Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Reproduksi adalah blok XVII pada semester 6 dari sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi
pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah
Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian
dari metode Problem Based Learning (PBL) tersebut. Dalam tutorial
mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok
dibimbing oleh seorang tutor atau dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan
kasus yang ada.
2
Proses tutorial juga merupakan bagian dari evaluasi mahasiswa pada
bagian evaluasi formatif dengan tujuan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Proses tutorial juga merupakan syarat
untuk mengikuti ujian OSOCA (Objective Structure Oral Case Analysis)
yang merupakan bagian dari evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif bertujuan
untuk menilai hasil pencapaian peserta didik agar dapat ditentukan
tingkatan kompetensi yang telah dicapai. Penilaian sumatif dilakukan
dengan merujuk kepada taksonomi pembelajaran yang dikemukakan oleh
Bloom yang terdiri dari penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.

2.1 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Tamzil Burmawi, MPH.
Moderator : Fara Kurnia RK
Sekretaris Meja : Dwi Oktavilia
Sekretaris Papan : Easy Hartenti
Waktu :
1. Selasa, 17 April 2018
Pukul :13.00 – 15.30 WIB
2. Kamis, 19 April 2018
Pukul :13.00 – 15.30 WIB
Peraturan :
1. Semua Anggota tutorial harus mengeluarkan
pendapat.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan
argumen.
3. Sopan dan penuh tata krama dalam mengemukakan
pendapat.
4. Izin saat akan keluar ruangan.

2.2 Skenario Kasus


“Antara Kau dan Aku”
Supardi (35 tahun) dan Susilawati (31 tahun) sudah menikah 3 tahun
pasangan ini menikmati hubungan seks secara teratur dan tidak memakai KB
tetapi sampai saat ini susilawati belum pernah hamil. Supardi merupakan
karyawan bank. Ia pernah menderita gondongan pada usia 5 tahun dan
pengobatan untuk penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, pernah operasi
usus buntu pada usia 18 tahun , tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Pada saat senggama air mani tidak terasa keluarnnya.

2
Susilawati haidnnya tidak teratur, kadang kala 2 bulan baru datang haidnnya,
masa haidnnya berlangsung 5-7 hari disertai rasa sakit yang melilit perut.
Sehabis hubungan susilawati merasa gatal-gatal dan panas dan kadang kadang
disertai keputihan.
Suami
TB = 176 cm ; BB = 72 Kg ; BMI: 23 Kg/ m2 ; TD 150/90 mmHg ; Nadi =
76x/menit ; RR= 20x/ menit.
Pemeriksaan abdomen ada jaringan parut di daerah regio lower abdominal
dextra.
Pemeriksaan Genitalia :
Penis : Normal ; Testis Dextra : volume 15ml, konsistensi normal, testis
sinistra : volume 8 ml konsistensi lunak; Skrotum : Kulit tebal, tidak teraba
adannya varicocele.
Pemeriksaan Laboratorium:
- Suami :
Hb 14g/dL ; WBC : 8000µL ; RBC : 4,3 x 106 / µL ; Ht : 42 vol% ;
Platelet : 350.000/µL ; LED : 6 mm/jam ; Golongan darah O Rh (+);
Apusan darah tepi : Normal. Kimia darah : albumin, SGOT, SGPT
meningkat, Total kolesterol dan trigliserid tinggi/ abnormal.
Urin : Normal
Analisis Semen : warna: Bening , volume :4,5ml ; viskositas lebih dari 2
cm, liquefaksi 80 menit; jumlah sperma= 0,1 x 10 6 / ml; motilitas forward
progression 12%: morfologi bentuk normal 3%.
- Isteri:
Hb 11 g/dL: WBC 8.000/mm3 : RBC 4,3 x 10 6; Ht 36 vol%; plateletes
250.000/mm3; LED 15 mm/jam; golongan darah A Rh (+) ; Apusan darah
Tepi: normal.
Urin: Normal
Hsysterosalphyngography : uterus= retrofleksi, endometrium tebal, kedua
tuba patetnt.

3
2.3 Klarifikasi Istilah

No. Istilah Klarifikasi


Penyakit menular dimana sesorang terinfeksi
oleh virus (paramyxovirus)yang menyerang
1 Gondongan kelenjar parotis

Usaha untu merencanakan jumlah dan jarak


kehamilan dengan menggunakan alat
2 KB kontrasepsi

Kondisi kronis dimana tekanan darah pada


dinding arteri meningkat sistol/diastol
3 Hipertensi ≥140/90

Radiografi untuk melihat uterus dan tuba


4 Hysterosalphyngography uterina
5 Kedua tuba patent Kedua tuba dalam kondisi terbuka (normal)
6 Liquefaksi Konversi menjadi cairan

Keluarnya cairan dari vagina selain darah yang


mengandung epitel dan leukosit yang jarang,
7 Keputihan dikeluarkan dari traktus genitalia

Varikositas fleksus pampiniformis pada


funiculus spermaticus yang membentuk
8 Varicocele benjolan skrotum

Jaringan parut berbentuk tidak teratur,


meninggi dan membesar secara progresif
akibat pembentukan kolagen yang berlebihan
9 Jaringan parut di dermis.

Protein (antigen) yang terdapat dalam sel


12 Rhesus darah merah
Motilitas Forward Pergerakan sperma dari ejakulasi sampai ke
13 Progression tuba lebih dari 50%
Cairan yang dikeluarkan saat ejakulasi
14 Semen pada pria.

4
2.4 Identifikasi Masalah
1. Supardi (35 tahun) dan Susilawati (31 tahun) sudah menikah 3 tahun
pasangan ini menikmati hubungan seks secara teratur dan tidak memakai
KB tetapi sampai saat ini susilawati belum pernah hamil.
2. Supardi merupakan karyawan bank. Ia pernah menderita gondongan pada
usia 5 tahun dan pengobatan untuk penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu, pernah operasi usus buntu pada usia 18 tahun , tidak merokok dan
mengkonsumsi alkohol. Pada saat senggama air mani tidak terasa
keluarnnya.
3. Susilawati haidnnya tidak teratur, kadang kala 2 bulan baru datang
haidnnya, masa haidnnya berlangsung 5-7 hari disertai rasa sakit yang
melilit perut. Sehabis hubungan susilawati merasa gatal-gatal dan panas
dan kadang kadang disertai keputihan.
4. Suami
TB = 176 cm ; BB = 72 Kg ; BMI: 23 Kg/ m2 ; TD 150/90 mmHg ; Nadi
= 76x/menit ; RR= 20x/ menit.
Pemeriksaan abdomen ada jaringan parut di daerah regio lower
abdominal dextra.
Pemeriksaan Genitalia :
Penis : Normal ; Testis Dextra : volume 15ml, konsistensi normal, testis
sinistra : volume 8 ml konsistensi lunak; Skrotum : Kulit tebal, tidak
teraba adannya varicocele.
5. Pemeriksaan Laboratorium:
- Suami :
Hb 14g/dL ; WBC : 8000µL ; RBC : 4,3 x 106 / µL ; Ht : 42 vol% ;
Platelet : 350.000/µL ; LED : 6 mm/jam ; Golongan darah O Rh (+);
Apusan darah tepi : Normal. Kimia darah : albumin, SGOT, SGPT
meningkat, Total kolesterol dan trigliserid tinggi/ abnormal.
Urin : Normal

5
Analisis Semen : warna: Bening , volume :4,5ml ; viskositas lebih dari 2
6
cm, liquefaksi 80 menit; jumlah sperma= 0,1 x 10 / ml; motilitas
forward progression 12%: morfologi bentuk normal 3%.
- Isteri:
Hb 11 g/dL: WBC 8.000/mm3 : RBC 4,3 x 10 6; Ht 36 vol%; plateletes
250.000/mm3; LED 15 mm/jam; golongan darah A Rh (+) ; Apusan
darah Tepi: normal.
Urin: Normal
Hysterosalphyngography : uterus= retrofleksi, endometrium tebal, kedua
tuba patetnt.

2.5 Analisis Masalah


1. Supardi (35 tahun) dan Susilawati (31 tahun) sudah menikah 3 tahun
pasangan ini menikmati hubungan seks secara teratur dan tidak memakai
KB tetapi sampai saat ini susilawati belum pernah hamil.
A. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang terlibat pada kasus?
Jawab:
Organ Reproduksi Pria
Penis
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang
tergantung bebas.Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringa n
erektil yang dinamakan bulbus penis dan crus penis dextra dan
sinistra. Bulbus penis terletak di garis tengah dan melekat pada
permukaan bawah diaphragma urogenitale. Bulbus penis terletak
ditembus oleh urethra dan permukaan luarnya di bungkus oleh
musculus bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada
pinggir arcus pubicus dan permukaan luarnya dibungkus oleh
musculus ischiocavernosus. Bulbus melanjutkan diri ke depan sebagai
corpus penis dan membentuk corpus spongiosum penis. Di anterior
kedua crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal corpus penis
terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum penis (Snell,
2006 : 392).

6
Corpus penis pada hakekatnya terdiri atas tiga jaringan erektil
yanmg di liputi sarung fascia berbentu tubular. Jaringan erektil
dibentuk dari dua corpora cavernosa penis yang terletak di dorsal dan
satu corpus spongiosum penis terletak pada permukaan ventralnya.
Pada bagian distal corpus spongiosum penis melebar membentuk
glans penis yang meliputi ujung distal corpora cavernosa penis. Pada
ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara urethra
disebut ostium urethra eksternum (Snell, 2006 : 392).
Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang
menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat
pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir,
namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan
faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan
deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium
sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis (Snell,
2006 : 392).

Gambar 1. Kandung Kemih, Vesica Urinaria ; Vas deferens, ductus deferens,


dan vesikula seminalis, glandulae vesticulosae; prostate, dan uretra laki laki,
urethra masculine; dilihat dari dorsal.
Sumber : Paulsen, 2013.

7
Gambar 2. Penis dengan Glans penis, serta Preputium Penis
Sumber : Paulsen, 2013.

Arteri Penis
Corpus cavernosa penis diperdarahi arteri profunda penis.Corpus
spongiosum penis diperdarahi arteri bulbi penis.Sebagai tambahan ada arteri
dorsalis penis. Semua arteri tersebut merupakan cabang dari arteri pudenda
interna (Snell, 2015 : 791).
Venae Penis
Mengikuti nama arteri dan bermuara ke vena pudenda interna (Snell, 2015 :
792).
Aliran Limfe Penis
KGB atau limfe inguinal medial (Snell, 2015 : 792).
Innervasi Penis
Nervus pudendus dan plexus pelvicus (Snell, 2015 : 792).

Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantung yang menonjol keluar dari bagian bawah
dinding arterior abdomen. Scrotum berisi testis, epididymis, dan ujung
bawah funiculus spermatikus (Snell, 2006).

8
Gambar 3. A. Lanjutan berbagai lapisan dinding anterior abdomen yang
meliputi funiculus spermaticus.
Sumber : Snell, 2006.

Gambar 4. B. Kulit dan fascia superficialis dinding abdomen dan scrotum


dan tampak pulsa tunica vaginalis.
Sumber : Snell, 2006.

Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut (Snell, 2006) :


1. Kulit
Kulit scrotum tipis, berkerut, berpigmen dan membentuk kantung
tunggal. Sedikit peninggian digaris tengah menunjukkan garis persatuan dari
kedua penonjolan labioscrotalis (Snell, 2006).
2. Fascia superficialis

9
Fascia ini melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan stratum
membranosus dinding anterior anbomen. Akan tetapi penniculuc adiposus
diganti oleh otot polos yang dinamakan tunica dartos. Otot ini dipersarafi
oleh serabut saraf simpatik dan berfungsi untuk mengkerutkan kulit
diatasnya. Stratum membranosum fascia superficialis (fascia Colesi) di
depan melanjutkan diri sebagai stratum membranosum dinding anterior
abdomen (fascia Scarpae), dibelakang melekat pada corpus perienale dan
pinggir posterior membrane perinea. Disampingnya, fascia superficialis
melekat pada rami ischiopubica. Kedua lapisan fascia superficialis berperan
membentuk sekat median yang menyilang scrotum dan memisahkan testis
satu dengan yang lain (Snell, 2006).
3. Fascia spermatica
Fascia tiga lapis ini terletak dibawah fascia superficialis dan berasal dari tiga
lapis dinding anterior abdomen masing-masing sisi, musculus Cremaster
didalam fascia cremasterica dapat dibuat kontraksi dengan menggores sisi
medial paha. Hal ini disebut reflex cremaster. Serabut aferen melengkung
reflex ini berjalan pada ramus femoralis nervi genitofemoralis dan serabut
aferen motorik berjalan pada ramus genitalis nervi genitofemoralis (Snell,
2006).
4. Tunica vaginalis
Terletak didalam fascia spermaticae dan meliputi permukaan anterior, media
dan lateralis masing-masing testis tunica vaginalis merupakan perluasan ke
bawah processus vaginalis peritonei, dan biasanya sesaat sebelum tidur
menutup dan memisahkan diri dari bagian atas processus vaginalis peritonei
dan cavitas peritonealis. Dengan demikian tunica vaginalis merupakan
kantung tertutup, diinvaginasi dari belakang oleh testis (Snell, 2006).

Pendarahan Scrotum
Plexus subcutaneous dan anastomosis arteriovenosa menyebabkan suhu
turun dan keadaan ini membantu mengontrol temperature lingkungan di
sekitar testis (Snell, 2006).
Arteriae Scrotum

10
Arteriae pudenda externa dari arteriae femoralis dan rami scrotales arteriae
pudenda interna (Snell, 2006).
Venae Scrotum
Venae mengikuti arteriae yang senama (Snell, 2006).
Aliran Limfe Scrotum
Cairan limfe dari kulit dan fascia, termasuk tunica vaginalis dialirkan ke
nodi lymphoidei inguinalis superficialis (Snell, 2006).

Persarafan Scrotum
Permukaan anterior scrotum diurus oleh n. ilioinguinalis dan ramus genitalis
nervus genitofemoralis; dan permukaan posterior diurus oleh cabang nervi
perinealis dan nervus cutaneous femoris posterior (Snell, 2006).

Gambar 5. Aliran cairan limfe testis dan kulit scrotum


Sumber : Snell, 2006.

Testis
Testis terdiri dari 200-300 lobulus yang masing-masing mengandung
satu hingga tiga tubulus seminiferus. Diantara tubulus ini terdapat sel-sel
interstitial (sel Leydig) yang menghasilkan hormon testosteron saat pubertas.
Setiap tubulus panjangnya sekitar 62 cm (2 kaki) ketika direntangkan dan
tubulus-tubulus ini tergulung serta terbungkus dalam testis (Snell, 2006).
Tubulus-tubulus ini akan beranastomosis ke posterior menuju ke suatu
plexus yang disebut dengan rete testis, kira-kira selusin tubulus kemudian

11
akan menjadi ductus efferens, menembus tunica albuginea pada bagian atas
dari testis dan melewati caput epididymis. Ductus efferen bersatu untuk
membentuk satu saluran yang berbelit-belit yang merupakan corpus dan
cauda epididymis (Snell, 2006).

Gambar 6. Testis dan Epididymis, Funiculus, dan Scrotum. Diperlihatkan


pula penampang horizontal testis dan epididymis.
Sumber : Snell, 2006.

Lapisan Testis
1) Tunika vaginalis
Berupa membran ganda membentuk lapisan luar testes dan berasal dari
peritoneum pelvis dan abdominal. Saat akhir perkembangan fetus, testes
berada dalam cavum abdomen sedikit di bawah ginjal kemudian turun ke
scrotum bersama-sama peritoneum, pembuluh darah, limfe, saraf dan ductus
deferens. Turunnya testes ke scrotum lengkap pada 8 bulan umur fetus
(Snell, 2006).
2) Tunika albuginea
Anyaman fibrosa di bawah tunika vaginalis yang menyelimuti testes.
Lapisan ini membentuk septa-septa yang membagi testes menjadi lobulus-
lobulus (Snell, 2006).

12
3) Tunika vasculosa
Berisi anyaman kapiler di dukung oleh jaringan ikat longgar (Snell,
2006).

Vaskularisasi Testis
Arteri testicularis berasal dari aorta setinggi a.v. renalis (VL-1). A.
testicularis ber-anastomose dengan arteri yang menuju ke vas deferens untuk
memperdarahi vas deferens dan epididymis yang berasal dari a. vesicalis
inferior cabang dari a. iliaca interna. Hubungan silang ini berarti jika
dilakukan ligasi a. testicularis tidak menyebabkan atropi testis (Snell, 2006).
Plexus venosus pampiniformis akhirnya menjadi satu vena pada daerah
annulus inguinalis superficialis. Pada sisi kanan vena ini mengalirkan darah
ke v. cava inferior dan sisi kiri ke v. renalis (Snell, 2006).
Aliran Limfatik Testis
Aliran limfatik testis mengikuti ketentuan umum aliran limfatik. Alirannya
bersama-sama aliran vena dan menuju nodus limfaticus para-aorticus
setinggi a.v. renalis. Hubungan bebas terjadi antara aliran limfatik kiri dan
kanan, juga terjadi anastomosis dengan nodus limfaticus intrathoracis-para
aorticus dan akhirnya dengan nodus limfaticus cervicalis, sehingga tidak
jarang keganasan pada testis akhirnya dapat menjalar ke leher (Snell, 2006).
Innervasi Testis
Serabut-serabut simpatis T-10 melalui plexus renalis dan plexus aorticus
(Snell,2006).

13
Spermatogenesis

Gambar 7. Spermatogenesis
Sumber : Sherwood, 2011
Sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus yang memiliki panjang 250
m dalam testes. Sel-sel yang berada di tubulus seminiferus berupa sel
germinal dengan bermacam-macam tahap perkembangan dan sel Sertoli
yang memberikan dukungan penting pada spermatogenesis.
Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial
spermatogonia (46 kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi
spermatozoa motil (23 kromosom). Prosesnya memerlukan waktu 64 hari
dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan spermiogenesis. Spermatozoa
memiliki 4 bagian, yaitu kepala, akrosom, midpiece, dan ekor. Kepala terdiri
dari nukleus yang terdapat informasi genetik. Akrosom adalah vesikel pada
kepala yang terdapat enzim yang digunakan untuk penetrasi sperma.
Akrosom dibentuk dengan agregasi vesikel dihasilkan oleh retikulum
endoplasmik/ kompleks golgi. Mobilitas spermatozoa dapat terjadi karena
adanya ekor yang panjang yang tumbuh dari sentriol. Pergerakan ekor
terjadi hasil dari pergerakan mikrotubul yang menggunakan energi (ATP)
dari mitokondria yang berada pada bagian midpiece sperma. Proses
spermatogenesis ini dapat terjadi karena dukungan dari sel sertoli
(Sherwood, 2011).

14
Fungsi penting sel Sertoli selama proses spermatogenesis antara lain:
Sel Sertoli membentuk tight junction sebagai barrier spermatozoa dengan
darah sehingga dapat mencegah pembentukan antibodi yang dapat
menyerang sel spermatozoa (dianggap sebagai zat asing karena haploid, sel
tubuh bersifat diploid) (Sherwood, 2011).
a. Memberikan makanan.
b. Sel Sertoli berfungsi untuk memfagosit sitoplasma dari spermatid
yangberubah menjadi spermatozoa dan menghancurkan sel germinal
yang rusak.
c. Sel Sertoli membentuk lumen cairan tubulus seminiferus sehingga
sperma dapat dilepaskan dari tubulus ke epididimis untuk disimpan dan
diproses lebih lanjut.
d. Sel Sertoli mensekresi androgen-binding protein (ABP). ABP berfungsi
untuk mempertahankan testosteron tetap berada dalam tubulus
seminiferus, karena testosteron berupa lipid yang mudah keluar dari
membran plasma dan meninggalkan lumen.
Menghasilkan hormon inhibin sebagai umpan balik negatif yang mengontrol
sekresi FSH (Sherwood, 2011).

Organ Reproduksi Perempuan


Uterus
Lokasi dan Deskripsi
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan
berdinding tebal. Pada orang dewasa muda nullipara, panjang uterus 3 inci
(8 cm), lebar 2 inci (5 cm), dan tebal 1 inci (2,5 cm). Uterus dibagi atas
fundus, corpus, dan cervix uteri. Fundus uteri merupakan bagian uterus yang
terletak di atas muara tuba uterine (Snell, 2011).
Corpus uteri merupakan bagian uterus yang terletak di bawah muara tuba
uterina. Ke arah bawah corpus akan menyempit, yang berlanjut sebagai cervix
uteri. Cervix menembus dinding anterior vagina dan dibagi menjadi portio
supravaginalis dan portio vaginalis cervicis uteri. Cavum uteri berbentuk
segitiga pada penampang bidang coronal tetapi pada penampang sagital hanya
berbentuk celah. Rongga cervix, canalis cervicis, berhubungan dengan rongga

15
di dalam corpus uteri melalui ostium uteri internum dan dengan vagina melalui
ostium uteri externum. Sebelum melahirkan anak pertama (nullipara), ostium
uteri externum berbentuk lingkaran. Pada multipara, portio vaginalis cervicis
uteri lebih besar, dan ostium uteri externum berbentuk celah transversal
sehingga mempunyai labium anterius dan labium posterius (Snell, 2011).
Batas-Batas
- Ke anterior: Corpus uteri ke anterior berhubungan dengan excavatio
vesicouterina dan facies superior vesicae. Portio supravaginalis
cervicis berhubungan dengan facies superior vesicae. Portio pars
vaginalis cervicis berhubungan dengan fornix anterior vaginae. Ke
posterior: Corpus uteri ke posterior berhubungan dengan excavatio
rectouterina (cavum Douglasi) beserta lengkung ilium atau colon
sigmoideum yang ada di rongga ini.

- Ke lateral: Corpus uteri ke lateral berhubungan dengan ligamentum


latum serta arteria dan vena uterine. Portio supravaginalis cervicis
berhubungan dengan ureter di tempat ureter berjalan ke depan untuk
masuk ke vesica urinaria. Portio vaginalis cervicis berhubungan dengan
fornix lateralis vaginae. Tuba uterina masuk pada sudut superolateral
uterus, dan ligamentum ovarii proprium serta ligamentum teres uteri
dilekatkan pada uterus sedikit di bawah tempat ini.
Posisi Uterus
Pada sebagian besar perempuan, sumbu panjang uterus melengkung ke
depan terhadap sumbu panjang vagina. Posisi ini dinamakan anteversi
uterus. Selanjutnya, sumbu panjang corpus uteri melengkung ke depan
setinggi ostium internum uteri pada sumbu panjang cervix uteri. Posisi ini
dinamakan antefleksi uterus. Jadi pada posisi berdiri, dengan vesica
urinaria dalam keadaan kosong, uterus terletak hampir pada bidang
horizontal (Snell, 2011).
Pada beberapa perempuan fundus dan corpus uteri melengkung ke belakang
terhadap vagina, sehingga uterus terletak di dalam excavatio rectouterina
(cavum Douglasi). Pada keadaan ini, uterus dikatakan terletak retroversi.

16
Bila corpus uteri juga terletak melengkung ke belakang terhadap cervix
uteri, posisi ini dikatakan retrofleksi (Snell, 2011).

Gambar 8 Struktur organ genitalia interna wanita


Sumber: (Mescher, 2013)

Struktur Uterus
Uterus diliputi oleh peritoneum, kecuali di bagian anterior dan di bawah ostium
internum, di tempat ini peritoneum berjalan ke depan ke atas vesica urinaria. Di
lateral, juga terdapat ruangan di antara tempat lekat lapisan ligamentum 1atum.
Dinding otot, atau myometrium, berdinding tebal dan dibentuk oleh otot polos
yang disokong oleh jaringan ikat (Snell, 2011).
Tunica mucosa yang meliputi corpus uteri disebut endometrium. Tunica ini
melanjutkan diri ke atas sebagai tunica mucosa yang meliputi tuba uterina dan
ke bawah sebagai tunica mucosa yang meliputi cervix. Endometrium langsung
melekat pada otot sehingga tidak menpunyai lapisan submucosa. Dari pubertas
sampai menopause, endometrium mengalami banyak perubahan selama siklus
mentruasi karena bereaksi terhadap hormon yang dikeluarkan ovarium (Snell,
2011).

17
Portio supravaginalis cervicis uteri dikelilingi oleh fascia pelvis visceralis, yang
pada daerah ini sering disebut sebagai parametrium. Pada daerah ini arteria
uterina disilang oleh ureter disebelah kanan dan kiri cervix uteri (Snell, 2011).

Vaskularisasi dan Inervasi


Uterus dipersarafi oleh saraf simpatik dan parasimpatik berasal dari plexus
hypogastricus inferior (Snell, 2011).
- Arteri dan Vena
Arteri utama yang mendarahi uterus adalah arteria uterina, sebuah cabang
dari arteria iliaca interna. Pembuluh ini mencapai uterus dengan berjalan
ke medial di basis ligamenti lati. Arteria uterina menyilang di atas ureter
tegak lurus dan mencapai cervix setinggi ostium internum cervicis. Arteri
kemudian berjalan ke atas sepanjang pinggir lateral uterus di dalam
ligamentum latum dan akhimya beranastomosis dengan arteria ovarica,
yang juga mendarahi uterus. Arteria uterina memberikan sebuah cabang
kecil yang berjalan turun untuk mendarahi cervix dan vagina. Vena uterina
mengikuti arteri dan bermuara ke dalam vena iliaca interna (Snell, 2011).
- Aliran Limfe
Pembuluh limfe dari fundus uteri menyertai arteria ovarica dan
mengalirkan limfe ke nodi paraaortici setinggi vertebra lumbalis pertama.
Pembuluh dari corpus dan cervix uteri bermuara ke nodi iliaci interni dan
externi. Beberapa pembuluh limfe mengikuti ligamentum teres uteri di
dalam canalis inguinalis dan mengalirkan limfe ke nodi inguinales
superficiales (Snell, 2011).

Fisiologi Ereksi
Penis mendapatkan aliran darah dari arteri pudenda interna yang
kemudian menjadi arteri penis komunis. Selanjutnya, arteri ini bercabang
menjadi arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri dorsalis penis, dan arteri
bulbo-uretralis. Arteri penis komunis ini melewati kanal dari Alock yang
berdekatan dengan os pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur
pelvis. Arteri sentralis memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang-

18
cabang menjadi arteriole helisin, yang kemudian arteriol ini akan mengisikan
darah ke dalam sinusoid (Sherwood, 2011)..
Darah vena dari rongga sinusoid dialirkan melalui anyaman/pleksus
yang terletak di bawah tunika albuginea. Anyaman/pleksus ini bergabung
membentuk venule emisaria dan kemudian menembus tunika albuginea
untuk mengalirkan darah ke vena dorsalis penis (Sherwood, 2011).

Mekanisme Ereksi
Rangsangan seksual meningktkan aktivitas saraf parasimpatis
meningkat yang menyebabkan dilatasi arteriole & kontriksi venule sehingga
inflow (aliran darah yang menuju korpora) meningkat sedangkan outflow
(aliran darah yang meninggalkan korpora) menurun emnyebabkan volume
darah dan ketegangan korpora meningkat sehingga penis ereksi (Purnomo,
2011).

B. Apa makna sudah menikah selama 3 tahun, hubungan seks


teratur dan tidak memakai KB namun Susilawati belum pernah
hamil?
Jawab:
Maknanya telah mengalami infertilitas. Infertilitas merupakan
masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang telah menikah
selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur,
tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh
kehamilan (Hestiantoro, A, 2014)

C. Apa kemungkinan penyebab sudah menikah selama 3 tahun,


hubungan seks teratur dan tidak memakai KB namun Susilawati
belum pernah hamil?
Jawab:
Kemungkinan penyebab kesulitan mendapatkan keturunan yang
dialami disebabkan oleh infertilitas.

19
Faktor-faktor penyebab infertilitas :
 Faktor tuba dan faktor pelvik (sumbatan atau kerusakan tuba akibat
perlekatan atau akibat endometriosis )
 Faktor laki-laki (abnormalitas jumlah , motilitas dan atau morfologi
sperma)
 Disfungsi ovulasi (ovulasi jarang atau tidak ovulasi )
 Idiopatik
 Lain-lain (fibroid, polip endometrium dan kelainan bentuk uterus )
Non-organik
 Usia
Terutama usia istri, sangat menentukan besarnya kesempatan
pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan. Terdapat
hubungan yang terbalik antara bertambahnya usia istri dengan
penurunan kemungkinan untuk mengalami kehamilan. Sembilan
puluh empat persen perempuan subur di usia 35 tahun atau 77%
perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami kehamilan
kurun waktu tiga tahun lama pernikahan.
 Frekuensi senggama
Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasagan
suami istri melakukan hubungan dengan frekuensi 2-3 kali dalam
seminggu.
 Pola hidup
 Merokok
Dari beberapa penelitian yang ada, dijumpai merokok dapat
menurunkan fertilitas perempuan.
 Alkohol
Pada lelaki terdapat sebuah laporan yang menyatakan adanya
hubungan antara minum alkohol dalam jumlah banyak
dengan penurunan kualitas sperma.
 Berat badan
Perempuan yang memiliki indeks tubuh >29, termasuk
obesitas terbukti menglami keterlambatan hamil.

20
Organik
Perempuan:
 Faktor Vagina :
Vaginismus (kejang otot vagina), Vaginitis (radang/infeksi
vagina), dll
 Faktor Uterus (rahim) :
Myoma (tumor otot rahim), Endometritis (radang sel. lendir
rahim), Endometriosis (tumbuh sel. ender rahim bukan
pada tempatnya), Uterus bicornis, arcuatus, asherman’s
syndrome, retrofleksi (kelainan bentuk dan posisi rahim),
Prolap (pemburutan, penyembulan rahim ke bawah).
 Faktor Cervix (Mulut Rahim) :
Polip (tumor jinak), Stenosis (kekakuan mulut rahim), Non
Hostile Mucus (kualitas lendir mulut rahim jelek), Anti
Sperm Antibody (antibody terhadap sperma), dll.
 Faktor Tuba Fallopi (Saluran Telur) :
Pembuntuan, penyempitan, perlengketan saluran telur (bias
karena infeksi atau kelainan bawaan).

Laki-laki:
 Anatomi :
Hypo-epispadia (kelainan letak lubang kencing), micropenis
(penis sangat kecil), Undescencus Testis (testis masih dalam
perut/lipat paha), dll
 Gangguan fungsi:
Disfungsi Ereksi berat (Impotensi), Ejakulasi Retrogade
(ejakulasi balik), dll
 Gangguan sperma:
Oligo/terato/asthenozoospermia (kelainan jumlah, bentuk,
gerak sperma.
(Hestiantoro, A, 2014).

21
D. Apa hubungan usia Supardi (35 tahun) dan Susilawati (31 tahun)
dengan keluhan utama?
Jawab:
Dari 49 wanita dengan infertilitas primer, sebagian besar yakni 35
orang (71.4%) merupakan wanita infertil yang berada pada rentang
umur 25-35 tahun sedangkan sisanya yaitu 11 orang (22.5%) berada
pada umur diatas 35 tahun. Hanya 3 orang (6.1%) wanita infertil
dengan infertilitas primer berumur dibawah 25 tahun. Dari 13 orang
wanita dengan infertilitas sekunder, sebagian besar diantaranya yaitu 9
orang (69.2%) merupakan wanita yang berada pada rentang umur 25-
35 tahun, sisanya empat orang (30.8%) wanita dengan infertilas
sekunder berada pada kelompok umur diatas 35 tahun, tidak
didapatkan wanita dengan infertilitas sekunder yang berumur kurang
dari 25 tahun (Oktarina et al., 2014: 297).
Seiring bertambahnya umur wanita, laju konsepsi menurun, hal ini
merupakan hasil dari menurunnya kualitas oosit dan embrio, kualitas
uterus atau keduanya. Kapasitas reproduksi wanita menurun secara
dramatis pada dekade keempat umur wanita(Oktarina et al., 2014:
298).Penurunan kesuburan pada perempuandisebabkan beberapa hal.
Semakin lanjut usiaperempuan, semakin tipis sisa cadangan sel
telur(ovum) yang ada. Karena, indung telur (ovarium) juga
semakinkurang peka terhadap hormon gonadotropin(hormon yang
merangsang ovarium untuk mengeluarkan hormon estrogendan
hormonprogesteron). Semakin lanjut usia istri, semakinmeningkat
juga risiko untuk terjadinya infertilitas(Azhari dalam Sa’adah dan
Purnomo: 2016: 66).
Bertambahnya umur sangat berpengaruh terhadap fertilitas seorang
perempuan, namun pada laki-laki, bertambahnya umur belum
memberikan pengaruh yang jelas terhadap kesuburan (Hiferi, 2013:
5). Namun menurut Kasdu dalam Sa’adah dan Purnomo (2016: 66)
pada pria dengan bertambahnya usia semakin dapat menyebabkan
penurunan kesuburan dimana hanya sepertiga pria yang berusia diatas

22
40 tahun mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan, dibanding
pria yang masih berusiadi bawah 25 tahun.

Sehingga pada kasus ini, terdapat hubungan antara usia suami dan
istri dengan kemungkinan memiliki keturunan. Kemungkinan untuk
memiliki keturunan semakin menurun seiring dengan bertambahnya
usia. Namun, pada kasus ini, kemungkinan untuk memiliki keturunan
masih tinggi karena usia suami dan istri masih tergolong usia
reproduktif.

Sintesis:
Usia, terutama usia istri, sangat menentukan besarnya kesempatan
pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan. Terdapat
hubungan terbalik antara bertambahnya usia istri dengan penurunan
kemungkinan untuk mengalami kehamilan. Sembilan puluh empat
persen (94%) perempuan subur di usia 35 tahun atau 77% perempuan
subur di usia 38 tahun akan mengalami kehamilan dalam kurun waktu
tiga tahun lama pernikahan. Ketika usia istri mencapai 40 tahun maka
kesempatan untuk hamil hanya sebesar lima persen per bulan dengan
kejadian kegagalan sebesar 34-52% (Hestiantoro, A. 2014).
Pada wanita:
Tingkat kesuburan pada wanita berbeda-beda tergantung dari
kelompok usia.
1) Kelompok paling subur adalah pada usia 20-29 tahun dengan
tingkat 90% subur dan 10% infertilitas.
2) Kelompok usia 30-34 tahun angka infertilitas naik menjadi 14%.
3) Kelompok usia 35-39 tahun meningkat menjadi 20%.
4) Kelompok usia 40-44 tahun meningkat menjadi 25%.

Pada laki-laki:
Tingkat kesuburan pada laki-laki berbeda-beda tergantung dari
kelompok usia.

23
1) Pada laki-laki usia 20-39 tahun, 90% tubulus seminiferus
memproduksi sperma.
2) Pada laki-laki usia 40-69 tahun, 50% tubulus seminiferus
memproduksi sperma.
3) Pada laki-laki usia 80 tahun atau lebih, 10% tubulus seminiferus
memproduksi sperma.

E. Apa makna pasangan ini menikmati hubungan seks secara


teratur?
Jawab:
Seks secara teratur menyingkirkan diagnosis banding infertilitas
akibat kurangnya frekuensi senggama. Angka kejadian kehamilan
mencapai puncaknya ketika pasangan suami istri melakukan
hubungan suami istri dengan frekuensi 2-3x seminggu.
Menikmati hubungan seks secara teratur menyingkirkan diagnosis
banding infertilitas akibat masalah wanita pada vagina dan masalah
pada pria, yaitu impotensi.
Terjadinya proses reproduksi manusia sangat terkait dengan kondisi
vagina yang memiliki kaitan erat dangan peningkatan kejadian
infertilitas yaitu:
 Dispareunia
Merupakan masalah kesehatan ditandai dengan rasa tidak nyaman
atau rasa nyeri saat melakukan senggama. Dyspareunia dapat
dialami perempuan atau laki-laki.
 Vaginismus
Merupakan masalah pada perempuan yang ditandai dengan
adanya rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi ke dalam
vagina. Hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya zat lubrikans
atau pelumas vagina, tetapi terutama disebabkan oleh diameter
liang vagina yang terlalu sempit, akibat kontraksi reflex otot
pubokoksigeus yang terlalu sensitif, sehingga terjadi kesulitan

24
penetrasi vagina oleh penis. Dapat disebabkan oleh faktor
psikogenik atau disebabkan oleh kelainan anatomik.
 Vaginitis
Beberapa infeksi kuman seperti klamidia trakomatis, niseria
gonore, dan bacterial vaginosis seringkali tidak menimbulkan
gejala klinik sama sekali. Namun, infeksi klamidia trakomatis
memiliki kaitan yang erat dengan infertilitas melalui kerusakan
tuba yang dapat ditimbulkannya (Hestiantoro, A, 2014).

F. Bagaimana kriteria hubungan seksual yang baik?


Jawab:
1) Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan
suami istri melakukan hubungan suamu istri dengan frekuensi 2-3
kali dalam seminggu.
2) Pada waktu saat pasangan suami istri dalam keadaan rileks tanpa
ada stres.
3) Durasi 7-15 menit sekali rata-rata 10 menit perhubungan seks. Tapi
jangan lebih dari satu jam.
4) Posisi saat melakukan hubungan seks setidaknya ada 3 cara, yaitu:
a) Suami diatas istri: pada posisi ini untuk uterus yang antefleksi
mulut rahim akan tergenang spermatozoon kedalam rahim.
Posisi ini baik terutama bagi pasutri yang ingin punya anak.
b) Istri diatas suami: kebaikan posisi ini adalah istri mengambil
bagian yang aktif dan orgasme istri dapat mudah tercapai,
posisi ini baik untuk suami gemuk atau yang sakit jantung, istri
yang sedang hamil trimester kedua dan pada perempuan usia
subur untuk menjarangkan kehamilan.
c) Istri posisi lutut siku, suami dibelakang: posisi ini baik untuk
istri yang sedang hamil trimester ketiga. Uterus retrofleksi
sehinggan sperma dapat ditumpahkan pada forniks anterior
sedang portio menghadap ke dinding depan vagina.

25
Kekurangan dari posisi ini adalah kemungkinan infeksi dari
anus dan kepuasan istri sering tidak tercapai.

G. Apa saja macam-macam infertilitas?


Jawab:
 Infertil primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-
3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
 Infertil sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi
setelah satu tahunberhubungan seksual sebanyak 2-3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis
apapun.
(Hestiantoro, A, 2014).
Pada kasus ini termasuk infertilitas primer.

H. Apa saja macam-macam kontrasepsi?


Jawab:
 Kontrasepsi non-Hormonal
 Kontrasepsi tanpa menggunakan obat/alat
 Senggama terputus (kiotus interruptus)Penarikan
penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal
ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar
laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira
“detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat
ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari
vagina. Keuntungan, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat ataupun persiapan, tetapi

26
kekurangannya adalah untuk menyikseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak
laki-laki.
 Pembilasan pasca senggama (postcoital Douche) 
pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa
tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera
setelah koitus. Tujuannya mengeluarkan sperma
secara mekanik dari vagina.
 Perpanjangan masa menyusui anak (prolonged
lactation)
Efektivitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi
dan memperpanjang amenorea postpartum.
 Pantang berkala melakukan hubungan pada saat
tidak terjadi masa subur.
 Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki
 Kondom  sarung karet yang dipasang pada penis
saat hubungan seksual. Prinsip kerja kondom ialah
sebagai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan
mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
 Kontrasepsi sederhana untuk perempuan
 Pessarium misalnya diafragma vagina  kap
berbentuk bulat cembung yang terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks
 Kontrasepsi dengan obat-obat spermitisida bahan kimia
yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh
sperma. Dalm bentuk aerosol, krim dan tablet
 Kontrasepsi Hormonal
 Pil kontrasepsi
 Pil kontrasepsi kombinasi

27
- Monafasik : 21 tablet mengandung hormone
estrogen dan progesterone dalam dosis yang sama
dan 7 tablet tanpa hormone yang aktif
- Bifasik : 21 tablet mengandung hormone estrogen
dan progeesteron dengan dua dosis berbeda dan 7
tablet tanpa hormone aktif
- Trifasik : tablet mengandung hormone estrogen
dan progesterone dengan tiga dosis berbeda dan 7
tablet tanpa hormone aktif
 Pil sekuensial
 Kontrasepsi suntikan (Depo Provera)
 Suntikan setiap 3 bulan (Depo provera) digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parentral. Obat ii
mnghalangi terjadi nya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan GnRH dari hipotalamus. Dosis 150
mg/cc IM sekali 3 bulan
 Suntikan setiap bulan (Monthly Injectable)
mengadung 2 macam hormone progestin dan estrogen
contohnyaMedroxy progesterone acetat(MPA)/
estradiol caprionate. Tujuannya menceg keluarnya
ovum dari ovarium (ovulasi).
 Alat kotrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau intra uterine device
(IUD)
 IUD dibagi dalam bentuk yang terbuka linier (Lippes loop,
saf-T) dan tertutup sebagai cincin (Ota ring, Antigon F,
Cincin Hall-stone).
 Kontrasepsi mantap pada perempuan (sterilisasi)  tindakan
yang dilakukan pada kedua tuba faloppii perepmuan atau
vasdeferens laki-laki, mengakibatkan tidak hamil lagi
 Cara uchida, cara kroener, cara irving
 Sterilisasi pada laki-laki (vasektomi)

28
2. Supardi merupakan karyawan bank. Ia pernah menderita gondongan pada
usia 5 tahun dan pengobatan untuk penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu, pernah operasi usus buntu pada usia 18 tahun , tidak merokok dan
mengkonsumsi alkohol. Pada saat senggama air mani tidak terasa
keluarnnya.
A. Bagaimana hubungan pekerjaan Supardi sebagai karyawan bank
dengan keluhan utama?
Jawab:
Pekerjaan supardi adalah sebagai karyawan bank. Karyawan bank
sering berada di depan komputer, sering duduk dalam waktu yang
lama, menggunakan celana yang ketat sehingga daerah genitalia
suhunya meningkat, di mana termasuk pekerja kantoran dengan waktu
kerja yang lama kemungkinan dari pekerjaan tersebut memiliki
hubungan antara profesi supardi dengan keluhan tidak bisa memiliki
anak (Konsensus Penanganan Infertilitas, 2013).

Bahan/Agen Kelompok Pekerja Efek Terhadap


Kesuburan
Kerjaparuhwaktu/ Pekerja paruh waktu, paramedis Menurunkan
waktukerja yang fekunditas,
lama pemanjangan
waktu untuk
terjadi kehamilan.
Panas Tukang Las, Pengendara Parameter sperma
(meningkatkansuhu mobildan motor menjadi tidak
pada scrotal) normal
X-ray Radioterapi Azoospermia,
mengurangi
jumlah sperma,
namun dapat
kembali normal
Visual (komputer) Pekerja kantoran Meningkatkan
risiko infertilitas.
Elektromagnetik Pekerjatambang Efek tidak
konsisten
Getaran Penggali, Pekerjamesin Oligozoospermia,
asthenozoospermi
a
Pestisida Petani Oligozoospermiad

29
(Dibromochloropro anazoospermia,
pane) mengurangi
tingkat kesuburan
Cadmium, Pekerja di pabrikbaterai, Mengurangi
magnesium pelebur, pekerja metal kesuburan,
memberikan efek
pada pasangan
seksual
Aceton, glycol Laboran, pekerja di Oligospermia,
ether, carbon bidangpercetakan, pekerjakimia menurunkan
disulphide fekunditas,
parameter sperma
menjadi tidak
normal

Sintesis:
Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan
berbahaya bagi kesuburan seorang perempuan maupun laki-laki.
Setidaknya terdapat 104.000 bahan fisik dan kimia yang berhubungan
dengan pekerjaan yang telah teridentifikasi, namun efeknya terhadap
kesuburan, 95% belum dapat diidentifikasi. Bahan yang telah
teridentifikasi dapat mempengaruhi kesuburan diantaranya panas,
radiasi sinar-X, logam dan pestisida (Konsensus Penanganan
Infertilitas, 2013).

B. Apa makna Supardi pernah menderita gondongan pada usia 5


tahun?
Jawab:
Maknanya Supardi menderita mumps/parotitis yang dapat
berkomplikasi pada testis yang disebut orkitis, orkitis dapat berakibat
pada gangguan spermatogenesis yang dapat menyebabkan infertilitas.
Orkitis adalah reaksi inflamasi testis akibat infeksi virus mumps yang
ditandai dengan pembengkakan testis yang disertai rasa nyeri. Insiden
terjadinya orkitis pada laki-laki yang belum pubertas 14% dan pada
laki-laki yang sudah pubertas lebih tinggi 30%-38% (Pudjiadi,
Marissa, 2009).

30
C. Apa makna Supardi pernah menjalani pengobatan untuk
penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu?
Jawab:
Hipertensi menyebabkan timbulnya risiko kesehatan pada pembuluh
darah dan dapat mengakibatkan penyakit yang lebih serius seperti
penyakit jantung dan stroke. Pengobatan hipertensi seperti beta
blockers dan diuretik bekerja dengan cara mengurangi dan
mempertahankan tekanan darah tetap rendah ketika darah mengalir ke
penis. Hal ini pada akhirnya akan menghambat aliran darah ke penis,
dan akibatnya pasien hipertensi sering mengalami kesulitan
mendapatkan dan mempertahankan ereksi, sehingga terjadi disfungsi
ereksi.
Diuretik dapat menurunkan aliran darah yang mengalir ke dalam
penis, sehingga membuat ereksi sulit terbentuk. Sedangkan beta
blocker menghambat reaksi sistem saraf yang menyebabkan ereksi
selain itu, beta blocker juga menghambat pembesaran pembuluh darah
penis sehingga aliran darah ke penis kurang dan ereksi sulit terbentuk.
Sintesis:
Ereksi merupakan hasil dari suatu interaksi yang kompleks dari faktor
psikologik, neuroendokrin dan mekanisme vaskular yang bekerja pada
jaringan ereksi penis. Organ erektil penis terdiri dari sepasang korpora
kavernosa dan korpus spongiosum yang ditengahnya berjalan urethra
dan ujungnya melebar membentuk glans penis.
Penis dipersarafi oleh sistem persarafan otonom (parasimpatik dan
simpatik) serta persarafan somatik (sensoris dan motoris). Serabut
saraf parasimpatik yang menuju ke penis berasal dari neuron pada
kolumna intermediolateral segmen kolumna vertebralis S2-S4. Saraf
simpatik berasal dari kolumna vertebralis segmen T4–L2 dan turun
melalui pleksus preaortik ke pleksus hipogastrik, dan bergabung
dengan cabang saraf parasimpatik membentuk nervus kavernosus,
selanjutnya memasuki penis pada pangkalnya dan mempersarafi otot-
otot polos trabekel. Saraf sensoris pada penis yang berasal dari

31
reseptor sensoris pada kulit dan glans penis bersatu membentuk
nervus dorsalis penis yang bergabung dengan saraf perineal lain
membentuk nervus pudendus. Kedua sistem persarafan ini
(sentral/psikogenik dan periferal/ refleksogenik) secara tersendiri
maupun secara bersama-sama dapat menimbulkan ereksi.
Sumber pendarahan ke penis berasal dari arteri pudenda interna yang
kemudian menjadi arteri penis komunis dan kemudian bercabang tiga
menjadi arteri kavernosa (arteri penis profundus), arteri dorsalis penis
dan arteri bulbouretralis. Arteri kavernosa memasuki korpora
kavernosa dan membagi diri menjadi arteriol-arteriol helisin yang
bentuknya seperti spiral bila penis dalam keadaan lemas. Dalam
keadaan tersebut arteriol helisin pada korpora berkontraksi dan
menahan aliran darah arteri ke dalam rongga lakunar. Sebaliknya
dalam keadaan ereksi, arteriol helisin tersebut berelaksasi sehingga
aliran darah arteri bertambah cepat dan mengisi rongga-rongga
lakunar. Keadaan relaksasi atau kontraksi dari otot-otot polos trabekel
dan arteriol menentukan penis dalam keadaan ereksi atau lemas.

Diuretik:
Diuretik bekerja meiningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.
Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain
mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi
perifer sehingga menambah efek hipotensinya.

Penghambat adrenoseptor beta (β-Bloker)


Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-
Bloker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain (1)
penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di
sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi
angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf

32
simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan
aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis
prostaksiklin

GOLONGAN OBAT MEKANISME CATATAN


Antikholinergik: Aktivitas antikholnergik - Kecuali antihistamin generasi nonsedatif ke 2
- Antihistamin - Antidepresi SSRI terpilih pada pasien
- Antiparkinson dengan disfungsi ereksi (DE)
- Antidepresan trisiklik - Fenotiazin dengan antikholinergik
- Fenotiazin minimal terpilih bagi pasien dengan DE
Agonis dopamine Inhibisi faktor inhibitor Kadar prolaktin tinggi menyebabkan
- Metoklopramid prolaktin inhibisi produksi testosterone
- Fenotiazin sehingga meningkatkan kadar
prolactin
Estrogen, antiandrogen Supresan testosterone
- LH
- Digoksin
- Spironolakton
- Ketokonazol
- Simetidin
Depresan SSP Supresi persepsi stimulus
- Barbiturat Psikogenik
- Narkotik
- Benzodiazepin
- Dosis besar alcohol
Obat yang mengurangi Mengurangi sirkulasi ke corpus Antihipertensi pengganti diuretik: angiotensin
sirkulasi ke penis: Cavernosum converting enzyme inhibitor, antagonis 1,
- Diuretik dan antagonis reseptor angiotensin II
- -bloker
- Simpatolitik sentral

D. Apa makna Supardi pernah operasi usus buntu pada usia 18


tahun?
Jawab:
Maknanya merupakan sebuah faktor risiko terjadinya infertilitas
karena disfungsi ejakulasi yang disebabkan adanya gangguan pada
saraf yang berperan dalam ejakulasi.

E. Apa makna Supardi tidak merokok dan mengonsumsi alkohol?


Jawab:
Maknanya merokok dan mengkonsumsi alkohol bukan merupakan
faktor risiko terjadinya infertilitas pada bapak Supardi
Sintesis:

33
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok atau
obat-obatan dan penggunaan tembakau memberikan pengaruh negatif
terkait kesuburan pria.
Penggunaan ganja, tembakau dan heroin menyebabkan jumlah
sperma berkurang dan meningkatkan risiko memiliki sperma yang
abnormal. Hasil penelitian Amarudin (2012) menunjukkan bahwa pria
perokok 10-20 batang perhari terbukti menderita kualitas sperma
abnormal 8,6 kali lebih besar dibandingkan pria yang tidak merokok.
Mengkonsumsi Alkohol juga dapat mempengaruhi fungsi liver,
yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan estrogen dan
jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan memepengaruhi
produksi sperma. Konsumsi alkohol yang berlebihan pada laki-laki
dapat menyebabkan penurunan kualitas semen.

F. Apa makna pada saat senggama air mani tidak terasa keluarnya?
Jawab:
Bermakna kemungkinan terdapat gangguan ejakulasi pada Supardi.
Sintesis:
Gangguan ejakulasi jarang terjadi, tapi sangat penting karena dapat
menyebabkan infertilitas pada pria (Warli dalam Duarsa et al, 2015:
61).
Ejakulasi merupakan salah satu komponen dari male sex act
(perilaku seksual pria) yang ditunjukkan dengan penyemprotan kuat
dan ekspulsif semen ke dalam urethra dan keluar dari penis. Ejakulasi
dilakukan oleh refleks spinal. Rangsangan taktil dan psikis yang
memicu ereksi akan menyebabkan ejakulasi jika tingkat perangsangan
menguat sampai ke puncak. Respons ejakulasi keseluruhan
berlangsung dalam dua fase, yaitu emisi dan ekspulsi (Sherwood,
2014: 706-7).
Pertama, impuls simpatis menyebabkan kontraksi sekuensial otot-
otot polos di prostat, ductus-ductus reproduksi, dan vesikula
seminalis. Aktivitas kontraktil ini menyebabkan cairan prostat,

34
kemudian sperma, dan akhirnya cairan vesikula seminalis (secara
kolektif disebut semen) mengalir ke dalam urethra. Fase refleks
ejakulasi ini dikenal sebagai emisi. Selama fase ini, sfingter di leher
kandung kemih tertutup rapat untuk mencegah semen masuk ke dalam
kandung kemih dan urin keluar bersama dengan ejakulat melalui
urethra (Sherwood, 2014: 707).
Kedua, pengisian urethra oleh semen memicu impuls-impuls saraf
yang mengaktifkan serangkaian otot rangka di pangkal penis.
Kontraksi ritmik otot ini berlangsung dengan interval 0,8 detik dan
meningkatkan tekanan di dalam penis, memaksa semen keluar melalui
urethra ke eksterior. Fase ini adalah fase ekspulsi pada ejakulasi
(Sherwood, 2014: 707).

G. Apa kemungkinan penyebab pada saat senggama air mani tidak


terasa keluarnya?
Jawab:
Adapun klasifikasi dan etiologi dari gangguan ejakulasi menurut
Warli dalam Duarsa et al (2015: 61-2) adalah sebagai berikut:
1) Anejakulasi
Anejakulasi merupakan ketiadaan total dari ejakulasi antegrade
ataupun retrograde,dan disebabkan oleh kegagalan emisi semen
dari vesikula seminalis, prostat dan saluranejakulat ke dalam
uretra.Anejakulasi sejati biasanya dikaitkan dengan sensasi
orgasmenormal dan berhubungan dengan gangguan sistem saraf
pusat, perifer atau obat-obatan.
2) Anorgasmia
Anorgasmia adalah ketidakmampuan mencapai orgasme dan dapat
menimbulkan anejakulasi. Anorgasmia sering merupakan kondisi
primer dan umumnya disebabkan oleh faktor psikologis.
3) Ejakulasi Tertunda (delayed ejaculation)
Pada ejakulasi tertunda, diperlukan stimulasi abnormal pada penis
yang ereksi untuk mencapai orgasme dengan ejakulasi. Ejakulasi

35
tertunda dapat dianggap sebagai bentuk ringan dari anorgasmia.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis, organik
(misalnya lesi parsial medulla spinalis, kerusakan saraf penis
iatrogenik), atau farmakologis (misalnya SSRI, antihipertensi,
antipsikotik).
4) Ejakulasi Retrograd
Ejakulasi retrograd adalah ketiadaan total, atau kadang-kadang
parsial dari ejakulasi antegrade sebagai akibat dari semen yang
berbalik arah melalui leher kandung kemih menuju kandung kemih.
Sensasi orgasme bisa normal atau berkurang. Penyebab ejakulasi
retrograd dapat dibagi menjadi neurogenik, farmakologis, uretra,
atau inkompetensi leher kandung kemih.

Tabel 2.1 Etiologi anejakulasi dan ejakulasi retrograd


Neurogenik Farmakologi
Cedera medulla spinalis Antihipertensi
Lesi kauda equina α1 – adrenoseptor antagonis
Multiple sclerosis Antipsikotik dan antidepresan
Neuropati otonom (diabetes juvenil) Alkohol
Retroperitoneal limfadenektomi
Simpatektomi
Operasi kolorektal dan anal
Penyakit Parkinson
Urethra Inkompetensi leher kandung
kemih
Ureterokel ektopik Cacat kongenital / disfungsi
hemitrigonum
Striktur urethra Ekstrofi kandung kemih
Hiperplasia katup uretra atau Reseksi leher kandung kemih
verumontanum
Kekurangan dopamin β-hidroksilase prostatektomi
bawaan

36
5) Ejakulasi Astenik
Ejakulasi astenik memiliki karakteristik perubahan fase pendorong,
dengan fase emisi normal. Sensasi orgasme berkurang dan biasanya
kontraksi ritmik yang terkait dengan ejakulasi menghilang.
Ejakulasi astenik biasanya tidak mengubah kualitas semen.
6) Ejakulasi prematur (premature ejaculation)
Disfungsi seksual pria yang ditandai dengan ejakulasi yang selalu
atau hampir selalu muncul sebelum atau sekitar 1 menit setelah
penetrasi vagina dan/atau ketidakmampuan untuk menunda pada
semua atau hampir semua penetrasi vagina tanpa ada penyebab
personal seperti tekanan, frustasi, gangguan, dan atau menghindari
hubungan intim.

Sintesis:
Penyebabnya kompleks dan multifaktorial, meliputi interaksi antara
faktor psikologis dan biologis. Faktor psikologis meliputi: efek
pengalaman dan pengkondisian seksual pertama kali (termasuk
pengalaman seks diusia dini, hubungan seks pertama kali, dsb),
terburu-buru ingin mencapai klimaks atau orgasme, teknik seksual,
frekuensi aktivitas seksual, rasa bersalah, cemas, penampilan seksual,
problematika hubungan, dan penjelasan psikodinamika. Faktor
biologis meliputi: ketidaknormalan kadar hormon seks dan kadar
neurotransmiter, ketidaknormalan aktivitas refleks system ejakulasi,
permasalahan tiroid tertentu, peradangan dan infeksi prostat atau
saluran kemih, ciri (traits) yang diwariskan, teori evolutionary,
sensitivitas penis, reseptor dan kadar neurotransmiter pusat, degree of
arousability, kecepatan refleks ejakulasi.

H. Bagaimana proses fertilisasi ovum oleh sperma?


Jawab:

37
Saat sperma dapat menembus kanalis servikalis, dari ratusan juta
sperma yang diletakan dalam satu kali ejakulasi, hanya beberapa ribu
yang dapat mencapai tempat fertilisasi. Sedemikian kecilnya
persentase sperma yang diletakkan yang dapat mencapai tujuan
merupakan penyebab mengapa konsentrasi sperma harus sangat
tinggi (20 juta/mL semen) agar seseorang pria dapat dianggap subur.
Penyebab lain adalah bahwa diperlukan enzim-enzim akrosom dari
banyak sperma untuk menembus sawar yang mengelilingi ovum.
Sperma yang akan menembus korona radiata melalui enzim-enzim
terikat-membran plasma kepala sperma dan berikatan dengan reseptor
ZP3 di zona pelusida. Pengikatan sperma dengan reseptor ini memicu
reaksi akrosom, yaitu saat enzim-enzim hidrolitik pada akrosom
dibebaskan ke zona pelusida. Enzim akrosomal mencerna zona
pelusida, membentuk jalur ke membran plasma ovum. Ketika sperma
mencapai ovum, membran plasma kedua sel ini berfusi. Kepala
sperma dengan DNAnya memasuki sitoplasma ovum. Sperma
merangsang pelepasan berbagai enzim yang tersimpan di dalam
granula kortikal di ovum, yang nantinya menginaktifkan reseptor ZP3
dan mengeraskan zona pelusida sehingga menghambat terjadinya
polispermia (Sherwood, 2014: 819-821).
Selanjutnya, pelepasan Ca2+ ke sitosol ovum ini memicu
pembelahan meiosis kedua sel telur, yang sekarang siap untuk bersatu
dengan sperma untuk menyelesaikan proses fertilisasi. Dalam satu
jam, nukleus sperma dan sel telur menyatu berkat adanya suatu
snetrosom yang disediakan oleh sperma yang membentuk
mikrotubulus untuk membawa kromosom pria dan wanita bersama
untuk bersatu (Sherwood, 2014: 819-821).
Tiga sampai empat hari setelah pembuahan zigot tetap berada di
dalam ampula karena penyempitan antara ampula dan saluran
oviduktus lainnya menghambat pergerakan lebih lanjut zigot menuju
uterus. Selanjtnya, zigot di ampulla mengalami sejumlah pembelahan
sel mitotik untuk membentuk suatu bola padat sel-sel yang disebut

38
morula. Sementara itu di endometrium terjadi peningkatan kadar
progesteron dari korpus lutem yang baru terbentuk setelah ovulasi
merangsang pengeluaran glikogen dari endometrium ke dalam lumen
saluran reproduksi untuk digunakan sebagai energi oleh embrio pada
saat nanti di dalam uterus. Setelah 3-4 hari produksi progesteron
dalam jumlah yang memadai dapat melemaskan konstriksi oviduktus
sehingga morula dapat dengan cepat terdorong ke dalam uterus oleh
kontraksi peristaltik oviduktus dan aktivitas silia. Setelah sampai
uterus morula berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi blastokista
yang dapat melakukan implantasi. Blastokista yang sedang
berkembang biasanya tetap tinggal di dalam kavum uteri selama 1
sampai 3 hari lagi sebelum berimplantasi di endometrium. Sebelum
implantasi blastokista mendapat makanan dan sekresi endometrium
uterus yang disebut susu uterus. Blastokista melekat ke lapisan dalam
uterus di sisi masa sel dalam. Implantasi dimulai setelah berkontak
dengan endometrium, sel-sel trofoblas yang menutupi massa sel
dalam mengeluarkan enzim-enzim pencerna protein. Enzim-enzim ini
mencerna sel endometrium dan membentuk jalan sehingga dapat
menembus dalam ke endometrium. Jaringan endometrium mengalami
modifikasi sedemikian rupa di tempat implantasi dan disebut desidua.
Ketika implantasi tuntas, blastokista seluruhnya terkubur di dalam
endometrium (Sherwood, 2014: 819-821).

39
Gambar 9. Proses Fertilisasi
Sumber: (Sherwood, 2014: 819-821)

3. Susilawati haidnnya tidak teratur, kadang kala 2 bulan baru datang


haidnya, masa haidnya berlangsung 5-7 hari disertai rasa sakit yang
melilit perut. Sehabis hubungan Susilawati merasa gatal-gatal dan panas
dan kadang-kadang disertai keputihan.
A. Apa makna Susilawati haidnya tidak teratur,kadang kala 2 bulan
baru datang haidnya, masa haidnya berlangsung 5-7 hari disertai
rasa sakit yang melilit perut?
Jawab:
Kemungkinan Susilawati mengalami dismenore. Dismenore adalah
nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen
bawah. Dismenore dapat diakibatkan karena endometriosis.
Endometriosis adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium
yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri.

40
B. Apa kemungkinan penyebab Susilawati haidnya tidak
teratur,kadang kala 2 bulan baru datang haidnya, masa haidnya
berlangsung 5-7 hari disertai rasa sakit yang melilit perut?
Jawab:
Penyebab gangguan haid adalah sebagai berikut:
a. Keadaan Patologi Panggul
Lesi permukaan pada traktus genital
- Mioma uteri, adenomiosis
- Polip endometrium
- Adenokarsinoma, endometrium, sarkoma
- Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
- Kanker servik, polips
- Trauma

Lesi dalam
- Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium
- Endometriosis
- Malformasi arteri vana pada uterus
b. Penyakit medis sistemik
- Gangguan hemostasis: penyakit non Willebrand,
gangguanfaktor II, V, VII, VIII, IX, XIII, trombositopenia,
gangguanplatelets.
- Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar
adrenal, SLE.
- Gangguan hipotalamus hipofisis: adenoma, prolaktinoma,
stres, olahraga berlebihan.
(Prawirohardjo, 2011)
Sedangkan penyebab dismenorea yaitu:
a) Dismenore primer
Terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin F2α dalam
jumlah tinggi.
1) Dibawah pengaruh progestron selama fase luteal siklus
menstruasi, endometrium yang mengandung prostaglandin F2α

41
meningkat, mencapai tingakat maksimum pada awitan
menstruasi.
2) Prostaglandin F2α menyebabkan kontraksi miometrium yang
kuat dan mempu menyempitkan pembuluh darah,
mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan,
dan nyeri.
b) Dismenore sekunder
Disebabkan oleh berbagai kondisi antara lain sebagai berikut:
1) Endometriosis
2) Polip atau fibroid uterus
3) Penyakit radang uterus disfungsional
4) Penyakit radang panggul
5) Prolaps uterus
6) Maladaptasi pemakaian AKDR
7) Produk konsepsi yang tertinggal setelah abortus spontan dan
melahirkan
8) Kanker ovarium atau uterus
(Prawirohardjo, 2011)

C. Bagaimana hubungan Susilawati haidnya tidak teratur,kadang


kala 2 bulan baru datang haidnya, masa haidnya berlangsung 5-7
hari disertai rasa sakit yang melilit perut dengan keluhan utama?
Jawab:
Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa 25-50% wanita infertil
menderita endometriosis dan 30-50% wanita endometriosis adalah
infertil.jadi kemungkinan Susilawati mengalami endometriosis yang
berdampak pada kesuburannya.
Sintesis:
Hipotesis yang menerangkan bahwa endometriosis menyebabkan
infertilitas atau penurunan fekunditas masih kontroversi dan banyak
diperdebatkan meskipun sudah banyak penelitian yang berusaha
menjawab pertanyaan tersebut. The Practice Committee of the

42
American Society for Reproductive Medicine (2006) dan beberapa
literatur menjelaskan bahwa beberapa mekanisme yang diduga
berkaitan dengan infertilitas pada wanita endometriosis adalah sebagai
berikut:
Distorsi struktur anatomi organ pelvis.
Terjadinya adesi pelvis berperan penting dalam infertilitas melalui
mekanisme gangguan pelepasan ovum, blokade transpor sperma ke
cavum peritonei dan menghambat tubal pickup oocyt, motilitas tuba
dan patensi tuba.
Perubahan fungsi peritoneal
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan
endometriosis mengalami peningkatan cairan peritoneum, peningkatan
aktivitas makrofag, peningkatan konsentrasi prostaglandin, IL1, TNF
dan protease. Perubahan pada cairan peritoneum ini diduga
menghambat interaksi cumulus dan fimbria serta memberikan efek
negatif pada oocyt, sperma, embryo maupun fungsi tuba uterina. Dari
penelitian yang dilakukan Tzeng et al (1994) diperoleh bukti bahwa
ada korelasi antara efek embritoksik antara cairan peritoneal dan
serum penderita endometriosis. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang bersifat embriotoksik masuk dan beredar dalam sirkulasi
sistemik dan mempengaruhi embriogenesis awal pada organ
reproduksi.
Perubahan fungsi imunobiology
IgA, IgG dan limfosit pada endometrium wanita endometriosis
meningkat. Hal ini diduga menurunkan reseptivitas endometrial dan
mengganggu proses implantasi embryo. Autoantibodi terhadap
antigen endometrium meningkat pada wanita endometriosis. Seperti
pada penyakit autoimun lainnya, endometriosis berhubungan dengan
aktivasi sel B poliklonal, abnormalitas imunologis pada fungsi sel T
dan B, peningkatan apoptosis, kerusakan jaringan, keterlibatan
multiorgan, kejadian familial, kemungkinan keterlibatan faktor
genetik dan lingkungan serta hubungannya dengan penyakit autoimun

43
lainnya. Endometriosis berhubungan dengan abortus berulang dan
infertilitas yang kemungkinan karena adanya autoantibodi abnormal.

D. Bagaimana siklus menstruasi normal?


Jawab:
Haid atau menstruasi dikatakan normal bila didapatkan siklus haid
tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidak melebihi 35 hari, lama haid 3-7
hari, dengan jumlah darah selama haid berlangsung tidak melebihi 80
ml.

E. Bagaimana fisiologi menstruasi?


Jawab:
Tahun-tahun reproduksi perempuan normal perempuan ditandai
dengan perubahan ritmis bulanan pada kecepatan sekresi hormone-
hormon perempuan serta pertumbuhan fisik yang sesuai pada ovarium
dan organ-organ seks lainnya. Pola ritmis ini disebut siklus seksual
bulanan perempuan (siklus menstruasi). Durasi siklus rata-rata 28 hari.
Pada sebagian perempuan, siklus dapat berlangsung sesingkat 20 hari
atau selama 45 hari, walaupun panjang siklus yang abnormal kerap
kali berkaitan dengn penurunan kesuburan (Sherwood, 2014).
Siklus bulanan Endometrium dan Menstruasi
Produksi siklus bulanan berulang dari estrogen dan progesterone
oleh ovarium berkaitan dengan siklus endometrium pada pelapisan
uterus yang bekerja melalui tahapan berikut :

- Fase folikular
Pada hari 1-8: Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif
tinggi dan memacu perkembangan 10-20 folikel dengan satu
folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada fase mid
follicular, sisa folikel mengalami atresia. Relatif tingginya kadar
FSH dan LH merupakan trigger turunnya estrogen dan
progesteron pada akhir siklus. Selama dan segera setelah haid

44
kadar estrogen relatif rendah tapi mulai meningkat karena terjadi
perkembangan folikel (Wiknjosastro, 2011).
Pada hari ke 9-14: Pada saat ukuran folikel meningkat
lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar sel granulosa dan
menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di
ruang sentral yang disebut antrum yang merupakan transformasi
folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel di mana oosit
menempati posisi eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel
granulosa yang disebut kumulus ooforus (Wiknjosastro, 2011).
Perubahan hormon hubungannya dengan pematangan
folikel adalah ada kenaikan yang progresif dalam produksi
estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa dari folikel yang
berkembang. Mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena
kadar estrogen meningkat, pelepasan kedua gonadotropin ditekan
(umpan balik negatif) yang berguna untuk mencegah
hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel. Sel
granulosa juga menghasilkan inhibin dan mempunyai implikasi
sebagai faktor dalam menvegah jumlah folikel yang matang
(Wiknjosastro, 2011).

- Ovulasi
Pada hari ke 14 terjadi ovulasi dimana ovulasi adalah
pembesaran folikel secara cepat diikuti dengan protrusi dari
permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan
ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh kumulus ooforus. Pada
beberapa perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya
nyeri di fossa iliaka. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya rasa
sakit yang terjadi sebelum folikel pecah (Wiknjosastro, 2011).
Perubahan hormon: estrogen meningkatkan sekrrsi LH
(melalui hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi
androgen dan estrogen (umpan balik positif). Segera sebelum
ovulasi terjadi penurunan kadar estardiol yang cepat dan

45
peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam
dari mid-cycle surge LH (Wiknjosastro, 2011).

Gambar 10. Siklus Ovarium


Sumber: (Mesceher, 2013)

- Fase Luteal
Fase ini terjadi pada hari ke 15 sampai 28, sisa folikel
tertahan dalam ovarium dipenetrasi oleh kapiler dan fibroblas dari
teka. Sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum.
Korpus luteum merupkan sumber utama hormon steroid seks,
estrogen dan progesteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca-
ovulasi. Korpus luteum meningkatkan produksi progesteron dan
estradiol. Kedua hormon tersebut diproduksi dari prekusor yang
sama (Wiknjosastro, 2011).
Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai nadir dan
tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi
pada hari ke 26-28 Jika terjadi konsepsi dan implantasi, kopus
luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh
gonadotrofin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan
implantasi tidak terjadi korpus luteum akan mengalami regresi
dan terjadilah haid. Setelah kadar hormon steroid turun akan

46
diikuti peningkatan kadar gonadotropin untuk insiasi siklus
berikutnya (Wiknjosastro, 2011).

Gambar 11. Hormon yang Menogontrol Siklus Menstruasi


Sumber: (Mesceher, 2013)

- Fase Haid
Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh
pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina.
Berdasarkan konvensi, hari pertama haid dianggap sebagai
permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan dengan pengakhiran
fase luteal ovarium dan dimulainya fase folikular. Sewaktu
korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya,
kadar progesteron dan esterogen darah turun tajam dan karena
efek akhir progesteron dan esterogen adalah mempersiapkan
endometriun untuk implantasi ovum yang dibuahi, terhentinya

47
sekresi hormon steroid ini menyebabkan lapisan dalam uterus
kaya vaskular dan nutrien ini kehilangan hormon-hormon
penunjangnya (Sherwood, 2014).
Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang
pembebasan suatu prostaglandin uterus yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium, menghambat
aliran darah ke endometrium. Penurunan penyaluran O2 yang
terjadi kemudian menyebabkan kematian endometrium, termasuk
pembuluh darahnya. Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan
pembuluh darah ini membilas jaringan endometrium ke dalam
lumen uterus. Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas
selama haid kecuali sebuah lapisan tipis, dalam berupa sel epitel
dan kelenjar, yang menjadi asal regenerasi endometrium.
Prostaglandin uterus yang sama juga merangsang kontraksi ringan
ritmik miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan
darah dan sisa endometrium dari rongga uterus keluar melalui
vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat
akibat produksi berlebihan prostaglandin menyebabkan
dismenore (kram haid) yang dialami oleh sebagian wanita
(Sherwood, 2014).
Pengeluaran darah rerata selama satu kali haid adalah 50
hingga 150 mL. Darah yang merembes pelan melalui
endometrium yang berdegenerasi membeku di dalam rongga
uterus, kemudian diproses oleh fibrinolisin, suatu pelarut fibrin
yang menguraikan fibrin pembentuk anyaman bekuan. Karena itu,
darah haid biasanya tidak membeku karena telah membeku di
dalam uterus dan bekuan tersebut telah larut sebelum keluar
vagina. Namun, jika darah mengalir deras sebelum keluar vagina.
Namun, jika darah mengalir deras melalui pembuluh yang rusak,
darah menjadi kurang terpajan ke fibrinolisin sehingga jika darah
haid banyak, dapat terlihat bekuan darah.Selain darah dan sisa
endometrium, darah haid mengandung banyak leukosit. Sel-sel

48
darah putih ini berperan penting dalam mencegah infeksi pada
endometrium yang “terbuka” ini (Sherwood, 2014).
Haid biasanya berlangsung selama lima hingga tujuh hari
setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal
fase folikular ovarium. Penghentian efek progesteron dan
estrogen pada degenerasi korpus luteum menyebabkan
terkelupasnya endometrium (haid) di bawah pengaruh hormon
gonadotropik yang kadarnya meningkat. Turunya sekresi hormon
gonadotropik yang kadarnya meningkat. Turunnya sekresi
hormon gonad menghilangkan pengaruh inhibitorik dari
hipotalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH
meningkat dan fase folikular baru dapat dimulai. Setelah lima
hingga tujuh hari di bawah pengaruh FSH dan LH, folikel-folikel
yang baru berkembang telah mengahsilkan cukup estrogen untuk
mendorong perbaikan dan pertumbuhan endometrium (Sherwood,
2014).

F. Apa makna sehabis hubungan Susilawati merasa gatal-gatal dan


panas dan kadang-kadang disertai keputihan?
Jawab:
Makna mengalami panas,gatal, dan keputihan setelah senggama ialah
mengalami vaginitis. Vaginitis merupakan peradangan pada vagina
yang di tandai dengan adanya rasa gatal,keputihan,panas,dispareunia.

4. Suami
TB = 176 cm ; BB = 72 Kg ; BMI: 23 Kg/ m2 ; TD 150/90 mmHg ; Nadi
= 76x/menit ; RR= 20x/ menit.
Pemeriksaan abdomen ada jaringan parut di daerah regio lower
abdominal dextra.
Pemeriksaan Genitalia :
Penis : Normal ; Testis Dextra : volume 15ml, konsistensi normal, testis
sinistra : volume 8 ml konsistensi lunak; Skrotum : Kulit tebal, tidak
teraba adannya varicocele.

49
A. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan pada suami?
Jawab:
Pemeriksaan Pada kasus Nilai normal interpretasi
IMT/BMI TB : 176 cm 18.5 – 22.9 Berat Badan
BB : 72 kg Lebih
IMT/BMI : 23
kg/m2
Tekanan 150/90 mmHg Sistole : <120 Hipertensi
Darah mmHg Stage I
Diastole : <80
mmHg
Nadi 76x/menit 60-100x/menit Normal
RR 20x/menit 16-24x/menit Normal
Pemeriksaan Terdapat jaringan Abnormal,
Abdomen parut di regio kemungkinan
lower abdominal timbul
dextra pascaoperasi
Pemeriksaan
Genitalia
Penis Normal
Volume : 15ml 12-25 ml Normal
Testis Konsistensi Normal
Dextra Normal
Volume : 8ml 12-25 ml Atrofi testes
sinistra
Konsistensi Lunak Abnormal,
Testis Terjadi akibat
Sinistra Orchitis
Skrotum :
kulit tebal Normal
tidak teraba Normal
adanya varicocele

50
B. Bagaimana mekanisme abnormal hasil pemeriksaan pada suami?
Jawab:
Orchitis pada usia 5 tahun inflamasi perivaskular interstitial
infiltrasi sel-sel limfosit tekanan intratestis ↑ pembengkakan buah
zakar sebelah kiri menyebabkan komplikasi pada saat dewasa
berupa atrofi testis sebelah kiri

5. Pemeriksaan Laboratorium:
- Suami :
Hb 14g/dL ; WBC : 8000µL ; RBC : 4,3 x 106 / µL ; Ht : 42 vol% ;
Platelet : 350.000/µL ; LED : 6 mm/jam ; Golongan darah O Rh (+);
Apusan darah tepi : Normal. Kimia darah : albumin, SGOT, SGPT
meningkat, Total kolesterol dan trigliserid tinggi/ abnormal.
Urin : Normal
Analisis Semen : warna: Bening , volume :4,5ml ; viskositas lebih dari 2
6
cm, liquefaksi 80 menit; jumlah sperma= 0,1 x 10 / ml; motilitas
forward progression 12%: morfologi bentuk normal 3%.
- Isteri:
Hb 11 g/dL: WBC 8.000/mm3 : RBC 4,3 x 10 6; Ht 36 vol%; plateletes
250.000/mm3; LED 15 mm/jam; golongan darah A Rh (+) ; Apusan
darah Tepi: normal.
Urin: Normal
Hysterosalphyngography : uterus= retrofleksi, endometrium tebal, kedua
tuba patetnt.

51
A. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium suami?
Jawab:
Hasil Nilai Normal Interpretasi
pemeriksaan
Hb 14g/dL Lk: 13-18 g/dl Normal
Pr: 12-16 g/dl
WBC 8000/ µl 5.000-10.000 Normal
RBC 4,3 x 106 / Lk: 4,4 - 5,6 x 106 Normal
µL Pr: 3,8-5,0 x 106
Ht 42 vol% Lk: 40-50 % Normal
Pr: 35-45%
Platelet 150.000-450.000 Normal
350.000/µL
LED 6 mm/jam Westergreen: Normal
Lk : 0-10 mm/jam
Pr: 0-20 mm/jam
Golongan darah - Golongan darah O
O
Rhesus (+) - Rhesus (+)
Apusan darah Normal Normal
tepi: Normal
Kimia darah
Albumin, Normal Abnormal
SGOT, SGPT
meningkat
Total kolesterol Normal Abnormal
dan trigliserid
tinggi/
abnormal

Kriteria Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan Menurut WHO
Warna Bening Putih kelabu Abnormal
Volume 4,5 ml 2 ml / lebih Normal
Viskositas >2 cm ≤ 2 cm Abnormal
Liquefaksi 80 menit Dalam 60 menit Abnormal
Jumlah 0,1 x 106/ml 40 x 106 per Oligospermia
sperma ejakulat / lebih
Motilitas 12 % 25 % / lebih Astenozoospermia
forward

52
progression
Morfologi 3% 30% / lebih Teratozoospermia
bentuk
normal

B. Bagaimana mekanisme abnormal hasil pemeriksaan laboratorium


suami?
Jawab:
Mikroorganisme (virus paramyxovirus) menempel di kelenjar parotis
→viremia→mikroorganisme (virus paramyxovirus) tersebut
menyebar secara hematogen→ mikroorganisme (virus paramyxovirus)
menempel di testis → terjadi reaksi inflamasi di testis → kerusakan
tubulus seminiferus dan sel leydig → gangguan produksi sperma dan
testosteron →kuantitas dan kualitas sperma menurun →
Oligoastenoteratozoospermia

Gambar. Mumps Orchitis


Sumber: (Pudjiadi, 2009)

53
C. Bagaimana cara pemeriksaan hasil analisa semen?
Jawab:
Pemeriksaan analisis semen sangat penting dilakukan pada awal
kinjungan pasutri dengan masalah infertilitas.
Pemeriksaan analisis semen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1) Lakukan abstinensia (pantang senggama) selama 2-3 hari.
2) Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan
cara senggama terputus (coitus interuptus).
3) Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi.
4) Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma.
5) Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat
penampungan sperma.
6) Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal dan
waktu pengumpulan sperma, metode pengeluaran sperma
dilakukan (masturbasi atau senggama terputus)
7) Kirimkan sampel secepat mungkin ke laboratorium sperma.
8) Hindari paparan temperatur yang terlampau tinggi (>38oC) atau
terlalu rendah (<15oC) atau menempelkannya ke tubuh sehingga
sesuai dengan suhu tubuh.
Dua atau tiga nilai analisis sperma diperlakukan untuk mengakkan
diagnosis adanya analisis sperma yang abnormal. Namun, cukup
hanya melakukan analisi sperma tunggal jika pada pemeriksaan telah
dijumpai hasil analisis sperma normal, karena pemeriksaan analisis
sperma yang ada merupakan metode pemeriksaan yang sangat sensitif.
Untuk mengurangi nilai positif palsu, maka pemeriksaan analisis
sperma yang berulang hanya dilakukan jika pemeriksaan analisis
sperma yang pertama menunjukan hasil yang abnormal. Pemeriksaan
analisis sperma kedua dilakukan dalam kurun waktu 2-4 minggu.
Untuk evaluasi awal harus dilakukan pemeriksaan dua sediaan. Waktu
antara kedua pemeriksaan tersebut bergantung pada keadaan setempat
tetapi tidak boleh kurang dari 7 hari atau lebih dari 3 bulan. Jika hasil
kedua pemeriksaan tersebut banyak berbeda, maka perlu dilakukan

54
pemeriksaan sediaan tambahan karena variasi yang besar dalam
produksi sperma dapat terjadi pada seseorang
1. Sediaan sebaiknya dipeoleh dengan cara masturbasi dan
ditampung dalam botol kaca atau plastik yang bermulut lebar.
2. Masturbasi dilakukan dalam sebuah kamar yang tenang di
laboratorium dekat ruang pemeriksaan. Jika tidak maka sediaan
harus diantar dalam waktu 1 jam setelah dikeluarkan dan jika
motilitas sperma sangat rendah (kurang dari 25% bergerak maju
lurus), sediaan kedua harus diperiksa sesegera mungkin.
3. Kondom biasa tidak dianjurkan dipakai untuk menampung semen
karena dapat mengganggu viabilitas sperma. Jika karena suatu hal
masturbasi sulit dilakukan, maka dapat digunakan kondom plastik
khusus untuk menampung semen. Koitus interuptus jangan
dilakukan untuk mendapatkan sediaan karena ada kemungkinan
bagian pertama ejakulat yang mengandung paling banyak sperma
akan tercecer. Selain itu juga akan terjadi kontaminasi selular dan
bakteri pada sediaan, dapat pula terjadi pengaruh kurang baik
terhadap motilitas sperma akibat pH cairan vagina yang asam.
4. Sediaan yang volumenya sedikit sebaiknya tidak diperiksa,
terutama jika bagian pertama ejakulat tercecer
5. Sediaan harus dilindungi terhadap suhu ekstrim selama
pengangkutan ke laboratorium. Suhu sebaiknya berkisar antar 20-
40 °C
6. Botol harus diberi label dengan nama penderita, tanggal
pengumpulan, lamanya abstinensi dan cara perolehan sediaan

55
Gambar 12. Cara Pemeriksaan Analisis Semen
Sumber: (Hestiantoro, A, 2014)

D. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan analisa semen?


Terminologi dan definisi analisis sperma berdasarkan kualitas sperma
adalah:
1) Normozoospermia
Ejakulasi normal sesuai dengan nilai rujukan WHO.
2) Oligozoospermia
Konsentrasi sperma lebih rendah daripada nilai rujukan WHO.
3) Astenospermia
Konsentrasi sel sperma dengan motilitas lebih rendah daripada
nilai rujukan WHO.
4) Teratozospermia
Konsentrasi sel sperma dengan morfologi lebih rendah daripada
nilai rujukan WHO.
5) Azospermia
Tidak didapatkan sel sperma di dalam ejakulat.
6) Aspermia
Tidak terdapat ejakulat.
7) Kristospermia
Jumlah sperma sangat sedikit yang dijumpai setelah sentrifugasi.
(Prawirohardjo, 2011)
Kriteria Nilai Rujukan
Volume 2 ml atau lebih
Waktu likuefaksi Dalam 60 menit
pH 7,2 atau lebih
Konsentrasi sperma 20 juta per mm atau lebih
Jumlah sperma total 40 juta per ejakulat atau lebih
Lurus cepat (gerakan yang 25% atau lebih
progresif dalam 60 menit setelah
ejakulasi (1)

56
Jumlah antara harus lambat (2) 50 % atau lebih
dan lurus cepat (1)
Morfologi normal 30 % atau lebih
Vitalitas 75% atau lebih yang hidup
Lekosit Kurang dari 1 juta per mm
Keterangan:
Derajat 1: gerak sperma cepat dengan arah yang lurus
Derajat 2: gerak sperma lambat atau berputar-putar
(Prawirohardjo, 2011)

E. Apa faktor penyebab hasil analisis semen abnormal?


Jawab:
1) Cara pengambilan : harus bebas kontaminasi
2) Tempat penampungan : harus bersih dan steril
3) Cara pengelolahan : suhu tetap terjaga

F. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium istri?


Jawab:
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Hb 11 g/dl Lk: 13-18 g/dl Normal (karena
Pr: 12-16 g/dl di Indonesia
dikatakan anemia
apabila Hb ≤ 10
g/dl
WBC 8.000/µl 5.000-10.000 Normal
RBC 4,3 x 106/µl Lk: 4,4 - 5,6 x 106 Normal
Pr: 3,8-5,0 x 106
Ht 36 % Lk: 40-50 % Normal
Pr: 35-45%
Platelets 250.000/µl 150.000-450.000 Normal
LED 6 mm/jam Westergreen: Normal
Lk : 0-10 mm/jam

57
Pr: 0-20 mm/jam
Golongan darah A - Golongan darah
A
Rhesus (+) - Rhesus (+)
Apusan darah tepi Normal Normal
normal
Urin normal Normal Normal

G. Bagaimana interpretasi hasil hysterosalphyngography?


Jawab:
Hysterosalphyng
ography :
Uterus retrofleksi Antefleksi Abnormal
Endometrium Tebal Endometriosis

kedua tuba Normal


patetnt.

6. Apa yang seharusnya disarankan kepada pasangan ini untuk


memperoleh keturunan?
Jawab:
Disarankan untuk konsultasi ke dokter spesialis obygn dan dokter
spesialis andrologi dan disarankan jika ingin mempunyai anak
menggunakan Teknologi Reproduktif Berbatu (TRB) / Assisted
Reproductive Technology (ART) (Prawirohardjo, 2011).
Sintesis:
Teknologi reproduksi berbantu atau Assisted Reproductive Technology
(ART) adalah teknologi yang membantu sistem reproduksi manusia yang
seharusnya terjadi secara natural. Sistem reproduksi yang terjadi secara
natural yaitu ketika semen pria yang diejakulasikan ke dalam vagina
wanita saat ovulasi.

58
Terbagi dua kelompok besar yaitu:
1. Intra-Corporeal
Intra Corporeal dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Inseminasi (IUI = Intra Uterine Insemination)
Inseminasi buatan maksudnya adalah dengan memasukkan cairan
semen ke dalam rahim wanita untuk menghasilkan kehamilan.
Tindakan ini pada umumnya berhasil dangan baik, tergantung pada
keterampilan dokter. Sejauh ini tidak ada risiko bagi wanita
ataupun terdapat cacat pada bayi. Inseminasi buatan terbagi atas
dua jenis:
- AIH = homologous artificial insemination atau pembuahan
homolog dengan menggunakan benih dari suami sendiri. AIH
dipraktekkan dengan alasan: Adanya kendala-kendala fisik
maupun psikis dengan cara inseminasi alamiah; Oligospermia;
Suami mengawetkan benihnya sebelum dilakukan vasektomi;
Mencegah risiko yang ditimbulkan oleh industri, bahan kimia
atau radiasi;Pemilihan jenis kelamin.
- AID = heterologous artificial insemination atau pembuahan
heterolog dengan menggunakan benih bukan suami sendiri. AID
dipraktekkan dengan alasan: Suami mandul; Mencegah
kemungkinan penyakit turunan; Inkomptabilitas rhesus;
Oligospermia; Wanita tidak menikah menginginkan anak;
Mengharapkan turunan yang baik.
b. Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT)
Gamet intrafallopian transfer (GIFT) mirip dengan IVF, tapi
gamet (telur dan sperma) yang ditransfer ke saluran tuba bukan
ke dalam rahimn, dan pembuahan berlangsung di dalam tuba
bukan di laboratorium. Perbedaan lain adalah bahwa
laparoskopi, prosedur pembedahan, diperlukan untuk
mentransfer sperma dan sel telur ke tuba. GIFT adalah pilihan
hanya untuk wanita yang memiliki saluran tuba normal.
Beberapa pasangan dapat mempertimbangkan GIFT untuk

59
alasan agama karena telur tidak dibuahi di luar tubuh. Salah satu
keterbatasan GIFT adalah bahwa pembuahan tidak dapat
dikonfirmasi.
Dalam proses GIFT, sperma dan telur akan dicampur dan
kemudian disuntik ke dalam saluran indung telur (tuba falopii).
Selepas dipindahkan, gamet-gamet akan bersatu seperti proses
normal dalam tubuh. Setelah bersatunya gamet tersebut, embrio
akan bergerak ke dalam rahim seperti biasa dan begitu
seterusnya kehamilan normal terjadi.
2. Extra-Corporeal
Extra-Corporeal dapat dibagi 3, yaitu:
a. Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT)
Prosedur ART lain adalah zigot intrafallopian transfer (ZIFT). Teknik
ini berbeda dari GIFT yaitu fertilisasi yang terjadi di laboratorium
bukan di tuba fallopi, tetapi sama bahwa sel telur yang dibuahi
ditransfer ke dalam tuba bukan rahim. Prosedur ini juga memerlukan
laparoskopi.

b. In Vitro Fertilization (IVF)


IVF adalah metode reproduksi dimana sperma pria dan telur wanita
digabungkan di luar tubuh yaitu dalam media di laboratorium. Satu
atau lebih embrio dapat ditransfer ke dalam rahim wanita, di mana
mereka dapat berimplantasi di lapisan rahim dan berkembang.
c. Assisted fertilization : Intra CytoplasmicSperm Injection (ICSI)
Dimana sperma langsung disuntikkan ke dalam setiap telur yang
matang. Di Amerika Serikat, ICSI dilakukan di sekitar 60% dari siklus
ART. ICSI biasanya dilakukan ketika ada kemungkinan fertilisasi
berkurang (misalnya kualitas semen yang jelek, riwayat gagal
fertilisasi dalam siklus IVF sebelumnya). Secara keseluruhan, tingkat
kehamilan dan persalinan dengan ICSI adalah sama dengan tingkat
IVF yang dilakukan secara tradisional.

60
7. Apa kemungkinan penyakit yang diderita oleh Supardi dan
Susilawati pada kasus ini?
Jawab:
1. Infertilitas primer
2. Infertilitas sekunder
Sintesis:
1. Infertil primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3
kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2. Infertil sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah
satu tahunberhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis apapun.

8. Apa diagnosis kerja kasus ini?


Jawab:
Infertilitas primer dengan suami suspect gangguan ejakulasi dan
istri suspect endometriosis.

9. Bagaimana tatalaksana kasus ini?


Jawab:
Kegiatan diagnostik awal terhadap pasangan infertil untuk dapat
menentukan penyebab infertilitas dari kedua belah pihak serta
menentukan apakah pasangan tersebut perlu mendapatkan pelayanan di
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Pasien akan mendapat gambaran secara umum dan menyeluruh
mengenai pola pelayanan infertilitas. Konseling dan dukungan perlu
diberikan untuk menghindari kecemasan pasien dan pasangannya.

61
Pendekatan yang dilakukan dalam manajemen infertilitas
merupakan suatu pendekatan multi-disiplin, termasuk obstetri dan
ginekologi, uro-andrologi, psikologi/ psikiatri, keperawatan dan lain-
lain, tergantung derajat kesulitan penyebab terjadinya infertilitas. Oleh
karena itu, pelayanan infertilitas dapat dilakukan dalam beberapa level (3
level) pelayanan berdasarkan pada kompetensi klinis pemberi pelayanan

Gambar 13. Stratifikasi sistem rujukan infertilitas

62
Gambar14. Stratifikasi sistem rujukan infertilitas (Pusat Pelayanan
Kesehatan Primer)

TINGKAT PELAYANAN INFERTILITAS


Tenaga pemberi pelayanan:
1. Tingkat 1: dokter umum
2. Tingkat 2:
a. Spesialis obstetri dan ginekologi
b. Spesialis andrology
c. Spesialis urologi
3. Tingkat 3: subspesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas
Indikasi kasus infertilitas yang harus ditangani pada masing-masing
tingkat pelayanan:

63
Penanganan yang dapat dilakukan :

10. Bagaimana prognosis kasus ini?


Jawab:
Pria : Dubia ad malam
Wanita: Dubia ad bonam

11. Bagaimana kompetensi dokter umum dalam penanganan kasus ini?


Jawab:
Kompetensi dokter umum pada kasus infertilitas adalah 3A, sedangkan
pada kasus gangguan ejakulasi dan endometriosis adalah 2 (KKI, 2012:
48-9).
Sintesis:

64
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2012: 31-32) kompetensi
dokter umum adalah sebagai berikut:
Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik
penyakit,dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan
informasi lebihlanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya
menentukan rujukan yangpaling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjutisesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap
penyakittersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penangananpasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudahkembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
awal, dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapipendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
doktermampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasienselanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali darirujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikanterapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi
menyelamatkannyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada
pasien.Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat
bagipenanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjutisesudah kembali dari rujukan.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukanpenatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

65
12. Apa pandangan islam pada kasus ini?
Jawab:
Firman Allah SWT dalam Q.S Asy-syu’ara’ ayat 49-50:

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia


menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak
perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan
anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada
siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa”.

2.6 Kesimpulan
Supardi dan Susilawati kesulitan mendapatkan anak setelah 3 tahun menikah
karena mengalami infertilitas pada kedua belah pihak: pada suami karena
suspect gangguan ejakulasi dan istri suspect endometriosis.

66
2.7 Kerangka Konsep

Istri : riwayat menstruasi


Suami : riwayat gondongan, tidak teratur dan nyeri pada
operasi usus buntu, mendapat saat menstruasi
terapi hipertensi

Istri : kemungkinan
Gangguan spermatogenesis endometriosis
dan gangguan ejakulasi

Abnormalitas kualitas dan


kuantitas sperma serta
disfungsi ejakulasi

kegagalan fertilisasi

Infertilisasi primer

67
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Q.S Asy-syu’ara’ ayat 49-50


Anurogo, D. 2012. Ejakulasi Dini. CDK-199. 39 (11).
Azhari. 2016. Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan Infertil di Klinik
Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri Surabaya. Dalam
Sa’adah, Najakhatus dan Purnomo, Windhu.Jurnal Biometrika dan
Kependudukan. 5(1): 66.
Eroschenko, V.P. 2015. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional.
Jakarta: EGC. 575-576.
Hestiantoro, A. 2014. ‘Infertilitas’ dalam Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 426-427
HIFERI. 2013. Konsesus Penanganan Infertilitas. Hal 5.
Kasdu. 2016. Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan Infertil di Klinik
Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah Sakit Putri Surabaya. Dalam
Sa’adah, Najakhatus dan Purnomo, Windhu. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan. 5(1): 66.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: IDI. Hal 150.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta: KKI.
Hal 31-2 dan 48-9.
Mescher, Anthony L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 13th
Edition. United States of America: Mc-Graw Hill Education.
Ningsih, Y Julianti dan Achmad Farich. 2016. Jurnal Kesehatan. Determinan
Kejadian Infertilitas Pria di Kabupaten Tulang Bawang. Vol 7 No 2. Hal :
243
Oktarina, Anastasia et al. 2014. Faktor yang Mempengaruhi Infertilitas pada
Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi. MKS Th.46(4): 297-
8.
Pudjiadi, Marissa. 2009. Orkitis Pada Infeksi Parotitis Epidemika. Dalam
Masarani M. Sari Pediatri. 11(1):50
Putz, R dan Pabst, R. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta: Kepala, Leher,
Ekstremitas Atas. Edisi 22. Jilid 1.Jakarta: EGC. Hal 379-393.

68
Sherwood. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Hal 186.
Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinik Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC. Hal
626-636.
Wahyuni, Alfaina. 2008. Endometriosis dan Infertilitas. Edisi Khusus Vol. 8 No.
1: 62 - 71, (https://media.neliti.com/media/publications/159879-ID-
endometriosis-dan-infertilitas.pdf diakses pada 18 April 2018).

69

Anda mungkin juga menyukai