R e s t h i e R a c h m a n t a P u t r i
d r. M a r c e l a Y o l i n a
MASTER CLASS
THT - KL
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15
Kel. Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA/Line 082122727364 www.optImaprep.com
Anatomi Telinga
Membran Timpani
– Warna putih mengkilat seperti mutiara
– Perubahan warna
• Merah : hiperemi akibat radang
• Hitam : fungi
• Kuning : fungi
• Putih: fungi atau asidum borikum pulveratum
– Perubahan posisi
• Retraksi : malnubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan
lebih horizontal
• Bombans: membrana timpani terdesak ke latera, cembung, warna
merah
– Perubahan struktur
• Perforasi: sentral atau marginal, atik
• Ruptura : akibat trauma (berbentuk bintang)
• Sikatriks: bekas perforasi yang sudah menutup
AUDIOLOGI
Tes Pendengaran
• Hasil tes pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif
(tajam pendengaran), dan secara kualitatif (ketulian)
• Tes bisik
– Syarat ruangan sunyi, tidak ada echo, serta ada jarak
sepanjang 6 M
– Penderita
• Mata ditutup agar tidak bisa lihat gerak bibir pemeriksa
• Telinga yang akan diperiksa dihadapkan ke pemeriksa
• Telinga yang tidak diperiksa ditutup agar tidak salah hasil
• Minta penderita mengulang dengan keras, kata – kata yang
dibisikkan
• Teknik pemeriksaan :
– Penderita dan pemeriksa sama – sama berdiri, penderita
tetap ditempat, pemeriksa yang berpindah tempat
– Mulai jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata
– Bila semua kata dapat didengar pemeriksa mundur kejarak
2 m disibisikkan lagi sampai jarak dimana penderita
mendengar 80% kata – kata mendengar 4 dari 5 kata yang
dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran pasien.
Uji Penala
• Cara Pemeriksaan :
– Tes Rinne penala digetarkan, tangkainya diletakkan pada prosesus
mastoid, setelah tidak terdengar penala diletakkan depan telinga
• Positif (+) bila masih terdengar
• Negatif (-) bila tidak terdengar
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Audiologi Nada Murni
Audiometri nada murni:
• Ambang Dengar (AD): bunyi nada murni terlemah pada
frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga
seseorang.
• Perhitungan derajat ketulian:
(AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) / 4
• Derajat ketulian:
– 0-25 dB : normal
– >25-40 dB : tuli ringan
– >40-55 dB : tuli sedang
– >55-70 dB : tuli sedang berat
– >70-90 dB : tuli berat
– >90 dB : tuli sangat berat
TULI
• Tuli konduktif:
– gangguan hantaran
suara di telinga luar-
telinga tengah
• Tuli sensorineural:
– Lesi di labirin, nervus
auditorius, saraf
pusat
• Tuli campuran
– Terdapat gabungan
keduanya
Tuli
Tuli konduktif Tuli Sensorineural
• Kelainan di telinga luar : • Tuli sensorineural
– Kelainan kongenital : – Tipe koklea
• Atresia liang telinga – Tipe retrokoklea
• Mikrotia
• Pemeriksaan Audiometri
– Otitis Eksterna
khusus :
– Osteoma liang telinga
– Berfungsi untuk membedakan
– Sumbatan serumen tuli tipe koklea atau
• Kelainan di telinga tengah : retrokoklea
– Gangguan fungsi tuba – Jenis tes :
eustakhius • SISI,ABLB,ToneDecay,
– Barotrauma • Tympanometri,Bekessy,BERA,
• Elektrokokleografi,OAE
– Otitis media
– Otosklerosis,
Timpanosklerosis
– Hemotimpanum
– Dislokasi tulang pendengaran
Tuli Sensorineural
• Presbikusis • Tuli akibat bising (NIHL = Noise Induced
• Atrofi & perubahan vaskuler pd stria Hearing Loss)
vaskularis. Degenerasi sel-sel rambut • Kerusakan bagian organ Corti :
penunjang di organ Corti. Berkurangnya membran, stereosilia, sel rambut,
jumlah & ukuran sel ganglion & saraf • Klinis:
• Klinis: – pendengaran terganggu biasanya bilateral
– Usia >60 tahun – Telinga berdenging
– pendengaran berkurang perlahan & – Riwayat terpajan bising dalam jangka waktu
progresif, simetris, lama
– Telinga berdenging – Bising > 85 dB >8 jam perhari atau 40 jam
– Tidak enak berbicara di tempat ramai perminggu
(Cocktail party deafness) – Pada gangguan pendengaran cukup berat,
– Bila mendengar suara keras terasa nyeri sukar menangkap percakapan
(recruitment) – Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi,
– Uji Penala : R: +, W lateralisasi ke telinga atau lateralisasi ke sisi yg lebih baik (tuli
sehat (tuli sensorineural) sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural penurunan – Audiogram : tuli sensorineural, penurunan
biasanya mulai frek.>1000Hz pada frek 3000- 6000Hz, terdapat takik pd
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi frek 4000Hz (“Kahart Notch”)
wicara – Audiometri tutur : gangguan diskriminasi
wicara
Tuli Sensorineural
• Tuli akibat obat ototoksik
• Kerusakan sel rambut, stria vaskularis
• Klinis:
– pendengaran terganggu Kadang disertai vertigo
– Telinga berdenging
– Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida, diuretik, anti
inflamasi (salisilat), anti malaria (Klorokuin), anti Kanker (CIS
platinum)
– Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi
yg lebih baik (tuli sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural, penurunan tajam pada pada
frekuensi tinggi
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi wicara
OTITIS EKSTERNA
Otitis Eksterna
Tanda OE:
• Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang
atau tragus ditekan.
• Otitis externa sirkumskripta
(furuncle)
– Etiologi: Staph. aureus, Staph. albus
– Terbatas pada kelenjar minyak/rambut
yg terobstruksi
– Hanya pada bagian kartilago telinga,
tidak ada jaringan penyambung di
bawah kulit sangat nyeri
– Th/: AB topikal, analgetik/anestesi
topikal.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)
– Etiologi: Pseudomonas, Staph. albus, E. coli.
– Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
– Sangat nyeri, liang telinga: edema, sempit, nyeri
tekan (+), eksudasi
– Jika edema berat pendengaran berkurang
– Th/: AB topikal, kadang perlu AB sistemik
– AB: ofloxacin, ciprofloxacin, colistin, polymyxin B,
neomycin, chloramphenicol, gentamicin, &
tobramycin.
– Ofloxacin & ciprofloxacin: AB tunggal dengan
spektrum luas untuk patogen otitis eksterna.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otitis Externa
• Malignant otitis externa (necrotizing OE)
– Pada pasien diabetik lansia atau imunokompromais.
Tatalaksana
Asam asetat 2% dalam alkohol atau povidon iodine 5%
atau antifungal topikal (nistatin/clotrimazol 1%)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otomikosis (Fungal Otitis Externa)
Akut
Otitis Media Efusi
(Air Bubble (+))
Infeksi (-)
Kronik
Glue Ear
Oklusi tuba
Akut
< 3 bulan
Infeksi (+) Otitis Media
Kronik
> 3 bulan
Otitis Media
Otitis Media Efusi
• Radang mukoperiosteum rongga telinga tengah yang ditandai
dengan adanya cairan dan membrane timpani yang utuh.
• Klasifikasi: Eksudativa (Aerotitis, Barotrauma), Serosa
(Kataralis), Mukoid (Glue Ear)
• Gejala:
– Telinga seperti tertutup atau penuh
– Tinnitus nada rendah
– Tuli konduktif
– Displakusis (mendengar suara ganda
• Terapi:
– Cari pencetusnya
– Medikamentosa: steroid, dekongestan, antihistamin
– Definitf: pemasangan ear ventilation tube (grommet tube)
• Terjadi ketika suatu
oklusi tuba tidak
teratasi. Terjadi
pengumpulan cairan
serosa di dalam
cavum timpani
dengan gejala khas
berupa gelembung
udara pada
pemeriksaan otoskop
(Air Bubble)
• Pseudomonas aeruginosa 31 %,
Bakteri aerob : • Klebseilla pneumoniae 27%
• Proteus mirabilis 16%
OMK Tubotimpanal
(BENIGNA / TIPE AMAN)
• Peradangannya terjadi pada regio timpani posterior (epitimpani dan
retrotimpani).
• Dijumpai pada semua umur
• Sering menimbulkan komplikasi serius akibat drainase yang kurang baik
dikarenakan adanya diafragma timpani, sehingga sering disebut sebagai
OMK Maligna
• Tipe Atikoantral ini memiliki dua bentuk manifestasi klinis, antara lain:
– Timpanomastoid
• Ditemukan perforasi membrane timpani di atik atau marginal
dengan discharge yang purulent dan berbau. Tipe ini dapat
menimbulkan komplikasi mastoiditis.
– Kolesteatoma
• Jenis kolesteatoma yang terjadi akibat OMK maligna hanya
kolesteatoma akuisita sekunder.
OMSK Atikoantral
(MALIGNA / TIPE BAHAYA)
OMSK Maligna dan Benigna
Kelainan Tipe Benigna Tipe Maligna
Epitel fisiologis
bertransfromasi akibat:
• Invaginasi membran
timpani
• Invasi epithelial
• Metaplasia
• Hiperplasia sel basal
Gejala OMSK
Otorrhea
Gangguan pendengaran
yang baik
– Menghindari Mastoidektomi radikal
rekurensi infeksi Jenis Pembedahan dengan modifikasi
(operasi Bondy)
– Mencegah komplikasi
– Mempertahankan/me Miringoplasti
mperbaiki fungsi
pendengaran
Timpanoplasti
Pembagian Komplikasi Otitis Media
(Souza dkk, 1999)
Komplikasi Otitis Media dibagi menjadi:
• Komplikasi Intratemporal telinga
tengah, rongga mastoid, telinga
dalam (Mastoiditis, Facial palsy,
Labrynthitis, Labrynthine fistula
Petrositis, Postauricular fistula
Subperiosteal abscess)
• Komplikasi Ekstratemporal :
– Komplikasi intrakranial abses
ekstradura, abses subdura, abses
otak, meningitis, tromboflebitis sinus
lateralis, hidrosefalus otikus
– Komplikasi ekstrakranial abses
retroaurikuler, abses Bezold’s, abses
Luc’s, abses Citelli, abses zigomatikus
Komplikasi OMSK
RHINITIS
DIAGNOSIS CLINICAL FINDINGS
Riwayat atopi. Gejala: bersin, gatal, rinorea, kongesti. Tanda: mukosa
RINITIS ALERGI
edema, basah, pucat atau livid, sekret banyak.
belum diketahui; Dicetuskan oleh rangsang non-spesifik asap, bau, alkohol, suhu,
ETIOLOGI
makanan, kelembaban, kelelahan, emosi/stres
Anamnesis: Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan, tergantung posisi pasien
disertai sekret yang mukoid atau serosa yang dicetuskan oleh rangsangan non spesifik
Rinoskopi anterior: Edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua
DIAGNOSIS dengan permukaan konka dapat licin atau berbenjol (hipertrofi) disertai sedikit sekret
mukoid
Penunjang: Eosinofilia ringan, tes alergi hasil (-)
1. Menghindari stimulus
2. Simptomatis: dekongestan oral, kortikosteroid topikal, antikolinergik topikal,
TATALAKSANA kauterisasi konka, cuci hidung)
3. Operasi (bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi)
4. Neurektomi nervus vidianus bila cara lain tidak berhasil
Buku ajar ilmu THT 2007
Rhinitis Kronik/ Atrofi
• Infeksi hidung kronik, ditandai
oleh atrofi progresif pada mukosa • Gejala: napas berbau, ingus
dan tulang konka. kental berwarna hijau, kerak
(krusta) hijau, gangguan
• Secara klinis mukosa hidung penghidu, sakit kepala, hidung
menghasilkan sekret yang kental tersumbat
dan cepat mengering sehingga
berbentuk krusta berbau busuk • Pengobatan: konservatif dan
operatif
• Etiologi: infeksi kuman spesifik
(Klebsiella, Stafilokokus,
Pseudomonas), defisiensi Fe,
defisiensi vitamin A, sinusitis
kronik, kelainan hormonal,
penyakit kolagen
Tatalaksana Rhinitis Atrofi
• Irigasi hidung dgn NS hangat minimal 2 kali sehari
• Setelah irigasi lubrikasi mukosa nasal dgn petroleum
jelly, xylitol-containing saline sprays, or personal
lubricants.
• Antibiotik dpt ditambahkan ke larutan irigasi jika cairan
nasal tetap purulen selama lebih dari 2 hari . Antibiotik
dpt diteruskan hingga purulen hilang.
• Antibotik awal yg dapat digunakan mupirosin
• Jika curiga gram negatif quinolon atau aminoglikosida.
• The oral administration of antibiotics may also be
required for acute infections pakai broad spectrum AB
Tatalaksana Rhinitis Atrofi
Operasi
• A number of surgical procedures have been proposed; however,
controlled trials have not been performed to adequately assess
their efficacy.
Operasi Young Penutupan total rongga hidung dengan flap
Operasi Young yang dimodifikasi penutupan lubang hidung
dengan meninggalkan 3 mm yang terbuka.
Operasi Lautenschlager memobilisasi dinding medial antrum
dan bagian dari etmoid, kemudian dipindahkan ke lubang
hidung.
Implantasi submukosa dengan tulang rawan, tulang, dermofit,
bahan sintetis seperti teflon, campuran triosite dan lem fibrin.
Transplantasi duktus parotis ke dalam sinus maksila
(operasi Wittmack) dengan tujuan membasahi mukosa hidung
Rinitis Medikamentosa
• Kelainan hidung berupa gangguan respons normal vasomotor
akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung atau
semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga
menyebabkan sumbatan menetap terjadi rebound
dilatation dan rebound congestion
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Tatalaksana Rinitis Medikamentosa
• Topical decongestant use must be discouraged and discontinued as
soon as possible.
• The oral corticosteroids are often used for 5-10 days, with nasal
corticosteroids started at the same time and continued until the
process is corrected.
https://emedicine.medscape.com/article/995056-treatment
EPISTAKSIS
Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
– Nadi, napas, tekanan darah
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
http://www.tipdisease.com/2013/12/sinusitis-sinus-infection-causes.html
Mangunkusomo E., Soetjipto D. Sinusitis dalam Soepardi E. A. et al : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2007
Pemeriksaan Rhinosinusitis
• Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
– Foto polos: posisi waters, caldwell, lateral
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal).
Kelainan yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
– CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya gold standard.
Karena mahal, hanya dikerjakan untuk penunjang
sinusitis kronik yang tidak membaik atau pra-operasi
untuk panduan operator.
https://id.pinterest.com/yamahafreddy/skull-sinuses-facial-bones/ imageradiology.blogspot.co.id/2012/09/x-ray-pns-position-occipito-frontal.html
Tatalaksana Rhinosinusitis
• Tujuan:
– Mempercepat penyembuhan
– Mencegah komplikasi
– Mencegah perubahan menjadi kronik
• Prinsip:
– Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) → drainasi & ventilasi pulih
• Farmakologi:
– Antibiotik
– Dekongestan
– Lain-lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, NaCl
– Saline irrigation — Mechanical irrigation with buffered, physiologic, or hypertonic saline
may reduce the need for pain medication and improve overall patient comfort,
particularly in patients with frequent sinus infections.
• Operasi
– untuk sinusitis kronik yang tidak membaik, sinusitis disertai kista atau kelainan
ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita, intrakranial, osteomielitis,
kelainan paru), sinusitis jamur.
Sistem vestibular:
– Perifer: kanalis semisirkularis & organ otolitik (sakula
dan utrikula), nervus vestibularis
– Sentral: batang otak, serebelum, lobus temporal.
Vertigo
Peripheral Vertigo Central Vertigo
Involving Inner ear, vestibular nerve Brainstem, cerebellum,
cerebrum
Onset Sudden Gradual
Nausea, vomitting Severe Varied
Hearing symptom Often Seldom
Neurologic symptom - Often
Compensation/resolution Fast Slow
Spontaneous nystagmus Horizontal, rotatoir Vertical
Positional nystagmus Latency (+), fatigue (+) Latency (-), no fatigue (-)
Calory nystagmus Paresis Normal
Nystagmus
Nystagmus of
Nystagmus consists central origin
of slow eye characteristically is
movement in one worsened by
direction followed fixation of gaze,
by rapid recovery
NYSTAGMUS while peripheral
movement in the nystagmus may be
opposite direction. ameliorated.
http://emedicine.medscape.com
Vertigo of Central Origin
CONDITION D E TA I L S
Cerebellopontine
Benign tumours in the interal auditory meatus
tumours
Pemeriksaan Gangguan
Keseimbangan Sentral
• Finger to nose to finger test
• Past pointing test
• Heel to shin test
• Disdiadokinesis
• Tandem Gait Test
Disdiadokinesis
Heel to shin
Tandem Gait
Vertigo of peripheral origin
Condition Details
BPPV Brief, position-provoked vertigo episodes caused by
abnormal presence of particles in semisircular canal
Meniere’s disease An excess of endolymph, causing distension of
endolymphatic system (vertigo, tinnitus, sensorineural
deafness)
Vestibular neuronitis Vestibular nerve inflammation, most likely due to virus
Acute labyrinthitis Labyrinth inflammation caused by viral or bacterial
infection
Labyinthine infarct Compromises blood flow to labyrinthine
Labyrinthine concussion Damage after head trauma
Perylimnph fistula Labyrinth membrane damage resultin in perylimph
leakage into middle ear
Diagnosis Vertigo
Medikamentosa Vertigo
Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Terapi simptomatik :
• Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung sebagai
depressor labirin):
• Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
• Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory; monoaminergik dengan
akibat inhibisi n. vestibualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine)
3 x 50 mg/hr.
• Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis) : Betahistine
(Merislon) 3 x 8 mg.
• Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M. oblongata):
Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n. vestibutaris) 3
x 2-5 mg/hr
• Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) : Metoclopramide (Primperan,
Raclonid) 3 x 10 mg/hr
BPPV
BPPV dan Non-BPPV
– Menurut neurotologi secara umum Vertigo Perifer terdiri
atas dua jenis gangguan yakni: BPPV dan Non-BPPV.
BPPV Non-BPPV
Tidak selalu diprovokasi gerakan
Diprovokasi gerakan kepala
kepala
Diagnosis: Perasat Dix-Hallpike, Diagnosis: Head Thrust (Impulse) Test,
Sidelying, Roll Dynamic Visual Acuity Test
Nistagmus vestibuler pada tes posisi:
Nistagmus vestibuler pada tes posisi:
arah ke sisi telinga yang sehat, tidak
arah ke sisi telinga yang sakit, terdapat
terdapat masa laten, dapat terjadi
masa laten, dapat terjadi reverse
reverse nistagmus, tidak selalu
nistagmus, terdapat decay (fenomena
ditemukan decay (fenomena
kelelahan).
kelelahan).
Sistem Vestibular
Sistem Vestibular
Sistem Vestibular
• BPPV disebabkan oleh debris yang berasal dari
utrikulus (nama lama: otolith, nama baru: canalith)
masuk ke kanalis semisirkularis & melekat pada kupula
atau mengambang di dalam endolimf.
Supine Roll
Horizontal Barbecue rotation (Lempert roll maneuver)
Test
https://www.uptodate.com/contents/benign-paroxysmal-positional-vertigo
Tatalaksana:
Epley
maneuver
• Home treatment
for BPPV: Brandt
Daroff maneuver
– 3 sets x 5
repetitions/day
for 2 weeks
– Success rate 95%
– Mostly complete
relief after 30 sets
(10 days)
Tatalaksana Medikamentosa BPPV
• Symptomatic treatment:
– Antivertigo (vestibular suppressant)
• Ca channel blocker: flunarizin
• Histaminic: betahistine mesilat (drug of choice)
• Antihistamin: difenhidramine, sinarisin
– Antiemetic:
• prochlorperazine, metoclopramide
– Psycoaffective:
• Clonazepam, diazepam for anxiety & panic attack
MENIERE, LABIRINITIS, & NEURITIS
VESTIBULER
Meniere Disease
• Patofisiologi: akibat hidrops endolimfe
• Gejala meniere: sensorineural hearing loss, vertigo perifer,
fluctuating aural fullness.
• Menurut consensus ICVD (International Classification of Vestibular
Disorders) didiagnosis sebagai definite meniere apabila terdapat:
– Minimal terdapat 2 gejala vertigo vestibuler perifer spontan dengan
durasi minimal 20 menit
– SNHL (frekuensi rendah-sedang) yang terdokumentasi melalui
audiometri yang terjadi saat atau setelah serangan episodik vertigo.
– Fluctuating aural symptoms (seperti tinnitus, telinga terasa penuh)
biasanya unilateral
– Kemungkinan diagnosis vestibuler lain telah disingkirkan.
Meniere
• Tatalaksana Umum • Terapi Spesifik keluhan Kronis
– Prochlorperazine 10 mg, 3x1,
– Mengurangi konsumsi garam
maksimal 1.5-2.0 gram per hari – Asam nicotinic, 50 mg, 3x1
sebelum makan
– Berhenti merokok
– Betahistin 8 mg, 3x1
– Membatasi konsumsi air
– Diuretic; furosemid 40 mg,
– Membatasi konsumsi kopi, the, diberikan selang seling
alcohol.
• Terapi bedah
• Saat Serangan – Prosedur konservatif misalnya;
dekompresi kantung
– Tirah baring dengan kepala lebih
endolymphatic, operasi shunt
tinggi dari badan
endolymphatic, sacculotomy,
– Dimenhydrinate atau pemotongan syaraf vestibular,
promethazine labirynthectomy,
Labirinitis
• Disebut juga sebagai otitis interna (inflamasi pada labirin atau
saraf VIII ganglion koklearis)
• Biasanya menyebabkan vertigo dan tuli mendadak
• Ketulian melibatkan sistem konduktif dan sensorineural
• Etiologinya masih belum diketahui pasti, namun diduga akibat
infeksi (seringnya virus), cedera kepala, hingga stress dan
alergi.
• Merupakan salah satu indikator dari OMSK Maligna
Neuritis Vestibuler
FRAKTUR MAKSILA
(LEFORT II - PYRAMID)
FRAKTUR MAKSILA
(LEFORT III – craniofacial disjunction)
• Bagian yang terkena: Foramen magnum, konka
media, konka inferior, septum nasi, prosesus
pterogoideus, lamina pterigoid medial, lamina
pterigoid lateral, proses zigomatikus, os malar.
Fraktur Mandibula
• Mandibula merupakan struktur tulang yang berbentuk seperti
tapal kuda, dan memiliki tujuh porsi.
• Artikulasio dengan dasar tengkorak melalui TMJ bilateral.
• Tanda Gejala: disrupsi arkus mandibular, asimetri,
glossoptosis, displacement segment mandibular
(menyebabkan maloklusi), disrupsi meatus akustikus
eksternus, trimus, laserasi intraoral, anestesi pada bibir
bawah, gusi, dan gigi karena nervus alveolaris inferior terkena.
Fraktur Mandibula
TONSILITIS
Tonsillitis
• Acute tonsillitis:
– Viral: similar with acute rhinitis +
sore throat
– Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
• Detritus → follicular tonsillitits
• Detritus coalesce → lacunar tonsillitis.
• Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
• Th: penicillin or erythromicin
• Chronic tonsillitis
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Tonsilitis
• Indikasi tonsilektomi:
– Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walau
dengan terapi adekuat
– Menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan pertumbuhan
orofasial.
– Sumbatan jalan nafas
– Infeksi kronis seperti rhinitis, sinusitis dan peritonsilitis.
– Nafas berbau
– Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh grup A
streptococcus beta hemolitikus
– Hipertrofi tonsil yang curiga keganasan
– Otitis media efusa/ otitis media supuratif.
Tonsilektomi
The major virulence of the organism lies in its ability to produce the
potent 62-kd polypeptide exotoxin, which inhibits protein synthesis and
causes local tissue necrosis
Within the first few days of respiratory tract infection , a dense necrotic coagulum
of organisms, epithelial cells, fibrin, leukocytes and erythrocytes forms, advances,
and becomes a gray-brown, leather-like adherent pseudomembrane . Removal is
difficult and reveals a bleeding edematous submucosa
Difteri
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite blood
agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale
medium selektif untuk kultur Corynebacterium diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah
telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah inkubasi
selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-
hitam.
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan
media perbenihan Loeffler dalam tabung
Epiglottitis P
E V
• Epiglottis (E) –wide
(thumb-like)
• Vallecula - shallow
C
• Trachea - normal
• Prevertebral soft Epiglottis (E)
tissue - normal Vallecula (V)
Vocal cords (C)
T Trachea (T)
Prevertebral soft
tissue (P)
Epiglottis (E)
X-ray diagnosis? Vallecula (V)
15-month-old boy with fever,
mild stridor, and barking Vocal cords (C)
cough. Trachea (T)
Prevertebral soft tissue (P)
Croup P
• Epiglottis - normal E V
• Vallecula - normal
• Trachea (T) – narrow, subglottic
edema C
• Prevertebral soft tissue - normal
Ha145
Epiglotitis
• Diff Diagnosis: Croup
– Dilatation of the hypopharynx
– Dilation of the laryngeal ventricle
– Narrowing of the subglottic trachea
– Epiglottis is normal
• Tx:
– Secure airway
– May require intubation or emergency tracheostomy
– Some use IV steroids
– Empiric antibiotic therapy
Acute Viral croup Bacterial Spasmodic R.P.
epiglottitis croup croup abscess
SUBMANDIBULAR Fever, neck pain, swelling below the mandible or tongue. Trismus often
ABSCESS found. If spreading fast bilateral, cellulitis ludwig angina
ISPA, Selulitis ec
Komplikasi Penjalaran
ETIOLOGI limfadenitis Penjalaran infeksi penjalaran
tonsilitis infeksi
retrofaring infeksi
Therapy
Needle aspiration: if pus (-) cellulitis antibiotic. If pus (+) abscess .
If pus is found on needle aspirate, pus is drained as much as possible.
Abses Peritonsil
• Abses peritonsil terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya
unilateral
• Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis.
• Selain gejala dan tanda tonsilitis akut, terdapat juga odinofagia (nyeri
menelan) yang hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga
(otalgia), muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), hipersalivasi,
suara sengau, dan (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula
dengan nyeri tekan
• Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan, tampak
permukaan hiperemis.
• Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan kekuningan. Tonsil
terdorong ke tengah, depan, dan bawah, uvula bengkak, dan terdorong ke
sisi kontralateral.
• Bila terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya menyebabkan
iritasi m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.
Infiltrat peritonsil Abses peritonsil
Waktu (setelah 1—3 hari 4—5 hari
tonsilitis akut)
Trismus Biasanya kurang/ tidak ada Ada
• Rinoskopi posterior:
– Massa tumor kenyal, warna abu-abu, merah muda, kebiruan
– Mukosa tumor hipervaskularisasi, dapat ulserasi
• Sifat: secara histologi jinak, secara klinis ganas karena dapat mendestruksi tulang
Diffuse swelling (arrow) is seen in the
molar region on the right side of the face.
Kelenjar limfe
Penyebaran retrofaringeal/penyebaran
lokoregional
sistemik (paranasofaringeal/parafarin
geal, erosi dasar tengkorak)
Manifestasi Klinis
Gejala dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu:
1. Gejala nasofaring
2. Gejala telinga
3. Gejala mata
4. Gejala saraf
5. Metastasis atau gejala di leher
Manifestasi Klinis
• Gejala telinga:
– rasa penuh di telinga,
– rasa berdengung,
– rasa tidak nyaman di telinga
– rasa nyeri di telinga,
– otitis media serosa sampai perforasi membran
timpani
– gangguan pendengaran tipe konduktif, yang
biasanya unilateral
Manifestasi Klinis
• Gejala hidung:
– ingus bercampur darah,
– post nasal drip,
– epistaksis berulang
– Sumbatan hidung unilateral/bilateral