ANTROPOLOGI BUDAYA
EDITOR:
T.O Ihromi
13
alam beberapa hal.
ing kita membanggakan. Namun, mengherankan sekali
Khususnya
ahwa reaksi kit a serbeda d
engan orang lain.
Namurena, dalam be
kan reaksi yang sama,
erbedaannya, namun varakat-masyarakat lain
keanehan yang unik; sering kita m embanggakan d i ri
karena, dalam bebe kita masing-masing berbeda
dengan o rang lain. Namun, mengheranka bahwa reaksi
kita serupa terhadap f enomena-fenomena tertentu. Kh
terhadap c ara-cara berlaku atau keper cayaan yang
sangat berbeda denga yang menjadi kebiasaan pada
kita, maka kita menunjukkan r eaksi yang Meskipun kita
memiliki sifat-sifat yang sangat menonjo l
perbedaannya, bila b erkenalan dengan p ola-pola
kelakuan dalam m asyarakat-masyar maka pola-pola itu
memberi kesan yang s ama pada kita.
Misalnya, suku Indian Yanomamö dari perbatasan
Venezuela Bras mempunyai a dat tertentu yang
kemungkinan besar akan dinilai secara oleh
kebanyakan kita, hanya karena adat itu tidak sesuai
dengan gagasa tentang cara berlaku yang w ajar bagi
anak-anak. Bila putera-putera Yanoma marah pada
orang tuanya dianjurkan untuk menyatakan kemarahan
itu denga memukul orang tuanya itu. Seorang a nak
yang menampar muka bapaknya menempeleng
kepalanya bukannya dihukum malahan dipuji. Pada
umur emner tahun, sebagian besar anak lelaki telah
tahu, bahwa cara yang sudah dimaklumi bersama dan
disetujui, untuk menunjukkan kemarahan dalam
masyarakat mereka, adalah dengan memukul orang.
an dinilai secara negatif ak sesuai dengan gagasan kita
Kenisbian Kebudayaan
Kita mungkin a
kan membantah bahwa untuk
memperoleh pengertian dan penghargaan perilaku
masyarakat tertentu, perlu untuk m emahami
kebudayaan masyarakat tersebut dan a lasan-alasan
adat-istiadat itu.
Pembuat catatan tentang rawatan mulut itu harus tahu
misalnya, bahwa tujuan dari kunjungan berkala kepada
dukun mulut sakti itu adalah pengobatan dan bukan
bersifat kegaiban. Karena dalam masyarakat yang
mempraktekkan rawatan mulut, gigi yang kuat dan
sehat sangat berharga, maka warganya rela
menghabiskan waktu dan mengeluarkan uang untuk
perawatan itu. Begitupun orang Hindu, sebelum dia
menyimpulkan bahwa semua pemakan daging adalah
2 Horace Miner. Body Rituals among the Nacirema".
American Artropologist Jilid 58 (1956). hal.
504-505
ntuk mereka, pada suci, hendaknya memuk makan
daging. Di
Sikap antropologis syarakat harus
p ologis isebut relativitas mupuk simpati d
an
vaan. Kakebudayaan malalam suari
tu dinama observasiat dan ka
sebelah dan juga
mencemarkan yang suci, hendaknya mengingatkan
bahwa untuk merel umumnya tidak ada larangan
agama untuk makan daging. Sikap antre bahwa
kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran dalam suatu
masyarakat dipandang sehubungan dengan
kebudayaan masyarakat itu, disebut rela atas
kenisbian kebudayaan. Karena sikap demikian
memupuk simpati pengertian, maka sikap itu
dinamakan sikap manusiawi ( humanis): pendekar
berdasarkan sikap itu memerlukan observasi yang
tidak berat sebelah dan mencakup usaha untuk
menjelaskan adat-istiadat, dan karena itu sikap demil
dianggap sebagai sikap ilmiah. Pada umumnya.
kenisbian kebudava dihalang-halangi oleh dua sikap
yang berbeda tetapi biasa terjadi: pertam:
kecenderungan ke arah peni'uran yang negatif yang
biasanya merupakan akihe dari etnosentrisme: kedua,
kecenderungan ke arah penilaian positif yang ser
merupakan pewujudan dari kerinduan yang naif
mengenai cara hidup dalam masyarakat bersahaja
atau rasa iri terhadap orang buas yang berbudi "noble
savage
16
adalah
atau
pada
lebih "sederhana" daripada m asyarakatnya sendiri. Ada
kecenderungan untuk berpendapat bahwa hubungan
kekeluargaan sosial dan e konomis yang tidak demikian
rumit, adalah lebih baik. Seseorang dari Amerika yang
bapaknya misalnya memegang dua atau tiga
pekerjaan untuk dapat mengongkosi keluarganya,
mungkin akan tertarik pada cara hidup orang-orang
!Kung" Bushmen dari Padang Pasir Kalahari, yang
membagi-bagi bahan makanan dan yang tidak
terhalang untuk menghabiskan s ebagian besar dari
waktunya untuk bersantai. Orang Bushmen
memperoleh seluruh makanannya dengan berburu
binatang dan mengumpulkan tumbuh-tumbuhan liar.
Karena mereka tidak mempunyai fasilitas untuk
pengawetan, maka membagi-bagikan daging hewan
segar lebih baik daripada menyimpan daging busuk.
Lagipula, orang-orang Bushmen berpindah dari satu
tempat tinggal ke yang l ain dan tidak dapat dibebani
dengan memikul makanan, walaupun mereka
sekiranya sanggup mengawetkannya. M ilik bersama
dan pembagian seperti itu memang terbukti, memberi
semacam jaminan sosial kepada orang-orang Busmen
-- seorang pemburu, j uga pada hari-hari yang sial
dapat memperoleh makanan untuk dirinya dan
keluarganya dari orang lain. Begitu pula, y ang dia
tangkap nanti akan dibagi-baginya dengan keluarga
dari pemburu yang sial. Sistem membagi-bagi ini juga
memberi jaminan bahwa orang-orang yang terlalu
muda atau terlalu tua untuk m embantu mencari
makanan, memperoleh makanan. Jadi, dilihat dari
sudut praktisnya, menyimpan tidak saja tidak mungkin
untuk orang Bushmien, tetapi membagi-bagikan
memberi keuntungan-keuntungan kongkret tertentu.
Walaupun demikian, s istem membagi-bagi makanan
yang dipraktekkan orang Bushmen itu merupakan
suatu cara pemecahan p roblema problema yang
disebabkan oleh lingkungannya yang khusus dan tidak
dapat diterapkan dalam m asyarakat lain seperti
masyarakat Amerika. L agipula, ada aspek-aspek lain
dari penghidupan orang Bushmen, yang tidak menarik
pada sebagian besar orang Amerika misalnya. Kalau
orang-orang Bushmen yang suka berpindah-pindah itu
memutuskan untuk pindah tempat. maka kaum
wanitalah yang harus menggotong semua milik
keluarga, yaitu sejumlah besar makanan dan air,
termasuk anak-anak kecil sampai berumur 4 atau 5
tahun. Ini beban yang berat w alaupun untuk diangkat
melalui jarak pendek. Dan karena orang-orang
Bushmen berjalan kira-kira 2.250 km dalam satu
tahun, tidaklah mungkin b ahwa kebanyakan orang
Amerika iri pada cara hidup orang-orang Bushmen.
Masalahnya adalah, bukan untuk menghindarkan
perbandingan kebudayaan seseorang dengan
kebudayaan lain yang lebih bersahaja, tetapi
janganlah diberi sifat r omantis kepada masyarakat
yang masih bersahaja itu. Pada umumnya. tingkah laku
mereka wajar untuk lingkungan m ereka, seperti halnya
dengan perilaku kita wajar untuk lingkungan k ita
sendiri. Pandangan kenisbian kebudayaan menuntut.
agar semua perilaku dan adat-istiadat dari suatu
Manusia
masa kanak-kanak yang relatif panjang kalau
dibandingkan dengan bina
ar banyak sebelum dapat berfungsi seba binatang
lain, dan mereka harus belajar banyak sebelum da
monyet dewasa. Proporsi d ari kelakuannya yang
diperoleh melalui proses bela relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan b inatang-binatang lain. Man
mempunyai masa kanak-kanak yang paling panjang
dari semua mahluk hid Mengenai jumlah dan rumitnya
pola-pola kelakuan yang dipelajarinya dan yan
diteruskannya kepada anaknya, manusia itu unik. Dan
ia mempunyai cara v unik untuk meneruskan
kebudayaan: yaitu melalui bahasa.
punyai cara yang
Bahasa Suatu kenyataan y ang tidak dapat luput dari
perhatian setiap orang adalah pengalamannya bahwa
dalam masyarakat manusia yang bagaimanapun
bentuknya, selalu terdapat suatu bahasa yang cukup
rumit susunannya. "Antara Jeritan yang paling
jelas dari hewan mengajak kawannya berkencan
atau memberi peringatan atau menunjukkan marahnya,
dengan perkataan manusia yang paling tak
mengandung arti, terdapat .... tahapan evolusi yang
luas. *7 Bahasa berbeda sifatnya dari semua sistem
komunikasi antara hewan, berhubung dengan bahasa
bersifat simbolis, artinya suatu perkataan mampu
melambangkan arti apa p un, walaupun hal atau
barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak
hadir.
Hal itu mengandung implikasi yang hebat untuk
pewarisan kebudayaan. Ini berarti bahwa orang tua
manusia misalnya dapat mengatakan kepada
anaknya. setelah anak dapat memahami
percakapan sederhana bahwa, ular berbahaya dan
harus dihindarkan. Si orang tua itu dapat menjelaskan
secara mendetil sekali mengenai sifat-sifat ular, dia
memerinci bagaimana panjangnya, besarnya,
warnanya, bentuknya dan cara-caranya bergerak.
Dia dapat menunjukkan tempat-tempat di mana
anaknya mungkin menemukan ular dan
menerangkan kepadanya bagaimana
menghindarkannya. Jadi tanpa pernah melihat ular,
anak itu dapat menyimpan keterangan lisan itu dalam
ingatannya. Sekiranya dia menemukan ular, ia
mungkin teringat akan kata yang menjadi
perlambang untuk binatang itu, dan juga teringat pada
keterangan yang berhubungan dengan itu dan dengan
demikian menjauhkan diri dari bahaya.
Jika kita tidak mempunyai bahasa yang simbolis,
ibu-bapa harus menunggu dahulu sampai anaknya
benar-benar melihat seekor ular dan melalui
contoh-contoh, barulah dapat ditunjukkannya bahwa
mahluk semacam itu harus dijauhi. Tanpa bahasa
kita tidak dapat meneruskan atau menerima
keterangan-keterangan secara simbolis dan
dengan demikian tidak dapat menjadi pewaris dari
suatu kebudayaan yang demikian kaya dan
demikian aneka ragamnya.
hropology. Jilid 1
bahwa kebudayaan merupakan satu integrasi kelihatannya
adalah bahwa sifat itu diangtap bersumber pada sifat
adaptif dari kebudayaan. Jika kebiasaan kebiasaan
tertentu lebih adaptif dalam susunan tertentu, maka dapat
diduga bahwa gumpalan unsur-unsur budaya itu akan
ditemui dalam kaitan yang berhubungan bila
ditempatkan dalam keadaan yang bersamaan
Umpamanya, suku Bushmen Ikung, hidup dengan
memburu binatang buas dan mengumpul kan tanaman
liar. Mereka juga merupakan suku pengembara hidup
dalam masyarakat-masyarakat kecil dengan sedikit jumlah
penduduk, mempraktekkan s istem saling membagi
makanan dan memiliki sedikit harta benda. Unsur-unsur
budaya demikian umumnya terdapat secara berkaitan di
idupnya tergantung dari berburu
antara suku-suku yang h
dan pengumpulan makanan. Asosiasi semacam ini
menunjukkan bahwa kebudayaan-kebudayaan cenderung
untuk berintegrasi.
Alasan kedua untuk dugaan b ahwa kebudayaan merupakan
suatu integrasi ialah karena kebudayaan yang
unsur-unsurnya bertentangan satu sama lain sukar, kalau
tidak mustahil untuk secara bersamaan mempertahankan
yang bertentangan itu. Dalam masyarakat kita.
misalnya sudah merupakan kebiasaan bahwa seorang
pengendara sepeda motor berhenti jika lampu lalu
lintas merah dan jalan terus pada waktu lampu hijau
menyala. Tidak mungkin lagi dalam kebudayaan kita
untuk misalnya mempunyai peraturan yang mengatakan
bahwa kendaraan yang lebih dahulu sampai pada
persimpangan jalan di mana ada lampu lalu lintas berhak
berjalan lebih dulu. Karena p
eraturan tersebut saling
bertentangan. Jadi, k ebudayaan cenderung terdiri dari
unsur-unsur yang dapat disesuaikan satu sama lain.
Karena kebudayaan mewujudkan suatu integrasi. maka
perubahan pada satu unsur sering menimbulkan
pantulan yang dahsyat d an kadang-kadang pantulan itu
terjadi pada bidang-bidang yang sama sekali tidak
disangka semula. Seandainya seorang pejabat organisasi
untuk perkembangan ekonomi menyimpulkan bahwa banyak
orang India miskin, terlalu padat penduduknya. umumnya
kurang makan, karena agama mereka tidak
mengizinkan untuk membunuh dan memakan sapi
yang berkeliaran di jalanan. Lalu dia mungkin saja
menganjurkan penyembelihan sapi secara
besar-besaran dan t ernyata satu-satunya manfaat
dari tindakan i ni adalah pengetahuan bahwa
penghapusan dari k ebiasaan yang kelihatannya
sederhana ini sangat tidak diinginkan. Jumlah
hewan pembajak yang tersedia untuk kaum petani
India akan sangat berkurang. Orang-orang India tidak
lagi akan m endapatkan kotoran sapi yang
digunakan sebagai sumber utama dari bahan bakar
untuk memasak dan digunakan sebagai pupuk.
Kulit-kulit sapi, t anduk dan kuku sapi tidak dapat
dipergunakan untuk membuat pakaian dan alat-alat
lain yang d
iperlukan. Agaknya seandainya
orang-orang Hindu tidak lagi dilarang membunuh sapi
mungkin timbul masalah lain, yaitu belum cukupnya
fasilitas di India pada waktu sekarang untuk mendirikan
industri daging besar-besaran.
Contoh ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan adalah
lebih dari sekedar kumpulan acak-acakan dari
kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma. Kebu dayaan
itu merupakan suatu struktur yang tersusun sangat
rapi di mana suatu