7-Industrialisasi Dan Perkembangan
7-Industrialisasi Dan Perkembangan
Selanjutnya penemuan baru pengolahan besi & mesin uap shg mendorong
inovasi Baja, kereta dan kappa tenaga uap.
Industri diklasifikasikan:
1
a) Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan
mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada
tahap selanjutnya
b) Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin),
barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk
konsumsi
A. Pertumbuhan output.
Pertumbuhan output yang tinggi disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi.
Pertumbuhan PDB 3 sektor penting di LDCs sebagai berikut:
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Berkembang 1970 -1995 (%)
Sektor Laju Pertumbuhan Rata rata Pangsa dari Kontribusi thd
Pertumbuhan PDB
Pertanian 2,7 3,4 2,4 2,9 10,5 16 8,2 13,9
Manufaktur 6,8 4,6 6,9 5,9 21,3 26 32,1 22,9
Jasa 6,3 3,6 4,5 4,9 50,3 49,4 46,4 47,6
PDB 5,7 3,5 4,7 4,6 100 100 100 100
Laju pertumbuhan output rata rata pertahun untuk sektor manufaktur (22,9 %) lebih
tinggi dari pertanian (13,9%) periode 1970 – 1995.
Kontribusi thd pertumbuhan PDB 1970 – 1980 (21,3 %) & 1990 – 1995 (32,1%)
Pertmbuhan output sektor manufaktur karena permintaan eksternal ekspor tinggi
Sumber Utama Pertumbuhan PDB menurut Tiga Sektor di Negara Asia Timur & Tenggara 1970
-1995 (%)
Sektor Laju Pertumbuhan Rata rata Pangsa dari Kontribusi thd
Pertumbuhan PDB
Pertanian 1,9 3,2 3,3 2,7 23,6 22,4 22,1 26,2
Manufaktur 4,3 6,9 4,6 5,4 15,5 17,2 15,9 15,0
Jasa 4,3 6,2 5,1 5,2 49,4 49,4 52,7 46,1
PDB 3,3 5,3 4,5 4,3 100 100 100 100
Laju pertumbuhan PDB wilayah ini rata rata pertahun 7,4% periode 1970 – 1995 lebih
tinggi dari pertumbuhan PDB dunia 2,9 % dan laju pertumbuhan PDB negara
berkembang 4,6 %
2
a) Penawaran aggregat perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material baru
untuk produksi
b) Permintaan aggregat peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume
& pola konsumsi
Distribusi PDB Per Sektor pada Harga Konstan 1983 -1998 (Milyar Rupiah)
Sektor 1983 Harga Konstan 1993
1993 1994 1995 1996 1997 1998
Primer: 33,872 90,460 92,553 97,387 101,567 103,006 102,341
1. Pertanian 17,765 58,963 59,291 61,885 63,828 64,478 64,988
2. Pertambangan 16,107 16,107 31,497 33,262 35,502 37,739 38,538
Sekunder: 14.807 99,359 112,210 125,127 140,061 148,456 121,465
1. Manufaktur 9,896 73,556 82,649 91,637 102,260 107,630 94,848
2. Listrik, gas & Air 314 3,290 3,703 4,292 4,877 5,480 5,582
3. Konstruksi 4,597 22,513 25,585 29,198 32,914 35,346 21,035
Tersier: 28,944 139,956 149,880 161,279 172,170 181,785 152,246
1. Perdag, Hotel,
Restoran 11,419 55,298 59,504 64,231 69,475 73,524 60,253
2. Transportasi &
Komunikasi 4,098 23,249 25,189 27,329 29,701 31,783 26,975
3. Bank & 2,359 14,005 15,945 18,109 18,887 19,956 13,173
Keuangan
4. Penyewaan & 2,356 9,695 10,087 10,643 11,266 11,826 9,476
Real 8,712 37,709 39,155 40,967 42,841 44,696 42,369
Estate
5. Jasa Lainnya
PDB 77,623 329,776 354,641 383,792 413,797 433,246 376,051
Sejak th 1983 -1990 Sektor primer turun, sedangkan sector sekunder & tersier
meningkat
Dekade 1980, Pangsa PDB sector primer lebih tinggi dari industri manufaktur
1990 Pangsa PDB sector manufakturlebih tinggi dari sektor premier
Lju pertumbuhan sektor primer lebih lambat dari sektor sekunder dan tersier
Tahun 1995 Pertumbuhan PDB 4,38 % dan th 1998 menurun sampai menjadi 0,22%
sebagai akibat krisis
Listrik Gas & Air mampu bertahan thd krisis
Pertanian tetap tumbuh karena ekspor mengalami pertumbuhan positif sebagai
akibat dari kurs rupah yang jatuh, shg harga produk murah
3
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri:
4
NTM = Nilai tambah manufaktur, EM = Ekspor manufaktur, E4 = Ekspor 4 produk
unggulan: kayu lapis, tekstil, pakaian jadi dan alas kaki.
D. Ekspor
Kinerja ekspor dapat digunakan untuk mengukur hasil pembangunan industry
manufaktur.
E. Ketergantungan Impor
5
Ketergantungan terhadap impor juga merupakan indicator keberhasilan pembangunan
sector industry.
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1. Kelemahan struktural
Basis ekspor & pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai banyak
sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,
Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &
pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah
terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan
harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor
internal seperti tuntutan kenaikan upah
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti
kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan
dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas
45%
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada
impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi.
6
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &
komponen dari LN
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan
pemasaran masih terbatas
Konsentrasi regional
2. Kelemahan organisasi
7
8