ADE NURJAMAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Validasi Model Apsim
7.7 Pada Tanaman Padi Berbasis pada Manajemen Tanam Petani di Desa
Cikedung dan Kandanghaur, Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Ade Nurjaman
NIM G24100065
ABSTRAK
ADE NURJAMAN. Validasi Model Apsim 7.7 pada Tanaman Padi Berbasis Pola
Manajemen Tanam Petani di Desa Cikedung dan Kandanghaur, Indramayu.
Dibimbing oleh AKHMAD FAQIH.
Beras merupakan makanan utama bagi penduduk Indonesia, lebih dari 50%
kebutuhan masyarakat terhadap karbohidrat dipenuhi oleh beras. Seiring dengan
meningkatnya populasi penduduk, kebutuhan padi juga akan meningkat, sehingga
usaha untuk meningkatkan produktivitas padi tersebut sangat penting. Salah satu
solusi untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi untuk pengelolaan dan perencanaan pertanian. Model
simulasi tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Model APSIM 7.7.
APSIM adalah perangkat lunak sistem produksi simulator yang dikembangkan
oleh Production Sistem Research Unit (APSRU). Penelitian ini bertujuan untuk
memvalidasi model simulasi padi di APSIM dengan menggunakan data hasil
survey yang meliputi data aktifitas pertanian dan data produksi padi pada
sejumlah petani di wilayah Cikedung dan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Untuk mengetahui tingkat akurasi dari model dalam melakukan simulasi hasil
padi, dilakukan perbandingan nilai aktual yang diwakili oleh data aktual hasil
wawancara petani di dua wilayah kajian dengan data luaran model simulasi
tanaman. Diketahui bahwa hubungan antara output model dengan data aktual
produktivitas padi di wilayah kajian menghasilkan nilai R2 = 0,6683 untuk
wilayah Cikedung dan R2 = 0,637 untuk wilayah Kandanghaur.
ABSTRACT
ADE NURJAMAN. Model Validation APSIM 7.7 on Rice Bassed Management
Farmers Planting Pattern in The Village Cikedung and Kandanghaur, Indramayu.
Supervised by AKHMAD FAQIH.
Rice is the main food for Indonesia, contributing to more than 50% of
carbohidrate needs. Along with the increase of population, the needs for rice also
increases, causing more efforts needed for increasing rice productivity. One of the
solution for increasing the rice productivity is by optimizing the use of technology
for agricultural management and planning. This study used APSIM 7.7, a crop
simulation model developed by APSRU. The purpose of this research is to
validate rice simulation model based on survey data of farming activities and rice
productions from farmers in Cikedung and Kandanghaur, Indramayu Districts. To
determine the accuracy of the model in simulating rice yields, this study compared
the actual data from the survey with the data output of crop simulation models.
The relationships of productivity data between the two datasets as represented by
the determination coefficient (R2), i.e. 0.6683 for Cikedung and 0.637 for
Kandanghaur.
ADE NURJAMAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi
Ade Nurjaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data aktifitas pemberian pupuk petani Desa Kandanghaur ................ 11
Tabel 2 Data aktifitas pemberian pupuk petani Desa Cikedung ...................... 12
Tabel 3 Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Pearson ........................................... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakteristik Usaha Tani ............................................. 20
Lampiran 2 Data Tanah diambil dari Software Harmonized World Soil
Database ...................................................................................... 21
Lampiran 3 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan
Cikedung (Waktu Tanam dan Waktu Panen) .............................. 22
Lampiran 4 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan
Cikedung (Perlakuan irigasi dan Perlakuan Penyemaian) ........... 23
Lampiran 5 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan
Cikedung (Jarak tanam, Jumlah tanaman tiap lubang,
Perlakuan terhadap Jerami) .......................................................... 24
Lampiran 6 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Cikedung ............. 25
Lampiran 7 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur ....... 26
Lampiran 8 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Cikedung .............. 27
Lampiran 9 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur ........ 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Model APSIM
modul nutrisi APSIM untuk menyertakan deskripsi dari karbon tanah dan nitrogen
dinamika dalam kondisi anaerob (Gaydon et al. 2012).
Model Apsim juga telah digunakan untuk mensimulasikan produktivitas
air tanaman padi dalam berbagai macam kondisi agroklimat dan tekhnik
pengolaan air untuk mengurangi ketergantungan pada irigasi tambahan dan
meningkatkan produktivitas tanaman padi di Sri Lanka. Model Apsim ini
memperkirakan hasil gabah padi pada tipe sawah tadah hujan atau tadah hujan
dengan irigasi tambahan (semi irigasi). Model APSIM menunjukkan peningkatan
kebutuhan air irigasi pada tipe sawah irigasi tambahan (semi irigasi) ketika awal
musim hujan tertunda. Sebaliknya, timbulnya hujan mengurangi kebutuhan air
irigasi. Produktivitas tanaman padi yang didapatkan untuk sawah dengan irigasi
tambahan (semi irigasi) lebih tinggi dibandingkan dengan sawah tadah hujan
dengan tidak memperhatikan awal tanggal tanam (Amarasingha et al. 2014).
METODE
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan software (perangkat lunak) Microsoft Office 2010 dan Model
APSIM 7.7 (Brown et al. 2014). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data iklim harian curah hujan, suhu maksimum, suhu minimum, evaporasi dan
radiasi untuk daerah Indramayu dengan sampel wilayah daerah Cikedung
(1965-2009) dan Kandanghaur (1965-2009) serta data curah hujan rata-rata
bulanan tahun 1999 – 2009 untuk wilayah Cikedung (dapat dilihat pada
Lampran 6) dan wiliayah Kandanghaur (Lampiran 7). Data suhu udara rata-
rata bulanan tahun 1999 – 2009 untuk wilayah Cikedung (Lampiran 8) dan
untuk wilayah Kandanghaur (Lampiran 9).
2. Data aktifitas pertanian (dapat dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5) yang
didapatkan dari hasil pengisian kuisioner (kuisioner dapat dilihat pada
Lampiran 1) melalui wawancara kepada para petani di daerah Indramayu
dengan sampel wilayah daerah Cikedung dan Kandanghaur. Untuk masing-
masing wilayah yaitu 5 orang petani yang dijadikan sebagai responden.
3. Data tanah yang didapatkan dari software Harmonized World Soil Database
(HWSD, FAO et al. 2008) untuk daerah Indramayu kecamatan Cikedung dan
Kandanghaur. Data tanah dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data iklim harian selama 30
tahun, data tanah dan data aktifitas pertanian. Data iklim yang digunakan yaitu
data iklim daerah Indramayu dengan sampel wilayah Kecamatan Cikedung dan
Kandanghaur. Variabel data iklim yang digunakan yaitu curah hujan, suhu
4
maksimum, suhu minimum, evaporasi dan radiasi. Data iklim diperoleh dari
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Data tanah diperoleh dari software HWSD (FAO et al. 2008). Parameter
data tanah yang digunakan yaitu bahan organik tanah, air tanah dan sampel tanah.
Basis data tanah HWSD menyediakan informasi komposisi tanah dan karakteristik
tanah diseluruh negara seperti karbon organik, pH, kapasitas penyimpanan air,
kedalaman tanah, kation kapasitas tukar tanah dan fraksi liat, jumlah nutrisi tukar,
kapur dan gipsum isi, persentase pertukaran natrium, salinitas, kelas tekstur dan
granulometry (FAO et al. 2008).
Data aktifitas pertanian diperoleh dari hasil pengisian kuisioner melalui
wawancara kepada para petani di daerah Indramayu kecamatan Cikedung dan
Kandanghaur. Untuk masing-masing kecamatan diambil 5 orang petani sebagai
responden. Secara terperinci variable aktifitas pertanian yang diperoleh
ditunjukkan pada Lampiran 1. Data iklim, tanah dan data aktifitas pertanian ini
digunakan untuk masukan dalam mensimulasikan model yang divalidasi.
Validasi
R2 = JKtot – JKres
JKtot
Keterangan :
R2 = Koefisien Determinasi
JKtot = Jumlah Kuadrat Total (total sum of squares)
JKres = Jumlah Kuadrat Residu (residual of squares)
5
Penelitian ini dilakukan berdasarkan data iklim yang tersedia dengan data
series yang berbeda pada setiap tempat. Terdapat dua wilayah kajian yang dibahas
yakni Cikedung dan Kandanghaur yang masing-masing memiliki tipe sawah
irigasi dan sawah tadah hujan.
Curah Hujan
Suhu Udara
Secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda,
semakin cepat gerakan molekul, semakin tinggi suhunya (Tjasyono 2004).
Keadaan suhu udara pada suatu tempat dipermukaan bumi akan ditentukan oleh
lamanya penyinaran matahari, kemiringan sinar matahari, keadaan awan dan
keadaan permukaan bumi. Pada masa tanam awal, suhu memberikan pengaruh
yang besar dan menentukan waktu yang dibutuhkan dari tahap penanaman benih
hingga munculnya semai.
Berdasarkan grafik Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa suhu rata-rata
pada masing-masing wilayah memiliki pola yang sama hanya saja nilai suhu rata-
rata wilayah Kandanghaur lebih kecil dari pada nilai suhu wilayah Cikedung. Pada
wilayah Cikedung suhu rata-rata berkisar antara 230 C – 310 C. Sedangkan untuk
wilayah Kandanghaur berkisar antara 250 C – 300 C.
Gambar 7 Suhu Udara Rata-rata Bulanan Stasiun Cikedung tahun 1999 – 2009
9
28,00
27,80 Kandanghaur
Suhu Udara (oC) 27,60
y = -6E-05x + 27,17
27,40
27,20
27,00
26,80
26,60
26,40
26,20
26,00
Okt
Okt
Jan
Nov
Jan
Jan
Apr
Feb
Mar
Agus
Nov
Apr
Feb
Mar
Nov
Agus
Jun
Sept
jul
Mei
Mei
Des
Jun
Sept
jul
Des
Jun
Suhu Udara Rata-rata Bulanan
Tahun 1999-2009 Linear (Suhu Udara Rata-rata…
Walaupun padi dapat ditanam sepanjang tahun, namun pada dasarnya petani
menanam padi berdasarkan ketersediaan air, yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga periode tanam. Dalam bahasa pertanian untuk 1 siklus tahunan disebut Musim
Tanam (MT). Dalam 1 siklus terdapat sampai 3 kali musim tanam sehingga 1 MT
biasanya adalah 4 bulan. Sehingga sering disebut MT1 (musim hujan), MT2
(musim gadu) dan MT3 (musim kering). MT ini akan sangat berkaitan dengan
Pola Tanam. Petani di daerah Indramayu umumnya menggunakan pola tanam
padi-padi-palawija.
Secara umum MT1 diawali pada Bulan November. MT1 identik dengan
musim penghujan. Biasanya akan berakhir dengan panen di pertengahan atau
akhir Februari. MT2 dimulai awal atau pertengahan Maret – akhir Juni.
Sedangkan MT3 diawali Bulan Juli – Akhir Oktober.
10
Gambar 9 Hubungan antara luas lahan dengan hasil panen tanam ke 1 dan
tanam ke 2 Tahun 2009
Gambar 9 merupakan grafik hubungan antara luas lahan dengan hasil panen
tanam ke-1 dan tanam ke-2. Sumbu X merupakan daftar responden yang memiliki
sawah dengan tipe sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Responden A, B, C, D
dan E adalah pemilik sawah dengan tipe sawah tadah hujan. Sedangkan responden
E, F, G, H, I dan J merupakan pemilik sawah dengan tipe sawah irigasi (nama
responden dapat dilihat di Lampiran 3). Dari grafik tersebut dapat dilihat luas
lahan berbanding lurus dengan hasil panen. Semakin luas lahan maka akan
semakin besar hasil panen yang didapatkan. Secara umum hasil panen sawah
tadah hujan dengan hasil panen sawah irigasi tidak terlalu berbeda, tetapi hasil
panen tanam ke-1 dengan hasil panen tanam ke-2 mengalami perbedaan yang
cukup signifikan. Salah satu contoh yang dapat dilihat dari Gambar 9 yaitu
Responden A yang memliki sawah dengan tipe sawah tadah hujan dan luas lahan
0,7 ha mendapatkan hasil panen pada tanam ke-1 sebesar 8,3 ton sedangkan hasil
panen pada tanam ke-2 hanya mendapatkan 4,1 ton. Responden I yang memiliki
sawah dengan tipe sawah irigasi dan luas lahan 1,4 ha yang memperoleh hasil
panen pada tanam ke-1 sebesar 9 ton sedangkan pada tanam ke-2 hanya
memperoleh hasil panen sebesar 4 ton. Hal ini dikarenakan pada tanam ke-2
terdapat banyak gangguan lahan seperti kekeringan, hama dan banyak serangan
penyakit pada padi sawah.
Sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya berasal dari air hujan.
Pada sawah ini, tanaman padi sangat bergantung pada musim hujan. Sedangkan
sawah irigasi yaitu sawah yang pengairannya diatur secara buatan, baik air tanah
maupun air permukaan untuk menunjang kebutuhan air tanaman padi.
11
Pupuk 2 - - - - - - -
Pupuk 2 Ponska 50 - - - - 30
diberikan pada simulasi yang dilakukan. Semakin banyak pupuk yang diberikan
maka semakin tinggi hasil produksi yang didapatkan pada model APSIM.
16000
14000
Bobot Kering (Kg/Ha)
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
12/6/1999
12/4/2004
12/5/2000
12/5/2001
12/5/2002
12/5/2003
12/4/2005
12/4/2006
12/4/2007
12/3/2008
Waktu Panen
Tasmudin Walino Raimin Ucef Warban
14000
12502
12000
Produksi Padi (Kg/Ha)
9759,7
10000
8300 8251,4 8000
7666,97741,4 7800 7210,17019,9 7210,17019,9
8000 6900
6000 5000
4100 4560
4000 3000 3000
2100 2300
2000
0
Responden A Responden B Responden C Responden D Responden E
Produksi Survey Tanam 1 Petani Produksi APSIM Tanam 1
Produksi Survey Tanam 2 Produksi APSIM Tanam 2
Simpulan
Saran
Model yang digunakan yakni model APSIM 7.7 merupakan model yang
berhasil mensimulasikan 66,83% dan 63,7 % proses pertumbuhan dan
perkembangan wilayah Cikedung dan Kandanghaur, tetapi masih ada kekurangan
yakni tingkat akurasi produktivitas padi antara model dan data aktual masih
rendah. Data tanah yang terbatas juga sulit didapat merupakan faktor pembatas
pada proses validasi ini yang harus diperbaiki. Hal yang paling mendasar
merupakan input utama yaitu mengatur menejemen folder pada model, sehingga
dihasilkan model APSIM yang tervalidasi yang selanjutnya dapat di gunakan
untuk memprediksikan hasil produktivitas serta membantu dalam pengambilan
keputusan alat untuk pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan (Amanullah et
al. 2007).
18
DAFTAR PUSTAKA
Afrina, F. 2011. Analisis Perilaku Permintaan dan Penawaran Beras di Sumatera
Selatan. Jurnal AGRIPITA, 1(1): 15-20.
Widarjono, A. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan aplikasinya, Ekonosia, Jakarta
Amanullah, M.J.H, Nawab K dan Ali A. 2007. Response of specific leaf area
(SLA), leaf area index (LAI) and leaf area ratio (LAR) of maize (Zea mays
L.) to plant density, rate and timing of nitrogen application. World
Applied Sciences Journal, 2(3):235-243.
Amarasingha, R.P.R.K, Galagedara, L.W, Marambe, B, Silva, G.L.L.P,
Punyawardena, R, Nidumolu, U, Howden, M, Suriyagoda, L.D.B, 2014.
Aligning sowing dates with onset of rains improve rice yields and
waterproductivity: modelling Oryza sativa L. in Maha season in the dry
zone of SriLanka. Trop. Agric. Res. 25, 237–246.
Bell, G.D, M.S. Halpert, C.F. Ropelewski, V.E. Kousky, A.V. Douglas, R.C.
Schnell, and M.E. Gelman. 1999. Climate Assessment for 1998. Bulletin of
the American Meteorological Society, 80(5). S1-S48
Bell, G.D, M.S. Halpert, R.C. Schnell, R.W. Higgins, J. Lawrimore, V.E. Kousky,
R. Tinker, W. Thiaw, M. Chelliah, and A. Artusa. 2000. Climate
Assessment for 1999. Bulletin of the American Meteorological Society,
81(6). S1-S50
Bouman, B.A.M, Laar H.H.V. 2006. Description and Evaluation of the Rice
Growth Model ORYZA 2000 Under Nitrogen-Limited Condition.
Agricultural Sistems Journal, 87: 249-273.
Brown, E. Hamish, Neil I. Huth, Dean P. Holzworth, Edmar I. Teixeira, Rob F.
Zyskowski, John N.G. Hargreaves, Derrick J. Moot. 2014. Plant
Modelling Framework: Software for building and running crop models on
the APSIM platform.
Dawe, D. 2001. How Far Down the Path to Free Trade? The Importance of Rice
Price Stabilization in Developing Asia. Food Policy Journal, 26: 163-175.
FAO/IIASA/ISRIC/ISS-CAS/JRC, 2008. Harmonized World Soil Database
(version 1.0). FAO, Rome, Italy and IIASA, Laxenburg, Austria.
Gaydon, D.S, Probert, M.E, Buresh, R.J, Meinke, H, Suriadi, A, Dobermann,
A.,Bouman, B.A.M, Timsina, J, 2012. Rice in cropping systems—
modeling transitions between flooded and non-flooded soil environments.
Eur. J. Agron.39, 9–24
Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk
Pertanian. Bogor: Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB.
Irawan, B. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina –
Kecenderungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi
Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 24(1). 28-45.
Larijani, B.A, Sarvestani Z.T, Nematzadeh Gh, Manschadi A.M, Amiri E. 2011.
Simulating Phenology, Growth and Yield of Transplanted Rice at Different
Seedling Ages in Northern Iran Using ORYZA2000. Rice Science Journal,
18(4): 321-334.
Pramudia, A, Koesmaryono Y, Las I, June T, Astika I.W, Runtunuwu E. 2008.
Penyusunan Model Prediksi Curah Hujan dengan Teknik Analisis Jaringan
19
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Karakteristik Usaha Tani
Nama: ……………………………………………………………
Alamat: desa………………………..…,kecamatan………………
Nomor HP:
Luas Lahan: ……………………….Ha
Tipe Lahan: Irigasi/Semi Irigasi/Tadah Hujan
Masa Tanam: 1 (minggu ke-… bulan … s/d minggu ke-… bulan ….)
2 (minggu ke-… bulan … s/d minggu ke-….bulan ….)
3 (minggu ke-… bulan … s/d minggu ke-….bulan ….)
Irigasi
tinggi air irigasi: ……………………………….cm
lama pemberian: minggu ke-………………. s/d minggu ke-……………
Varietas: …………………………………………………………
Jumlah benih: ………….kg
ditanam di sebagian lahan/di
Cara semai: polybag/………………………………………………
Lama semai: ………….hari
jenis:…………….,hari ke:……….,
Pupuk: tanam 1 jumlah:…………..kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:…………..kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:…………..kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
tanam 2 jumlah:………..…kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:……….….kg/ha
jenis:…………….,hari ke:……….,
jumlah:….……….kg/ha
Perlakuan terhadap
jerami: dibakar/dibuang/dijadikan kompos/…………………………………
21
Lampiran 2 Data Tanah diambil dari Software Harmonized World Soil Database
Wilayah
Parameter Tanah
Cikedung Kandanghaur
Latitude -6.50 -6.37
Longitude 108.17 108.13
Soil Name Acrisols Fluvisols
Drainage Class Moderately Well Poor
Drainage Rate 0.4 0.05
Run-off Curve Number 61 61
AWC (mm) 150 150
Albedo 0 0.09
% clay 24 19
% silt 27 32
% stone 49 49
organic carbon % 1 1.1
pH in water 4.6 5
CEC (cmol/kg) 7 7
BD (g/cc)
0 - 30 cm
1.4 1.37
Lower Limit Water Level 0.088 0.077
Drained Uper Limit Water Level 0.152 0.145
Saturation (%) 0.225 0.23
Saturation Hydraulic Conductivity (mm/day) 0.179 0.55
Root Growth Factor (0-1) 1 1
Subsoil Salinity - ECe (ds/m) 0.1 0.1
Subsoil Sodicity - ESP (%) 1 2
texture sandy clay loam loam
% clay 36 20
% silt 24 28
% stone 40 52
organic carbon % 0.42 0.42
pH in water 4.8 5
CEC (cmol/kg) 6 7
30 - 100 cm
Tipe Lahan Waktu Tanam 1 Waktu Panen 1 Waktu Tanam 2 Waktu Panen 2
Luas
(Irigasi/
Nama Laha
No Responden kecamatan Semi Irigasi/
responden n minggu bulan minggu bulan minggu bulan minggu bulan
Tadah
(Ha)
Hujan)
1 Tasmudin Responden A Kandanghaur 0.7 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 3 8
2 Walino Responden B Kandanghaur 0.5 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 4 8
3 Raimin Responden C Kandanghaur 0.25 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 4 8
4 Cu'en Usef Responden D Kandanghaur 0.5 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 3 8
5 Warban Responden E Kandanghaur 1 Tadah Hujan 2 11 1 3 1 5 3 8
6 Carmawi Responden F Cikedung 0.5 Irigasi 4 1 1 4 4 4 4 7
7 Karsan Responden G Cikedung 0.8 Irigasi 2 1 1 4 3 4 3 8
8 Sutana Responden H Cikedung 0.2 Irigasi 4 1 1 4 1 5 4 8
9 Wasna Responden I Cikedung 1.4 Irigasi 4 1 1 4 4 4 4 7
10 Rawinda Responden J Cikedung 0.5 Irigasi 4 1 1 4 4 4 4 7
23
Lampiran 4 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan Cikedung (Perlakuan irigasi dan Perlakuan Penyemaian)
lama
tinggi pemberian Lama
Jumlah Cara semai (ditanam di Lama
Nama air irigasi tanam kedalaman
No Responden kecamatan benih sebagian lahan/di semai
responden irigasi bibit akar (cm)
awal (kg) polybag/lainnya) (hari)
(cm) (hari)
(minggu
ke-)
1 Tasmudin Responden A Kandanghaur - - 15 ditanam disebagian lahan 25 105 5
2 Walino Responden B Kandanghaur - - 12.5 ditanam disebagian lahan 25 115 10
3 Raimin Responden C Kandanghaur - - 5 ditanam disebagian lahan 25 105 5
4 Cu'en Usef Responden D Kandanghaur - - 15 ditanam disebagian lahan 28 100 5
5 Warban Responden E Kandanghaur - - 25 ditanam disebagian lahan 27 110 6
6 Carmawi Responden F Cikedung 10 1 7 ditanam disebagian lahan 20 110 20
7 Karsan Responden G Cikedung 10 1 10 ditanam disebagian lahan 25 115 20
8 Sutana Responden H Cikedung 10 1 2.5 ditanam disebagian lahan 25 110 10
9 Wasna Responden I Cikedung 15 1 30 ditanam disebagian lahan 25 120 20
10 Rawinda Responden J Cikedung 15 1 10 ditanam disebagian lahan 22 120 20
24
Lampiran 5 Data Aktifitas Pertanian 10 Petani Desa Kandanghaur dan Cikedung (Jarak tanam, Jumlah tanaman
tiap lubang, Perlakuan terhadap Jerami)
jumlah
Perlakuan terhadap jerami
Nama Jarak tanam (cm x tanaman
No Responden kecamatan (dibakar/dibuang/dijadikan
responden cm) tiap
kompos/dll)
lubang
1999 280.8 272.9 459 412.5 386.1 40.9 20.1 0 49.1 3.1 245.1 94
2000 328.1 204.6 294.2 448.2 253.9 34.3 3.1 0 0 128.3 305.2 739.1
2001 188.3 275.4 285.7 258.8 391.9 4.2 0 0 0 0 334.5 206
2002 467.5 817.6 369.4 139.2 113.4 0 0 0 0 0 0 67
2003 137.6 248.7 76.2 143.2 46.1 105.9 0 0 0 156.1 87.6 209.8
2004 227.5 357.5 436.4 165.6 0.7 8 0 0 0 0 10.3 141.2
2005 423.2 370.5 597.3 444.8 227.1 0 2.5 0 0 0 2.2 142.8
2006 273.5 317.4 670 277 81.5 0 0 2.3 0 0 15.5 73.4
2007 278 388.7 424.4 392.7 20.8 61.4 63.7 0 3.9 0 90.1 587.2
2008 82.1 345.9 338.9 212.2 70.3 3.9 0 0 0 44.3 42.3 299.5
2009 540.2 280 401.4 129.3 17.8 2.9 0 0 0 0 4.2 268.6
Rata-Rata 293.35 352.65 395.72 274.86 146.33 23.77 8.13 0.21 4.82 30.16 103.36 257.15
26
Lampiran 7 Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agusustus September Oktober November Desember
1999 517.2 598.3 527.7 211.8 58.8 260.6 18 0 68.7 101.7 227.2 196.4
2000 538.8 120.2 176.1 319.3 212.7 0 0 0 0 0 460.3 462.1
2001 364.4 121.7 212.7 197.6 204.6 9.7 0 0 0 0 114.1 273.5
2002 211 289.4 637.4 158.6 3.4 0 0 1.7 0 0 0 20.5
2003 83 32.6 170.2 311.9 115.2 3.5 6.9 0 0 21.8 349.5 148.2
2004 380.9 366 652.3 280.4 21.1 15.8 0 9.6 0 0 178.6 200.1
2005 245.3 143.6 318.5 43.7 65.8 23.8 6.7 0 21.8 39.9 208.7 321.7
2006 63.1 215.6 409.7 169.6 0 0 1.1 0 0 0 35.9 35.8
2007 570.2 707.4 480 223.7 33.9 175.5 43.4 0 0 33.1 292.7 527.5
2008 390.2 363.5 185.6 83.5 0 0 0 0 0 0 38.6 229.6
2009 462.3 559.5 411.3 104.8 42.6 6.2 0 13.7 0 20.3 36.1 231.3
Rata-Rata 347.85 319.80 380.14 191.35 68.92 45.01 6.92 2.27 8.23 19.71 176.52 240.61
27
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agusustus September Oktober November Desember
1999 27.10 26.65 26.96 27.45 27.15 27.30 27.33 26.98 27.58 27.11 27.28 27.11
2000 27.21 27.36 26.90 27.08 27.42 27.29 26.99 27.03 27.18 27.30 27.33 27.08
2001 27.19 26.81 27.14 27.04 27.25 26.97 27.02 27.78 27.06 27.70 27.19 26.78
2002 27.30 27.12 27.23 27.02 27.29 27.38 27.20 27.09 27.52 27.48 27.15 26.83
2003 27.25 27.03 27.45 27.15 27.42 27.00 26.97 27.03 27.60 27.19 26.96 26.85
2004 27.04 27.05 26.84 27.18 27.11 27.10 27.03 27.01 27.43 27.23 27.10 27.27
2005 27.35 26.99 27.06 26.88 27.37 27.12 27.18 27.11 27.21 27.53 27.08 26.91
2006 27.06 27.16 27.22 27.16 26.89 27.32 27.00 27.45 27.34 27.59 27.39 27.29
2007 27.04 26.88 27.18 26.93 27.36 27.22 26.84 27.38 27.50 27.33 27.31 27.09
2008 26.85 26.81 27.18 27.12 27.13 27.36 27.07 27.33 26.99 27.28 27.24 27.15
2009 26.77 26.94 27.14 27.28 27.25 27.07 27.03 27.26 27.41 27.19 27.29 27.17
Rata-Rata 27.10 26.98 27.12 27.12 27.24 27.19 27.06 27.22 27.35 27.36 27.21 27.05
28
Lampiran 9 Data Suhu Udara Rata-rata Bulanan Wilayah Kandanghaur
Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agusustus September Oktober November Desember
1999 27.30 26.78 26.70 27.28 27.25 27.53 27.01 27.32 27.42 27.24 27.11 27.17
2000 27.22 27.01 27.12 26.89 27.31 27.29 26.84 27.15 27.35 27.44 27.06 26.90
2001 26.86 27.59 27.10 27.06 26.96 27.00 27.15 27.13 27.39 27.28 27.19 26.83
2002 27.29 27.22 27.08 27.16 26.96 27.25 27.19 27.07 27.34 27.33 27.41 27.01
2003 27.47 27.06 27.09 27.15 27.17 27.41 27.27 27.23 27.02 27.51 27.52 27.05
2004 26.97 27.08 27.03 27.41 27.02 26.99 27.05 27.17 27.36 27.35 27.07 27.08
2005 27.07 27.39 27.23 27.15 27.05 27.04 27.20 27.31 27.58 27.51 27.37 26.83
2006 27.17 26.92 27.31 27.22 27.28 26.80 27.05 27.37 27.58 27.05 27.13 27.40
2007 27.01 27.02 26.92 27.29 27.09 26.85 27.27 27.02 27.39 27.18 27.30 27.10
2008 26.71 27.40 27.22 27.22 27.40 27.21 27.31 26.95 27.00 27.37 27.13 26.97
2009 26.71 27.15 27.04 27.03 27.49 27.25 27.07 26.99 27.13 27.25 27.22 27.19
Rata-Rata 27.07 27.15 27.08 27.17 27.18 27.15 27.13 27.16 27.32 27.32 27.23 27.05
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 28 Januari 1992 dari pasangan
bapak Wahyudi dan Ibu Een Nurjanah. Penulis terlahir anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis berstudi di SMAN 1 Pangandaran dan lulus pada tahun 2010.
Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Geofisika dan
Meteorologi. Mayor Meteorologi Terapan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama masa studi di IPB penulis aktif di beberapa
organisasi kemahasiswaan intrakampus diantaranya IKMT (Ikatan Keluarga
Mahasiswa TPB) sebagai anggota divisi Syiar, PRAMUKA sebagai anggota,
Gerakan Disiplin Asrama sebagai anggota, Paguyuban Bidikmisi sebagai Ketua,
HIMPRO (Himpunana Keprofesian) sebagai anggota, Senior Resident sebagai
Administrasi dan Keuangan serta Sebagai Ketua Himpunan Alumni Beasiswa
Bidikmisi.