Bab 4
Bab 4
4.1. Hasil
60 56.9
50
Berat total maggot (g)
40
30 27.7
20
13
10
0.335
0
1 2 3 4
Perlakuan
4.2. Pembahasan
Maggot merupakan telur lalat yang berasal dari metamorfosis pada fase
kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi
lalat dewasa. Larva itu hidup pada daging yang membusuk. Larva kadang juga
hidup menginvestasi pada luka hewan yang masih hidup. Tepung maggot
mempunyai kualitas yang cukup baik. Tepung maggot mengandung protein yang
sangat tinggi. Hasil penelitian dari Loka Riset Kementerian Kelautan dan
Perikanan menyebutkan, maggot memiliki kadar protein yang sama dengan
6
7
tepung ikan yaitu sekitar 40-50%. Tepung maggot mengandung protein, lemak,
serat kasar, dan BETN berturut-turut adalah 45.01%, 16.78%, 21.97% dan 0.15%
dalam bobot kering (Hadadi et al., 2007).
Maggot alias belatung sebenarnya larva lalat Hermetia illucens. Lalat
hermetia berwarna hitam pekat sehingga dijuluki black soldier. Lalat ini
menyerupai bentuk tabuhan Trypoxylon politum, sebangsa lebah. Hermetia
dijumpai hidup di sela-sela tanaman penutup tanah wedelia Wedelia trilobata
yang gampang ditemui di sekitar lingkungan tempat tinggal. Telur lalat yang
menetas, menjadi larva instar pertama kira-kira 2 mm, panjang tumbuh sebelum
shedding kulit sekitar 5 mm. Larva instar kedua tumbuh menjadi sekitar 10 mm
sebelum mereka melepaskan kulit mereka menjadi larva instar ketiga. Larva instar
ketiga tumbuh antara 15 mm dan 20 mm sebelum berkelana sebagai pra-
kepompong. Maggot adalah mesin makan yang luar biasa. Ujung-ujung depan
mereka dipersenjatai dengan mulut kait yang digunakan untuk mengoyak daging
busuk/mayat. Ujung belakang mereka terdiri dari sebuah kamar, di mana anus
mereka dan posterior terletak pada spiracles. Mereka juga memiliki spiracles
anterior). Spiracles digunakan untuk bernapas, dan kepemilikan spiracles di lokasi
posterior membuat belatung dapat makan 24 jam sehari. Kepala dan ekor blatung
terdapat otot, tersegmentasi tubuh, usus sederhana dan sepasang kelenjar ludah
yang sangat besar (Syamsudi, 2010).
Klasifikasi Maggot Hermetia illucens menurut Linnaeus (1758) adalah
sebagai berikut,
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Subordo : Brachycera
Superfamili : Stratiomyoidea
Famili : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
Spesies : Hermetia illucens
8
Kandungan antimikroba dan anti jamur apabila dikonsumsi oleh ikan akan
meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit bakterial dan jamur
(Retnosari, 2007).
Berdasarkan praktikum budidaya maggot yang telah dilakukan oleh
kelompok kami, menggunakan media kotoran puyuh. Metode kerja yang
dilakukan yaitu menimbang kotoran puyuh dan dedak halus sebanyak 2 kilogram.
Dedak halus dan kotoran puyuh dicampur dan diberi air sedikit demi sedikit
hingga merata, disemprot madu yang telah diencerkan dengan air dan ditutup
dengan daun pisang kering secukupnya, kemudian ditutupi dengan jaring.
Beberapa hari kemudian dilakukan pengamatan pertumbuhan maggot, apabila
media terlalu kering dapat disemprot dengan madu. Maggot dapat dipanen
berkisar antara 10-14 hari. Hasil praktikum yang didapat untuk pertumbuhan
maggot kelompok kami yaitu maggot mengalami pertumbuhan yang lambat, berat
biomassa yaitu 0 gram karena ukuran maggot yang kecil dan hanya terdapat 18
ekor, hal tersebut dikarenakan media yang kurang lembab dan faktor lingkungan
lainnya. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat (Silmina et al, 2013), banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya maggot, yaitu kondisi
lingkunga budidaya maggot dan kandungan nutrien bahan. Kondisi
lingkungannya, maggot menyukai kondisi lingkungan yang lembab, begitu juga
dengan kandungan nutrient pada media tumbuh maggot. Kandungan nutrien yang
optimum sangat penting bagi pertumbuhan biomassa maggot. Menurut Duponte
dan Larish (2003), bahan yang cocok bagi pertumbuhan maggot adalah bahan
yang banyak mengandung bahan organik. Berdasarkan jurnal (Kadarini, 2015),
lalat Hermetia illucens ini hidup di sela-sela tanaman dan telurnya dapat
ditetaskan dalam media ampas tahu, bungkil kelapa sawit dan kotoran ayam.
Media ini selain berpengaruh terhadap produksi larva juga kandungan protein.