Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TEKNOLOGI ENZIM

MENGUKUR AKTIVITAS ENZIM α-AMILASE

Disusun Oleh:

Yemima V. Utomo (31160007)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS BIOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemanfaatan enzim dalam berbagai bidang semakin luas dan beragam di Indonesia.
Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup. Salah satu
contohnya adalah enzim amylase, yang memiliki fungsi utama untuk memecah pati dalam
makanan sehingga mereka dapat digunakan oleh tubuh. Enzim amilase banyak digunakan
dalam industri. Hal ini digunakan dalam industri pembuatan dan fermentasi bir untuk
konversi pati menjadi gula terfermentasi. Amilase adalah enzim yang mengkatalisis
hidrolisis dari alpha-1,4- glikosidik polisakarida untuk menghasilkan dekstrin,
oligosakarida, maltosa, dan D-glukosa. Amilase bisa berasal dari hewan, jamur, dan
sumber tanaman. Ada beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan
sesuai dengan cara memotong ikatan glysosidic, yaitu . Alphaamilase (endo-amilase), beta-
amilase dan glucoamylases (termasuk exoamylases).
Enzim α-amilase merupakan enzim yang mampu memecah pati pada ikatan α-1,4
rantai glukosa. Enzim hanya akan bereaksi dengan substrat apabila sisi aktif enzim cocok
dengan substrat yang akan dikatalisis. Praktikum ini penting dilakukan karena, dapat
mengukur aktivitas enzim α-amilase dalam proses degradasi pati menjadi glukosa dengan
mengukur sisa jumlah substrat pati dan jumlah produk glukosa yang terbentuk.
B. Tujuan
1. Mengetahui aktivitas enzim α-amilase berdasarkan sisa substrat dan produk glukosa yang
terbentuk
2. Mengetahui produktivitas enzim α-amilase berdasarkan derajat konversi substrat menjadi
produk
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah biokatalisator yang merupakan molekul biopolimer dan tersusun dari
serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim
memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai reaksi kimia yang terjadi di dalam sel yang
mungkin sangat sulit dilakukan oleh reaksi kimia biasa (Darmajana dkk, 2008). Enzim merupakan
protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup. Kelebihan enzim dibandingkan dengan
katalis biasa adalah dapat meningkatkan produk lebih tinggi, bekerja pada pH yang relatif netral
dan suhu yang rendah, serta bersifat spesifik dan selektif pada substrat tertentu (Azmi, 2006). Pati
dapat dipecah oleh enzim amilase menjadi komponen dengan berat molekul lebih rendah dan lebih
larut. Enzim tersebut memecah ikatan α-1,4-glikosida dari molekul pati. Pati merupakan polimer
yang tersusun dari unit satuan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-1,4-glikosidik dan α-
1,6-glikosidik pada percabangan rantainya. Secara alami, pati merupakan campuran dari amilosa
dan amilopektin yang kedua-duanya merupakan suatu polimer dari α-D-glukosa (Kunamneni dkk,
2005).

Ada beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan sesuai dengan cara
memotong ikatan glysosidic. Alpha-amilase menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik, secara acak
menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan monosakarida (Aiyer, 2005). Mekanisme kerja enzim α-
amilase terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap pertama degadasi amilosa menjadi maltosa dan
maltotriosa yang terjadi secara acak. Degadasi ini terjadi sangat cepat dan diikuti dengan
menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua terjadi pembentukan glukosa dan maltosa
sebagai hasil akhir dan tidak acak. Keduanya merupakan kerja enzim α-amilase pada molekul
amilosa. Pada molekul amilopektin kerja α-amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu
seri α-limit dekstrin, serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih glukosa yang
mengandung ikatan α-1,6-glikosidik (Winarno, 2002).

Enzim α-amilase adalah enzim ekstraseluler. Aktivitas enzimatiknya tergantung pada suhu
dan pH ekternal. Menurut Reed (1991), temperatur optimum untuk enzim α- amilase berkisar 37℃.
Selain itu enzim α- amilase aktif atau stabil pada kisaran pH 5-8 (Fogarty, 1983). Aktivitas atau
kinerja enzim amilase dipengaruhi oleh banyak faktor. Terdapat lima faktor utama yang
mempengaruhi aktivitas enzim yaitu, pH, temperatur, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat
(Sukandar dkk, 2009). Aktivitas enzim α-amilase dapat diukur berdasarkan penurunan kadar pati
yang larut atau jumlah gula pereduksi yang terbentuk (Judoamidjojo et al. 1992).
BAB III

METODOLOGI

1. Alat dan Bahan:


Alat: Bahan:
 Tabung reaksi 1. Larutan enzim α-amilase nontermostable
 Pipet ukur: 1ml, 5ml, 10ml 2. Buffer substrat pH 7, konsentrasi starch 0,1%
 Water bath 3. Reagen warna
 Kuvet 4. Reagen DNSa
 Spektrofotometer 5. Akuades
 Vorteks 6. Larutan pati 1%
 Labu ukur
 Penangas air
 Rak tabung reaksi
 Falcon tube
2. Langkah Kerja:
A. Menguji aktivitas enzim berdasarkan sisa substrat pati yang terdegradasi oleh
enzim α-amylase

Diambil 10 ml buffer substrat pati dengan konsentrasi 0.05 % pada pH 7

Diinkubasikan pada water bath pada suhu 37 oC selama 5 menit

Ditambahkan 1 ml enzim α-amylase non termostabil dan dihomogenkan


menggunakan vorteks

Diinkubasi pada water bath pada suhu 37 oC selama 15 menit


Ditambahkan 0.5 ml reagen warna, kemudian divortex, diambil 1ml sampel
dimasukkan ke dalam labu ukur 10ml (sampel 1ml +9ml akuades)

Dilakukan pengukuran OD menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang


620 nm

Sebagai kontrol: lakukan prosedur 1-6 dengan mengganti 1 ml enzim dengan 1 ml


aquades

Untuk menyetarakan spektrofotometer, digunakan larutan yang berisi 0.5 ml reagen


warna ditambah dengan 9,5 ml akuades. Larutan ini berfungsi sebagai blanko

Aktivitas enzim α-amylase dihitung berdasarkan sisa substrat pati setelah diperlakukan
dengan enzim dengan digunakan rumus sebagai berikut :
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑶𝑫 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍 −𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑶𝑫 𝒔𝒖𝒃𝒔𝒕𝒓𝒂𝒕
𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒆𝒏𝒛𝒊𝒎 𝜶 − 𝒂𝒎𝒚𝒍𝒂𝒔𝒆 ∶ X 10 P Unit/100 ml
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑶𝑫 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍

Ket :
A blangko : Absorbansi blangko
A Sampel : Absorbans Sampel
P : Faktor pengenceran
1 Unit Enzim : banyaknya enzim yang menghidrolisa 0.5 gr pati dalam waktu 15 menit
pada suhu 37 oC pH 7
Sampel : perlakuan substrat dengan penambahan enzim
Kontrol : Perlakuan dengan substrat tetapi tanpa penambahan enzim
Blanko : Perlakuan tanpa substrat dan tanpa enzim

Dilakukan percobaan tersebut dengan digunakan 2 kali ulangan


Dicatat hasil pengamatan OD dan dihitung aktivitas enzim α-amylase dengan format
table yang telah tersedia

B. Menguji Aktivitas Enzim Berdasarkan Produk Gula yang Terbentuk akibat Degradasi
Substrat Pati oleh Enzim α-amilase

Diambil 10 ml buffer substrat pati dengan konsentrasi 0,1 % pada pH 7

Inkubasi pada water bath pada suhu 37 ºC selama 5 menit

Tambahkan 1 ml enzim α-amilase dan homogenkan menggunakan vorteks

Inkubasi pada water bath pada suhu 37 ºC selama 15 menit

Larutan yang telah diinkubasi diambil 2,5 ml dan dimasukan ke dalam falcon tube dan
ditambahkan 1 ml reagen DNSA, direbus diair mendidih 100 ºC, kemudian dinginkan
dengan pada air kran

Dilakukan pengukuran OD menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang


540 nm, dilakukan satu kali pengulangan

Lakukan prosedur 1-6 sebagai blanko dengan mengganti substrat dengan aquades

Hitung jumlah gula yang terbentuk dengan cara mengkalibrasi nilai OD dengan kurva
standar glukosa dengan menggunakan persamaan regresi linear
Nyatakan aktivitas enzim α-amilase sebagai ∆P/∆r, yaitu dengan menentukan jumlah
produk glukosa dalam  mol / menit

Buat kurva standar glukosa dan carilah korelasi antara [glukosa] dalam  mol dan nilai
OD 540 nm dengan program regresi linear sehingga didapatkan persamaan Y = a + bX

Gunakan persamaan tersebut dan masukin nilai OD dari sampel yang diuji sehingga
didapatkan nilai produk gula yang terbentuk

Hitung aktivitas enzim dalam  mol / menit

Catatan:

1. Kurva standar yang baik memiliki nilai korelasi atau R = 0,99. Nilai R yang baik
menunjukan hubungan yang valid antara nilai OD dan konsentrasi glukosa. Hasil
perhitungan persamaan kurva standar glukosa:

Y = a + bX

2. Berdasarkan persamaan tersebut, dilakukan perhitungan jumlah produk glukosa


yang terbentuk (dinyatakan sebagai X) dengan perhitungan sebagai berikut:

....................  ....................
X (  mol glukosa)   ................. (faktor pengencera n)
..............................
 .............  mol Glukosa yang terbentuk dalam waktu
........... menit pada suhu 37 C

3. Hasil perhitungan aktivitas enzim berdasarkan jumlah produk glukosa persatuan


waktu (∆P/∆t) adalah:

Aktivitas enzim (  mol / menit)  .................

E. Menghitung jumlah produk glukosa hasil degradasi pati oleh enzim α-amylase

Dimasukin 10 ml larutan pati 1% ke dalam 2 tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml larutan enzim amylase

Diinkubasi pada waterbath pada suhu 60oC selama 15 menit, blanko 5 menit

Dilakukan pengenceran 8ml akuades + 2ml larutan

Diambil 5 ml larutan diatas dan ditambahkan 2 ml larutan DNSA

Dipanaskan pada penangas air yang mendidih selama 5 menit, Didinginkan larutan
tersebut, kemudian diamati pada spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm

Untuk standarisasi spektrofotometer, digunakan larutan blanko yang berisi 5 ml akuades


ditambah dengan dengan 2 ml DNSA

Dipanaskan mendidih selama 5 menit


Dihitung kadar glukosa hasil hidrolisa pati oleh enzim α-amylase dengan menggunakan
kurva standar

Y = 34,2369X – 0,1179

Y = 34,2369X – 0,1179
𝐘 (𝐎𝐃) + 𝟎, 𝟏𝟏𝟕𝟗
𝐗 ( % 𝐠𝐥𝐮𝐤𝐨𝐬𝐚 ) = 𝐱 𝑷 (𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏)
𝟑𝟒, 𝟐𝟑𝟔𝟗
= %𝐆𝐥𝐮𝐤𝐨𝐬𝐚
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Menguji aktivitas enzim berdasarkan sisa substrat pati yang terdegradasi oleh enzim
α-amilase
Tabung OD Kontrol OD sampel Aktivitas enzim α-
(Kel) amilase

1 0,405 P1= -0,004 10,098


P2= 0,001 9,975

2 0,477 P1= 0,001 9,97


P2= -0,002 10,041

3 0,491 P1= 0,005 9,89


P2= 0 10

4 0,534 P1= -0,006 10,11


P2= -0,009 10,16

5 0,477 P1= 0,001 9,97


P2= -0,007 10,14

6 0,568 P1= 0 10
P2= -0,005 10,08

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑶𝑫 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍 −𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑶𝑫 𝒔𝒖𝒃𝒔𝒕𝒓𝒂𝒕


𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒆𝒏𝒛𝒊𝒎 𝜶 − 𝒂𝒎𝒚𝒍𝒂𝒔𝒆 ∶ X 10 P Unit/10 ml
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑶𝑫 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒐𝒍
0,491−0,005
 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝛼 − 𝑎𝑚𝑦𝑙𝑎𝑠𝑒 (𝑃1) ∶ X 10 P Unit/10 ml
0,491

= 0,9898 X 10 P Unit/10 ml
= 9,898 P Unit/10ml
0,491−0
 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝛼 − 𝑎𝑚𝑦𝑙𝑎𝑠𝑒 (𝑃2) ∶ X 10 P Unit/10 ml
0,491

= 10 P Unit/10ml
Saat menguji aktivitas enzim berdasarkan sisa substrat pati, digunakan buffer substrat pati
konsentrasi 0,1% pH 7 kemudian diinkubasi pada suhu 37℃ selama 5 menit. Tujuan dari inkubasi
substrat tersebut adalah untuk mengaktifkan sisi aktif pada substrat, dan agar substrat berada pada
kondisi dimana enzim akan bekerja secara optimum. Langkah selanjutnya adalah ditambahkan
enzim α-amilase non termostabil dan divorteks, enzim α-amilase non termostabil merupakan
enzim yang tidak tahan terhadap suhu tinggi contoh pemanfaatan enzim α-amilase termolabil dapat
digunakan pada proses sakarifikasi pati, sedangkan α-amilase termostabil lebih sesuai digunakan
dalam likuifikasi pati (Richardson et al., 2002), tujuan dari penambahan enzim α-amilase adalah
untuk memecah pati (substrat) pada ikatan α-1,4 rantai glukosa, dan divorteks untuk
menghomogenkan substrat dan enzim. Kemudian sampel diinkubasi pada suhu 37℃ selama 15
menit, hal ini bertujuan untuk mengaktifkan sisi aktif enzim, dan agar aktivitas kerja enzim untuk
memecah pati berada pada kondisi yang optimum, enzim α-amilase akan menghidrolisis pati
dalam waktu tertentu pada suhu optimum 37℃. Selanjutnya sampel ditambahkan dengan reagen
warna, penambahan reagen warna ini bertujuan untuk menghentikan reaksi enzimatis, sisa pati
yang tidak terhidrolisis akan bereaksi dengan reagen warna sehingga menghasilkan warna tertentu.
Sampel kemudian ditambahkan dengan akuades sampai volume tertentu, tujuannya agar sempel
diencerkan. Absorbansi sampel kemudian diukur dengan panjang gelombang 620nm. Pembuatan
kontrol menggunakan substrat pati dan akuades, sedangkan pembuatan blanko dengan reagen
warna yang ditambahkan dengan sejumlah volume akuades.

Dari nilai absorbansi, diperoleh OD kontrol sebesar 0,491; OD sampel 0,005 (pengulangan 1),
0 (pengulangan 2); dan OD blanko 0. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin
banyak pula gula pereduksi (glukosa) yang terkandung dalam sampel. Larutan kontrol terdiri atas
substrat pati dan akuades, akuades tidak memiliki kemampuan untuk memecah pati sehingga
jumlah gula pereduksi (glukosa), sesuai dengan hasil kelompok yaitu sebesar 0,491 jika
dibandingkan dengan nilai absorbansi sampel yang terdiri atas substrat pati, enzim α-amilase, dan
reagen warna, diperoleh hasil untuk pengulangan (1) sebesar 0,005 sehingga jika dibandingkan
maka ada perbedaan nilai absorbansi sebesar 0,491 (kontrol, tidak ada aktivitas enzim α-amilase)
dan 0,005 (sampel, ada aktivitas enzim α-amilase), dan jika dihitung aktivitas enzim α-amilase
diperoleh hasil 9,898 P Unit/10ml, yang berarti telah ada aktivitas enzim untuk memecah substrat
pati. Hasil pengulangan (2) nilai absorbansi sampel 0, nilai absorbansinya rendah (= 0) hal ini
berarti semua pati yang terkandung dalam larutan telah terhidrolisis oleh enzim α-amilase menjadi
glukosa disebabkan setelah sampel didinginkan enzim α-amilase tetap bekerja menghidrolisis pati.
Jika dibandingkan dari warna, blanko berwarna biru yang berarti memiliki kandungan pati yang
belum dipecah sedangkan, larutan sampel berwana kuning muda dimana terlihat enzim α-amilase
mulai bekerja memecah substrat pati.

B. Menguji aktivitas enzim berdasarkan produk gula yang terbentuk akibat degradasi
substrat pati oleh enzim α-amilase

3.5
OD
y = 34.237x - 0.1179
R² = 0.9959
3

2.5

1.5

0.5

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
-0.5

𝜇
Kelompok Nilai OD Produk glukosa(𝑚𝑜𝑙) Aktivitas enzim

1 (P1) 1,704 0,0532 0,0035


(P2) 1,717 0,0535 0,00357
2 1,683 0,0526 0,00351
1,555 0,0488 0,00325
3 1,674 0,0523 0,00349
1,682 0,0525 0,0035
4 1,734 0,0541 0,00361
1,750 0,0545 0,00363
5 1,764 0,0549 0,00366
1,586 0,0549 0,00366
6 1,756 0,0547 0,00365
1,744 0,0543 0,00362

 Menghitung jumlah produk glukosa yang terbentuk 𝜇 mol glukosa


Y = a + bX (P1)
1674= 34,2369X- 0,1179
1674+0,1179
=x
34,2369

0,0523= x
Y = a + bX (P2)
1682= 34,2369X- 0,1179
1682+0,1179
=x
34,2369

0,0525= x
 Menghitung aktivitas enzim
𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒈𝒍𝒖𝒌𝒐𝒔𝒂
Aktivitas enzim= (P1)
𝟏𝟓
0,0523
Aktivitas enzim= = 0,00349
15
𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 𝒈𝒍𝒖𝒌𝒐𝒔𝒂
Aktivitas enzim= (P2)
𝟏𝟓
0,0525
Aktivitas enzim= = 0,00350
15

Pembuatan kurva standar diawali dengan pengenceran berbagai konsentarsi volume larutan
glukosa 0,01% dan volume akuades, yang kemudian akan diukur nilai absorbansinya. Dari hasil
kurva standar yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentarsi volume larutan
glukosa 0,01% dan semakin kecil volume akuades maka nilai absorbansinya semakin besar.
Sehingga jika diurutkan konsentrasi volume larutan glukosa dari yang terkecil hingga yang
terbesar dan volume akuades dari yang terbesar hingga yang terkecil maka nilai absorbansi yang
diperoleh akan semakin meningkat. Berdasarkan kurva standar glukosa diatas terlihat bahwa nilai
persamaan y = 34,237x - 0,1179, R²=0,9959 yang berarti data tersebut yang diperoleh memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi.
Pengujian aktivitas enzim α-amilase berdasarkan produk gula yang terbentuk, buffer substrat
pati diinkubasi pada suhu 37℃ selama 5 menit. Tujuan dari inkubasi substrat tersebut adalah untuk
mengaktifkan sisi aktif pada substrat, dan agar substrat berada pada kondisi dimana enzim akan
bekerja secara optimum. Kemudian, ditambahkan enzim α-amilase dan divorteks, tujuan
penambahan enzim agar dapat memecah pati dan dapat diukur aktivitas enzim yang bekerja
melalui produk yang terbentuk, tujuan divorteks agara substrat dan enzim homogen. Selanjutnya
larutan sampel diinkubasi pada suhu 37℃ selama 15 menit, hal ini bertujuan untuk mengaktifkan
sisi aktif enzim, dan agar aktivitas kerja enzim untuk memecah pati berada pada kondisi yang
optimum, dilanjutkan dengan pengambilan 2,5ml sampel dan ditambahkan dengan reagen DNSa.
Metode penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel menggunakan pereaksi asam dinitro
salisilat atau 3,5dinitrosalicylic acid (DNS). DNS merupakan senyawa aromatis yang akan
bereaksi dengan gula reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-
nitrosalicylic acid, suatu senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang
elektromagnetik pada 540 nm. Setelah penambahan DNSa, sampel dipanaskan pada air dengan
suhu 100℃, pemanasan ini bertujuan agar reagen DNSa dapat bereaksi dengan sampel (substrat
dan enzim). Selanjutnya, sampel yang telah dipanaskan akan didinginkan dan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 540nm.

Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin
banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan
semakin tinggi. Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid
gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai oksidator akan tereduksi
membentuk 3-amino dan 5nitrosalicylic acid. Reaksi ini berjalan dalam suasana basa. Bila terdapat
gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan
gula reduksi sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan. Nilai absorbansi pengulangan (1)
sebesar 1,674 dengan produk glukosa yang terbentuk 0,0523 𝜇 mol glukosa dan aktivitas enzim α-
amilase sebesar 0,00349. Nilai absorbansi pengulangan (2) sebesar 1,682 dengan produk glukosa
yang terbentuk 0,0525 𝜇 mol glukosa dan aktivitas enzim enzim α-amilase sebesar 0,00350.
Sehingga dapat disimpulkan, semakin besar nilai absorbansi sampel (serapan), maka jika dihitung
dengan persamaan yang ada, produk glukosa yang terbentuk semakin banyak dan aktivitas
enzimnya semakin tinggi.
C. Menghitung jumlah produk glukosa hasisl degradasi pati pleh enzim α-amilase
Kelompok Sampel Kadar glukosa (x= %glukosa)

1 (P1) 1,252 4%
(P2) 1,450 4,58%

2 1,432 4,53%
1,456 4,597%

3 1,492 4,7%
1,504 4,74%

4 1, 429 4,52%
1,415 4,48%

5 1,356 4,31%
1,496 4,71%

6 1,312 4,18%
1,322 4,38%

 Menghitung jumlah produk glukosa Pengulangan 1


Y = 34,2369X – 0,1179
1,492 + 0,1179
X ( % glukosa ) = x 100 (𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛)
34,2369
= 4,702 %Glukosa

 Menghitung jumlah produk glukosa Pengulangan 2


Y = 34,2369X – 0,1179
1,504 + 0,1179
X ( % glukosa ) = x 100 (𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛)
34,2369
= 4,737 %Glukosa

Pengukuran jumlah produk glukosa diawali dengan, 10ml pati 1% ditambahkan enzim
amylase, penambahan enzim amilase bertujuan untuk menghidrolisis substrat pati, dilanjutkan
dengan diinkubasi larutan sampel pada suhu 60℃ selama 15 menit, hal ini dikarenakan enzim
amylase bekerja secara optimum dalam waktu tertentu pada suhu 60℃.kemudian, dilakukan
sampel diencerkan dan ditambahkan larutan DNSa, penambahan larutan DNSa bertujuan untuk
menentukan komposisi gula reduksi dalam sampel, selanjutnya dipanaskan pada penangas yang
mendidih, hal ini bertujuan agar larutan DNSa bereaksi dengan larutan sampel (substrat dan
enzim). Sampel didinginkan dan diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 540nm.

Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin
banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan
semakin tinggi (nilai OD semakin tinggi). Dari hasil pengulangan (1) nilai absorbansinya sebesar
1,492 dan jika dihitung % kadar glukosa diperoleh sebanyak 4,70%. Dari hasil pengulangan (2)
nilai absorbansi sampel sebesar 1, 504dan jika dihitung % kadar glukosa diperoleh sebesar 4,74%.
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai absorbansi sampel, maka %
kadar glukosa yang dihasilkan (produk) juga semkin tinggi nilainya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Adanya aktivitas enzim α-amilase dibuktikan dengan hasil pengukuran berdasarkan sisa
substrat pati sebesar 9,898 P Unit/10ml dan pengukuran berdasarkan produk glukosa yang
terbentuk yaitu sebesar 0,0523 𝜇 mol glukosa (pengulangan 1) dan 0,0525 𝜇 mol glukosa
(pengulangan 2).
2. Produktivitas enzim α-amilase adalah 4,70% (pengulangan 1) dan 4,74% (pengulangan 2)
DAFTAR PUSTAKA

Aiyer, P. V., 2005, Amylases and Their Applications, African Journal of Biotechnology, 4 (13),
1525-1529.

Azmi, J., 2006, Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Aspergillus Oryzae untuk Isolasi Enzim
Amilase pada Medium Pati Biji Nangka (Arthocarphus heterophilus Lmk), Jurnal
Biogenesis, 2 (2), 55-58.

Darmajana, D. A., Agustina, W. dan Wartika. 2008. Pengaruh Konsentrasi Enzim α-Amilase
Terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Filtrat Bubur Buah Pisang (Bahan Pembuatan
Tepung Pisang Instan). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, Lampung.

Fogarty, William M. 1983. Microbial Enzyme and Biotechnology. New York : Applied Science
Publisher.

Judoamidjojo, R.M., A.A.Darwis, dan E.G.Sa’id. 1992. Teknologi Fermentasi. Bogor:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat
Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

Kunamneni A, Permaul K, and Singh S. 2005. Amylase production in solid state fermentation by
thethermophilic fungus Thermomyces lanuginosus. Journal of Bioscience and
Bioengineering 100:2, 168-171.

Reed, G. 1991. Principles Biochemistry. 7th edition. Blackie Academic and Professional.
Glasgow. Hal 596.

Richardson, T.H., X. Tan, G. Frey, W. Callen, M. Cabell, D.L.J. Macomber, J.M. Short, D.E.
Robertson, and C. Miller. 2002. A novel, high performance enzyme for starch liquefaction:
discovery and optimization of a low pH, thermostable α-amylase. J. Biol. Chem.
277:26501- 26507

Sukandar, Prof. Dr. Elin Yulinah, dkk. (2008). ISO Farmakoterapi. PT.ISFI, Jakarta.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai