Disusun Oleh:
dr. Erwin Prasetyo Ardy
Pendamping:
dr. Nia Tri Mulyani
dr. Jauhar Muhammad
Oleh:
dr Erwin Prasetyo Ardy
Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia
di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Mengetahui,
Pendamping Internship
3. Riwayat Pengobatan :
-
4. Riwayat keluarga :
Riwayat penyakit serupa disangkal.
Riwayat keluarga dengan alergi disangkal
5. Riwayat Sosial ekonomi:
Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Orang tua pasien merupakan pedangan di
pasar. Pembiayaan menggunakan BPJS PBI.
Kesan social ekonomi kurang
6. Lain-lain:
-
PEMERIKSAAN FISIK :
❖ Keadaan umum : kesakitan
❖ Kesadaran : compos mentis
❖ Berat badan : 20 kg
❖ Vital signs
Nadi : 112 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu tubuh : 36.7 ° C per aksilla
❖ Kepala : Mesosefal
❖ Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem palpebra (-/-)
❖ Mulut / Hidung: sianosis (-), nafas cuping hidung (-), discharge (-)
❖ Leher : limfonodi tak teraba, JVP tidak meningkat, deviasi trakea (-)
❖ Thoraks :
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
❖ Abdomen
Inspeksi : supel, cembung, distensi (-), asites (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), lien dan hepar tidak teraba,
defans muskuler (-)
❖ Ekstremitas
- Edema :(-/-/-/-) , - Akral dingin : (-/-/-/-)
- Capillary refill : 1-2 detik, - Pucat (-/-/-/-)
- Kuku sendok (-/-/-/-)
❖ Status Lokalis:
Cruris dextra: bengkak (+), deformitas (+), Nyeri tekan (-), ROM terbatas (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Radiologi
Laboratorium (11/08/18)
Hemoglobin : 12.3 mg/dl
Leukosit : 7.300/ul
Hematokrit : 33,2 %
Trombosit : 280.000/ul
Golongan darah : B
Rhesus : Positif
Diff count : E/B/N/L/M : 0/2/60/18/1
DIAGNOSIS
Closed fracture os tibia fibula dextra 1/3 distal
TERAPI
- IVFD RL 15 tpm
- Inj paracetamol 250 mg (ekstra)
- Inj paracetamol 200 mg/8 jam
- Konsul SpOT
Daftar Pustaka :
1. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th
edition. London: Hodder Arnold. 2010. 687-9, 897-904, 916-8.
2. Koval KJ, Zuckerman JD. Handbook of Fractures 3rd edition. New York: Lippincott William
Wilkins. 2006.
3. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer. 2006. 59-61.
Hasil pembelajaran :
1. Mengetahui definisi fraktur
2. Mengetahui etiologi dan klasifikasi fraktur
3. Mengetahui manifestasi klinis fraktur
4. Mengetahui cara penegakan diagnosis fraktur
5. Mengetahui penatalaksaan fraktur
1. Subyektif:
- Keluhan utama nyeri kaki kanan
- Nyeri dirasakan setelah KLL ± 1 jam SMRS.
- Mekanisme trauma terserempet mobil kemudian terperosok masuk kedalam got
- Keluhan disertai keterbatasan gerak (+), pingsan (-), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-
), nyeri pada bagian lain (-)
2. Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik ditemukan:
Kesadaran compos mentis dan keadaan umum tampak kesakitan
VS : Nadi:112 x/m, RR: 20 x/m, Suhu: 36.7C
Status lokalis: Cruris dextra: bengkak (+), deformitas (+), Nyeri tekan (-), ROM terbatas
(+), luka terbuka (-)
3. Assesment
Closed fracture os tibia fibula dextra 1/3 distal
4. Planning
Terapi
- IVFD RL 15 tpm
- Inj paracetamol 250 mg (ekstra)
- Inj paracetamol 200 mg/8 jam
- Konsul SpOT
Edukasi
Edukasi bahwa pasien menderita patah tulang kaki kanan dan harus dilakukan perbaikan
dengan cara operasi
Hasil Follow Up
19 Desember 2018
Subjektif :
Nyeri pada kaki kanan, puasa sejak jam 10.00. riwayat operasi (-), riwayat alergi (-)
Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : Nadi : 90x/m, RR: 20x/m, Suhu 36,2
Assessment :
Closed fracture os tibia fibula dextra 1/3 distal
Planning :
- Pro reposisi gips hari ini
- Konsul anastesi → acc GETA
20 Desember 2018
Subjektif :
Nyeri pada daerah operasi
Objektif :
KU/Kes : baik/CM
Vital sign : Nadi : 100x/m, RR: 18x/m, Suhu 36,8
Assessment :
Closed fracture os tibia fibula dextra 1/3 distal post reposisi gips H+1
Planning :
- Boleh pulang
- Terapi pulang → cefadroxil syrup 2x1½ cth, ibuprofen syrup 2x2 cth
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian (Definisi) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai
pembuluh darah, otot dan persarafan.
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada
tibia. Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-
pasien usia lanjut yang terjatuh, dan pada populasi ini sering
ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka dengan fraktur
kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang
paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor.
2. Anamnesis Penderita biasanya datang dengan suatu trauma (traumatic fraktur),
baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan
ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis
harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi
di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi ditempat lain. Trauma
dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda
berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma
olah raga. Penderita biasanya datang karena nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi
atau datang dengan gejala-gejala lain.
3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
• Syok, anemia atau perdarahan.
• Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan
abdomen.
• Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit
Paget).
Klasifikasi Klinis :
• Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
• Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat
berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar)
a. Derajat I :
- Luka < 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka
remuk
- Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif
ringan
- Kontaminasi minimal
b. Derajat II
- Laserasi > 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur derajat III terbagi atas:
- Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas, atau fraktur segmental /
sangat kominutif yang dsebabkan oleh trauma berenergi
tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
- Kehilangan jaringan lunak dengan besarnya fraktur
tulang yang terpapar atau kontaminasi massif
- Luka pada pembuluh arteri
• Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi
perlu dinyatakan apakah fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana
yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga mengalami fraktur
serta bentuk fraktur itu sendiri. Konfigurasi fraktur dapat menentukan
prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan
fraktur transversal lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang
kurang. Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata
pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau
fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya
cara yang dapat membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat
penting untuk visualisasi fraktur secara tepat pada tempat yang sukar.
Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan
yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.
9. Penatalaksaan Non Operatif
1. Reduksi
Reduksi adalah terapi fraktur dengan cara mengantungkan kaki
dengan tarikan atau traksi.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dengan menggunakan bidai. Bidai dapat dirubah
dengan gips dalam 7-10 hari, atau dibiarkan selama 3-4 minggu.
3. Pemeriksaan dalam masa penyembuhan
Dalam penyembuhan, pasien harus di evaluasi dengan
pemeriksaan rontgen tiap 6 atau 8 minggu. Program
penyembuhan dengan latihan berjalan, rehabilitasi ankle,
memperkuat otot kuadrisef yang nantinya diharapkan dapat
mengembalikan ke fungsi normal.
Operatif
Penatalaksanaan Fraktur dengan operasi, memiliki 2 indikasi, yaitu5:
a. Absolut
- Fraktur terbuka yang merusak jaringan lunak, sehingga
memerlukan operasi dalam penyembuhan dan perawatan
lukanya.
- Cidera vaskuler sehingga memerlukan operasi untuk
memperbaiki jalannya darah di tungkai
- Fraktur dengan sindroma kompartemen
- Cidera multipel, yang diindikasikan untuk memperbaiki
mobilitas pasien, juga mengurangi nyeri.
b. Relatif , jika adanya:
- Pemendekan
- Fraktur tibia dengan fibula intak
- Fraktur tibia dan fibula dengan level yang sama