Anda di halaman 1dari 14

INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Yang dibina oleh Bejo Danang Saputra, M.Kep

KELOMPOK 2

Disusun Oleh :

1. Sugiarto Arif Budiman (108116038)


2. Hapsyah Nur Hayati (108116042)
3. Putri Septia Sari (108116046)
4. Vivi Nurafni Septiana (108116051)
5. Anis Isfatun Khoeriyah (108116055)
6. Arizal Setyawan (108116058)
7. Desy Nur Annisa (108116059)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Indikator
mutu asuhan keperawatan sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun
telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan


makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Manajemen Keperawatan yang
memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa
kepada teman-teman semua yang telah ikut berpartisipasi membantu penyusun
dalam upaya penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Cilacap, 16 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
TINJAUAN TEORITIS.................................................................................................... 3
A. Definisi ................................................................................................................... 3
B. Indikator mutu asuhan keperawatan .................................................................. 3
C. Indicator mutu kepusan pasien ........................................................................... 6
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 9
Simpulan ...................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indicator kulaitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu factor penentu citra institusi pelayanan kesehatan
di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok
profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan, dan terdekat dengan
penderitaan, kesakitan serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya.
Salah satu indicator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak.
Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat
dengan keinginan, kebutuhan dan harapan (Tjiptono,2001:54). Pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan
paripurna.

Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk


teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Melihat
fenomena di atas, pelayanan keperawatan yang memiliki konstribusi yang
sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit dipandang perlu untuk
melakukan evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan. Strategi untuk
kegiatan jaminan mutu antara lain dengan baku mutu (benchmarking) dan
manajemen kualitas total (total quality management) (Marquis & Huston,
1998). Baku mutu atau penelitian praktik terbaik (best practice research) adalah
kegiatan mengkaji kelemahan tertentu dari suatu institusi dan kemudian
mengidentifikasi institusi lain yang memiliki keunggulan dalam aspek yang
sama. Kegiatan dilanjutkan dengan berkomunikasi dalam menetapkan

1
kesepakatan kerjasama untuk mendukung dan meningkatkan kelemahan
tersebut. (Marquis & Huston, 1998).

Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah


sakit dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu.
Kegiatannya dapat dilaksanakan dalam dua tingkat yaitu tingkat rumah sakit
dan tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan
mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah
sakit akan diawali dengan penetapan criteria pengendalian, mengidentifikasi
informasi yang relevan dengan criteria, menetapkan cara mengumpulkan
informasi/data, membandingkan informasi dengan criteria yang telah
ditetapkan, menetapkan keputusan tentang kualitas, serta memperbaiki situasi
sesuai hasil yang diperoleh, lalu menetapkan kembali cara mengumpulkan
informasi

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan keperawatan?
2. Bagaimana indicator mutu asuhan keperawatan
3. Bagaimana indicator mutu kepuasan klien?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk membantu agar pembaca dapat mengerti dan lebih memahami
tentang indicator mutu asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui pengertian mutu pelayanan keperawatan
2. Dapat mengetahui indicator mutu ashuan keperawaan
3. Dapat mengetahui mutu kepuasan klien

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan
pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.

B. Indikator mutu asuhan keperawatan


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal
Pelayanan Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan
"Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit". Standar Asuhan Keperawatan
menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu:

1. Pengkajian keperawatan,
2. Diagnosa keperawatan,
3. Perencanaan keperawatan,
4. Intervensi keperawatan,
5. Evaluasi keperawatan, dan
6. Catatan asuhan keperawatan.

Dalam melaksanakan intervensi keperawatan terdapat 14 kebutuhan


pasien yang harus mendapat perhatian perawat yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan oksigen


b. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan serta
elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi
d. Memenuhi kebutuhan keamanan

3
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan
f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h. Memenuhi kebutuhan spiritual
i. Memenuhi kebutuhan emosional
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.

a. Aspek struktur (input)


Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang
meliputi
1) M1 (tenaga),
2) M2 (sarana prasarana),
3) M3 (metode asuhan keperawatan),
4) M4 (dana),
5) M5 (pemasaran), dan lainnya.

Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur system RS


tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelyanaan. Kualitas
struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi),
dan mutu dari masing-masing komponen struktur

b. Proses

4
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan
diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakit, dan prosedur pengobatan.

c. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhdaap pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek
pelayanan meliputi:
1. Angka infeki nosokomial : 1-2%
2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%
7. ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8. PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9. POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
1. Biaya per unit untuk rawat jalan
2. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
3. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4. BOR (Bed Occupancy Ratio) : 70-85%
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%

5
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi
nosokomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah;
tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%

C. Indicator mutu kepusan pasien


Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur
dengan jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat pembaca di
Koran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya.
Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
1. Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak
RS dengan asal pasien
2. Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis
3. Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka
standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator)
nasional. Jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada
tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah
dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang
terkait.
Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
2. Pasien diberi obat salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
4. Tidak ada oksigen

6
5. Tidak ada suction (penyedot lendir)
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain.
Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di SGH
(Singapore General Hospital, 2006) meliputi:
1. Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran
pasien, beban kerja perawat, model tempat tidur, tingkat perlukaan,
dan keluhan keluarga
2. Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya
kepuasan pasien, tingkat ekonomi pasien, respons perawat terhadap
pasien, dan peraturan tumah sakit
3. Clinical incident diantaranya jumlah pasien phlebitis, jumlah pasien
ulkus dekubitus, jumlah pasien pneumonia; jumlah pasien tromboli,
dan jumlah pasien edema paru karena pemberian cairan yang
berlebih
4. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infuse yang berkali-kali
kurangnya keterampilan perawat, dan complain pasien
5. Medication incident, meliputi lima tidak tepat (jenis obat, dosis,
pasien, cara, waktu)

Tabel 1 Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan


Standar Nasional

∑ BOR 75-80%

∑ ALOS 1-10 hari

∑ TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari

∑ BTO (Bed Turn Over) 5-45 hari

∑ NDR (Net Death Rate) < 2,5%

∑ GDR (Gross Death Rate) < 3%

7
∑ ADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000

∑ PODR (Post-Operation Death Rate) < 1%

∑ POIR (Post-Operative Infection < 1%


Rate)
∑ NTRR (Normal Tissue Removal < 10%
Rate)
∑ MDR (Maternal Death Rate) < 0,25%

∑ IDR (Infant Death Rate) < 2%

Standar Nasional American Nurses Association (ANA) dalam mengukur mutu


perawatan telah menyepakati indikator-indikator mutu keperawatan seperti yang
ada pada table dibawah Sumber: The National Database of Nursing Quality
Indicators (NDNQI),2007.

Tabel 2. Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA

Kategori Ukuran
Ukuran 1. Angka kematian pasien karena komplikasi operasi
berfokus 2. Angka decubitus
outcomes 3.Angka pasien jatuh
pasien 4.Angka psien jatuh dengan cidera
5.Angka restrain
6.ISK karena pemasangan cateter di ICU
7.Blood stream infection karena pemasangan cateter line
central di ICU dan HDNC
8.VAP di ICU dn HDNC

8
Ukuran 9.Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
berfokus 10.Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
pada 11.Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
intervensi
perawat
Ukuran 12.Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
berfokus 13.Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan
pada UAP
sistem 14.Practice Environment Scale—Nursing Work Index
15.Turn over

Menurut Griffiths et.al.,2008 indikator keperawatan dapat mengambarkan


keselamatan, efektifitas dan perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu:

a. Safety: kegagalan penyelamatan (kematian pada pasien dengan komplikasi


pengobatan); Jatuh; Hospital acquired infections; Hospital acquired
pneumonia; Dekubitus.
b. Effectiveness: Pola dan level perawat; Kepuasan perawat; Persepsi perawat
terhadap lingkungan kerja.
c. Compassion: pengalaman pasien selama dirawat; Pengalaman pasien
dalam komunikasi.

9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Indikator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat
penting bagi suatu institusi rumah sakit, karena mutu pelayanan
keperawatan ini merupakan penilaian bagi masyarakat terhadap suatu
rumah sakit. Indikator mutu ini merupakan citra dari suatu rumah sakit.
Sehingga ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan indikator
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap sebagai acuan dalam
meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2011, Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional, ed.3, Jakarta: Salemba Medika.

Astuti,Endri. Jenis Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan. Diakses tanggal


16 April 2019. http://mutupelayanankesehatan.net/publikasi/artikel/19-
headline/1272-jenis-jenis-indikator-mutu-pelayanan-keperawatan

11

Anda mungkin juga menyukai