Indikator Mutu Asuhan Keperawatan
Indikator Mutu Asuhan Keperawatan
KELOMPOK 2
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Indikator
mutu asuhan keperawatan sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun
telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indicator kulaitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu factor penentu citra institusi pelayanan kesehatan
di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok
profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan, dan terdekat dengan
penderitaan, kesakitan serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya.
Salah satu indicator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak.
Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat
dengan keinginan, kebutuhan dan harapan (Tjiptono,2001:54). Pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan
paripurna.
1
kesepakatan kerjasama untuk mendukung dan meningkatkan kelemahan
tersebut. (Marquis & Huston, 1998).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan keperawatan?
2. Bagaimana indicator mutu asuhan keperawatan
3. Bagaimana indicator mutu kepuasan klien?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk membantu agar pembaca dapat mengerti dan lebih memahami
tentang indicator mutu asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui pengertian mutu pelayanan keperawatan
2. Dapat mengetahui indicator mutu ashuan keperawaan
3. Dapat mengetahui mutu kepuasan klien
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan
pelayanan kesehatan/keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
1. Pengkajian keperawatan,
2. Diagnosa keperawatan,
3. Perencanaan keperawatan,
4. Intervensi keperawatan,
5. Evaluasi keperawatan, dan
6. Catatan asuhan keperawatan.
3
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan
f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h. Memenuhi kebutuhan spiritual
i. Memenuhi kebutuhan emosional
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses
penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
b. Proses
4
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur
antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan
diagnosis, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakit, dan prosedur pengobatan.
c. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhdaap pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek
pelayanan meliputi:
1. Angka infeki nosokomial : 1-2%
2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%
7. ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8. PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9. POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
1. Biaya per unit untuk rawat jalan
2. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
3. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4. BOR (Bed Occupancy Ratio) : 70-85%
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
5
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi
nosokomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah;
tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%
6
5. Tidak ada suction (penyedot lendir)
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain.
Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di SGH
(Singapore General Hospital, 2006) meliputi:
1. Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran
pasien, beban kerja perawat, model tempat tidur, tingkat perlukaan,
dan keluhan keluarga
2. Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya
kepuasan pasien, tingkat ekonomi pasien, respons perawat terhadap
pasien, dan peraturan tumah sakit
3. Clinical incident diantaranya jumlah pasien phlebitis, jumlah pasien
ulkus dekubitus, jumlah pasien pneumonia; jumlah pasien tromboli,
dan jumlah pasien edema paru karena pemberian cairan yang
berlebih
4. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infuse yang berkali-kali
kurangnya keterampilan perawat, dan complain pasien
5. Medication incident, meliputi lima tidak tepat (jenis obat, dosis,
pasien, cara, waktu)
∑ BOR 75-80%
7
∑ ADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000
Kategori Ukuran
Ukuran 1. Angka kematian pasien karena komplikasi operasi
berfokus 2. Angka decubitus
outcomes 3.Angka pasien jatuh
pasien 4.Angka psien jatuh dengan cidera
5.Angka restrain
6.ISK karena pemasangan cateter di ICU
7.Blood stream infection karena pemasangan cateter line
central di ICU dan HDNC
8.VAP di ICU dn HDNC
8
Ukuran 9.Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
berfokus 10.Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
pada 11.Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
intervensi
perawat
Ukuran 12.Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
berfokus 13.Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan
pada UAP
sistem 14.Practice Environment Scale—Nursing Work Index
15.Turn over
9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Indikator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat
penting bagi suatu institusi rumah sakit, karena mutu pelayanan
keperawatan ini merupakan penilaian bagi masyarakat terhadap suatu
rumah sakit. Indikator mutu ini merupakan citra dari suatu rumah sakit.
Sehingga ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan indikator
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap sebagai acuan dalam
meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit.
10
DAFTAR PUSTAKA
11