Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

PENUAAN DAN PENGGUGURAN PADA TUMBUHAN

KELOMPOK 9 : 1. PRILLY HELENA

2. NABELA GOVARANA

3. SISKA AFRIANTI

4. DESI ASNITA

DOSEN PENGAMPU :Dra. Hj. MUSWITA, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“PENUAAN DAN PENGGUGURAN” Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita..

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Jambi, 27 April 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ....................................................................................... 3


2.1 Pola dan GrafikPenuaan ......................................................................... 3

2.2 Aspek-Aspek Pola Penuaan dan Pengaruh Faktor Penuaan ............... 5

2.3 Pengguguran (absisi)................................................................................ 7

2.4 Proses Pengguguran ................................................................................. 7

2.5 Faktor-FaktorPengguguran .................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih


cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Selama
masa pertumbuhan dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti pula
dengan proses penurunan kondisi yang mengarah pada kematian organ
atauorganisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai
hilangnya pengorganisasian dan fungsi disebut senescence atau penuaan. Sel-sel yang
telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga
penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang berbeda-beda.
Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam
biasa. Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-
sungguh fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah
suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ
tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi
diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Demikianlah gugurnya daun, bunga, buah dan bagian tumbuhan lain ternyata
bukan kejadian biasa atau kebetulan saja. Itu adalah peristiwa yang melibatkan
pengaturan rumit gen-gen tumbuhan. Tanpa pengguguran ini, takkan ada daur ulang
zat gizi, takkan ada penyebarluasan biji dan takkan ada pencegahan perluasan
penyakit. Jika kesemua proses ini terhenti, tumbuhan pada akhirnya akan mati.

1
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana grafik pola penuaan?
2. Apasaja yang termasuk aspek – aspek metabolisme penuaan?
3. Apa saja pengaruh faktor penuaan?
4. Bagaimana proses pengguguran (absisi)?

1.3 TujuanPenulisan
1. Mahasiswa dapat menggambarkan grafik pola penuaan
2. Mahasiswa dapat menjelaskan aspek- aspek pola penuaan
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh faktor penuaan
4. Mahasiswa dapat menjelaskan proses pengguguran (absisi)

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 PoladanGrafikPenuaan

Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua
makhluk hidup. Proses penuaan dialami oleh semua sel kecuali meristematik pada
saat yang berbeda-beda. Daun tumbuhan herba menahun menua mulai dari daun
tuanya sampai daun mudanya diikuti oleh batang, akar dan juga organ generatifnya.
Proses penuaan terprogram secara genetic oleh masing-masing tumbuhan. Penuaan
merupakan suatu proses dimana terjadi kehilangan klorofil, RNA dan protein
termasukdidalam berbagai enzim.
Penuaan (senescence) dapat diartikan sebagai proses menuju tua yang
terprogram dan mengarah kematian. Penuaan terjadi bisa untuk penyembuhan,
pembuangan bagian yang terserang penyakit, terluka dan lain-lain. Pola penuaan bisa
menyeluruh pada tanaman semusim, baik pada bagian atas tanaman saja, herba
tahunan, tumbuhan yang mengugurkan daun, maupun tanaman berkayu yang gugur
tiap tahun. Ada pula yang bersifat progresif dan adaptif dimana beberapa daun gugur
akibat faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, dan kekurangan hara.
Selama masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan,
akan diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian
organ atau organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai
hilangnya pengorganisasian dan fungsi disebut penuaan atau senesence . Sel-sel yang
telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga
penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang berbeda-beda. Selama proses
penuaan, pada tingkat sel terjadi penyusutan struktur dan rusaknya membran seluler.

Tipe-tipe penuaan (senescence) yang dijumpai dalam tumbuhan dapat


dikelompokkan sebagai berikut:

3
1. Senescence yang meliputi keseluruhan tubuh tanaman (overall senescence).Akar
dan bagian tanaman di atas tanah mati semua.Tanaman mati sesudah
menyelesaikan semua satu siklus kehidupannya.
2. Senescence yang meliputi hanya bagian tanaman di atas tanah (top
senescence).Bagian tanaman di atas tanah mati, sedangkan bagian tanaman yang
berada di dalam tanah tetap hidup
3. Senescence yang meliputi hanya daun–daunnya (decidous senescence). Tanama
nmenggugurkan semua daun-daunnya, sementara organ tanaman lain tetap hidup.
4. Senescence yang meliputi hanya daun-daun yang terdapat di bagian bawah suatu
tanaman (progessive senescence). Tanaman hanya menggugurkan daun-daunnya
yang terdapat di bagian bawah saja (daun – daun yang tua), sedang daun-daun
yang lebih atas dan organ tanaman lain tetap hidup.

Grafik Pola Penuaan


Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid
(bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.
Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan.Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase
vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat
dan akhirnya menurun pada fase senesen (Anonim, 2009).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase
utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan.
Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi
kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme.
Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan
ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan

4
yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua
(Anonim, 2009).
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan
berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal.
Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran
yang di ambil pada waktu t1 dan t2 (Susilo, 1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini
berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan.
Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Anonim, 2009).

GambarPolapenuaanpadatumbuhan

2.2 Aspek-AspekPolaPenuaandanPengaruh Faktor Penuaan


Proses penuaan pada tumbuhan atau suatu organ tumbuhan erat sekali
hubungannya dengan ada atau tidak adanya suatu zat pengatur tumbuh pada jaringan
suatu organ tumuhan tersebut. Tumbuhan dan bagian-bagiannya berkembang terus
menerus, dari mulai perkecambahan sampai mati. Bagian akhir dari proses
perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi, diberi

5
istilah senesen atau penuaan. Beberapa zat pengatur tumbuh ada yang bersifat
menghambat proses penuaan, tetapi ada juga yang mempercepatnya.
a. Aspek metabolik senesen
Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan
rusaknya membrane subseluler. Di duga bahwa vakuola bertindak sebagai lisosom,
mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik yang akan mencerna materi sel yang tidak
diperlukan lagi. Penghancuran tonoplas telah menyebabkan enzim-enzim hidrolitik
dibebaskan kedalam sitoplasma. Sementara itu bagian dalam struktur kloroplas dan
mitokondria mengalami penyusutan sebelum membran luarnya dirusak. Rupanya
proses degradasi yang terjadi pada organel, dimulainya sama seperti yang terjadi pada
sel.
Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam
organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA, protein, ion-
ion anorganik dan berbagai macam nutrient organic. Fotosintesis berkurang sebelum
senesen dimulai dan ini mungkin disebabkan menurunnya permintaan akan hasil
fotosintesis. Segera setelah itu klimakterik dalam respirasi terlihat, dan nitrogen
terlarut meningkat sebagai akibat dirombaknya protein.

b. Pengaruh Faktor Pertumbuhan


Sitokinin dapat menghilangkan atau memperlambat proses penuaan.
Mekanisme kerja sitokinin dalam proses ini masih belum jelas, tetapi ada petunjuk
dari percobaan Mothes yang menunjukkan bahwa setetes sitokinin yang diberikan
pada daun, telah menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien organic dan anorganik
menuju ke daerah sekitar daun yang diberi sitokinin. Tapi masih belum jelas, apakah
peningkatan nutrisi sebagai penyebab langsung permudaan kembali (rejuvenation)
atau sitokinin penyebab terjadinya beberapa peristiwa yang menghasilkan permudaan
kembali dan mobilisasi nutrisi.
Tidak semua tumbuhan memberikan respon terhadap hormon yang sama.
Sitokinin lebih efektif dalam menahan penuaan pada tumbuhan basah, sedangkan
giberelin lebih efektif menahan senesen pada Taraxacum officinale dan Fraxinus.
6
Kadar giberelin endogen akan turun dengan cepat selama senesen pada daun. Auksin
(IAA dan 2,4-D) dapat menghalangi senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah
hormon yang secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak jaringan.

Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence,


misalnya :
1. Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya
senescence daun
2. Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
3. Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat
menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence

2.3 Pengguguran (absisi)


Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian
alam biasa. Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti
sungguh-sungguh fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission
adalah suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’
organ tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi
diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit.

2.4 Proses Pengguguran


Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari
tanaman yang menyebabkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh
banyak faktor baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses awal gugurnya daun di
tandai dengan perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur.
Penguguran daun ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena penyakit,
atau untuk menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan
musim dingin).
Absisi yang terjadi pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas.
Daun tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang
7
disebut daerah absisi, berkembang dekat pangkal tangkai daun, sehingga sejumlah
dinding sel yang melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun
terbentuk.
Tempat lepasnya daun pada tumbuhan biasanya terjadi pada bagian pangkal
daunya, karena pada bagian ini terdapat suatu lekukan dan juga terdapat lapisan sel-
sel khusus yang memang sudah di siapkan untuk proses penguguran daun. Sel sel
tersebut sering disebut sebagai zona absisi. Ketika daun sudah terlepas maka ada
bagian yang terbuka pada bagian pelepasan tersebut yang memungkinkan terjadinya
kontak langsung dengan lingkungan. Namun sebelum pelepasan daun terjadi pada
zona ini sudah di siapkan suatu lapisan pelindung bergabus sehingga terhindar dari
kekeringan dan parasit.
Absisi (pengguguran) merupakan proses gugurnya organ tanaman dari
tanamannya. Kematian tanaman merupakan suatu konsekuensi dari menurunnya
aktivitas fotosintesis. Selain itu, absisi juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan membuang organ tumbuhan seperti
dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan oleh tumbuhan
atau yang terserang penyakit.
Pektinase dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah
absisi, dan akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga
tangkai daun lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan
dibentuknya tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis “gum” dan dilapisi sel-sel gabus.
Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan sel dan induksi hidrolase.
Kedua proses ini merupakan proses metabolisme yang aktif dan oleh karenanya
merupakan bagian yang terprogram dalam perkembangan tumbuhan.

8
Gambar Daerah absisi pada tangkai daun. Pemisahan sel terjadi melintang
daerah absisi. (Bidwell, 1979)

2.5 Faktor-FaktorPengguguran

Penguguran pada daun tidak terjadi begitu saja namun banyak faktor yang bisa
mempengaruhinya diantaranya adalah kehidupan dari sel tubuhan, nutrisi tumbuhan,
air dalam tumbuhan, dan hormon dalam tumbuhan.
1. Kehidupan sel tubuhan
Dalam hal ini erat kaitanya dengan penuaan sel tumbuhan. Sel pada
tumbuhan setelah mengalami suatu diferensiasi maka akan melakukan suatu proses

9
metabolisme sesuai dengan fungsinya masing-masing. Namun tak selamanya sel
tersebut dapat melakukannya fungsinya secara terus menerus. Sel tersebut akan
mengalami proses yang dinamakan penuaan, di mana akan terjadi suatu penurunan
tingkatan metabolisme yang dilakukan oleh sel. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah adanya penumpukan sisa-sisa metabolisme yang dapat
bersifat racun. Hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sel dalam
melakukan metabolisme sehingga terjadi penurunan hasil metabolisme secara
berangsur-angsur.
Semua sel akan mengalami proses penuaan tak terkecuali pada sel daun pada
tumbuhan. Dalam daun banyak terjadi proses metabolisme salah satunya adalah
untuk menghasilkan enzim-enzim untuk proses fotosintsis. Hasil dari fotosintesis
akan di gunakan baik untuk sel itu sendiri maupun untuk sel lainya untuk melakukan
kegiatan. Namun ketika sel-sel pada daun mengalami suatu proses penuaan maka
metabolisme akan menurun, jika sudah demikian maka hanya sedikit hasil yang di
peroleh dari metabolisme tersebut termasuk pembentukan enzim.
2. Nutrisi dalam tumbuhan
Nutrisi diperlukan oleh tumbuhan untuk bahan pembangun tubuhnya, nutrisi
ini dapat berupa bahan-bahan organik yang biasanya diperoleh dari dalam tanah yang
diambil oleh akar. Pengaruh unsur terhadap gugurnya daun erat hubungannya dengan
gejala kekahatan yang di timbulkan oleh kekurangan unsur tersebut. Banyak di
antaranya unsur-unsur yang jika kekurangan pada tumbuhan maka akan
menyebabkan gugurnya daun pada tumbuhan.
Berikut adalah gejala yang terjadi yang mengakibatkan gugurnya daun
a. Klorosis dan nekrosis
b. Hilangnya komponen penyusun membran sel
3. Air dalam tumbuhan
Air sangat di perlukan oleh tumbuhan, selain sebagai penyusun sebagian
besar tubuh tumbuhan air juga berperan dalam reaksi-reaksi biokimia dalam
tumbuhan. Selain itu air juga bisa mempengaruhi pengguguran daun pada tumbuhan.
Pengaruh air terhadap pengguguran ini biasanya dipengarui oleh musim yaitu musim
10
panas dan musim dingin yang keduanya erat kaitannya dengan perubahan suhu dan
berakibat pada kekurangan air.
Pada musim kemarau laju transpirasi meningkat maka akibatnya banyak air
yang menguap. Pada siang harinya stomata akan membuka untuk proses pertukaran
zat, dan pada saat stomata membuka inilah uap air akan keluar. Akibatnya tumbuhan
banyak kekurangan air. Pada waktu ketersediaan air dalam tanah masih cukup air
yang keluar akan segera digantikan dengan air yang ada di dalam tanah melalui
penyerapan akar. Namun pada saat musim kemarau ketersediaan air sangat sedikit
sehingga jumlah air yang keluar lebih banyak di bandingkan dengan jumlah air yang
diserap dan jika di biarkan terus menerus maka akan berakibat layu pada tanaman dah
bahkan kematian. untu menanggulangi hal tersebut maka tanaman akan mengugurkan
daunnya. Adapun tujuan dari pengguguran daunnya adalah untuk menghindari
penguapan yang berlebihan. Sebelum dau-daun di gugurkan zat-zat yang terdapat
dalam daun sebelumnya sudah di sintesis dan sudah di bawa ke batang untuk di
simpan. Zat-zat yang sudah di simpan bisa juga di pakai untuk membentuk daun-
daun ketika ketersediaan air sudah cukup. Tumbuhan memilih mengugurkan daunnya
karena air cendrung akan keluar dari stomata pada daun dan ketika daun di gugurkan
maka air keluar bisa di minimalkan.
Pada musim dingin air akan membeku begitu juga yang ada di dalam tanah,
akibatnya tumbuhan sulit untuk memperoh air karena ketika membeku ukuran
molekul air akan mengembang sehingga tak mampu di serap oleh akar. Karena tak
mampu menyerap air maka ketersedian air akan berkurang karena terus di pakai
untuk fotosintesis dan reaksi biokimia lainnya dah bahkan bisa habis dan jika hal itu
terjadi akan sangat berbahaya bagi tumbuhan tersebut. Untuk mensiasati hal tersebut
maka tanaman akan memilih untuk mengugurkan daunya. Tujuan dari penguguran
daun di musim kemarau juga bertujuan agar menghindari kerusakan pada daun bila
berada pada suhu yang dingin maka dari itu daun akan di gugurkan dan zat-zat yang
ada di dalamnya akan di sintesis dan di simpan dalam batang. Setelah itu tumbuhan
akan melakukan dormansi (istrahat) untuk meminimalkan pengunaan air dan zat-zat
lainnya
11
bentukdaun yang mengalamipengguguranakibatkekurangan air
.
4. Hormon pada tumbuhan
Hormon yang berperan dalam penguguran daun adalah auksi dan etilen.
Keduanya saling terkait dan tidak bisa di pisahkan. Interaksi antara kedua hormon
tersebut sering disebut sebagai fithohormon. Kesetimbangan kedua hormon tersebut
mempengaruhi proses penguguran pada daun. Pada saat dau masih muda masih
banyak ausin yang terdapat dalam daun tersebut karena masih dalam fase
pertumbuhan. Adanya kadar auksin yang cukup tinggi ini mempengaruhi kadar etilen
yang ada pada daun. Etilen akan terhambat perkembangannya karna kadar auksin
yang tinggi tersebut. namun ketika daun sudah menua berangsu-angsur jumlah insulin
akan terus menurun akibatnya sel sel padsa lapisan absisi lebih sensitif terhadap
etilen. Jika hal itu sampai terjadi maka etilen akan mempengaruhi pembentukan suatu
enzim pektitase dan selulase. Kedua enzim tersebut akan melarutkan lamela tengan
dan dinding pada sel-sel absisi. Akibatnya sel sel absisi akan lemah dan tidak mampu
lagi menopang daun hingga akhirnya daun akan gugur.
Pengguguran daun biasanya terjadi pada pangkal tangkai daun, dimana
struktur internal daerah pengguguran berbeda dengan sekitarnya. Daerah
pengguguran merupakan daerah yang paling lemah, sel-selnya parenkimatis,
diameternya lebih kecil dan memiliki sedikit jaringan penguat. Selain itu juga ada
beberapa proses yang mengawali absisi diantaranya :
a. Penurunanpertumbuhan
b. Terbentukzonaabsisipadapangkaltangkaidaun
c. Perubahankeseimbangan hormonal
12
d. Pengaruhfaktorluar (anginataugravitasi)
Menurut John Walker, kepala the MU Interdisciplinary Plant Group di the
Christopher S. Bond Life Sciences Center, tumbuhan menggugurkan organnya karena
sejumlah alasan. Dedaunan tua, misalnya, digugurkan guna membantu daur ulang zat-
zat makanan, sementara buah-buahan yang telah masak rontok dan jatuh ke bawah
guna membantu penyebaran benih. Juga, bagian-bagian bunga yang terkena penyakit
sengaja digugurkan dan dibuang oleh tumbuhan. Hal ini sengaja dilakukan untuk
mencegah penjalaran penyakit. Namun begitu masih ada sisi lain tentang
pengguguran organ tumbuhan ini yang belum terungkap ilmuwan. Mereka masih
belum paham mengapa Arabidopsis thaliana menggugurkan bagian-bagian bunganya
setelah bunga tersebut dewasa. Bagian-bagian bunga tumbuhan Arabidopsis thaliana
tidaklah memerlukan ruang besar, sehingga penggugurannya tidak terlihat memiliki
kegunaan yang jelas. Anehnya gen-gen yang bekerja memicu pengguguran ini sudah
ada di tumbuhan itu sejak lama, kata Walker.

2.6 Hubungan hormon dengan pengguguran daun


Pengguguran daun melibatkan interaksi antara auksin, etilen, sitokinin, dan
asam absisat. Daun yang gugur diduga tidak mampu bertahan dimusim semi dan akan
menanungi daun baru yang tumbuh pada musim berikutnya, sehingga kehilangan
daun yang didahului oleh penyelamatan hara dan dapat meningkatkan produktivitas
tumbuhan bertahun. Dan yang gugur akan berhenti membuat klorofil yang baru
sehingga kehilangan warna hijaunya. Warna musim gugur ialah kombinasi pigmen
yang baru dibuat selama musim gugur. Abisi dikintrol oleh perubahan pada
keseimbangan etilen dan auksin. Namun penuaan menyebabkan penurunan tingkat
auksin pada tumbuhan tersebut dan konsentrasi etilen akan meningkat

2.7 hubungan air dalam tumbuhan dalam penggunaan daun


Tumbuhan sistem tanah-tanaman-udara. Air mengalir menembus ketanah
permukaan akar kesaluran xilem, keatas saluran xilem kedaun, melalui daun ke
permukaan yang mengaupkan. Di udara yang lembab, tanaman tidak membutuhkan
13
sistem perakan yang dalam dan tersebar luas untuk pengambilan air, sebab air tanah
melimpah dan seluruh air dibutuhkan untuk transpirasi dapat disuplai oleh volume
tanah yang relatif kecil. Salah satu contoh tanaman daun gugur yaitu pada pohon
mahoni yang akan menggugurkan daunnya untuk menyesuaikan diri pada musim
kemarau. Pengguguran ini bertujuan agar tidak terjadi nya penguapan yang
berlebihan yang nantinya dapat menyebabkan tumbuhan tersebut kekurangan air dan
akhirnya mati.

2.8 Hubungan gerak pada tumbuhan dengan pengguguran daun


Tumbuhan sangat beragam dan banyak cara gerakannya. Namun gerak yang
dimaksud disini yaitu gerak-gerak yang dilakukan oleh bagian tubuh tertentu dari
suatu tumbuhan tersebut. Gerak dapat dibedakan antara gerak tropisme yaitu arah
rangsangan lingkungan menentukan arah gerak. Dan gerak nasti yaitu gerak yang
terpicu oleh rangasangan dari luar, namun arah rangsangnya tidak menentukan arah
gerak. Fototropisme merupakan gerak tropisme, ini adalah gerak membengkokonya
tumbuhan kearah cahaya yang disebabkan distribusi auksin yang simetris. Semakin
membengkok, maka tumbuhan menyebabkan gugurnya daun. Setelah daun tersebut
gugur maka daun tersebut jatuh ke tanah dan lama-kelamaan daun tersebut akan
tertimbun semakin dalam ke dalam tanah. Gerak tertariknya daun kedalam tanah ini
lah yang bergubungan dengan gerak gravitropisme yaitu gerak menuju kepusat bumi.

2.9 Hubungan pengguguran daun dengan nutrisi dalam tumbuhan


Tumbuhan yang kekurangan magnesium, misalnya akan menunjukkan tanda-
tana klorosis pertama kali pada daun yang lebih tua. Megneisum yang relatif mobil di
dalam tumbuhan, diberikan kusus pada daun-daun yang muda. Sebaliknya
diferensiasi nutrien yang realtif lebih tidak mobil didalam tumbuah pertama kali akan
mempengaruhi bagian yang muda pada tumbuhan tersebut.
Adapun nutrisi yang berhubungan dengan gejala kekahatan daun berupa
pengguguran antara lain:

14
-Fosfat (F)
Apabila suatu tumbuhan kekurangan Fosfat maka akan terjadi pengguguran
daun. Hal ini karena membran plasmanya rapuh karena kurangnya unsur Fosfat
didalam tubuhnya. Jika kekurangan Fosfat ini juga tumbuhan tidak bisa menghasilkan
energi berupa ATP.

-Nitrogen (P)
Berfungsi sebagai bahan sintesis klofil, ptotein dan asam amino. Bila
kekurangan nitrogen ini maka akan timbuk gejala kekahatan perubahan warna daun
yang tua yang akhirnya daunnya tersebut gugur, ini disebabkan karena kurangnya
klorofil.

-Kalium (K)
Didalam tumbuhan kalium merupakan bagain enzim yaitu sebagai kofaktor
ssehingga berfungsi sebagau katalisator dan mengatur proses fisiologi tanaman
seperti pembelahan sel. Pada sintesis dan translokasi karbohidrat, sintesis protein,
reduksi nitrat, pembentukan klorofil dan membuka tutupnya stomata. Kekurangan
unsur ini maka daun akan gugur\.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Dalam grafik pola penuaan dimana suatu pertumbuhan tanaman mengalami
pertumbuhan yang lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan diawal sampai tercapai suatu maksimum, dan
akhirnya laju pertumbuhan tnaman tersebut tumbuh menurun. Kurva
pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya
mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu
(t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi
kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran
berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua.
2. Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan
rusaknya membrane subseluler. Perubahan yang jelas telah terjadi pada
metabolisme dan kandungan dalam organ yang mengalami penuaan. Telah
terjadi pengurangan DNA, RNA, protein, ion-ion anorganik dan berbagai
macam nutrient organic. Fotosintesis berkurang sebelum senesensi dimulai
dan ini mungkin.
3. Faktordapat menghambat mempercepat terjadinya senescence, misalnya :
a. Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat
terjadinya senescence daun
b. Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
c. Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat
menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
4. Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari
tanaman yang menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi
16
oleh banyak faktor baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses awal
gugurnya daun di tandai dengan perubahan warna pada daun kemudian
mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun ini biasanya terjadi pada
daun yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin).

17
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.


Jakarta

Loveless, R.A. 1987. Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropik,


Gramedia Jakarta

Sasmitamihardja, Dardjat dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Depdikbud. Bandung

iii

Anda mungkin juga menyukai