Anda di halaman 1dari 43

VALIDASI MODEL APSIM 7.

7 PADA TANAMAN PADI


BERBASIS POLA MANAJEMEN TANAM PETANI DI DESA
CIKEDUNG DAN KANDANGHAUR, INDRAMAYU

ADE NURJAMAN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Validasi Model Apsim
7.7 Pada Tanaman Padi Berbasis pada Manajemen Tanam Petani di Desa
Cikedung dan Kandanghaur, Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Ade Nurjaman
NIM G24100065
ABSTRAK
ADE NURJAMAN. Validasi Model Apsim 7.7 pada Tanaman Padi Berbasis Pola
Manajemen Tanam Petani di Desa Cikedung dan Kandanghaur, Indramayu.
Dibimbing oleh AKHMAD FAQIH.

Beras merupakan makanan utama bagi penduduk Indonesia, lebih dari 50%
kebutuhan masyarakat terhadap karbohidrat dipenuhi oleh beras. Seiring dengan
meningkatnya populasi penduduk, kebutuhan padi juga akan meningkat, sehingga
usaha untuk meningkatkan produktivitas padi tersebut sangat penting. Salah satu
solusi untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi untuk pengelolaan dan perencanaan pertanian. Model
simulasi tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Model APSIM 7.7.
APSIM adalah perangkat lunak sistem produksi simulator yang dikembangkan
oleh Production Sistem Research Unit (APSRU). Penelitian ini bertujuan untuk
memvalidasi model simulasi padi di APSIM dengan menggunakan data hasil
survey yang meliputi data aktifitas pertanian dan data produksi padi pada
sejumlah petani di wilayah Cikedung dan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Untuk mengetahui tingkat akurasi dari model dalam melakukan simulasi hasil
padi, dilakukan perbandingan nilai aktual yang diwakili oleh data aktual hasil
wawancara petani di dua wilayah kajian dengan data luaran model simulasi
tanaman. Diketahui bahwa hubungan antara output model dengan data aktual
produktivitas padi di wilayah kajian menghasilkan nilai R2 = 0,6683 untuk
wilayah Cikedung dan R2 = 0,637 untuk wilayah Kandanghaur.

Kata Kunci : model, padi, simulasi, validasi, produktivitas

ABSTRACT
ADE NURJAMAN. Model Validation APSIM 7.7 on Rice Bassed Management
Farmers Planting Pattern in The Village Cikedung and Kandanghaur, Indramayu.
Supervised by AKHMAD FAQIH.

Rice is the main food for Indonesia, contributing to more than 50% of
carbohidrate needs. Along with the increase of population, the needs for rice also
increases, causing more efforts needed for increasing rice productivity. One of the
solution for increasing the rice productivity is by optimizing the use of technology
for agricultural management and planning. This study used APSIM 7.7, a crop
simulation model developed by APSRU. The purpose of this research is to
validate rice simulation model based on survey data of farming activities and rice
productions from farmers in Cikedung and Kandanghaur, Indramayu Districts. To
determine the accuracy of the model in simulating rice yields, this study compared
the actual data from the survey with the data output of crop simulation models.
The relationships of productivity data between the two datasets as represented by
the determination coefficient (R2), i.e. 0.6683 for Cikedung and 0.637 for
Kandanghaur.

Keywords: models, rice, simulation, validation, productivity


VALIDASI MODEL APSIM 7.7 PADA TANAMAN PADI
BERBASIS POLA MANAJEMEN TANAM PETANI DI DESA
CIKEDUNG DAN KANDANGHAUR, INDRAMAYU

ADE NURJAMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan judul “Validasi Model APSIM 7.7 pada Tanaman Padi
Berbasis Pola Manajemen Tanam Petani di Desa Cikedung dan Kandanghaur,
Indramayu”. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan
nabi besar Muhammad SAW. Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun masih banyak
terdapat kekurangan. Pertama- pertama Penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ayahanda tercinta Wahyudi dan Ibunda tercinta Een Nurjanah yang telah
memberikan didikan, kasih sayang dan perhatian serta pengorbanan yang
tidak terhingga kepada penulis.
2. Terima kasih juga kepada saudaraku tercinta Arif Solehudin dan Roni yang
terus memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih kepada Bapak Akhmad Faqih selaku pembimbing akademik dan
skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, dan ilmu serta
kesabaranya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Terima kasih kepada seluruh dosen departemen Geofisika dan Meteorologi
atas bimbigan, kesabaranya, nasehat, dan ilmu yang telah diberikan selama ini.
5. Terima kasih kepada para staff tata usaha, pak Aziz, mas Kiki, pak Nandang
dan kepada semua pihak tata usaha yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
6. Terima Kasih kepada Lestari Pudjiastuti yang selalu memberikan semangat
dan doa kepada penulis.
7. Terima kasih kepada Adi Kiswanto, Triatmaja, Ryco Farisca Adi dan Rizki
Abdul Basith yang begitu sabar memberikan pelajaran dan ilmu dan telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat GFM 47.
9. Terima Kasih Kepada Dream Team Futsal GFM yang telah memberikan
semangat dan doa.
10. Terimakasih kepada Devalldi (Vallian dan Adi), Coker’s Camp, (Kamil, Rey,
Edo, Hasan, Topik, Haris, dan Nyoi), serta 5mm (Laras, Rizal, Agus,
Munawaroh dan Ali) atas persahabatan dan semangat yang diberikan untuk
menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2016

Ade Nurjaman
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix


DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
METODE ................................................................................................................ 3
Alat dan Bahan ..................................................................................................... 3
Prosedur Analisis Data ......................................................................................... 3
Pengumpulan Data ........................................................................................... 3
Validasi............................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Kondisi Iklim Historis Wilayah Kajian ............................................................... 5
Curah Hujan ......................................................................................................... 5
Suhu Udara .......................................................................................................... 6
Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Kajian ................................................. 7
Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Kajian .................................................. 8
Musim Tanam dan Pola Tanam ........................................................................... 9
Data Survei Aktifitas Pertanian ......................................................................... 10
Data Perlakuan Pupuk Pada Masing-masing Petani .......................................... 11
Hasil Produktivitas Padi Model Simulasi APSIM 7.7 ....................................... 12
Produktivitas Padi Model Simulasi APSIM 7.7 dan Data Produktivitas Petani 4
Validasi Model Apsim ....................................................................................... 15
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 17
Simpulan ............................................................................................................ 17
Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 29
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Curah Hujan Stasiun Cikedung 1999-2009 ....................................... 5


Gambar 2 Curah Hujan Stasiun Kandanghaur 1999-2009 ................................. 5
Gambar 3 Suhu Udara Stasiun Cikedung tahun 1999 - 2009............................ 6
Gambar 4 Suhu Udara Stasiun Kandanghaur tahun 1999 - 2009...................... 7
Gambar 5 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Cikedung tahun ................ 7
Gambar 6 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Kandanghaur tahun
1999 – 2009 ...................................................................................... 8
Gambar 7 Suhu Udara Rata-rata Bulanan Stasiun Cikedung tahun 1999 –
2009 .................................................................................................. 8
Gambar 8 Suhu Udara Rata-rata Bulanan Stasiun Kandanghaur tahun
1999 – 2009 ...................................................................................... 9
Gambar 9 Hubungan antara luas lahan dengan hasil panen tanam ke 1
dan tanam ke 2 Tahun 2009 ............................................................ 10
Gambar 10 Hasil Produktivitas Padi masing-masing Responden pada
Tipe Sawah Irigasi Daerah Cikedung tahun 1999 – 2009 .............. 13
Gambar 11 Hasil Produktivitas Padi masing-masing Responden pada
Tipe Sawah Non Irigasi Daerah Kandanghaur tahun 1999 –
2009 ............................................................................................... 13
Gambar 12 Produktivitas padi model Apsim dan Produktivitas Aktual
masing-masing Petani pada Wilayah Cikedung Tahun 2009 ....... 14
Gambar 13 Produktivitas padi model Apsim dan Produktivitas Aktual
masing-masing Petani pada Wilayah Kandanghaur Tahun
2009 ............................................................................................... 14
Gambar 14 Hubungan Produktivitas padi antara model Apsim dan Aktual
Cikedung Tahun 2009 ................................................................... 15
Gambar 15 Hubungan Produktivitas padi antara model Apsim dan Aktual
Kandanghaur Tahun 2009 ............................................................. 15

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data aktifitas pemberian pupuk petani Desa Kandanghaur ................ 11
Tabel 2 Data aktifitas pemberian pupuk petani Desa Cikedung ...................... 12
Tabel 3 Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Pearson ........................................... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakteristik Usaha Tani ............................................. 20
Lampiran 2 Data Tanah diambil dari Software Harmonized World Soil
Database ...................................................................................... 21
Lampiran 3 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan
Cikedung (Waktu Tanam dan Waktu Panen) .............................. 22
Lampiran 4 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan
Cikedung (Perlakuan irigasi dan Perlakuan Penyemaian) ........... 23
Lampiran 5 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan
Cikedung (Jarak tanam, Jumlah tanaman tiap lubang,
Perlakuan terhadap Jerami) .......................................................... 24
Lampiran 6 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Cikedung ............. 25
Lampiran 7 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur ....... 26
Lampiran 8 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Cikedung .............. 27
Lampiran 9 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur ........ 28
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi merupakan komoditi strategis yang akan tetap mendapatkan prioritas


penanganan dalam pembangunan pertanian. Menurut Dawe 2001, padi merupakan
salah satu komoditi yang sangat penting di Asia khususnya pada negara miskin.
Konsumsi beras dunia selama periode 1970-1981 naik dengan rata-rata 13,28%
pertahun. Adapun negara-negara konsumen pengimpor beras terbesar di dunia
adalah Indonesia, Korea Selatan, Nigeria, Uni Soviet dan Bangladesh yang
mencakup 35% dari konsumsi beras dunia. Indonesia merupakan konsumen beras
terbesar di Asia, dengan tingkat konsumsi beras perkapita penduduk Indonesia per
tahun yang mencapai 132 kilogram (Afrina 2011). Berdasarkan konsumsi per
kapita Indonesia tersebut, sangat penting untuk memastikan ketahanan pangan
dengan meningkatkan produktivitas padi.
Banyak metode yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas padi di
Indonesia, seperti pemanfaatan model simulasi pertanian. Model dapat diartikan
sebagai penyederhanaan suatu sistem. Sedangkan sistem adalah gambaran suatu
proses (beberapa subsistem) yang teratur (Handoko 1994). Suatu sistem
kadangkali terlihat sangat rumit karena banyak proses yang terlibat atau
komponen di dalamnya, namun sistem tersebut tetap merupakan suatu keteraturan.
Model simulasi tanaman merupakan alat analisis kuantitatif dalam hubungan
pertumbuhan tanaman dengan lingkungannya (iklim dan tanah). Model ini
membantu pemahaman pengaruh lingkungan, khususnya variasi unsur-unsur
cuaca terhadap tanaman termasuk keperluan prediksi. Model simulasi yang handal
dapat digunakan untuk mengurangi jumlah percobaan lapang yang memerlukan
biaya dan waktu yang banyak. Berbagai keputusan taktis dapat dilakukan dengan
cara memahami mekanisme proses yang terjadi selama pertumbuhan tanaman
yang dijelaskan oleh model. Keputusan taktis tersebut seperti penentuan kondisi
optimum tanaman, waktu serta jumlah irigasi yang harus diberikan.
Sampai saat ini model pertumbuhan tanaman memiliki peran yang sangat
penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan (Larijani et al. 2011). Salah satu
yang harus diperhatikan dalam pemodelan adalah kemampuan model untuk
menghasilkan output yang mendekati hasil aktual (Wu dan Wilson 1998). Banyak
model simulasi pertanian khususnya model simulasi tanaman padi, tetapi model
yang divalidasi sangat jarang (Bouman dan Laar 2006) sehingga validasi model
perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat akurasi model simulasi. Selain itu
validasi melalui percobaan lapang membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya guna model, pada penelitian ini
dilakukan proses validasi pada model APSIM untuk tanaman padi sebagai
pendekatan alternatif dengan membandingkan hasil produksi dan produktivitas
padi yang dihasilkan oleh model APSIM dengan data aktual yang didapatkan dari
data survey kepada para petani di Kabupaten Indramayu untuk wilayah Cikedung
dan Kandanghaur.
2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan validasi model padi di perangkat


lunak APSIM dengan menggunakan data hasil survey petani.

TINJAUAN PUSTAKA
Model APSIM

APSIM adalah perangkat lunak sistem produksi simulator yang


dikembangkan oleh Agricultural Production Sistem Research Unit (APSRU) yang
merupakan kolaborasi dari CSIRO dan Queensland State Government Agencies
(www.apsim.info/AboutUs/APSIMModel.aspx). Pengembangan APSIM dimulai
dari pembentukan APSRU pada tahun 1991 dan berkembang mulai dari 2 orang
programer dan 6 orang ilmuwan. Hingga pada akhirnya berkembang menjadi 6
programer dan 12 ilmuwan. Pengembangan APSIM didasari adanya kebutuhan
dalam alat pemodelan yang dapat menyediakan hasil prediksi yang akurat dari
produksi tanaman dengan iklim, genotipe, tanah, faktor pengelolaan dalam
permasalahan sistem pertanian jangka panjang.
APSIM dikembangkan untuk mensimulasikan proses biofisik dalam sistem
pertanian, terutama berkaitan dengan hasil ekonomi dan ekologi praktek
manajemen dalam menghadapi risiko iklim. APSIM disusun untuk tanaman, tanah
dan modul manajemen. Modul ini termasuk model untuk berbagai tanaman,
padang rumput dan pohon, proses tanah termasuk keseimbangan air, N dan P, pH
tanah, erosi dan berbagai macam kontrol manajemen.
APSIM memuat sebuah susunan beberapa modul untuk mensimulasi
pertumbuhan, perkembangan dan hasil panen tumbuhan, semak (rumput-rumput)
dan tumbuhan hutan serta interaksinya dengan tanah. Saat ini modul yang tersedia
pada APSIM yaitu untuk simulasi tanaman barley, canola, kacang tanah, kapas,
kacang tunggak, jagung, millet, mucuna, kacang hijau, sorgum, kedelai, bunga
matahari, gandum dan tebu. Dasar pengetahuan dari pendekatan simulasi yang
digunakan untuk semua fungsi komponen didokumentasikan pada situs APSIM
(www.apsim-help.tag.csiro.au).
APSIM telah digunakan dalam berbagai aplikasi antara lain mendukung
pengambilan keputusan on-farm, mendesain sistem pertanian untuk produksi atau
manajemen sumber daya, memberikan penilaian terhadap nilai peramalan iklim
musiman, menganalisis masalah rantai agribisnis, pengembangan pedoman
pengelolaan sampah, penilaian risiko untuk pengambilan kebijakan dan sebagai
panduan untuk penelitian dan kegiatan pendidikan.
Model APSIM dirancang untuk mensimulasikan urutan ragam tanaman,
praktek residu / pengolahan dan spesifikasi dari pilihan manajemen lapangan.
Model APSIM sebelumnya tidak dapat mensimulasikan proses yang terkait
dengan banjir yang berkepanjangan atau kondisi tanah jenuh yang ditemui di
sistem berbasis padi, karena sebelum nya aplikasi ini hanya pada tanaman dilahan
kering. Untuk mengatasi kekurangan ini, komponen tanaman padi dari model
ORYZA 2000 beras dimasukkan dan modifikasi dibuat untuk air tanah dan
3

modul nutrisi APSIM untuk menyertakan deskripsi dari karbon tanah dan nitrogen
dinamika dalam kondisi anaerob (Gaydon et al. 2012).
Model Apsim juga telah digunakan untuk mensimulasikan produktivitas
air tanaman padi dalam berbagai macam kondisi agroklimat dan tekhnik
pengolaan air untuk mengurangi ketergantungan pada irigasi tambahan dan
meningkatkan produktivitas tanaman padi di Sri Lanka. Model Apsim ini
memperkirakan hasil gabah padi pada tipe sawah tadah hujan atau tadah hujan
dengan irigasi tambahan (semi irigasi). Model APSIM menunjukkan peningkatan
kebutuhan air irigasi pada tipe sawah irigasi tambahan (semi irigasi) ketika awal
musim hujan tertunda. Sebaliknya, timbulnya hujan mengurangi kebutuhan air
irigasi. Produktivitas tanaman padi yang didapatkan untuk sawah dengan irigasi
tambahan (semi irigasi) lebih tinggi dibandingkan dengan sawah tadah hujan
dengan tidak memperhatikan awal tanggal tanam (Amarasingha et al. 2014).

METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan software (perangkat lunak) Microsoft Office 2010 dan Model
APSIM 7.7 (Brown et al. 2014). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data iklim harian curah hujan, suhu maksimum, suhu minimum, evaporasi dan
radiasi untuk daerah Indramayu dengan sampel wilayah daerah Cikedung
(1965-2009) dan Kandanghaur (1965-2009) serta data curah hujan rata-rata
bulanan tahun 1999 – 2009 untuk wilayah Cikedung (dapat dilihat pada
Lampran 6) dan wiliayah Kandanghaur (Lampiran 7). Data suhu udara rata-
rata bulanan tahun 1999 – 2009 untuk wilayah Cikedung (Lampiran 8) dan
untuk wilayah Kandanghaur (Lampiran 9).
2. Data aktifitas pertanian (dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5) yang
didapatkan dari hasil pengisian kuisioner (kuisioner dapat dilihat pada
Lampiran 1) melalui wawancara kepada para petani di daerah Indramayu
dengan sampel wilayah daerah Cikedung dan Kandanghaur. Untuk masing-
masing wilayah yaitu 5 orang petani yang dijadikan sebagai responden.
3. Data tanah yang didapatkan dari software Harmonized World Soil Database
(HWSD, FAO et al. 2008) untuk daerah Indramayu kecamatan Cikedung dan
Kandanghaur. Data tanah dapat dilihat pada Lampiran 2.

Prosedur Analisis Data

Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data iklim harian selama 30
tahun, data tanah dan data aktifitas pertanian. Data iklim yang digunakan yaitu
data iklim daerah Indramayu dengan sampel wilayah Kecamatan Cikedung dan
Kandanghaur. Variabel data iklim yang digunakan yaitu curah hujan, suhu
4

maksimum, suhu minimum, evaporasi dan radiasi. Data iklim diperoleh dari
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Data tanah diperoleh dari software HWSD (FAO et al. 2008). Parameter
data tanah yang digunakan yaitu bahan organik tanah, air tanah dan sampel tanah.
Basis data tanah HWSD menyediakan informasi komposisi tanah dan karakteristik
tanah diseluruh negara seperti karbon organik, pH, kapasitas penyimpanan air,
kedalaman tanah, kation kapasitas tukar tanah dan fraksi liat, jumlah nutrisi tukar,
kapur dan gipsum isi, persentase pertukaran natrium, salinitas, kelas tekstur dan
granulometry (FAO et al. 2008).
Data aktifitas pertanian diperoleh dari hasil pengisian kuisioner melalui
wawancara kepada para petani di daerah Indramayu kecamatan Cikedung dan
Kandanghaur. Untuk masing-masing kecamatan diambil 5 orang petani sebagai
responden. Secara terperinci variable aktifitas pertanian yang diperoleh
ditunjukkan pada Lampiran 1. Data iklim, tanah dan data aktifitas pertanian ini
digunakan untuk masukan dalam mensimulasikan model yang divalidasi.

Validasi

Validasi merupakan suatu pengujian keakuratan dan kepekaan suatu model


simulasi tanaman terhadap data bebas yang digunakan dalam konstruksi dari suatu
model yang sesuai. Validasi dapat dilakukan secara grafis dan uji berpasangan.
Pengujian secara grafis dilakukan dengan dua cara, yaitu menurut trend waktu
dari peubah yang diprediksi dengan observasi dan membuat plot garis 1: 1 antara
data prediksi dengan observasi (Rusmayadi 1996).
Pada penelitian ini validasi dilakukan secara grafis dan statistik dengan
membandingkan hasil produksi dan produktivitas padi yang dihasilkan oleh
Model APSIM dengan data aktual yang didapatkan dari data survey kepada para
petani di Kabupaten Indramayu untuk wilayah Cikedung dan Kandanghaur.
Adapun metode statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan
koefisien determinasi dengan metode validasi mengunakan nilai korelasi pearson.
Menurut Widarjono 2013, koefisien determinasi yaitu bagaimana garis regresi
yang dibentuk sesuai dengan data. Jika semua data terletak pada garis regresi,
maka dikatakan garis regresi sempurna, sebaliknya jika semakin sedikit data
terletak pada garis regresi maka hanya menjelaskan bagian kecil dari variasi data.
Berikut rumus yang koefisien determinasi :

R2 = JKtot – JKres
JKtot

Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi
JKtot = Jumlah Kuadrat Total (total sum of squares)
JKres = Jumlah Kuadrat Residu (residual of squares)
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, tiga komponen utama yang saling berkaitan dalam


produktivitas tanaman adalah yaitu atmosfer, tanah dan tanaman. Tanaman tidak
akan tumbuh baik bila cuaca/iklim (atmosfer) tanah tidak menunjang (Handoko
1994).

Kondisi Iklim Historis Wilayah Kajian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan data iklim yang tersedia dengan data
series yang berbeda pada setiap tempat. Terdapat dua wilayah kajian yang dibahas
yakni Cikedung dan Kandanghaur yang masing-masing memiliki tipe sawah
irigasi dan sawah tadah hujan.

Curah Hujan

Gambar 1 Curah Hujan Stasiun Cikedung 1999-2009

Gambar 2 Curah Hujan Stasiun Kandanghaur 1999-2009


6

Air sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan tanaman padi. Sumber


utama air berasal dari air hujan atau lelehan salju (Sjamsudin dan Karama 1997).
Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi. Tjasyono (2008) mendefinisikan
presipitasi sebagai pengendapan air dari atmosfir pada permukaan bumi dalam
bentuk cair (tetes hujan) dan padat (salju). Di wilayah tropis seperti Indonesia
presipitasi lebih didefinisikan sebagai hujan karena sangat jarang terjadi
presipitasi dalam bentuk jatuhan keping es. Curah hujan merupakan salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
padi, sehingga budidaya tanaman padi perlu disesuaikan terhadap fluktuasi curah
hujan (Pramudia et al. 2008).
Gambar 1 dan Gambar 2 merupakan grafik curah hujan untuk wilayah
Cikedung dan Kandanghaur dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2009.
Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2, secara keseluruhan untuk kedua wilayah
tersebut memiliki pola curah hujan yang sama. Akan tetapi jumlah curah hujan
wilayah Cikedung lebih sedikit dari pada jumlah curah hujan wilayah
Kandanghaur. Curah hujan tertinggi untuk wilayah Cikedung dan Kandanghaur
terjadi pada tahun 1999, 2000, 2002, 2005, 2006 dan 2008 yaitu berkisar antara
130 – 170 mm pada bulan basah Desember, Januari dan Februari. Sedangkan
curah hujan terendah berada pada tahun akhir 2002 dan 2003 yaitu berkisar antara
40 – 75 mm. Hal ini dikarenakan pada tahun pada tahun 1999 sampai dengan
tahun 2001 terjadi fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan di
indonesia meningkat pada saat musim kemarau serta menyebabkan majunya awal
musim hujan (Bell et al., 1999; Bell et al., 2000). Karena cenderung
meningkatkan curah hujan pada musim kemarau serta majunya awal musim hujan
tersebut menjadikan efek La Nina bersifat positif seperti naiknya rata-rata
produksi pangan dari total rata-rata produksi (Irawan 2006). Kejadian La Nina
pada tahun 1998/1999 merupakan salah satu kejadian La Nina yang kuat (Bell et
al. 1999) yang berpengaruh terhadap besaran hujan di Indonesia.

Suhu Udara

Gambar 3 Suhu Udara Stasiun Cikedung tahun 1999 - 2009


7

Gambar 4 Suhu Udara Stasiun Kandanghaur tahun 1999 - 2009

Secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda,
semakin cepat gerakan molekul, semakin tinggi suhunya (Tjasyono 2004).
Keadaan suhu udara pada suatu tempat dipermukaan bumi akan ditentukan oleh
lamanya penyinaran matahari, kemiringan sinar matahari, keadaan awan dan
keadaan permukaan bumi. Pada masa tanam awal, suhu memberikan pengaruh
yang besar dan menentukan waktu yang dibutuhkan dari tahap penanaman benih
hingga munculnya semai.
Berdasarkan grafik Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa suhu rata-rata
pada masing-masing wilayah memiliki pola yang sama hanya saja nilai suhu rata-
rata wilayah Kandanghaur lebih kecil dari pada nilai suhu wilayah Cikedung. Pada
wilayah Cikedung suhu rata-rata berkisar antara 230 C – 310 C. Sedangkan untuk
wilayah Kandanghaur berkisar antara 250 C – 300 C.

Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Kajian

Gambar 5 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Cikedung tahun


1999 - 2009
8

Gambar 6 Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Kandanghaur tahun


1999 – 2009
Curah hujan di Indramayu secara umum termasuk ke dalam pola curah
hujan monsoonal. Pola curah hujan monsoonal ini ditandai dengan satu puncak
musim hujan (unimodial) yaitu antara bulan, Desember, Januari dan Februari serta
mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau
(Tjasyono 1999). Pada Gambar 5 dan Gambar 6 disajikan pola curah hujan rata-
rata bulanan di wilayah Cikedung dan Kandanghaur untuk periode tahun 1999
sampai dengan tahun 2009.
Berdasarkan distribusi temporal pada Gambar 5 dan Gambar 6, bulan
Maret merupakan puncak musim hujan. Sedangkan puncak musim kemarau
terjadi pada bulan Agustus untuk kedua wilayah kajian.

Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Kajian

Gambar 7 Suhu Udara Rata-rata Bulanan Stasiun Cikedung tahun 1999 – 2009
9

28,00
27,80 Kandanghaur
Suhu Udara (oC) 27,60
y = -6E-05x + 27,17
27,40
27,20
27,00
26,80
26,60
26,40
26,20
26,00

Okt

Okt
Jan

Nov

Jan

Jan
Apr

Feb

Mar
Agus

Nov
Apr

Feb

Mar

Nov
Agus
Jun

Sept

jul

Mei

Mei
Des

Jun

Sept

jul
Des

Jun
Suhu Udara Rata-rata Bulanan
Tahun 1999-2009 Linear (Suhu Udara Rata-rata…

Gambar 8 Suhu Udara Rata-rata Bulanan Stasiun Kandanghaur tahun 1999 –


2009
Gambar 7 dan Gambar 8 disajikan suhu rata-rata bulanan selama periode
1999-2009 di kedua wilayah kajian. Berdasarkan data suhu rata-rata bulanan
tersebut diperoleh kecenderungan suhu yang menurun untuk kedua wilayah kajian.
Pada bulan-bulan basah (Desember, Januari, Februari) menunjukkan bahwa
selama periode 1999-2009 memiliki kecenderungan suhu menurun. Sedangkan
pada bulan-bulan kering (Juni, Juli, Agustus) memiliki kecenderungan suhu
meningkat untuk kedua wilayah kajian yang digunakan.

Musim Tanam dan Pola Tanam

Walaupun padi dapat ditanam sepanjang tahun, namun pada dasarnya petani
menanam padi berdasarkan ketersediaan air, yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga periode tanam. Dalam bahasa pertanian untuk 1 siklus tahunan disebut Musim
Tanam (MT). Dalam 1 siklus terdapat sampai 3 kali musim tanam sehingga 1 MT
biasanya adalah 4 bulan. Sehingga sering disebut MT1 (musim hujan), MT2
(musim gadu) dan MT3 (musim kering). MT ini akan sangat berkaitan dengan
Pola Tanam. Petani di daerah Indramayu umumnya menggunakan pola tanam
padi-padi-palawija.
Secara umum MT1 diawali pada Bulan November. MT1 identik dengan
musim penghujan. Biasanya akan berakhir dengan panen di pertengahan atau
akhir Februari. MT2 dimulai awal atau pertengahan Maret – akhir Juni.
Sedangkan MT3 diawali Bulan Juli – Akhir Oktober.
10

Data Survei Aktifitas Pertanian

Gambar 9 Hubungan antara luas lahan dengan hasil panen tanam ke 1 dan
tanam ke 2 Tahun 2009
Gambar 9 merupakan grafik hubungan antara luas lahan dengan hasil panen
tanam ke-1 dan tanam ke-2. Sumbu X merupakan daftar responden yang memiliki
sawah dengan tipe sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Responden A, B, C, D
dan E adalah pemilik sawah dengan tipe sawah tadah hujan. Sedangkan responden
E, F, G, H, I dan J merupakan pemilik sawah dengan tipe sawah irigasi (nama
responden dapat dilihat di Lampiran 3). Dari grafik tersebut dapat dilihat luas
lahan berbanding lurus dengan hasil panen. Semakin luas lahan maka akan
semakin besar hasil panen yang didapatkan. Secara umum hasil panen sawah
tadah hujan dengan hasil panen sawah irigasi tidak terlalu berbeda, tetapi hasil
panen tanam ke-1 dengan hasil panen tanam ke-2 mengalami perbedaan yang
cukup signifikan. Salah satu contoh yang dapat dilihat dari Gambar 9 yaitu
Responden A yang memliki sawah dengan tipe sawah tadah hujan dan luas lahan
0,7 ha mendapatkan hasil panen pada tanam ke-1 sebesar 8,3 ton sedangkan hasil
panen pada tanam ke-2 hanya mendapatkan 4,1 ton. Responden I yang memiliki
sawah dengan tipe sawah irigasi dan luas lahan 1,4 ha yang memperoleh hasil
panen pada tanam ke-1 sebesar 9 ton sedangkan pada tanam ke-2 hanya
memperoleh hasil panen sebesar 4 ton. Hal ini dikarenakan pada tanam ke-2
terdapat banyak gangguan lahan seperti kekeringan, hama dan banyak serangan
penyakit pada padi sawah.
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan.
Pada sawah ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Sedangkan
sawah irigasi yaitu sawah yang pengairannya diatur secara buatan, baik air tanah
maupun air permukaan untuk menunjang kebutuhan air tanaman padi.
11

Data Perlakuan Pupuk Pada Masing-masing Petani

Tabel 1 Data aktifitas pemberian pupuk petani Desa Kandanghaur


No Responden Pupuk jenis jumlah jenis 2 jumlah jenis 3 jumlah waktu
1 (kg) (kg) (kg) pemberian
(HST)
1 Responden A Pupuk 1 Urea 200 TSP 100 - - 7

Pupuk 2 Urea 50 Ponska 100 - - 17

2 Responden B Pupuk 1 Urea 350 NPK 150 - - 15

Pupuk 2 - - - - - - -

3 Responden C Pupuk 1 Urea 50 SP36 50 Ponska 50 10

Pupuk 2 Urea 25 SP36 50 Ponska 50 18

4 Responden D Pupuk 1 Urea 150 SP36 150 - - 15

Pupuk 2 NPK 75 KCL 75 - - 28

5 Responden E Pupuk 1 Urea 150 SP36 100 - - 15

Pupuk 2 NPK 150 KCL 100 - - 28

Tabel 1 menunjukan aktifitas pemberian pupuk oleh responden yang


memiliki sawah dengan tipe sawah tadah hujan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
terdapat perbedaan aktifitas pemberian pupuk masing-masing responden.
Responden A memberikan 2 jenis pupuk pada hari ke-7 setelah tanam sebanyak
200 kg dan 100 kg masing-masing untuk pupuk urea dan TSP. Kemudian pada
hari ke-17 setelah tanam ditambahkan 50 kg pupuk urea. Sedangkan Responden B
hanya memberikan pupuk pada hari ke-15 setelah tanam sebanyak 300 kg dan 150
kg masing-masing untuk pupuk urea dan NPK. Responden C memberikan pupuk
urea, SP36 dan Ponska pada hari ke-10 masing-masing 50 kg. Pada hari ke-18
sebanyak 25 kg pupuk urea dan 50 kg masing-masing untuk pupuk SP36 dan
Ponska. Responden D dan E memberikan pupuk urea dan SP36 pada hari ke-15
dan hari ke-28 setelah tanam. Responden D memberikan pupuk urea dan SP36
sebanyak 150 kg dan pupuk NPK dan KCl masing-masing sebanyak 75 kg.
Sedangkan Responden E memberikan pupuk sebanyak 150 kg pupuk Urea dan 75
kg pupuk SP36 serta 150 pupuk NPK dan 100 kg pupuk KCl.
12

Tabel 2 Data aktifitas pemberian pupuk petani Desa Cikedung


No Responden Pupuk jenis 1 jumlah jenis jumlah jenis 3 jumlah waktu
(kg) 2 (kg) (kg) pemberian
(HST)
1 Responden F Pupuk 1 Urea 100 SP36 100 Ponska 50 12

Pupuk 2 Ponska 50 - - - - 30

2 Responden G Pupuk 1 Urea 100 SP36 100 - - 12

Pupuk 2 Urea 100 SP36 100 - - 27

3 Responden H Pupuk 1 Urea 40 SP36 30 - - 15

Pupuk 2 Urea 20 SP36 10 - - 25

4 Responden I Pupuk 1 Urea 200 SP36 200 Ponska 200 10

Pupuk 2 Ponska 100 - - - - 30

5 Responden J Pupuk 1 Urea 100 SP36 50 NPK 50 15

Pupuk 2 SP36 50 NPK 50 - - 35

Tabel 2 menunjukan aktifitas pemberian pupuk oleh responden yang


memiliki sawah bertipe sawah irigasi. Sama halnya dengan aktifitas responden
sawah bertipe tadah hujan, aktifitas pemberian pupuk pada responden sawah
bertipe irigasi juga berbeda-beda untuk setiap responden. Responden J
memberikan pupuk Urea, SP36 dan NPK pada HST ke-15 sebanyak 100 kg, 50 kg
dan 50 kg untuk masing-masing pupuk. Serta menambahkan pupuk SP36 dan
NPK pada hari ke-35 hari setelah tanam sebanyak 50 kg untuk masing-masing
pupuk. Responden F memberikan aktifitas pupuk pada hari ke-12 setelah tanam
sebanyak 100 kg untuk pupuk Urea dan SP36 serta 50 kg untuk pupuk Ponska.
Kemudian pada hari ke-30 setelah tanam, Reponden F menambahkan kembali 50
kg pupuk Ponska untuk lahan sawahnya. Responden G memberikan pupuk Urea
dan SP36 sebanyak 100 kg untuk masing-masing pupuk dan diberikan pada hari
ke-12 dan hari ke-27 setelah tanam. Responden H memberikan Urea sebanyak 40
kg dan SP36 sebanyak 30 kg pada hari ke-15 setelah tanam. Serta menambahkan
pupuk Urea dan SP36 pada hari ke-25 setelah tanam masing-masing sebanyak 20
kg dan 10 kg. Sedangkan Responden I memberikan pupuk Urea, SP36 dan Ponska
masing masing sebanyak 200 kg, kemudian menambahkan kembali pupuk Ponska
sebanyak 100 kg pada hari ke-20 setelah tanam. Aktifitas pemberian pupuk pada
masing-masing responden tersebut disesuaikan dengan kepemilikan lahan sawah
yang dimiliki oleh setiap responden.

Hasil Produktivitas Padi Model Simulasi APSIM 7.7

Gambar 10 dan Gambar 11 menunjukkan grafik hasil produktivitas masing-


masing petani untuk wilayah Cikedung dan Kandanghaur sesuai data aktifitas
pertanian masing-masing petani. Berdasarkan grafik tersebut secara keseluruhan
hasil yang didapatkan oleh masing-masing petani memiliki pola yang sama dari
tahun 1999 sampai dengan tahun 2009. Hal ini dikarenakan perlakuan aktifitas
masing-masing petani berbeda-beda. APSIM merespon perlakuan pupuk yang
13

diberikan pada simulasi yang dilakukan. Semakin banyak pupuk yang diberikan
maka semakin tinggi hasil produksi yang didapatkan pada model APSIM.

Gambar 10 Hasil Produktivitas Padi masing-masing Responden pada Tipe


Sawah Irigasi Daerah Cikedung tahun 1999 – 2009

16000
14000
Bobot Kering (Kg/Ha)

12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
12/6/1999

12/4/2004
12/5/2000

12/5/2001

12/5/2002

12/5/2003

12/4/2005

12/4/2006

12/4/2007

12/3/2008

Waktu Panen
Tasmudin Walino Raimin Ucef Warban

Gambar 11 Hasil Produktivitas Padi masing-masing Responden pada Tipe Sawah


Non Irigasi Daerah Kandanghaur tahun 1999 – 2009
14

Produktivitas Padi Model Simulasi APSIM 7.7 dan Data Produktivitas


Petani

Pada penelitian ini, dilakukan validasi model simulasi pertanian dengan


menggunakan Model APSIM 7.7. Validasi ini bertujuan untuk mendapatkan
model APSIM yang sudah tervalidasi. Output model APSIM tersebut berupa
produktivitas padi (ton/ha) yang selanjutnya dibandingkan dengan data
produktivitas padi masing-masing petani untuk wilayah Cikedung dan
Kandanghaur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah keluaran model
mendekati hasil produktivitas padi aktual.

Gambar 12 Produktivitas padi model Apsim dan Produktivitas Aktual masing-


masing Petani pada Wilayah Cikedung Tahun 2009

14000
12502
12000
Produksi Padi (Kg/Ha)

9759,7
10000
8300 8251,4 8000
7666,97741,4 7800 7210,17019,9 7210,17019,9
8000 6900

6000 5000
4100 4560
4000 3000 3000
2100 2300
2000

0
Responden A Responden B Responden C Responden D Responden E
Produksi Survey Tanam 1 Petani Produksi APSIM Tanam 1
Produksi Survey Tanam 2 Produksi APSIM Tanam 2

Gambar 13 Produktivitas padi model Apsim dan Produktivitas Aktual masing-


masing Petani pada Wilayah Kandanghaur Tahun 2009
15

Gambar 12 dan Gambar 13 merupakan grafik perbandingan hasil produksi


padi pada tahun 2009 untuk setiap musim panen antara hasil model dengan data
aktual untuk masing-masing petani. Dari Gambar 12 dan Gambar 13 terlihat
bahwa terdapat perbedaan hasil model dengan data aktual. Perbandingan antara
hasil model dan data aktual petani wilayah Cikedung mencapai 1:2. Hanya ada
satu hasil perbandingan hasil model dan data aktual yang tidak jauh berbeda yaitu
petani atas nama Responden I pada musim panen pertama. Sedangkan untuk
petani wilayah Kandanghaur memiliki hasil panen yang bervariatif untuk setiap
petani. Responden A dan Responden E memiliki hasil panen pada tanam pertama
lebih besar dari hasil panen yang dihasilkan oleh model akan tetapi pada musim
tanam ke dua memiliki hasil panen yang lebih sedikit dari pada hasil panen yang
dihasilkan oleh model Apsim. Responden B, Responden C dan Responden D
memiliki hasil panen yang lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil panen
model Apsim untuk setiap musim tanam.

Validasi Model Apsim

Gambar 14 Hubungan Produktivitas padi antara model Apsim dan Aktual


Cikedung Tahun 2009

Gambar 15 Hubungan Produktivitas padi antara model Apsim dan Aktual


Kandanghaur Tahun 2009
16

Tabel 3 Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Pearson

Hasil Panen Rata-


rata Koefisien
Koefisien
No Responden Wilayah Korelasi
Data Data Determinasi
Pearson
Survey APSIM
1 Responden A Kandanghaur 6200 7704.15
2 Responden B Kandanghaur 7350 11130.85
3 Responden C Kandanghaur 2200 6405.7 0.798134 0.6370181
4 Responden D Kandanghaur 4000 7115
5 Responden E Kandanghaur 5500 7115
6 Responden F Cikedung 3250 7501.45
7 Responden G Cikedung 4000 6444.95
8 Responden H Cikedung 1025 6293.45 0.81747 0.668257525
9 Responden I Cikedung 6500 9321.85
10 Responden J Cikedung 2750 7519.7

Proses validasi sangat penting dilakukan, karena dapat diketahui seberapa


baik suatu model simulasi, sehingga dapat ditentukan apakah model tersebut
sudah dapat diaplikasikan. Validasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengetahui keeratan output model yang berupa produktifitas padi dengan data
produksi masing-masing petani didaerah Cikedung dan Kandanghaur yang
dijadikan responden pada penelitian ini.
Grafik scatter plot digunakan untuk mengetahui keeratan output model.
Gambar 14 dan Gambar 15 menunjukkan grafik scatter plot yang memiliki dua
variabel yakni data aktual dan produktivitas padi model dari 10 petani di 2
wilayah kajian. Setelah dilaukan proses tersebut didapatkan nilai R2 yang
menjelaskan keterkaitan dua data produktivitas tersebut. Untuk petani wilayah
Cikedung didapatkan nilai R2 yang dihasilkan sebesar 0,6683. Sedangkan petani
wilayah Kandanghaur didapatkan nilai R2 yang dihasilkan sebesar 0,637. Seperti
diketahui, nilai R2 secara sederhana bertujuan untuk mengukur kemampuan model
dalam menerangkan hubungan variasi variabel bebas dengan variabel tidak bebas.
Nilai R2 = 0,6683 untuk wilayah Cikedung dan R2 = 0,637 untuk wilayah
Kandanghaur dapat di-intepretasikan bahwa model dapat mensimulasikan
tanaman padi sebesar 66,83% untuk wilayah Cikedung dan 63,7% untuk wilayah
Kandanghaur tetapi belum dapat mensimulasi seluruh proses pertumbuhan dan
perkembangan dari tanaman. Keterbatasan tersebut dapat disebabkan oleh banyak
hal, salah satunya tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dengan asumsi dan data
aktual petani adalah benar.
17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dalam Penelitian ini model simulasi pertanian tanaman padi didasarkan


pada Model Simulai APSIM 7.7. Output model yang selanjutnya dianalisis dan
dibandingkan dengan data produktivitas padi yang bersumber dari data aktifitas
masing-masing petani. Penelitian ini mengkaji 10 petani untuk 2 wilayah kajian
yaitu 5 petani daerah Cikedung dan 5 petani daerah Kandanghaur. Data
produktivitas yang dibandingkan adalah data tahun 2009 Setelah dibandingkan,
data aktual para petani dengan nilai output model tidak selalu memiliki korelasi
yang tinggi, akan tetapi memiliki pola yang sama dari tahun 1999 hingga 2009.
Proses validasi antara hasil model dengan data aktual yang dilakukan
menghasilkan nilai R2 = 0,6683 untuk wilayah Cikedung dan R2 = 0,637 untuk
wilayah Kandanghaur. Angka ini menunjukkan bahwa model dapat
mensimulasikan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sebesar
66,83% untuk wilayah Cikedung dan 63,7% untuk wilayah Kandanghaur.

Saran

Model yang digunakan yakni model APSIM 7.7 merupakan model yang
berhasil mensimulasikan 66,83% dan 63,7 % proses pertumbuhan dan
perkembangan wilayah Cikedung dan Kandanghaur, tetapi masih ada kekurangan
yakni tingkat akurasi produktivitas padi antara model dan data aktual masih
rendah. Data tanah yang terbatas juga sulit didapat merupakan faktor pembatas
pada proses validasi ini yang harus diperbaiki. Hal yang paling mendasar
merupakan input utama yaitu mengatur menejemen folder pada model, sehingga
dihasilkan model APSIM yang tervalidasi yang selanjutnya dapat di gunakan
untuk memprediksikan hasil produktivitas serta membantu dalam pengambilan
keputusan alat untuk pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan (Amanullah et
al. 2007).
18

DAFTAR PUSTAKA
Afrina, F. 2011. Analisis Perilaku Permintaan dan Penawaran Beras di Sumatera
Selatan. Jurnal AGRIPITA, 1(1): 15-20.
Widarjono, A. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan aplikasinya, Ekonosia, Jakarta
Amanullah, M.J.H, Nawab K dan Ali A. 2007. Response of specific leaf area
(SLA), leaf area index (LAI) and leaf area ratio (LAR) of maize (Zea mays
L.) to plant density, rate and timing of nitrogen application. World
Applied Sciences Journal, 2(3):235-243.
Amarasingha, R.P.R.K, Galagedara, L.W, Marambe, B, Silva, G.L.L.P,
Punyawardena, R, Nidumolu, U, Howden, M, Suriyagoda, L.D.B, 2014.
Aligning sowing dates with onset of rains improve rice yields and
waterproductivity: modelling Oryza sativa L. in Maha season in the dry
zone of SriLanka. Trop. Agric. Res. 25, 237–246.
Bell, G.D, M.S. Halpert, C.F. Ropelewski, V.E. Kousky, A.V. Douglas, R.C.
Schnell, and M.E. Gelman. 1999. Climate Assessment for 1998. Bulletin of
the American Meteorological Society, 80(5). S1-S48
Bell, G.D, M.S. Halpert, R.C. Schnell, R.W. Higgins, J. Lawrimore, V.E. Kousky,
R. Tinker, W. Thiaw, M. Chelliah, and A. Artusa. 2000. Climate
Assessment for 1999. Bulletin of the American Meteorological Society,
81(6). S1-S50
Bouman, B.A.M, Laar H.H.V. 2006. Description and Evaluation of the Rice
Growth Model ORYZA 2000 Under Nitrogen-Limited Condition.
Agricultural Sistems Journal, 87: 249-273.
Brown, E. Hamish, Neil I. Huth, Dean P. Holzworth, Edmar I. Teixeira, Rob F.
Zyskowski, John N.G. Hargreaves, Derrick J. Moot. 2014. Plant
Modelling Framework: Software for building and running crop models on
the APSIM platform.
Dawe, D. 2001. How Far Down the Path to Free Trade? The Importance of Rice
Price Stabilization in Developing Asia. Food Policy Journal, 26: 163-175.
FAO/IIASA/ISRIC/ISS-CAS/JRC, 2008. Harmonized World Soil Database
(version 1.0). FAO, Rome, Italy and IIASA, Laxenburg, Austria.
Gaydon, D.S, Probert, M.E, Buresh, R.J, Meinke, H, Suriadi, A, Dobermann,
A.,Bouman, B.A.M, Timsina, J, 2012. Rice in cropping systems—
modeling transitions between flooded and non-flooded soil environments.
Eur. J. Agron.39, 9–24
Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk
Pertanian. Bogor: Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB.
Irawan, B. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina –
Kecenderungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi
Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 24(1). 28-45.
Larijani, B.A, Sarvestani Z.T, Nematzadeh Gh, Manschadi A.M, Amiri E. 2011.
Simulating Phenology, Growth and Yield of Transplanted Rice at Different
Seedling Ages in Northern Iran Using ORYZA2000. Rice Science Journal,
18(4): 321-334.
Pramudia, A, Koesmaryono Y, Las I, June T, Astika I.W, Runtunuwu E. 2008.
Penyusunan Model Prediksi Curah Hujan dengan Teknik Analisis Jaringan
19

Syaraf (Neural Network Analysis) di Sentra Produktivitas Padi di Jawa


Barat dan Banten. Jurnal Tanah dan Iklim, 27: 11-20.
Rusmayadi, G. 1996. Hubungan Ketersediaan Air dan Status Nitrogen
Tanaman Dengan Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya Sebagai Dasar
Model Simulasi Tanaman Padi [tesis]. Bogor: FMIPA-IPB.
Sjamsudin, E, Karama S. 1997. Agricultural Efficient Water Use Movement And
Rain Water Harvesting. National Seminar Proceedings Efficeint Water Use
Movement, Jakarta.pp : 51-57.
Tjasyono, B.H.K. 1999. Klimatologi Umum. Penerbit ITB. Bandung.
Tjasyono, B.H.K. 2008. Meteorologi Terapan. ITB Bandung.
Tjasyono, B.H.K. 2004. Klimatologi. ITB Bandung.
Wu, G.W. dan Wilson L.T. 1998. Parameterization, Verification, and Validation
of a Physiologically Complex Age-structured Rice Simulation Model.
Agricultural Sistems Journal, 56: 483-511.
20

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakteristik Usaha Tani

Nama: ……………………………………………………………
Alamat: desa………………………..…,kecamatan………………
Nomor HP:
Luas Lahan: ……………………….Ha
Tipe Lahan: Irigasi/Semi Irigasi/Tadah Hujan
Masa Tanam: 1 (minggu ke-… bulan … s/d minggu ke-… bulan ….)
2 (minggu ke-… bulan … s/d minggu ke-….bulan ….)
3 (minggu ke-… bulan … s/d minggu ke-….bulan ….)
Irigasi
tinggi air irigasi: ……………………………….cm
lama pemberian: minggu ke-………………. s/d minggu ke-……………

Varietas: …………………………………………………………
Jumlah benih: ………….kg
ditanam di sebagian lahan/di
Cara semai: polybag/………………………………………………
Lama semai: ………….hari

Lama tanam bibit: ………….hari


kedalaman akar ………….cm
Jarak tanam: …………cm x …………cm

jenis:…………….,hari ke:……….,
Pupuk: tanam 1 jumlah:…………..kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:…………..kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:…………..kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
tanam 2 jumlah:………..…kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:……….….kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:….……….kg/ha

Hasil Panen 2009 tanam 1: ………….kg/ha


tanam 2: ………….kg/ha
2008 tanam 1: ………….kg/ha
tanam 2: ………….kg/ha

Perlakuan terhadap
jerami: dibakar/dibuang/dijadikan kompos/…………………………………
21

Lampiran 2 Data Tanah diambil dari Software Harmonized World Soil Database

Wilayah
Parameter Tanah
Cikedung Kandanghaur
Latitude -6.50 -6.37
Longitude 108.17 108.13
Soil Name Acrisols Fluvisols
Drainage Class Moderately Well Poor
Drainage Rate 0.4 0.05
Run-off Curve Number 61 61
AWC (mm) 150 150
Albedo 0 0.09
% clay 24 19
% silt 27 32
% stone 49 49
organic carbon % 1 1.1
pH in water 4.6 5
CEC (cmol/kg) 7 7
BD (g/cc)
0 - 30 cm

1.4 1.37
Lower Limit Water Level 0.088 0.077
Drained Uper Limit Water Level 0.152 0.145
Saturation (%) 0.225 0.23
Saturation Hydraulic Conductivity (mm/day) 0.179 0.55
Root Growth Factor (0-1) 1 1
Subsoil Salinity - ECe (ds/m) 0.1 0.1
Subsoil Sodicity - ESP (%) 1 2
texture sandy clay loam loam
% clay 36 20
% silt 24 28
% stone 40 52
organic carbon % 0.42 0.42
pH in water 4.8 5
CEC (cmol/kg) 6 7
30 - 100 cm

BD (g/cc) 1.32 1.48


Lower Limit Water Level 0.13 0.066
Drained Uper Limit Water Level 0.197 0.119
Saturation (%) 0.254 0.2
Saturation Hydraulic Conductivity (mm/day) 0.096 1.079
Root Growth Factor (0-1) 0.273 0.387
Subsoil Salinity - ECe (ds/m) 0.1 0.1
Subsoil Sodicity - ESP (%) 2 2
Texture clay loam loam
22
Lampiran 3 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan Cikedung (Waktu Tanam dan Waktu Panen)

Tipe Lahan Waktu Tanam 1 Waktu Panen 1 Waktu Tanam 2 Waktu Panen 2
Luas
(Irigasi/
Nama Laha
No Responden kecamatan Semi Irigasi/
responden n minggu bulan minggu bulan minggu bulan minggu bulan
Tadah
(Ha)
Hujan)
1 Tasmudin Responden A Kandanghaur 0.7 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 3 8
2 Walino Responden B Kandanghaur 0.5 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 4 8
3 Raimin Responden C Kandanghaur 0.25 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 4 8
4 Cu'en Usef Responden D Kandanghaur 0.5 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 3 8
5 Warban Responden E Kandanghaur 1 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 3 8
6 Carmawi Responden F Cikedung 0.5 Irigasi 4 1 1 4 4 4 4 7
7 Karsan Responden G Cikedung 0.8 Irigasi 2 1 1 4 3 4 3 8
8 Sutana Responden H Cikedung 0.2 Irigasi 4 1 1 4 1 5 4 8
9 Wasna Responden I Cikedung 1.4 Irigasi 4 1 1 4 4 4 4 7
10 Rawinda Responden J Cikedung 0.5 Irigasi 4 1 1 4 4 4 4 7
23

Lampiran 4 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan Cikedung (Perlakuan irigasi dan Perlakuan Penyemaian)

lama
tinggi pemberian Lama
Jumlah Cara semai (ditanam di Lama
Nama air irigasi tanam kedalaman
No Responden kecamatan benih sebagian lahan/di semai
responden irigasi bibit akar (cm)
awal (kg) polybag/lainnya) (hari)
(cm) (hari)
(minggu
ke-)
1 Tasmudin Responden A Kandanghaur - - 15 ditanam disebagian lahan 25 105 5
2 Walino Responden B Kandanghaur - - 12.5 ditanam disebagian lahan 25 115 10
3 Raimin Responden C Kandanghaur - - 5 ditanam disebagian lahan 25 105 5
4 Cu'en Usef Responden D Kandanghaur - - 15 ditanam disebagian lahan 28 100 5
5 Warban Responden E Kandanghaur - - 25 ditanam disebagian lahan 27 110 6
6 Carmawi Responden F Cikedung 10 1 7 ditanam disebagian lahan 20 110 20
7 Karsan Responden G Cikedung 10 1 10 ditanam disebagian lahan 25 115 20
8 Sutana Responden H Cikedung 10 1 2.5 ditanam disebagian lahan 25 110 10
9 Wasna Responden I Cikedung 15 1 30 ditanam disebagian lahan 25 120 20
10 Rawinda Responden J Cikedung 15 1 10 ditanam disebagian lahan 22 120 20
24
Lampiran 5 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan Cikedung (Jarak tanam, Jumlah tanaman
tiap lubang, Perlakuan terhadap Jerami)

jumlah
Perlakuan terhadap jerami
Nama Jarak tanam (cm x tanaman
No Responden kecamatan (dibakar/dibuang/dijadikan
responden cm) tiap
kompos/dll)
lubang

1 Tasmudin Responden A Kandanghaur 30 x 30 2 dibakar

2 Walino Responden B Kandanghaur 28 x 28 2 dibakar

3 Raimin Responden C Kandanghaur 30 x 30 x 30 x 30 x 45 2 dibakar

4 Cu'en Usef Responden D Kandanghaur 25 x 40 2 dibakar

5 Warban Responden E Kandanghaur 25 x 40 2 dibakar

6 Carmawi Responden F Cikedung 40 x 20 2 dibakar

7 Karsan Responden G Cikedung 30 x 30 2 dibakar

8 Sutana Responden H Cikedung 30 x 30 2 dibakar

9 Wasna Responden I Cikedung 30 x 30 2 dibakar

10 Rawinda Responden J Cikedung 30 x 30 2 dibakar


25

Lampiran 6 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Cikedung

Februar Agus Septem Oktob


Tahun Januari Maret April Mei Juni Juli November Desember
i ustus ber er

1999 280.8 272.9 459 412.5 386.1 40.9 20.1 0 49.1 3.1 245.1 94
2000 328.1 204.6 294.2 448.2 253.9 34.3 3.1 0 0 128.3 305.2 739.1
2001 188.3 275.4 285.7 258.8 391.9 4.2 0 0 0 0 334.5 206
2002 467.5 817.6 369.4 139.2 113.4 0 0 0 0 0 0 67
2003 137.6 248.7 76.2 143.2 46.1 105.9 0 0 0 156.1 87.6 209.8
2004 227.5 357.5 436.4 165.6 0.7 8 0 0 0 0 10.3 141.2
2005 423.2 370.5 597.3 444.8 227.1 0 2.5 0 0 0 2.2 142.8
2006 273.5 317.4 670 277 81.5 0 0 2.3 0 0 15.5 73.4
2007 278 388.7 424.4 392.7 20.8 61.4 63.7 0 3.9 0 90.1 587.2
2008 82.1 345.9 338.9 212.2 70.3 3.9 0 0 0 44.3 42.3 299.5
2009 540.2 280 401.4 129.3 17.8 2.9 0 0 0 0 4.2 268.6

Rata-Rata 293.35 352.65 395.72 274.86 146.33 23.77 8.13 0.21 4.82 30.16 103.36 257.15
26
Lampiran 7 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur

Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agusustus September Oktober November Desember

1999 517.2 598.3 527.7 211.8 58.8 260.6 18 0 68.7 101.7 227.2 196.4
2000 538.8 120.2 176.1 319.3 212.7 0 0 0 0 0 460.3 462.1
2001 364.4 121.7 212.7 197.6 204.6 9.7 0 0 0 0 114.1 273.5
2002 211 289.4 637.4 158.6 3.4 0 0 1.7 0 0 0 20.5
2003 83 32.6 170.2 311.9 115.2 3.5 6.9 0 0 21.8 349.5 148.2
2004 380.9 366 652.3 280.4 21.1 15.8 0 9.6 0 0 178.6 200.1
2005 245.3 143.6 318.5 43.7 65.8 23.8 6.7 0 21.8 39.9 208.7 321.7
2006 63.1 215.6 409.7 169.6 0 0 1.1 0 0 0 35.9 35.8
2007 570.2 707.4 480 223.7 33.9 175.5 43.4 0 0 33.1 292.7 527.5
2008 390.2 363.5 185.6 83.5 0 0 0 0 0 0 38.6 229.6
2009 462.3 559.5 411.3 104.8 42.6 6.2 0 13.7 0 20.3 36.1 231.3

Rata-Rata 347.85 319.80 380.14 191.35 68.92 45.01 6.92 2.27 8.23 19.71 176.52 240.61
27

Lampiran 8 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Cikedung

Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agusustus September Oktober November Desember

1999 27.10 26.65 26.96 27.45 27.15 27.30 27.33 26.98 27.58 27.11 27.28 27.11
2000 27.21 27.36 26.90 27.08 27.42 27.29 26.99 27.03 27.18 27.30 27.33 27.08
2001 27.19 26.81 27.14 27.04 27.25 26.97 27.02 27.78 27.06 27.70 27.19 26.78
2002 27.30 27.12 27.23 27.02 27.29 27.38 27.20 27.09 27.52 27.48 27.15 26.83
2003 27.25 27.03 27.45 27.15 27.42 27.00 26.97 27.03 27.60 27.19 26.96 26.85
2004 27.04 27.05 26.84 27.18 27.11 27.10 27.03 27.01 27.43 27.23 27.10 27.27
2005 27.35 26.99 27.06 26.88 27.37 27.12 27.18 27.11 27.21 27.53 27.08 26.91
2006 27.06 27.16 27.22 27.16 26.89 27.32 27.00 27.45 27.34 27.59 27.39 27.29
2007 27.04 26.88 27.18 26.93 27.36 27.22 26.84 27.38 27.50 27.33 27.31 27.09
2008 26.85 26.81 27.18 27.12 27.13 27.36 27.07 27.33 26.99 27.28 27.24 27.15
2009 26.77 26.94 27.14 27.28 27.25 27.07 27.03 27.26 27.41 27.19 27.29 27.17

Rata-Rata 27.10 26.98 27.12 27.12 27.24 27.19 27.06 27.22 27.35 27.36 27.21 27.05
28
Lampiran 9 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur

Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agusustus September Oktober November Desember

1999 27.30 26.78 26.70 27.28 27.25 27.53 27.01 27.32 27.42 27.24 27.11 27.17
2000 27.22 27.01 27.12 26.89 27.31 27.29 26.84 27.15 27.35 27.44 27.06 26.90
2001 26.86 27.59 27.10 27.06 26.96 27.00 27.15 27.13 27.39 27.28 27.19 26.83
2002 27.29 27.22 27.08 27.16 26.96 27.25 27.19 27.07 27.34 27.33 27.41 27.01
2003 27.47 27.06 27.09 27.15 27.17 27.41 27.27 27.23 27.02 27.51 27.52 27.05
2004 26.97 27.08 27.03 27.41 27.02 26.99 27.05 27.17 27.36 27.35 27.07 27.08
2005 27.07 27.39 27.23 27.15 27.05 27.04 27.20 27.31 27.58 27.51 27.37 26.83
2006 27.17 26.92 27.31 27.22 27.28 26.80 27.05 27.37 27.58 27.05 27.13 27.40
2007 27.01 27.02 26.92 27.29 27.09 26.85 27.27 27.02 27.39 27.18 27.30 27.10
2008 26.71 27.40 27.22 27.22 27.40 27.21 27.31 26.95 27.00 27.37 27.13 26.97
2009 26.71 27.15 27.04 27.03 27.49 27.25 27.07 26.99 27.13 27.25 27.22 27.19

Rata-Rata 27.07 27.15 27.08 27.17 27.18 27.15 27.13 27.16 27.32 27.32 27.23 27.05
29

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 28 Januari 1992 dari pasangan
bapak Wahyudi dan Ibu Een Nurjanah. Penulis terlahir anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis berstudi di SMAN 1 Pangandaran dan lulus pada tahun 2010.
Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Geofisika dan
Meteorologi. Mayor Meteorologi Terapan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama masa studi di IPB penulis aktif di beberapa
organisasi kemahasiswaan intrakampus diantaranya IKMT (Ikatan Keluarga
Mahasiswa TPB) sebagai anggota divisi Syiar, PRAMUKA sebagai anggota,
Gerakan Disiplin Asrama sebagai anggota, Paguyuban Bidikmisi sebagai Ketua,
HIMPRO (Himpunana Keprofesian) sebagai anggota, Senior Resident sebagai
Administrasi dan Keuangan serta Sebagai Ketua Himpunan Alumni Beasiswa
Bidikmisi.

Anda mungkin juga menyukai