.
Asupan zat besi total pasien saat dilakukan recall yaitu 26,3 mg (103%
dari kebutuhan total yaitu 25,39 mg)
Identifikasi: Pasien bisa makan sendiri tanpa dibantu orang lain dan
tanpa menggunakan alat bantu dan aktifitas fisik yang biasa dilakukan
pasien sebelum masuk RS adalah aktifitas ringan hingga sedang.
8. Antropometri
AD 1.1 Komposisi/pertumbuhan tubuh/Riwayat BB
AD 1.1.1 TB estimasi
AD 1.1.3 LILA
9. Data biokimia
BD 1.10 Profil anemia gizi
BD 1.10.1 Hemoglobin
Data HBG pasien 14 adalah 8,0 g/dl
2. Domain Klinik
NC-3.2 Penurunan Berat Badan yang Tidak Diharapkan
Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan, adanya infeksi
dibuktikan dengan hasil lab WBC yang tinggi yaitu 15.23x10^3/Ul.
Jenis Diet
“Diet ETPT/TKTP I”. Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan
biasa atau nasi biasa.
a. Perhitungan Zat Gizi Dan Cairan
Diketahui:
Nama: Ny N
Usia: 19 tahun
BB: 39,7 kg
TB: 158,6 cm
𝐿𝐼𝐿𝐴 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
1. % LILA = 𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 100%
20,5
= (26,5) 𝑥 100%
= 77% (Kurang)
Protein = 2 x 52,74
= 105,48 gr
105,48 𝑥 4
= 2.307,38
= 18, 3%
±5% = 100,21 – 110,75 gr
20% 𝑥 2.307,38
Lemak = 9
= 51,27 gr
±5% = 48,7 – 53,83 gr
62% 𝑥 2.307,38
Karbohidrat = 4
= 246,12 gr
±5% = 328,8 – 363,43 gr
= 25,39 mg
𝐵𝐵
Vit. C = 𝐵𝐵𝑆 x nilai zat gizi AKG
52,74
= x 75
54
= 1440 cc/ml
Kandungan cairan infus Sodium Chloride 0,9%
1440
Na = 1000 x 308
= 443,52 mEq/l
1440
Cl = 1000 x 308
= 443,52 mEq/l
1440
Tekanan osmolaritas = 1000 x 616
= 887,04 mOsm/l
Kebutuhan cairan melalui oral = cairan total – cairan infus
= 2.154,8 – 1440
= 714,8 cc
Buah 2 100 - - 24 1 9
Makanan 5 1½ - 2 - 1½
pokok
Lauk 5 1½ - 2 - 1½
hewani
Lauk 4 1 - 1 - 2
nabati
Sayur 5 1½ - 2 - 1½
Buah 2 1 - 1 - -
Minyak 2 1 - ½ - ½
Susu 1,5 - ¾ - ¾ -
Minyak 2,5 ½
Minyak 2,5 ½
Wortel 50 ½
Taoge 50 ½
Buah Pisang 50 1
Minyak 2,5 ½
Jagung pipil 50 ½
Minyak Minyak 5 1
Capcay Wortel 50 ½
Sawi putih 50 ½
Jagung muda 50 ½
Waktu Bahan
Menu makanan Pemorsian Sisa BDD Asupan
makan makanan
Wortel 50 0 - 50
Taoge 50 0 - 50
Susu
Susu 47,25 0 - 47,25
peptisol
Jagung pipil 50 0 - 50
Susu
14:00 Susu 47,25 47,25 - 0
peptisol
Capcay Wortel 50 0 - 50
Jagung
50 0 - 25
muda
Sawi putih 50 0 - 50
b. Prinsip Diet
Energi tinggi
Protein tinggi
Lemak cukup
Karbohidrat cukup
Cairan cukup
Vit C dan Fe, tinggi
c. Syarat Diet
1. Energi tinggi diberikan sebanyak 2250 kkal untuk digunakan sebagai
sumber energi utama dan mencegah katabolisme protein
2. Protein tinggi diberikan sebanyak 101 gr untuk memperbaiki dan
mengganti sel serta jaringan yang rusak serta protein juga dapat
membantu pembentukan Hb
3. Lemak cukup diberikan sebanyak 51,5 gr untuk menghindari
terjadinya mual dan muntah
4. Karbohidrat cukup diberikan sebanyak 341,5 gr untuk menghindari
terjadinya pemecahan protein menjadi energi utama.
d. Bentuk Makanan
Makanan biasa (Nasi biasa)
e. Frekuensi
5 Kali makan, 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan (pagi,
menjelang siang, siang, menjelang sore, dan sore)
f. Rute
Oral
g. Edukasi
Materi atau penjelasan yang diberikan yaitu “Diet ETPT 1”
1. Memberikan informasi kepada Ny N dan keluargnya untuk tidak
mengkonsumsi teh ataupun kopi karena HGB Ny N yang masih
rendah.
2. Memberikan informasi kepada Ny N dan keluarga agar makanan
rumah sakit selalu dihabiskan, karena makanan yang diberikan kepada
Ny N sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat ini dan
diharapkan dapat segera pulih.
3. Memberikan motivasi kepada Ny N untuk mengikuti diet yang
diberikan, agar lekas sembuh.
4. Memberikan pemahaman tentang makanan yang dapat menunjang
peningkatan kadar Hb seperti ikan, daging serta buah-buahan yang
kaya akan vitamin C seperti jeruk, apel dan pisang serta sayur-sayuran
yang kaya akan Fe dan bisa ditandai seperti sayuran yang berwarna
merah seperti bayam merah.
Kriteria b. Menurut Depkes RI tahun 1996 hasil recall asupan intake makanan
dan minuman oral klien yaitu:
Energi = Defisit sedang
Protein = Defisit ringan
Lemak = Defisit sedang
Karbohidrat = Defisit sedang
Cairan = Normal
Besi = Normal
Vitamin C = Defisit sedang
Dokumentasi a. Pada kunjungan awal asupan intake makanan dan minuman oral,
Monitoring yaitu:
Evaluasi Energi = 74%(DS)
Protein = 81%(DR)
Lemak = 72%(DS)
Karbohidrat = 77%(DS)
Cairan = 104%(N)
Besi = 102%(N)
Vitamin C = 72% (DS)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malahidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi
dan perubahan hidopik. Mola hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur
merupakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat
kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan
membran (villi) yang mirip gerombolan buah anggur (Norma & Dwi, 2013).
Kehamilan mola hidatidosa karena ketidakseimbangan kromosom pada
kehamilan. Faktor penyebab terjadinya kehamilan mola hidatidosa antara lain sel
telur yang secara patologi sudah mati tetapi terhambat untuk dikeluarkan, adanya
imunoseletif dari trofoblas, status sosial ekonomi yang rendah, paritas yang tinggi,
defisiensi protein dan adanya infeksi virus serta faktor kromosom yang belum jelas
(Yahya, 2014 dalam Norma & Dwi, 2013). Mola hidatidosa lebih sering terjadi
pada puncak umur reproduktif. Wanita pada umur remaja muda atau
premenopausal yang paling berisiko. Wanita dengan umur 35 tahun ke atas
memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun mengalami
peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih muda. Seberapa
banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi risiko (Monga, 2006 dalam Norma
& Dwi 2013).
Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut Myles, 2009 yaitu :
a. Mola hidatidosa komplet
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau
membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi
korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung
bergerombol pada pedikulus kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur.
Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa
sentimeter. Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
Massa mengisi rongga uterus dan dapat cukup besar untuk menyerupai kehamilan.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk menambatkan hasil
konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang berkembang dapat berpenetrasi
ke tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena
B. Komplikasi
Komplikasi pada mola hidatidosa menurut Nugroho, 2011 meliputi :
a. Perdarahan hebat.
b. Anemia.
c. Syok hipovolemik.
d. Infeksi sekunder.
e. Perforasi uterus.
f. Keganasan (PTG).
C. Etiologi Molahidatidosa
3 Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah
pembengkakan pada vili (degenerasi pada hidrofik) dan poliferasi trofoblas. Faktor
yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain:
a. Faktor ovum: ovum patologik sehingga mati dan terlambat
dikeluarkan
b. Imunoselektif dari trofoblas
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
D. Anemia
Anemia merupakan salah satu dari beberapa komplikasi yang dapat menyertai
molahidatidosa. Anemia yang terjadi pada kondisi ini disebabkan oleh adanya
perdarahan pervaginam, yang mengakibatkan penurunan kadar Hb secara cepat
yang kemudian berdampak pada anemia. Penanganan pasien dengan anemia ini
biasanya langsug ditangani dengan transfusi. Aadapun kadar Hb yang normal bagi
wanita ialah 12-16 g/dl.
E. Penatalaksaan diet
Pasien yang mengalami Molahidatidosa yang disertai dengan anemia
mendapatkan terapi diet ETPT (Energi Tinggi Protein Tinggi). Diet ETPT sendiri
terbagi menjadi 2, yaitu diet ETPT 1 dan diet ETPT 2. Diet ETPT 1 diberikan
dengan Energi 2600 kkal dan protein 100g (2 g/kg BB). Diet ETPT 2 diberikan
dengan Energi 3000 kkal dan protein 125g (2,5 g/kg BB). Diet diberikan dalam
bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu,
telur, dan daging atau dalam bentuk minuman enteral energi tinggi protein tinggi.
Adapun penyusunan diet Energi Tinggi Protein Tinggi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Energi tinggi, yaitu 40 – 45 kkal/kg BB.
2. Protein tinggi, yaitu 2 – 2,5 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 10 -25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan energi normal.
6. Bentuk makanan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan pasien.
2500
2250 2250
2097.08
2000
1699 (75%)
1674,3 (74%)
1500
Asupan
Kebutuhan
1000
609,1 (29%)
500
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
b. Protein
120
101 101
100 95,7 (94%)
81,9 (81%)
78.6
80
Asuapan
60
Kebutuhan
40
20 11,1 (14%)
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
c. Lemak
60
51.5 51.5
50 46.6 47,15 (91%)
40 37,4 (72%)
Asupan
30
Kebutuhan
20
10
1,8 (4%)
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
d. Karbohidrat
200
Asupan
150 Kebutuhan
134,8 (39%)
100
50
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
e. Cairan
1894
2000
1500
Asupan
Kebutuhan
1000
800 (42%)
500
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
30
26 (102%) 25.39 25.39
25
19,5 (76%)
19.11
20
Asupan
15
Kebutuhan
10
5
0,8 (4%)
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
Grafik tersebut merupakan hasil asupan zat besi pasien pada tanggal
12, 14 dan 15 April 2018 yang dibandingkan dengan kebutuhan zat besi
pasien. Dari grafik tersebut diketahui bahwa asupan zat besi pasien
mengalami peningkatan yang awalnya defisit berat mengalami peningkatan
pada pengakajian gizi hari pertama yaitu 14 April 2018 menjadi normal.
Peningkatan asupan zat besi pada pasien dikarenkan oleh pemberian diet
dan kepatuhan pasien pada diet yang diberikan. selain itu pasien juga
menyukai lauk hewani. Kesukaan pasien pada lauk hewani ini turut
berperan dalam peningkatan zat besi pada pasien karena lauk hewani
merupakan salah satu bahan makanan yang tinggi akan kandungan zat besi.
Selain karena lauk hewani, konsumsi buah dan susu pada pasien juga
berdampak terhadap peningkatan asupan zat besi.
80 73.25 73.25
70
60 55.14
53 (72%) 51,9 (70%)
50
Asupan
40
Kebutuhan
30
20
10 3 (5%)
0
12-Apr-18 14-Apr-18 15-Apr-18
Berikut adalah grafik asupan Vitamin C pasien pada tanggal 12, 14 dan
15 April 2018. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa asupan vitamin C
pasien mengalami peningkatan yaitu pada tanggal 14 April 2018. Pada
tanggal 15 April 2018 peningkatan ini terjadi karena pasien selalu
mengkonsumsi dan menghabiskan makanan terutama buah yang diberikan
kepada pasien selain melaui buah dan sayur asupan vitamin C pada pasien
juga pasien dapatkan dari susu yang diberikan dan dikonsumsi oleh pasien.
Pada tanggal 15 April 2018 diketahui bahwa asupan vitamin C pada pasien
penurunan sebesar 2%. Penurunan asupan ini diduga disebabkan oleh
bahan makanan yang diberikan dan dikonsumsi oleh pasien kurang
mengandung vitamin C sehingga ketika dilakukan perbandingan asupan
dengan kebutuhan asupan mengalami penurunan. Selain itu prnurunan ini
juga didiga diakibatkan oleh tidak dikonsumsinya susu yang diberikan pada
pasien untuk selingan sore. Penurunan asupan vitamin C ini dapat
berdampak terhadap terganggunya penyerapan zat besi pada pasien yang
pada akhirnya juga dapat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil asessment diketahui bahwa keadaan pasien pada tanggal 13 April 2018
dalam kondisi lemah karena anemia yang dideritanya. Pasien mengalami nyeri
perut, dan pasien mendapatkan transfusi darah. Selain itu untuk asupan zat gizi
pasien seluruhnya mengalami defisit denga interpretasi defisit berat. Pasien belum
pernah mendapatkan edukasi gizi dan status gizi pasien masuk dalam kategori
kurang berdasarkan pengukuran LILA/U.
2. Prioritas diagnosa pada pasien adalah domain Intake dimana pasien mengalami
kekurangan intake makanan dan minuman oral yaitu, energi, protein, lemak dan
karbohidrat. Selain itu, pasien juga memiliki kadar HGB yang masuk dalam
kategori rendah. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan diet dengan energi tinggi
dan protein tinggi untuk menunjang peningkatan kadar HGB pasien dan
membantu meningkatkan status gizi pasien.
3. Diagnosa yang digunakan selama asuhan gizi 2 hari adalah domain intake dengan
prioritas masalah meningkatkan asupan zat gizi yang masuk dalam kategori defisit
sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Monitoring asupan makan pasien selama 2 hari didapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan asupan pada pengkajian gizi awal unruk semua zat gizi. Sedangkan,
pada pengakajian gizi kedua asupan pasien ada yang mengalami peningkatan dan
penurunan, dimana asupan protein dan lemak pasien meningkat dan masuk
kategori normal. Tetapi untuk zat gizi yang lainnya mengalami penurunan.
5. Memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan penyakit yang diderita, diet
yang sedang dijalani bahan makanan yang dianjurkan, tidak dianjurkan serta
contoh menu sehari dan jenis serta cara pengolahan.
B. Saran
Setelah dilakukan praktek dietetik lanjut ini diharapkan agar mahasiswa yang
melakukan praktek dapat menerapkan dan melakukan prosedur asuhan gizi rumah
sakit khususnya di ruang Cempaka. Selain itu mahasiswa juga diharapkan dapat
Buku pedoman praktis diagnosa gizi dalam proses asuhan gizi terstandar. 2011
Fraser M. D. Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Handayaani, Dian dkk. 2016. Nutrition Care Process. Graha Ilmu: Yogyakarta
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Pagi
14 April 2018
Nasi 150 gr
Ikan Gabus 60 gr
Wortel 75 gr
Jagung muda 75 gr
Nasi 200 gr
Labu waluh 75 gr
Ikan tongkol 85 gr
Kacang panjang 75 gr
Jagung 50 gr
58
1. Ayam 100 𝑥60 = 34,8𝑔𝑟
58
2. Ayam 100 𝑥80 = 46,4𝑔𝑟
80
3. Gabus 100 𝑥60 = 48𝑔𝑟
28
4. Jagung 𝑥50 = 14𝑔𝑟
100
80
5. Ikan patin 100 𝑥60 = 48𝑔𝑟
80
6. Ikan tongkol 100 𝑥85 = 68𝑔𝑟
62
7. Pisang kepok 𝑥110 = 68,2𝑔𝑟
100
75
8. Pisang lampung 100 𝑥50 = 37,5𝑔𝑟