Anda di halaman 1dari 4

Pemeliharaan Industri

Ngadiyono (2012), menjelaskan bahwa pemeliharaan secara umum didefinisikan


sebagai penjagaan harta kekayaan, terutama alat produksi agar tahan lama dan tetap dalam
kondisi yang baik. (Dhillon, 2010) memiliki definisi yang kurang lebih sama untuk
pemeliharaan, yaitu seluruh tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
mengembalikan item atau peralatan dalam kondisi tertentu. Dari kedua definisi tersebut,
disimpulkan bahwa pemeliharaan adalah segala tindakan mempertahankan dan
mengembalikan kondisi peralatan produksi agar tahan lama dan tetap dalam kondisi baik.
Aktivitas pemeliharaan yang dilakukan terhadap mesin dan peralatan industri
membawa manfaat yang besar, baik bagi karyawan, manajer, maupun investor atau penanam
modal. Berikut adalah Bagi investor, pemeliharaan membawa manfaat: (1) Melindungi modal
yang ditanam pada pabrik/perusahaan, baik berupa peralatan produksi maupun mesin, (2)
Menjamin penggunaan sarana dan fasilitas perusahaan, (3) Menjamin kelangsungan
perusahaan, serta kembalinya modal dan keuntungan, dan (4) Mengendalikan biaya perawatan
dan pengembangan data operasi sehingga dapat ditentukan anggaran biaya di masa depan.
Para manajer sebagai pengawas pelaksaanaan pemeliharaan juga memperoleh manfaat
dari aktivitas ini. beberapa manfaat yang disajikan, yaitu (1) Melindungi bangunan dan instalasi
pabrik, (2) Meningkatkan daya guna dan peralatan, (3) Meningkatkan efisiensi bagian
perawatan, (4) Mengukur hasil kerja pabrik sebagai pedoman pembiayaan dan pengambilan
kebijakan di masa yang akan datang. Sedangkan, bagi karyawan, pemeliharaan membawa
manfaat-manfaat, seperti (1) Menjamin kelangsungan hidup karyawan dalam jangka panjang
sehingga timbul rasa memiliki terhadap mesin dan peralatan di perusahaan, (2) Menjamin
keselamatan kerja karyawan, dan (3) Menimbulkan rasa bangga akan perusahaan dengan mesin
dan peralatan yang terpelihara keadaannya.
Pemeliharaan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari strategi produksi
yang diterapkan industri untuk memperoleh kesuksesan. Mobley (2004) menjelaskan bahwa
efektivitas pemeliharaan tidak dicapai dengan peralatan yang mahal dan canggih tetapi dengan
menerapkan langkah-langkah dasar dan simpel seperti berikut.
a. Inspeksi
Inspeksi dapat menghemat waktu teknisi dan menghindarkan alat dari resiko kerusakan
yang mungkin timbul saat proses inspeksi berlangsung.
b. Human sense
Manajer pemeliharaan dan personelnya perlu mengasah sensitivitasnya terhadap
kemungkinan kerusakan yang dapat dideteksi dari indikator-indikator berupa suara, bau, rasa,
getaran, sentuhan, dan penampakan dari mesin.
c. Sensor
Manusia memiliki kemampuan untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan tetapi tidak
halnya untuk perubahan kecil. Selain itu, manusia akan sulit mendeteksi kerusakan jika terjadi
pada ruang sempit atau pada saat mesin sedang berjalan. Untuk kasus-kasus tersebut,
penggunaan sensor tentu akan sangat membantu. Beberapa jenis sensor yang biasa digunakan,
untuk deteksi kerusakan, khususnya pada automobile, di antaranya, pressure transducer,
temperature thermocouple, electric ammeter dan revolution counter.
d. Ambang
Menentukan ambang berdasarkan kinerja alat ditujukan untuk menentukan apakah alat
tersebut layak atau tidak layak beroperasi. Ambang batas dapat ditentukan dengan
mengumpulkan informasi mengenai pengukuran apa yang dapat diterapkan ketika mesin
sedang beroperasi dan pengukuran yang digunakan sebelum atau saat terjadi kerusakan.
Informasi dapat diperoleh melalui pabrik yang memproduksi mesin, khususnya pihak yang
memang ahli di bidangnya. Semakin awal ambang batas ditentukan ditambah dengan tindakan
pemeliharaan preventif, semakin tinggi jaminan untuk terhindar dari kerusakan.
Tujuan dari pemeliharaan adalah memaksimalkan ketersediaan peralatan agar dapat
beroperasi dan berproduksi dalam kuantitas dan kualitas yang diinginkan (Pintelon dan Gelders
, 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan manajemen pemeliharaan untuk
merencanakan, mengatur, mengimplementasi, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas
pemeliharaan (Bonde and Fulzele, 2013). Menurut Swanson (2001), terdapat tiga tipe
manajemen pemeliharaan yang banyak diterapkan di industri, yaitu (a) Pemeliharaan reaktif,
(b) Pemeliharaan proaktif, dan (b) .Pemeliharaan agresif.
a. Pemeliharaan reaktif
Aktivitas pemeliharaan hanya dilakukan ketika mesin atau peralatan mengalami
kerusakan. Tindakan perbaikan yang sifatnya sementara dilakukan untuk mengembalikan
kondisi peralatan seperti semula, tetapi perbaikan yang sifatnya permanen ditunda sampai
benar-benar dibutuhkan.
Kelebihannya adalah meminimalkan biaya dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk
melakukan pemeliharaan. Sedangkan, kekurangannya adalah tidak dapat memprediksi
kerusakan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, membuat kapasitas produksi menjadi fluktiatif,
dan tingginya biaya akibat breakdown pada mesin atau peralatan.
b. Pemeliharaan proaktif
Breakdown dihindari dengan memonitor penurunan fungsi peralatan dan mengambil
tindakan perbaikan untuk mengembalikannya ke kondisi yang seharusnya. Pemeliharaan
proaktif terdiri dari tindakan pemeliharaan preventif dan pemeliharaan prediktif. Pemeliharaan
preventif adalah pemeliharaan setelah habis masa satu periode pemakaian mesin atau peralatan.
Kelebihannya adalah mengurangi kemungkinan breakdown serta memperpanjang umur
mesin atau peralatan. Namun, kekurangannya adalah aktivitas pemeliharaan dapat
menginterupsi proses produksi. Sedangkan, pemeliharaan prediktif dilakukan berdasarkan
kondisi mesin. Dalam penerapannya, digunakan mesin alat untuk mengetahui kondisi mesin,
seperti getaran, suhu, kebisingan, pelumasan, dan korosi. Jika terdeteksi ada ketidaknormalan
pada salah satu parameter, artinya perlu diambil tindakan untuk mengembalikan kondisinya ke
keadaan semula.
c. Pemeliharaan agresif
Segala kerusakan dihindari dengan segala cara, misalnya Total Productive Maintenance
(TPM). TPM adalah pendekatan pemeliharaan yang tidak hanya mencakup pencegahan, tetapi
juga seluruh kegiatan pada lini produksi, dan melibatkan seluruh karyawan. Parameter TPM
adalah adanya peningkatan efektivitas penggunaan peralatan secara menyeluruh.
Pemeliharaan dengan pendekatan TPM tidak hanya melibatkan departemen
pemeliharaan saja. Tim atau grup kecil dibentuk dari departemen pemeliharaan dan produksi
dan bekerja sama untuk mencapai target pemeliharaan. Selain itu, staf produksi yang terlibat
aktivitas pemeliharaan akan meningkat kemampuannya dan menjadi lebih efektif dalam
menjaga kondisi peralatan dalam keadaan baik. Upaya tim dalam aktivitas pemeliharaan
seharusnya dapat meningkatkan ketersediaan perangkat dan efisiensi pemeliharaan,
mengurangi biaya pemeliharaan, dan mengurangi waktu perbaikan.
Di suatu perusahaan, dibentuk departemen yang memiliki peran dan tugas utama
mengawasi dan memelihara peralatan dan mesin-mesin produksi. Pembentukannya ditentukan
oleh faktor-faktor utama, terdiri dari (1) Jenis pekerjaan, (2) Situasi geografis, (3) Ukuran
pabrik, (4) Ruang lingkup bidang perawatan pabrik, dan (5) Keterandalan tenaga kerja yang
terlatih.
DAFTAR RUJUKAN

Bonde, Ajay S, and Ashwadeep C Fulzele. 2013. “The Industrial Maintenance Management
and Implementing Maintenance Policies for Improvement in Productivity.” 3(3): 328–
31.
Dhillon, B. 2010. Engineering Maintenance Engineering Maintenance. New York: CRC
Press LLC.
Mobley, R Keith. 2004. Maintenance Fundamentals. New York: CRC Press LLC.
Ngadiyono, Yatin. 2012. “Pemeliharaan Mekanik Industri.”
Pintelon, L. M., and L. F. Gelders. 1992. “Maintenance Management Decision Making.”
European Journal of Operational Research 58(3): 301–17.
Swanson, Laura. 2001. “Linking Maintenance Strategies to Performance.” International
Journal of Production Economics 70(3): 237–44.

Anda mungkin juga menyukai