Anda di halaman 1dari 13

Nama : Cimilia (160404020146)

RESUM ETIIKA ISAs dan PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian Quality Control System


QC System merupakan kewajiban auditor mengevaluasi kelima
unsur pengendalian sebagai bagian dari pemahaman atas entitas
yang diauditnya. Dalam KAP, kelima unsur pengendalian internal
ini juga dapat diterapkan untuk QC System itu sendiri, maupun
hal-hal diluar QC System itu sendiri, maupun hal-hal diluar QC
System, misalnya untuk pemprosesan time dan billing, office
workflow, expense control dan kegiatan pemasaran (marketing).
Tabel 1
QC System dan Unsur-unsur Pengendalian Intern

Unsur-unsur Unsur-unsur Unsur-unsur


Pengendalian QC di Tingkat KAP QC di Tingkat
Internal (ISA (ISQC 1) Penugasan (ISA
315) 220)
Control a) Tanggungjawaba) Tanggungjawab
Environment pimpinan atas pimpinan atas
(Tone at the mutu dalam KAP mutu dalam KAP
b) Kewajiban etikab) Kewajiban etika
Top)
yang relevan yang relevan
c) Sumber daya c) Penetapan
manusia anggota tim audit
Risk Assesment Menerima dan a) Menerima dan
(what could Go melanjutkan melanjutkan
wrong) hubungan hubungan
dengan klien dan dengan klien dan
penugasan yang penugasan audit
b) Risiko bahwa
spesifik
laporannya
mungkin tidak
tepat dalam
situasinya
Information Dokumentasi QC Dokumentasi
System System audit
(Tracking
Performance)

Control Pelaksanaan Pelaksanaan


penugasan
Activities penugasan
(Prevent and
detect/correct
controls)
Monitoring (Are Pemantauan Terapkan hasil
objectives being berjalan atas pemantasan
met?) kebijakan dan berjalan atas
prosedur QC di penugasan audit
KAP tersebut yang spesifik

B. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian mempengaruhi suasana
suatu organisasi,. Lingkungan pengendalian merupakan
landasan bagi komponen lainnya, dengan menciptakan
disiplin dan sistem.
Pemberian jasa berkualitas tingkat dan cost-effective
(hight-quality and cost-effective service) adalah kunci
utama suksesnya KAP. Pemberian jasa berkualitas harus
senantiasa menjadi tujuan utama dalam strategi bisnis
KAP, tujuan ini perlu dikomukasikan kepada semua staf di
KAP, secara teratur dan hasilnya dimonitor. Inilah peran
kepemimpinan dan akuntabilitas atas apa yang dijanjikan
KAP kepada publik. QC yang buruk menimbulkan kesan
tidak profesional, mendorong pemberian layanan yang
buruk, berpotensi tuntutan hukum, sanksi regulatir dan di
atas segala-galanya, kehilangan reputasi.
a. Tanda-tanda ancaman bagi KAP:
1. Sikap tak acuh
 KAP hampir selalu/terus-menerus dalam krisis.
 Penugasan dan kegiatan tanpa perencanaan
merupakan norma kerja.
 Tidak ada komitmen terhadap kualitas atau kepatuhan
terhadap standar etika tertinggi.
 Tidak peduli ekspektasi publik dan pemangku
kepentingan (stakeholders) lainnya, mengenai mutu.
 Menganggap perubahan dalam standar auditing
sekedar urusan regulator serta KAP dan entitas besar,
 Yang berubah Cuma terminologi dan istilah yang
digunakan, seolah-olah menunjukkan kepatuhan, tanpa
substansi: praktik audit yang lama tetap lestari.
 Yakin bahwa audit entitas kecil, tidak berisiko.
Moto:audit kecil, prosedur sedikit.
 Pekerjaan audit sepadan dengan fee yang diterima (fee
rendah) bukan risiko yang melekat pada penugasan.
 Klien dianggap oleh partner, “sama sekali tidak bisa
dipercaya”.
 Minimkan atau hindari sama sekali QC reviews.
 Anggapan bahwa karena klien yang bayar fee, mereka
tahu apa yang mereka mau.
 Partner menerima dan mempertahankan klien audit,
semata-mata karena pertimbangan fee, sekalipun
berisiko tinggi bagi KAP.
 Partner enggan mengadopsi QC System.
 Minta staf mematuhi QC System, tetapi partner
mengabaikannya.
2. Abaikan pelatihan dan pengembangan SDM
Melaksanakan audit bermutu sangat tergantungan pada
kemampuan KAP mempertahankan partner/staf yang
qualitified dan kompeten. Ini memerlukan pelatihan,
pengembangan, penilaian kerja (performance apprasials)
semua partner dan staf, secara berkesinambungan.
3. Tidak ada/rendahnya disiplin
Gagal mendisiplinkan partner atau staf ketika kebijakan
KAP diabaikan atau dilanggar mengirimkan pesan yang
sangat jelas kepada seluruh personalia KAP tersebut
bahwa kebijakan tertulis dan QC System tidak penting. Ini
meningkatkan risiko bagi KAP.

b. Contoh-contoh parktik tone at the top


1. Tetapkan tujuan, prioritas dan nilai-nilai KAP
 Komitmen yang tidak diragukan terhadap mutu dan
standar etika
tertinggi.
 Investasi dalam pelatihan dan peningkatan
ketrampilan staf.
 Investasi dalam sumber daya manusia, teknologi dan
keuangan.
2. Tetapkan tujuan, prioritas, dan nilai-nilai KAP
 Komitmen yang tidak diragukan terhadap mutu dan
standar etika
tertinggi.
 Investasi dalam pelatihan dan peningkatan
ketrampilan staf.
 Investasi dalam sumber daya manusia, teknologi dan
keuangan.
3. Komunikasi secara teratur
Ingatkan kembali kepada staf nilai-nilai dan komitmen
KAP dengan komunikasi yang teratur (lisan dan tertulis).
Komunikasi menekankan kebutuhan mengenai
integritas, objektivitas, independensi, skeptisisme
profesional, pengembangan staf dan akuntabilitas
publik.
4. Muntakhirkan petunjuk QC.
Secara bekal muntakhirkan kebijakan dan prosedur QC
untuk menanggapi kelemahan yang ditemukan dan
ketentuan baru.
5. Tetapkan tanggungjawab dan minta
pertanggungjawaban.
Tetapkan tanggung jawab dengan jelas kepada partner
dan staf; siapa bertanggung jawab untuk apa dalam hal-
hal QC (misalnya independensi, meminta atau memberi
konsultasi, reviu dokumentasi audit dan seterusnya).
6. Tingkatkan kompetensi staf dan berikan penghargaan
untuk pekerjaan bermutu. Kembangkan staf melalui:
 Uraian tugas yang jelas dan dokumentasikan
penilaian kerja tahunan/berkala yang menekankan
pekerjaan bermutu sebagai prioritas.
 Berikan insentif, hadiah, penghargaan untuk
pekerjaan bermutu.
 Tindakan disipliner jika kebijakan KAP dilanggar.
7. Sempurnakan terus-menerus
Ambil tindakan secepatnya untuk memperbaiki
kekurangan,. Kekurangan dan kelemahan diidentifikasi
misalnya melalui pemantauan penugasan, termasuk
inspeksi yang dilakukan dalam tahapan atau siklus
untuk penugasan yang sudah selesai.
C. Penilaian Risiko KAP
Penilaian risiko adalah proses yang
berkesinambungan. Pengelolaan risiko di KAP (seperti juga
pada klien), membantu KAP mengantisipasi peristiwa
negatif, mengembangkan kerangka pembuatan keputusan
yang efektif dan mendayagunakan sumber daya KAP.
Yang sering dipraktikan ialah manajemen risiko yang
informasi dan tidak didokumentasikan. Para partner secara
sendiri-sendiri mengidentifikasi risiko dan menanggapinya
melalui keterlibatan langsung partner tersebut dengan
klien-kliennya. Menformalkan dan mendokumentasikan
proses ini di KAP secara keseluruhan lebih bersifat pro aktif
dan lebih efektif.
Suatu proses manajemen risiko yang sederhana dapat
digunakan oleh KAP dari bermacam-macam ukuran,
termasuk para prakitisi tunggal.
1. Tetapkan bagi KAP, toleransi terhadap risiko
Toleransi ini bisa berupa jumlah/kuantitatif (seperti
berapa write-offs yang diperkenankan) atau faktor
kualitatif (ciri klien seperti apa yang tidak bisa diterima
KAP). sekali ditetapkan, toleransi ini menjadi acuan
untuk partner dan staf dalam membuat keputusan
(seperti write-offs, client acceptance, dan lain-lain).
2. Identifikasi kesalahan apa yang bisa terjadi
Apa event atau risk factors atau expors yang membuat
KAP tidak mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkannya? Langkah ini menyiratkan bahwa KAP
sudah menetapkan dengan tujuan dan sasaran, serta
komitmen untuk melaksanakan pekerjaan bermutu.
3. Prioritas risiko
Menggunakan risk tolerances yang ditetapkan di atas,
prioritaskan events yang diidentifikasi berdasarkan
penilaian atas peluang terjadinya dan dampak moneter
dari risiko tersebut.
4. Tanggapan apa yang diperlukan
Kembangkan tanggapan yang tepat terhadap asessed
riks untuk mengurangi dampaknya dalam batas
acceptable tolerences KAP. dengan prioritas tertinggi
akan mendapat perhatian pertama.
5. Tetapkan tanggung jawab
Untuk semua risiko yang memerlukan tindakan atau
pantauan, tugaskan dengan tanggung jawab mengambil
tindakan yang tepat dan mengelola risiko dari hari ke
hari.
6. Pantauan kemajuan
Minta laporan berkala yang sederhana dari setiap orang
ditugaskan mengelola risiko atas nama KAP (ini bisa
berurusan dengan penanganan kepatuhan terhadap
prosedur pengendalian, kewajiban pelatihan, penilaian
staf dan masalah independensi).
D. Sistem Informasi
Banyak KAP mempunyai sistem informasi yang baik untuk
memantau klien, waktu dan pembebanan. Namun sistem
informasi yang memantau mutu pekerjaan dan kepatuhan
terhadap kendali mutu, kurang berkembang atau bahkan
tidak ada sama sekali.
Aspek-aspek QC yang perlu didokumentasikan,
diantaranya:
1. Risiko yang dihadapi KAP dan komitmen terhadap mutu
 Penilaian atas menerima atau melanjutkan hubungan
dengan klien.
 Laporan dari semua orang yang bertanggung jawab
untuk aspek tertentu mengenai mutu. Dapat meliputi
risalah rapat komite (misalnya QC), masalah QC
dengan tanggapannya atau memo bahwa tidak ada
yang perlu dilaporkan.
 Komunikasi KAP secara menyeluruh mengenai mutu.
 Laporan pemantauan terakhir dan tindakan yang
diambil jika kelemahan ditemukan. Sajikan tanggal
kelemahan ditemukan, dibahas, ditindak lanjuti
sampai selesai.
 Rincian keluhan dari klien atau pihak ketiga
berkenan dengan pekerjaan KAP atau perilaku
personilnya. Apakah keluhan ini diteliti? Hasilnya
dikomunikasikan kepada yang menyampaikan
keluhan? Apa tindak lanjutnya?
2. Etika dan independensi
 Rinci investasi yang dilarang
 Rincian masalah etika (termasuk independensi) yang
diidentifikasi dan pengamanannya atau mitigasinya
3. Personalis
 Pembukaan kesempatan kerja
 Bukti pelaksanaan pengecekan referensi untuk
pegawai baru
 Upaya-upaya pemberian mentor, bimbingan dan
pelatihan bagi tenaga baru.
 Copy dan tanggal konfirmasi tertulis mengenai
independensi dan pengetahuan staf mengenai QC
manual.
 Bukti penilaian staf termasuk tanggal dan tindakan
yang diambil seperti ditugaskan mengikuti pelatihan
dan lain-lain.
4. Pengelolaan penugasan
 Tanggal pertemuan tim mengenai perencanaan audit
yang direncanakan dan yang sebenarnya terjadi
untuk semua penugasan audit.
 Alasan terhadap penyimpangan dalam menerapkan
ketentuan ISA dan prosedur audit alternatif yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang dilakukan ISA.
 Rincian konsultasi dengan orang lain dan
penyelesaian masalah audit/akuntansi yang
ditanyakan.
E. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian dirancang untuk memastikan
terjadinya kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan KAP.
Salah satu cara untuk merancang, mengimplementasikan,
dan memantau pengendalian mutu adalah dengan proses
PDCA. PDCA adalah singkatan dari Plan (merencanakan),
Do (melakukan), Check (memeriksa), Act (bertindak).
1. Plan (Rencanakan)
Tetapkan tujuan dan proses QC yang diperlukan agar
KAP dapat memberikan output yang diharapkan atau
memenuhi syarat.
2. Do (melakukan)
Implementasi proses baru sedapat mungkin dalam skala
kecil dulu.
3. Check (periksa)
Ukur proses baru. Bandingkan hasilnya dengan yang
diharapkan (ekspetasi) untuk memastikan ada atau
tidaknya perbedaan.
4. Act (bertindak)
Analisis perbedaan dan jelaskan perbedaannya.
Tentukan di mana perubahan harus diterapkan agar
tercapai perbaikan.
Contoh proses PDCA: Demi keamanan, KAP
merencanakan (Plan) tidak merilis laporan audit sampai
semua pertanyaan dan outsanding items sudah di-
clearkan. Implementasi kebijakan ini (lakukan) dapat
dikendalikan melalui proses perilisan laporan final di
mana seseorang memverifikasi apakah semua
persetujuan sudah diperoleh dan didokumentasikan.
Efektif atau tidaknya kebijakan ini bisa diperiksa (check)
melalui inspeksi berkala atas formulir yang berisi
persetujuan untuk merilis laporan. Jika ditemukan
penyimpangan alasan penyimpangan akan diinvetigasi
dan tindakan yang tepat akan diambil (seperti sanksi
atau disiplin, ikut pelatihan atau penyempurnaan
prosedur).
Kegiatan pengendalian dapat dipertimbangkan untuk:
 Semua kebijakan dan prosedur yang
didokumentasikan dalam QC manual.
 Kebijakan arus kerja kantor.
 Semua kebijakan dan prosedur operasional.
 Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
urusan personalita lainnya.
Lingkup kegiatan pengendalian menangani semua
kewajiban QC,
etika, dan independensi serta kepatuhan KAP terhadap
ISAs yang relevan dengan audit. Kegiatan pengendalian
KAP dilakukan pada dua jenjang, yakni jenjang KAP dan
jenjang Penugasan. Kegiatan pengendalian pada
jenjang KAP adalah sebagai berikut.
1. Nilai-nilai dan sasaran KAP
 Pembagian tugas dan wewenang di antara para
partner sehubungan dengan pengendalian mutu.
 Proses penilaian risiko di KAP: apa, bagaimana, dan
siapa yang bertanggung jawab.
 Pengembangan staf, manajemen atau pengelolaan
KAP dan disiplin.
 Sistem informasi mengenai staf klien, independensi
partner dan staf, penjadwalan penugasan
(scheduling) dan lain-lain.
 Mendokumentasikan sistem pengendalian mutu dan
penyempurnaannya secara berkelanjutan.
2. Sikap dan perilaku
 Kepemimpinan
 Etika dan independensi
 Kearifan profesional (professional judment)
 Skeptisisme atau kewaspadaan profesional
(profesional skepticisme)
 Supervisi dan reviu
Kegiatan pengendalian pada jenjang KAP atau penugasan. Pada
dasarnya kegiatan pengendalian di tingkat penugasan ialah
mematuhi ISAs, khususnya yang berkenaan dengan:
 Menerima atau melanjutkan penugasan.
 Membagi tugas dan tanggung jawab staf.
 Konsultasi dan menggunakan tenaga ahli.
 Dokumentasi.
 Merilis atau menerbitkan laporan.

F. PEMANTAUAN
Unsur penting dalam sistem pengendalian ialah unsur pemantauan atau
monitoring mengenai berfungsinya sistem itu secara efektif. Ni dapat dicapai
dengan reviu secara independen atas berfungsinya kebijakan/prosedur di tingkat
KAP dan penugasan, secara efektif, dan inspeksi ari seluruh file audit yang sudah
rampung.
Proses pemantauan yang efektif membantu pengembangan budaya
penyempurnaan berkesinambungan, di mana partner dan staf berkomitmen
terhadap pekerjaaan bermutu dan memberi penghargaan kepada kinerja yang
diperbaiki.
Proses pemantauan KAP Terdiri atas dua bagian sebagai berikut:
1. Pemantauan Berjalan (ongoing monitoring)
Pemantauan berjalan atas QC KAP memastikan kebijakan dan prosedur
KAP adalah relevan, cukup, dan berfungsi efektif. Jika dilaksanakan dan
di dokumentasikan setahun sekali, penatauan ini akan mendukung
keharusan berkomunikasi dengan staf setiap tahun mengenai rencana KAP
untuk meningkatkan mutu penugasan.
Lingkup pemantauan berjalan berhubungan dengan unsur-unsur
QC, dan meliputi penilaian mengenai apakah:
 QC manual (petunjuk QC) di KAPitu sudah dimutakhirkan dengan
ketentuan dan perkembangan baru;
 Mereka yang mendapat tugas dan tanggungjaawb QC benar-benar
melaksanakan tanggungjawab mereka;
 Konfirmasi tertulis partner dan staf, sudah diperoleh untuk partner
dan staf, sudah diperoleh untuk memastikan setiap orang patuh
terhadap kebijakan dan prosedur KAP mengenai independensi dan
etik;
 Ada proses pengembangan yang terus berjalan, untuk partner dan
stff,
 Keputusan mengenai menerima dan meneruskan hubungan dengan
klien dan penugasan yang spesifik mematuhi kebijakan dan
prosedur KAP;
 Kode etik sudah diikuti;
 Oran yang tepat dan qualified ditugaskan sebagai penelaah QC
penugasan dan reviu QC itu rampung sebelum tanggal laporan
audit.
 Tindak lanjut yang teapt sudah dilakukan untuk memastikan
kelemahan-kelemahan QC yang ditemukan, sudah ditangani tepat
pada waktunya.
2. Inspeksi file yang rampung, berdasarkan siklus
Pertimbangan dan evaluasi yang terus-menerus dibuat atas QC system
KAP, termasuk apa yang dikenal sebagai cyclical inspection (inspeksi
dengan siklus) dari file audit dari satu penugasan yang rampung. Inspeksi
ini sekurang-kurangnya atas file audit dari satu penugasan untuk setiap
partner. Hal ini memasikan kepatuhan terhadap kewajiban
professional/hokum, dan bahwa laporan asurans sudah tepat. Cyclical
inspection memmbantu meingidentifikasi kelemahan dan kebutuhan
pelatihan, dan memungkinkan KAP membuat perubahan/perbaikan, tepat
pada waktunya.
Setelah reviu selesai, pemantauan membuat laporan yang sesudah
didiskusikan dengan para partner, dikomunikasikan kepada semua manajer
dan staf professional. Komunikasi ini juga berisi langkah-langkah yang
harus diambil.

Anda mungkin juga menyukai