Sedatif Hipnotik
Sedatif Hipnotik
I. Tujuan
- Membedakan efek obat sedative dan hipnotik pada hewan coba
- Mengetahui dan mengamati tanda-tanda overdosis golongan obat barbiturate
- Mengetahui bergai instrument yang dapat digunakan untuk menguji efek
sedative.
II. DASAR TEORI
Obat-obat penekan susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat
tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau secara
umum. Beberapa kelompok memperlihatkan seletivitas yang jelas seperti analgetik-
antipiretik yang khusus mempengaruhi dan mengatur pusat pengatur suhu tubuh dan pusat
nyeri tanpa pengaruh yang jelas terhadap pusat lain. Sebaliknya anestesi dan hipnotik sedatif
merupakan penghambat SSP yang bersifat umum sehingga dosis yang melampaui selalu
disertai koma. Obat yang efek utamanya terhadap SSP yaitu anestesi umum, hipnotik sedatif,
psikofarmaka, antikonvulsi, pelemas otot yang bekerja sentral, analgetik antipiretik, analgesik
narkotika dan perangsangan SSP. Obat yang mempengaruhi SSP lainnya antara lain
amfetamin dan antihistamin.
Obat-obat seperti hipnotik, sedatif dan anestesi memberikan perbedaan efek yang nyata.
Anestesi merupakan obat yang dapat menyebabkan hilangnya rasa/pemati rasa. Anestesi
dibedakan menjadi dua yaitu anestesi sistemik dan anestesi lokal. Sedatif adalah obat tidur
yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk tujuan
menenangkan. Sedatif termasuk ke dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obat
yang menekan atau menghambat sisem saraf pusat. Efek terbesar dari obat-obat sedasi adalah
hipnotik yaitu kehilangan kesadaran. Untuk obat-obat tertentu kenaikan dosis dapat
menyebabkan kenaikan efek menjadi hipnotik. Hipnotika merupakan obat penekan SSP yang
menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Hipnotik sedatif relatif
tidak selektif mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan kantuk atau tenang, menidurkan
hinga yang berat (kecuali benzodiazepin) menyebabkan hilangnya kesadaran, keadaan
anestesi, koma dan mati bergantung pada dosis. ( Ganiswara, 1995 )
Penggolongan obat yang bekerja dengan mekanisme penekanan sistem saraf pusat dilihat
berdaasrkan efek terapeutiknya adalah:
1
1. Depresan sistem saraf pusat umum
2. Rangsang sistem saraf pusat umum
3. Obat sistem saraf pusat selektif
( Bertram G.Katzung, 1998 )
Umumnya obat-obat penenang digunakan dalam keadaan insomia. Insomia dapat
disebabkan beberapa hal, sehingga untuk mengobatinya secara selektif perlu diketahui
penyebabnya. Penggunaan obat-obat penekan SSP pada keadaan insomia hanya perlu
diberikan pada insomia jangka pendek. Obat-obat penekan SSP antara lain golongan
barbiturat ( fenobarbital ), tumbuhan alam yang memiliki efek sedasi seperti akar Valerian.
Namun ada obat-obat non SSP yang mampu memberi efek seperti penekan SSP, sebagai
contohnya obat antihistamin.
Fenobarbital
Fenobarbital, merupakan hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak pahit.
Sebagai antikonvulsi, fenobarbital digunakan dalam penanganan seizure tonik-klonik (grand
mal) dan seizure parsial. Fenobarbital juga berkhasiat sebagai hipnotik sedasi tergantung
dosis yang diberikan.
3
Setelah 20 menit berada di dalam activity cage, letakkan mencit di tengah hole board.
Hitunglah jumlah jengukan kepala mencit ke dalam lubang selama 5 menit. Masukkan data
ke dalam tabel.
3. Platform
Letakkan mencit pada platform segera setelah penyuntikan. Amati aktivitas, sikap
tubuh, jumlah jengukan/menit, kecepatan napas/menit pada menit ke 5, 10, 15 dan 20.
Masukkan dalam tabel.
4. Rotarod
Setelah di amati di platform selama 20 menit, letakkan mencit di atas rotarod. Catat
waktu jatuhnya mencit dari rotor. Masukkan data ke dalam tabel.
V. Hasil
Tabel Data Pengamatan Uji Aktivitas Barbiturat Pada Platform
Kelompok Jumlah jengukan Kecepatan napas (satuan/menit)
4
pelan, seperti mata oleng normal miring dan miring
diam terseda sayu, dan tidur dan
k garuk, tidur ngesot
tersedak
Tabel Data Pengamatan Uji Aktivitas Barbiturat Pada Activity cage, Holeboard, dan Rotarod
Kelompok Jumlah aktivitas pada Jumlah jengukan pada Waktu jatuh mencit di
activity cage holeboard selama 5 rotarod
menit
5’ 10’ 15’ 20’
Kontrol 57 94 139 197 54 180 detik (tidak jatuh)
F 40 219 458 522 673 34 >3 menit
F 80 370 540 540 2 detik
VI. Pembahasan
Pemberian fenobarbital Na dengan dosis 40 mg/kgBB (larutan 10 %), memberika efek
sedative, sedangkan pemberian fenobarbital Na dengan dosis 80 mg/kgBB (larutan 10 %)
memberikan efek hipnotik, karena bisa dilihat dari jumlah jengukan mencit pada pemberian
fenobarbital Na dengan dosis 40 mg/kgBB lebih banyak dari pada jumlah jengukan pada
pemberian fenobarbital dengan dosis 80 mg/kgBB (larutan 10 %).
Pada kecepatan nafas mencit pemberian fenobarbital Na dengan dosis 40 mg/kgBB,
nafas nya lebih cepat dari pada pemberian fenobarbital dengan dosis 80 mg/kgBB (larutan 10
%), itu menunjukkan F 80 dapat menekan nafas dari mencit dari pada F 40, sehingga F 80
lebih bisa mempertahankan efek tidur atau hipnotik, karena nafasnya lebih pelan.
Jika dilihat dari jenis aktifitas pada mencit yang diberikan F40, aktifitasnya lebih aktif
dari pada mencit yang diberikan F80, pada pemberian dosis F80, aktifitasnya kebanyakan
diam. Ini menunjukkan pemberian dosis pada F80 memberikan efek hipnotik.
Jika dilihat dari sikap tubuh mencit pada pemberian dosis F40, sikap tubuhnya lebih
normal seperti terlihat lebih tenang, sedangkan pada pemberian dosisi F80, sikap tubuh
mencit seperti mengantuk, karena sikap tubuhnya miring-miring. Ini menunjukkan F40
memberikan efek sedative sedangkan dosis F80 memberikan efek hipnotik.
5
Jumlah aktifitas mencit pada activity cage, pemberian dosis F80, jumlah aktifitasnya
lebih banyak dari pada pemberian dosis F40, ini dikarenakan obat yang disuntikkan pada
mencit dengan dosis F80 kemungkinan tidak tepat, atau obatnya tidak masuk semua.
Jumlah jengukan mencit pada hole board selama 5 menit, pada control sebanyak 54,
sedangkan pada pemberian dosis F40 sebanyak 34, ini menunjukkan mencit lebih tenang
karena gerakannya berkurang, sehingga pemberian F40 dapat menunjukkan efek sedative.
Waktu jatuh mencit di rotarod pada control selama 180 detik mencit tidak jatuh,
sedangkan pada pemberian dosis F40 selama kurang dari 3 menit mencit sudah jatuh. Pada
pemberian dosis F80 selama 2 detik mencit sudah jatuh. Ini menunjukkan efek sedative pada
F40 dan efek hipnotik pada F80. Karena jika mencit lebih tenang maka waktu jatuhnya akan
lebih lama, sebab keseimbangan mencit lebih bagus, tetapi keseimbangan mencit pada dosis
F80 itu kurang, sebab mencit merasa mengantuk, sehingga mencit lebih cepat jatuh pada
dosis F80 dari pada F40.
TUGAS
Kurva dosis respons obat golongan minor tranquilizers.
Obat A
koma
anestesi
hipnotik Obat B
sedasi
Peningkatan dosis
6
Mekanisme Benzodiazepine
• Memperkuat inhibisi GABA-ergik pada seluruh tingkat neuraksis, termasuk spinal
cord, substansia nigra, cortex cerebelum dan serebrum
• Interaksi BZ-GABA meningkatkan kejadian pembukaan kanal ion klorida
(meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA) terjadi hiperpolarisasi membran
penurunan firing-rate/kecepatan aktivasi neuron di otak efek sedasi
Contoh obat golongan Benzodiazepine:
1. Short acting:
• - Alprazolam
• - Halazepam
• - Lorazepam
• - Oxazepam
• -Meprobamate
2. Long acting:
• - Klordiazepoxide
• - *Klorazepate (prodrug)
• - * Diazepam
- Prazepam
Cara kerja benzodiazepin adalah:
Potensiasi inhibisi neuron dengan asam γ-aminobutirat (GABA) sebagai mediator
me ↑ potensial elektrik sepanjang membran sel dan sel menjadi sukar tereksitasi
Mekanisme kerja Barbiturat adalah:
• Memfasilitasi kerja GABA dengan cara meningkatkan durasi (lama) pembukaan
GABA gated channel
• Dosis ↑: bersifat GABA-mimetik, mengaktifkan kanal-kanal ion klorida secara
langsung
• Kerja kurang selektif mendepresi neurotransmitter eksitatorik dan neurotransmisi
GABA
• Titik tangkap kerjanya banyak dasar kemampuan untuk efek anestesi total
• Efek depresan pusat lebih kuat batas keamanan sempit
Klasifikasi Barbiturat berdasarkan duration of action:
• Ultra short acting (2-4 jam) :
• Methohexital
7
• Thiopental
• Heksobarbital
• Short-intermediate :
• Amobarbital intermediate
• Butabarbital (3-6 jam)
• Pentobarbital short
• Secobarbital (3 jam)
• Long acting (6 jam) :
• Mephobarbital
• Metharbital
• Phenobarbital / luminal
• Barbital (veronal)
8
VII. Kesimpulan
Pemberian fenobarbital Na dengan dosis 40 mg/kgBB (larutan 10 %), memberika efek
sedative, sedangkan pemberian fenobarbital Na dengan dosis 80 mg/kgBB (larutan 10 %)
memberikan efek hipnotik.
Komentar: percobaan sedative – hipnotik pada mencit dengan dosis fenobarbital 40
mg/kgBB menurut saya efek sedative nya masih kurang, karena aktifitas pada mencit
masih banyak, sehingga dosis nya sebaiknya di naikkan sedikit menjadi 45-55
mg/kgBB, untuk menghasilkan efek sedative yang lebih kuat, sedangkan pemberian
dosis fenobarbital 80 mg/kgBB efek hipnotiknya sudah muncul, tetapi agak lama,
karena dalam percobaan mencit tertidurnya setelah pengujiannya selesai, namun
menurut saya itu sudah bagus, karena jika dosisnya di tambahkan bisa berbahaya bagi
mencit nya, sebab, golongan barbiturat seperti fenobarbital jika dosis nya berlebihan
dapat berakibat mendepresi pusat pernafasan dan vasomotor di medula sampai dengan
koma mati.
Daftar Pustaka
- Bertram G.Katzung. 1998. Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi VI. EGC :
Jakarta.
- Ganiswara,dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta : UIP
- Hadinoto I., E. Kuswono, A. Marlina, A. Setiawati, Uji efek sedative dari minyak
clary sage Salvia sclalarea, L pada mencit jantan secara olfactory aromatherapy,
Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya, hal 4.
- Anggraeni, A. S., 2008, Uji potensiasi efek hipnotik natrium thiopental oleh ekstrak
etanol 70% daun umyung (Gynura aurantiaca DC) pada mencit putih jantan galur
swiss Webster, Skripsi Sarjana Farmasi, Universitas muhammadiyah Surakarta, hal
15.