Anda di halaman 1dari 6

Inilah 3 Bukti Bahwa Karya Sastra Minangkabau Telah

Mendunia
 March 29, 2018
 Artikel
 0

Foto : takaitu.com
Berbicara tentang orang Minang, tidak bisa dipungkiri bahwa urang awak ini memiliki banyak kelebihan dan
potensi. Ada berbagai macam karakter unggul yang dimiliki oleh orang Minang, sehingga mereka sukses menjadi pelopor di
segala bidang.
Tidak hanya sukses sebagai politikus, pedagang, maupun pengusahaa�� orang Padang pun berhasil mewujudkan
mahakarya terbaik dalam bidang sastra dan budaya. Bahkan sastra Minang sudah mulai diapresiasi dan diberi penghargaan
di luar negeri lho, guys. Penasaran? Simak 3 hal yang membuktikan bahwa karya sastra ala Minang patut mendunia ;

Novel Karya Mochtar Lubis telah diterjemahkan dalam bahasa inggris

Mochtar Lubis adalah penulis dan jurnalis Indonesia yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 7
Maret 1922. Karya novelnya antara lain adalahA�Tidak Ada Esok,A�Jalan Tak Ada
Ujung,A�Senja di Jakarta,A�Tanah Gersang,A�Harimau! Harimau!, sertaA�Maut dan
CintaA�yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.

Hal ini sungguh membuat masyarakat minang bangga. Selain itu, Mochtar Lubis juga sempat
mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award (1950) dan World Association of
Newspapersa�� Golden Pen of Freedom Award (1967).

Beberapa novel karya anak minang menjadi bacaan wajib di Malaysia lho!

Ternyata Malaysia banyak terinspirasi oleh sastra budaya Minang, guys. Bagi Takaiters yang
lahir dan besar di era tahun 1990-an, tentunya tidak asing dengan novelA�Salah
Asuhan,A�Siti Nurbaya, danA�Robohnya Surau Kami. Ketiga novel tersebut adalah buah
karya Marah Rusli dan A.A.Navis, yang merupakan putra asli Minang. Tidak hanya di
Indonesia, novel-novel itu menjadi bacaan wajib siswa sekolah di Malaysia. Keren, kan?
Novel a�?Senandung Sabaia�? mendapatkan apresiasi dari penulis terkenal luar negeri

Salah satu putri Minang yang mampu mengangkat kebudayaan minang dalam sebuah novel
bermutu adalah Vera Yuana. Senandung Sabai merupakan novel tentang drama kehidupan,
berkisah perjalanan hidup seorang perempuan Minang bernama Reana Sabai dengan segala
problema kehidupannya. Reana berusaha bertahan dalam kearifan lokal (local wisdom),
mencintai keluarga, menghormati orangtua dan juga kejujuran. Pembaca seperti diajak belajar
tentang berbagai perasaan, berbagai karakter tokoh, budaya dalam satu kisah.

Novel Senandung Sabai ini ternyata sangat diminati di luar Indonesia. Salah satu peminat
yang tidak bisa diremehkan, di antaranya Dr. Djusmalinar Djamarin dari Prince of Songkla
University Patani Thailand dan Nawawee Mohammad, penyair dari Malaysia. Bahkan novel
ini pun telah sampai ke tangan salah seorang Sastrawan Negari Jiran Malaysia yakni Dato Dr.
Ahmad Kamal Abdullah.

Ehm, memang Minang patut berbangga pada kekayaan sastranya yang telah diapresiasi di
kancah dunia. Semoga di masa depan akan makin banyak putra bangsa yang mengharumkan
nama Indonesia dengan karya sastra yang bernas. (takaitu.com)
EPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Tanah Minang dikenal memiliki warisan unggul soal seni.
Sebut saja, seni tari, salawat dulang, hingga dendang iringan lagu. Atau bahkan, basilek
(silat). Seluruhnya, kesenian yang 'berbau' Minang sudah akrab dengan indra masyarakat
Indonesia. Satu atau dua di antaranya pernah pula ditampilkan di pentas dunia. Namun apa
jadinya kalau keempat jenis kesenian tadi bisa tampil serentak di luar negeri?

Pertama dalam sejarah, rombongan seniman Minang empat komponen yakni tari, silat, salawat
dulang, dan dendang berangkat ke Eropa untuk tampil dalam sebuah ajang bergengsi. Seluruh
seniman ini dijadwalkan akan tampil di Bozar, Beligia dalam ajang 'West Sumatra Evening pada 9-12
Desember 2017 mendatang.

Dalam beberapa bulan ini seluruh seniman sudah melakukan persiapan di Padang dan Batusangkar.
Bahkan pada Rabu (25/10) malam mereka berkumpul di Sanggar nan Jombang untuk persiapan tim.

Salawat dulang misalnya, diambil dari jantung Luhak Nan Tuo Tanah Datar. Nama kedua grup adalah
Sinar Barapi dan Panah Arjuna. Pentas nanti merupakan kali pertama mereka ke Eropa. Persiapan
yang mereka lakukan lebih dari cukup.

"Yang disayangkan, pihak-pihak pemangku kewenangan dan kebijakan di sini tak banyak yang
bertanya dan menyapa," kata koordinator mereka, Ery Mefri di Padang, Kamis (26/10).

Selain sawalat dulang, sejumlah pesilat dan peniup seruling dari Kuranji, Padang juga akan
menghadiri acara serupa. Pesilat remaja yang bakal tampil di Eropa nanti, semangatnya seperti
Achmad Husein muda, komandan Harimau kuranji tempo dulu. Bukan karena ingin ke Eropa, tapi
basilek yang dikenal masyarakat Eropa itu lah yang mereka mau. Apalagi di Eropa silek Minang sudah
dikembangkan.

Nan Jombang sebagai koordinator dalam tour Eropalia ke Prancis, Belanda, Begia, dan Austria ini tak
hanya sekadar mengkoordinasi, tapi membawa karya tari yakni Rantau Berbisik. Karya ini dibuat
2007 dan pertama kali ditampilkan pertama kali tahun 2009. Bahkan karya tersebut sempat tampil
Brisbane, Adelaide, Caine, dan Darwin Australia. Di Amerika Serikat, grup yang sama pernah pentas
di Rhode Island New York, Washington, dan Los Angeles. Pementasan juga pernah dilakukan di
Filipina, Korea Selatan, Singapura, Jepang, Berlin, dan beberapa pementasan di Indonesia.
Tahun 2017 lalu, begitu banyak torehan prestasi yang diraih Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Sumatera Barat (Sumbar) dibawah kepemimpinan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno dan
Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit dalam memajukan pembangunan maupun
perekonomian ekonomi masyarakat.

Selain itu, puluhan lebih penghargaan selama kepemimpinan keduanya diraih. Baik dari
pemerintah pusat maupun lembaga berskala nasional juga diraih keduanya. Menyongsong
tahun 2018 dengan semangat baru. Keduanya, bertekad akan lebih meningkatkan apa yang
telah diraih selama 2017. Tentu saja dengan bantuan jajaran organisasi perangkat daerah
(OPD) Pemprov Sumbar dan stakeholder terkait lainnya. Yang akan membawa Sumbar lebih
berkembang lagi dari segala sektor yang ada. Sehingga berdampak pada kemajuan daerah dan
masyarakat.

“Kita optimis pada tahun 2018 ini akan lebih baik lagi. Dan bisa memberikan yang terbaik
untuk Sumbar,” ujar Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno didampingi Wakil Gubernur Nasrul
Abit serta Kepala Biro Humas Setdaprov Sumbar, Jasman, kemarin saat ekspose akhir tahun
2017 yang diinisiasi Humas Setdaprov Sumbar di Auditorium Gubernuran.

Dalam satu tahun kemarin atau selama 2017, kata Irwan banyak yang telah dilakukan. Di
antaranya pembangunan insfrastruktur yang memberikan efek positif bagi masyarakat. Yang
pada akhirnya dapat menunjang perekonomian masyarakat.

Selain sektor pembangunan, Pengendalian inflasi di daerah, Pemprov Sumbar dan jajaranya
memiliki andil dalam hal ini. Sehingga dapat dilihat dari bulan ke bulan, inflasi di Sumbar
dapat terkendali. Itu dibuktikan, engan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumbar
menjadi TPID terbaik untuk kawasan Sumatra. Penghargaan ini diraih karena keberhasilan
dalam mengendalikan inflasi, terutama pada saat Ramadhan dan Lebaran 2017.

“Bahkan untuk mengatasi inflasi di Sumbar, saya juga meminta Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) perlu ada di Sumbar, supaya pengawasan terhadap pengusaha yang bergerak
di sektor pangan bisa lebih ketat. Termasuk semua komoditi pangan sebagai indikator
penyebab inflasi dikelola dengan baik seperti, cabai dan jengkol,” katanya.

Tidak hanya itu, ia juga pernah mengusulkan dalam pengendalian inflasi di Sumbar, di mana
harga tiket pesawat Jakarta-Padang dan sebaliknya yang sering melonjak sangat tinggi setiap
Ramadhan dan lebaran harus menjadi perhatian. Serta, penguatan peran Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) untuk mendukung distribusi serta perbaikan tata niaga pangan juga harus
menjadi perhatian serius. Sehingga, pemerintah daerah secara tidak langsung dapat
mengendalikan harga yang bergejolak melalui BUMD.

Dari sektor Pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Sumbar
melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan Pelabuhan Teluk Bayur bulan
Oktober 2017 mencapai 4.826 orang, mengalami peningkatan 11,02 persen disbanding
wisman September 2017yang tercatat sebanyak 4.347 orang.

“Sedangkan, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Sumbar bulan Oktober
2017 mencapai ratarata 59,64 persen mengalami peningkatan 0,37 poin disbanding TPK
bulan September 2017 sebesar 59,27 persen,” tuturnya. Ini, kata Irwan menunjukan
pariwisata yang mulai gencar.

Bahkan, Sumbar dinobatkan sebagai tujuan destinasi wisata halal terus menjadi lirikan bagi
wisatawan mancanegara untuk berkunjung di luar dari wisatawan lokal. Mungkin, jika
digabungkan dengan wisatawan lokal pasti jumlah kunjungan lebih meningkat. “Wisman
saja naik kunjungannya,apalagi jika ditambah lokal. Ini data yang kita miliki merujuk dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar,” katanya.

Untuk nilai ekspor dan impor Sumbar juga mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat dari
nilai ekspor Sumbar bulan November 2017 terjadi peningkatan sebesar 2,14 persen
dibanding ekspor bulan Oktober 2017. Bahkan, nilai ekspor November 2017 ini meningkat
sebesar 0,87 persen jikadibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.

“Nilai impor Sumbar bulan November 2017 terjadi peningkatan sebesar 49,73 persen
dibanding impor bulan Oktober 2017. Nilai impor bulan November 2017 naik sebesar 192,09
persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya,” terangnya.

Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan III-2017 tumbuh 5,38persen.
Itu dapat diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi
Sumatera Barat triwulan III-2017 meningkat sebesar 2,13 persen (q-to-q). Serta, ekonomi
Sumbar triwulan I-III 2017 (c-to-c) tumbuh sebesar 5,23 persen.

Kemudian dari segi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terus mengalami kemajuan. Baik
itu dari berapa sektor. Di antaranya Angka Harapan Hidup (AHH), harapan Lama Sekolah
(HLS), rata-rata lama sekolah (RLS) dan pengeluaran per kapita setahun.
“ IPM untuk mengukur keberhasilan pemerintah dalam membangun kualitas hidup
manusia.IPM Sumbar terus mengalami kemajuan dari tahun ke tahun,” ulasnya. Dari segi
pengangguran, dari tahun ke tahun, persentase pengangguran di Sumbar terus menurun. Hal
ini terjadi karena upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran. Lewat job fair
baik itu tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang dilakukan setiap tahunnya dengan
mengandeng beberapa perusahaan.

“Jadi, job fair merupakan satu cara pengurangan pengangguran dengan mempertemukan
langsung pencari kerja dengan perusahaan yang membutuhkan,” ujarnya. Berkurangnya terus
pengangguran di Sumbar kata Irwan, itu berimbas dengan terus mengalami peningkatan Upah
Minimum Provinsi (UMP). Di mana, dari tahun ke tahun terus meningkat. Sehingga, dapat
membantu para pekerja memenuhi kebutuhan hariannya. Apalagi bagi mereka yang telah
berkeluarga.

Dari sektor pertanian, nilai tukar petani (NTP) Sumbar bulan November 2017 tercatat sebesar
96,15 atau turun 0,46 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 95,71
(Oktober 2017). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,78
persen,dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen.

“Pada bulan November 2017 NTP masing-masing subsector tercatat sebesar 91,56 untuk
subsektor tanaman pangan (NTPP), 83,96 untuk subsector hortikultura (NTPH), 101,28 untuk
subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 103,80 untuk subsector peternakan (NTPT),
dan 109,27 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua,
yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masingmasing
sebesar 109,44 dan 109,23,” tandasnya.

Tahun 2018 ini, semua program yang telah disusun dapat berjalan dengan baik. Sehingga,
akan berdampak kepada kemajuan daerah yang menyasar seluruh sektor.

Anda mungkin juga menyukai