Anda di halaman 1dari 34

PRESENTASI KASUS

LAKI LAKI BERUSIA 57 TAHUN DENGAN CLOSED FRACTURE


PATELLA SINISTRA

Oleh:

Chrysilla Dita 112019166

Periode : 12 September – 19 November 2022

Pembimbing:
dr. Arimurti Pratianto Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi referat dengan judul:


Laki Laki Berusia 57 Tahun dengan Closed Fracture Patella Sinistra

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Bedah RSAU Dr. Esnawan Antariksa periode 12 September – 19 Oktober
2022

Disusun oleh:
Chrysilla Dita
112019166

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Arimurti Pratianto Sp.OT

Selaku dokter pembimbing Departemen Bedah Orthopedi RSAU Dr. Esnawan


Antariksa

Jakarta, 3 November 2022


Pembimbing,

dr. Arimurti Pratianto Sp.OT

2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UKRIDA
LEMBAR PENILAIAN

Nama  Chrysilla Dita


NIM 112019166
Tanggal 3 November 2022
Judul kasus Closed Fracture Patella Sinistra
Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data          
Analisa masalah          
Penguasaan teori          
Referensi          
Pengambilan keputusan klinis          
Cara penyajian          
Bentuk laporan          
Total  
Nilai %= (Total/35)x100%  
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)
 
Komentar penilai

Nama Penilai
Paraf/Stempel

dr. Arimurti Pratianto, Sp.OT

3
STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. DS
Umur : 57 Tahun 4 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Alamat : Jl. Radar Auri RT 03 05 Cisalak, Depok
Pekerjaan : Veteran AU
No. RM : 109561
Tanggal Masuk : 19 Oktober 2022
Tanggal Periksa : 20 Oktober 2022

2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan lutut sebelah kiri sulit untuk diluruskan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki berusia 57 tahun datang ke Poli Orthopedi RSAU dr.
Esnawan Antariksa dengan keluhan lutut sebelah kiri yang terasa tidak
nyaman jika berjalan dan sulit untuk diluruskan.
Pasien mengatakan keluhan ini pertama kali muncul setelah pasien
sempat kecelakaan lalu lintas tanggal 4 Juli yang lalu ( 3 bulan yang lalu)
dan terjatuh dan bagian tubuh yang terbentur ke aspal adalah lututnya
terlebih dahulu. Awalnya pasien mengatakan kakinya sempat bengkak,
kaku dan tidak bisa bergerak dan kemudian keluhan menghilang setelah 2
minggu. Pasien mengatakan sempat mengurut kaki nya akan tetapi tidak
membaik. Pasien belum pernah meminum obat untuk keluhannya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

4
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat operasi : Pasien pernah operasi di bagian tangan
tahun 2019.
Riwayat terjatuh : KLL 3 bulan yang lalu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat tumor/benjolan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal

5. Riwayat Kebiasaaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat konsumsi obat bebas : disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan pensiun AU
Pasien berobat dengan fasilitas BPJS

7. Riwayat Nutrisi
Pasien makan 3 x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur bervariasi,
terkadang makan buah-buahan.

3. ANAMNESA SISTEMIK
Kepala : Nyeri kepala (-)
Mata : Pandangan kabur (-/-), pucat (-/-), pandangan dobel (-/-),
mata kuning (-/-)

5
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-/-), keluar cairan (-/-),
berdenging (-/-)
Mulut : Mulut kering (-), bibir biru (-), sariawan (-), gusi
berdarah (-), bibir pecah - pecah (-)
Tenggorokan : Nyeri telan (-)
Respirasi : Sesak (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-), mengi (-)
Cardiovascular : Nyeri dada (-), pingsan (-), kaki bengkak (-), keringat
dingin (-), lemas (-)
Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), perut terasa panas (-), kembung (-),
sebah (-), muntah darah (-), BAB warna hitam (-), BAB
lendir darah (-), BAB mringkil (-)
Genitourinaria : BAK warna kuning jernih, nyeri saat BAK (-)
Muskuloskeletal : Lemas (-), kaku sendi (-)
Ekstremitas :
Atas : Pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/-), luka (-/-), terasa
dingin (-/-), nyeri (-/-)
Bawah : Pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak (-/+), luka (-/-),
terasa dingin (-/-), nyeri (-/-)

4. PEMERIKSAAN FISIK
I. PRIMARY SURVEY
1. Airway : Clear
2. Breathing : Pengembangan dinding dada kanan = kiri, RR 20
x/menit, krepitasi (-/-), sonor/sonor
3. Circulation : TD 122/88 mmHg, HR 80 x/menit, CRT < 2 detik
4. Disability : KU sakit ringan GCS E4V5M6 Composmentis
5. Exposure : Suhu 37,3o C

II. SECONDARY SURVEY


a. Kepala : Tidak ada kelainan

6
b. Mata : Hematom periorbita (-/-), mata kemerahan (-/-),
conjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)
c. Telinga : Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri
tragus (-)
d. Hidung : Darah (-), bentuk simetris, napas cuping hidung (-),
sekret (-),
e. Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), swelling
(-)
f. Leher : Pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-),
nyeri tekan (-), JVP tidak meningkat
g. Thoraks : Normochest, simetris
h. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-)
i. Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler normal pada kedua lapang
paru, suara tambahan (-/-)
j. Abdomen
Inspeksi : Distended (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-)
k. Ekstremitas :

7
Status Lokalis
R: Regio Genu Sinistra
L: Skin intak (+), swelling (+), hipermis (-), hematom (-), bekas luka
operasi(-), deformitas(-)
F : Nyeri tekan (-) , Synofial Thickening (-), Pulsasi a. Poplitea
teraba (+), Celah fraktur patella sinistra (+)
M : ROM knee terbatas nyeri
• Passive knee extension: sinistra (-)
• Active knee extension: sinistra (-)
• Passive knee flexion: sinistra (+)
• Active knee flexion: sinistra (+)
• Internal Rotation knee : sinistra (+)
• External Rotation knee : sinistra (+)
• Crepitus: sinistra (-)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Foto Genu Joint AP+ LATERAL Sinistra di RSAU dr. Esnawan
Antariksa (22/09/2022)

8
• Fraktur os. Patella kiri dengan posisi tak segaris, tampak fragmen fraktur
angulasi
• Os genu lainnya intak
• Sela sendi menyempit
• Tidak tampak osteophyte
• Jaringan lunak edema

 Foto Thorax PA di RSAU dr. Esnawan Antariksa (27/09/2022)

⁃ Cor: CTR 50%


⁃ Aorta dan mediastinum baik
⁃ Paru: Tidak tampak infiltrate
⁃ Hilus baik
⁃ Sudut costofrenicus, diafragma baik
⁃ Kesan: Cor/ Pulmo dalam batas normal

 Laboratorium darah (4 Oktober 2022)

9
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
KIMIA KLINIK
Glukosa 93 mg/dl 60-100
Puasa
Glukosa 2 168* mg/dl <140
Jam PP
Profil HbA1C
HbA1C 7.5* % Normal <5.7
Prediabetes 5.7-6.4
Diabetes >6.5

 Laboratorium darah (17 Oktober 2022)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


HEMATOLOGI RUTIN
Hb 13.7 g/dl 12.0-15.6
HCT 42 % 33-45
Leukosit 8 103 / L 4.5 – 11.0
Trombosit 330 103 / L 150 – 450
HEMOSTASIS
PT 13.6 Detik 10.0-15.0
CONTROL PT 14.7
APTT 35.2 Detik 20.0-40.0
Control APTT 44.5*
DIFF COUNT
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 2-4
Neutrofil Batang 3 % 3-5
Neutrofil 64 % 50-70
Segmen

10
Limfosit 27 % 25-40
Monosit 4 % 2-8
SEROLOGI
HBsAg Nonreactive   Nonreactive
Anti HIV Nonreactive Nonreactive
Anti HCV Nonreactive Nonreactive

6. ASSESMENT
 Closed Fracture Patella Sinistra

7. PLANNING
- Pro ORIF Patella elektif

8. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam

9. RESUME
Pasien laki-laki berusia 57 tahun datang ke Poli Orthopedi RSAU dr. Esnawan
Antariksa dengan keluhan lutut sebelah kiri yang terasa tidak nyaman jika
berjalan dan sulit untuk diluruskan. Pasien mengatakan keluhan ini pertama
kali muncul setelah pasien sempat kecelakaan lalu lintas tanggal 4 Juli yang
lalu ( 3 bulan yang lalu) dan terjatuh dan bagian tubuh yang terbentur ke aspal
adalah lututnya terlebih dahulu. Awalnya pasien mengatakan kakinya sempat
bengkak, kaku dan tidak bisa bergerak dan kemudian keluhan menghilang
setelah 2 minggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Celah fraktur patella
sinistra (+), dan pasien tidak dapat melakukan passive dan active knee
extension.

11
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil xray genu sinistra AP+Lateral
yaitu Fraktur os. Patella kiri dengan posisi tak segaris, tampak fragmen fraktur
angulasi dan pada pemeriksaan HbA1C hasilnya 7.5 (Diabetes).
Pasien kemudian dioperasi ORIF patella dengan pemasangan K-Wire.
1 minggu Post-op pasien kembali ke Poli Orthopedi dan mengatakan sudah
bisa mengangkat kaki dalam posisi ekstensi.
Prognosis pasien dubia ad bonam.

10. LAPORAN OPERASI


1. Pasien dalam posisi supinasi di meja operasi
2. Dilakukan anestesi spinal
3. Disinfeksi dan demarkasi daerah operasi
4. Insisi pada genu, kemudian dilakukan ORIF dengan pemasangan K-Wire
5. Cek stabilitas
6. Cuci luka
7. Jahit jaringan
8. Operasi selesai

11. INSTRUKSI POST OP


 Ceftriaxone inj. IV 1gr
 Ketorolac inj. IV 30mg
 Ranitidine inj. IV 50mg

12
 Pemeriksaan Lanjutan: Foto Post ORIF Genu sinistra AP+LATERAL

Follow Up
S: Nyeri (+) pada lutut bagian kiri bekas operasi, meluruskan kaki sudah bisa.
O: SG: dalam batas normal
SL:
L : Skin intak (+), Swelling (-), Hiperemis (-), Hematom (-), Bekas luka operasi
(+), Deformitas (-),
F : Nyeri tekan (+) , Pulsasi a. Poplitea teraba (+)
M : ROM knee terbatas nyeri
• Passive knee extension: sinistra (+)
• Active knee extension: sinistra (+)
• Passive knee flexion: sinistra (+)
• Active knee flexion: sinistra (+)
• Internal Rotation knee : sinistra (+)
• External Rotation knee : sinistra (+)

A: Post-op ORIF Patella Sinistra


P:
 Monitoring Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, Hasil
pemeriksaan penunjang, kondisi luka operasi, Perbaikan Movement.
 Edukasi mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur, Latihan
pergerakan, mengikuti fisioterapi teratur.

13
TINJAUAN PUSTAKA
Patella
a. Anatomi
Patella adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga,
berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam
keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke
cranial dan ke caudal. Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies
articularis lateralis bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis.
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae
berada di bagian distal.
Margo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk apex patellae.

Articulatio Genu
Sendi lutut merupakan sendi sinovial terbesar pada tubuh. Sendi lutut terdiri dari
3, yaitu:
1. Articulation tibiofemoralis lateralis:Antara condylus lateralis femoris,
meniscus lateralis, dan condylus lateralis tibiae
2. Articulation tibiofemoralis medialis:Antara condylus femoris, meniscus
medialis dan condvlusmedialis tibiae
3. Articulation patellofemoralis:Antara patella dengan fascies patellaris
femuris

14
Permukaan Artikular
Permukaan artikular dari tulang pembentuk sendi lutut dilapisi oleh kartilago
hialin. Permukaan utama yang terlibat adalah:
 Kedua kondilus femoralis
 Aspek superior dari kondilus tibialis

15
Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk oleh
tendo m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi cranial patella dan
ligamentum patellae vang melekat pada tepi caudal patella dan pada tubberositas
tibiae. Pada setiap sisi patella capsula articularis terdiri dari retinaculum patellae
mediale at laterate, yang merupakan perluasan dan m.vastus medialis dari
m.vastus lateralis. Retinaculum laterale diperkuat oleh serabut-serabut dari tractus
iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps femoris capsula articularis dibagian
anterior dan ligamentum patellae meniadi tegang. Ligamentum capsulare pada sisi
articulatio genus meluas (melekat) dari condylus femoris sampai di condylus
tibiae.
Sebuah otot vang kecil dan pipih, yaitu musculus articularis genus dapat
membaur dengan musculus vastus intermedius. Ke proksimal otot ini melekat
pada bagian distal anterior femur, dan ke distal pada simpai synovial articulatio
genus. Sewaktu dilakukan ekstensi tungkai bawah, maka m.articularis genus
menarik simpai synovial ke proksimal supaya simpai tidak terjepit antara patella
dan femur.

16
Meniskus
Ada dua meniskus, yang merupakan fibrokartilago berbentuk C, pada
sendi lutut, satu pada sisi medial (meniskus medialis) dan lainnya pada sisi lateral
(meniskus lateralis). Keduanya melekat pada faset regio interkondilar dari plateau
tibia.

17
Membran Sinovial
Membran sinovial dari sendi lutut melekat pada tepi permukaan artikular
dan tepi luar superior dan inferior dari meniskus. Pada bagian posterior,
membrane sinovial memisahkan membran fibrosa kapsul sendi pada tiap sisi
ligament krusiatum posterior dan melingkar kedua ligamentum yang memisahkan

18
mereka dari rongga sendi. Pada bagian anterior, membran sinovial terpisah dari
ligament patellar olen bantalan lemak intrapatellar (infrapatelar fat pad)

Ligamentum
Ligamen mayor yang berhubungan dengan sendi lutut adalah ligamen
patela, ligamen kolateral tibia (medial) dan fibula (lateral), dan ligamen krusiatum
anterior dan posterior. Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar
dan berada pada bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum
ini melekat pada epicondylus medialis femoris, dan di sebelah caudalis berbentuk
lebar, melekat pada condylus medialis tibiae dan pada bagian cranialis corpus
tubiae. Serabut-serabut bagian profunda melekat pada tepi luar meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada
capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus lateralis
femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae. Bagian posterior capsula articularis
mengadakan perlekatan pada bagian cranial condylus femoris dan fossa
intercondyloidea femoris dan pada bagian proximal tibiae. Suatu perluasan dari
capsula articularis, yang dinamakan ligamentum popliteum arcuatum,
mengadakan perlekatan pada capitulum fibulae. Bagian sentral dari capsule
articularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum, yang merupakan
perluasan dari tendo m.semimembranosus. dan arahnya cranio-lateral, melekat

19
pada condylus lateralis tibiae. Bagian tepi dari facies posterior capsula articularis
tipis dan ditutupi oleh caput medial dan caput lateral m.gastrocnemius.
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat kuat,
melekat pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula articularis, tetapi tetap
berada di sebelah superficialis dari membrana synovialis. Ligamentum ini
diberikan nama yang sesuai dengan tempat origonya pada tibia. Ligametum
cruciatum anterius melekat di sebelah ventral eminentia intercondyloidea tibia, di
antara kedua buah meniscus, dan menuju kepada facies medialis condylus lateralis
femoris serta mengadakan perlekatan di tempat ini. Ligamentum cruciatum
posterior mengadakan perlekatan pada tepi posterior permukaan ujung proximal
tibia, berada di antara kedua meniscus, berjalan ke ventral mengadakan perlekatan
pada facies lateralis condylus medialis femoris.

Peredaran Darah dan Inervasi


Peredaran darah ke sendi lutut terutama oleh cabang desenden dan
genikular dari arteri femoral, popliteal, dan femoral sirkumfleks lateral pada paha
(tungkai atas) dan arteri libularis sirkumfiersa dan cabang recurrent dari arter
tibialis anterior pada tungkai bawah. Pembuluh darah ini membentuk jaringan
anastomosis di sekitar sendi. Arteria-arteria genu adalah arteria superior lateralis
genus, arteria superior medialis genus, arteria media genus dan arteria inferior

20
lateralis genus dan inferior medialis genus. Arteri ini membentuk rete articulare
genus sekeliling lutut.

Innervasi
Berasal dari tiga sumber, yaitu:
 N.femoralis, melalui ramus muscularis yang menuju ke m.vastus medialis;
 Ramus genicularis yang dipercabangkan oleh n.tibialis dan n.peroneus
communis (n.ischiadicus);
 N.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti arteria
femoralis menuju ke fossa poplitea.

Fraktur Patella
Definisi
Fraktur patella merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai
dengan rusaknya atau terutusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan yang terjadi pada os patella.

21
Epidemiologi
Fraktur patella cukup jarang terjadi, angka kejadiannya mencapai 1 % dari
semua fraktur yang ada. Kejadian tertinggi terutama ditemukan pada usia 20
sampai 50 tahun dimana laki-laki 2 kali lebih sering mengalami fraktur patella
daripada perempuan.

Etiologi
Fraktur patella dapat disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak
langsung. Jatuh tereleset misalya dapat menyebabkan teriadinya kontraksi dari
m.quadriceps femoris sebagai upaya untuk mempertahankan keseimbangan
sehingga memungkinkan terjadinya fraktur. Kegagalan dari os patella menahan
beban tarikan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur transverse patella
yang berhubungan dengan robeknva retinaculum medial dan lateral. Benturan
langsung pada patella dapat menyebabkan terjadinya fraktur longitudinal, stellata
atau comminuted.

Patofisiologi Fraktur Patela


Mekanisme fraktur
1. Trauma langsung/Direct
Disebabkan karena lutut terbentur dengan lantai, atau pukulan
terhadap benda martil yang menarik tulang hingga terpisah (disertai
robeknya bagian ekstensor). Biasanya jenis patahnya comminutiva
(stellate), pada jenis patah ini quadrisep expansion tidak ikut robek,
hal ini menyebabkan penderita masih dapat melakukan extensi lutut
melawan gravitasi.
2. Trauma tak langsung/Indirect
Karena tarikan yang sangat kuat dan otot quadrisep yang membentuk
musculotendineus melekat pada patella, sering terjadi pada penderita
yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu

22
dalam posisi lutut fleksi dan otot quadrisep kontraksi secara keras
untuk mempertahanakan kestabilan lutut. Biasanya garis patahnya
transversal disertai celah diantara fragmen-fragmennya.
Klasifikasi
Secara umum, fraktur patella dikategorikan berdasarkan tingkat
pergeserannva dan konfigurasi garis fraktur, tetapi tidak bisa menilai tingkat
cedera permukaan artikular, yang secara signifikan mempengaruhi dampak dari
fraktur. Klasifikasi fraktur patella dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

a. Fraktur Osteochondral
Melibatkan beberapa bagian dari facet medial dan disertai dengan
dislokasi patella. Operasi diperlukan untuk menghilangkan jaringan
longgar intraartikular dan memperbaiki mekanisme quadriceps untuk
mencegah dislokasi berulang. Fraktur ini tidak dapat terlihat dengan foto
rontgen anteroposterior dan lateral patella, namun hanya dapat
tervisualisasi dengan skyline proyeksi radiografi patella dengan
menggunakan Computer Assisted Tomography (CAT) dengan posisi
pasien supinasi dan lutut dalam posisi 45°.
b. Fraktur Stellate

23
Fraktur patella yang tidak bergeser atau fraktur vertikal. Kontinuitas dari
mekanisme quadriceps tidak terganggu dan bagian retinacula tidak robek.
Fraktur tidak disertai dengan dislokasi dan tidak diperlukan pembedahan.
c. Fraktur Transversal
Terjadi ketika terjadi kontraksi kuat dari otot quadriceps pada saat jatuh
terpeleset. Akan mengakibatkan avulsi dari tendon quadricepsatau
tendon infrapatellar dan dapat teriadi fraktur transversal patella yang
disertai dengan robekan dari ekspansi retinacular.

Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan
2. Bagian lutut meniadi memar dan bengkak
3. Pada fraktur vatella dengan displaced ditemukan celah pada patella dan
fragmen patella serta kelemahan dalam mengekstensikan kaki melawan
gravitasi
4. Pada fraktur non displaced tidak ditemukan kelainan pada palpasi

Diagnosis
Pemeriksaan fisik
A. Look: Adanya deformitas, seperti bengkak, hemartrosis, fragmen
tulang (Pada fraktur terbuka)

24
B. Feel: Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, terdapat ruang/celah
pada fragmen patella
C. Move: Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur terutama saat
fleksi dan ekstensi akibat kontraksi otot quadriceps
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan rule
of two yang terdiri dari:
 Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior dan lateral
 Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal dan distal
 Memuat dua ekstremitas (terutama pada anak-anak) baik yang
cedera maupun tidak (untuk membandingkan dengan yang normal)
 Dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah tindakan

Radiologi
Pemeriksaan radiologi meliputi foto x-ray AP, lateral, dan axial.
Memperlihatkan gambaran satu atau lebih garis fraktur yang halus tanpa
pergeseran. Dan dapat terlihat gambaran banyak garis fraktur dengan pergeseran
yang tidak teratur atau fraktur transverse dengan celah diantara fragmen >3mm,
dan disertai dengan robekan dari ekspansi ekstensor.

25
Computed tomography dianjurkan hanya untuk evaluasi gangguan
artikular dalam kasus nonunion, malunion dan gangguan alignment patella-
femoral. Pemeriksaan scintigraphic (MRI) dapat membantu dalam diagnosis stress
fraktur dan mendiagnosa defek tulang kartilago.

Penatalaksanaan
Penanganan fraktur patella didasarkan pada morfologi frakturnya.
Pemilihan penanganan yang ada meliputi tindakan nonoperatif, tension band
wiring, lag screw fixation, patellectomy parsial, patellectomy parsial
dikombinasikan dengan tension band wiring, dan patellectomy total.
 Undisplaced atau Fraktur dengan pergeseran minimal.
Jika terdapat hemartrosis harus diaspirasi. Mekanisme ekstensor
tetap utuh dan terapi utama adalah perlindungan. Gips yang
mempertahankan bagian lutut secara lurus dipakai selama 3-4 minggu dan
selama itu pula latihan quadriceps dilakukan tiap nari. Imobilisasi dengan
menggunakan cylinder cast disertai dengan terapi weight bearing.
 Fraktur comminuted
Ekspansi ekstensor tetap utuh dan pasien masih dapat mengangkat
kakinya. Tetapi, permukaan bawah patella tidak teratur dan terdapat resiko
kerusakan pada sendi patelofemoral vang membahayakan. Karena alasan

26
ini banyak yang menganjurkan patelektomy (untuk semua derajat
pergeseran). Sebagian berpendapat bahwa patella dapat dipertahankan
kalau pergeseran fragmen tidak hebat, suatu backslab dipasang tetapi
dilepas beberapa kali sehari untuk melakukan latihan untuk membentuk
fragmen ke dalam posisinya dan untuk mempertahankan mobilitas.
 Fraktur Patella Displaced
Ekspansi lateral robek dan seluruh mekanisme ekstensor
terganggu. Operasi sangat diperlukan dengan fiksasi internal fragmen
dipertahankan berlawanan dan ekspasi ekstensor diperbaiki. Difiksasi
dengan dua Stiff Kirschner wires

Biomechanical Considerations
Gaya yang berasal dari quadriceps pada fraktur patella yang signifikan dan
menyebabkan kegagalan fiksasi awal. Sebagai contoh, fiksasi sekrup saja secara
umum akan gagal. Selain itu, tujuan dari fiksasi adalah untuk memungkinkan
rentang gerakan lutut (ROM). Dalam kebanyakan kasus, stabilitas yang
diperlukan untuk fraktur patella adalah tension band wiring. Jika patella diikat
dengan wire secara sirkumverensial, kondisi patella dapat dipertahankan asalkan
lutut tidak dalam kondisi fleksi dan otot quadriceps tidak berkontraksi. Saat lutut
ditekuk, gap dari fraktur dan kontur patella akan berubah dan kesesuaian
pergerakan hilang. Fleksi lutut mengakibatkan peningkatan kompresi dari fraktur
dan kontraksi quadriceps jika pergerakan lutut bebas tanpa menyebabkan fragmen
pada gap fraktur. Dengan pemasangan anterior figure eight wire sebagai fiksasi
patella saat lutut posisi fleksi.

27
Indikasi Operasi Fraktur Patella
 Fraktur terbuka
 Pergeseran/Displaced >3mm
 Jarak dari synovial surface >2mm
Kontraindikasi dari operasi Fraktur patella :
⁃ Nondisplaced atau fraktur dengan pergeseran minimal
⁃ Inflamasi mikroba aktif disertal dengan fraktur

Teknik Operasi Internal Fixation


⁃ Pasien diposisikan supinasi pada meja operasi dan dipasang tourniquet
pada daerah femur
⁃ Daerah patella dan sekitarnya dilakukan asepsis

28
⁃ Insisi longitudinal pada garis tengah lebih sering dilakukan daripada insisi
transversal untuk melihat osteosintesis dari fraktur comminuted dan agar
pemasangan circular wire lebih mudah saat melewati curvature tibialis.
⁃ Menggunakan teknik outside-in, borr K-wire pertama dengan arah axial.
K-wire yang kedua dibor secara paralel dengan K-wire pertama untuk reduksi dari
fragmen. Kemudian fragmen tulang direduksi secara manual dengan forceps
reduction. Kemudian ujung dari K-wire dapat dipotong dengan menggunaan K-
wire cutter.
⁃ Setelah itu, sepotong kawat ~ 30cm panjang dan d=1 mm harus melewati
sumbu pusat dan perifer patella, melalui tendon quadriceps anterior. Kemudian
figure of eight dipasang sebagai tension band. Kedua ujung kawat dikencangkan
sampai pemadatan tercapai, kawat dikencangkan dengan cara diputar spiral 5 kali
untuk mencegah kegagalan fiksasi. Lutut difleksikan lebih dari 90° dan dengan
demikian permukaan fraktur dan fragmen tulang dapat menyatu.
Tension band wire melewati quadriceps dan tendon patella sebelum terikat
diatas permukaan anterior patella. Pada saat fleksi, patella tertarik oleh pergerakan
intracondylar dan fraktur tertutup disertai dengan fragmen akibat kompresi axial.
Wire harus terikat pada kedua sisi untuk memastikan kompresi pada
fraktur serta untuk memastikan ketepatan pemasangan dan pergerakan tendon
yang baik. Daerah fraktur patella harus direduksi dalam posisi lutut ekstensi saat
wire mulai diikatkan. Jika lutut difleksikan sampai 90°, manuver ini dapat
menempatkan bagian permukaan fraktur dibawah kompresi, menutup fisura
artikular tanpa gap anterior atau distorsi patella. Kompresi dapat juga digunakan
lag screw, teknik yang dibutuhkan untuk fraktur bagian distal jika menggunakan
tension band wiring. Fragmen kecil pada patella pada bagian avulsi inferior atau
fragmen lateral di fiksasi dengan lag screw. Kemudian fiksasi harus disertai
dengan pemasangan tension band wire. Kirschner wires dapat menjaga kestabilan
lateral, jika digunakan maka dapat dimasukan paralel dan dapat memblok
kompresi interfragmental dari tension band. K-wires banyak digunakan pada
fraktur patella comminuted dan digunakan untuk fiksasi dan menjaga kestabilan

29
dari patella. Bagian garis sutural os patella dapat diproteksi dengan tension band
wire yang menjaga mobilisasi dari patella.

3) A wire, inserted around the ends of these wires (deep to the quadriceps
tendon), crossed over the front of the patella, then around the lower ends of the K
wires, is tightened to provide compression. This achieved by tightening a loop on
each limb of the wire.

4) The pull of the quadriceps then increases dynamic compression across the
fracture as the knee flexes and extends.

There are 2 options of cerclage wire technique: figure of 8 or 0. Or they may be


combined (8 and 0).

30
Gambar. Tension band using 0.062 K-wires

Post Operatif Rehabilitasi


Joint dimobilisasi fleksi 40°-60° selama 2-3 hari dan ekstremitas
dipertahakan elevasi dengan Bohler-Braun splint. Pada hari kedua dan ketiga,
pasien dapat latihan fleksi dan ekstensi. Partial weight bearing dilakukan pada
minggu ke 6.
Fase 1: 0-2 minggu
⁃ Imobilisasi patella
⁃ Weight Bearing dalam posisi lutut ekstensi
⁃ Range of motion : PROM 0-30°
⁃ Straight leg raises
⁃ Latihan terapi: kekuatan otot isometric quadriceps/ hamstring/ adductor/
abductor, ankle theraband exercise
Fase II (2-6 minggu)
⁃ Weight bearing : masih terbatas dalam ekstensi penuh
⁃ Range of motion : AROM 90°
⁃ Latihan terapi : Kekuatan otot isometric quadriceps/ hamstring/ adductor/
abductor, ankle theraband excrcise
Fase III (6-10 minggu)

31
⁃ Weight Bearing : partial weight bearing
⁃ Range or motion: 120°
⁃ Latihan terapi : kekuatan otot isometric quadriceps/ hamstring/a dductor/
abductor, ankle theraband excrcise, supine leg, stationary bike
Fase IV: 10-12 Minggu
⁃ Weight Bearing : total weight bearing
⁃ Range of motion : full
⁃ Latihan terapi: kekuatan otot isometric quadriceps/ hamstring/ adductor/
abductor, ankle theraband exercise, Stationary bike
Fase V: 3-6 bulan : dapat beraktivitas seperti biasa

Komplikasi
a. Osteoarthritis patelotemoral
Apabila tidak dilakukan reposisi patella yang akurat, maka akan
terjadi diskonskuensi/ ketidaksesuaian antara patella dengan
kondilus femur
b. Kehilangan osteosyntesis dengan atau tanpa reduksi
c. Delayed bone porosis/pseudoarthrosis
d. Postraumatic arthritis
e. Gangguan fleksi dan ekstensi
Apabila tidak dilakukan fisioterapi serta adanya kerusakan pada
ekspansi ekstensor.
f. Non union

Latihan Jalan
Latihan transfer dan ambulasi penting bagi pasien agar pasien dapat
kembali ke aktivitas sehari-hari. Latihan transfer dan ambulasi di sini yang
penting untuk adalah latihan jalan. Mula-mula latihan jalan dilakukan dengan
menggunakan dua axilla kruk secara bertahap dimulai dari non weight bearing
atau tidak menumpu berat badan sampai full weight bearing atau menumpu berat
badan. Metode jalan yang digunakan adalah swing, baik swing to ataupun swing

32
through dan dengan titik tumpu, baik two point gait, three point gait ataupun four
point gait. Latihan ini berguna untuk pasien agar dapat mandiri walaupun masih
menggunakan alat bantu.
Latihan berjalan dilakukan pada hari kedua namun juga harus melihat
kondisi pasien. Sebelum dilakukan latihan berjalan, pasien duduk ongkang-
ongkang di tepi bed. Tungkai yang sehat diturunkan dari bed terlebih dahulu,
tungkai yang sakit diturunkan dengan bantuan dari terapis. Terapis menyangga
dengan cara meletakkan satu tangan di bawah bagian distal tungkai atas dan yang
lainnya di distal tungkai bawah. Setelah itu pasien diberdirikan dengan
menggunakan dua axilla kruk, kemudian latihan berjalan di mulai non weight
bearing dengan metode three point gait dan swing to.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Frank, H, Netter. Interactive Atlas of Human Anatomy. Ciba Medical


Educations & Publications. 1995
2. H.H.Lindner, Clinical Anatomy. Connecticut: LANGE. 1989
3. Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta :EGC
4. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta:
EGC.
5. Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics.
USA: The Mcgraw-Hill Companies
6. Diagnosis-Patella ORIF. Medical University of South Carolina, Department
of physical Therapy. Dilihat di: www.muschealth .com/pt. 20 Oktober 2022.
7. Muller CA. AO Foundation. Tension band fixation.
8. Lippert LS. Clinical Kinesiology and Anatomy. 5ed. USA: F.A.Davis
Company. 2011

34

Anda mungkin juga menyukai