Anda di halaman 1dari 57

Gamb Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Madiun merupakan kerangka tata ruang wilayah yang tersusun

atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah terutama jaringan transportasi.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Madiun berfungsi :
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten Madiun yang memberikan layanan bagi
kawasan perkotaan dan perdesaan di sekitarnya yang berada di dalam wilayah Kabupaten Madiun; dan
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan
bagi fungsi kegiatan yang ada di dalam wilayah Kabupaten Madiun, terutama pada pusat-pusat
kegiatan/perkotaan yang ada.

3.1. RENCANA KEPENDUDUKAN


Penduduk merupakan faktor utama di dalam pengembangan wilayah, karena dengan mengetahui jumlah
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH penduduk pada suatu wilayah akan dapat ditentukan kebutuhan ruang, kebutuhan fasilitas dan utilitas yang
dibutuhkan pada suatu wilayah.
KABUPATEN MADIUN
3.1.1. PREDIKSI JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029
3.1. Rencana Kependudukan
Dasar pertimbangan yang dipergunakan dalam memprediksikan jumlah
3.1.1. Prediksi Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2009-2029
penduduk di Kabupaten Madiun adalah laju pertumbuhan penduduk rata-rata,
3.1.2. Rencana Kepadatan Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2009-2029 dan kecenderungan perkembangan yang akan terjadi. Jika dipelajari laju
3.2. Rencana Sistem Perdesaan dan Sistem Perkotaan pertumbuhan penduduk Kabupaten Madiun dari Tahun 1996-2007 sebesar
3.2.1. Rencana Sistem Perdesaan 0,57% sebagaimana terlihat pada Diagram 3.1. Dengan kondisi tersebut, laju
3.2.2. Rencana Sistem Perkotaan pertumbuhan yang dipergunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk di
Kabupaten Madiun sebesar 0,87%, dengan asumsi sebagai berikut :
3.2.2.1. Rencana Pusat Kegiatan
1. Pertumbuhan rata-rata di Kabupaten Madiun tetap dalam kisaran 0,57%
3.2.2.2. Hierarki atau Besaran Perkotaan
2. Dengan adanya rencana pembangunan jalan bebas hambatan yang membuka peluang berkembangnya
3.2.2.3. Rencana Sistem dan Fungsi Perwilayahan
Kabupaten Madiun, dengan laju pertumbuhan diperkirakan mencapai 0,3% dengan asumsi : 0,1% karena
3.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah pengaruh perkembangan Kota Madiun terhadap wilayah sekitarnya, 0,1% karena adanya rencana
3.3.1. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Utama peningkatan status Perkotaan Mejayan menjadi Ibukota Kabupaten dan 0,1% karena rencana
3.3.1.1. Jaringan Jalan Raya pengembangan Kawasan Agropolitan serta pengembangan panas bumi di bagian selatan dari Kabupaten
Madiun yang diperkirakan akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Madiun.
3.3.1.2. Jaringan Jalur Kereta Api Umum
3.3.2. Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya
Diagram 3.1.
3.3.2.1. Sistem Jaringan Energi/ Kelistrikan
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KABUPATEN MADIUN TAHUN 1996-2007
3.3.2.2. Sistem Jaringan Telekomunikasi
3.3.2.3. Sistem Jaringan Sumberdaya Air 12,00

10,00
3.3.2.4. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
8,00
3.3.2.5. Sistem Prasarana Pendukung 6,00
10
4,00

2,00
0,20 0,30 0,55 1,63
0,98 0,33 0,48 0,33 0,25 0,77 0,39
0,00
7

8
99

99

99

00

00

00

00

00

00

00

00

00
-1

-1

-1

-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2

-2
96

97

98

99

00

01

02

03

04

05

06

07
19

19

19

19

20

20

20

20

20

20

20

20
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka rencana jumlah penduduk Kabupaten Madiun pada Tahun
2029 sebesar 834.296 jiwa sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1 serta Gambar 3.1.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 1


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 2
Tabel 3.1. 3.2. RENCANA SISTEM PERDESAAN DAN SISTEM PERKOTAAN
PREDIKSI JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN MADIUN TAHUN 2007-2029 3.2.1. RENCANA SISTEM PERDESAAN
No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Sistem pusat permukiman pedesaan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki sebagai berikut:
2007 2009 2014 2019 2024 2029
1. Pusat pelayanan antar desa;
1Kebonsari 53.688 54.626 57.044 59.569 62.206 64.959
2Geger 59.769 60.814 63.505 66.316 69.252 72.317 2. Pusat pelayanan setiap desa; dan
3Dolopo 52.847 53.771 56.151 58.636 61.231 63.942 3. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
4Dagangan 49.511 50.376 52.606 54.935 57.366 59.905
Pusat pelayanan desa tersebut secara berjenjang memiliki hubungan dengan pusat kecamatan sebagai
5Wungu 52.005 52.914 55.256 57.702 60.256 62.923
6Kare 33.046 33.624 35.112 36.666 38.289 39.984 kawasan perkotaan terdekat, dengan perkotaan pusat SSWP dan dengan Perkotaan Mejayan yang
7Gemarang 32.486 33.054 34.517 36.045 37.640 39.306 dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten maupun dengan Kota Madiun sebagai Pusat SWP di Jawa Timur
8Saradan 62.304 63.393 66.199 69.129 72.189 75.384 bagian barat. Struktur ruang perdesaan tersebut merupakan upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan
9Pilangkenceng 54.290 55.239 57.684 60.237 62.903 65.688 dari pusat-pusat SSWP. Rencana struktur ruang pedesaan dapat dilihat dalam Gambar 3.2.
10
Mejayan 43.250 44.006 45.954 47.988 50.112 52.330 Salah satu bentuk pengembangan kawasan pedesaan di Kabupaten Madiun adalah pengembangan Kawasan
11
Wonoasri 32.750 33.322 34.797 36.338 37.946 39.626
Agropolitan di Geger, Dolopo, Dagangan dan Kebonsari (Gambar 3.3) serta Kawasan Agropolitan Wilis.
12
Balerejo 44.480 45.257 47.261 49.352 51.537 53.818
Dimana rencana kegiatan dari kawasan agropolitan tersebut yang tertuang dalam Rencana Program Jangka
13
Madiun 38.041 38.706 40.419 42.208 44.076 46.027
14
Sawahan 25.845 26.297 27.461 28.676 29.945 31.271 Menengah (RPJM) Kawasan Agropolitan GEDANGSARI, sebagai berikut :
15
Jiwan 55.222 56.187 58.674 61.271 63.983 66.815 1. Kegiatan Pengembangan Agrobis Kakao di cluster kakao dan pembagunan pasar pengumpul di Dagangan,
Jumlah 689.534 701.584 732.639 765.068 798.932 834.296 penguatan sentra home industri di Desa Segulung dan Suluk;
Sumber : Hasil Analisa
2. Kegiatan Pengembangan Agrobis Sapi Potong di cluster sapi potong, industri pengolahan pakan ternak di
Dagangan, pembangunan pasar hewan di Mliir, pembangunan RPD dan RPH di Dolopo;
3. Kegiatan Pengembangan agrobis buah-buahan di seluruh hinterland, pengembangan sentra agroindustri di
3.1.2. RENCANA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029 Kawasan Agropolitan GEDANGSARI;
Berdasarkan hasil analisis daya tampung menunjukkan bahwa Kabupaten Madiun masih mampu untuk 4. Kegiatan Pengembangan agrobis ikan segar di kluster ikan kolam;
menampung jumlah penduduk hingga Tahun 2029. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui 5. Kegiatan pengembangan agrobis tebu di kluster tebu; serta
kepadatan penduduk yang direncanakan di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun 6. Pengembangan kawasan berupa perbaikan jalan, pelebaran jalan, pembangunan sub terminal agrobis di
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2. Dolopo, pembangunan TPA di Bader dan Sareng.
Tabel 3.2.
RENCANA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MADIUN TAHUN 2007-2029
No Kecamatan Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)
2007 2009 2014 2019 2024 2029
1 Kebonsari 11 12 12 13 13 14 Kota (Ibukota Kabupaten
2 Geger 16 17 17 18 19 20
3 Dolopo 11 11 11 12 13 13
4 Dagangan 7 7 7 8 8 8 Kecamatan
5 Wungu 11 12 12 13 13 14
6 Kare 2 2 2 2 2 2
7 Gemarang 3 3 3 4 4 4 Desa/kelurahan
8 Saradan 4 4 4 5 5 5
9 Pilangkenceng 7 7 7 7 8 8 Jaringan Jalan
10 Mejayan 8 8 8 9 9 9
11 Wonoasri 10 10 10 11 11 12
12 Balerejo 9 9 9 9 10 10
13 Madiun 11 11 11 12 12 13
14 Sawahan 12 12 12 13 14 14
15 Jiwan 16 17 17 18 19 20
Jumlah 9 9 10 10 11 11
Sumber : Hasil Analisa Gambar 3.2. SISTEM PEDESAAN

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 3


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 4
3.2.2. RENCANA SISTEM PERKOTAAN Tabel 3.3.
Pada dasarnya fungsi kawasan dapat dibagi menjadi dua, yakni kawasan perkotaan dan kawasan RENCANA PENETAPAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN MADIUN
perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan No Kecamatan Perda Batas wilayah Kota Hasil Analisis
jenis kegiatan yang sesuai dengan karakter kawasan dan fungsi yang harus diemban masing-masing. Nomor 7 tahun 1988
Perkotaan Pedesaan
Di dalam rencana penetapan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, dasar pertimbangan yang Tambakmas, Tanjungrejo, Sukorejo, Pucanganom,
Balerejo, Singgahan, Sidorejo,
dipergunakan adalah : 1 Kebonsari
Mojorejo
Singgahan, Balerejo Krandegan, Sidorejo, alur, Mojorejo, Kebonsari,
Rejosari, Bacem, Kedondong
1. Sistem perkotaan nasional yang tercantum dalam Pasal 11 menyebutkan Sistem Perkotaan Nasional terdiri Purworejo, Jatisari, Uteran, Banaran, Klorogan, Slambur, Geger, Sareng,
Kertosari, Kertobayon, Sangen, Pagotan,
2 Geger Sangen, Pagotan, Kaibon, Purworejo, Sumberejo, Jogodayuh, Nglandung,
atas PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Uteran, Jatisari
Kertosari dan Kertobayon Samberejo, Putat, Kertosari, Kertobayon, Kaibon
2. Penetapan kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam 3 Dolopo
Ketawang, Dolopo, Bangunsari,
Bangunsari, Dolopo, Mlilir, Glongang
Lembah, Kradinan, Suluk, Blimbing, Bader,
Glonggong, Miller Candimulyo, Glonggong, Doho, Ketawang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Timur 2029.
Ketandang, Tilen, Mendak, Segulung, Padas,
Dagangan, Sewulan, Sukosari, Dagangan, Sewulan, Jetis, Banjarsari
3. Penetapan Batas Wilayah Kota di Kabupaten Madiun dalam hal ini (Ibukota Kecamatan) yang tertuang di 4 Dagangan
Kepet, Jetis, Banjarsari Kulon Kulon, Banjarsari Wetan
Ngranget, Joho, Kepet, Dagangan, Prambon,
Banjarejo, Mruwak, Sukosari
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun Nomor 7 Tahun 1988 tentang Penetapan
Sidorejo, Pilangrejo, Brumbun, Kresek, Mojorayung,
Batas wilayah Kota di dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Madiun. Mojopurno, Munggut, Wungu,
5 Wungu Mugut, Wungu, Mojopurno, Karangrejo Bantengan, Tempursari, Nglanduk, Nglambangan,
Mojorayung, Nglanduk
Sobrah
4. Instruksi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Madiun Nomor 10 tahun 1992 tentang Pembentukan Kota Bodak, Kepel, Bolo, Kuwiran, Randualas, Cermo,
6 Kare Cermo, Kare Morang
Caruban sebagai Kota Setingkat Ibukota Kabupaten. Kare
Batok, Durenan, Winong, Tawangrejo, Sebayi,
7 Gemarang Gemarang Gemarang
5. Kondisi dan perkembangan yang terjadi di lapangan baik jumlah penduduk, ketersediaan dan kelengkapan Nampu

sarana dan prasarana yang ada di masing-masing desa/kelurahan. Desa Sugihwaras, Desa Sidorejo, Desa
Sugihwaras, Sidorejo, Sukorejo, Bandungan, Pajaran, Klumutan, Sumbersari, Bener,
8 Saradan Sukorejo, Desa Bongsoputro, Desa
Bongsoputro, Banjulan, Ngepeh Tulung, Samberejo, Sumberbendo, Klangon
Berdasarkan pertimbangan tersebut deliniasi batas kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan sebagaimana Banjulan dan Ngepeh

terlihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.4. Kedungmaron, Duren, Pilangkenceng, Muneng,
Sumbergandu, Kenongorejo, Kenongorejo, Sumbergandu, Kedungrejo,
9 Pilangkenceng Pulorejo, Ngale, Krebet, Kedungbanteng, Luworo,
Sedangkan penetapan ibukota Kabupaten Madiun dimulai dengan ditetapkan : Muneng, Kedungrejo, Purworejo Wonoayu, Purworejo
Gandul, Ngengor, Bulu, Dawuhan

 Perda Nomor 6 tahun 1987 dengan tersusunnya Rencana Induk Kota (RIK) Caruban. Krajan, Pandean, Bangunsari, Kaligunting, Krajan, Pandean, Mejayan, Blabakan, Wonorejo, Kebonagung, Darmarejo,
10 Mejayan
Mejayan, Ngampel, Kaliabu Bangunsari, Ngampel Sidodadi, Kuncen,Klecorejo, Kaliabu
 Revisi RUTRK / RDTRK Caruban Perda Nomor 10 tahun 1991.
 Revisi RUTRK / RDTRK Caruban Perda Nomor 21 tahun 1998. Sidomulyo, Bancong,
Ngadirejo, Jatirejo, Banyukambang, Sidomulyo,
11 Wonoasri Wonoasri,Purwosari, Buduran, Purwosari, Klitk, Buduran
 Revisi RUTRK / RDTRK Caruban Perda Nomor 5 tahun 2002. Klitik, Ngadirejo, Jatirejo
Pumpungrejo, Wonoasri, Bacong

 Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun Dari Garon, Gading, Jerukgulung, Sumberbening,
Desa Balerejo, Jerukgulung, Bulakrejo, Tapelan, Babadan Lor, Warurejo,
Wilayah Kota Madiun Ke Wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur (LNRI Tahun 12 Balerejo
Garon dan Sumberbening
Balerejo, Kebonangung
Kedungjati, Glongong, Sogo, Banaran, Kedungrejo,
2010 Nomor 73, TLNRI Nomor 5134) Kuwu, Pacinan, Simo

Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut di atas, wilayah penetapan Perkotaan Mejayan meliputi 13 Madiun
Nglames, Tiron, Gunungsari,
Tiron, Nglames, Bagi, Gunungsari
Dempelan, Betek, Sendangrejo, Sirapan, Dimong,
Bagi, Banjarsari, Dimong Tulungrejo, Sumberejo, Tanjungrejo, Banjarsari
14 desa. Namun dalam perkembangannya ada beberapa desa dari kecamatan sekitar Perkotaan Mejayan yang
diindikasikan mengalami perkembangan kekotaan yang cukup dominan maupun prediksi kedepan karena lokasi Kajang, Sawahan, Cabean,
Kanung, Rejosari, Krokrh, Lebakayu, Golan,
14 Sawahan Lebakayu, Pucangrejo, Krokeh, Pucangrejo, Sidomulyo, Bakur
yang strategis dan diperkirakan akan menjadi wilayah cadangan perkembangan Perkotaan Mejayan. Wilayah Sidomulyo, Bakur, Kanung, Golan
Cabean, Sawahan, Pule, Kajang, Klumpit

dimaksud sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.5 tentang deliniasi kawasan Perkotaan
Jiwan, Kincangweta, Teguhan,
Sukolilo, Kincangwetan, Jiwan, Bakur, Grobogan, Wayut, Klangenserut, Teguhan,
Mejayan yang dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun 15 Jiwan Sukolilo, Meteseh, Wayut,
Sambirejo, Metesih, Kwangsen Ngetrep, Bedoho, Bibrik
Sambirejo
Sumber : Hasil Analisa

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 5


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 6
Tabel 3.4.
RENCANA PENETAPAN PERKOTAAN MEJAYAN DAN KAWASAN PEDESAAN
3.2.2.2. HIERARKI ATAU BESARAN PERKOTAAN
YANG MENGALAMI PERKEMBANGAN KEKOTAAN
Potensi perkembangan jumlah penduduk dan potensi perkembangan luasan kawasan perkotaan
Batas Kota Caruban
mengindikasikan pola perkembangan yang berbeda. Berdasarkan potensi perkembangan perkotaan tersebut
No Hasil Analisa hirarki perkotaan di Kabupaten Madiun berdasarkan tipe perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut :
Perda Nomor 5 Tahun 2002

Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Keterangan 1. Perkotaan Kecil (jumlah penduduk 50.000 – 100.000 jiwa) : Perkotaan Mejayan
1. Mejayan Krajan Mejayan Krajan Seluruh desa sesuai dengan PP Nomor 52 Tahun 2. Perkotaan Lainnya (jumlah penduduk < 25.000 jiwa) : seluruh Ibukota Kecamatan yang ada di Kabupaten
Pandean Pandean 2010
Bangunsari Bangunsari
Madiun
Mejayan Mejayan
Ngampel Ngampel
Kaligunting Kaligunting 3.2.2.3. RENCANA SISTEM DAN FUNGSI PERWILAYAHAN
Blabakan
Wonorejo Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan hirarki
Kebonagung perkotaan masing-masing. Penentuan Sub Satuan Wilayah Pengembangan dilakukan dengan pendekatan
Darmorejo
Sidodadi homogenitas, pola aliran barang dan jangkauan pelayanan yang dilakukan. Untuk itu, dibuat sesuai dengan
Kuncen hierarki perkotaan masing-masing dan fungsi yang harus diemban bagi setiap wilayah pendukung.
Klecorejo
Kaliabu Satuan wilayah pengembangan ini memiliki fungsi:
2. Wonoasri Purwosari Wonoasri Purwosari Dari hasil analisa, batas perkotaan yang tidak
Buduran Buduran masuk hanya Wonoasri. Walaupun Wonoasri 1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.
Klitik Klitik berdasarkan hasil skalogram fasilitas menduduki
2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterland, sehingga diharapkan mampu sebagai motor
rank-1, namun lokasinya tidak teraglomerasi
dengan Purwosari, Buduran dan Klitik yang penggerak pembangunan.
rank-nya berada di bawahnya
3. Pilangkenceng Wonoayu Pilangkenceng Wonoayu Purworejo menjadi lokasi dari akses jalan bebas 3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.
Kedungrejo Kedungrejo hambatan sehingga wilayah ini diprediksikan 4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah.
Purworejo akan berkembang lebih cepat
4. Saradan Bajulan Saradan Bajulan Dari hasil analisa, Bongsopotro diindikasikan Satuan wilayah pengembangan diharapkan dapat berperan secara efektif untuk:
Ngepeh Ngepeh masuk dalam batas perkotaan Mejayan. Hal ini
Bongsopotro disebabkan kondisi yang ada saat ini 1. Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhirarki dari tingkat pelayanan lokal,
menunjukkan tingkat kekotaan yang cukup regional dan nasional.
dominan dengan tumbuhnya kegiatan
perdagangan dan jasa seperti rumah makan dan 2. Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Madiun.
SPBE
5. Balerejo Bulakrejo Balerejo Bulakrejo Tapelan diindikasikan akan menjadi bagian dari 3. Mendukung rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Madiun yang tidak terpisahkan dari struktur tata
Tapelan perkotaan Mejayan, karena wilayah ini ruang wilayah Propinsi.
berdekatan dengan akses jalan bebas hambatan
Adapun Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) yang dibentuk di Kabupaten Madiun adalah :
Sumber : Hasil Analisa
1. SSWP – 1 : adalah kawasan yang dipersiapkan menjadi bagian dari Ibukota Kabupaten dengan fungsi
utama pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan skala kabupaten serta
3.2.2.1. RENCANA PUSAT KEGIATAN permukiman perkotaan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, menunjukkan bahwa 2. SSWP – 2 : adalah kawasan-kawasan yang menjadi wilayah limpahan dari Kota Madiun dengan fungsi
perkotaan (Ibukota Kecamatan) di Kabupaten Madiun masih dikategorikan sebagai kota desa kecil dan kota utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas umum serta permukiman
desa besar. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 dan Pasal 11, Sistem Perkotan Nasional terdiri atas PKN
3. SSWP – 3 : adalah kawasan-kawasan yang direncanakan menjadi kawasan agropolitan, agrowisata,
(Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiaiatan Wilayah (PKW) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Dengan
ekowisata, dan agroforestry, di Kabupaten Madiun.
mengacu pada Pasal 1 dan Pasal 11 tersebut, maka Kota Madiun sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa 4. SSWP – 4 : adalah kawasan-kawasan yang direncanakan untuk pengembangan ekowisata dan fungsi
kabupaten/kota berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2029. lindung di Kabupaten Madiun (Ecological City).

Sedangkan perkotaan Mejayan diklasifikasikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan Adapun rencana Sub Satuan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Madiun sebagaimana Tabel 3.5. dan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Gambar 3.7.

Sedangkan perkotaan Jiwan, Dolopo dan Wungu yang berfungsi sebagai pusat SSWP dikategorikan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau lebih dari 1 (satu) kecamatan. Untuk pusat Ibukota kecamatan selain
Jiwan, Dolopo dan Wungu dikategorikan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu kawasan perkotaan
yang melayani kegiatan skala kecamatan atau desa-desa yang berada dalam wilayah administrasinya. Untuk
lebih jelasnya Rencana Pusat Kegiatan di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 7


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 8
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3- 9
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 10
1. SUB SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN (SSWP-1) 3. Kecamatan Saradan terdiri atas 3 (tiga) desa, yaitu : desa Bajulan, desa Ngepeh, dan desa Bongsopotro.
a. Pusat SSWP – 1 : Perkotaan Mejayan 4. Kecamatan Balerejo terdiri atas 2 (dua) desa, yaitu : desa Bulakrejo dan desa Tapelan.
b. Fungsi SSWP – 1 : pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan umum, pertanian, perikanan, Fungsi : Rencana Penetapan Ibukota Kabupaten (Pusat SSWP-1)
pariwisata, kehutanan, permukiman dan industri Tujuan :
c. Fungsi pusat pengembangan : kawasan yang dipersiapkan menjadi bagian dari Ibukota Kabupaten Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan pengembangan kawasan Ibukota Kabupaten
dengan fungsi utama pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan Madiun.
skala kabupaten serta permukiman perkotaan
Menciptakan generator Kabupaten Madiun yang baru dan menjadi jati diri Kabupaten Madiun
Fungsi dan peran Perkotaan Mejayan yang dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun akan
Memberikan arahan atau pedoman ruang dan peruntukannya di Perkotaan Mejayan.
berdampak cukup besar terhadap Kabupaten Madiun maupun perkotaan lainnya yang ada di Kabupaten
Konsep :
Madiun.
A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN “Ibukota Kabupaten yang sekaligus sebagai Kota Transit” dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
Perkotaan Mejayan ditetapkan sebagai Ibu Kota Kabupaten Madiun yang baru berdasarkan Peraturan
Berada pada jalur lintas regional yang menghubungkan Surabaya – Mejayan – Ngawi – Solo,
Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010. Oleh karena itu, untuk pemantapan fungsinya sebagai Ibukota
Kabupaten Madiun yang baru dibutuhkan pengembangan prasarana dan sarana di wilayah ini. Surabaya – Mejayan – Kota Madiun – Magetan – Karanganyar – Solo, Surabaya – Mejayan – Kota
Madiun – Ponorogo.
Perkembangan Perkotaan Mejayan mengarah di sepanjang jalan raya (pola ribbon development).
Dari timur mulai dari Desa Kaligunting sampai ke arah barat dengan perkembangan linier Wilayah di sisi utara dan barat dari Perkotaan Mejayan merupakan wilayah pertanian yang subur.
disepanjang jalan regional sampai ke Desa Sumberagung, sedangkan ke arah utara diperkirakan Wilayah di sisi selatan dan timur dari Perkotaan Mejayan merupakan wilayah hutan produksi.
akan berkembang sampai Desa Purworejo, Wonoayu dan Kedungrejo sedangkan ke wilayah selatan, Wilayah di sisi barat dari Perkotaan Mejayan merupakan wilayah rawan banjir.
dari Desa Kaligunting, Krajan dan Klitik.
Komposisi bangunan dan ruang terbuka hijau harus seimbang 70 : 30.
B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN
Rencana :
Perkotaan Mejayan merupakan salah satu generator baru bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Menyediaan infrastruktur dan utilitas skala kabupaten.
Madiun, karena perkotaan ini dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun. Oleh karena itu,
SSWP-1 dengan pusat pengembangan di Perkotaan Mejayan diharapkan dapat menjadi kekuatan Menyediakan fasilitas komersial skala kabupaten.
ekonomi bagi Kabupaten Madiun dengan fungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan, Menyediakan fasilitas umum dan sosial skala kabupaten.
perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan. Kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memacu Menyediakan fasilitas pemerintahan skala kabupaten.
perkembangan SSWP-1 adalah pertanian, perikanan, pariwisata, kehutanan dan industri.
Menyediakan ruang terbuka hijau yang proporsional dengan luas wilayah.

2. SUB SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN (SSWP-2)


a. Pusat SSWP – 2 : Perkotaan Jiwan.
b. Fungsi SSWP – 2 : pertahanan dan keamanan, perdagangan dan jasa, fasilitas umum, permukiman,
pertanian, peternakan dan industri kecil.
c. Fungsi pusat pengembangan : perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.

A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN


Adapun konsep pengembangan untuk Perkotaan Mejayan, sebagai berikut : Perkotaan Jiwan merupakan perkotaan yang diprediksikan akan menjadi satelit bagi Kota Madiun,
PERKOTAAN MEJAYAN Perkembangan perkotaan Jiwan mengarah disepanjang jalan utama Madiun – Magetan. Dari timur
Lokasi : mulai dari Jiwan sampai ke arah Barat Sukolilo yang berbatasan dengan Kabupaten Magetan,
sedangkan pada sisi selatan Sambirejo dan Metesih yang berbatasan langsung dengan Kota Madiun.
Kecamatan Mejayan terdiri atas 3 (tiga kelurahan) dan 11 (sebelas) desa, yaitu : kelurahan Krajan,
kelurahan Pandean, kelurahan Bangunsari, desa Mejayan, desa Ngampel, desa Kaligunting, desa B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN
Blabakan, desa Wonorejo, desa Kebonagung, desa Darmorejo, desa Sidodadi, desa Kuncen, desa Perkotaan Jiwan merupakan perkotaan yang berkembang karena pengaruh dari Kota Madiun selain
Klecorejo, dan desa Kaliabu. posisinya yang cukup strategis berada di jalur jalan regional yang menghubungkan Surabaya –
Kecamatan/desa yang berbatasan dengan Perkotaan Mejayan : Magetan. Perkotaan ini diharapkan akan menjadi satelit bagi Kota Madiun dan diharapkan dapat
memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun di sisi barat. Oleh karena itu, SSWP-2 dengan
1. Kecamatan Wonoasri terdiri atas 3 (tiga) desa, yaitu : desa Purwosari, desa Buduran, dan desa Klitik.
pusat pengembangan di Perkotaan Jiwan diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi bagi
2. Kecamatan Pilangkenceng terdiri atas 3 (tiga) desa, yaitu : desa Wonoayu, desa Kedungrejo, dan Kabupaten Madiun dengan fungsi sebagai pusat pelayanan perdagangan, jasa, pendidikan,
desa Purworejo.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 11


kesehatan maupun fasilitas umum lainnya. Selain itu, kegiatan ekonomi lain yang diharapkan dapat jalan regional yang menghubungkan Madiun – Ponorogo. Oleh karena itu, SSWP-3 dengan pusat
memacu perkembangan SSWP-2 adalah pertanian, peternakan dan industri kecil. pengembangan di Perkotaan Dolopo diharapkan dapat menjadi kekuatan ekonomi bagi Kabupaten
Adapun konsep pengembangan untuk Perkotaan Jiwan, sebagai berikut : Madiun dengan fungsi sebagai pusat agribis, pusat perdagangan dan jasa agribis maupun fasilitas
umum penunjang kegiatan agropolitan. Selain itu, kegiatan ekonomi lain yang diharapkan dapat
PERKOTAAN JIWAN
memacu perkembangan SSWP-3 adalah keberadaan wilayah-wilayah hinterland dengan potensi yang
Lokasi : Sambirejo, Metesih, Jiwan, Sukolilo, Kincangwetan,
didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, perkebunan, kehutanan serta
Kwangsen.
industri kecil pengolah hasil pertanian.
Fungsi : Pusat SSWP II.
Tujuan :
Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan
pengembangan kawasan permukiman, perdagangan & jasa sebagai
wilayah yang menjadi satelit bagi Kota Madiun.
Menciptakan generator Kabupaten Madiun yang baru di bagian
Barat.
Memberikan arahan atau pedoman ruang dan peruntukannya di
Perkotaan Jiwan.
Konsep :
“Keterpaduan dengan Kota Induk”, dengan memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut : Adapun konsep pengembangan untuk Perkotaan Dolopo, sebagai berikut :
Sebelah barat dari Perkotan Jiwan merupakan Lanud TNI AU Iswahyudi. PERKOTAAN DOLOPO
Sebelah timur berbatasan dengan Kota Madiun yang merupakan Pusat SWP Madiun dan sekitarnya. Lokasi : Dolopo, Mlilir, Glonggong, Bangunsari.
Pengembangan kawasan terbangun harus memperhatikan ketentuan penerbangan dari Lanud TNI Fungsi : Pusat SSWP III.
AU Iswahyudi dan harus terpadu dengan kota induk yaitu Kota Madiun.
Tujuan :
Komposisi bangunan dan ruang terbuka hijau harus seimbang 70 : 30.
Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan pengembangan Agropolitan.
Rencana :
Menciptakan generator Kabupaten Madiun yang baru di bagian selatan.
Menyediaan infrastruktur dan utilitas skala SSWP.
Memberikan arahan atau pedoman ruang dan peruntukannya di Perkotaan Dolopo.
Penyediaan fasilitas komersial skala SSWP.
Konsep : bertemakan “lingkungan perdesaan, perkebunan, pertanian (agropolitan)”, dengan
Penyediaan fasilitas umum dan sosial skala SSWP. memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
Penyediaan ruang terbuka hijau. Kedekatan kawasan dengan kawasan perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan.
Pembatasan perijinan fungsi budidaya yang merusak lingkungan.
3. SUB SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN (SSWP-3) Komposisi bangunan dan ruang terbuka hijau harus seimbang 50 : 50.
a. Pusat SSWP – 3 : Perkotaan Dolopo. Rencana :
b. Fungsi SSWP – 2 : pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, industri kecil pengolah Menyediaan infrastruktur dan utilitas untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan.
hasil, pariwisata.
Penyediaan fasilitas komersial untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan.
c. Fungsi pusat pengembangan : Pusat agribis, pusat perdagangan dan jasa agribis, pusat fasilitas
Penyediaan fasilitas umum dan sosial untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan.
umum penunjang agropolitan.
Penyediaan ruang terbuka hijau.
A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN
Perkotaan Dolopo merupakan perkotaan yang diprediksikan akan menjadi generator pertumbuhan
Kabupaten Madiun di Bagian Selatan, Perkembangan perkotaan Dolopo mengarah disepanjang jalan
utama Madiun – Ponorogo. Dari utara Kelurahan Bangunsari sampai ke perbatasan Ponorogo 4. SUB SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN (SSWP-4)
tepatnya di Kelurahan Mlilir. a. Pusat SSWP – 4 : Perkotaan Wungu.
B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN b. Fungsi SSWP – 4 : pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, ekowisata.
Perkotaan Dolopo merupakan salah satu generator pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun di c. Fungsi pusat pengembangan : Pusat ekowisata, perdagangan dan jasa penunjang wisata serta
bagian selatan dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan kawasan agropolitan. fasilitas umum.
Perkembangan perkotaan Dolopo juga dipengaruhi oleh posisi yang cukup strategis berada di jalur

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 12


A. STRUKTUR PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN Perikanan &
Perkotaan Wungu merupakan perkotaan yang diprediksikan akan menjadi generator pertumbuhan Peternakan Hutan Produksi
Kabupaten Madiun di Bagian Timur. Perkembangan perkotaan ini hanya melingkupi 1 (satu) desa
mengingat kondisi fisik wilayah yang terjal.
B. PENGEMBANGAN SISTEM KEGIATAN
Perkotaan Wungu merupakan salah satu generator pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun di MEJAYAN
bagian timur dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan ekowisata dan wanawisata. Oleh Pemerintahan,
karena itu, SSWP-4 dengan pusat pengembangan di Perkotaan Wungu diharapkan dapat menjadi Fasilitas Umum,
Perdagangan &
kekuatan ekonomi bagi Kabupaten Madiun dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa Pertanian Jasa skala Kab
penunjang wisata maupun fasilitas umum penunjang kegiatan wisata. Selain itu, kegiatan ekonomi Perkebunan
lain yang diharapkan dapat memacu perkembangan SSWP-4 adalah potensi ekonomi yang ada di
SSP-4 seperti sektor peternakan, perikanan, pariwisata, perkebunan, kehutanan.
Adapun konsep pengembangan untuk Perkotaan Dolopo, sebagai berikut : Kawasan
Peternakan
Industri Kecil Peratahanan dan
PERKOTAAN WUNGU
Keamanan
Lokasi : Wungu.
Perikanan
Fungsi : Pusat SSWP IV.
Tujuan : JIWAN
Fasilitas Umum,
Pengembangan kawasan bertemakan lingkungan karena berbatasan dengan kawasan lindung.
Perdagangan &
Menciptakan generator Kabupaten Madiun yang baru di bagian Timur. Jasa
Perkebunan
Pertanian
Memberikan arahan atau pedoman ruang dan peruntukannya di Perkotaan Gemarang.
Konsep : bertemakan lingkungan “Ecology City”, dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut
Kondisi kawasan yang berkontur. Industri Kecil
Kawasan
Kedekatan kawasan dengan kawasan hutan lingdung dan agrowisata. Peratahanan dan
Pembatasan fungsi budidaya yang merusak lingkungan. Keamanan

Komposisi bangunan dan ruang terbuka hijau harus seimbang 50 : 50.


Peternakan
Rencana :
Menyediaan infrastruktur dan utilitas untuk mendukung pengembangan kawasan agrowisata. Peternakan
Penyediaan fasilitas komersial untuk mendukung Perikanan
pengembangan kawasan agrowisata. DOLOPO
Penyediaan fasilitas umum dan sosial untuk Fasilitas Umum, Perikanan
mendukung pengembangan kawasan agrowisata. Perdagangan &
Jasa WUNGU
Penyediaan ruang terbuka hijau. Perkebunan Fasilitas Umum,
Pertanian
Perdagangan &
Jasa
Perkebunan
Pertanian
Industri Kecil
Pariwisata

Kehutanan
Pariwisata

GAMBAR 3.8. RENCANA STRUKTUR KEGIATAN KABUPATEN MADIUN

Untuk lebih jelasnya struktur ruang dan struktur kegiatan di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada
Gambar 3.8 dan Gambar 3.9.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 13


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 14
Tabel 3.5
RENCANA PEMBAGIAN SUB SATUAN WILAYAH PENGEMBANGAN (SSWP) DAN FUNGSINYA

No Wilayah Pusat Pengembangan Wilayah Belakang Fungsi Pusat Fungsi Wilayah (SSWP) Rencana Kebutuhan Fasilitas
Pengembangan Pengembangan
1 SSWP - 1 Mejayan Kec. Pilangkenceng Pemerintahaan, Pusat pemerintahaan kabupaten a. Fasilitas pendidikan : pengembangan kawasan perguraun tinggi dan
Kec. Saradan Perdagangan dan jasa, Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten pengembangan pendidikan setara politeknik
Kec. Wonoasri Fasilitas umum, Pusat pelayanan umum skala kabupaten b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, pasar grosir, pasar hewan,
Kec. Balerejo Pendidikan skala kabupaten Kawasan pengembangan pertanian, perikanan, bank, swalayan, hotel, tempat hiburan, jasa
pariwisata, kehutanan, dan industri c. Fasilitas kesehatan : rumah sakit tipe C, pelayanan kesehatan masyarakat,
dan rumah sakit swasta
d. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
pengembangan wisata kota, revitalisasi kawasan lama menjadi aset wisata
e. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
f. Rekreasi – olahraga : kawasan pusat olahraga, pemanfaatan ruang
terbuka hijau dan alun-alun kota

2 SSWP - 2 Jiwan Kec. Jiwan Perdagangan dan jasa Pertahanan dan keamanan a. Fasilitas pendidikan : pengembangan pendidikan setara SMA maupun SMK
Kec. Sawahan Fasilitas umum Perdagangan dan jasa b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, bank, swalayan, hotel,
Kec. Madiun Pertanian rumah makan, ruang pamer
Kec. Wungu (Sidorejo, Peternakan c. Fasilitas kesehatan : pelayanan kesehatan masyarakat / rawat inap
Munggut, Pilangrejo, Perkebunan d. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
Mojopurno, Mojorayung, Industri kecil pengembangan wisata
Bantengan, Tempursari, e. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
Nglanduk) f. Rekreasi – olahraga : pemanfaatan ruang terbuka hijau

3 SSWP - 3 Dolopo Kec. Geger Agropolitan Perdagangan dan jasa a. Fasilitas pendidikan : pengembangan pendidikan setara SMA maupun SMK
Kec. Dagangan Perdagangan dan jasa Pertanian b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, pasar agribis, pasar hewan,
Kec. Kebonsari Fasilitas umum Peternakan revitalisasi pasar buah, pembangunan rumah potong hewan, bank,
Kec. Dolopo Perikanan swalayan, rumah makan, ruang pamer
Perkebunan c. Utilitas : pembangunan TPS, TPA, perbaikan dan pembangunan jaringan
Industri kecil pengolah hasil irigasi, jaringan drainase
Kawasan lindung d. Fasilitas kesehatan : pembangunan rumah sakit tipe C dan pelayanan
Pariwisata kesehatan masyarakat
e. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
pengembangan wisata
f. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
g. Rekreasi – olahraga : pemanfaatan ruang terbuka hijau
h. Sarana dan prasrana transportasi : pengembangan jalan dan
pembangunan terminal agribis

4 SSWP - 4 Wungu Kec. Kare Pemerintahan Perdagangan dan jasa a. Fasilitas pendidikan : pengembangan pendidikan setara SMA maupun SMK
Kec. Gemarang Perdagangan dan jasa Pertanian b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, ruang pamer
Kec. Wungu (Karangrejo, Fasilitas umum Peternakan c. Fasilitas kesehatan : pelayanan kesehatan masyarakat / rawat inap
Brumbun, Kresek, Wungu, Perkebunan d. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
Nglambangan, Sobrah) Kawasan lindung pengembangan wisata
Pariwisata e. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
f. Rekreasi – olahraga : pemanfaatan ruang terbuka hijau

Sumber : Hasil Analisa

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 15


3.3. RENCANA SISTEM JARIGAN PRASARANA WILAYAH 2. Jalan kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Struktur ruang wilayah Kabupaten Madiun secara umum diarahkan
untuk mendukung pemerataan dan perkembangan wilayah 3. Jalan lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak
Kabupaten Madiun, dan dalam pengembangannya perlu didukung sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
oleh berbagai sistem prasarana wilayah. 4. Jalan lingkungan, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan
Pengembangan sistem prasarana wilayah dilakukan secara jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah
berhierarki sesuai dengan interaksi dan kebutuhan pengembangan Untuk mengantisipasi permasalahan prasarana transportasi yang terjadi saat ini maupun masa yang akan
serta potensi yang perlu didorong. Sistem prasarana wilayah perlu datang serta upaya pengembangan wilayah secara optimal maka rencana pengembangan jaringan jalan di
diupayakan dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi erta Kabupaten Madiun, antara lain :
keterkaitan antar wilayah, khususnya antar pusat kegiatan dan A. RENCANA JALAN BEBAS HAMBATAN
aktivitas kegiatan ekonomi di masing-masing satuan wilayah
Pengembangan jalan bebas hambatan dilakukan untuk :
pengembangan atau pusat pertumbuhan. Selanjutnya melalui hubungan antara kawasan perdesaan dan
 Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang;
kawasan perkotaan dan wilayah potensial, diharapkan dapat mendorong interaksi kegiatan antar pusat
pertumbuhan dengan wilayah belakangnya atau antar satuan wilayah pengembangan.  Meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang
peningkatan pertumbuhan ekonomi;
Sistem prasarana wilayah yang mendukung pemantapan struktur ruang dalam jangka panjang diarahkan
rencana penataan sistem prasarana wilayah dengan dua pola, yaitu pertama peningkatan prasarana wilayah  Meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan; dan
untuk melayani kebutuhan perkembangan saat ini dan kedua sistem prasarana wilayah yang dikembangkan  Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.
untuk mendukung pemerataan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Madiun dan meningkatkan Pengusahaan jalan bebas hambatan dilaksanakan dengan maksud untuk mempercepat perwujudan
keterkaitan antara wilayah pertumbuhan dengan wilayah belakang di masa mendatang. jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian jaringan jalan nasional. Selain itu, rencana pengembangan
jalan bebas hambatan menjadi alternatif pilihan lain karena upaya peningkatan jalan arteri sudah
3.3.1. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA UTAMA melampaui batas maksimal. Rencana pengembangan jalan bebas hambatan di Kabupaten Madiun meliputi
ruas Ngawi – Kertosono
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Kabupaten Madiun, secara garis besar berupa
rencana pengembangan sistem jaringan transportasi yang meliputi : Pembangunan jalan bebas hambatan ruas Ngawi – Kertosono merupakan bagian dari program pemerintah
dalam membangun jalan “Trans Jawa”. Pembangunan jalan bebas hambatan Trans Jawa dimaksudkan
1. Jaringan jalan raya; dan
sebagai antisipasi kepadatan lalu lintas pada jalur pantai utara, serta sebagai salah satu faktor penunjang
2. Jaringan jalur kereta api umum.
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Rencana pembangunan jalan bebas hambatan tersebut sepanjang 177,12 km akan melewati Jawa Timur
3.3.1.1. JARINGAN JALAN (Ngawi hingga Nganjuk). Rencana pembangunan jalan bebas hambatan ini diharapkan dapat
Rencana jaringan jalan di Kabupaten Madiun, meliputi rencana pengembangan jaringan jalan, rencana fungsi meningkatkan perkembangan ekonomi di daerah hinterland ke pelabuhan laut di Surabaya, Semarang dan
jaringan jalan, rencana dimensi jaringan jalan, rencana sistem pelayanan angkutan umum, rencana Tuban. Untuk mendukung usaha tersebut diperlukan aksesibilitas jalan yang dapat memberikan simpang
pengembangan terminal serta rencana sistem pelayanan angkutan barang. susun (interchange) menuju pelabuhan-pelabuhan laut dengan daerah yang memiliki potensi ekonomi.
Pembangunan jalan bebas hambatan juga akan dapat mempersingkat waktu tempuh dan penghematan
3.3.1.1.1. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN BBM, sehingga transportasi manusia dan barang dapat lebih ekonomi, aman, nyaman. Ini diharapkan akan
berdampak positif dalam menarik investor untuk membuka usaha berupa sentra-sentra industri di wilayah
Pengembangan prasarana transportasi utamanya jaringan jalan di Kabupaten Madiun memegang peran utama
yang dilalui jalan bebas hambatan yang besar artinya bagi pembukaan lapangan kerja baru.
dalam mendorong pertumbuhan wilayah melalui pelayanan pergerakan barang, jasa dan manusia maupun
membuka akses bagi wilayah terpencil. Disamping itu arahan pengembangannya didasarkan atas orde kota, Kabupaten Madiun sendiri dalam pembangunan jalan bebas hambatan masuk dalam ruas Ngawi –
tingkat perkembangan kota, hubungan antar wilayah yang lebih luas. Kertosono dengan panjang rute 87,02 km dan terdapat 170 buah bangunan persilangan. Kecamatan dan
desa-desa di Kabupaten Madiun yang dilalui oleh rencana jalan bebas hambatan tersebut adalah :
Sistem jaringan jalan berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan, terdiri atas
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan 1. Kecamatan Sawahan : Desa Sawahan, Desa Pule, Desa Cabean;
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua 2. Kecamatan Madiun : Desa Bagi yang merupakan simpang susun dan akses jalan bebas hambatan;
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat 3. Kecamatan Balerejo : Desa Glonggong, Desa Kedungjati, Desa Warurejo, Desa Kuwu (merupakan
kegiatan. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan simpang susun);
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
4. Kecamatan Pilangkenceng : Desa Purworejo (merupakan akses jalan bebas hambatan), Wonoayu dan
Jalan umum menurut fungsinya (UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan Pasal 8) dikelompokkan ke dalam : Kedungrejo
1. Jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayanai angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak 5. Kecamatan Saradan : Desa Bongsopotro, Desa Klumutan, Desa Sidorejo, Desa Sukorejo, Bajulan,
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Pajaran dan Bandungan

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 16


Adapun data teknis jalan bebas hambatan Ngawi – Kertosono yang melewati Kabupaten Madiun dapat  Jalan Lingkar Luar Tengah (Midlle Ringroad)
dilihat pada Tabel 3.6. Sidorejo, Klumutan, Sumbersari, Sambirejo, Tulung, Duren, Sumbergandu, Pilangkenceng dan
Pulerejo.
Tabel 3.6.  Jalan Lingkar Luar (Outer Ringroad)
DATA TEKNIS JALAN BEBAS HAMBATAN NGAWI – KERTOSONO Sidorejo, Klumutan, Tulung, Dawuhan, Bulu, Kenongorejo, Ngengor, Gandul, Kedungbanteng, Krebet,
No Teknis Desain Keterangan Ngale, Muneng, Simo, Pacinan, Banaran, Kedungrejo, Kedungjati dan Balerejo.
1 Panjang 87,02 km
2 Kecepatan rencana 120 km/jam C. SISTEM JARINGAN JALAN.
3 Jumlah Lajur (awal) 2 x 2 lajur (awal) Rencana pengembangan sistem jaringan jalan meliputi :
4 Jumlah jalur (akhir) 2 x 3 lajur (akhir)
1. Jalan nasional sebagai jalan arteri primer :
5 Lebar lajur 3,6 m
 Ruas Nganjuk – Mejayan– Ngawi.
6 Lebar bahu luar 3,0 m
2. Jalan nasional sebagai jalan kolektor primer :
7 Lebar bahu dalam 1,5 m
8 Lebar median 5,5 m
 Ruas Mejayan– Madiun – Maospati – Ngawi.
9 Perkiraan Rumija 60 m (minimum) 3. Jalan propinsi sebagai jalan kolektor primer:
10 Alinyemen  Ruas Madiun – Ponorogo.
- Kemiringan perkerasan 2% 4. Jalan strategis nasional :
- Kemiringan bahu 4%  Ruas Madiun – Ponorogo.
- Landai vertikal Maksimum 5% 5. Jalan Kabupaten sebagai Jalan Lokal Primer, meliputi ruas :
12 Tipe perkerasan
 Nganjuk – Madiun – Ponorogo (Jalan Lingkar Wilis/Ngadipono).
- perkerasan pada traffic lane Rigid pavement
 Sawahan (Nganjuk) – Gemarang – Saradan – Pilangkenceng – Sekar (Bojonegoro).
- Perkerasan bahu luar Flexible pavement
- Perkerasan bahu dalam Flexible pavement  Dolopo – Krandegan – Gorang-Gareng (Kabupaten Magetan).
13 Jumlah simpang susun 3 buah yaitu : Madiun, Mejayan dan Nganjuk  Bulu – Kenongorejo – Sekar (Kabupaten Bojonegoro).
Simpang susun Madiun pada Sta 109+700, Mejayan pada  Mejayan – Klecorejo – Wonorejo – Kebonagung – Tawangrejo – Batok (kawasan panas bumi) –
Sta 112+806, Nganjuk pada Sta 148+113 Cermo – Randualas – Kare – Kuwiran – Wungu – Karangrejo – Mojopurno – Sidorejo – Dagangan
14 Median Strip Sodding & Concreate Barrier – Kepet – Sareng (kawasan panas bumi) – Geger – Slambur.
15 Overpass 102 buah  Slambur – Geger – Kepet – Dagangan – Sidorejo – Mojopurno – Nglanduk –Dimong –
16 Underpass - Kebonagung – Balerejo – Kedungjati – Pacinan – Simo – Muneng – Krebet – Kenongorejo – Bulu –
17 Jembatan melintasi sungai 23
Sekar (Kabupaten Bojonegoro).
18 Jembatan melintasi irigasi 1  Demangan (Kota Madiun) – Putat – Sambirejo – Kedondong – Rejosari – Mojorejo – Tambakmas –
19 Rest area Sta 140+900 s/d 141+200
Ponorogo.
6. Jalan kota, meliputi :
Sumber : FS Jalan bebas hambatan Ruas Ngawi – Kertosono, 2006.
 Ruas lingkar perkotaan Mejayan.

B. JALAN LINGKAR ( RINGROAD )


D. JALAN TEMBUS POTENSIAL
Rencana pengembangan jalan lingkar merupakan salah satu pemecahan menangani tingkat kepadatan lalu
lintas antar wilayah yang melintas wilayah perkotaan. Kondisi tersebut tidak bisa dihindari karena Jalan potensial yang dikembangkan di Kabupaten Madiun, meliputi :
perkembangan wilayah perkotaan cenderung ke pusat kota. Dengan kondisi seperti tersebut maka fungsi a. Lingkar Wilis/Ngadipono (Nganjuk – Madiun –Ponorogo)
jalan arteri yang melintas kota sangat tidak efisien lagi. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan Jalan tembus ini direncanakan untuk optimalisasi pengembangan kawasan wisata Gunung Wilis dan
jalan lingkar merupakan salah satu pemecahan jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengatasi agrowisata sehingga diharapkan kawasan wisata Gunung Wilis dapat dikembangkan dan sekaligus
tingkat kepadatan di arteri/kolektor primer yang melintas wilayah perkotaan. mempermudah distribusi hasil kegiatan pertanian disekitarnya.
Adapun tahapan pengembangan jalan lingkar sebagai berikut : b. Sawahan (Kabupaten Nganjuk) – Gemarang – Saradan – Pilangkenceng – Sekar (Kabupaten Bojonegoro)
 Jalan Lingkar Dalam (Inner Ringroad) Jalan tembus ini dikembangan untuk optimalisasi Waduk Kedungbrubus sebagai salah satu objek wisata
Bagian utara : Bongsopotro, Bajulan, Ngampel, Tapelan, Bulakrejo dan Sumberbening. di Kabupaten Madiun, maupun meningkatkan aksesibilitas dari Bojonegoro ke Perkotaan Mejayan.
Bagian selatan : Kaligunting, Sidodadi, Kuncen, Krajan, Purwosari, Bancong dan Klitik. c. Randualas – Kawasan Agrowisata Gunung Wilis.
Adapun rencana pengembangan jaringan jalan diatas dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 17


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 18
3.3.1.1.2. RENCANA FUNGSI JARINGAN JALAN Berdasarkan kriteria tersebut, jaringan jalan di Kabupaten Madiun berdasarkan fungsinya sebagaimana terlihat
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan membagi sistem jaringan jalan dalam dua sistem yaitu pada Gambar 3.11 dan uraian berikut :
Sistem Primer dan Sistem Sekunder. Sistem jaringan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peran 1. Jalan nasional sebagai jalan arteri primer :
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan wilayah di tingkat nasional, dengan  Ruas Nganjuk – Mejayan– Ngawi.
menghubungkan simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.1 Sistem jaringan primer ini 2. Jalan nasional sebagai jalan kolektor primer :
meliputi arteri primer, kolektor primer dan lokal primer. Secara administratif sistem jaringan jalan primer
 Ruas Mejayan– Madiun – Maospati – Ngawi.
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi.
3. Jalan propinsi sebagai jalan kolektor primer:
Sistem jaringan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
 Ruas Madiun – Ponorogo.
jasa di dalam kawasan perkotaan.1 Sistem jaringan sekunder ini meliputi arteri sekunder, kolektor sekunder,
4. Jalan strategis nasional :
lokal sekunder dan jalan lingkungan. Secara administratif sistem jaringan jalan sekunder merupakan
kewenangan Pemerintah Kota atau Kabupaten.  Ruas Madiun – Ponorogo.

Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka yang dimaksud 5. Jalan Kabupaten sebagai Jalan Lokal Primer, meliputi ruas :
dengan :  Nganjuk – Madiun – Ponorogo (Jalan Lingkar Wilis/Ngadipono).

Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak  Sawahan (Nganjuk) – Gemarang – Saradan – Pilangkenceng – Sekar (Bojonegoro).
jauh, kecapatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi atau merupakan  Dolopo – Krandegan – Gorang-Gareng (Kabupaten Magetan).
Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri  Bulu – Kenongorejo – Sekar (Kabupaten Bojonegoro).
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi  Mejayan – Klecorejo – Wonorejo – Kebonagung – Tawangrejo – Batok (kawasan panas bumi) –
Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak Cermo – Randualas – Kare – Kuwiran – Wungu – Karangrejo – Mojopurno – Sidorejo – Dagangan
– Kepet – Sareng (kawasan panas bumi) – Geger – Slambur.
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
 Slambur – Geger – Kepet – Dagangan – Sidorejo – Mojopurno – Nglanduk –Dimong –
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
Kebonagung – Balerejo – Kedungjati – Pacinan – Simo – Muneng – Krebet – Kenongorejo – Bulu –
perjalanan jarak dekat dan kecapatan rata-rata rendah.
Sekar (Kabupaten Bojonegoro).
Sedangkan fungsi jaringan jalan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang  Demangan (Kota Madiun) – Putat – Sambirejo – Kedondong – Rejosari – Mojorejo – Tambakmas –
jalan Pasal (10) dan (11), maka yang dimaksud dengan : Ponorogo.
Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional 6. Jalan kota, meliputi :
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.  Ruas lingkar perkotaan Mejayan.
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan 7. Jalan lingkungan, meliputi :
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah
Ruas di lingkungan permukiman dan ruas yang menghubungkan antar permukiman di seluruh
dengan pusat kegiatan lokal kecamatan.
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat
3.3.1.1.3. RENCANA DIMENSI JARINGAN JALAN
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan
lingkungan. Dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa
bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Ruang
Jalan lingkungan primer adalah jalan menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan
manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang milik jalan meliputi
dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang pengawasan jalan
Jalan arteri sekunder adalah jalan menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan
1. Ruang Manfaat Jalan
kawasan sekunder kedua.
Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa Ruang
Jalan kolektor sekunder adalah jalan menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
Manfaat Jalan :
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
a. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke b. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang
perumahan. ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri; serta
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
c. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
1
Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Bab III, Pasal 7, Ayat 3.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 19


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 20
2. Ruang Milik Jalan Ditinjau dari kondisi dan kebutuhan pengembangan di Kabupaten Madiun, maka arahan lebar ruang manfaat
Dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa : jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan dapat dilihat pada Tabel 3.7. berikut.

a. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat Tabel 3.7.
jalan; ARAHAN RUMAJA, RUMIJA DAN RUWASJA DI KABUPATEN MADIUN
b. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi No Kelas Jalan Rumaja Rumija Ruwasja
tertentu;
1 Jalan Bebas Hambatan 50 60 15
c. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu
2 Jalan Arteri Primer 15 - 20 20 - 25 8 - 15
lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;
3 Jalan Kolektor Primer 8 - 11 10 - 15 5 - 10
d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai
lansekap jalan; serta 4 Jalan Lokal Primer 8 - 10 10 - 12 5 - 10

e. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang terbuka hijau dimungkinkan selama Sumber : Hasil Analisa
belum dimanfaatkan untuk keperluan ruang manfaat jalan. Sedangkan konsep-konsep ruas jalan utama di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.13 s/d
3. Ruang Pengawasan Jalan Gambar 3.16.
Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun2006 tentang Jalan, dijelaskan :
a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada
di bawah pengawasan penyelenggara jalan;
b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan;
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu; serta
d. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan
jalan.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagian-bagian jalan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.12. BAGIAN-BAGIAN JALAN

GAMBAR 3.12. BAGIAN-BAGIAN JALAN

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 21


15 3 2 7,5 15 5 15 7,5 2 3 15

RUMAJA 50 METER

RUWASJA 15 METER RUMIJA 60 METER

Gambar 3.13
KONSEP DIMENSI JALAN BEBAS HAMBATAN DI KABUPATEN MADIUN

8 1 1,5 2 7 2 7 2 1,5 1 8

RUMAJA 20 METER

RUWASJA 8 METER RUMIJA 25 METER

Gambar 3.14
KONSEP DIMENSI JALAN ARTERI PRIMER DI KABUPATEN MADIUN

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 22


5 0,5 1,5 2 7 2 1,5 0,5 5

RUMAJA 11
RUWASJA 5
RUMIJA 15

Gambar 3.15
KONSEP JALAN KOLEKTOR PRIMER

5 0,75 2 5,5 2 0,75 5

RUMAJA 11
RUWASJA 5
RUMIJA 15

Gambar 3.16
KONSEP JALAN LOKAL PRIMER

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 23


3.3.1.1.4. RENCANA SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN UMUM yang lebih luas, sehingga terminal ini perlu untuk dipindahkan pada wilayah yang strategis sesuai
Tersedianya sarana angkutan umum yang memadahi dan menjangkau seluruh wilayah Kabupaten merupakan dengan peraturan perundang-undangan.
bagian dari sistem transportasi. Data jaringan angkutan umum yang tersedia memperlihatkan bahwa pada Terminal Mejayan sebagai terminal Tipe A melayani jalur antar kota atau propinsi dengan trayek
umumnya pelayanan angkutan umum di Kabupaten Madiun masih sangat rendah. Surabaya – Mejayan – Madiun – Ponorogo/Magetan dan Surabaya – Mejayan – Ngawi – Solo.
Berdasarkan kondisi tersebut, arahan pengembangannya adalah terlayaninya seluruh wilayah Kabupaten b. Selain terminal utama, pengembangan terminal penumpang di Kabupaten Madiun meliputi
Madiun oleh jalur angkutan umum terutama pada kawasan-kawasan tertentu atau strategis untuk pengoptimalan Sub Terminal di Perkotaan Dolopo (terminal tipe C) baik pelayanan, peningkatan
dikembangkan diantaranya adalah : sarana dan prasarana maupun pengembangan jalur angkutan.
a. Jalur Angkutan Umum Mejayan– Ngawi ( PP ). c. Pengembangan kawasan parkir di koridor jalan arteri primer.
b. Jalur Angkutan Umum Mejayan– Madiun – Dolopo – Ponorogo ( PP ). 2. Terminal Barang
c. Jalur Angkutan Umum Mejayan– Madiun – Magetan ( PP ). Terminal barang berfungsi sebagai lokasi transit atas barang yang berasal dari luar dalam jumlah besar
d. Jalur Angkutan Umum Mejayan– Nganjuk ( PP ). dengan angkutan besar dipindah ke angkutan kecil dengan maksud agar tidak membebani jalan dalam
wilayah perkotaan. Di Kabupaten Madiun belum terdapat terminal barang, sehingga pengembangan
e. Jalur Angkutan Umum Mejayan – Bojonegoro ( PP ).
terminal barang dialokasikan di Desa Muneng Kecamatan Pilangkenceng yang merupakan desa perbatasan
f. Pengembangan Bus Metro yang menghubungkan Madiun – Ponorogo – Slahung (PP). antara Kabupaten Madiun dengan Ngawi, sehingga dapat menjadi tempat transit terutama angkutan
g. Jalur Angkutan Umum Dolopo – Goranggareng – Rejosari – Kabupaten Magetan (PP). barang yang berasal dari luar kota yang akan menuju ke Madiun maupun Mejayan.
h. Jalur Angkutan Umum Mejayan – Morang – Randualas – Wungu – Mojopurno – Sidorejo – Dagangan – 3. Terminal Agribis
Kepet – Sareng – Slambur – Dolopo (PP). Selain pengembangan terminal barang, Kabupaten Madiun memerlukan terminal induk sebagai pusat
Rencana sistem pelayanan angkutan umum di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.17. pengembangan agribis (terminal agrobis) yang direncanakan di Kecamatan Dolopo.
Adapun rencana pengembangan terminal dapat dilihat pada Gambar 3.18.
3.3.1.1.5. RENCANA PENGEMBANGAN TERMINAL
Terminal merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem 3.3.1.1.6. RENCANA SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN BARANG
transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Berdasarkan jenis
Tujuan utama sistem angkutan barang di Kabupaten Madiun adalah menunjang kelancaran distribusi
angkutannya terminal dibedakan menjadi : barang dalam 3 (tiga) tahap, yaitu :
a. Terminal Penumpang, merupakan prasarana transportasi untuk keperluan
1. Pengangkutan dari sumber bahan baku ke sentra industri
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan antar moda
Untuk melayani pengangkutan dari sumber bahan baku ke sentra industri, dilayani oleh angkutan berat
transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan
dan besar dengan kapasitas >6 ton. Untuk itu, angkutan jenis ini hanya diperbolehkan melewati jalan -
umum.
jalan dengan sistem primer.
b. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi untuk keperluan
2. Pengiriman barang dari industri ke pedagang atau konsumen
pembongkaran dan memuat barang serta perpindahan intra atau antar moda
transportasi. Untuk melayani pengiriman barang ini akan dilayani oleh angkutan sedang. Rute yang dilalui dapat
menggunakan sistem sekunder.
Seiring dengan perkembangan Kabupaten Madiun, untuk itu perlu direncanakan
pengembangan terminal baik terminal barang maupun penumpang . 3. Transit angkutan umum barang antar wilayah
Pengembangan terminal tersebut dapat menunjang segala aktivitas maupun Transit angkutan barang antar wilayah dapat menggunakan angkutan barang dari wilayah lain ke
kegiatan terutama sektor perekonomian. Rencana pengembangan terminal di Kabupaten Madiun atau sebaliknya dari Kabupaten Madiun ke wilayah lain. Jenis angkutan yang dapat
Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut: digunakan adalah angkutan berat atau sedang sehingga jalan yang dipergunakan adalah sistem primer.
1. Terminal Penumpang Dengan adanya rencana jalan bebas hambatan dan interchange jalan bebas hambatan/tol di Kabupaten
Terminal penumpang merupakan terminal angkutan darat dimana bus antar wilayah baik antar propinsi Madiun, maka Kabupaten Madiun diprediksikan akan menjadi wilayah transit angkutan barang antar wilayah
ataupun antar kabupaten dapat melakukan transit sesuai dengan jalur tujuan. Seiring dengan terutama dari wilayah selatan baik dari Pacitan maupun Ponorogo. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
perkembangan angkutan penumpang Kabupaten Madiun , maka perlu pembenahan sarana dan prasarana kondisi tersebut dibutuhkan terminal barang yang rencananya dialokasikan di Desa Muneng yang merupakan
penunjang terminal yang sesuai dengan fungsinya/kelasnya. desa perbatasan antara Kabupaten Madiun dengan Ngawi. Untuk lebih jelasnya rute angkutan barang di
Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.19.
Rencana pengembangan terminal penumpang di Kabupaten Madiun adalah :
a. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan Terminal Mejayandi Perkotaan Mejayan sebagai
terminal tipe B yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota, antar propinsi 3.3.1.2. JALUR KERETA API UMUM
(AKAP), angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota dan angkutan pedesaan. Rencana 3.3.1.2.1. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN JALUR KERETA API UMUM
pengembangan terminal di Mejayan dari tipe B menjadi Tipe A, memerlukan lahan pengembangan Angkutan kereta api masih berkembang secara terbatas dalam melayani angkutan umum secara massal. Moda
angkutan kereta api masih memberikan kontribusi sangat rendah dibandingkan dengan pelayanan dari moda

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 24


angkutan umum lain terutama darat. Peningkatan dan pengembangan kereta api sangat dibutuhkan untuk pembongkaran atau gangguan langsung terhadap badan rel kereta api, seperti melindungi dari bahaya
menunjang pergerakan penumpang dan barang. banjir. Lahan selebar ini merupakan ruang bebas dari bangunan dan merupakan ruang bebas pandang
Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api umum yang perlu dilakukan antara lain : kereta api, untuk mengakomodasikan badan kereta api dan perlengkapan lalu lintas kereta api. Ruang ini
hanya diisi perlengkapan kegiatan lalu-lintas kereta api yaitu kabel-kabel sinyal, telegram dan telepon.
 Pengembangan jaringan jalur ganda (double track) kereta api umum pada jalur Nganjuk – Madiun – Ngawi;
Perlengkapan ini sangat penting bagi kelancaran terselenggaranya perlengkapan tersebut terganggu,
dan
maka akan membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.
 Mengembangkan kereta api komuter ruas Madiun – Ponorogo melalui konservasi jaringan jalur kereta api
2. Ruang Milik Jalan (Rumija) Kereta Api
umum yang mati;
Ruang milik jalan kereta api sepanjang 11 meter dari poros rel kereta api, termasuk dalam daerah bebas
Sedangkan rencana pengembangan stasiun kereta api yang perlu dilakukan antara lain :
pandang. Kecelakaan kereta api bisa disebabkan kesulitan masinis untuk mendukung kegiatan manusia,
 Meningkatkan infrastruktur pendukung dan pelayanan di Stasiun Kereta Api Caruban
kapan akan lewat dan sebagainya. Lahan damija ini digunakan untuk memperlancar perjalanan kereta api
 Mengembangkan Stasiun Kereta Api Mejayanmenjadi stasiun pemberangkatan dan pemberhentian. dari gangguan seperti longsor, kendaraan lain yang melintas dan gangguan lainnya.
Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jalur kereta api dapat dilihat pada Gambar 3.20. 3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) Kereta Api
Ruang pengawasan jalan rel kereta api panjangnya 23 meter dari poros rel kereta api. Sekitar lahan ini
bisa dibangun tetapi masih dalam pengawasan jawatan kereta api, disamping itu dalam jangka panjang
sebagai lahan cadangan untuk keperluan dan kemanfaatan kelancaran kereta api.
Untuk perlindungan sempadan kereta api antara lain meliputi upaya penataan kawasan dengan cara
merelokasi pada penduduk yang berada di sempadan rel.
1. Pengadaan taman, jalan yang menguhubungkan antar kelurahan/desa, serta penataan/perbaikan lahan
sempadan.
a. Pendukung sistem transportasi berupa alat-alat dan perlengkapan untuk kelancaran transportasi
misalnya perlindungan badan rel, kabel sinyal, telegraf, kabel telepon dan kabel listrik yang
3.3.1.2.2. SEMPADAN JARINGAN KERETA API membutuhkan lahan 6 meter dari poros rel.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian, dijelaskan bahwa yang b. Jalan yang berfungsi menghubungkan antar wilayah kecamatan yang terdiri atas pembatas/utama,
dimaksud dengan perkerataapian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas drainase, sistem penerangan jalan dan badan jalan yang membutuhkan lahan seluas 10 meter yaitu :
penunjang kereta api untuk penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam satu sistem. Sarana Tiga meter untuk taman/ pembatas antara pendukung perlengkapan transportasi kereta api,
kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah jalur dan drainase dan kebutuhan sistem penerangan jalan;
stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Sedangkan
5 meter untuk badan jalan;
fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api
yang dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api. 2 meter untuk sistem penerangan jalan dan drainase; serta

Sistem pergerakan transportasi kereta api di Kabupaten Madiun digunakan untuk melayani pergerakan yang Taman kota yang didalamnya berisi tempat bermain dan taman yang membutuhkan lahan 7
menghubungkan antara Surabaya – Mojokerto – Madiun – Jakarta. meter, sehingga total lahan 23 meter.

Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk 2. Konservasi sempadan rel kereta api pada dearah permukiman adalah 11,5 meter pada kiri dan kanan
kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah menetapkan pengaturan mengenai jalur sepanjang rel kereta. Untuk konservasi sempadan rel kereta api di wilayah Kabupaten Madiun sebaiknya
kereta api yang meliputi daerah manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk diarahkan dapat memenuhi standart kelayakan konservasi.
bagian bawahnya serta ruang bebas diatasnya. Hal ini berarti badan penyelenggara dalam memanfaatkan jalur 3. Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau yaitu antara sempadan garis
tersebut tidak boleh mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar masyarakat tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau,
luas mengetahui batas jalur kereta api, maka badan penyelenggara wajib menempatkan tanda atau patok maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, yaitu :
batas-batas jalur kereta api. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api;
Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan kereta api adalah jalan rel beserta tanah di Untuk mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun kendaraan lain; dan
kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api yaitu daerah
Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan baik kegiatan
manfaat jalan kereta api beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk pengamanan konstruksi.
berdagang maupun mendirikan bangunan lainnya.
Adapun untuk ketentuan-ketentuan tentang sepanjang jalan kereta api sebagai usaha perlindungan terhadap
Untuk lebih jelasnya sempadan kereta api dapat dilihat pada Gambar 3.21.
jaringan jalan tersebut dimana lahan yang termasuk jalan kereta api menurut Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1992 tentang Perkeretaapian adalah :
1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) Kereta Api
Ruang manfaat jalan memanfaatkan jalan rel kereta api yang panjangnya dari sumbu rel kereta api,
digunakan untuk melindungi jalan atau lahan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dari gangguan berupa

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 25


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 26
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 27
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 28
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 29
perhitungan dapat dioptimalkan daya dan energi listriknya melalui perubahan pola operasi dari PLTA
tersebut. Sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhan akan listrik di daerah
sekitarnya. Dari hasil perhitungan simulasi pola operasi PLTA Golang dan Giringan didapatkan debit 1
m3/detik sebagai debit outflow untuk PLTA dengan penggunaan 5 jam pada beban puncak (pukul
17.00 – 22.00) sebesar 2.679 m3/detik, menghasilkan daya listrik sebesar 669,48 KW dan pada
beban dasar (pukul 22.00-17.00) dengan debit 0.558 m3/detik menghasilkan daya listrik 139.44 KW.
Jalan Kereta Api 2. Sumberdaya energi adalah sebagian dari sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
11,5 meter 11,5 meter energi dan atau energi baik secara langsung maupun dengan proses konservasi atau transportasi.
Pengembangan sumberdaya energi dimaksudkan untuk menunjang penyediaan jaringan listrik dan
I II II I
pemenuhan energi. Pembangkit listrik yang sekarang sedang dikembangkan adalah pembangkit
23,0 meter listrik tenaga panas bumi yang terletak di Desa Sareng Kecamatan Geger, Desa Segulung Kecamatan
Dagangan, dan Desa Batok Kecamatan Gemarang.
GAMBAR 3.21. SEMPADAN REL KERETA API
3. Pengembangan energi baru dan terbarukan meliputi pengembangan pembangkit listrik tenaga
mikrohidro, pembangkit listrik tenaga surya, dan pembangkit listrik tenaga biogas bagi kawasan
3.3.2. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA LAINNYA terpencil yang tidak memperoleh pasokan tenaga listrik dari PLN baik secara swadaya masyarakat,
3.3.2.1. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN ENERGI/KELISTRIKAN bantuan dari Pemerintah maupun bantuan dari swasta.

Sumberdaya energi adalah sebagian dari sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi dan atau energi baik secara langsung maupun dengan proses konservasi. Pengelolaan energi untuk
memenuhi kebutuhan energi mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan meliputi rencana pengembangan
pembangkit tenaga listrik dan rencana pengembangan jaringan prasarana energi.

3.3.2.1.1. RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


A. KEBUTUHAN LISTRIK 3.3.2.1.2. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN PRASARANA ENERGI
Listrik merupakan aspek yang tidak terkait secara langsung dengan kebutuhan ruang dalam jumlah luas Tujuan dari rencana pengembangan jaringan prasarana energi adalah memenuhi kebutuhan akan sistem
yang besar dalam rangka perencanaan kota. Listrik perlu dikaji dalam kaitannya dengan jaringan dan prasarana dan sarana jaringan energi yang berfungsi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kapasitas pelayanan. Jaringan listrik yang ada sudah hampir menjangkau seluruh wilayah Kabupaten peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam kaitannya dengan kegiatan pengembangan/pembangunan
Madiun. daerah
Saat ini 99% kebutuhan listrik telah terlayani di Kabupaten Madiun. Kebutuhan listrik pada masa yang Tingkat pelayanan energi di suatu daerah akan sangat tergantung dari kemampuan penyediaan prasarana
akan datang diprediksikan dengan melihat hasil proyeksi penduduk disesuaikan dengan standar yang ada energi yang didalamnya mencakup sistem jaringan, komponen prasarana dan rencana/pengembangannya.
disesuaikan dengan kebutuhannya. Kebutuhan listrik dihitung berdasarkan standart berikut :
Kebutuhan rumah tangga : 1300 VA/unit rumah.
A. PENGEMBANGAN JARINGAN MINYAK DAN GAS BUMI
Kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa 40 % dari kebutuhan perumahan.
Dalam merencanakan kebutuhan gas maka dapat menggunakan perkiraan yang telah dilakukan PT.
Kebutuhan fasilitas umum 30 % dari kebutuhan perumahan. Pertamina, baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan domestik maupun non domestik. Lokasi
Kebutuhan fasilitas lainnya 10 % dari kebutuhan perumahan. penempatan pemasangan jaringan gas sebaiknya dilakukan dengan mengikuti jaringan jalan utama untuk
Penerangan jalan 1 % dari kebutuhan perumahan. memudahkan penyambungan.
Berdasarkan asumsi tersebut, kebutuhan listrik di Kabupaten Madiun dari Tahun 2009 sampai Tahun 2029 Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jaringan migas di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada
mengalami penambahan seiring penambahan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Madiun. Gambar 3.23.
Kebutuhan listrik di Kabupaten Madiun hingga akhir tahun perencanaan sebesar 1.064.409 KVA. Untuk B. PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK DAN GARDU INDUK DISTRIBUSI
lebih jelasnya kebutuhan listrik di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.22. LISTRIK
B. RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Pengembangan jaringan listrik pada kawasan perencanaan, diarahkan mengikuti pola tata ruang dan
Pengembangan pembangkit tenaga listrik pada kawasan perencanaan diarahkan untuk mengantisipasi jaringan jalan yang ada. Untuk mengantisipasi kebutuhan daya listrik, antara lain meliputi :
kebutuhan daya listrik, antara lain meliputi : 1. Pengembangan jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 KV dan saluran udara dan atau
kabel tegangan tinggi 150 KV diperlukan untuk menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan oleh
1. Mengoptimalkan PLTA Golang dan Giringan di Kecamatan Kare yang merupakan beberapa PLTA yang
pembangkit baru.
berada di Jawa Timur. Dengan mengetahui ketersediaan daya tampung sebenarnya, berdasarkan

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 30


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 31
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 32
2. Memasang jaringan distribusi baru 20 KV diperlukan untuk menyalurkan energi ke kawasan yang
belum berlistrik dan bergantung pada dana yang ada. Seperti pada daerah-daerah pusat
pertumbuhan (Perkotaan Mejayan yang dipersiapkan untuk menjadi Ibukota Kabupaten, kawasan
Agropolitan di Kecamatan Geger, Dagangan, Dolopo dan Kebonsari maupun pusat-pusat
pertumbuhan lainnya seperti Kecamatan Jiwan).
3. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang belum terlayani serta
pemasangan penerangan jalan pada jalur utama dan terutama pada daerah rawan kecelakaan.
4. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan pelayanan
diseluruh wilayah Kabupaten Madiun, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap KK akan
memperoleh layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.
5. Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya ketentuan pembangunan
jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan listrik khususnya untuk pengembangan
jaringan SUTT dan SUTET diperlukan areal konservasi di sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada
setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.24 dan Gambar 3.25.

Tabel 3.8.
JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET
Gambar 3.24.
No Lokasi SUTT SUTET SUTM SUTR Saluran Kabel SEMPADAN SUTT 66 KV TANAH DATAR
66 KV 150 KV 500 KV SKTM SKTR

1 Bangunan Beton 20 m 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

2 Pompa Bensin 20 m 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

3 Penimbuhan Bahan 50 m 20 m 50 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m


Bakar

4 Pagar 3m 20 m 3m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

5 Lapangan Terbuka 6,5 m 20 m 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

6 Jalan Raya 8m 20 m 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

7 Pepohonan 3,5 m 20 m 8,5 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

8 Bangunan Tahan Api 3,5 m 20 m 8,5 m 20 m 1,5 m 20 m 20 m

9 Rel Kereta Api 8m 20 m 15 m 20 m 20 m 20 m 20 m

10 Jembatan 3m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m
Besi/Tangga
besi/kereta api

11 Lapangan Olah Raga 2,5 m 20 m 14 m 20 m 20 m 20 m 20 m

12 SUTT Lainnya 2,5 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m


penghantar udara
tegangan rendah,
jaringan
telekomunikasi,
Gambar 3.25. SEMPADAN SUTT 150 KV TANAH DATAR
televisi Keterangan :
Sumber : Kumpulan Pedoman Pelaksanaan Tata Ruang : Ruang bebas (daerah terlarang)
J1 : Jarak bebas (terdekat) untuk lapangan terbuka daerah luar kota
J3 = J5 : Jarak bebas (terdekat) terhadap pohon-pohon pada umumnya dan bagian bangunan tahan api

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 33


Tabel 3.9.
RENCANA KEBUTUHAN JARINGAN LISTRIK DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029

No Kecamatan TAHUN 2009 TAHUN 2014 TAHUN 2019


Jumlah Kebutuhan Listrik (KVA) Jumlah Kebutuhan Listrik (KVA) Jumlah Kebutuhan Listrik
Rumah Perumahan Perdagangan Fasilitas Umum Penerangan Lain-lain Jumlah Rumah Perumahan Perdagangan Fasilitas Umum Penerangan Lain-lain Jumlah Rumah Perumahan Perdagangan Fasilitas Umum Penerangan Lain-lain Jumlah
(unit) Jalan (unit) Jalan (unit) Jalan
1 Kebonsari 15.519 20.175 8.070 6.053 202 2.018 36.517 17.166 22.316 8.927 6.695 223 2.232 40.393 17.611 22.894 9.158 6.868 229 2.289 41.438
2 Geger 17.176 22.328 8.931 6.699 223 2.233 40.415 18.577 24.150 9.660 7.245 241 2.415 43.711 19.490 25.338 10.135 7.601 253 2.534 45.861
3 Dolopo 15.970 20.761 8.304 6.228 208 2.076 37.577 18.771 24.403 9.761 7.321 244 2.440 44.169 18.122 23.559 9.423 7.068 236 2.356 42.641
4 Dagangan 13.648 17.742 7.097 5.323 177 1.774 32.113 15.769 20.500 8.200 6.150 205 2.050 37.106 15.487 20.133 8.053 6.040 201 2.013 36.441
5 Wungu 15.921 20.698 8.279 6.209 207 2.070 37.463 18.684 24.289 9.716 7.287 243 2.429 43.964 18.067 23.487 9.395 7.046 235 2.349 42.511
6 Karee 8.887 11.553 4.621 3.466 116 1.155 20.911 8.513 11.067 4.427 3.320 111 1.107 20.031 10.085 13.110 5.244 3.933 131 1.311 23.729
7 Gemarang 9.079 11.803 4.721 3.541 118 1.180 21.364 9.089 11.816 4.726 3.545 118 1.182 21.387 10.303 13.394 5.357 4.018 134 1.339 24.243
8 Saradan 19.132 24.871 9.948 7.461 249 2.487 45.017 18.789 24.426 9.770 7.328 244 2.443 44.210 21.710 28.223 11.289 8.467 282 2.822 51.083
9 Pilangkenceng 14.933 19.413 7.765 5.824 194 1.941 35.138 16.476 21.418 8.567 6.426 214 2.142 38.767 16.946 22.029 8.812 6.609 220 2.203 39.873
10 Mejayan 12.924 16.801 50.736 38.052 1.268 12.684 119.542 17.143 22.286 55.168 41.376 1.379 13.792 134.001 14.665 19.065 57.574 43.180 1.439 14.393 135.652
11 Wonoasri 8.911 11.584 93.168 69.876 2.329 23.292 200.250 9.616 12.501 100.574 75.431 2.514 25.144 216.164 10.112 13.145 105.724 79.293 2.643 26.431 227.236
12 Balerejo 11.493 14.940 5.976 4.482 149 1.494 27.042 11.383 14.798 5.919 4.439 148 1.480 26.785 13.041 16.954 6.781 5.086 170 1.695 30.686
13 Madiun 10.097 13.126 5.250 3.938 131 1.313 23.757 10.459 13.597 5.439 4.079 136 1.360 24.611 11.457 14.895 5.958 4.468 149 1.489 26.959
14 Sawahan 6.737 8.758 11.226 8.420 281 2.807 31.492 6.878 8.942 11.358 8.519 284 2.840 31.942 7.645 9.938 12.739 9.554 318 3.185 35.735
15 Jiwan 15.325 19.923 16.477 12.358 412 4.119 53.288 18.743 24.365 16.797 12.598 420 4.199 58.379 17.391 22.608 18.697 14.023 467 4.674 60.469
Jumlah 195.751 254.476 250.572 187.929 6.264 62.643 761.885 216.057 280.875 269.010 201.757 6.725 67.252 825.619 222.131 288.770 284.340 213.255 7.108 71.085 864.559
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan :
Perumahan 1.300, Perdagangan 40 % Fasilitas Umum 30 % Penerangan Jalan 1 % Lain-Lain 10 %

No Kelurahan/Desa TAHUN 2024 TAHUN 2029


Jumlah Kebutuhan Listrik (KVA) Jumlah Kebutuhan Listrik (KVA)
Rumah Perumahan Perdagangan Fasilitas Umum Penerangan Lain-lain Jumlah Rumah Perumahan Perdagangan Fasilitas Umum Penerangan Lain-lain Jumlah
(unit) Jalan (unit) Jalan
1 Ngancar 19.350 25.156 10.062 7.547 252 2.516 45.532 22.031 28.640 11.456 8.592 286 2.864 51.838
2 Plumpung 20.994 27.292 10.917 8.188 273 2.729 49.399 23.960 31.148 12.459 9.344 311 3.115 56.378
3 Puntukdoro 21.019 27.324 10.930 8.197 273 2.732 49.457 23.777 30.910 12.364 9.273 309 3.091 55.947
4 Bulugunung 17.690 22.997 9.199 6.899 230 2.300 41.625 20.047 26.061 10.424 7.818 261 2.606 47.170
5 Bogoarum 20.925 27.202 10.881 8.161 272 2.720 49.236 23.674 30.776 12.311 9.233 308 3.078 55.705
6 Randugede 9.764 12.693 5.077 3.808 127 1.269 22.974 11.298 14.688 5.875 4.406 147 1.469 26.585
7 Sumberagung 10.367 13.477 5.391 4.043 135 1.348 24.393 11.935 15.515 6.206 4.655 155 1.552 28.083
8 Nitikan 21.481 27.926 11.170 8.378 279 2.793 50.546 24.785 32.221 12.888 9.666 322 3.222 58.320
9 Sidomukti 18.577 24.150 9.660 7.245 242 2.415 43.712 21.156 27.503 11.001 8.251 275 2.750 49.780
10 Buluharjo 18.962 24.650 62.308 46.731 1.558 15.577 150.823 21.193 27.551 71.070 53.302 1.777 17.767 171.467
11 Plaosan 10.870 14.131 113.686 85.264 2.842 28.421 244.345 12.409 16.131 129.775 97.331 3.244 32.444 278.926
12 Dadi 13.001 16.901 6.760 5.070 169 1.690 30.590 14.985 19.481 7.792 5.844 195 1.948 35.260
13 Sarangan 11.880 15.444 6.178 4.633 154 1.544 27.954 13.624 17.711 7.084 5.313 177 1.771 32.057
14 Pacalan 7.826 10.174 12.938 9.703 323 3.234 36.374 8.990 11.687 14.877 11.158 372 3.719 41.812
15 Sendangagung 20.899 27.169 19.116 14.337 478 4.779 65.878 23.546 30.610 21.961 16.471 549 5.490 75.081
Jumlah 243.605 316.687 304.272 228.204 7.607 76.068 932.838 277.410 360.633 347.544 260.658 8.689 86.886 1.064.409
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan :
Perumahan 1.300, Perdagangan 40 % Fasilitas Umum 30 % Penerangan Jalan 1 % Lain-Lain 10 %

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 34


3.3.2.2. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA TELEKOMUNIKASI 4. Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk beberapa operator telepon
Prasarana telekomunikasi adalah perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang selular dengan pengelolaan secara bersama pula.
dikembangkan untuk tujuan-tujuan pengambilan keputusan di ranah publik ataupun privat. Prasarana Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan pada peningkatan jangkauan
telekomunikasi yang dikembangkan meliputi : 1) Sistem kabel, 2) Sistem nirkabel, dan 3) Sistem satelit. pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS ( Base Transceiver Station)
Pengembangan prasarana telekomunikasi, terus ditingkatkan perkembangannya hingga mencapai sangat penting untuk mendukung kebutuhan telekomunikasi masyarakat, sehingga BTS dapat menjangkau ke
pelosok wilayah yang belum terjangkau sarana prasarana. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pelosok perdesaan. Dalam pemanfaatannya BTS direncanakan menjadi BTS terpadu, hal ini dilakukan untuk
pemerintah memberi dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telekomunikasi. mengindari terciptanya hutan tower.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi Sedangkan arahan bagi pembangunan/penyediaan prasarana antena/tower/menara telekomunikasi,
di Indonesia, dimana penyelenggaraan telekomunikasi tidak lagi menjadi monopoli PT. Telkom Indonesia baik untuk kepentingan telekomunikasi maupun kepentingan lainnya harus memperhatikan secara serius
sehingga kebutuhan masyarakat akan telekomunikasi akan semakin terlayani dengan semakin banyaknya ketentuan sebagai berikut:
penyelenggara telekomunikasi. Dengan semakin banyaknya penyelenggara telekomunikasi, maka kebutuhan 1. Pedoman atau petunjuk teknis dari lembaga yang berwenang menilai kelayakan konstruksi antena/tower/
masyarakat akan kecepatan dan kemudahan informasi semakin banyak tersedia. menara telekomunikasi sehingga menjamin tingkat keamanan yang tinggi.
Untuk pengembangan sambungan kabel, telah dikembangkan teknologi serat optik yang mampu 2. Jarak aman antara antena dengan bangunan atau tempat aktifitas masyarakat sehingga meminimalkan
meningkatkan kualitas suara dan jumlah sambungan, sedangkan pengembangan teknologi seluler untuk kemungkinan korban jiwa apabila terjadi kecelakaan konstruksi.
mempercepat jumlah satuan sambungan merupakan alternatif pengembangan telekomunikasi. Pengembangan 3. Kesesuaian lahan dan lokasi, baik di kawasan lindung maupun budidaya yang didukung dasar ijin lokasi
teknologi seluler mampu menumbuhkan peningkatan jumlah satuan sambungan, mengingat teknologi ini lebih pembangunan antena/tower.
murah dibandingkan dengan teknologi kabel. Namun demikian, perlunya pengendalian ketat akan pendirian
4. Jaminan asuransi bagi penduduk yang berdekatan dengan tower
tower-tower oleh penyelenggara telekomunikasi di Kabupaten Madiun terkait dengan pemenuhan syarat ijin
Untuk rencana jaringan telepon, maka dapat dilihat pada Gambar 3.27.
pendirian tower telekomunikasi. Hal tersebut disebabkan Kabupaten Madiun berada dalam zona latihan militer
Lanud TNI AU Iswahyudi, sehingga kabupaten-kabupaten yang masuk dalam training area Lanud TNI AU
Iswahyudi dalam pengembangannya harus memperhatikan keberadaan training area tersebut, dimana
ketinggian tower yang diijinkan adalah 52 meter.
Kebutuhan telekomunikasi nampaknya semakin dibutuhkan oleh masyarakat dengan berbagai tingkat
kebutuhan, sehingga penyelenggara telekomunikasi mempunyai peluang yang begitu besar atas potensi
kebutuhan sambungan telepon yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk mengatasi peningkatan kebutuhan
telekomunikasi telah dikembangkan jaringan telepon dengan teknologi wireless phone. Teknologi wireless
phone nampaknya sama dengan pengembangan telekomunikasi berbasis seluler, hanya gelombang
frekuensinya saja yang berbeda. Dari segi biaya nampaknya lebih murah bila dibandingkan dengan sarana
kabel, sehingga pengembangan telekomunikasi dengan berbasis pada teknologi wireless phone ini cepat
berkembang.
Seiring dengan pengembangan wilayah Kabupaten Madiun yang melakukan penataan fungsi lahan,
terutama pada fungsi lahan permukiman maupun pengembangan industri, penyelenggara telekomunikasi telah
siap mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Madiun dari aspek pelayanan kebutuhan sambungan
telepon. Kebutuhan telepon di kawasan perencanaan diperkirakan berdasarkan asumsi bahwa:
 17 satuan sambungan untuk melayani 100 penduduk.
 Kebutuhan non domestik diperkirakan sebesar 25 % dari kebutuhan domestik.
 Distribusi point 8 SS/unit.
 Rumah kabel 300 – 500 SS/unit.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka prediksi kebutuhan telepon di wilayah perencanaan sampai akhir
tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.11. Gambar 3.26 JENIS-JENIS BTS
Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan kebutuhan dan pelayanan
masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi pada tiap wilayah, yaitu :
1. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern;
2. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;
3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan
dengan ibukota kabupaten; serta

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 35


Tabel 3.10 Lanjutan Tabel 3.10.
RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2029 No Tahun Kecamatan Jumlah Kebutuhan Telepon
Penduduk Perumahan Non Perumahan
No Tahun Kecamatan Jumlah Kebutuhan Telepon Satuan Distributor Rumah Kabel Satuan Distributor Rumah Kabel
(jiwa)
Penduduk Perumahan Non Perumahan Sambungan Point (unit) (unit) Sambungan Point (unit) (unit)
(jiwa) Satuan Distributor Rumah Satuan Distributor Rumah
Sambungan Point (unit) Kabel Sambungan Point (unit) Kabel
4 2024 Kebonsari 62.206 4.354 544 9 1.306 163 3
(unit) (unit)
Geger 69.252 4.848 606 10 1.454 182 3
1 2009 Kebonsari 54.626 3.824 478 8 1.147 143 2 Dolopo 61.231 4.286 536 9 1.286 161 3
Geger 60.814 4.257 532 9 1.277 160 3 Dagangan 57.366 4.016 502 8 1.205 151 2
Dolopo 53.771 3.764 470 8 1.129 141 2 Wungu 60.256 4.218 527 8 1.265 158 3
Dagangan 50.376 3.526 441 7 1.058 132 2 Karee 38.289 2.680 335 5 804 101 2
Wungu 52.914 3.704 463 7 1.111 139 2 Gemarang 37.640 2.635 329 5 790 99 2
Karee 33.624 2.354 294 5 706 88 1 Saradan 72.189 5.053 632 10 1.516 189 3
Gemarang 33.054 2.314 289 5 694 87 1 Pilangkenceng 62.903 4.403 550 9 1.321 165 3
Saradan 63.393 4.437 555 9 1.331 166 3 Mejayan 50.112 3.508 438 7 1.052 132 2
Pilangkenceng 55.239 3.867 483 8 1.160 145 2 Wonoasri 37.946 2.656 332 5 797 100 2
Balerejo 51.537 3.608 451 7 1.082 135 2
Mejayan 44.006 3.080 385 6 924 116 2
Madiun 44.076 3.085 386 6 926 116 2
Wonoasri 33.322 2.333 292 5 700 87 1
Sawahan 29.945 2.096 262 4 629 79 1
Balerejo 45.257 3.168 396 6 950 119 2
Jiwan 63.983 4.479 560 9 1.344 168 3
Madiun 38.706 2.709 339 5 813 102 2
Total 798.932 36.493 4.562 73 10.948 1.368 22
Sawahan 26.297 1.841 230 4 552 69 1
5 2029 Kebonsari 64.959 4.547 568 9 1.364 171 3
Jiwan 56.187 3.933 492 8 1.180 147 2
Geger 72.317 5.062 633 10 1.519 190 3
Total 701.584 32.047 4.006 64 9.614 1.202 19 Dolopo 63.942 4.476 559 9 1.343 168 3
2 2014 Kebonsari 57.044 3.993 499 8 1.198 150 2 Dagangan 59.905 4.193 524 8 1.258 157 3
Geger 63.505 4.445 556 9 1.334 167 3 Wungu 62.923 4.405 551 9 1.321 165 3
Dolopo 56.151 3.931 491 8 1.179 147 2 Karee 39.984 2.799 350 6 840 105 2
Dagangan 52.606 3.682 460 7 1.105 138 2 Gemarang 39.306 2.751 344 6 825 103 2
Wungu 55.256 3.868 483 8 1.160 145 2 Saradan 75.384 5.277 660 11 1.583 198 3
Karee 35.112 2.458 307 5 737 92 1 Pilangkenceng 65.688 4.598 575 9 1.379 172 3
Gemarang 34.517 2.416 302 5 725 91 1 Mejayan 52.330 3.663 458 7 1.099 137 2
Saradan 66.199 4.634 579 9 1.390 174 3 Wonoasri 39.626 2.774 347 6 832 104 2
Pilangkenceng 57.684 4.038 505 8 1.211 151 2 Balerejo 53.818 3.767 471 8 1.130 141 2
Mejayan 45.954 3.217 402 6 965 121 2 Madiun 46.027 3.222 403 6 967 121 2
Wonoasri 34.797 2.436 304 5 731 91 1 Sawahan 31.271 2.189 274 4 657 82 1
Balerejo 47.261 3.308 414 7 992 124 2 Jiwan 66.815 4.677 585 9 1.403 175 3
Madiun 40.419 2.829 354 6 849 106 2 Total 834.296 38.109 4.764 76 11.433 1.429 23
Sawahan 27.461 1.922 240 4 577 72 1 Sumber : Hasil Analisa
Keterangan :
Jiwan 58.674 4.107 513 8 1.232 154 2
- Satuan Sambungan : 17 SS'100 jiwa
Total 732.639 33.465 4.183 67 10.040 1.255 20
- Distributor Point : 8 SS/unit
3 2019 Kebonsari 59.569 4.170 521 8 1.251 156 3 - Rumah Kabel : 300 - 500 SS/unit
Geger 66.316 4.642 580 9 1.393 174 3
Dolopo 58.636 4.105 513 8 1.231 154 2
Dagangan 54.935 3.845 481 8 1.154 144 2
Wungu 57.702 4.039 505 8 1.212 151 2
Karee 36.666 2.567 321 5 770 96 2
Gemarang 36.045 2.523 315 5 757 95 2
Saradan 69.129 4.839 605 10 1.452 181 3
Pilangkenceng 60.237 4.217 527 8 1.265 158 3
Mejayan 47.988 3.359 420 7 1.008 126 2
Wonoasri 36.338 2.544 318 5 763 95 2
Balerejo 49.352 3.455 432 7 1.036 130 2
Madiun 42.208 2.955 369 6 886 111 2
Sawahan 28.676 2.007 251 4 602 75 1
Jiwan 61.271 4.289 536 9 1.287 161 3
Total 765.068 34.946 4.368 70 10.484 1.310 21
Sumber : Hasil Analisa
Keterangan :
- Satuan Sambungan : 17 SS'100 jiwa
- Distributor Point : 8 SS/unit
- Rumah Kabel : 300 - 500 SS/unit

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 36


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 37
3.3.2.3 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR Tabel 3.11
Untuk mensukseskan program Pemerintah Kabupaten Madiun sebagai PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN DI JAWA TIMUR
Lumbung Padi Jawa Timur, terdapat beberapa potensi yang dapat Jenis tanaman dan masa tanaman Kebutuhan air (lt/dt/ha)
mendukung bagi pengembangan program tersebut, diantaranya adalah;
Padi : Garapan unt pembibitan (1/20 areal) 5
a. Luas lahan sawah di Kabupaten Madiun kurang lebih 31.594 ha
Garapan unt tanaman 1,5
meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, irigasi
Pertumbuhan 1,0
sederhana, irigasi desa non PU, sawah tadah hujan.
Tebu Garapan dan pembibitan ( 1 bl.) 0,275
b. Selain itu terdapat lahan tegal/kebun/ladang seluas kurang lebih 2.643
Tebu Muda ( 7 bl.) 0,275
ha, lahan tegalan ini dimungkinkan dapat dikembangkan menjadi Tebu Tua ( sisa ) 0,0
lahan irigasi. Polowijo Kedelai, kacang hijau, jagung 0,25
c. Jenis tanah yang ada di Kabupaten Madiun terdiri atas sebagian besar tanah aluvial sebesar 36% dari luas
Tembakau, rossela 0,25
Kabupaten Madiun, keadaan ini sangat mendukung karena tanah aluvial cocok untuk dikembangkan
sebagai lahan pertanian/irigasi. Bero 0,0

d. Keadaan topografi di Kabupaten Madiun terutama pada lahan irigasi dan tegalan mempunyai kemiringan
yang cukup baik. 1. Program Intensifikasi Tanaman Padi
e. Terdapatnya gunung api dan hutan yang merupakan satuan sistem yang memungkinkan dapat direkayasa Untuk peningkatan hasil panen padi, harus diupayakan pengaturan tanam semaksimal mungkin tanaman
geohidrologinya, yaitu dalam usaha memperbanyak recharge air tanah di sekitar hutan. padi. Namun harus diperhatikan terhadap dampak keseimbangan ekosistem yang ada, yaitu yang dapat
f. Terdapat beberapa sungai yang membentang dari puncak gunung dan perbukitan yang memungkinkan mengendalikan berkembang biaknya hama tanaman yang berakibat tehadap kegagalan tanam. Sebagai
untuk direkayasa dan dikendalikan serta dikembangkan sebagai embung atau waduk. pengalaman di beberapa wilayah lain di pulau jawa, pernah dilakukan tanam padi setahun 3 kali, pada
g. Memiliki potensi aquifer yang cukup baik. tahun-tahun pertama memang menghasilkan yang berkelipatan, namun beberapa tahun kemudian
sebagaimana terjadi pada tahun 1980, terjadi ledakan hama yang pada saat itu sudah tidak dapat
Namun permasalahan yang terjadi saat ini di Kabupaten Madiun adalah jumlah air yang tersedia kurang dari
dikendalikan lagi. Semua tanaman habis dalam semalam karena hama wereng, ditempat lain terjadi
jumlah air yang dibutuhkan. Berdasarkan keadaan tersebut maka dalam usaha mendukung program Madiun
ledakan hama belalang dan ada juga terjadi ledakan hama tikus, burung, ulat dan lain-lain.
sebagai Lumbung Padi Jawa Timur, maka beberapa usaha yang diusulkan adalah :
Setelah dievaluasi penyebab terbesar adalah karena tidak pernah terputusnya rangkaian evolosi hama
a. Pengembangan program intensifikasi dan eksentifikasi lahan irigasi.
tersebut, karena tersedianya makanan sepanjang tahun. Oleh karena itu disarankan pola-tata tanam untuk
b. Pengembangan potensi sumber-sumber air, dan
padi maksimum 2 kali setahun.
c. Pengembangan jaringan irigasi, waduk.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapai adalah karena ketersediaan sumber air irigasi tidak
Agar dapat terealisasi Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi Jawa mencukupi. Untuk peningkatan intensifikasi tanam, selain diperlukan ketersediaan sumber air irigasi, juga
Timur maka harus di targetkan agar intensitas tanam lebih optimal. memerlukan peningkatan sarana irigasi yang ada, Disamping itu pula perlu dilakukan program
Sementara mengupayakan intensifikasi maupun ekstensifikasi perlu pemeliharaan jaringan irigasi.
dukungan penyediaan air yang cukup. Berkaitan dengan usaha
Pada Bagan 3.2 ditunjukkan program-program yang diperlukan dalam menyelesaikan usaha intensifikasi
peningkatan tanam, maka di depan sudah diuraikan bahwa akibat usaha
2. Program Ekstensifikasi Lahan Sawah
tersebut, kebutuhan air akan meningkat. Dengan peningkatan tersebut
tentu kapasitas saluran yang ada akan mengalami ketidak mampuannya. Program ini bertujuan melakukan reklamasi guna peningkatan dari suatu lahan yang semula sebagai lahan
Oleh karena itu dimungkinkan perlu dilakukan re-design saluran dan tegalan di reklamasi menjadi lahan irigasi, konsep ini akan dapat dilakukan jika dimungkinkan dapat
bangunan irigasi lainnya. Jumlah debit yang akan mengalir dapat di disediakannya sejumlah air sesuai dengan kebutuhan irigasi. Sehingga program ekstensifikasi lahan sawah
estimasi dengan melakukan perencanaan pola tata tanam. Perencanaan pola tata taman adalah kegiatan ini akan dapat berjalan dengan baik. Untuk pemenuhan penyediaan air irigasi yang dibutuhkan, maka
pengaturan jadwal tanam dari beberapa jenis tanaman yang bisa ditanam pada daerah tersebut dalam jumlah pengembangan sumber-sumber air menjadi kebutuhan mutlak, disamping penyediaan lahan sawah.
waktu tertentu. Misalkan dalam satu tahun terdapat pengaturan pola tanaman yang terdiri dari padi-padi- Program ini berupa usaha perluasan sawah, yakni suatu usaha yang dilakukan merubah lahan tegalan atau
polowijo atau padi-polowijo-polowijo. Pengaturan ini ditujukan agar lahan yang ada dapat dimanfaatkan lahan lain yang tidak produktif menjadi lahan irigasi. Usaha ini dimungkinkan jika jumlah air yang
dengan sebesar-besarnya, tetapi dalam batas kebutuhan air-nya tercukupi oleh jumlah debit/volume air yang dibutuhkan dapat desediakan disamping jenis tanahnya layak sebagai lahan sawah irigasi (layak ditanami)
tersedia atau dapat disediakan di daerah tersebut. Pada Bagan 3.1 sebagai upaya strategis mensukseskan Kemungkinan tersediaannya air, baik yang bersumber dari sungai, mata air atau yang lain, hal ini perlu
Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Jawa Timur. dikaji terlebuh dahulu.
Dalam usaha penyediaan air untuk padi, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kebutuhan air untuk padi relatif Dengan demikian di dalam usaha peningkatan intensitas tanam maka perlu dilakukan upaya
besar dibanding dengan kebutuhan air untuk tanaman lain seperti polowijo. Oleh karena itu dalam pengembangan sumber-sumber air dan peningkatan sarana irigasi serta pemeliharaan jaringan yang ada.
pengembangan intensitas tanam padi dibutuhkan sejumlah air yang lebih banyak. Pada Tabel 3.11 berikut ini Pada Bagan 3.3 dapat dilihat bahwa yang mendukung program peningkatan intensifikasi adalah tiga hal
dapat dibandingkan antara kebutuhan air untuk tanaman padi dengan tanaman polowijo. pokok tersebut di atas.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 38


Bagan 3.1
MENSUKSESKAN MADIUN SEBAGAI LUMBUNG PADI JAWA TIMUR
Program Pembukaan
Penyediaan Lahan
Air Tegalan Dan
MADIUN Sebagai Sawah
Lumbung Pangan - Padi
PROGRAM
EEKSTENSIFIKASI
LAHAN SAWAH

Peningkatan Hasil Padi

Penyiapan
Jaringan
Irigasi

Intensifikasi Ekstensifikasi
Tanaman Padi Bagan 3.3.
Tanaman Padi
PROGRAM EKSTENSIFIKASI LAHAN
SAWAH

3.3.2.3.1. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN SUMBERDAYA AIR LINTAS KABUPATEN/


Peningkatan Penyediaan Air KOTA
Terkait dengan usaha intensitas tanam dan ekstensifikai lahan irigasi, pengembangan sumber-
Peningkatan Sarana/Kelas Irigasi sumber air dapat dilakukan dengan cara rekayasa potensi sungai, pemanfaatan mata air dan pengembangan
potensi air tanah yang ada. Tentunya semua ini harus dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Jika tidak terdapat
Pemeliharaan Jaringan Irigasi data yang cukup misalkan tidak tercatatnya data debit sungai secara rutin, dan atau tidak terdapat data hujan
maka sebelum dilakukan pengkajian harus diawali dengan survey dan pengukuran/pengamatan aliran sungai.
Survey pengamatan aliran sungai harus dapat menggambarkan kondisi sungai dalam satu siklus musim dan
dapat memperkirakan debit andalan yang ada di sungai yang akan dikaji.
Kabupaten Madiun memiliki sumberdaya air cukup besar baik dari beberapa sungai yang melintasi
Kabupaten Madiun maupun dari sumber-sumber air yang berada di waduk-waduk. Dari 41 sungai yang melalui
Peningkatan Kabupaten Madiun terdapat tiga sungai yang berada pada perbatasan Wilayah Kabupaten Madiun dengan
Jaringan wilayah lainnya. Sungai-sungai tersebut adalah: 1) Kali Madiun yang melalui Kota Madiun dan menjadi wilayah
Irigasi
perbatasan antara Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan, serta perbatasan antara Kabupaten Madiun
dan Kota Madiun, 2) Kali Asin yang menjadi batas wilayah antara Kabupaten Madiun dan Kabupaten
Ponorogo, serta 3) Kali Widas yang menjadi batas wilayah antara Kabupaten Madiun dan Kabupaten Nganjuk.
Kali Madiun dan Kali Asin dimanfaatkan untuk penyediaan air irigasi di kabupaten/kota tersebut, sehingga
dalam pengelolaannya perlu melibatkan kerjasama antara kabupaten/kota tersebut.
Dalam mengembangkan/memanfaatkan sumberdaya air lintas kabupaten/kota dengan melakukan
Program koordinasi dengan kabupaten/kota lain dalam pemanfaatanjaringan sumberdaya air lintas kabupaten/kota.
Instensifika
si Tanam

3.3.2.3.2. RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH SUNGAI KABUPATEN TERMASUK WADUK, SITU,


Usaha
Rehabilitasi DAN EMBUNG
Peningkatan
Penyediaan dan Dari siklus hidrologi diketahui bahwa air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan mengalir sebagai
Air Perbaikan
Jaringan air permukaan, sebagian menguap, dan sebagian lagi masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan akan merupakan
simpanan air di dalam tanah yang dapat keluar lagi ke permukaan sebagai mata air dan sebagian lagi mengalir
dalam satu aliran dengan aliran sungai sebagai base flow. Dengan demikian maka aliran sungai menjadi stabil
Bagan 3.2 apabila jumlah air resapan lebih banyak. Untuk itu maka untuk meningkatkan sumber-sumber air perlu
PROGRAM INTENSIFIKASI dilakukan dengan memasukkan sebanyak banyaknya air hujan ke dalam tanah.
Peningkatan sumber-sumber air dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 39


1. Usaha menambah penampungan air pada musim hujan ( retarding) untuk dimanfatkan pada musim dh
Q = k . A.
kemarau/kering, dengan menambah waduk-waduk atau embung dengan memanfaatkan cekungan- dL
cekungan yang ada.
dimana : Q = laju infiltrasi
2. Rekayasa daerah tangkapan air untuk memperoleh resapan air ke dalam tanah sebanyak-banyaknya,
K = koef permeability tanah
dengan tujuan untuk mempengaruhi siklus hidrologi air tanah. Maksudnya adalah agar tanah menjadi lebih
jenuh dengan air, dan kejenuhan ini merupakan simpanan air dalam tanah. Dengan rekayasa ini A = luas permukaan tanah tergenang
diharapkan dapat dihasilkan base flow sungai yang lebih besar, permukaan air tanah yang lebih tinggi, h = tinggi genangan
debit mata air menjadi lebih besar, dan menambah debit akuifer. Rekayasa ini pada umumya dilakukan L = tebal lapisan tanah.
dengan cara reboisasi pada daerah yang telah gundul, dan/atau membuat terasering. Disamping itu ada
cara lain yang efektif yang perlu dikenalkan dalam rencana RTRW ini yaitu membuat chek dam. Dengan
3.3.2.3.3. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
pembuatan chek dam ini diharapkan daerah sekitar cek dam akan lebih basah dan ditumbuhi tanaman
dari bibit yang disebar secara alami oleh binatang maupun burung yang terdapat di daerah ini. Upaya ini Sistem jaringan pengairan meliputi jaringan air bersih dan irigasi. Pemenuhan kebutuhan akan air
akan lebih efektif apabila dapat dilakukan dengan koordinasi Dinas Kehutanan. bersih dan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau,
sedangkan irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi
3. Menetapkan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum.
irigasi teknis.
4. Melakukan penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek
Hasil akhir yang diharapkan dari rencana sistem jaringan pengairan adalah meningkatnya produksi
dalam rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasinya.
pangan dengan penyediaan air irigasi sepanjang tahun dari sumbernya baik sungai maupun mata air/danau
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disarankan program sebagai berikut: sampai ke lahan pertanian (sawah) sesuai dengan luas areal irigasi yang direncanakan. Untuk mencapai
1. Reboisasi target tersebut ada beberapa faktor kunci dalam rencana sistem jaringan pengairan, yaitu:
Program ini diyakini keberhasilannya dalam upaya menahan aliran permukaan sehingga memperbanyak  Pelestarian fungsi hidrologi terutama peresapan di daerah hulu;
terjadinya infiltrasi dan perkolasi. Tetapi yang menjadi masalah adalah pelaksanaan reboisasi yang  Peningkatan jaringan irigasi sampai ke tingkat kwarter;
dimaksud sering mengalami kegagalan karena tanaman mati akibat kurang air diwaktu kering.
 Peningkatan manajemen pengelolaan sarana dan prasarana pengairan dan kerja sama antar institusi
2. Terassering terkait.
Program ini menghasilkan proses infiltrasi Pengembangan sistem irigasi dalam rangka peningkatan pelayanan irigasi diarahkan pada pengelolaan DAS
dengan baik, namun dalam proses terassering tanah asli yang terdapat di Kabupaten Madiun. Mengingat wilayah DAS ini mencakup beberapa kabupaten/kota dan
terjadi perubahan struktur tanah asli yang masing – masing memiliki karakteristik, kepentingan, dan permasalahan yang berbeda – beda, maka bentuk –
asalnya merupakan endapan kompak bentuk kerjasama pengelolaan DAS antar wilayah kabupaten/kota perlu dikembangkan. Adapun upaya
longsor
kemudian digali dan ditimbunkan di tempat lain peningkatan pelayanan ini hal – hal yang dapat ditempuh secara umum adalah:
untuk memperoleh kelandaian muka tanah timbunan galian
 Penyempurnaan pengelolaan DAS dengan mengembangkan kerja sama antar wilayah kabupaten/kota.
yang diharapkan, sehingga tanah urugan ini
meskipun terdiri dari susunan tanah yang sama  Pengembangan dan peningkatan jaringan irigasi sebagai upaya menjamin terjaganya daya dukung
namun mengalami perubahan nilai porositas (e pangan.
). Sehingga ketika hujan datang struktur tanahnya menjadi mudah jenuh air dan tidak kompak. Keadaan  Pengoptimalan potensi sumber air yang ada, misalnya : pemanfaatan waduk, danau/ranu, mata air dan
ini menjadikan keadaan yang tidak stabil sehingga rawan longsor. Cara ini efisien dilakukan pada daerah sungai untuk memperluas wilayah pelayanan irigasi.
dengan kelerengan antara 8-25% Kabupaten Madiun merupakan daerah pertanian yang cukup subur khususnya untuk pertanian lahan basah
3. Pembuatan dam penahan (check dam) terutama di daerah-daerah yang dilalui oleh irigasi. Dengan kondisi seperti ini masih dimungkinkan intensifikasi
Program ini bertujuan menahan air pada palung sungai yang ada yaitu dengan cara membendung aliran di dan ekstensifikasi terbatas jaringan pengairan sehingga seluruh lahan basah potensial untuk sawah dapat
sungai, dengan demikian air yang mengalir bisa tertahan pada palung sungai tersebut, sehingga dapat dijangkau irigasi, sehingga kegiatan produksi dapat lebih optimal.
memperbanyak proses infiltrasi. Prasarana pengairan untuk sistem irigasi teknik terdiri dari bangunan utama yang berupa bendung, jaringan
Menurut Hukum Darcy, kapasitas infiltrasi ditentukan oleh lama genangan, tinggi genangan, luas saluran, bangunan pembagi dan bangunan ukur (alat ukur), yang telah dibangun dengan biaya besar.
permukaan genangan dan pengaruh permeability tanah. Keberhasilan sistem irigasi tersebut sangat tergantung pada operasi dan pemeliharaan (OP) yang juga
memerlukan biaya. Beberapa masalah yang dihadapi dalam mempertahankan kemampuan system ini antara
Kapasitas Infiltrasi = Q. t.
lain adalah :
Wilayah yang perlu diusahakan
a. Dengan bertambah tingginya intensitas hujan maka pola pengoperasian bendung yang didasarkan pada
untuk ditingkatkan resapan airnya,
pola pengoperasian irigasi sudah tidak sesuai lagi, berkurangnya kebutuhan air irigasi di musim hujan
dapat dilihat pada Gambar 3.28
dan bertambahnya debit aliran di musim hujan menyebabkan bertambahnya aliran yang harus
Sedangkan tipikal bentuk check
dilimpahkan ke sungai di hilir bendungan. Pengoperasian yang keliru akan menyebabkan banjir di daerah
dam dapat dilihat pada berikut.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 40


hilirnya dan dapat menyebabkan erosi di sungai. Dalam hal ini sumber daya manusia yang terlibat dalam 1. Air di badan-badan sungai yang
operasional dan pemeliharaan bendung harus selalu ditingkatkan kemampuannya. berada di luar kawasan lindung dan
b. Kurangnya pemeliharaan bangunan-bangunan pengairan akan mengakibatkan kesulitan baik di musim merupakan sumber utama dengan
hujan karena terjadinya banjir, dan di musim kering karena kekeringan. debit yang besar dan kualitas air
yang sedang sampai baik, dapat
c. Masalah lain yang timbul adalah adanya perubahan tata guna lahan dimana lahan sawah telah berubah
dimanfaatkan untuk keperluan
fungsi menjadi lahan peruntukan lain. Sebagian daerah sawah telah berubah menjadi daerah industri dan
irigasi, perikanan, dan air baku bagi
pemukiman yang tersebar tidak menurut pengaturan pengairan irigasi. Kondisi ini menyebabkan,
penyediaan air bersih
pembagian air yang semula proporsional terhadap luas baku sawah dan pola tanam yang telah ditetapkan
perkotaan/perdesaan.
menjadi tidak sesuai lagi dengan penggunaanya. Masalah ini merupakan masalah serius dalam operasi dan
pemeliharaan terutama dalam menghadapi meningkatnya aliran permukaan di musim hujan dan 2. Air di badan-badan sungai yang termasuk kawasan lindung tidak boleh dimanfaatkan untuk berbagai
kekurangan air di musim kering. keperluan, kecuali untuk kondisi khusus atau telah mendapat ijin dari instansi yang berwenang.

d. Pesatnya perkembangan daerah terbangun dapat memicu bertambahnya penggunaan air tanah dalam 3. Air di sejumlah mata air di kawasan perbukitan yang kondisi tutupan lahannya terpelihara dengan baik,
dengan menggunakan pompa-pompa. Penggunaan air tanah dalam yang berlebihan akan dapat dapat dimanfaatkan dengan tetap mempertimbangkan debit yang aman bagi kelestarian mata air dan
menurunkan permukaan air tanah. bagi kawasan di bawahnya.

Kabupaten Madiun merupakan daerah perbukitan dan sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah 4. Air tanah dangkal di kawasan permukiman dapat dimanfaatkan terutama untuk pemenuhan kebutuhan air
sehingga berpotensi untuk pengembangan budidaya pertanian baik untuk pertanian tanaman pangan, bersih domestik pada skala penggunaan individu (unit rumah tangga) yang relatif kecil.
palawija maupun perkebunan, maka sistem tata air/pengelolaan air merupakan hal yang penting untuk 5. Air tanah dalam, jika potensinya mencukupi maka dapat dimanfaatkan dengan perijinan dan pengawasan
menjaga agar lahan tetap dapat dibudidayakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. oleh instansi yang berwenang.
Untuk itu, beberapa program perbaikan dan pembangunan baru prasarana pengairan dimaksudkan untuk
meningkatkan produktifitas pertanian, meliputi:
3.3.2.3.5. PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BERSIH KE KELOMPOK PENGGUNA
a. Saluran primer, sekunder, saluran tersier; dan
Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Madiun terbagi dalam 2 (dua) sistem, yaitu
b. Pintu air dan rumah jaga.
sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem air bersih yang diusahakan secara mandiri oleh
Rencana pengembangan prasarana pengairan lebih ditekankan pada upaya-upaya perbaikan saluran yang masyarakat (HIPPAM/swakelola).
sebagian besar dalam kondisi rusak. Kegiatan akan dilakukan untuk setiap wilayah pelayanan pengairan di
A. Sistem Swakelola Masyarakat (HIPPAM)
wilayah Kabupaten Madiun antara lain:
Pelayanan air bersih dengan sistem ini umumnya merupakan sistem pemenuhan kebutuhan air yang
a. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air; dan
diperoleh langsung dari sumbernya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Sumber air bersih berasal
b. Perluasan daerah tangkapan air. dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai,
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara : maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa.
a. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air; Arahan pengelolaan sistem air bersih oleh masyarakat yang umumnya berada di perdesaan adalah :
b. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi, serta daerah aliran sungai; 1. Pengembangan sistem pengelolaan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola sendiri oleh
c. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; serta masyarakat memerlukan pembinaan teknis dan kelembagaan dari instansi terkait.
2. Masyarakat membentuk kelompok HIPPAM untuk melakukan kegiatan sistem pengelolaan jaringan
d. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
air bersih yang belum terlayani oleh PDAM di tingkat pedesaan.
Sedangkan dalam hal penggunaan air tanah untuk keperluan irigasi, perlu adanya kerjasama antara dinas-
B. Sistem Jaringan Perpipaan (PDAM)
dinas terkait dan masyarakat untuk tetap menjaga potensi air tanah dan keberlangsungan debit dari masing-
masing sumber air. Pelayanan dan pengelolaan sistem jaringan perpipaan air bersih di Kabupaten Madiun dilakukan oleh
PDAM Kabupaten Madiun. Distribusi air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan pipa
Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada
transmisi dan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke instalasi
Gambar 3.29.
pengolahan/penampungan yang selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi ke pelanggan. Sistem operasi
yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah sistem
3.3.2.3.4. PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa
Pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh dari sumbernya berasal dari sumber air bersih air tanah merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).
dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai, maupun dengan Dasar penentuan kebutuhan air ini berasal dari proyeksi penduduk daerah pelayanan PDAM Kabupaten
pembuatan sumur gali dan sumur pompa. Kualitas air sumur yang digunakan rata-rata berkualitas cukup baik Madiun selama periode waktu perencanaan, jumlah cakupan pelayanan pada tahun terakhir, jumlah
dan tidak berbau, namun permasalahan muncul pada aspek kuantitas air tersebut, dimana pada saat musim sambungan pelayanan (SR, HU/KU dan non domestik), rata-rata unit konsumsi air yang digunakan oleh
kemarau, sumur-sumur gali menjadi kering. setiap sambungan pelayanan dan prosentase kehilangan air yang terjadi pada tahun terakhir.
Arahan pengembangan dan pengelolaan jaringan air baku untuk air bersih adalah sebagai berikut :

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 41


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 42
Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 43
Data-data yang ada tersebut, selanjutnya diolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh MDGs 3.3.2.3.6. PENGEMBANGAN SISTEM PENGENDALI BANJIR
dan kemampuan PDAM dalam melakukan penambahan sambungan pelayanan dan air baku setiap Banjir merupakan momok bagi kawasan rawan banjir, terutama pada kawasan dengan ketinggian
tahunnya. Kemudian melalui formula-formula untuk perhitungan proyeksi kebutuhan air, akhirnya yang lebih rendah dari muka air sungai/air laut, kawasan pertemuan sungai dengan sungai, kawasan dengan
didapatkan hasil seperti yang tercantum pada Tabel 3.12. drainase yang buruk, dan kawasan yang mempunyai tingkat porositas tanah yang rendah. Pengendalian banjir
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk daerah pelayanan PDAM Kabupaten dapat dilakukan dengan pendekatan secara struktur dan non struktur.
Madiun meningkat antara 0,88 % per tahun. Jumlah cakupan pelayanan PDAM pada tahun 2008 sebesar A. Pengendalian banjir dengan infrastruktur
36,52 % dan untuk mencapai target MDGs, maka standar tersebut dinaikkan perlahan hingga mencapai
Melakukan perbaikan sungai dasarnya adalah mengusahakan agar air banjir tidak meluap dan sekaligus
52,71 % pada tahun 2029
menghilangkan rintangan-rintangan di sungai yang dapat mengakibatkan pembendungan. Termasuk di
Jumlah sambungan rumah (SR) pada tahun 2008 mencapai 22.354 unit, sedangkan untuk HU/KU dalam perbaikan sungai antara lain:
mencapai 132 unit. Unit konsumsi untuk tiap sambungan pelayanan tersebut, masing-masing sebesar 122
Membuat tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada.
- 125 L/org/hr dan 30 L/org/hr. Unit konsumsi tersebut diperkirakan tetap stabil pada tahun-tahun
Normalisasi sungai.
berikutnya. Selanjutnya untuk sambungan non domestik, jumlah sambungan pelayanan pada tahun 2008
mencapai 753 unit. Sesuai dengan perkembangan penduduk dan fasilitas, maka direncanakan jumlah Membuat bangunan-bangunan proteksi tebing pada tempat yang rawan longsor.
sambungan non domestik (sosial, instansi pemerintah, niaga dan industri) yang dapat dilayani oleh PDAM Pemasangan pompa banjir pada kawasan rawan banjir yang mempunyai potensi strategis.
dapat meningkat setiap tahunnya. Pada rencana kebutuhan air ini, direncanakan jumlah sambungan non B. Pengendalian banjir dengan Non Struktur
domestik yang dapat dilayani oleh PDAM dapat mencapai 1.181 unit pada tahun 2029
Kegiatan non struktur bertujuan untuk menghindari dan juga menekan besarnya masalah yang
Nilai rata-rata kehilangan air yang terjadi di PDAM Kabupaten Madiun pada tahun 2008, sebesar 28,30 %. ditimbulkan oleh banjir, antara lain dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir dan
Untuk memenuhi standar kebijakan yang telah ditetapkan oleh PU Cipta Karya, maka nilai kebocoran air Daerah Aliran Sungai (DAS) sedemikian rupa sehingga selaras dengan kondisi dan fenomena
ini harus diturunkan hingga mencapai 20 - 25 %. Oleh karena itu, setiap kenaikan tahun perencanaan, lingkungan/alam termasuk kemungkinan terjadinya banjir. Upaya tersebut dapat berupa :
nilai rata-rata kebocoran tersebut diminimalkan perlahan hingga mencapai 20 % pada tahun 2029.
Konservasi tanah dan air di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) hulu untuk menekan besarnya aliran
Hasil akhir dari rencana ini adalah didapatkan proyeksi kebutuhan air baku yang harus disediakan oleh permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk
PDAM untuk melayani kebutuhan air penduduk daerah pelayanan selama periode waktu perencanaan. mengurangi pendangkalan/sedimentasi di dasar sungai. Kegiatan ini merupakan gabungan antara
Jumlah seluruh sambungan pelayanan (SR, HU/KU dan non domestik) yang direncanakan meningkat rekayasa teknik sipil dan teknik agro, yang bertujuan untuk mengendalikan aliran permukaan antara
menjadi 25.122. unit pada tahun 2009, kemudian meningkat terus sampai pada tahun 2029 menjadi lain dengan terasiring, bangunan terjun, check-dam/dam penahan, dam pengendalian sedimen,
36.263 unit. penghijauan dan reboisasi serta pembuatan sumur resapan.
Berdasarkan rencana penambahan jumlah sambungan seperti yang telah disebutkan di atas, maka Penataan ruang dan rekayasa di DPS hulu sehingga pembudidayaan/pendayagunaan lahan tidak
didapatkan nilai kebutuhan air baku yang harus disiapkan oleh PDAM sampai tahun 2029. Jumlah merusak kondisi hidrologi DAS dan tidak memperbesar masalah banjir.
kebutuhan air sampai akhir tahun perencanaan diperkirakan mencapai 325,08 L/dt. Jika ditinjau dari
Partisipasi masyarakat yang didukung adanya penegakan hukum antara lain dalam mentaati
kapasitas terpasang PDAM hingga tahun 2008 sebesar 383 L/dt, maka hingga akhir periode perencanaan,
ketentuan menyangkut tata ruang dan pola pembudidayaan dataran banjir dan DAS hulu,
kapasitas yang tersedia tersebut masih mencukupi dan tidak diperlukan adanya penambahan kapasitas
menghindari terjadinya penyempitan dan pendangkalan alur sungai akibat adanya sampah padat
atau jam operasional produksi-distribusi. Dengan demikian yang diperlukan hanyalah pengoptimalan
termasuk bangunan, hunian liar dan tanaman di bantaran sungai.
sarana dan prasarana sistem pelayanan air minum yang ada saat ini.
Penetapan sempadan sungai yang didukung oleh penegakan hukum.
Untuk meningkatkan pelayanan air bersih dengan menggunakan sistem jaringan perpipaan, maka
beberapa arahan pengembangan sebagai berikut : Penyuluhan dan pendidikan masyarakat lewat berbagai media menyangkut berbagai aspek dalam
rangka meningkatkan kepedulian dan partisipasinya.
1. Diharapkan sampai dengan akhir perencanaan, semua kota kecamatan sudah memiliki sistem
penyediaan air bersih perpipaan.
2. Untuk sistem pendistribusian air bersih tetap menggunakan sistem yang ada, yaitu dengan sistem 3.3.2.4. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
gravitasi dan sistem perpompaan. Pembangunan ekonomi dan pengembangan sumberdaya manusia yang konsisten dengan
3. Untuk sumber air dapat menggunakan sumber air yang telah ada dan untuk memenuhi air minum, peningkatan kualitas lingkungan, dapat dilaksanakan melalui komitmen bersama para pelaku pembangunan
dan apabila perlu debit pemakaian sumber air yang ada dapat ditambah. dengan memasukkan pertimbangan lingkungan dalam kebijaksanaan pembangunan baik di tingkat makro dan
sektoral. Sistem prasarana lingkungan yang menjadi fokus perhatian meliputi persampahan, sanitasi dan air
4. Untuk mengatasi kebocoran terhadap jaringan perpipaan, maka dilakukan perbaikan pada jaringan
bersih.
yang telah rusak (penggantian pipa dan sistem sambungan), sehingga dapat meminimalkan nilai
kebocoran sesuai dengan standart yang ada.
5. Untuk masyarakat golongan rendah, khususnya yang ada di kawasan padat perkotaan diupayakan
dengan membuat kran umum atau sumur umum (hidran umum).

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 44


Tabel 3.12.
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029
No. No. Kolom Uraian Satuan Tahun
2007 2008 2009 2014 2019 2024 2029
1 Jumlah Penduduk orang 294.306 296.866 299.449 312.704 326.545 340.999 356.093

1. Domestik (Dom)
2 Prosentase Penduduk Terlayani % 36,52 39,42 42,32 45,83 47,76 49,63 51,51
3=(1*2) Jml. Penduduk Terlayani orang 107.491 117.038 126.741 143.303 155.948 169.254 183.434

1.1 Sambungan Rumah(SR)


4 Prosentase % 96,24 95,50 95,30 95,20 95,10 95,00 95,00
5=(3*4) Jml. Penduduk Terlayani orang 103.451 111.771 120.785 136.424 148.306 160.792 174.262
6 Penduduk per Sambungan orang/SR 6 5 5 5 5 5 5
7=(5/6) Jumlah Sambungan unit 18.010 22.354 24.157 27.285 29.661 32.158 34.852
8 Unit Konsumsi L/org/hr 121,24 125,00 125,00 125,00 125,00 125,00 125,00
9=(5*8) Pemakaian Rata-Rata L/dt 145,17 161,71 174,75 197,37 214,56 232,63 252,12

1.2 Kran Umum (KU)


10 Prosentase % 3,76 4,50 4,70 4,80 4,90 5,00 5,00
11=(3*10) Jml. Penduduk Terlayani orang 4.040 5.267 5.957 6.879 7.641 8.463 9.172
12 Penduduk per Sambungan orang/KU 40 40 40 40 40 40 40
13=(11/12) Jumlah Sambungan unit 101 132 149 172 191 212 229
14 Unit Konsumsi L/orang/hr 30 30 30 30 30 30 30
15=(11*14) Pemakaian Rata-Rata L/dt 1,40 1,83 2,07 2,39 2,65 2,94 3,18

16=(7+13) Jumlah Pelanggan Dom unit 18.111 22.486 24.306 27.457 29.852 32.370 35.082
17=(9+15) Pemakaian Rata-Rata Dom L/dt 146,57 163,53 176,81 199,76 217,22 235,57 255,30

2. NON DOMESTIK (N. Dom)


18 Jumlah Sambungan unit 692 753 816 923 1.004 1.090 1.181
19 Pemakaian Rata-Rata L/unit/hr 951,04 1.046,14 1.046,14 1.093,69 1.093,69 1.141,24 1.141,24
20 Pemakaian Rata-Rata L/dt 7,62 9,12 9,88 11,68 12,71 14,39 15,60

21 = 16 + 18 Jumlah Pelanggan Dom + N.Dom unit 18.803 23.239 25.122 28.379 30.856 33.460 36.263
22 = 17 + 20 Pemakaian Rata-Rata Dom + N. Dom L/dt 154,19 172,66 186,69 211,44 229,93 249,96 270,90

3. 23 Kebocoran % 28,71 28,30 28,00 27,00 26,00 25,00 20,00


24 = 23*22 L/dt 44,26 48,86 52,27 57,09 59,78 62,49 54,18

25 = 21 Total Sambungan Dom + N. Dom unit 18.803 23.239 25.122 28.379 30.856 33.460 36.263
26 = 22 + 24 Total Kebutuhan Air Rata-Rata L/dt 198,45 221,52 238,97 268,53 289,71 312,45 325,08
27 Total Kebutuhan Air Rata-Rata m3/hr 17.146,18 19.139,27 20.646,87 23.200,79 25.030,59 26.995,47 28.086,74
Sumber : Hasil Analisa

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 45


3.3.2.4.1. RENCANA SISTEM PERSAMPAHAN
A. JUMLAH TIMBULAN SAMPAH
Pola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Madiun dilaksanakan dengan sistem individual dan
komunal yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari pengumpulan, hingga
pembuangan akhir, yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Secara umum, sampah dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
 Sampah organik, yaitu jenis sampah yang dapat diproses oleh alam (dapat didaur ulang secara
alami), misalnya makanan, daun-daunan dan lainnya
E. ARAHAN PENGEMBANGAN
 Sampah non-organik, yaitu jenis sampah yang tidak bisa didaur-ulang secara alami, misalnya sampah
plastik, besi, logam, porselin, dan lainnya. Berdasarkan hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka arahan pengembangan prasarana
Sedangkan untuk sumber sampah dapat berasal dari: persampahan meliputi :
1. Umur TPA Kaliabu diperkirakan sampai Tahun 2023. Perlu adanya alternatif lokasi TPA baru,
 Sampah rumah tangga (domestik)
mengingat lokai TPA Kaliabu berdekatan dengan penetapan Kawasan Perkotaan Mejayan yang
 Sampah non rumah tangga (non domestik) yang terbagi atas:
dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun. Selain itu perlu juga alternatif lokasi TPA baru
sampah pasar dan pertokoan untuk wilayah Kabupaten Madiun bagian selatan. Ada beberapa alternatif lokasi pengembangan TPA
sampah jalan, baru namun perlu dilakukan studi lebih lanjut. Alternatif lokasi TPA sebagai berikut : 1) Lokasi TPA di
sampah fasilitas umum/sosial (pendidikan, kesehatan, perkantoran, dsb) Sareng dan Bader sebagaimana diungkapkan dalam RPJM Kawasan Agropolitan Kabupaten Madiun,
2) Banjarsari Wetan yang merupakan aset pemerintah Kabupaten Madiun
sampah kawasan industri (pabrik, kerajinan, dsb)
2. Pemilihan lokasi baru untuk tempat pembuangan akhir harus sesuai dengan persyaratan teknis dan
 Sumber sampah lainnya.
daya dukung lingkungan.
Perhitungan volume timbulan sampah didasarkan pada beberapa faktor, yaitu besarnya peningkatan
3. Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah
tingkat pelayanan tiap tahun dan peningkatan jumlah penduduk. Dominasi komposisi sumber sampah
sumber sampah.
untuk wilayah Kabupaten Madiun diperkirakan tidak akan berubah terutama dalam waktu dekat, karena
pola hidup masyarakat dalam mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan belum dapat dirubah 4. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.
dalam jangka pendek. Jadi dengan bertambahnya jumlah penduduk akan terjadi penambahan volume 5. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak.
sampah. 6. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang
Jumlah timbulan sampah total (domestik + non domestik) per orang/hari diasumsikan sebesar 1,5 liter berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.
(Sumber Acuan : Standar Spesifikasi Timbulan Sampah di Indonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993).
Selanjutnya untuk mengetahui jumlah timbulan sampah perharinya, maka dari jumlah timbulan sampah
per liter/orang/hari dikalikan dengan jumlah penduduk. Untuk mengetahui berat timbulan sampah maka
volume sampah (m3/hari) dikalikan dengan nilai densitas sampah (kg/m 3). Untuk mengetahui lebih lanjut
jumlah timbulan sampah per hari yang dihasilkan oleh penduduk di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada
Tabel 3.13.
B. DAERAH PELAYANAN
Daerah pelayanan meliputi seluruh desa di Kabupaten Madiun. Dengan sistem manajemen pengelolaan
sampah, terutama untuk pengangkutan dari TPS menuju TPA yang dilakukan secara terintegrasi oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Madiun.
C. KEBUTUHAN PERALATAN PERSAMPAHAN
Berdasarkan prediksi jumlah timbulan sampah Kabupaten Madiun, maka dapat ditentukan jumlah
kebutuhan peralatan persampahan yang harus dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Madiun khususnya untuk pelayanan Kabupaten Madiun sebagimana terlihat pada Tabel 3.14.
D. UMUR TPA
Berdasarkan data eksisting, TPA Kaliabu seluas 6 ha diperkirakan masih mampu menampung kebutuhan
sampah Kabupaten Madiun sampai Tahun 2023, sebagaimana perhitungan pada Tabel 3.15.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 46


Tabel 3.13.
PREDIKSI JUMLAH TIMBULAN SAMPAH DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029

No Kecamatan Prediksi Penduduk Prediksi Timbulan Sampah


2009 2014 2019 2024 2029 2009 2014 2019 2024 2029
1 Kebonsari 54.626 57.044 59.569 62.206 64.959 25 26 27 28 29
2 geger 60.814 63.505 66.316 69.252 72.317 27 29 30 31 33
3 Dolopo 53.771 56.151 58.636 61.231 63.942 24 25 26 28 29
4 Dagangan 50.376 52.606 54.935 57.366 59.905 23 24 25 26 27
5 Wungu 52.914 55.256 57.702 60.256 62.923 24 25 26 27 28
6 Karee 33.624 35.112 36.666 38.289 39.984 15 16 16 17 18
7 Gemarang 33.054 34.517 36.045 37.640 39.306 15 16 16 17 18
8 Saradan 63.393 66.199 69.129 72.189 75.384 29 30 31 32 34
9 Pilangkenceng 55.239 57.684 60.237 62.903 65.688 25 26 27 28 30
10 Mejayan 44.006 45.954 47.988 50.112 52.330 20 21 22 23 24
11 Wonoasri 33.322 34.797 36.338 37.946 39.626 15 16 16 17 18
12 Balerejo 45.257 47.261 49.352 51.537 53.818 20 21 22 23 24
13 Madiun 38.706 40.419 42.208 44.076 46.027 17 18 19 20 21
14 Sawahan 26.297 27.461 28.676 29.945 31.271 12 12 13 13 14
15 Jiwan 56.187 58.674 61.271 63.983 66.815 25 26 28 29 30
Jumlah 701.584 732.639 765.068 798.932 834.296 316 330 344 360 375
Keterangan :
* Asumsi prosentase pelayanan sampah hanya di Ibukota Kecamatan sebesar 30% dari total penduduk
* Jumlah timbulan sampah total (domestik + non domestik) per orang/hari diasumsikan sebesar 1,5 liter

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 47


Tabel 3.14
KEBUTUHAN PERALATAN SAMPAH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029

Tahun 2009
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan
(Jiwa) Sampah (m3/hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 54.626 24,58 410 4 2 2 0,34 0,38
2 geger 60.814 27,37 456 5 2 2 0,38 0,43
3 Dolopo 53.771 24,20 403 4 2 2 0,34 0,38
4 Dagangan 50.376 22,67 378 4 1 1 0,31 0,35
5 Wungu 52.914 23,81 397 4 1 1 0,33 0,37
6 Karee 33.624 15,13 252 3 1 1 0,21 0,24
7 Gemarang 33.054 14,87 248 2 1 1 0,21 0,23
8 Saradan 63.393 28,53 475 5 2 2 0,40 0,45
9 Pilangkenceng 55.239 24,86 414 4 2 2 0,35 0,39
10 Mejayan 44.006 19,80 330 3 1 1 0,28 0,31
11 Wonoasri 33.322 15,00 250 2 1 1 0,21 0,23
12 Balerejo 45.257 20,37 339 3 1 1 0,28 0,32
13 Madiun 38.706 17,42 290 3 1 1 0,24 0,27
14 Sawahan 26.297 11,83 197 2 1 1 0,16 0,18
15 Jiwan 56.187 25,28 421 4 2 2 0,35 0,40
TOTAL 701.584 315,71 5.262 53 20 20 4 5
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)

Tahun 2014

Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan 3
(Jiwa) Sampah (m /hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 57.044 25,67 428 4 2 2 0,357 0,401
2 geger 63.505 28,58 476 5 2 2 0,397 0,447
3 Dolopo 56.151 25,27 421 4 2 2 0,351 0,395
4 Dagangan 52.606 23,67 395 4 1 1 0,329 0,370
5 Wungu 55.256 24,87 414 4 2 2 0,345 0,389
6 Karee 35.112 15,80 263 3 1 1 0,219 0,247
7 Gemarang 34.517 15,53 259 3 1 1 0,216 0,243
8 Saradan 66.199 29,79 496 5 2 2 0,414 0,465
9 Pilangkenceng 57.684 25,96 433 4 2 2 0,361 0,406
10 Mejayan 45.954 20,68 345 3 1 1 0,287 0,323
11 Wonoasri 34.797 15,66 261 3 1 1 0,217 0,245
12 Balerejo 47.261 21,27 354 4 1 1 0,295 0,332
13 Madiun 40.419 18,19 303 3 1 1 0,253 0,284
14 Sawahan 27.461 12,36 206 2 1 1 0,172 0,193
15 Jiwan 58.674 26,40 440 4 2 2 0,367 0,413
TOTAL 732.639 329,69 5.495 55 21 21 5 5
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 48


Tahun 2019
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan 3
(Jiwa) Sampah (m /hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 59.569 26,81 447 4 2 2 0,372 0,419
2 geger 66.316 29,84 497 5 2 2 0,414 0,466
3 Dolopo 58.636 26,39 440 4 2 2 0,366 0,412
4 Dagangan 54.935 24,72 412 4 2 2 0,343 0,386
5 Wungu 57.702 25,97 433 4 2 2 0,361 0,406
6 Karee 36.666 16,50 275 3 1 1 0,229 0,258
7 Gemarang 36.045 16,22 270 3 1 1 0,225 0,253
8 Saradan 69.129 31,11 518 5 2 2 0,432 0,486
9 Pilangkenceng 60.237 27,11 452 5 2 2 0,376 0,424
10 Mejayan 47.988 21,59 360 4 1 1 0,300 0,337
11 Wonoasri 36.338 16,35 273 3 1 1 0,227 0,255
12 Balerejo 49.352 22,21 370 4 1 1 0,308 0,347
13 Madiun 42.208 18,99 317 3 1 1 0,264 0,297
14 Sawahan 28.676 12,90 215 2 1 1 0,179 0,202
15 Jiwan 61.271 27,57 460 5 2 2 0,383 0,431
TOTAL 765.068 344,28 5.738 57 22 22 5 5
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)

Tahun 2024
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan
(Jiwa) Sampah (m3/hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 62.206 27,99 467 5 2 2 0,389 0,437
2 geger 69.252 31,16 519 5 2 2 0,433 0,487
3 Dolopo 61.231 27,55 459 5 2 2 0,383 0,431
4 Dagangan 57.366 25,81 430 4 2 2 0,359 0,403
5 Wungu 60.256 27,12 452 5 2 2 0,377 0,424
6 Karee 38.289 17,23 287 3 1 1 0,239 0,269
7 Gemarang 37.640 16,94 282 3 1 1 0,235 0,265
8 Saradan 72.189 32,48 541 5 2 2 0,451 0,508
9 Pilangkenceng 62.903 28,31 472 5 2 2 0,393 0,442
10 Mejayan 50.112 22,55 376 4 1 1 0,313 0,352
11 Wonoasri 37.946 17,08 285 3 1 1 0,237 0,267
12 Balerejo 51.537 23,19 387 4 1 1 0,322 0,362
13 Madiun 44.076 19,83 331 3 1 1 0,275 0,310
14 Sawahan 29.945 13,48 225 2 1 1 0,187 0,211
15 Jiwan 63.983 28,79 480 5 2 2 0,400 0,450
TOTAL 798.932 359,52 5.992 60 22 22 5 6
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 49


Tabel 3.15
UMUR TPA KALIABU KABUPATEN MADIUN

Eksisting (2008) Analisa


Rata-rata Rata - rata Timbulan Sisa Total Densitas Densitas Faktor Volume Volume Total Tinggi Kebutuhan Analisa Masa
Timbunan Sampah Sampah Lahan Lahan Sampah Sampah Kompaksi Sampah Tanah Volume Tumpukan Lahan Umur Umur
Sampah Terlayani/ Timbunan TPA Terkompaksi Lepas Sampah Terlayani Penutup TPA TPA
Kab/Kota Terangkut TPA s/d thn
(m3/Hari) (m3/Hari) (m3/thn) ha ha (kg/m3) (kg/m3) (m3/thn) (m3/thn) (m3/thn) m m2/thn

0,16 0,11 34,38 1,80 6,00 600,00 350,00 1,71 73.441 14.688 88.129 2,50 35.252 14 2023

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 50


Ketentuan teknis untuk pembangunan TPA baru maupun TPA lama yang masih beroperasi sebagai berikut :  Kriteria Teknis
1. TPA baru atau yang direncanakan Tersedia akses dan jaringan jalan yang baik.
a. Zona Penyangga Tersedia jaringan drainase yang memadai.
 Zona penyangga sesuai dengan Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pemrosesan Tersedia sistem pembuangan limbah cair yang baik untuk fasilitas-fasilitas pengolahan sampah
Akhir (TPA) dengan sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill dengan jarak 0-500 meter. yang menghasilkan limbah.
Pemanfaatan lahannya ditentukan sebagai berikut : Tersedia pasokan air dan tidak menggunakan air tanah setempat dalam proses produksi dan
0-100 meter : diharuskan berupa sabuk hijau. kegiatan penunjang lain di dalam kawasan.
101-500 meter : pertanian non pangan dan hutan. Tersedia parkir dan bongkar muatan sampah dan muat sampah terpilah yang akan di daur
 Ketentuan pemanfaatan ruang : ulang di lokasi lain.

Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama Lebar jalan dan ruang terbuka memungkinkan manuver kendaraan pengangkut sampah dua
tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut : 1) jenis tanaman arah, baik yang sedang bergerak maupun yang sedang bongkar muatan.
adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun Penggunaan lahan pada zona budidaya terbatas selain kepada ketentuan di atas ditentukan
terutanama tanaman yang dapat menyerap bau, 2) beberapa pohon adalah minimum 5 meter. dengan melakukan kajian lingkungan sesuai dengan yag tersebut dalam ketentuan umum.
Pemprosesan sampah utama.
Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi pembakaran bersama unit
<= 501-800 m
pengelolaan limbahnya.
Kegiatan budidaya perumahan tidak diperbolehkan pada zona penyangga.
<= 500 m
 Kriteria teknis :
Tidak menggunakan air tanah setempat dalam kegiatan pengolahan sampah.
Ketersediaan sistem drainase yang baik.
Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat sampah terpilah yang akan di daur ulang di TPA
lokasi lain. Zona Inti
 Pengelolaan : ZONA INTI = Site Tapak TPA
= TPA
Jalan masuk ke TPA : 1) dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan jalan
minimum 7 meter, 2) jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10 ton dengan ZONA PENYANGGA
kecepatan 30 km/jam.
Drainase permanen terpadu dengan jalan dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak ZONA BUDIDAYA TERBATAS

permanen.
Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona penyangga adalah ruang dengan kumplan pohon
dan bukan sekedar deretan pohon yang bila dimungkinkan mempunyai nilai ekonomi. Gambar 3.30.
Tanaman yang direkomendasikan adalah yang sesuai dengan kondisi alam setempat, PEMBAGIAN ZONA DI SEKITAR TPA BARU
termasuk iklim, rona fisik dan kondisi lapisan tanah.
b. Zona Budi Daya Terbatas 2. TPA lama atau yang sedang dioperasikan
 Zona budi daya terbatas untuk TPA baru dengan sistem pengurugan berlapis bersih tidak a. Zona Penyangga
diperlukan.
 Zona penyangga telah tersedia di dalam TPA.
 Zona budi daya terbatas untuk sistem pengurugan berlapis terkendali ditentukan sejauh 0-300
 Pada TPA yang belum memiliki zona penyangga ditetapkan zona penyangga pada area 0-500
meter dari batas terluar zona inti. Pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :
meter sekeliling TPA dengan pemanfaatan sebagai berikut :
Rekreasi dan RTH.
0-100 meter : diharuskan berupa sabuk hijau.
Industri terkait pengolahan sampah, pengolahan kompos, pendaurulangan sampah dan lain-
101-500 meter : pertanian non pangan dan hutan.
lain.
 Ketentuan pemanfaatan ruang :
Pertanian non pangan.
Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama
Permukiman di arah hulu TPA bersangkutan diperbolehkan dengan persyaratan tertentu untuk
tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut : 1) jenis tanaman
menghindari dampak pencemaran lindi pada daerah hilir TPA. Persyaratan tersebut termasuk
adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun
sistem drainase yang baik, fasilitas pemilahan, pengemasan dan penyimpanan sementara.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 51


terutama tanaman yang dapat menyerap bau, 2) beberapa pohon adalah minimum 5 meter. Rekreasi dan RTH.
Pemprosesan sampah utama. Industri terkait pengolahan sampah, pengolahan kompos, pendaurulangan sampah dan lain-
Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi pembakaran bersama unit lain.
pengelolaan limbahnya. Pertanian non pangan.
Kegiatan budidaya perumahan tidak diperbolehkan pada zona penyangga. Permukiman di arah hilir bersyarat.
Permukiman yang telah ada sebelumnya harus memperhatikan persyaratan-persyaratan teknis
dalam penggunaan air tanah. Khusus untuk air minum disarankan untuk tidak menggunakan
<= 501-800 m
air tanah.

0- 500 m
F. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Sistem pengelolaan persampahan di wilayah perencanan sebagai berikut
 Pengangkutan Sampah
TPA Arahan pola pelayanan pengelolaan sampah yang akan dikembangkan di Kabupaten Madiun adalah:
Zona Inti  Upaya reduksi dan pengolahan sampah dilaksanakan secara terpadu sejak di TPS - TPA sampah.
ZONA INTI = Site Tapak TPA
= TPA  Sampah rumah tangga dan hasil penyapuan jalan akan diolah di TPA yang ada, dengan target tingkat
pelayanan dan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Madiun.
ZONA PENYANGGA  Pewadahan dan Pengelolaan di Sumber Timbulan Sampah
Pewadahan timbulan sampah bertujuan untuk memudahkan pengumpulan sampah, dengan batasan-
ZONA BUDIDAYA TERBATAS
batasan sebagai berikut :
 Volume wadah individual 60 liter dimana dapat menampung sampah rumah tangga selama 2 (dua)
hari dengan asumsi satu KK rata-rata terdiri atas 5 orang.
Gambar 3.31.  Untuk domestik, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari bahan yang tidak korosif,
PEMBAGIAN ZONA DI SEKITAR TPA LAMA TANPA PENYANGGA
konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup. Wadah diletakkan di depan rumah untuk
 Kriteria teknis : memudahkan pengumpulan sampah.

Tidak menggunakan air tanah setempat dalam kegiatan pengolahan sampah.  Wadah untuk kawasan komersial dan fasilitas umum menggunakan bin container.

Ketersediaan sistem drainase yang baik.  Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau namun tidak terlalu dekat dengan rumah

Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat sampah terpilah yang akan di daur ulang di  Pengumpulan Sampah
lokasi lain. Pengelolaan diserahkan kepada RT setempat yang bertanggungjawab terhadap pengumpulan sampah dari
 Pengelolaan : sumber ke depo/TPS. Kecuali sumber yang menghasilkan sampah 2,5 m 3 atau lebih per hari diwajibkan
untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah sendiri langsung ke lokasi pembuangan akhir (TPA).
Jalan masuk ke TPA : 1) dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan jalan
minimum 7 meter, 2) jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10 ton dengan  Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah.
kecepatan 30 km/jam. TPS yang direncanakan berupa landasan container dan Transfer Depo. Landasan kontainer digunakan
Drainase permanen terpadu dengan jalan dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak untuk lokasi-lokasi dengan akumulasi timbulan sampah yang besar namun memungkinkan dibangunnya
permanen. transfer depo. Transfer depo ini diletakkan di perkantoran, pertokoan, permukiman tidak teratur dan
sebagainya. Pada landasan ini diletakkan hauled containt untuk menampung timbulan sampah kemudian
Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona penyangga adalah ruang dengan kumplan pohon
langsung diangkut dengan arm roll truck.
dan bukan sekedar deretan pohon yang bila dimungkinkan mempunyai nilai ekonomi.
 Pengangkutan Sampah
Tanaman yang direkomendasikan adalah yang sesuai dengan kondisi alam setempat,
termasuk iklim, rona fisik dan kondisi lapisan tanah.  Pengelolaan kegiatan pengangkutan sampah adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten Madiun yang bertugas mengelola sistem pengangkutan dari Depo/TPS sampai TPA.
b. Zona Budi Daya Terbatas
 Pengangkutan dengan arm roll truck untuk mengangkut hauled container .
 Zonan budi daya terbatas tidak diperlukan pada TPA lama yang menggunakan sistem pengurugan
berlapis bersih.  Sampah harus tertutup selama pengangkutan sehingga tidak tercecer di jalan.

 Zona budi daya terbatas untuk sistem pengurugan berlapis terkendali ditentukan sejauh 501-800  Pengangkutan sebaiknya dilakukan pagi hari atau malam hari disaat aktivitas perkantoran, pendidikan
meter dari batas terluar tapak TPA. Pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut : dll tidak dilakukan.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 52


 Tempat Pembuangan Akhir Bagan 3.5.
TPA yang dioperasikan adalah TPA Kaliabu memiliki kapasitas seluas 6 ha yang terletak di desa Kaliabu ALUR PEMBUATAN KOMPOS
kecamatan Mejayan.
SAMPAH KOTA
Rencana sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada bagan berikut :

PENGIRIMAN
Bagan 3.4.
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
SAMPAH ANORGANIK
PEMILAHAN
TPS/
Jalan Pengumpulan PENCACAHAN
Depo
KOTORAN TERNAK PENGKONDISIAN & SAMPAH ORGANIK
Kantor Pengangkutan PEMBENTUKAN RUMAH TANGGA
TUMPUKAN
EM-4
TPS/
Pasar
Pengumpulan Depo TPA
AIR PEMBALIKAN

Permukiman
Dibakar
PENYIRAMAN
PROSES PENGKOMPOSAN
Industri Pengangkutan
PEMANTAUAN

PEMATANGAN
 Kegiatan Pengomposan
Adapun tujuan dari kegiatan komposting tersebut adalah :
KOMPOS
 Mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat.
PENGERINGAN
 Mendesiminasikan pengolahan kompos dan pemanfaatannya sebegai bentuk pemberdayaan komunitas
PENGAYAKAN
dan pendidikan.
Kegiatan Pengomposan dilaksanakan di areal Komposting dalam kompleks TPA. Tahapan yang bisa dilalui
dalam Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos dapat dilihat pada Bagan 3.5. Arahan KOMPOS HALUS PENGEMASAN KOMPOS KASAR
kegiatan ini juga dapat dilakukan oleh masyarakat di sekitar lingkungan perumahan, sehingga dapat
mereduksi volume sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pengumpulan akhir (TPA) melalui
PENYIMPANAN
berbagai kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah dengan melaksanakan komposting tersebut.
Selain sistem pengelolaan seperti disebutkan di atas, yang perlu dilakukan adalah peningkatan peran serta
masyarakat dan peran swasta untuk bekerjasama mensukseskan sistem pengelolaan persampahan yang akan 3.3.2.4.2. RENCANA SISTEM SANITASI LINGKUNGAN
diterapkan dengan melakukan sosialisasi.
Tujuan rencana sistem sanitasi lingkungan adalah memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yang berfungsi
mengalirkan air limbah domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman,
dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif
Air limbah domestik ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Black Water : yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari toilet/jamban
2. Gray Water, yaitu buangan air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat
cuci (sullage)
Jenis limbah yang ada di Kabupaten Madiun di bedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik (rumah tangga)
dan limbah industri. Sedangkan berdasarkan sistem pembuangan limbahnya, di Kabupaten Madiun
menggunakan sistem setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor
tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 53


dengan tahun 2029, penanganan air limbah lebih ditekankan pada pengoptimalan sistem yang sudah ada, dan dengan pembangunan prasaran kota yang lain, yang mendukung rencana pengembangan wilayah sehingga
mengembangkan sistem individual dan komunal yang sudah diarahkan pada sistem publik. system drainase ini dapat berfungsi secara optimal.
Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di Kabupaten Madiun adalah sebagai
berikut : 3.3.2.5. RENCANA PENGEMBANGAN PRASARANA PENDUKUNG
1. Untuk Limbah Rumah Tangga A. PERUMAHAN
Berdasarkan standar, dengan kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha, maka dipergunakan sistem Rencana kebutuhan rumah/backlog
pembuangan on site sanitation. Pada sistem ini pengelolaan limbah dilakukan oleh masing-masing merupakan perbandingan jumlah rumah
rumah tangga/kegiatan. dengan jumlah kk yang dipergunakan
Komunal, secara bersama-sama oleh beberapa keluarga, yang biasanya berupa jamban jamak, MCK untuk mengetahui kebutuhan rumah tiap
atau tangki septik komunal diterapkan pada wilayah-wilayah padat penduduk. kecamatan. Dalam analisis ini dihasilkan
Menerapkan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan saluran atau selokan air hujan jumlah kebutuhan rumah dari Tahun 2007
yang telah ada dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada. sampai Tahun 2029.

Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate harus merehabilitasi saluran air hujannya dengan  Tahun 2009 : dibutuhkan 488 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 1.012 unit rumah
menggunakan system tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun.  Tahun 2014 : dibutuhkan 9.276 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 7.183 unit rumah
Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan system on site dengan Instalasi  Tahun 2019 : dibutuhkan 17.384 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 6.958 unit rumah
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) menyatu dengan TPA.  Tahun 2024 : dibutuhkan 25.850 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 15.506 unit rumah
2. Untuk Limbah Cair Rumah Sakit/Puskesmas  Tahun 2029 : dibutuhkan 34.691 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 15.649 unit rumah
Harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara
baik.
B. FASILITAS PENDIDIKAN
Harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air.
Arahan pembangunan fasilitas pendidikan di kabupaten Madiun sebagai berikut :
Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus dipisahkan dari
1. Pembangunan fasilitas pendidikan ditekankan pada upaya
pengolahan limbah cair yang bersifat non toksin.
peningkatan kualitas pendidikan melalui pembenahan prasarana
3. Untuk Limbah Cair Industri dan sarana yang telah ada maupun pembangunan fasilitas baru
Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
pengelolaan secara baik. Taman Kanak-Kanak (TK)
Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang ke badan air melalui Fasilitas pendidikan setingkat TK pada Tahun 2029 dibutuhkan
inventarisasi jenis industri guna memudahkan monitoring dan pengawasan. penambahan sebanyak 106 TK yang dialokasikan di setiap unit
lingkungan.
3.3.2.4.3. RENCANA SISTEM PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE Sekolah Dasar (SD)
Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten Madiun adalah mengalirkan air Fasilitas pendidikan setingkat SD diperlukan penambahan sebanyak 93 unit pada Tahun 2029 yang
permukaan ke badan air penerima atau bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dialokasikan di setiap kecamatan.
dan produktif. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sistem drainase di Kabupaten Madiun masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase Fasilitas pendidikan setingkat SLTP dibutuhkan penambahan sebanyak 28 Unit yang dialokasikan di
yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang setiap kecamatan.
diolah.
Sekolah Menengah Umum (SMU)
Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Madiun adalah :
Fasilitas pendidikan setingkat SLTA dibutuhkan penambahan sebanyak 28 unit dan dialokasikan di
1. Saluran primer : melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan lainnya setiap kecamatan, Untuk mendukung kegiatan agropolitan di Kabupaten Madiun diperlukan adanya
2. Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan SMK yang berorientasi pada pengembangan pertanian. SMK Kejuruan tersebut dialokasikan di
Untuk lebih jelasnya rencana sistem pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Kecamatan Dolopo.
Gambar 3.32. PT (Setingkat D3/Politeknik)
Selain itu, berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal dimana akan dijadikan Dibutuhkan penambahan 1 (satu) unit dialokasikan di Perkotan Mejayan.
pengembangan Perkotaan Mejayan sebagai Ibukota Kabupaten Madiun sering terjadi genangan akibat banjir 2. Untuk pembangunan fasilitas pendidikan baru tingkat dasar sampai menengah dilakukan secara
yang datangnya dari Kali Jeroan. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan pertanian tersebar pada lokasi-lokasi fasilitas umum disekitar kawasan permukiman yang sesuai dengan tingkat
berubah menjadi lahan terbagun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di daerah ini dan di daerah lainnya perlu dan lingkup pelayanannya.
disusun sistem drainase yang memadai. Pembangunan system drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 54


Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 55
C. FASILITAS KESEHATAN E. FASILITAS PERDAGANGAN
Pembangunan fasilitas kesehatan diarahkan sebagai berikut : Pasar Kabupaten
1. Pembangunan fasilitas kesehatan dilakukan dengan peningkatan Pada Tahun 2029 dibutuhkan pasar skala kabupaten sebanyak 2 (dua) unit. Artinya bahwa untuk pasar
kualitas sarana dan prasarana kesehatan yang ada maupun skala kabupaten tidak perlu penambahan karena di Mejayan dan Dolopo sudah ada. Yang perlu
pembangunan fasilitas kesehatan baru. Kebutuhn fasilitas kesehatan dilakukan adalah pembangunan pasar di Mejayan sehingga lebih representative dan menjadi pasar
baru di Kabupaten Madiun sebagai berikut : skala kabupaten pada lokasi yang strategis. Untuk pasar di Dolopo hanya perlu peningkatan dan
Rumah Sakit Wilayah perbaikan fasilitas yang ada.

Pata Tahun 2008 jumlah rumah sakit : 3 unit rumah sakit yang Pasar Kecamatan
berada di Kecamatan Wungu, Mejayan, dan Madiun. Tahun 2029 Pada tahun 2029 di Kabupaten Madiun membutuhkan pasar skala kecamatan sebanyak 8 unit, yang
: dibutuhkan 1 (satu) rumah sakit, yang direncanakan berada di Kecamatan Dolopo. dialokasikan di Kecamatan Kebonsari, Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, dan
Puskesmas, Jiwan. Sedangkan untuk Dolopo perlu penambahan pasar yang khusus untuk jual beli hasil produksi
pertanian (agropolitan).
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Madiun Tahun 2028 : 25 unit yang tersebar di seluruh
kecamatan. pada tahun 2029 diperlukan puskesmas sebanyak 8 unit, sehingga tidak memerlukan Pertokoan
penambahan puskesmas karena jumlah puskesmas saat ini telah mencukupi kebutuhan penduduk. Kebutuhan fasilitas pertokoan di Kabupaten Madiun pada tahun 2029 sebanyak 369 unit dan
Yang diperlukan adalah peningkatan dari puskesmas menjadi puskesmas rawat inap. dialokasikan di seluruh kecamatan.
Puskesmas Pembantu, Warung
Jumlah puskesmas pembantu saat ini masih mencukupi kebutuhan penduduk hingga tahun 2029, Kebutuhan fasilitas warung di Kabupaten Madiun pada tahun 2029 sebanyak 3.693 unit yang tersebar di
sehingga tidak memerlukan penambahan unit lagi. seluruh kecamatan.
BKIA/Rumah Sakit Bersalin, Selain fasilitas tersebut pada kawasan Perkotaan Mejayan dibutuhkan juga hotel, restoran, showroom,
Berdasarkan proyeksi kebutuhan, pada tahun 2029 Kabupaten Madiun tidak memerlukan aktivitas perbankkan dan kegiatan perdagangan dan jasa lainnya.
penambahan.
Posyandu, F. FASILITAS PEMERINTAHAN
Pada Tahun 2029 juga tidak membutuhkan penambahan. Pusat Pemerintahan Kabupaten
Apotik, Pusat pemerintahan perlu dibangun di Perkotaan Mejayan seperti Kantor Bupati maupun kantor-kantor
Pada Tahun 2029 dibutuhan penambahan apotik : 28 unit yang dialokasikan di setiap kecamatan. pemerintahan lainnya

3. Pembangunan fasilitas kesehatan baru dilakukan tersebar pada lokasi-lokasi yang strategis, dekat Kantor Pos Pembantu
dengan lingkungan permukiman, mudah dijangkau. Pada Tahun 2029 dibutuhkan penambahan sebanyak 8 unit dialokasikan di Kecamatan Kebonsari, Geger,
Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan serta Jiwan

D. FASILITAS PERIBADATAN KUA/Balai Nikah

Pembangunan fasilitas peribadatan dilakukan dalam rangka prningkatan Pada Tahun 2029 dibbutuhkan penambahan sebanyak 8 unit dialokasikan di Kecamatan Kebonsari,
kualitas iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan serta Jiwan
untuk memenuhi kebutuhan tempat beribadah sesuai dengan agama Kantor Pos Polisi
yang dianut dan skala pelayanannya. Jumlah fasilitas peribadatan yang Pada Tahun 2029 dibbutuhkan penambahan sebanyak 8 unit dialokasikan di Kecamatan Kebonsari,
dibutuhkan Kabupaten Madiun sampai Tahun 2029, sebagai berikut : Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan serta Jiwan
Masjid Kecamatan
Pada tahun 2029, dubutuhkan penambahan 8 unit masjid skala G. TAMAN DAN FASILITAS OLAH RAGA
kecamatan, yang dialokasikan di Kecamatan Kebonsari, Geger, Dolopo,
Pengembangan fasilitas olah raga di Kabupaten Madiun dimaksudkan
Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, dan Jiwan.
agar dapat memenuhi kebutuhan pengembangan olah raga baik pada
Masjid Lingkungan skala kabupaten maupun kecamatan.
Pada tahun 2029, dibutuhkan penambahan sebanyak 31 unit yang dialokasikan di setiap kecamatan. 1. Pembangunan fasilitas olah raga dilakukan untuk penyediaaan
Masjid Warga ruang yang dapat mewadahi aktifitas sosial kemasyarakatan
Pada tahun 2029 dibutuhkan penambahan sebanyak 369 yang dialokasikan di setiap kecamatan. khususnya kegiatan pembinaan fisik mental serta untuk mendukung
upaya peningkatan prestasi olahraga.
Langgar
2. Pengembangan fasilitas olahraga dilakukan dengan pengembangan
Pada tahun 2029 dibutuhkan sebanyak 3.693 yang dialokasikan di seluruh kecamatan.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 56


fasilitas yang sudah ada atau pembangunan fasilitas baru. Untuk kabupaten Madiun dibutuhkan Proporsi 30 % merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota/kawasan
penambahan fasilitas olah raga berupa : perkotaan, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang
Lapangan olah raga skala kecamatan yang dialokasikan di setiap kecamatan. selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus
dapat meningkatkan nilai estetika kota/ kawasan perkotaan. Luas wilayah perkotaan di Kabupaten Madiun
Lapangan olah raga skala kabupaten yang dialokasikan di Perkotaan Mejayan.
sebesar 4.605,82 ha yang tersebar di 15 kecamatan. Dari luasan wilayah perkotaan tersebut yang
Dibutuhkan 1 (satu) unit alun-alun kota dialokasikan di Perkotan Mejayan.
termasuk ruang terbuka hijau kota adalah 30% yaitu seluas 1.381,74 ha yang tersebar di 15 kecamatan
yang ada di Kabupaten Madiun.
H. FASILITAS SENI DAN BUDAYA Proporsi RTH publik seluas minimal 20 % dan privat 10 % yang disediakan dimaksudkan agar proporsi
Pengembangan fasilitas seni dan budaya di Kabupaten Madiun berupa ruang serbaguna, gedung RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya, sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas
pertemuan serta fasilitas kesenian dan budaya. Fasilitas ini dilakukan untuk penyediaan fasilitas yang oleh masyarakat. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi RTH di kawasan perkotaan di wilayah
dapat mewadahi aktifitas sosial kemasyarakatan serta mendukung terwujudnya aktualitas budaya lokal. Kabupaten Madiun, maka pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di
Pembangunan fasilitas seni dan budaya dilakukan dengan pengembangan fasilitas yang sudah ada atas bangunan gedung miliknya.
maupun pembangunan fasilitas baru. Untuk kebutuhan fasilitas baru, dibutuhkan penambahan :
Dibutuhkan 1 (satu) unit lapangan olah raga terbuka dialokasikan di Perkotan Mejayan.
Dibutuhkan 1 (satu) unit gedung pertemuan dialokasikan di Perkotaan Mejayan.
Dibutuhkan 1 (satu) unit balai budaya dialokasikan di Perkotaan Mejayan.

I. FASILITAS PEMAKAMAN
Pembangunan tempat pemakaman umu dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan memenuhi kebutuhan tempat pemakaman umum di daerah.
Rencana pengembangan fasilitas makam di Kabupaten Madiun, sebagai berikut :
Pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan pengembangan makam-makam yang telah
ada maupun pembangunan makam baru dan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana
pemakaman.
Pada skala lingkungan pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan pembangunan
makam baru pada lahan fasilitas umum atau dengan optimalisasi dan pengembangan lahan makam yang
telah ada sesuai dengan kapasitas, kebutuhan, dan lingkup pelayanannya.
Untuk mendukung penyediaan tempat pemakaman umum setiap perusahaan pembangunan perumahan
yang melaksanakan pembangunan perumahan, diwajibkan menyediakan lahan pemakaman umum
seluas 1% dari keseluruhan lahan.
VISUALISASI Beberapa bentuk ruang terbuka hijau yang dapat diterapkan di Kabupaten Madiun,
khususnya di wilayah Perkotaan Mejayan
J. RUANG TERBUKA HIJAU

Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 adalah area
memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RTH
kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki oleh
kota/kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk
RTH publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai.
Sedangkan yang termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Proporsi RTH kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Madiun adalah paling sedikit 30 % dari luas
kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di
tanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik paling sedikit 20 % dan RTH privat 10 %. Distribusi RTH
kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan
rencana struktur dan pola ruang wilayah.

Rencana Tata Ruang Wiiayah Kabupaten Madiun 2009 – 2029 3 - 57

Anda mungkin juga menyukai