Anda di halaman 1dari 7

4.

1 Hasil
30
Kenaikan berat badan tikus (g)
Total konsumsi ransum (g) 25

20

15
berat badan tikus

10 total konsumsi ransum

0
1 2 3 4 5
Pengamatan hari ke

Gambar 1. Grafik Pengamatan Tikus


4.2 Pembahasan
Hewan percobaan atau sering di sebut pula sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran. Dalam penggunaan hewan percobaan di samping mutu harus baik,
juga pengadaan harus mudah dan siap setiap saat bila mana diperlukan . Dengan
demikian tidak terjadi kendala dalarn merencanakan suatu percobaan
(Mangkoewidjojo, 1981).
Pada praktikum ini dilakukan pemeliharaan pada tikus albino. Tikus galur
Sprague-Dawley dinamakan demikian, karena ditemukan oleh seorang ahli Kimia
dari Universitas Wisconsin, Dawley. Dalam penamaan galur ini, dia
mengkombinasikan dengan nama pertama dari istri pertamanya yaitu Sprague dan
namanya sendiri menjadi Sprague Dawley. Keuntungan utamanya adalah
ketenangan dan kemudahan penanganannya.
Pada praktikum kali ini, mempraktikkan tentang cara penanganan hewan
percobaan dengan benar. Hewan percobaan untuk praktikum evaluasi ini
menggunakan tikus putih. Pada saat praktikum kita tidak boleh membuat tikus
tersebut depresi/stres, karena mereka akan lebih agresif bila sedang merasa
terganggu. Apabila mereka merasa stres, maka tikus dapat memberontak atau
malah dapat menggigit tangan kita hingga terluka. Kita harus membuat tikus
nyaman sehingga kita mudah untuk melakukan pengamatan. Kita juga harus
belajar cara memegang tikus yang baik. Menurut Sukhow (2006), cara memegang
tikus secara benar dan menahan tikus pada laboratorium dapat mengurangi stres
yang tidak diinginkan. Ketika memegang tikus tangan harus dilindungi gloves
untuk meminimalisir pemparan agen berbahaya, menghindari terjadinya gigitan,
urin dan alergi lainnya.
Dalam praktikum ini dilakukan pemeliharaan pada tikus albino selama 5 hari
dengan memberikan ransum berupa pellet secara Ad libitum dimana pakan selalu
tersedia dalam jumlah yang tidak dibatasi. Kemudian selama 5 hari tersebut
dilakukan pengamatan meliputi penimbangan berat badan tikus dan total
konsumsi ransum yang dimakan oleh tikus. Adapun cara menimbang berat badan
hewan (tikus) :
- Disiapkan timbangan analitik (posisi ON)
- Dimasukkan hewan uji kedalam pinggan timbangan (berbentuk baskom)
- Kemudian diletakkan hewan uji kedalam pinggan
- Dicatat hasil pengamatan pada layar timbangan
(Oemijati, 2010).
Pada awal pengamatan berat badan tikus albino sebesar 115,28 g. Pada
pengamatan ini, tikus sudah dalam keadaan stres, terlihat pada penampakan bulu
tikus albino tampak kusam, tidak aktif dan hanya diam. Hal ini mungkin
disebabkan karena saat membawa tikus terjadi goncangan sehingga tikus menjadi
stress. Pada setiap pengamatan dilakukan penimbangan berat tikus dan berat sisa
makanan.
Praktikum ini dilakukan penimbangan berat badan tikus dan penimbangan
sisa ransum. Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai kriteria untuk
mengukur pertumbuhan yaitu suatu proses yang sangat kompleks yang meliputi
pertambahan bobot hidup dan perkembangan semua bagian tubuh secara serentak
dan merata. Nilai pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran bobot
badan yang dilakukan secara berkala pada waktu tertentu (Murbawati, 2010).
Berdasarkan kurva pertumbuhan tikus albino dapat diketahui tikus
mengalami peningkatan berat badan selama pengamatan. Hal ini menunjukkan
bahwa tikus mengalami pertumbuhan dengan baik. Menurut Sampurna dan
Suatha (2010) pertumbuhan adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup
dan umumnya dinyatakan dengan pengukuran bobot badan dan tinggi badan.
Anggorodi (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah pertambahan dalam
bentuk dan berat jaringan-jaringan seperti otot, tulang, jantung dan semua
jaringan tubuh lainnya. Laju pertumbuhan setiap individu dipengaruhi oleh faktor
ordo, jenis kelamin, hormon, usia, pakan lingkungan dan manajemen
pemeliharaan (Forrest et al., 1975). Selain itu, kemampuan untuk mengubah zat-
zat nutrisi yang terdapat dalam ransum menjadi daging ditunjukkan dengan
pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan salah satu
kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pertambahan bobot badan
juga dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak. Pertambahan
bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil dari zat-
zat makanan yang dikonsumsi. Dari data PBB akan diketahui nilai suatu zat
makanan dari suatu ternak (Church dan Pond, 1988).
Kenaikan berat badan tikus disebabkan karena perlakuan pada hari
sebelumnya baik. Sehingga terjadi penambahan berat badan tikus. Berat badan
tikus yang bertambah berarti tikus tidak mengalami stres. Ciri-ciri tikus pada
pengamatan ini adalah bulu tampak halus dan bersih serta tikus aktif. Banyak
faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan dari tikus yaitu salah
satunya faktor makanan dan protein yang terkandung dalam pakan tersebut serta
faktor lingkungan tempat hidup yang sangat baik.Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah konsumsi pakan yang dimakan sangat berpengaruh pada suhu lingkungan,
dimana suhu lingkungan dingin jumlah konsumsi pakannya akan tinggi begitupun
sebaliknya pada suhu panas, serta keadaan ternak atau mencit saat masa
kebuntingan akan mengkonsumsi pakan banyak yang mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas mencit.
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), kecepatan tumbuh seekor tikus
sebesar 5 gram per hari. kecepatan pertumbuhan tergantung dari spesies, jenis
kelamin, umur, dan keseimbangan zat-zat nutrisi dalam ransum. faktor yang
mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah 45% faktor dalam dan 55%
faktor luar/lingkungan. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
mempengaruhi pertambahan bobot badan, terutama keseimbangan energi dan
protein serta zat-zat pakan lainnya yang terkandung dalam pakan. Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tikus putih salah satunya adalah kualitas pakan.
Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan
mudah diperoleh dari sumber daya komersial. Namun demikian, pakan yang
diberikan pada tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat.
Pakan ideal untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat
makanan antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus
cukup mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin,
pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta mineral-mineral
tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Menurut McDonald et al., (1987),
protein pakan yang diberikan pada tikus harus mengandung asam amino essensial
yaitu : Arginin, Histidin, Isoleusin, Leusin, Methionin, Fenilalanin, Treonin,
Tryptofan, dan Valine.
Konsumsi pakan merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan
kehidupan pokok dan produksi, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi
maka akan dapat ditentukan kadar suatu zat makanan dalam ransum guna
memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Bobot badan individu, individu
hewan, tipe dan tingkat produksi, jenis pakan dan faktor lingkungan merupakan
hal yang mempengaruhi konsumsi pakan (Church, 1979). Selain itu palatabilitas
pakan, cita rasa, tekstur, ukuran dan konsistensi pakan juga turut mempengaruhi
tingkat konsumsi pakan (Wiseman dan Cole, 1990). Selanjutnya Sutardi (1980)
menyatakan bahwa hewan akan mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi
sesuai dengan potensi genetiknya apabila memperoleh zat-zat makanan yang
dibutuhkan. Sifat dan komposisi pakan juga akan turut mempengaruhi tingkat
konsumsi. Pakan yang berkualitas baik akan memiliki tingkat konsumsi yang
relatif tinggi bila dibandingkan dengan pakan berkualitas rendah. Kualitas pakan
dapat dilihat dari kandungan zat makanan dan palatabilitasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pemberian ransum, tikus tidak menghabiskan
ransum yang diberikan sehingga terdapat sisa pada ransum. Jumlah awal ransum
yang diberikan yaitu sebanyak 25 gram dan sisa ransum pada hari pertama
sebanyak 15,4 gram, hari kedua sebanyak 15,39 gram, hari ketiga sebanyak 13,63
gram dan hari keempat sebanyak 8,57 gram. dalam hal ini berarti tikus hanya
memakan ransum sebanyak 5-7 gram per harinya. Hal ini yang membuat berat
badan tikus menurun karena porsi makan yang tidak sebanding dengan
energi/aktivitas yang dilakukan oleh tikus tersebut. Namun pada hari keempat
atau hari terakhir pemberian makan, berat badan tikus mengalami peningkatan,
dilihat dari sisa ransum sebanyak 8,57 gram yang menandakan tikus lebih banyak
mengonsumsi ransum dibandingkan hari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta.


Church, D.C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Vol : 1
Second Edition. John Wiley and Sons. New York.
Church, D. C. And W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding
2nd.Ed.Jhon Willey and Sons. New York.
Forrest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge and R.A. Merkle. 1975.
Principles of Meat Science. San Fransisco : W.H. Freeman and Company.
P 131-132.
Marbawati, D., dan Ikawati, B. 2010. KOLONISASI Mus musculus albino DI
LABORATORIUM LOKA LITBANG P2B2 Banjarneg ara. BALABA Vol.
5, No. 01, Jun 2009 : 1-5
Mangkoewidjojo, S. 1981. Teknik Hewan Percobaan. Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta
McDonald, P., Edwards, R.A., and J.F.D. Greenhalgh. 1987. Animal Nutrition.
3rd ed. Longman Inc, London.
Oemijati, Setiabudy R Budijanto A. Pedoman etik penelitian kedokteran
indonesia. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010.
Sampurna, I.P., and Suatha, I.K. 2010. Pertumbuhan Alometri Dimensi Panjang
dan Lingkar Tubuh Sapi Bali Jantan. Jurnal Veteran. Vol 11 (1) : 46.
Suckow MA, Steven HW, Craig LF. 2006. The Laboratory Rat. 2nd Edition.
Academic Pr. California (USA). 71-91.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. departemen Ilmu Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan
Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta. hlm.
37-57.
Wiseman, J. and Cole, P. J. A. 1990. Feedstuff Evaluation. Cambridge: University
Press.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Perhitungan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tikus
Kenaikan
Berat Ransum Sisa Total
Berat berat
Hari badan awal ransum konsumsi
badan awal badan
tikus (g) (g) (g) ransum (g)
tikus (g) tikus (g)
1 115,28 115,28 0 25 16,47 8,53
2 115,28 120,60 5,32 25 15,39 9,61
3 115,28 120,74 5,46 25 13,67 11,37
4 115,28 124,27 9,07 25 8,57 16,43
5 115,28 142,94 27,66 25 0 25

1. Sisa ransum
Berat ransum awal = 25 g
Total konsumsi = Ransum awal- ransum akhir
H1= 25-16,47= 8,53
H2=25-15,39=9,61
H3= 25-13,67=11,37
H4= 25-8,57=16,43
2. Kenaikan berat badan
Berat badan awal tikus = 115,28 g
Total kenaikan berat badan tikus = Berat badan akhir – berat badan awal
H1 = 115,28 – 115,28 = 0
H2 = 120,60 – 115,28 = 5,32
H3 = 120,74 – 115,28 = 5,46
H4 = 124,27 – 115,28 = 9,07
H5 = 142,94 – 115,28 = 27,66

Anda mungkin juga menyukai