Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Selasa, 5 Desember 2017

Biokimia Waktu : 11.00-13.00 WIB


PJP : dr.Husnawati,Msi
Asisten : Irfan Abdul Aziz
Sitti Khadijah

MINERAL

Kelompok 5
Afaf Qurrotu Ainin J3L216198
Herly Angga Valentino J3L116054
Rima Listiana Ayu W J3L116114

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN

Mineral merupakan zat yang penting dalam kelangsungan hidup dibutuhkan


oleh makhluk hidup baik untuk memelihara kesehatan, pertumbuhan dan
reproduksi. Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas hidup, mineral dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu golongan yang esensial dan golongan yang tidak
esensial. Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas mineral makro,
dan mineral mikro (Fathul et al 2009). Mineral adalah salah satu bahan kimia
yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Mineral masuk ke dalam tubuh dan
berbentuk garam lalu digunakan dalam bentuk elektrolit. Mineral memiliki
beberapa sifat yang spesifik, diantaranya tidak ada perubahan komposisi kimia
sejak dikonsumsi hingga dibuang oleh tubuh. Pemanasan mineral tidak akan
berubah, begitu juga saat terkena udara dan asam. Mineral hanya dapat hilang dari
makanan karena larut dalam air selama proses pengolahnnya. Mineral yang
terdapat di dalam makanan maupun di dalam tubuh terutama berbentuk ion yang
bermuatan positif dan negatif, selain itu mineral juga merupakan bagian dari
senyawa anorganik yang berperan dalam metabolisme tubuh. Mineral dibagi
menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, yaitu
kelompok makro terdiri dari unsur-unsur Ca, P, K, Na, Mg dan S. Kelompok
mikro terdiri dari Fe, I, Cu, Zn, Mn, Co dan Se, dan kelompok renik terdiri dari
unsur F, Mo, As, Cr, Si dan lain-lain. Beberapa unsur mineral ini ada yang
termasuk golongan racun dan biasanya masih terdapat di dalam sel hayati
meskipun jumlahnya sangat kecil sekali, contohnya adalah Ag, Hg dan Pb
(Lehninger 1998). Selain itu ada sebuah istilah lain yang disebut trace element’s,
yaitu mineral yang dalam keadaan alami berjumlah sangat sedikit, misalnya
barium, brom, stronsium, emas, perak, nikel, aluminium, timah, bismuth, gallium,
silikon dan arsen (Poedjiadi 2009).
Mineral diperlukan dalam tubuh dalam jumlah sedikit namun manfaatnya
sangat besar. Fungsi dari mineral secara umum adalah sebagai komponen
penyusun tulang dan gigi seperti kalsium dan posfor, selain itu mineral juga
berikatan dengan komponen protein dan mempengaruhi aktivitas protein yang
diikat, mengatur tindakan otot, fungsi saraf, pembekuan darah produk susu, jus
jeruk yang diperkaya kalsium, dan sayuran berdaun hijau. Beberapa mineral
berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam mengkatalisis suatu substrat jadi enzim
dapat diaktifkan apabila memiliki mineral dalam jumlah yang cukup. Mineral juga
memiliki fungsi lain diantaranya melindungi tubuh dari lipid peroksidase dan juga
digunakan untuk mensitesis protein. Beberapa mineral lainnya seperti besi
berfungsi dalam menyusun sel darah merah. Berdasarkan kegunaannya mineral
dibagi menjadi dua, yaitu golongan esensial dan golongan non esensial. Mineral
yang esensial adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan bila
kekurangan mineral ini maka tubuh akan mengalami gangguan. Sedangkan
mineral non esensial adalah mineral yang tidak begitu diperlukan oleh tubuh, jika
tubuh mengalami kekurangan mineral ini tidak akan mengalami gangguan yang
serius (Lee 1999).
Sampel yang digunakan pada percobaan ini berupa tulang sapi. Tulang merupakan
salah satu bagian penyusun tubuh (struktural) yang mengandung banyak mineral.
Analisis mineral pada tulang memerlukan tahap preparasi, yaitu pembuatan abu
2

tulang. Tulang yang akan ditentukan kandungan mineral harus dibuat menjadi abu
terlebih dahulu untuk memisahkan senyawa anorganik dan organik yang terkandung di
dalamnya. Pembuatan abu tulang dilakukan pada suhu tinggi, sekitar 400°C atau
lebih. Pemanasan pada suhu tinggi tersebut akan menyebabkan senyawa organik dan
air pada tulang menguap, sedangkan mineral atau senyawa anorganiknya tetap berada
pada abu tulang (Wilson et al 2000). Tujuan percobaan ini adalah menganalisis
mineral yang terkandung di dalam tulang sapi melalui serangkaian uji mineral.

METODE

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilakukan di Laboratorium GG KIM 1 IPB. Waktu praktikum
yaitu Selasa, 5 Desember 2017 pukul 11.00-13.00 WIB.

Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes,
pipet mohr, gelas piala, corong, bulp, gegep kayu, asbes, kaki tiga, batang
pengaduk, sudip, kertas saring dan botol semprot, sedangkan bahan-bahan yang
digunakan yaitu larutan abu tulang, NH4OH pekat, HNO3 10%, AgNO3 2%, HCl
10%, BaCl2, asam asetat 10%, amonium oksalat 1%, urea 10%, pereaksi Molibdat,
NH4OH 10%, kristal amonium karbonat, NH4Cl, dinatrium hidrogen fosfat,
amonium tiosianat dan kalium ferosianida.

.
Prosedur Penelitian

Pengujian Filtrat
Sebanyak 5 mL filtrat abu tulang ditambahkan dengan NH4OH pekat
sampai terbentuk endapan berwarna putih, kemudian larutan disaring dengan
kertas saring untuk memisahkan filtrat dengan endapannya.

Uji Klorida
Sebanyak 1 mL filtrat diasamkan dengan larutan HNO3 10% sebanyak 1 mL,
lalu ke dalam filtrat tersebut ditambahkan 1 mL larutan AgNO3 2%. Endapan
putih yang terbentuk pada larutan menunjukkan adanya klor.

Uji Sulfat
Sebanyak 1 mL filtrat diasamkan dengan larutan HCl 10% sebanyak 1 mL,
lalu ke dalam filtrat tersebut ditambahkan 1 mL larutan BaCl2. Endapan putih
yang terbentuk pada larutan menunjukkan adanya sulfat.
3

Pengujian Endapan
Endapan hasil pengujian filtrat yang terdapat pada kertas saring
ditambahkan dengan 5 mL asam asetat 10%. Filtrat asam tersebut ditempatkan ke
dalam tabung reaksi baru.

Uji Kalsium
Sebanyak 1 mL filtrat hasil uji pengendapan ditambahkan dengan 1 mL
amonium oksalat 1%. Endapan putih yang terbentuk pada larutan menunjukkan
adanya kalsium.

Uji Fosfat
Sebanyak 1 mL filtrat hasil uji pengendapan ditambahkan dengan 1 mL
larutan urea 10% dan pereaksi Molibdat khusus. Larutan dikocok rata, kemudian
ditambahkan dengan 1 mL larutan ferosulfat khusus. Terbentuknya warna biru
pada larutan yang semakin lama semakin pekat menunjukkan adanya fosfat.

Uji Magnesium
Sebanyak 1 mL filtrat dipanaskan sampai mendidih dan ditambahkan
seujung sudip kristal amonium karbonat dan amonium klorida sampai terbentuk
endapan. Endapan yang terbentuk disaring dan ke dalam filtrat ditambahkan
kristal dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida sampai basa.
Endapan putih yang terbentuk pada larutan menunjukkan adanya magnesium.

Uji Besi
Endapan yang tidak larut dalam asam asetat di kertas saring hasil pengujian
endapan ditambahkan sedikit larutan HCl 10%. Filtrat dibagi ke dalam dua tabung.
Tabung pertama ditambahkan 1 mL larutan amonium tiosianat. Warna positif
untuk pereaksi ini berwarna merah muda seulas pada larutan, sedangkan tabung
kedua ditambahkan dengan 1 mL larutan kalium ferisianida. Warna positif untuk
pereaksi ini berwarna hijau pada larutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mineral secara umum adalah unsur biokimia yang membantu serta membina
kesehatan jantung, saraf, dan otot. Unsur mineral merupakan salah satu komponen
yang sangat diperlukan makhluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh bila
bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak dan sebagian besar
karbon berubah menjadi uap air, gas karbon dioksida dan uap nitrogen. Sebagian
besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik
sederhana, serta akan terjaddi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen
sehingga terbentuk garam anorganik (Arifin 2008). Uji kualitatif mineral yang
dilakukan didasarkan pada pembentukan warna pada larutan.
4

Tabel 1 Pengujian Kualitatif Mineral

Jenis Uji Hasil Perubahan Gambar


Pengamatan Warna

Uji Klorida + Endapan putih

Tidak
Uji Sulfat -
berwarna

Uji Kalsium + Endapan putih

Endapan biru
Uji Fosfat +
kehijauan
5

Tidak
Uji Magnesium -
berwarna

Uji Besi (pereaksi


Merah muda
amonium +
seulas
tiosianat)

Uji Besi (pereaksi


+ Hijau
kalium ferisianida)

Keterangan : (+) Mengandung (-) Tidak mengandung


Tulang yang digunakan pada percobaan ialah tulang sapi. Komposisi utama
jaringan tulang jumlahnya bergantung pada spesies, umur, jenis kelamin, jenis
tulang dan posisi dalam tulang. Komposisi tulang secara umum terdiri dari 55%
material anorganik (mineral tulang), 30% organik dan 15% air. Tepung tulang
mengandung klorida, kalsium, fosfat, magnesium, dan besi, sedangkan sulfat
ditemukan dalam jumlah sangat kecil (Siswono 2001).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat yang dibasakan oleh
NH4OH pekat sehingga terbentuk endapan dan juga filtrat. Perlakuan ini bertujuan
memisahkan beberapa mineral dari filtrat membentuk endapan sehingga mineral
dapat diikat oleh senyawa lain. Filtrat yang dihasilkan diuji dengan uji klorida dan
uji sulfat. Penambahan HNO3 pada uji klorida agar suasana larutan menjadi asam.
Tujuannya untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral mudah diikat
oleh senyawa reaktif lain yang dapat bereaksi dengan mineral membentuk suatu
endapan putih dalam larutan. Senyawa yang ditambahkan pada uji klorida ialah
larutan AgNO3 2%. Senyawa AgNO3 merupakan garam yang dapat bereaksi
dengan sulfat, sehingga dapat membentuk endapan AgCl dalam larutan.
Cl- + AgNO3 → AgCl + NO3-
Gambar 1 Reaksi yang terjadi pada uji klorida (Svehla 1985)
6

Berdasarkan hasil percobaan uji klorida menghasilkan endapan putih setelah


penambahan AgNO3 2% yang menunjukkan hasil yang positif. HNO3 berfungsi
untuk membuat suasana asam dan mencegah terbentuknya endapan perak fosfat.
Endapan putih disebabkan karena ion Cl- dan Ag+ membentuk endapan putih
AgCl. Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi mengandung klorida
sesuai dengan pernyataan Siswono (2001) bahwa tulang sapi mengandung klorida.
Prinsip uji sulfat didasarkan pada terbentuknya endapan putih pada larutan.
Uji sulfat menggunakan pereaksi BaCl2 yang akan membentuk BaSO4 yang
memiliki derajat kelarutan yang rendah sehingga mengakibatkan terbentuknya
endapan dalam larutan yang sebelumnya sudah diasamkan oleh HCl dengan
konsentrasi 10% (Poedjiadi 2009).
SO42- + BaCl2 → BaSO4 + 2Cl-
Gambar 2 Reaksi yang terjadi pada uji sulfat (Svehla 1985)
Hasil percobaan menunjukkan hasil yang negatif dengan tidak terbentuknya
endapan putih BaSO4. Hal ini menunjukkan bahwa tulang sapi tidak mengandung
sulfat. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Siswono (2001) bahwa tulang sapi
mengandung sulfat. Hasil yang negatif dapat disebabkan oleh kandungan sulfat
dalam tulang yang memang memiliki jumlah sangat kecil sehingga sulit diamati
keberadaannya dalam sampel pada percobaan.
Endapan yang dihasilkan dari uji sebelumnya diuji dengan uji kalsium,
fosfat, magnesium dan besi. Endapan yang diuji ditambahkan dengan asam asetat
yang bertujuan untuk melarutkan kalsium, magnesium, dan fosfat, sedangkan
endapan yang terbentuk dari sisa penambahan asam akan diuji dengan uji besi
untuk mengetahui keberadaan unsur besi dalam tulang sapi. Uji kalsium dilakukan
dengan menambahkan amonium oksalat 1% sehingga dapat membentuk endapan
putih kalsium oksalat yang menunjukan hasil positif uji ini.
Ca2+ + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 + 2NH4+
Gambar 3 Reaksi yang terjadi pada uji kalsium (Svehla 1985)
Hasil percobaan menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya
endapan putih pada larutan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu tulang sapi
mengandung kalsium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswono (2001) bahwa
tulang sapi mengandung kalsium.
Prinsip uji fosfat yaitu terbentuknya endapan berwarna biru yang
menandakan adanya fosfat. Fosfat diuji dengan menambahkan urea 10% sehingga
dihasilkan urea yang terikan pada fosfat dengan cara memutus ikatan rangkap
dengan atom oksigen, kemudian mineral ini dapat bereaksi dengan larutan
ferosulfat khusus membentuk persenyawaan berwarna biru atau hijau kebiruan
karena senyawa ferosulfat reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa
kompleks berwarna (Suhardjo 1986).
PO43- + FeSO4 → Fe3(PO4)2 + SO42-
Gambar 4 Reaksi yang terjadi pada uji fosfat (Suhardjo 1986)
Hasil percobaan menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya
endapan biru kehijauan pada larutan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa abu
tulang sapi mengandung fosfat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswono (2001)
bahwa tulang sapi mengandung fosfat.
7

Magnesium pada percobaan diuji keberadaanya dengan pemanasan agar


sampel teraktivasi dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan senyawanya dengan
senyawa lain dalam filtrat. Penambahan kristal amonium karbonat dan amonium
klorida dilakukan untuk membentuk endapan yang bukan magnesium yang dapat
bereaksi sama seperti magnesium membentuk endapan ketika ditambahkan
dinatrium hidrogen fosfat dan amonium hidroksida. Jika filtrat direaksikan dengan
larutan dinatrium hidrogen fosfat maka akan terjadi endapan putih. Awalnya
magnesium klorida tidak akan mengendap, karena amonium klorida berfungsi
sebagai buffer. Konsentrasi ion hidroksida dari amonium hidroksida berdasarkan
kerja aksi massa akan didesak kembali dengan bertambahnya konsentrasi ion
amonium (Poedjiadi 2009).
Mg2+ + NaHPO4 → MgHPO4 + 2Na+
Gambar 5 Reaksi yang terjadi pada uji magnesium (Svehla 1985)
Hasil percobaan menunjukkan hasil yang negatif dengan tidak terbentuknya
endapan putih dan menunjukkan bahwa abu tulang sapi tidak mengandung
magnesium. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Siswono (2001) bahwa tulang
sapi mengandung magnesium. Hasil yang negatif dapat disebabkan oleh
kandungan magnesium dalam tulang yang memang memiliki jumlah sangat kecil
sehingga sulit diamati keberadaannya dalam sampel pada percobaan.
Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang
tidak larut saat penambahan asam asetat. Uji besi yang pertama dengan amonium
tiosianat yang kemudian membentuk warna merah dan uji besi yang kedua dengan
kalium ferosianida membentuk warna biru atau hijau. Adanya warna merah, biru
atau hijau menandakan adanya besi dan berdasarkan percobaan terbentuk warna
merah muda seulas dan hijau. Perbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi
yang terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda (Suhardjo 1986).
Fe2+ + 6NH4SCN → [Fe(SCN)6]3- + 6NH4+
Gambar 6 Reaksi pada uji besi dengan amonium tiosianat (Suhardjo 1986)
4Fe3+ + 3K4[Fe(CN)6] → Fe4[Fe2(CN)6)]3 (hijau) + 12K+
Gambar 7 Reaksi pada uji besi dengan kalium ferosianida (Suhardjo 1986)
Hasil percobaan menunjukkan hasil yang positif dengan terbentuknya warna
merah muda pada larutan dengan pereaksi amonium tiosianat dan warna hijau
pada larutan dengan pereaksi kalium ferosianida. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa abu tulang sapi mengandung besi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Siswono (2001) bahwa tulang sapi mengandung besi.
Aplikasi pengujian mineral dalam dunia industri yaitu dalam penentuan
jumlah dan jenis mineral yang digunakan untuk membuat pakan ternak agar
ternak dapat tumbuh dengan baik, selain itu juga untuk penentuan jumlah dan
jenis mineral yang digunakan dalam membuat produk makanan yang bergizi
tinggi serta minuman seperti susu. Pengujian mineral terutama pada mineral Ag,
Hg, dan Pb juga berguna untuk mengetahui kadar logam berat dalam makanan,
seperti kerang dan telur asin. Mineral dapat memelihara serta mengendalikan
tulang. Mineral juga berfungsi sebagai katalis terhadap semua proses biokimia
yang ada di dalam tubuh. Mineral juga berperan membantu dalam pembentukan
antibodi di dalam tubuh. Mineral dapat menjaga dan juga mengatur keseimbangan
air dan juga asam basa pada darah dan fungsi mineral lainnya yaitu berperan
8

dalam penyusunan kerangka tubuh, otot, serta gigi dan juga sebagai aktivator
dalam peranan enzim dan juga hormon (Siswono 2001).
Dampak buruk yang dapat dihasilkan dari adanya kelebihan mineral adalah
kelebihan natrium dapat mengakibatkan timbulnya keracunan, jika sudah terlalu
parah maka akan menyebabkan edema dan juga hipertensi. Kelebihan klor ini
gejala yang paling nyata adalah dapat menyebabkan muntah. Kelebihan kalsium
di dalam tubuh maka akan menyebabkan batu ginjal atau gangguan pada ginjal,
gangguan absorbsi mineral lainnya, serta menyebabkan konstipasi. Apabila kadar
fosfor yang ada di dalam tubuh berlebih, maka ion fosfat akan mengikat kalsium,
sehingga akan mengakibatkan kejang. Kekurangan mineral juga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia, gondok, osteoporosis dan
osteomalasia (Salamah et al 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Larutan abu tulang mengandung klorida, kalsium, fosfat, magnesium, dan


besi, sedangkan sulfat ditemukan dalam jumlah sangat kecil. Berdasarkan
percobaan untuk sampel uji ketika dilakukan uji klorida sampel positif
mengandung klorida, uji sulfat sampel negatif mengandung sulfat, uji kalsium
sampel positif mengandung kalsium, uji magnesium sampel negatif mengandung
magnesium, uji fosfat sampel positif mengandung fosfat dan uji besi sampel
positif mengandung besi.

Saran

Pada saat praktikum seharusnya setiap pereaksi maupun larutan uji, tidak
boleh kontaminasi agar hasil yang diperoleh baik, pada saat pemipetan larutan
dipastikan volume larutan yang dipipet sesuai praktikum, agar komposisi
seimbang dan hasil yang di dapatkan tidak menyimpang agar kerja lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan
metode analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian 27(3): 99-105.
Fathul F, Wajizah S. 2009. Penambahan mikromineral Mn dan Cu dalam ransum
terhadap aktivitas biofermentasi rumen domba secara in vitro. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner 15(1): 9-15.
Lee J. 1999. Current Issues in Trace Element Nutrition of Grazing Livestock in
Australia and New Zealand. New York (USA): John Willey and Sons.
9

Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.


Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Poedjiadi A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Salamah E, Purwaningsih S, Kurnia R. 2012. Kandungan mineral remis
(Corbicula javanica) akibat proses pengolahan. Jurnal Akuatika 3(1): 74-84.
Siswono. 2001. Mineral dalam Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.
Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Svehla G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Makro dan Semimikro. Setiono,
Pudjaatmaka, penerjemah. Jakarta (ID): Kalma Media Pustaka. Terjemahan
dari: Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysisis.
Wilson, Keith, Walker J. 2000. Principles and Techniques of Pratical
Biochemistry edition. United Kingdom (UK): Press Syndicate of The
University of Cambridge.

Anda mungkin juga menyukai