atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah terutama jaringan transportasi.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Madiun berfungsi :
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten Madiun yang memberikan layanan bagi
kawasan perkotaan dan perdesaan di sekitarnya yang berada di dalam wilayah Kabupaten Madiun; dan
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan
bagi fungsi kegiatan yang ada di dalam wilayah Kabupaten Madiun, terutama pada pusat-pusat
kegiatan/perkotaan yang ada.
10,00
3.3.2.4. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
8,00
3.3.2.5. Sistem Prasarana Pendukung 6,00
10
4,00
2,00
0,20 0,30 0,55 1,63
0,98 0,33 0,48 0,33 0,25 0,77 0,39
0,00
7
8
99
99
99
00
00
00
00
00
00
00
00
00
-1
-1
-1
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
-2
96
97
98
99
00
01
02
03
04
05
06
07
19
19
19
19
20
20
20
20
20
20
20
20
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka rencana jumlah penduduk Kabupaten Madiun pada Tahun
2029 sebesar 834.296 jiwa sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1 serta Gambar 3.1.
sarana dan prasarana yang ada di masing-masing desa/kelurahan. Desa Sugihwaras, Desa Sidorejo, Desa
Sugihwaras, Sidorejo, Sukorejo, Bandungan, Pajaran, Klumutan, Sumbersari, Bener,
8 Saradan Sukorejo, Desa Bongsoputro, Desa
Bongsoputro, Banjulan, Ngepeh Tulung, Samberejo, Sumberbendo, Klangon
Berdasarkan pertimbangan tersebut deliniasi batas kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan sebagaimana Banjulan dan Ngepeh
terlihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.4. Kedungmaron, Duren, Pilangkenceng, Muneng,
Sumbergandu, Kenongorejo, Kenongorejo, Sumbergandu, Kedungrejo,
9 Pilangkenceng Pulorejo, Ngale, Krebet, Kedungbanteng, Luworo,
Sedangkan penetapan ibukota Kabupaten Madiun dimulai dengan ditetapkan : Muneng, Kedungrejo, Purworejo Wonoayu, Purworejo
Gandul, Ngengor, Bulu, Dawuhan
Perda Nomor 6 tahun 1987 dengan tersusunnya Rencana Induk Kota (RIK) Caruban. Krajan, Pandean, Bangunsari, Kaligunting, Krajan, Pandean, Mejayan, Blabakan, Wonorejo, Kebonagung, Darmarejo,
10 Mejayan
Mejayan, Ngampel, Kaliabu Bangunsari, Ngampel Sidodadi, Kuncen,Klecorejo, Kaliabu
Revisi RUTRK / RDTRK Caruban Perda Nomor 10 tahun 1991.
Revisi RUTRK / RDTRK Caruban Perda Nomor 21 tahun 1998. Sidomulyo, Bancong,
Ngadirejo, Jatirejo, Banyukambang, Sidomulyo,
11 Wonoasri Wonoasri,Purwosari, Buduran, Purwosari, Klitk, Buduran
Revisi RUTRK / RDTRK Caruban Perda Nomor 5 tahun 2002. Klitik, Ngadirejo, Jatirejo
Pumpungrejo, Wonoasri, Bacong
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Madiun Dari Garon, Gading, Jerukgulung, Sumberbening,
Desa Balerejo, Jerukgulung, Bulakrejo, Tapelan, Babadan Lor, Warurejo,
Wilayah Kota Madiun Ke Wilayah Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur (LNRI Tahun 12 Balerejo
Garon dan Sumberbening
Balerejo, Kebonangung
Kedungjati, Glongong, Sogo, Banaran, Kedungrejo,
2010 Nomor 73, TLNRI Nomor 5134) Kuwu, Pacinan, Simo
Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut di atas, wilayah penetapan Perkotaan Mejayan meliputi 13 Madiun
Nglames, Tiron, Gunungsari,
Tiron, Nglames, Bagi, Gunungsari
Dempelan, Betek, Sendangrejo, Sirapan, Dimong,
Bagi, Banjarsari, Dimong Tulungrejo, Sumberejo, Tanjungrejo, Banjarsari
14 desa. Namun dalam perkembangannya ada beberapa desa dari kecamatan sekitar Perkotaan Mejayan yang
diindikasikan mengalami perkembangan kekotaan yang cukup dominan maupun prediksi kedepan karena lokasi Kajang, Sawahan, Cabean,
Kanung, Rejosari, Krokrh, Lebakayu, Golan,
14 Sawahan Lebakayu, Pucangrejo, Krokeh, Pucangrejo, Sidomulyo, Bakur
yang strategis dan diperkirakan akan menjadi wilayah cadangan perkembangan Perkotaan Mejayan. Wilayah Sidomulyo, Bakur, Kanung, Golan
Cabean, Sawahan, Pule, Kajang, Klumpit
dimaksud sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.5 tentang deliniasi kawasan Perkotaan
Jiwan, Kincangweta, Teguhan,
Sukolilo, Kincangwetan, Jiwan, Bakur, Grobogan, Wayut, Klangenserut, Teguhan,
Mejayan yang dipersiapkan menjadi Ibukota Kabupaten Madiun 15 Jiwan Sukolilo, Meteseh, Wayut,
Sambirejo, Metesih, Kwangsen Ngetrep, Bedoho, Bibrik
Sambirejo
Sumber : Hasil Analisa
Kecamatan Desa/Kelurahan Kecamatan Desa/Kelurahan Keterangan 1. Perkotaan Kecil (jumlah penduduk 50.000 – 100.000 jiwa) : Perkotaan Mejayan
1. Mejayan Krajan Mejayan Krajan Seluruh desa sesuai dengan PP Nomor 52 Tahun 2. Perkotaan Lainnya (jumlah penduduk < 25.000 jiwa) : seluruh Ibukota Kecamatan yang ada di Kabupaten
Pandean Pandean 2010
Bangunsari Bangunsari
Madiun
Mejayan Mejayan
Ngampel Ngampel
Kaligunting Kaligunting 3.2.2.3. RENCANA SISTEM DAN FUNGSI PERWILAYAHAN
Blabakan
Wonorejo Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan hirarki
Kebonagung perkotaan masing-masing. Penentuan Sub Satuan Wilayah Pengembangan dilakukan dengan pendekatan
Darmorejo
Sidodadi homogenitas, pola aliran barang dan jangkauan pelayanan yang dilakukan. Untuk itu, dibuat sesuai dengan
Kuncen hierarki perkotaan masing-masing dan fungsi yang harus diemban bagi setiap wilayah pendukung.
Klecorejo
Kaliabu Satuan wilayah pengembangan ini memiliki fungsi:
2. Wonoasri Purwosari Wonoasri Purwosari Dari hasil analisa, batas perkotaan yang tidak
Buduran Buduran masuk hanya Wonoasri. Walaupun Wonoasri 1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.
Klitik Klitik berdasarkan hasil skalogram fasilitas menduduki
2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterland, sehingga diharapkan mampu sebagai motor
rank-1, namun lokasinya tidak teraglomerasi
dengan Purwosari, Buduran dan Klitik yang penggerak pembangunan.
rank-nya berada di bawahnya
3. Pilangkenceng Wonoayu Pilangkenceng Wonoayu Purworejo menjadi lokasi dari akses jalan bebas 3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.
Kedungrejo Kedungrejo hambatan sehingga wilayah ini diprediksikan 4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah.
Purworejo akan berkembang lebih cepat
4. Saradan Bajulan Saradan Bajulan Dari hasil analisa, Bongsopotro diindikasikan Satuan wilayah pengembangan diharapkan dapat berperan secara efektif untuk:
Ngepeh Ngepeh masuk dalam batas perkotaan Mejayan. Hal ini
Bongsopotro disebabkan kondisi yang ada saat ini 1. Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhirarki dari tingkat pelayanan lokal,
menunjukkan tingkat kekotaan yang cukup regional dan nasional.
dominan dengan tumbuhnya kegiatan
perdagangan dan jasa seperti rumah makan dan 2. Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Madiun.
SPBE
5. Balerejo Bulakrejo Balerejo Bulakrejo Tapelan diindikasikan akan menjadi bagian dari 3. Mendukung rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Madiun yang tidak terpisahkan dari struktur tata
Tapelan perkotaan Mejayan, karena wilayah ini ruang wilayah Propinsi.
berdekatan dengan akses jalan bebas hambatan
Adapun Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) yang dibentuk di Kabupaten Madiun adalah :
Sumber : Hasil Analisa
1. SSWP – 1 : adalah kawasan yang dipersiapkan menjadi bagian dari Ibukota Kabupaten dengan fungsi
utama pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan skala kabupaten serta
3.2.2.1. RENCANA PUSAT KEGIATAN permukiman perkotaan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, menunjukkan bahwa 2. SSWP – 2 : adalah kawasan-kawasan yang menjadi wilayah limpahan dari Kota Madiun dengan fungsi
perkotaan (Ibukota Kecamatan) di Kabupaten Madiun masih dikategorikan sebagai kota desa kecil dan kota utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas umum serta permukiman
desa besar. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 dan Pasal 11, Sistem Perkotan Nasional terdiri atas PKN
3. SSWP – 3 : adalah kawasan-kawasan yang direncanakan menjadi kawasan agropolitan, agrowisata,
(Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiaiatan Wilayah (PKW) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Dengan
ekowisata, dan agroforestry, di Kabupaten Madiun.
mengacu pada Pasal 1 dan Pasal 11 tersebut, maka Kota Madiun sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa 4. SSWP – 4 : adalah kawasan-kawasan yang direncanakan untuk pengembangan ekowisata dan fungsi
kabupaten/kota berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2029. lindung di Kabupaten Madiun (Ecological City).
Sedangkan perkotaan Mejayan diklasifikasikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan Adapun rencana Sub Satuan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Madiun sebagaimana Tabel 3.5. dan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Gambar 3.7.
Sedangkan perkotaan Jiwan, Dolopo dan Wungu yang berfungsi sebagai pusat SSWP dikategorikan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau lebih dari 1 (satu) kecamatan. Untuk pusat Ibukota kecamatan selain
Jiwan, Dolopo dan Wungu dikategorikan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu kawasan perkotaan
yang melayani kegiatan skala kecamatan atau desa-desa yang berada dalam wilayah administrasinya. Untuk
lebih jelasnya Rencana Pusat Kegiatan di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Kehutanan
Pariwisata
Untuk lebih jelasnya struktur ruang dan struktur kegiatan di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada
Gambar 3.8 dan Gambar 3.9.
No Wilayah Pusat Pengembangan Wilayah Belakang Fungsi Pusat Fungsi Wilayah (SSWP) Rencana Kebutuhan Fasilitas
Pengembangan Pengembangan
1 SSWP - 1 Mejayan Kec. Pilangkenceng Pemerintahaan, Pusat pemerintahaan kabupaten a. Fasilitas pendidikan : pengembangan kawasan perguraun tinggi dan
Kec. Saradan Perdagangan dan jasa, Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten pengembangan pendidikan setara politeknik
Kec. Wonoasri Fasilitas umum, Pusat pelayanan umum skala kabupaten b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, pasar grosir, pasar hewan,
Kec. Balerejo Pendidikan skala kabupaten Kawasan pengembangan pertanian, perikanan, bank, swalayan, hotel, tempat hiburan, jasa
pariwisata, kehutanan, dan industri c. Fasilitas kesehatan : rumah sakit tipe C, pelayanan kesehatan masyarakat,
dan rumah sakit swasta
d. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
pengembangan wisata kota, revitalisasi kawasan lama menjadi aset wisata
e. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
f. Rekreasi – olahraga : kawasan pusat olahraga, pemanfaatan ruang
terbuka hijau dan alun-alun kota
2 SSWP - 2 Jiwan Kec. Jiwan Perdagangan dan jasa Pertahanan dan keamanan a. Fasilitas pendidikan : pengembangan pendidikan setara SMA maupun SMK
Kec. Sawahan Fasilitas umum Perdagangan dan jasa b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, bank, swalayan, hotel,
Kec. Madiun Pertanian rumah makan, ruang pamer
Kec. Wungu (Sidorejo, Peternakan c. Fasilitas kesehatan : pelayanan kesehatan masyarakat / rawat inap
Munggut, Pilangrejo, Perkebunan d. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
Mojopurno, Mojorayung, Industri kecil pengembangan wisata
Bantengan, Tempursari, e. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
Nglanduk) f. Rekreasi – olahraga : pemanfaatan ruang terbuka hijau
3 SSWP - 3 Dolopo Kec. Geger Agropolitan Perdagangan dan jasa a. Fasilitas pendidikan : pengembangan pendidikan setara SMA maupun SMK
Kec. Dagangan Perdagangan dan jasa Pertanian b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, pasar agribis, pasar hewan,
Kec. Kebonsari Fasilitas umum Peternakan revitalisasi pasar buah, pembangunan rumah potong hewan, bank,
Kec. Dolopo Perikanan swalayan, rumah makan, ruang pamer
Perkebunan c. Utilitas : pembangunan TPS, TPA, perbaikan dan pembangunan jaringan
Industri kecil pengolah hasil irigasi, jaringan drainase
Kawasan lindung d. Fasilitas kesehatan : pembangunan rumah sakit tipe C dan pelayanan
Pariwisata kesehatan masyarakat
e. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
pengembangan wisata
f. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
g. Rekreasi – olahraga : pemanfaatan ruang terbuka hijau
h. Sarana dan prasrana transportasi : pengembangan jalan dan
pembangunan terminal agribis
4 SSWP - 4 Wungu Kec. Kare Pemerintahan Perdagangan dan jasa a. Fasilitas pendidikan : pengembangan pendidikan setara SMA maupun SMK
Kec. Gemarang Perdagangan dan jasa Pertanian b. Fasilitas perdagangan dan jasa : pasar umum, ruang pamer
Kec. Wungu (Karangrejo, Fasilitas umum Peternakan c. Fasilitas kesehatan : pelayanan kesehatan masyarakat / rawat inap
Brumbun, Kresek, Wungu, Perkebunan d. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata : akomodasi wisata,
Nglambangan, Sobrah) Kawasan lindung pengembangan wisata
Pariwisata e. Peribadatan : masjid, gereja, pura sesuai penduduk pendukungnya
f. Rekreasi – olahraga : pemanfaatan ruang terbuka hijau
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka yang dimaksud 5. Jalan Kabupaten sebagai Jalan Lokal Primer, meliputi ruas :
dengan : Nganjuk – Madiun – Ponorogo (Jalan Lingkar Wilis/Ngadipono).
Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak Sawahan (Nganjuk) – Gemarang – Saradan – Pilangkenceng – Sekar (Bojonegoro).
jauh, kecapatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi atau merupakan Dolopo – Krandegan – Gorang-Gareng (Kabupaten Magetan).
Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri Bulu – Kenongorejo – Sekar (Kabupaten Bojonegoro).
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi Mejayan – Klecorejo – Wonorejo – Kebonagung – Tawangrejo – Batok (kawasan panas bumi) –
Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak Cermo – Randualas – Kare – Kuwiran – Wungu – Karangrejo – Mojopurno – Sidorejo – Dagangan
– Kepet – Sareng (kawasan panas bumi) – Geger – Slambur.
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
Slambur – Geger – Kepet – Dagangan – Sidorejo – Mojopurno – Nglanduk –Dimong –
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
Kebonagung – Balerejo – Kedungjati – Pacinan – Simo – Muneng – Krebet – Kenongorejo – Bulu –
perjalanan jarak dekat dan kecapatan rata-rata rendah.
Sekar (Kabupaten Bojonegoro).
Sedangkan fungsi jaringan jalan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Demangan (Kota Madiun) – Putat – Sambirejo – Kedondong – Rejosari – Mojorejo – Tambakmas –
jalan Pasal (10) dan (11), maka yang dimaksud dengan : Ponorogo.
Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional 6. Jalan kota, meliputi :
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Ruas lingkar perkotaan Mejayan.
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan 7. Jalan lingkungan, meliputi :
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah
Ruas di lingkungan permukiman dan ruas yang menghubungkan antar permukiman di seluruh
dengan pusat kegiatan lokal kecamatan.
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat
3.3.1.1.3. RENCANA DIMENSI JARINGAN JALAN
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan
lingkungan. Dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa
bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Ruang
Jalan lingkungan primer adalah jalan menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan
manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang milik jalan meliputi
dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang pengawasan jalan
Jalan arteri sekunder adalah jalan menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan
1. Ruang Manfaat Jalan
kawasan sekunder kedua.
Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa Ruang
Jalan kolektor sekunder adalah jalan menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
Manfaat Jalan :
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
a. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke b. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang
perumahan. ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri; serta
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
c. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
1
Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Bab III, Pasal 7, Ayat 3.
a. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat Tabel 3.7.
jalan; ARAHAN RUMAJA, RUMIJA DAN RUWASJA DI KABUPATEN MADIUN
b. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi No Kelas Jalan Rumaja Rumija Ruwasja
tertentu;
1 Jalan Bebas Hambatan 50 60 15
c. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu
2 Jalan Arteri Primer 15 - 20 20 - 25 8 - 15
lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan;
3 Jalan Kolektor Primer 8 - 11 10 - 15 5 - 10
d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai
lansekap jalan; serta 4 Jalan Lokal Primer 8 - 10 10 - 12 5 - 10
e. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang terbuka hijau dimungkinkan selama Sumber : Hasil Analisa
belum dimanfaatkan untuk keperluan ruang manfaat jalan. Sedangkan konsep-konsep ruas jalan utama di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.13 s/d
3. Ruang Pengawasan Jalan Gambar 3.16.
Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun2006 tentang Jalan, dijelaskan :
a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada
di bawah pengawasan penyelenggara jalan;
b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan;
c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang dibatasi oleh
lebar dan tinggi tertentu; serta
d. Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan
jalan.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagian-bagian jalan dapat digambarkan sebagai berikut :
RUMAJA 50 METER
Gambar 3.13
KONSEP DIMENSI JALAN BEBAS HAMBATAN DI KABUPATEN MADIUN
8 1 1,5 2 7 2 7 2 1,5 1 8
RUMAJA 20 METER
Gambar 3.14
KONSEP DIMENSI JALAN ARTERI PRIMER DI KABUPATEN MADIUN
RUMAJA 11
RUWASJA 5
RUMIJA 15
Gambar 3.15
KONSEP JALAN KOLEKTOR PRIMER
RUMAJA 11
RUWASJA 5
RUMIJA 15
Gambar 3.16
KONSEP JALAN LOKAL PRIMER
Sistem pergerakan transportasi kereta api di Kabupaten Madiun digunakan untuk melayani pergerakan yang Taman kota yang didalamnya berisi tempat bermain dan taman yang membutuhkan lahan 7
menghubungkan antara Surabaya – Mojokerto – Madiun – Jakarta. meter, sehingga total lahan 23 meter.
Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk 2. Konservasi sempadan rel kereta api pada dearah permukiman adalah 11,5 meter pada kiri dan kanan
kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah menetapkan pengaturan mengenai jalur sepanjang rel kereta. Untuk konservasi sempadan rel kereta api di wilayah Kabupaten Madiun sebaiknya
kereta api yang meliputi daerah manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk diarahkan dapat memenuhi standart kelayakan konservasi.
bagian bawahnya serta ruang bebas diatasnya. Hal ini berarti badan penyelenggara dalam memanfaatkan jalur 3. Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau yaitu antara sempadan garis
tersebut tidak boleh mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar masyarakat tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau,
luas mengetahui batas jalur kereta api, maka badan penyelenggara wajib menempatkan tanda atau patok maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, yaitu :
batas-batas jalur kereta api. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api;
Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan kereta api adalah jalan rel beserta tanah di Untuk mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun kendaraan lain; dan
kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api yaitu daerah
Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan baik kegiatan
manfaat jalan kereta api beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk pengamanan konstruksi.
berdagang maupun mendirikan bangunan lainnya.
Adapun untuk ketentuan-ketentuan tentang sepanjang jalan kereta api sebagai usaha perlindungan terhadap
Untuk lebih jelasnya sempadan kereta api dapat dilihat pada Gambar 3.21.
jaringan jalan tersebut dimana lahan yang termasuk jalan kereta api menurut Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1992 tentang Perkeretaapian adalah :
1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) Kereta Api
Ruang manfaat jalan memanfaatkan jalan rel kereta api yang panjangnya dari sumbu rel kereta api,
digunakan untuk melindungi jalan atau lahan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dari gangguan berupa
Sumberdaya energi adalah sebagian dari sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi dan atau energi baik secara langsung maupun dengan proses konservasi. Pengelolaan energi untuk
memenuhi kebutuhan energi mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan meliputi rencana pengembangan
pembangkit tenaga listrik dan rencana pengembangan jaringan prasarana energi.
Tabel 3.8.
JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET
Gambar 3.24.
No Lokasi SUTT SUTET SUTM SUTR Saluran Kabel SEMPADAN SUTT 66 KV TANAH DATAR
66 KV 150 KV 500 KV SKTM SKTR
10 Jembatan 3m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m
Besi/Tangga
besi/kereta api
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi Sedangkan arahan bagi pembangunan/penyediaan prasarana antena/tower/menara telekomunikasi,
di Indonesia, dimana penyelenggaraan telekomunikasi tidak lagi menjadi monopoli PT. Telkom Indonesia baik untuk kepentingan telekomunikasi maupun kepentingan lainnya harus memperhatikan secara serius
sehingga kebutuhan masyarakat akan telekomunikasi akan semakin terlayani dengan semakin banyaknya ketentuan sebagai berikut:
penyelenggara telekomunikasi. Dengan semakin banyaknya penyelenggara telekomunikasi, maka kebutuhan 1. Pedoman atau petunjuk teknis dari lembaga yang berwenang menilai kelayakan konstruksi antena/tower/
masyarakat akan kecepatan dan kemudahan informasi semakin banyak tersedia. menara telekomunikasi sehingga menjamin tingkat keamanan yang tinggi.
Untuk pengembangan sambungan kabel, telah dikembangkan teknologi serat optik yang mampu 2. Jarak aman antara antena dengan bangunan atau tempat aktifitas masyarakat sehingga meminimalkan
meningkatkan kualitas suara dan jumlah sambungan, sedangkan pengembangan teknologi seluler untuk kemungkinan korban jiwa apabila terjadi kecelakaan konstruksi.
mempercepat jumlah satuan sambungan merupakan alternatif pengembangan telekomunikasi. Pengembangan 3. Kesesuaian lahan dan lokasi, baik di kawasan lindung maupun budidaya yang didukung dasar ijin lokasi
teknologi seluler mampu menumbuhkan peningkatan jumlah satuan sambungan, mengingat teknologi ini lebih pembangunan antena/tower.
murah dibandingkan dengan teknologi kabel. Namun demikian, perlunya pengendalian ketat akan pendirian
4. Jaminan asuransi bagi penduduk yang berdekatan dengan tower
tower-tower oleh penyelenggara telekomunikasi di Kabupaten Madiun terkait dengan pemenuhan syarat ijin
Untuk rencana jaringan telepon, maka dapat dilihat pada Gambar 3.27.
pendirian tower telekomunikasi. Hal tersebut disebabkan Kabupaten Madiun berada dalam zona latihan militer
Lanud TNI AU Iswahyudi, sehingga kabupaten-kabupaten yang masuk dalam training area Lanud TNI AU
Iswahyudi dalam pengembangannya harus memperhatikan keberadaan training area tersebut, dimana
ketinggian tower yang diijinkan adalah 52 meter.
Kebutuhan telekomunikasi nampaknya semakin dibutuhkan oleh masyarakat dengan berbagai tingkat
kebutuhan, sehingga penyelenggara telekomunikasi mempunyai peluang yang begitu besar atas potensi
kebutuhan sambungan telepon yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk mengatasi peningkatan kebutuhan
telekomunikasi telah dikembangkan jaringan telepon dengan teknologi wireless phone. Teknologi wireless
phone nampaknya sama dengan pengembangan telekomunikasi berbasis seluler, hanya gelombang
frekuensinya saja yang berbeda. Dari segi biaya nampaknya lebih murah bila dibandingkan dengan sarana
kabel, sehingga pengembangan telekomunikasi dengan berbasis pada teknologi wireless phone ini cepat
berkembang.
Seiring dengan pengembangan wilayah Kabupaten Madiun yang melakukan penataan fungsi lahan,
terutama pada fungsi lahan permukiman maupun pengembangan industri, penyelenggara telekomunikasi telah
siap mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Madiun dari aspek pelayanan kebutuhan sambungan
telepon. Kebutuhan telepon di kawasan perencanaan diperkirakan berdasarkan asumsi bahwa:
17 satuan sambungan untuk melayani 100 penduduk.
Kebutuhan non domestik diperkirakan sebesar 25 % dari kebutuhan domestik.
Distribusi point 8 SS/unit.
Rumah kabel 300 – 500 SS/unit.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka prediksi kebutuhan telepon di wilayah perencanaan sampai akhir
tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.11. Gambar 3.26 JENIS-JENIS BTS
Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan kebutuhan dan pelayanan
masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi pada tiap wilayah, yaitu :
1. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern;
2. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;
3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan
dengan ibukota kabupaten; serta
d. Keadaan topografi di Kabupaten Madiun terutama pada lahan irigasi dan tegalan mempunyai kemiringan
yang cukup baik. 1. Program Intensifikasi Tanaman Padi
e. Terdapatnya gunung api dan hutan yang merupakan satuan sistem yang memungkinkan dapat direkayasa Untuk peningkatan hasil panen padi, harus diupayakan pengaturan tanam semaksimal mungkin tanaman
geohidrologinya, yaitu dalam usaha memperbanyak recharge air tanah di sekitar hutan. padi. Namun harus diperhatikan terhadap dampak keseimbangan ekosistem yang ada, yaitu yang dapat
f. Terdapat beberapa sungai yang membentang dari puncak gunung dan perbukitan yang memungkinkan mengendalikan berkembang biaknya hama tanaman yang berakibat tehadap kegagalan tanam. Sebagai
untuk direkayasa dan dikendalikan serta dikembangkan sebagai embung atau waduk. pengalaman di beberapa wilayah lain di pulau jawa, pernah dilakukan tanam padi setahun 3 kali, pada
g. Memiliki potensi aquifer yang cukup baik. tahun-tahun pertama memang menghasilkan yang berkelipatan, namun beberapa tahun kemudian
sebagaimana terjadi pada tahun 1980, terjadi ledakan hama yang pada saat itu sudah tidak dapat
Namun permasalahan yang terjadi saat ini di Kabupaten Madiun adalah jumlah air yang tersedia kurang dari
dikendalikan lagi. Semua tanaman habis dalam semalam karena hama wereng, ditempat lain terjadi
jumlah air yang dibutuhkan. Berdasarkan keadaan tersebut maka dalam usaha mendukung program Madiun
ledakan hama belalang dan ada juga terjadi ledakan hama tikus, burung, ulat dan lain-lain.
sebagai Lumbung Padi Jawa Timur, maka beberapa usaha yang diusulkan adalah :
Setelah dievaluasi penyebab terbesar adalah karena tidak pernah terputusnya rangkaian evolosi hama
a. Pengembangan program intensifikasi dan eksentifikasi lahan irigasi.
tersebut, karena tersedianya makanan sepanjang tahun. Oleh karena itu disarankan pola-tata tanam untuk
b. Pengembangan potensi sumber-sumber air, dan
padi maksimum 2 kali setahun.
c. Pengembangan jaringan irigasi, waduk.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapai adalah karena ketersediaan sumber air irigasi tidak
Agar dapat terealisasi Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi Jawa mencukupi. Untuk peningkatan intensifikasi tanam, selain diperlukan ketersediaan sumber air irigasi, juga
Timur maka harus di targetkan agar intensitas tanam lebih optimal. memerlukan peningkatan sarana irigasi yang ada, Disamping itu pula perlu dilakukan program
Sementara mengupayakan intensifikasi maupun ekstensifikasi perlu pemeliharaan jaringan irigasi.
dukungan penyediaan air yang cukup. Berkaitan dengan usaha
Pada Bagan 3.2 ditunjukkan program-program yang diperlukan dalam menyelesaikan usaha intensifikasi
peningkatan tanam, maka di depan sudah diuraikan bahwa akibat usaha
2. Program Ekstensifikasi Lahan Sawah
tersebut, kebutuhan air akan meningkat. Dengan peningkatan tersebut
tentu kapasitas saluran yang ada akan mengalami ketidak mampuannya. Program ini bertujuan melakukan reklamasi guna peningkatan dari suatu lahan yang semula sebagai lahan
Oleh karena itu dimungkinkan perlu dilakukan re-design saluran dan tegalan di reklamasi menjadi lahan irigasi, konsep ini akan dapat dilakukan jika dimungkinkan dapat
bangunan irigasi lainnya. Jumlah debit yang akan mengalir dapat di disediakannya sejumlah air sesuai dengan kebutuhan irigasi. Sehingga program ekstensifikasi lahan sawah
estimasi dengan melakukan perencanaan pola tata tanam. Perencanaan pola tata taman adalah kegiatan ini akan dapat berjalan dengan baik. Untuk pemenuhan penyediaan air irigasi yang dibutuhkan, maka
pengaturan jadwal tanam dari beberapa jenis tanaman yang bisa ditanam pada daerah tersebut dalam jumlah pengembangan sumber-sumber air menjadi kebutuhan mutlak, disamping penyediaan lahan sawah.
waktu tertentu. Misalkan dalam satu tahun terdapat pengaturan pola tanaman yang terdiri dari padi-padi- Program ini berupa usaha perluasan sawah, yakni suatu usaha yang dilakukan merubah lahan tegalan atau
polowijo atau padi-polowijo-polowijo. Pengaturan ini ditujukan agar lahan yang ada dapat dimanfaatkan lahan lain yang tidak produktif menjadi lahan irigasi. Usaha ini dimungkinkan jika jumlah air yang
dengan sebesar-besarnya, tetapi dalam batas kebutuhan air-nya tercukupi oleh jumlah debit/volume air yang dibutuhkan dapat desediakan disamping jenis tanahnya layak sebagai lahan sawah irigasi (layak ditanami)
tersedia atau dapat disediakan di daerah tersebut. Pada Bagan 3.1 sebagai upaya strategis mensukseskan Kemungkinan tersediaannya air, baik yang bersumber dari sungai, mata air atau yang lain, hal ini perlu
Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Jawa Timur. dikaji terlebuh dahulu.
Dalam usaha penyediaan air untuk padi, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kebutuhan air untuk padi relatif Dengan demikian di dalam usaha peningkatan intensitas tanam maka perlu dilakukan upaya
besar dibanding dengan kebutuhan air untuk tanaman lain seperti polowijo. Oleh karena itu dalam pengembangan sumber-sumber air dan peningkatan sarana irigasi serta pemeliharaan jaringan yang ada.
pengembangan intensitas tanam padi dibutuhkan sejumlah air yang lebih banyak. Pada Tabel 3.11 berikut ini Pada Bagan 3.3 dapat dilihat bahwa yang mendukung program peningkatan intensifikasi adalah tiga hal
dapat dibandingkan antara kebutuhan air untuk tanaman padi dengan tanaman polowijo. pokok tersebut di atas.
Penyiapan
Jaringan
Irigasi
Intensifikasi Ekstensifikasi
Tanaman Padi Bagan 3.3.
Tanaman Padi
PROGRAM EKSTENSIFIKASI LAHAN
SAWAH
d. Pesatnya perkembangan daerah terbangun dapat memicu bertambahnya penggunaan air tanah dalam 3. Air di sejumlah mata air di kawasan perbukitan yang kondisi tutupan lahannya terpelihara dengan baik,
dengan menggunakan pompa-pompa. Penggunaan air tanah dalam yang berlebihan akan dapat dapat dimanfaatkan dengan tetap mempertimbangkan debit yang aman bagi kelestarian mata air dan
menurunkan permukaan air tanah. bagi kawasan di bawahnya.
Kabupaten Madiun merupakan daerah perbukitan dan sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah 4. Air tanah dangkal di kawasan permukiman dapat dimanfaatkan terutama untuk pemenuhan kebutuhan air
sehingga berpotensi untuk pengembangan budidaya pertanian baik untuk pertanian tanaman pangan, bersih domestik pada skala penggunaan individu (unit rumah tangga) yang relatif kecil.
palawija maupun perkebunan, maka sistem tata air/pengelolaan air merupakan hal yang penting untuk 5. Air tanah dalam, jika potensinya mencukupi maka dapat dimanfaatkan dengan perijinan dan pengawasan
menjaga agar lahan tetap dapat dibudidayakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. oleh instansi yang berwenang.
Untuk itu, beberapa program perbaikan dan pembangunan baru prasarana pengairan dimaksudkan untuk
meningkatkan produktifitas pertanian, meliputi:
3.3.2.3.5. PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BERSIH KE KELOMPOK PENGGUNA
a. Saluran primer, sekunder, saluran tersier; dan
Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Madiun terbagi dalam 2 (dua) sistem, yaitu
b. Pintu air dan rumah jaga.
sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM dan sistem air bersih yang diusahakan secara mandiri oleh
Rencana pengembangan prasarana pengairan lebih ditekankan pada upaya-upaya perbaikan saluran yang masyarakat (HIPPAM/swakelola).
sebagian besar dalam kondisi rusak. Kegiatan akan dilakukan untuk setiap wilayah pelayanan pengairan di
A. Sistem Swakelola Masyarakat (HIPPAM)
wilayah Kabupaten Madiun antara lain:
Pelayanan air bersih dengan sistem ini umumnya merupakan sistem pemenuhan kebutuhan air yang
a. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air; dan
diperoleh langsung dari sumbernya yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Sumber air bersih berasal
b. Perluasan daerah tangkapan air. dari air tanah dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai,
Sedangkan upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara : maupun dengan pembuatan sumur gali dan sumur pompa.
a. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air; Arahan pengelolaan sistem air bersih oleh masyarakat yang umumnya berada di perdesaan adalah :
b. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi, serta daerah aliran sungai; 1. Pengembangan sistem pengelolaan jaringan air bersih perdesaan yang dikelola sendiri oleh
c. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi; serta masyarakat memerlukan pembinaan teknis dan kelembagaan dari instansi terkait.
2. Masyarakat membentuk kelompok HIPPAM untuk melakukan kegiatan sistem pengelolaan jaringan
d. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
air bersih yang belum terlayani oleh PDAM di tingkat pedesaan.
Sedangkan dalam hal penggunaan air tanah untuk keperluan irigasi, perlu adanya kerjasama antara dinas-
B. Sistem Jaringan Perpipaan (PDAM)
dinas terkait dan masyarakat untuk tetap menjaga potensi air tanah dan keberlangsungan debit dari masing-
masing sumber air. Pelayanan dan pengelolaan sistem jaringan perpipaan air bersih di Kabupaten Madiun dilakukan oleh
PDAM Kabupaten Madiun. Distribusi air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan pipa
Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada
transmisi dan distribusi yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke instalasi
Gambar 3.29.
pengolahan/penampungan yang selanjutnya dialirkan oleh pipa distribusi ke pelanggan. Sistem operasi
yang digunakan adalah sistem gravitasi (pengaliran) dan sistem pompa. Sistem gravitasi ini adalah sistem
3.3.2.3.4. PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH yang mengalirkan air sesuai dengan topografi dan kemiringan tanah. Sedangkan sistem pompa
Pemenuhan kebutuhan air yang diperoleh dari sumbernya berasal dari sumber air bersih air tanah merupakan pengaliran air dari sumber air dengan bantuan alat (pompa).
dan air permukaan yang dimanfaatkan dengan mengambil langsung dari mata air, sungai, maupun dengan Dasar penentuan kebutuhan air ini berasal dari proyeksi penduduk daerah pelayanan PDAM Kabupaten
pembuatan sumur gali dan sumur pompa. Kualitas air sumur yang digunakan rata-rata berkualitas cukup baik Madiun selama periode waktu perencanaan, jumlah cakupan pelayanan pada tahun terakhir, jumlah
dan tidak berbau, namun permasalahan muncul pada aspek kuantitas air tersebut, dimana pada saat musim sambungan pelayanan (SR, HU/KU dan non domestik), rata-rata unit konsumsi air yang digunakan oleh
kemarau, sumur-sumur gali menjadi kering. setiap sambungan pelayanan dan prosentase kehilangan air yang terjadi pada tahun terakhir.
Arahan pengembangan dan pengelolaan jaringan air baku untuk air bersih adalah sebagai berikut :
1. Domestik (Dom)
2 Prosentase Penduduk Terlayani % 36,52 39,42 42,32 45,83 47,76 49,63 51,51
3=(1*2) Jml. Penduduk Terlayani orang 107.491 117.038 126.741 143.303 155.948 169.254 183.434
16=(7+13) Jumlah Pelanggan Dom unit 18.111 22.486 24.306 27.457 29.852 32.370 35.082
17=(9+15) Pemakaian Rata-Rata Dom L/dt 146,57 163,53 176,81 199,76 217,22 235,57 255,30
21 = 16 + 18 Jumlah Pelanggan Dom + N.Dom unit 18.803 23.239 25.122 28.379 30.856 33.460 36.263
22 = 17 + 20 Pemakaian Rata-Rata Dom + N. Dom L/dt 154,19 172,66 186,69 211,44 229,93 249,96 270,90
25 = 21 Total Sambungan Dom + N. Dom unit 18.803 23.239 25.122 28.379 30.856 33.460 36.263
26 = 22 + 24 Total Kebutuhan Air Rata-Rata L/dt 198,45 221,52 238,97 268,53 289,71 312,45 325,08
27 Total Kebutuhan Air Rata-Rata m3/hr 17.146,18 19.139,27 20.646,87 23.200,79 25.030,59 26.995,47 28.086,74
Sumber : Hasil Analisa
Tahun 2009
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan
(Jiwa) Sampah (m3/hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 54.626 24,58 410 4 2 2 0,34 0,38
2 geger 60.814 27,37 456 5 2 2 0,38 0,43
3 Dolopo 53.771 24,20 403 4 2 2 0,34 0,38
4 Dagangan 50.376 22,67 378 4 1 1 0,31 0,35
5 Wungu 52.914 23,81 397 4 1 1 0,33 0,37
6 Karee 33.624 15,13 252 3 1 1 0,21 0,24
7 Gemarang 33.054 14,87 248 2 1 1 0,21 0,23
8 Saradan 63.393 28,53 475 5 2 2 0,40 0,45
9 Pilangkenceng 55.239 24,86 414 4 2 2 0,35 0,39
10 Mejayan 44.006 19,80 330 3 1 1 0,28 0,31
11 Wonoasri 33.322 15,00 250 2 1 1 0,21 0,23
12 Balerejo 45.257 20,37 339 3 1 1 0,28 0,32
13 Madiun 38.706 17,42 290 3 1 1 0,24 0,27
14 Sawahan 26.297 11,83 197 2 1 1 0,16 0,18
15 Jiwan 56.187 25,28 421 4 2 2 0,35 0,40
TOTAL 701.584 315,71 5.262 53 20 20 4 5
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)
Tahun 2014
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan 3
(Jiwa) Sampah (m /hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 57.044 25,67 428 4 2 2 0,357 0,401
2 geger 63.505 28,58 476 5 2 2 0,397 0,447
3 Dolopo 56.151 25,27 421 4 2 2 0,351 0,395
4 Dagangan 52.606 23,67 395 4 1 1 0,329 0,370
5 Wungu 55.256 24,87 414 4 2 2 0,345 0,389
6 Karee 35.112 15,80 263 3 1 1 0,219 0,247
7 Gemarang 34.517 15,53 259 3 1 1 0,216 0,243
8 Saradan 66.199 29,79 496 5 2 2 0,414 0,465
9 Pilangkenceng 57.684 25,96 433 4 2 2 0,361 0,406
10 Mejayan 45.954 20,68 345 3 1 1 0,287 0,323
11 Wonoasri 34.797 15,66 261 3 1 1 0,217 0,245
12 Balerejo 47.261 21,27 354 4 1 1 0,295 0,332
13 Madiun 40.419 18,19 303 3 1 1 0,253 0,284
14 Sawahan 27.461 12,36 206 2 1 1 0,172 0,193
15 Jiwan 58.674 26,40 440 4 2 2 0,367 0,413
TOTAL 732.639 329,69 5.495 55 21 21 5 5
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)
Tahun 2024
Jumlah Penduduk Volume Timbulan Keb. Bin Sampah Keb. Gerobak Keb.Transfer Keb.Container Keb.Dump Keb. Arm Roll
No Kecamatan
(Jiwa) Sampah (m3/hari) (unit) (unit) Depo (Unit) (unit) Truk (unit) Truck (unit)
1 Kebonsari 62.206 27,99 467 5 2 2 0,389 0,437
2 geger 69.252 31,16 519 5 2 2 0,433 0,487
3 Dolopo 61.231 27,55 459 5 2 2 0,383 0,431
4 Dagangan 57.366 25,81 430 4 2 2 0,359 0,403
5 Wungu 60.256 27,12 452 5 2 2 0,377 0,424
6 Karee 38.289 17,23 287 3 1 1 0,239 0,269
7 Gemarang 37.640 16,94 282 3 1 1 0,235 0,265
8 Saradan 72.189 32,48 541 5 2 2 0,451 0,508
9 Pilangkenceng 62.903 28,31 472 5 2 2 0,393 0,442
10 Mejayan 50.112 22,55 376 4 1 1 0,313 0,352
11 Wonoasri 37.946 17,08 285 3 1 1 0,237 0,267
12 Balerejo 51.537 23,19 387 4 1 1 0,322 0,362
13 Madiun 44.076 19,83 331 3 1 1 0,275 0,310
14 Sawahan 29.945 13,48 225 2 1 1 0,187 0,211
15 Jiwan 63.983 28,79 480 5 2 2 0,400 0,450
TOTAL 798.932 359,52 5.992 60 22 22 5 6
Keterangan (Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003)
* Kapasitas Bin Sampah = 60 lt
* Gerobak kapasitas = 2 m3 (rate 3 kali sehari)
* Transfer depo = kap. 8 m3 dikosongkan 2 kali sehari
* Container kapasitas = 6 m3 (rit 2 kali sehari)
* Dump Truck kapasitas : 6 m3 (rit 3 kali sehari)
* Arm Roll Truk = 8 m3 (rit 6 kali sehari)
0,16 0,11 34,38 1,80 6,00 600,00 350,00 1,71 73.441 14.688 88.129 2,50 35.252 14 2023
Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama Lebar jalan dan ruang terbuka memungkinkan manuver kendaraan pengangkut sampah dua
tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut : 1) jenis tanaman arah, baik yang sedang bergerak maupun yang sedang bongkar muatan.
adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun Penggunaan lahan pada zona budidaya terbatas selain kepada ketentuan di atas ditentukan
terutanama tanaman yang dapat menyerap bau, 2) beberapa pohon adalah minimum 5 meter. dengan melakukan kajian lingkungan sesuai dengan yag tersebut dalam ketentuan umum.
Pemprosesan sampah utama.
Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi pembakaran bersama unit
<= 501-800 m
pengelolaan limbahnya.
Kegiatan budidaya perumahan tidak diperbolehkan pada zona penyangga.
<= 500 m
Kriteria teknis :
Tidak menggunakan air tanah setempat dalam kegiatan pengolahan sampah.
Ketersediaan sistem drainase yang baik.
Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat sampah terpilah yang akan di daur ulang di TPA
lokasi lain. Zona Inti
Pengelolaan : ZONA INTI = Site Tapak TPA
= TPA
Jalan masuk ke TPA : 1) dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan jalan
minimum 7 meter, 2) jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10 ton dengan ZONA PENYANGGA
kecepatan 30 km/jam.
Drainase permanen terpadu dengan jalan dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak ZONA BUDIDAYA TERBATAS
permanen.
Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona penyangga adalah ruang dengan kumplan pohon
dan bukan sekedar deretan pohon yang bila dimungkinkan mempunyai nilai ekonomi. Gambar 3.30.
Tanaman yang direkomendasikan adalah yang sesuai dengan kondisi alam setempat, PEMBAGIAN ZONA DI SEKITAR TPA BARU
termasuk iklim, rona fisik dan kondisi lapisan tanah.
b. Zona Budi Daya Terbatas 2. TPA lama atau yang sedang dioperasikan
Zona budi daya terbatas untuk TPA baru dengan sistem pengurugan berlapis bersih tidak a. Zona Penyangga
diperlukan.
Zona penyangga telah tersedia di dalam TPA.
Zona budi daya terbatas untuk sistem pengurugan berlapis terkendali ditentukan sejauh 0-300
Pada TPA yang belum memiliki zona penyangga ditetapkan zona penyangga pada area 0-500
meter dari batas terluar zona inti. Pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :
meter sekeliling TPA dengan pemanfaatan sebagai berikut :
Rekreasi dan RTH.
0-100 meter : diharuskan berupa sabuk hijau.
Industri terkait pengolahan sampah, pengolahan kompos, pendaurulangan sampah dan lain-
101-500 meter : pertanian non pangan dan hutan.
lain.
Ketentuan pemanfaatan ruang :
Pertanian non pangan.
Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama
Permukiman di arah hulu TPA bersangkutan diperbolehkan dengan persyaratan tertentu untuk
tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut : 1) jenis tanaman
menghindari dampak pencemaran lindi pada daerah hilir TPA. Persyaratan tersebut termasuk
adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun
sistem drainase yang baik, fasilitas pemilahan, pengemasan dan penyimpanan sementara.
0- 500 m
F. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Sistem pengelolaan persampahan di wilayah perencanan sebagai berikut
Pengangkutan Sampah
TPA Arahan pola pelayanan pengelolaan sampah yang akan dikembangkan di Kabupaten Madiun adalah:
Zona Inti Upaya reduksi dan pengolahan sampah dilaksanakan secara terpadu sejak di TPS - TPA sampah.
ZONA INTI = Site Tapak TPA
= TPA Sampah rumah tangga dan hasil penyapuan jalan akan diolah di TPA yang ada, dengan target tingkat
pelayanan dan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Madiun.
ZONA PENYANGGA Pewadahan dan Pengelolaan di Sumber Timbulan Sampah
Pewadahan timbulan sampah bertujuan untuk memudahkan pengumpulan sampah, dengan batasan-
ZONA BUDIDAYA TERBATAS
batasan sebagai berikut :
Volume wadah individual 60 liter dimana dapat menampung sampah rumah tangga selama 2 (dua)
hari dengan asumsi satu KK rata-rata terdiri atas 5 orang.
Gambar 3.31. Untuk domestik, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari bahan yang tidak korosif,
PEMBAGIAN ZONA DI SEKITAR TPA LAMA TANPA PENYANGGA
konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup. Wadah diletakkan di depan rumah untuk
Kriteria teknis : memudahkan pengumpulan sampah.
Tidak menggunakan air tanah setempat dalam kegiatan pengolahan sampah. Wadah untuk kawasan komersial dan fasilitas umum menggunakan bin container.
Ketersediaan sistem drainase yang baik. Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau namun tidak terlalu dekat dengan rumah
Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat sampah terpilah yang akan di daur ulang di Pengumpulan Sampah
lokasi lain. Pengelolaan diserahkan kepada RT setempat yang bertanggungjawab terhadap pengumpulan sampah dari
Pengelolaan : sumber ke depo/TPS. Kecuali sumber yang menghasilkan sampah 2,5 m 3 atau lebih per hari diwajibkan
untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah sendiri langsung ke lokasi pembuangan akhir (TPA).
Jalan masuk ke TPA : 1) dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan jalan
minimum 7 meter, 2) jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10 ton dengan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah.
kecepatan 30 km/jam. TPS yang direncanakan berupa landasan container dan Transfer Depo. Landasan kontainer digunakan
Drainase permanen terpadu dengan jalan dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak untuk lokasi-lokasi dengan akumulasi timbulan sampah yang besar namun memungkinkan dibangunnya
permanen. transfer depo. Transfer depo ini diletakkan di perkantoran, pertokoan, permukiman tidak teratur dan
sebagainya. Pada landasan ini diletakkan hauled containt untuk menampung timbulan sampah kemudian
Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona penyangga adalah ruang dengan kumplan pohon
langsung diangkut dengan arm roll truck.
dan bukan sekedar deretan pohon yang bila dimungkinkan mempunyai nilai ekonomi.
Pengangkutan Sampah
Tanaman yang direkomendasikan adalah yang sesuai dengan kondisi alam setempat,
termasuk iklim, rona fisik dan kondisi lapisan tanah. Pengelolaan kegiatan pengangkutan sampah adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten Madiun yang bertugas mengelola sistem pengangkutan dari Depo/TPS sampai TPA.
b. Zona Budi Daya Terbatas
Pengangkutan dengan arm roll truck untuk mengangkut hauled container .
Zonan budi daya terbatas tidak diperlukan pada TPA lama yang menggunakan sistem pengurugan
berlapis bersih. Sampah harus tertutup selama pengangkutan sehingga tidak tercecer di jalan.
Zona budi daya terbatas untuk sistem pengurugan berlapis terkendali ditentukan sejauh 501-800 Pengangkutan sebaiknya dilakukan pagi hari atau malam hari disaat aktivitas perkantoran, pendidikan
meter dari batas terluar tapak TPA. Pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut : dll tidak dilakukan.
PENGIRIMAN
Bagan 3.4.
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
SAMPAH ANORGANIK
PEMILAHAN
TPS/
Jalan Pengumpulan PENCACAHAN
Depo
KOTORAN TERNAK PENGKONDISIAN & SAMPAH ORGANIK
Kantor Pengangkutan PEMBENTUKAN RUMAH TANGGA
TUMPUKAN
EM-4
TPS/
Pasar
Pengumpulan Depo TPA
AIR PEMBALIKAN
Permukiman
Dibakar
PENYIRAMAN
PROSES PENGKOMPOSAN
Industri Pengangkutan
PEMANTAUAN
PEMATANGAN
Kegiatan Pengomposan
Adapun tujuan dari kegiatan komposting tersebut adalah :
KOMPOS
Mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat.
PENGERINGAN
Mendesiminasikan pengolahan kompos dan pemanfaatannya sebegai bentuk pemberdayaan komunitas
PENGAYAKAN
dan pendidikan.
Kegiatan Pengomposan dilaksanakan di areal Komposting dalam kompleks TPA. Tahapan yang bisa dilalui
dalam Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos dapat dilihat pada Bagan 3.5. Arahan KOMPOS HALUS PENGEMASAN KOMPOS KASAR
kegiatan ini juga dapat dilakukan oleh masyarakat di sekitar lingkungan perumahan, sehingga dapat
mereduksi volume sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pengumpulan akhir (TPA) melalui
PENYIMPANAN
berbagai kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah dengan melaksanakan komposting tersebut.
Selain sistem pengelolaan seperti disebutkan di atas, yang perlu dilakukan adalah peningkatan peran serta
masyarakat dan peran swasta untuk bekerjasama mensukseskan sistem pengelolaan persampahan yang akan 3.3.2.4.2. RENCANA SISTEM SANITASI LINGKUNGAN
diterapkan dengan melakukan sosialisasi.
Tujuan rencana sistem sanitasi lingkungan adalah memenuhi kebutuhan akan sistem prasarana yang berfungsi
mengalirkan air limbah domestik (air limbah rumah tangga) yang berasal dari perumahan dan permukiman,
dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif
Air limbah domestik ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Black Water : yaitu air limbah manusia (human waste) yang berasal dari toilet/jamban
2. Gray Water, yaitu buangan air limbah rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat
cuci (sullage)
Jenis limbah yang ada di Kabupaten Madiun di bedakan menjadi dua, yaitu limbah domestik (rumah tangga)
dan limbah industri. Sedangkan berdasarkan sistem pembuangan limbahnya, di Kabupaten Madiun
menggunakan sistem setempat atau individual. Dalam jangka pendek, pengembangan sistem publik air kotor
tidak memungkinkan untuk dikembangkan mengingat investasi yang cukup besar. Dengan demikian sampai
Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate harus merehabilitasi saluran air hujannya dengan Tahun 2009 : dibutuhkan 488 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 1.012 unit rumah
menggunakan system tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun. Tahun 2014 : dibutuhkan 9.276 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 7.183 unit rumah
Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan system on site dengan Instalasi Tahun 2019 : dibutuhkan 17.384 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 6.958 unit rumah
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) menyatu dengan TPA. Tahun 2024 : dibutuhkan 25.850 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 15.506 unit rumah
2. Untuk Limbah Cair Rumah Sakit/Puskesmas Tahun 2029 : dibutuhkan 34.691 unit rumah, dibutuhkan penambahan : 15.649 unit rumah
Harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara
baik.
B. FASILITAS PENDIDIKAN
Harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air.
Arahan pembangunan fasilitas pendidikan di kabupaten Madiun sebagai berikut :
Pengolahan limbah toksin seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus dipisahkan dari
1. Pembangunan fasilitas pendidikan ditekankan pada upaya
pengolahan limbah cair yang bersifat non toksin.
peningkatan kualitas pendidikan melalui pembenahan prasarana
3. Untuk Limbah Cair Industri dan sarana yang telah ada maupun pembangunan fasilitas baru
Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
pengelolaan secara baik. Taman Kanak-Kanak (TK)
Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang di buang ke badan air melalui Fasilitas pendidikan setingkat TK pada Tahun 2029 dibutuhkan
inventarisasi jenis industri guna memudahkan monitoring dan pengawasan. penambahan sebanyak 106 TK yang dialokasikan di setiap unit
lingkungan.
3.3.2.4.3. RENCANA SISTEM PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE Sekolah Dasar (SD)
Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten Madiun adalah mengalirkan air Fasilitas pendidikan setingkat SD diperlukan penambahan sebanyak 93 unit pada Tahun 2029 yang
permukaan ke badan air penerima atau bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dialokasikan di setiap kecamatan.
dan produktif. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sistem drainase di Kabupaten Madiun masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase Fasilitas pendidikan setingkat SLTP dibutuhkan penambahan sebanyak 28 Unit yang dialokasikan di
yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang setiap kecamatan.
diolah.
Sekolah Menengah Umum (SMU)
Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Madiun adalah :
Fasilitas pendidikan setingkat SLTA dibutuhkan penambahan sebanyak 28 unit dan dialokasikan di
1. Saluran primer : melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan lainnya setiap kecamatan, Untuk mendukung kegiatan agropolitan di Kabupaten Madiun diperlukan adanya
2. Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan SMK yang berorientasi pada pengembangan pertanian. SMK Kejuruan tersebut dialokasikan di
Untuk lebih jelasnya rencana sistem pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Kecamatan Dolopo.
Gambar 3.32. PT (Setingkat D3/Politeknik)
Selain itu, berdasarkan data kejadian banjir dapat dilihat bahwa pada areal dimana akan dijadikan Dibutuhkan penambahan 1 (satu) unit dialokasikan di Perkotan Mejayan.
pengembangan Perkotaan Mejayan sebagai Ibukota Kabupaten Madiun sering terjadi genangan akibat banjir 2. Untuk pembangunan fasilitas pendidikan baru tingkat dasar sampai menengah dilakukan secara
yang datangnya dari Kali Jeroan. Luas genangan ini akan semakin bertambah manakala lahan pertanian tersebar pada lokasi-lokasi fasilitas umum disekitar kawasan permukiman yang sesuai dengan tingkat
berubah menjadi lahan terbagun. Untuk mengatasi terjadinya banjir di daerah ini dan di daerah lainnya perlu dan lingkup pelayanannya.
disusun sistem drainase yang memadai. Pembangunan system drainase seyogyanya dilakukan secara terpadu
Pata Tahun 2008 jumlah rumah sakit : 3 unit rumah sakit yang Pasar Kecamatan
berada di Kecamatan Wungu, Mejayan, dan Madiun. Tahun 2029 Pada tahun 2029 di Kabupaten Madiun membutuhkan pasar skala kecamatan sebanyak 8 unit, yang
: dibutuhkan 1 (satu) rumah sakit, yang direncanakan berada di Kecamatan Dolopo. dialokasikan di Kecamatan Kebonsari, Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, dan
Puskesmas, Jiwan. Sedangkan untuk Dolopo perlu penambahan pasar yang khusus untuk jual beli hasil produksi
pertanian (agropolitan).
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Madiun Tahun 2028 : 25 unit yang tersebar di seluruh
kecamatan. pada tahun 2029 diperlukan puskesmas sebanyak 8 unit, sehingga tidak memerlukan Pertokoan
penambahan puskesmas karena jumlah puskesmas saat ini telah mencukupi kebutuhan penduduk. Kebutuhan fasilitas pertokoan di Kabupaten Madiun pada tahun 2029 sebanyak 369 unit dan
Yang diperlukan adalah peningkatan dari puskesmas menjadi puskesmas rawat inap. dialokasikan di seluruh kecamatan.
Puskesmas Pembantu, Warung
Jumlah puskesmas pembantu saat ini masih mencukupi kebutuhan penduduk hingga tahun 2029, Kebutuhan fasilitas warung di Kabupaten Madiun pada tahun 2029 sebanyak 3.693 unit yang tersebar di
sehingga tidak memerlukan penambahan unit lagi. seluruh kecamatan.
BKIA/Rumah Sakit Bersalin, Selain fasilitas tersebut pada kawasan Perkotaan Mejayan dibutuhkan juga hotel, restoran, showroom,
Berdasarkan proyeksi kebutuhan, pada tahun 2029 Kabupaten Madiun tidak memerlukan aktivitas perbankkan dan kegiatan perdagangan dan jasa lainnya.
penambahan.
Posyandu, F. FASILITAS PEMERINTAHAN
Pada Tahun 2029 juga tidak membutuhkan penambahan. Pusat Pemerintahan Kabupaten
Apotik, Pusat pemerintahan perlu dibangun di Perkotaan Mejayan seperti Kantor Bupati maupun kantor-kantor
Pada Tahun 2029 dibutuhan penambahan apotik : 28 unit yang dialokasikan di setiap kecamatan. pemerintahan lainnya
3. Pembangunan fasilitas kesehatan baru dilakukan tersebar pada lokasi-lokasi yang strategis, dekat Kantor Pos Pembantu
dengan lingkungan permukiman, mudah dijangkau. Pada Tahun 2029 dibutuhkan penambahan sebanyak 8 unit dialokasikan di Kecamatan Kebonsari, Geger,
Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan serta Jiwan
Pembangunan fasilitas peribadatan dilakukan dalam rangka prningkatan Pada Tahun 2029 dibbutuhkan penambahan sebanyak 8 unit dialokasikan di Kecamatan Kebonsari,
kualitas iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan serta Jiwan
untuk memenuhi kebutuhan tempat beribadah sesuai dengan agama Kantor Pos Polisi
yang dianut dan skala pelayanannya. Jumlah fasilitas peribadatan yang Pada Tahun 2029 dibbutuhkan penambahan sebanyak 8 unit dialokasikan di Kecamatan Kebonsari,
dibutuhkan Kabupaten Madiun sampai Tahun 2029, sebagai berikut : Geger, Dolopo, Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan serta Jiwan
Masjid Kecamatan
Pada tahun 2029, dubutuhkan penambahan 8 unit masjid skala G. TAMAN DAN FASILITAS OLAH RAGA
kecamatan, yang dialokasikan di Kecamatan Kebonsari, Geger, Dolopo,
Pengembangan fasilitas olah raga di Kabupaten Madiun dimaksudkan
Dagangan, Wungu, Saradan, Pilangkenceng, dan Jiwan.
agar dapat memenuhi kebutuhan pengembangan olah raga baik pada
Masjid Lingkungan skala kabupaten maupun kecamatan.
Pada tahun 2029, dibutuhkan penambahan sebanyak 31 unit yang dialokasikan di setiap kecamatan. 1. Pembangunan fasilitas olah raga dilakukan untuk penyediaaan
Masjid Warga ruang yang dapat mewadahi aktifitas sosial kemasyarakatan
Pada tahun 2029 dibutuhkan penambahan sebanyak 369 yang dialokasikan di setiap kecamatan. khususnya kegiatan pembinaan fisik mental serta untuk mendukung
upaya peningkatan prestasi olahraga.
Langgar
2. Pengembangan fasilitas olahraga dilakukan dengan pengembangan
Pada tahun 2029 dibutuhkan sebanyak 3.693 yang dialokasikan di seluruh kecamatan.
I. FASILITAS PEMAKAMAN
Pembangunan tempat pemakaman umu dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan memenuhi kebutuhan tempat pemakaman umum di daerah.
Rencana pengembangan fasilitas makam di Kabupaten Madiun, sebagai berikut :
Pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan pengembangan makam-makam yang telah
ada maupun pembangunan makam baru dan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana
pemakaman.
Pada skala lingkungan pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan pembangunan
makam baru pada lahan fasilitas umum atau dengan optimalisasi dan pengembangan lahan makam yang
telah ada sesuai dengan kapasitas, kebutuhan, dan lingkup pelayanannya.
Untuk mendukung penyediaan tempat pemakaman umum setiap perusahaan pembangunan perumahan
yang melaksanakan pembangunan perumahan, diwajibkan menyediakan lahan pemakaman umum
seluas 1% dari keseluruhan lahan.
VISUALISASI Beberapa bentuk ruang terbuka hijau yang dapat diterapkan di Kabupaten Madiun,
khususnya di wilayah Perkotaan Mejayan
J. RUANG TERBUKA HIJAU
Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 adalah area
memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RTH
kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki oleh
kota/kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk
RTH publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai.
Sedangkan yang termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Proporsi RTH kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Madiun adalah paling sedikit 30 % dari luas
kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di
tanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik paling sedikit 20 % dan RTH privat 10 %. Distribusi RTH
kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan
rencana struktur dan pola ruang wilayah.