Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN

LEMAK DAN MINYAK


ACARA I
EKSTRAKSI MINYAK

DISUSUN OLEH:
FITRI NURANI
H3117030
KELOMPOK 5

D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
ACARA I
EKSTRAKSI MINYAK
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I “Ekstraksi Minyak” adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mengetahui cara ekstraksi minyak dengan beberapa metode.
2. Mahasiswa dapat menghitung rendemen minyak yang dihasilkan saat
ekstraksi.
B. Tinjauan Pustaka
Minyak nabati merupakan minyak yang dihasilkan dari lemak tumbuh-
tumbuhan. Biasanya digunakan sebagai medium untuk menggoreng bahan
pangan. Selai minyak kelapa sawit, terdapat berbagai jenis minyak nabati
lainnya yang bisa digunakan untuk mengolah bahan pangan atau dikonsumsi
manusia diantaraya adalah minyak kelapa, kacang tanah, kedelai, jagung, lobak
dan bunga matahari. Dalam proses penggorengan, selain sebagai medium panas
minyak juga berfungsi penambah rasa gurih, penambah nilai gizi dan kalori
dalam pangan (Sawitri, 2014).
Lipid sering secara luas, didefinisikan sebagai biomolekul yang tidak
larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Mereka secara struktural cukup
beragam, meliputi pigmen, vitamin, lemak asam, kolesterol, fosfolipid,
sphingolipid, dan banyak lainnya ( Kresge et al., 2010). Kelapa (Cocos nucifera)
adalah salah satu dari banyak tanaman penting di daerah tropis. Biasanya disebut
'Pohon surga' atau 'kalpavriksha' karena menyediakan lebih banyak produk yang
bermanfaat dan beragam bagi masyarakat (DedMandal, 2011).
Kemiri adalah tanaman asli Indonesia dan minyaknya memiliki
kandungan yang sangat tinggi asam lemak esensial. Kandungan asam lemak tak
jenuh yang tinggi dalam minyak kemiri, kira-kira mengandung 15% asam oleat,
asam linolenat kurang dari 30% dan 40% asam linoleat. Karena manfaatnya dan
nilai ekonomisnya. Minyak kemiri diperoleh dengan mengekstraksi biji kemiri
dengan expeller press mesin. Prinsip mesin press expeller adalah menggunakan
gaya gesek mekanik dan tekanan terus menerus dari sekrup utama untuk
memecah dinding sel kernel dan mengompresnya untuk mengekstrak minyak.
Ekstraksi dilakukan dalam kondisi dingin untuk melestarikan yang esensial
kandungan asam lemak dalam minyak kemiri. Di mesin press expeller, air dingin
tadi beredar di sekitar ujung kepala mesin expeller. Ekstraksi dilakukan pada
tingkat rendah suhu 4 ° C. Ekstrak kemiri yang diperoleh dari ekstraksi masih
terkandung pengotor. Jadi, sentrifugasi dilakukan dua kali pada 10.000 RPM
pada 4 ° C selama 20 menit untuk memurnikan minyak. Supernatan yang
diperoleh dari sentrifugasi dikumpulkan sebagai minyak kemiri
(Lukmanto dkk., 2015).
Teknik pres adalah metode yang paling umum digunakan untuk ekstraksi
minyak yang mencakup dari berbagai jenis pres seperti press hidrolik, screw
press dan rolling press. Ekstraksi pelarut adalah metode yang mampu
mengekstrak minyak lebih dari 98%. Namun, metode ini memiliki kelemahan
sendiri seperti peralatan yang diperlukan adalah tinggi biaya, proses cukup
berbahaya dalam korelasi dengan api dan ledakan, dan pelarut yang digunakan
memerlukan proses spesifik sebelum lanjut ke proses selanjutnya
(Deli dkk, 2011).
C. Metodologi
1. Alat
a. Alat penumbuk
b. Alat press
c. Baskom
d. Botol kaca
e. Gelas ukur
f. Kompor
g. Saringan
h. Spatula
i. Timbangan
j. Wajan
2. Bahan
a. Kacang tanah
b. Kelapa parut
c. Kemiri
d. Lemak ayam
e. Lemak sapi
3. Cara Kerja
a. Ekstraksi Minyak Kelapa
Kelapa parut 2,5 kg

Penimbangan

Pengambilan santan dengan penambahan air 1000


mL sedikit demi sedikit

Pemanasan dengan api kecil hingga seluruh air


menguap

Hasil yang tertinggal adalah minyak dan blondo,


pemisahan minyak dari blondo dengan cara
penyaringan

Penimbangan minyak yang dihasilkan dan


perhitungan rendemennya

Minyak Kelapa

Gambar 1.1 Diagram Alir Ekstraksi Minyak Kelapa


b. Ekstraksi Minyak Kemiri dengan Pemanasan
Kemiri 1,5 kg

Penimbangan

Penyangraian hingga berwarna coklat tua

Penumbukan hingga halus

Pengestraksian dengan mesin pengepres hingga


dihasilkan minyak kemiri

Penimbangan minyak yang dihasilkan dan


perhitungan rendemennya

Minyak Kemiri dengan


Pemanasan

Gambar 1.2 Ekstraksi Minyak Kemiri dengan Pemanasan


c. Ekstraksi Minyak Kemiri tanpa Pemanasan
Kemiri 1,5 kg

Penimbangan

Penumbukan hingga menjadi halus

Pengekstraksian dengan mesin pengepres hingga


dihasilkan minyak kemiri

Penimbangan minyak yang dihasilkan dan


perhitungan rendemennya

Minyak Kemiri tanpa pemanasan


Gambar 1.3 Ekstraksi Minyak Kemiri tanpa Pemanasan

d. Ekstraksi Minyak Kacang Tanah


Kacang tanah 1,5 kg

Penimbangan

Penyangraian hingga berwarna coklat tua

Penumbukan hingga halus

Pengestraksian dengan mesin pengepres hingga


dihasilkan minyak kacang tanah

Penimbangan minyak yang dihasilkan dan


perhitungan rendemennya

Minyak Kacang Tanah

Gambar 1.4 Ekstraksi Minyak Kacang Tanah


e. Ekstraksi Lemak Ayam
Lemak ayam 1 kg

Penimbangan

Pemanasan hingga diperoleh lemak ayam


dalam fase cair

Penimbangan minyak yang dihasilkan dan


perhitungan rendemennya
Gambar 1.5 Ekstraksi Lemak Ayam
f. Ekstraksi Lemak Sapi
Lemak sapi 1 kg

Penimbangan

Pemanasan hingga diperoleh lemak ayam


dalam fase cair

Penimbangan minyak yang dihasilkan dan


perhitungan rendemennya

Gambar 1.6 Ekstraksi Lemak Sapi


D. Hasil Dan Pembahasan
Tabel 1.1 Hasil Ekstraksi Minyak dan Lemak

Kelompok Sampel Massa Massa Rendemen


bahan (gr) minyak (gr) (%)
1 Kelapa 2500 163,6 6,5%
2 Kacang tanah 1500 0 0%
3 Kemiri dengan 1500 159,5 10,63%
pemanasan
4 Kemiri tanpa 1500 138,5 9,23%
pemanasan
5 Lemak ayam 1000 292,8 29,3%
6 Lemak sapi 500 164,5 32,9%
Sumber: Laporan Sementara
Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang paling banyak di alam.
Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan konsistensi/sifat fisik pada suhu
kamar, yaitu lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair. Perbedan
titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan rangkap,
panjang rantaikarbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam
lemak tidak jenuh. Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi
yang sangat penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga
mempunyai sisi negative terhadap kesehatan. 4 Fungsi lemak dalam tubuh antara
lain sebagai sumber energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis
antar sel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung
organorgan tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K. Penambahan lemak
dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi
lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak
yang dikonsumsi (Sartika, 2008). Minyak goreng adalah minyak yang berasal
dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam
suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Di Indonesia,
minyak goreng diproduksi dari minyak kelapa sawit dalam skala besar. Hingga
tahun 2010 diperkirakan produksi minyak sawit mencapai lebih dari 3 juta ton
per tahun (Noriko dkk., 2012).
Karakteristik fisik meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair, titik didih,
titik leleh, bobot jenis, viskositas dan indeks bias, sedangkan karakteristik kimia
meliputi jumlah asam lemak bebas (free fatty acid/FFA), bilangan peroksida
(peroxide value/PV), bilangan asap (smoke point) dan komposisi asam lemak
(Taufik, 2018). Indeks bias merupakan parameter fisik yang bergantung pada
berat molekul, panjang rantai asam lemak, derajat ketidakjenuhan dan derajat
konjugasi (Mohdaly et al., 2017).
Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar setelah Filipina. Hampir
semua wilayah pesisir di Indonesia banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa.
Komponen utama dari VCO sekitar 92% adalah asam lemak jenuh, diantaranya
asam laurat (48,74%), asam miristat (16,31%), asam kaprilat (10,91%), asam
kaprat(8,10%) dan asam kaproat (1,25%). Mempunyai bilangan iod 6-11,
bolangan peroksida 10 max dan bilangan polenske 13-18 (Marlina dkk., 2017).
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki kandungan lemak yang
tinggi dimana setiap 100 gram kacang tanah mengandung lemak sebesar 49.2
gram, energi 567 kkal dan protein 25.8 gram. Kandungan lemak yang tinggi
tersebut menjadikan kacang tanah potensial sebagai bahan baku minyak nabati.
Keunggulan minyak kacang tanah yaitu tersusun dari campuran trigliserida asam
lemak tidak jenuh yang tinggi (76-82%) dimana terdiri dari 40-45% asam oleat
dan 30-35% asam linoleat. Minyak kacang tanah dapat digunakan untuk
memasak, pembuatan margarin, kosmetik, farmasi dan surfaktan (Nuansa,2016).
Kemiri mengandung gliserida, asam linoleat, palmitat, stearat,
miristat, asam minyak, protein, vitamin B1 dan zat lemak. Salah satu cara untuk
memanfaatkan biji kemiri adalah mengekstraksi biji kemiri sehingga
dihasilkan minyak. Minyak yang terkandung dalam biji kemiri dapat
diekstraksi karena pelarut yang digunakan memiliki kepolaran yang sama
dengan minyaknya. Minyak lemak dari biji kemiri mengandung asam lemak tak
jenuh dengan kadar asam oleat 10,54% asam linoleat 48,56%, asam linolenat
28,5% dan asam lemak jenuh 12,56%. Minyak kemiri memiliki banyak
manfaat sehingga penelitian ini memiliki prospek yang baik (Arlene, 2010).
Lemak ayam memiliki asam linoleat yang tinggi, asam lemak omega-6.
Tingkat asam linoleat antara 17,9% dan 22,8%. Lemak ayam dapat diperoleh
dari bagian ampela ayam karkas, terutama ayam karkas dengan berat hidup lebih
dari 2 kilogram. Daging ayam bagian paha memiliki kandungan lemak yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bagian dada. Lemak ayam atau lemak daging
lainnya biasanya diperoleh dari proses dry rendering. Dry rendering merupakan
suatu cara yang digunakan untuk mengektraksi lemak hewan dengan cara
pemanasan tanpa air (Aminullah dkk., 2018). Lemak sapi terdiri dari 29,4%
asam palmitat, 20,53% asam oleat dan 31,26 % asam stearate dan beberapa asam
lemak lain namun dalam jumlah yang lebih sedikit (Hermanto dkk.,2014).
Berdasarkan tabel 1.1 diketahui berat minyak yang dihasilkan dari 2500
gr kelapa parut adalah sebesar 163,6 gr dan didapatkan rendemen sebesar 6,5%.
Pada praktikum ekstraksi minyak kacang tanah digunakan bahan dengan massa
1500 gr didapatkan rendemen 0% karena massa minyak yang didapatkan adalah
0%. Pada ekstraksi minyak kemiri dengan perlakuan pemanasan dengan berat
awal kemiri 1500 gr didapatkan minyak kemiri seberat 159,5 gr dan rendemen
sebesar 10,63%. Sedangkan pada ekstraksi minyak kemiri dengan perlakuan
tanpa pemanasan didapatkan berat minyak 138,5 gr dan rendemen sebesar
9,23%. Pada ekstraksi lemak ayam dengan berat bahan 1000 gr didapatkan
lemak sebesar 292,8 gr dan rendemen sebesar 29,3%. Sedangkan pada ekstraksi
lemak sapi seberat 500gr didapatkan massa minyak sebanyak 164,5 dan
rendemen sebesar 32,9 %.
Rendemen menunjukkan banyaknya minyak yang terkandung pada
setiap kilogram bahan keringnya. Penghitungan rendemen minyak dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum minyak dimurnikan dan setelah minyak
dimurnikan. Untuk mengetahui rendemen minyak dapat dilakukan dengan
membandingkan volume minyak yang tertampung terhadap berat bahan
awalnya. Kacang tanah apabila diekstraksi minyaknya menggunakan cara
mekanis akan menghasilkan rendemen sebesar 36,7 % (Sawitri dkk., 2014).
Mutu minyak kelapa yang dihasilkan dengan cara fisika maupun
fermentasi sangat dipengaruhi oleh bahan baku (tingkat ketuaan kelapa, jenis
buah kelapa, kualitas buah kelapa dan cara pemerasan untuk pemisahan santan).
Tingkat ketuaan kelapa dan jenis varietas buah kelapa dapat mempengaruhi
rendemen minyak yang di hasilkan. Hal ini dibuktikan dengan percobaan yang
dilakukan dengan berbagai perlakuaan suhu saat pengambilan santan. Pada
variable control didapatkan rendemen 11,33% sedangkan rendemen optimum
diperoleh pada perlakuan suhu 50°C dengan hasil rendemen 14,45%
(Setiawan, 2004). Selain perlakuan, menurut Karouw dkk. (2014) varietas dan
ketuaan kelapa juga berpengaruh seperti yang terdapat dalam penelitian yang
telah dilakukannya. Penelitian menunjukkan daging buah kelapa Genjah Salak
menghasilkan rendemen minyak total yang lebih rendah dibanding daging buah
kelapa Dalam masing-masing 16,86% dan 21,55%.
Cara ekstraksi minyak dari daging kelapa segar yang paling banyak
dikenal di Indonesia adalah pengelentikan. Proses pengelentikan dilakukan
dengan diparut, lalu ditambahkan air dan diperas sehingga diperoleh santan dan
ampas. Kemudian santan direbus atau dipanaskan sehingga diperoleh minyak
kelentik. Selain cara penglentikan, minyak kelapa juga diproduksi dengan cara
ekstraksi kering. Mula-mula kelapa parut disangrai agar kadar air berkurang dan
menggumpalkan protein dan memecah dinding sel bahan agar mudah ditembus
oleh minyak atau lemak yang terkandung. Setelah itu dipres, tekanan
pengepresan sangat memengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Semakin
tinggi tekanan pengepresan maka semakin tinggi pula rendemen minyak yang
dihasilkan (Winarno, 2014). Waisundara (2007) menyatakan bahwa pemanasan
dan disimpan beku dapat memperpanjang umur simpan biji kelapa tanpa
mengurangi kualitas ekstraksi santan.
Minyak kemiri merupakan salah satu hasil olahan buah kemiri yang
diperolah dari hasil ekstraksi daging benih kemiri. Rendemen minyak yang
diperolah biasanya berkisar 30-65%. Proses pengolahan minyak kemiri biasanya
diawali dari pembersihan dan penyortiran biji kemiri yang baik. Ciri dari kemiri
yang baik adalah berwarna cerah, bersih serta tidak mengandung cendawan atau
hama Gudang. Proses selanjutnya adalah penghalusan daging benih (flaking),
agar mempermudah proses pengepresan dan memperbesar luas permukan
daging agar minyak dapat diperas secara optimal. Setelah itu adalah pemanasan
(tempering), proses ini bertujuan menyatukan dan mengumpulkan butiran
minyak sehingga memungkinkan minyak mengalir keluar dari daging benih
dengan mudah. Selain itu, pemanasan juga bertujuan untung mengurangi afinitas
pada permukaan benih sehingga proses pengepresan menjadi lebih efisien
(Suwarto, 2014).
Proses pemanasan membutuhkan waktu selama 1 jam dengan suhu 90°C.
selain menghasilkan minyak, proses pengepresan juga mempunyai hasil
samping berupa bungkil kemiri yang masih mengandung 10-29% minyak
didalamnya tergantung cara dan lama pengepresan. Terdapat 2 cara pengepresan
yaitu pengepresan secara hidrolik dan juga pengepresan berulir. Rendemen
minyak yang diperoleh dari proses hidrolik relative rendah sekitar 30-40%
dengan warna kuning sedangkan pengepresan berulir bisa mencapai 55-65%
dengan warna kuning sampai coklat. Selanjutnya adalah pemurnian minyak dan
pengemasan. Minyak kemiri harus dikemas dalam bahan yang tidak terjadi
penetrasi lemak dari dalam ke luar, selain itu juga terhindar dari cahaya matahari
langsung karena dapat menjadi katalisator proses oksidasi lemak. Setelah itu
minyak disimpan dalam ruangan yang terlindung dari oksigen, cahaya dan
temperature tinggi serta memiliki ventilasi yang baik agar tidak lembab
(Suwarto, 2014).
Berdasarkan data tabel 1.1 dapat diurutkan rendemen minyak dari yang
terkecil ke terbesar yaitu minyak kacang tanah 0%, minyak kelapa 6,5%, minyak
kemiri tanpa pemanasan 9,23%, minyak kemiri dengan pemanasan 10,63%,
lemak ayam sebesar 29,3% dan yang terakhir adalah lemaksapi sebesar 32,9%.
Penyimpangan yang amat jelas terjadi adalah pada sample kacang tanah dimana
menurut Sawitri (2014) hasil ekstraksi minyak kacang tanah rendemennya bisa
mencapai 36,7%. Sedangkan pada praktikum, kacang tanah sama sekali tidak
menghasilkan minyak.
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction. Rendering merupakan suatu cara
ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau
lemak dengan kadar air yang tinggi. Menurut pengerjaannya rendering dibagi
dalam dua cara yaitu: wet rendering dan dry rendering. Pengepresan mekanis
merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak terutama untuk bahan yang
berasal dari biji-bijian (Andaka, 2009). Ekstraksi solvent merupakan proses
pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut yang
akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent). Aplikasi
ekstraksi cair-cair terbagi menjadi dua kategori yaitu aplikasi yang bersaing
langsung dengan operasi pemisahan lain dan aplikasi yang tidak mungkin
dilakukan oleh operasi pemisahan lain. Apabila ekstraksi cair-cair menjadi
opersai pemisahan yang bersaing dengan operasi pemisahan lain, maka biaya
akan menjadi tolak ukur yang sangat penting (Mirwan, 2013).
Manfaat perlakuan pemanasan adalah untuk menguapkan kadar air yang
ada dalam bahan, sehingga pengambilan minyak akan lebih mudah dan optimal.
Pada beberapa proses ekstraksi, pemanasan juga bertujuan untuk
mendenaturasikan protein yang ada sehingga emulsifier, zat terdispersi dan
pendispersinya akan terpisah. Kemudian minyak hasil ekstraksi menjadi mudah
dipisahkan (Fachry, 2007). Adanya perlakuan tanpa pemanasan dalam
praktikum hanya digunakan sebagai pembanding pengaruh yang ditimbulkan
dengan perlakuan dengan pemanasan.
Faktor yang mempengaruhi besarnya rendemen minya yang dihasilkan
adalah metode ekstraksi yang digunakan. Ekstraksi menggunakan solvent
dikenal lebih menghasilkan banyak hasil rendemen minyak dibanding proses
rendering dan mekanis. Pada proses rendering suhu dan juga lama waktu
menjadi faktor penting dalam proses ekstraksi. Sedangkan dalam proses
ekstraksi secara mekanis yang menjadi faktor penting adalah lama pemanasan
serta proses pengempaan atau pengepresannya (Andaka, 2009).
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Acara I “Ekstraksi Minyak” dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Ada beberapa metode dalam ekstraksi minyak pada kelapa dan biji-bijian
yaitu ekstraksi secara basah dengan pemanasan, ekstraksi secara basah
dengan enzimatis dan fermentasi, ekstraksi secara basah dengan asam,
ekstraksi kering dengan pemanasan dan ekstraksi kering tanpa pemanasan.
2. Rendemen minyak yang diperoleh dari hasil praktikum pada minyak kelapa
sebesa 6,5%, pada kacang tanah sebesar 0%, pada kemiri dengan pemanasan
10,63%, pada kemiri tanpa pemanasan 9,23%, pada ekstraksi lemak ayam
sebesar 29,3%, pada lemak sapi sebesar 32,9%.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah., mardinah, Muhammad reza riandi, arum puspito anggraini, gustini
syahbirin dan tetty kemala. 2018. Pengaruh jenis metode ekstraksi lemak
terhadap total lipid lemak ayam an babi. Jurnal agoindustri halal Vol. 4 (1).
Andaka, ganjar. 2009. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah Dengan
Pelarut N-Heksana. Jurnal teknologi Vol.2 (1).
Arlene, ariestya, Kristanto, steviana, Suharto, ign. 2010. Pengaruh Temperatur dan
F/S Terhadap Ekstraksi Minyak Dari Biji Kemiri Sisa Penekanan Mekanik.
Seminar Rekayasa Kimia dan Proses : 1411-4216.
DebMandal, Manisha and Shyamapada Mandal. 2011. Coconut (Cocos nucifera
L.: Arecaceae): In Health Promotion And Disease Prevention. Asian Pacific
Journal of Tropical Medicine.
Deli, S., Farah Masturah, M., Tajul Aris, Y., Wan Nadiah, W. A. 2011. The Effects
Of Physical Parameters Of The Screw Press Oil Expeller On Oil Yield From
Nigella Sativa L Seeds. Journal of Food Research 18(4): 1367-1373.
Fachry, H.A.R., Serlis arta, Fadma Dewi. 2007. Pengaruh pemanasan dan derajat
keasaman emulsi pada pembuatan minyak kelapa. Jurnal Teknik Kimia Vol.
11 (1).
Hermanto, Sandra., Anna Muawanah dan Rizkina Harahap. Profil dan Karakteristik
Lemak Hewani (Ayam, Sapi Dan Babi) Hasil Analisa FTIR dan GCMS.
Jurnal sains dan teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karouw, steivie., Chandra Indrawanto dan Maria L. Kapu’allo. 2014. Karakteristik
Virgin Oil Dengan Metode Sentrifugasi Pada Dua Tipe Kelapa. Balai
Penelitian Tanaman Palma Vol. 15 (2).
Kresge, Nicole., Robert D. Simoni and Robert L. Hill. 2010. Historical Perspectives
On Lipid Biochemistry. Journal of Biological Chemistry.
Lukmanto, Maria O., Filiana Santoso, Hery Susanto. 2015. Effect of Candlenut Oil
Addition to Physicochemical Properties of Ice Cream. Journal of Food
Technology.
Marlina., Dwi Wijayanti, Ivo Pangesti Yudiastari, Lilis Safitri. 2017. Pembuatan
Virgin Coconut Oil (Vco) Dari Kelapa Hibrida Menggunakan Metode
Penggaraman Dengan NaCl dan Garam Dapur Universitas Mulawarman.
Jurnal chemurgy Vol. 1 (2).
Mirwan, agus. 2013. Keberlakuan Model HB-GFT Sistem n-Heksana–Mek–Air
Pada Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian. Konversi Vol. 2 (1).
Mohdaly, Adel Abd El-Razek., Khaled Abd El-Hameed Seliem, Abd El-Moneam
Maher Abu El-Hassan and Awad Abdel Tawab Mahmoud. 2017. Effect of
Refining Process on the Quality Characteristics of Soybean and Cotton seed
Oils. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences
Vol. 6(1).
Noriko, Nita., Dewi Elfidasari, Analekta Tiara Perdana, Ninditasya Wulandari dan
Widhi Wijayanti. 2012. Analisis Penggunaan dan Syarat Mutu Minyak
Goreng pada Penjaja Makanan di Food Court UAI. Jurnal AL-AZHAR
INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol. 1 (3).
Nuansa, Maria Pesona., Wahono Hadi Susanto, Novita Wijayanti. 2016.
Karakteristik Kimia Fisik Minyak Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
Pasca Netralisasi (Kajian Konsentrasi NaOH dan Lama Waktu Proses).
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4(1).
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh Dan
Asam Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 2 (4).
Sawitri, Iin., Ainun Rohanah dan Sulastri Panggabean. 2014. Uji Alat Pengepres
Minyak (Oil Press) Pada Beberapa Komoditi. Jurnal Rekayasa Pangan Dan
Pertanian Vol. 2 (4).
Setiawan, Odih dan Ruskandi. 2004. Pembuatan Minyak Kelapa Secara Tradisional
Dengan Perlakuan Suhu Air Yang Berbeda. Prosiding Temu Teknis
Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.
Suwarto., Yuke Octavianty dan Silvia Hermawati. 2014. Top 15 Tanaman
Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Taufik, Moh., dan Hermawan Seftiono. 2018. Karakteristik Fisik Dan Kimia
Minyak Goreng Sawit Hasil Proses Penggorengan Dengan Metode Deep-
Fat Frying. Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta Vol.
10(2).
Waisundara, V.Y., Concard O. Perera, Philip J. Barlow. 2007. Effect of Different
pre-treatments of fresh coconut kernels on some of the quality attributes of
the coconut milk extracted. Journal Food Chemistry 101.
Winarno. 2014. Kelapa Pohon Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai