Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Askep Pada Gangguan Kehamilan dan Postpartum konsep


Post Sectio Caesarea”

Oleh :

Kelompok 3 :

FauzyIah Adilhah (173110164)


Indri Desmiati (173110170)
Nadila Maftiful Khair (173110177)
Novreti Recika (173110179)

Dosen Pembimbing:

Ns. Hj Elvia Metti S.Kep, M.Kep, Sp. Mat

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG

TP. 2018 / 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan Rahmat-Nya kami dapat menulis makalah ini yang berjudul “Post Sectio Caesarea”
hingga selesai. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing
serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya
makalah ini.Di dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih ada kekurangan-
kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman penulis.Oleh sebab itu,
sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

Padang, Februari 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SECTIO CAESAREA ...................................................................... 4


2.2 TIPE-TIPE SECTIO CAESAREA ............................................................................. 4
2.3 INDIKASI SECTIO CAESAREA .............................................................................. 5
2.4 PERSALINAN BEKAS SEKSIO CAESAREA ........................................................ 10
2.5 TATALAKSANA PENAGANAN PERSALINAN BEKAS SEKSIO SESAREA.. 11
2.6 SEKSIO SESAREA MERUPAKAN TINDAKAN PALING KONSERVATIF DALAM
KEBIDANAN ............................................................................................................. 12
2.7 TATALAKSANA SEKSIO SESAREA ..................................................................... 17
2.8 INSISI KULIT ........................................................................................................... 17
2.9 KOMPLIKASI DAN EFEK PERSALINAN SEKSIO SESAREA ........................... 20
2.10 WOC SEKSIO ......................................................................................................... 21

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ................................................................................................................... 22


3.2 Diagnosa ..................................................................................................................... 23
3.3 Perencanaan ................................................................................................................ 23

BAB IV PEUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................29

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sectio caesar adalah suatu pembedaan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterius.Pembedaan caesar profesional yang pertama dilakukanvdi Amerika
Serukat pada tahun 1827.Sebelum tahun 8(x) sectin caesarea jarang dikerjakan dan
biasanya fatal .Di London dan Edinbuegh pada tahun 1877 .dari 35 pembedaan caesar
terdadap 33 ke-matian ibu.Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali
pembedahan caesarea di Amerika Serikat.Angka moetalitasnya 52 persen yang terutama
disebabkan oleh infeksi dan perdarahan.

( Harry & William. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.Yogyakarta:
YEM, HAL 634 )

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar Post Sectio Caesarea dan asuhan keperawatan
pada gangguan kehamilan dan postpartum kensep Post Sectio Caesarea

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN SECTIO CAESAREA

Sectio Caesarea Merupakan pembedahan obstretrik untuk melahirkan janin yang viabel
melalui abdomen.

( Hellen Farrer. 1996. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC, HAL 161)

2.2 TIPE-TIPE SECTIO CAESAREA

Sectio Caesarea segmen bawah (SC SB)

Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen bawah uterus tidak
banyak mengandung pembuluh darah dibandingkan segmen atas sehingga resiko perdarahan
lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar kavum peritomei, kemungkinan infeksi
pasca bedah juga tidak begitu besar. Disamping itu, resiko ruptura uteri pada kehamilan dan
persalianan berikutnya akan lebih kecil bilamana jaringan parut hanya terbatas dalam segmen
bawah uterus, kesembuhan luka baik karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang
tidak begitu aktif.

Sectio Caesarea klasik

Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan . Cara ini dilakukan kalau segmen
bawah tidak terjangkau karena adanya perlekatan atau lintangan plasenta, kalau terdapat vena
perikosa pada segmen bawah, dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin yang letaknya
melintang serta untuk melakukan histerektomi caesarea

( Hellen Farrer. 1996. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC, HAL 161)

5
2.3 INDIKASI SECTIO CAESAREA

Sectio Caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah diperkirakan bawha perlahiran per
vagina yang normal tidak cocok atau tidak aman. Pelahiran dengan Sectio Caesarea
dilakukan untuk

 Plasenta prefia
 Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi
 Riwayat obstetrik yang jelek
 Disproporsi sepalopelfik
 Infeksi hipervirus tipe II ( genital )
 Riwayat Sectio Caesarea klasik
 Diabetes kadang-kadang
 Presentasi bokong, kadang-kadang
 Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritroblastosit atau reterdasi
pertumbuhan yang nyata

Sectio Caesarea emergency dilakukan untuk :

 Indikasi persalinan yang gagal


 Kegagalan dalam pemajuan persalinan
 Penyakit vetal atau maternal
 Diabetes atau pre eklampsia yang berat
 Persalinan macet
 Prolapsus funikuli
 Perdarahan hebat dalam persalinan
 Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan

( Hellen Farrer. 1996. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC, HAL 161)

Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolut relatif.Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sectio
abdomenal.Di antaranya adalah keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat
sektio caesarea akan lebih aman bagi ibu,anak ataupun keduanya.

6
Angka sectio caesarea terus meningkat dari insidensi 3 sampai 4 persen 15 tahun yang
lampau sampai insidensi 10 hingga 15 persen sekarang ini.Angka terakhir mungkin bisa
diterima dan benar .Bukan saja pembedahan menjadi lebih aman bagi ibu,tetapi juga jumlah
bayi yang ciera akibat partus lama dan pembedahan traumatik Vagina menjadi berkurang .Di
samping itu ,perhatian terdapat kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual pada bayi
telah memperluas indikasi sectio caesarea.

Panggul Sempit Dan Dystocia Mekanisme

Disproporsi fertopelvik:Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted


pelvis),ferus yang tumbuhnya terlampau besar,atau adanya ketidak-imbangan relatif antara
ukuran bayidan ukuran pelvis.Yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk
pulvis,presentasi fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul,kemampuan
berdilatasi pada cervix,dan keefektifan kontraksi uterus.

Malposisi dan malpresentasi:Abnormalitas ini dapat menyebabkan perlunya sectio caesarea


pada bayi yang dalam posisi normalcdapat dilahirkan pel vaginam.Bagian terbesar dari
peningkatan insidensi sectio caesarea dalam kelompok in berkaitan dengan presentasi
bokong.Barangkali sepertiga dari presentasi bokong harus dilahirkan lewat abdomen .Bukan
saja akibat langsung kelahiran vaginal terhadap janin lebih buruk pada presentasi bokong
dibanding pada presentasi kepala,tetapi juga terbukti adanya pengaruh jangka-panjang
sekalipun kelahiran tersebut tampa abnormalistas.Ada perkraan bahwa persalinan kaki dan
bpkpng bayi prematur yang viable paling baik dilakukan melalui sectio caesarea.

Disfungsi uterius :Disfungsi uterius mencakup kerja uterus yang tidak


terkoordinasikan,inertia,cincin konstriksi dan ketidak mampuan dilatasi cervix.Partus menjadi
lama dan kemajuannya mungkin terhenti sama sekali .Keadaan ini sering disertai disproporsi
dan malpresentasi.

Distosis jaringan lunak:Distosia jaringan lunak( soft tissue dystocia) dapat menghalangi atau
mempersulit kelahiran yang normal.Ini mencakup keadaan seperti cicatrix pada saluran
genitalia.kekakuan cervix akibat cedera atau pembedahan,dan atresia atau stenosis
vagina.Kelahiran vaginal yang dipaksa akan mengakibatkan laserasi yang luas dan
pendarahn.

Neoplasma :Neoplasma yang menyumbat pelvis menyebabkan persalinan normal tidak


mungkin terlaksana.Kanker invasif cervix yang didiagnosis pada trimester ketiga kehamilan

7
dapat diatasi dengan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan terapi radiasi,pembedahan
radikal ataupun keduanya.

Persalinan yang tidak dapat maju:Dalam kelompok ini termasuk keadaan-keadaan seperti
disproporsi cephalopelvik,kontraksi uterus yang tidak efektif ,pelvis yang jelek,bayi yang
besar dan defleksi kepala bayi.Sering diagnosis tepat tidak dapat dibuat berdasarkan
kegagalan persalinan untuk mencapai dilatasi cervix dan atau turunannya fetus,tanpa
mempertimbangkan etiologinya.

Pembedahan Sebelumnya pada Uterus

Sectio caerarea:Pada sebagian besar negara ada kebiasaan yang dipraktekkan akhir-akhir
ini,yaitu setelah prosedur pembedahan caesarea dikerjakan,maka semua kehamilan yang
mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama.Bahaya ruptura lewat tempat insisi
sebelumnya dirasakan terlalu besar.Akan tetapi ,pada kondisi tertentu ternyata bisa dilakukan
trial of labar dengan kemungkinan persalinan lewat vagiina.kalau upaya ini berhasil,baik
morbiditas maternal maupun lamnya rawat tinggal akan berkurang.

Histerotomi:Kehamilan dalam uterus akan disertai bahaya ruptura uteri bila kehamilan
sebelumnya diakhiri dengan histerotomi.Risikonya sama seperti risiko sectio caesarea
klasik.Histerotomi kalau mungkin harus dihindari dengan pertimbangan bahwa kehamilan
berikunya akan mengharuskan sectio caesarea.

Miomektomi ekstensif:Miomektomo ekstensif (exensiver myomectomy) di masa lampau


menjadi indikasi sectio caesarea hanya kalau operasi luaas (ekstensif).miometriumnya rusak
dan insisinya meluas sampai rongga endrometrium.Pembedahan sebelunya untuk
mengeluarkan fibromyoma sunstosa atau fibromyoma dengan tangkai (pedunculated
fibromyomal ) tidak mengharuskan dilakukannya sectio caesarea pada persalinan kemudian.

Jahitan luka:Pada sebagian kasus dengan jahitan cervical atau perbaikan ostium cervicis
yang inkompeten dikerjakan sectio caesarea.

8
Trial Of Labor Setelah Sebelumnya Pernah Dilakukan Sectio Caesarea

Prasyarat

1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervic bawah uterus flow
cervical transverse uterine incision.
2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disproporsi
3. Harapan akan kelahiran dan persalinan yang mudah.

Kontraindikasi
1. Bekas insisi vertikal tipe apapun.
2. Insisi yang tippenya tidak diketahui.
3. Pernah sectio caesarea lebih dari satu kali.
4. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang melaksanakan
pembedahan pertama.
5. Panggul sempit.
6. Presentasi obnormal,seperti presentasi dahi,bokong atau letak lintang.
7. Indikasi medisuntuk segera mengakhiri kehamilan,termasuk diabetes,toxomia
grevidarum dan plasenta previa

Pedoman penatalaksanaan trial of labor


1. Harus ada staf dokter
2. Darag harus tersedia dan ssudah dilakukan cross-matching.
3. Ada monitoring fetal dan maternal baik secara elektronik maupun personal.
4. Trial of labor dilakukan terus sampai terjadi kelahiran per vaginam atau
dikerjakannya sectio caesarea.
5. Indikasi utama sectio caesarea adalah macetnya kemajuan persalinan,gawat janin,dan
adanya kecurigaan ruptura cicatrix dalam uterus.
6. Oxytocin dapat digunakan untuk membantu persalinan pada kasus-kasus yang terpilih
7. Eksplorasi manual jaringan cicatrix dalam uterus harus dilakukan setilah kelahiran
selesai

Suatu laporan baru-baru ini tentang 634 orangpasien yang pernah menjalani satu kali sectio
caesare menunjukkan bahwa 83 persen dibiarkan menjalani trial of labor dan 17 persen
menjalani sectio caesarea elektif pada kehamilan yang sekarang .Dari mereka yang menjalani

9
trial of laboor ,60 persen berhasil melahirkan per vaginam sedangkan 40 persen melahirkan
dengan sectio caesarea.Ruptura uteri ditemukan pada 4 kasus (0.5 persen),3 pada kelpmpok
trial of labor dan 1 pada kelompok sectio caesarea elektif.Kematian ibu tidak ada.Jelas
tampak apabila kriteria tertentu ditaati,persalinan per vaginam pada ibu yang pernah
menjalani sectio caesare bisa dilaksanakan.Trial of labir tidak boleh dipaksakan terlampau
lama bila mana tidak terjadi kemajuan yang baik dalam persalinan.

Pendarahan

Plasenta previa:Sectio caesarea untuk plasenta previa centralis dn lateralis telah menurunkan
mortalitas fetal dan maternal.Keputusan akhir diambil melalui pemeriksaan vagiinal dalam
kamar operasi dengan menggunakan double setup .Darah sudah tersedia dan sudah
coocokkan (cruss-matching).Team dokter bedah harus sudah siap sedia.Jika pada
pemeriksaan vaginal ditemukan placenta previa centralis atau pratialis ,sectio caesarea segera
dikerjakan .

abruptio placentae:Abruptio placentae yang terjadi sebelum atau selama persalinn awal dapat
diatasi dengan pemecahan ketuban dan pemberian tetesan oxytocin.Kalau pendarahannya
hebat,crvix mengeras dan menutup atau kalau ada kecurigaan apoplexia uteroplacental.maka
diperlukan sectio caesarea untuk menyelamatkan bayi,mengendalikan pendarahan,mencegah
afibrinogenemia dan untuk mengamati keadaan uterus seta kemampuan berkontraksi dan
mengendalikan pendarahan.Pada sebagian kasus diperlukan tindakan histerektomi.

Toxemia Gravidarum

Keadaan-keadaan ini harus dipikirkan:


1. Preeclampsia dan eclampsia
2. Hipersensi esensial
3. Nephritis kronis

Toxemia gravidarum dapat menyebabkan pengakhiran kehamilan sebelum waktunya.Pada


sebagian besar kasus,pilihan metodenya adalah induksi persalinan.kalau cervix belum matang
dan induksi sukar terlaksana,sebaiknya dikerjakan sectio caesarea.

( Harry & William. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.Yogyakarta:
YEM, HAL 634-637 )

10
2.4 PERSALINAN BEKAS SEKSIO CAESAREA

Motto: once a cesarean always a cesarean, kiranya perlu dilakukan evaluasi tentang indikasi
seksio tersebut. Motto tersebut dapat dikatakan berlaku, bila indikasinya pangul sempit
dengan besar bayi normal.

Berbagai laporan berdasarkan penelitian dikemungkakan bahwa persalinan pervaginam pada


bekas seksio, tanpa menimbulkan bahaya pada ibu maupun bayi dengan hasil yang baik.

Dilain pihak seksio sesarea atas permintakan sudah muli dengan tujuan dapat menjamin
keharmonisan keluarga dan selanjutnya pada seksio sesarea kedua atau ketiga, diikuti
sterilisasi dengan metode: vasektomi tuba (MA).

Untuk dapat melakukan “ trial of labor” pada bekas seksio sesarea, harus dapat dipenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut:

1 Perhatikan indikasi seksio secara yang lalu


2 Seksio sesarea dilakukan segera, bila indikasinya pangul sempit atau kehamilan
dengan kelainan letak, ketuban pecah dini, kepala tinggi dan RUI
3 Irisan seksio memujur (porpore) merupakan kontra indikasi “ trial of labor”
4 Observasi ketat dengan kemungkinan seksio sesarea dalam waktu 30 menit
5 Vetaldistres dan nyeri bagian bawah merupakan indikasi penting untuk segera
melakukan seksi sesarea

Kemungkinan robekan baru bekas seksio sesarea paska partus dengan gejala:
1 Pendarahan paska partus
2 Hema touria
3 Nyeri dibagian sekmen bawah rahim

Lakukan evaluasi vervaginaan untuk mengetahui keadaan bekas luka seksio sesarea dan
kalau perlu dilakukan laparatomi

(Manuaba Ide Bagus. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC. HAL 206)

11
2.5 TATALAKSANA PENAGANAN PERSALINAN BEKAS SEKSIO SESAREA

(Manuaba Ide Bagus. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC. HAL 207)
Pertolongan persalinan

Anamnesa PEMERIKSAAN

 Kapan SC  Fisik umum


 BB bayi bekas seksio  Fisik khusus
 Kehamilan obstetri
sesarea
keberapa  Tinggi badan
 Indikasi SC  Palpasi
 Teknik insisi abdomen letak
 Komplikasi SC janin
 Persiaan labor
Evaluasi panggul evaluasi
BISHOP SKORE
Hasil panggul normal
indikasi SC: Hasil evaluasi :

 Plasenta plevia  Panggul sempit


 Letak suungsang  Kelainan letak
 Bb normal janin
 Hamil ganda
 Kepala tinggi
 Bb janin diatas
Letak kepala :
400 gr
 Persalinan  Bishop skore
percobaan
 Observasi CHPB
SEKSIO SESAREA

PERSALINAN Terjadi
PERVAGINAM: KOMPLIKASI PASCASEKSIO SESAREA
 Fetal distres :
 SPONTAN B
 R.U/ hematuria
 OUTLET VAKUM  PERDARAHAN
 Nyeri bagian SBR
 HEMATOURIA

EVALUASI PASCA PARTUS Laparatomi


 Hematouria  Ruptura uteri
 HPP  Robekan baru bekas seksio
 Nyeri bagian 12
bawah perut
2.6 SEKSIO SESAREA MERUPAKAN TINDAKAN PALING KONSERVATIF
DALAM KEBIDANAN

Seksio sesrea terasa makin meningkat sebagai tindakan akhir dari berbagai kesulitan dalam
menolong persalinn.

Indikasi klasik yang dapat dikemungkakan sebagai dasar seksio sesarea adalah:

 Prolong labour sampai neglected labour


 Ruptura uteri imminen
 Fetal distres
 Janin besar melebihi 400gr
 Perdarahan anterpartum

Dengan indikasi klasik didapatkan masih tingginya morbiditas dan mortalitas , sehingga
terjadi perubahan sikap yang lebih leberal terhadap pelaksanaan SC. Oleh karena itu, sejak
1960 terdapat perubahan sikap klinis obsterikus dan perinatologi. Untuk melaksanakan
tindakan seksio secara lebih liberal, sehingga dapat menurunkan mordibilitas dan mortalitas
ibu dan janinnya.

Indikasi yang meambah tingginya angka persalinan dengan seksio sesarea adalah:
 Tindakan seksio sesarea pada letk sungsang
 Seksio sesarea berulang
 Kehamilan prematuritas
 Kehamilan dengan risiko tinggi
 Pada khamilan ganda
 Kehamilan dengan pre-klamsia
 Konsep well bron baby dan well ealth mother dengan orientasi persalinan, spontan ,
outlet forcep/vakum dan SS

Perubahan sikp tersebut makin liberal mendapat dukungan yang lebih efektif dan tindakan
operasi, diantaranya:
 Kemampuan memberikan tranfusi darah
 Pemberian antibiotik profilaksisdan terapi, yang diimbang dengan makin banyak
jumlah dan berbagai kualitas antibiotik yang dapat dipilih
13
 Kemampuan untuk memberikan anestesia yang lebih mantap dan terampil
 Kemampuan untuk mengatur dan mengukur kseimbangan elektroli
 Kemampuan untuk memberikan perawatanpascaoperasi yang lebih memadai

Kendatipun demikian, bila tindakan seksio sesarea melampaui 20% ketajaman indikasinya
perlu dipertanyakan.Beberapa data dapat ditemukan sebagai berikut:
a Angka seksio sesarea di USA: 25-30%
b Dublin inggris : 4-5%
c Jakarta :
 RS pemerintah: 12-15%
 Semi swasta: 15-17%
 Swasta penuh :25-30%

Menjelang tahun 2000 diharapkan seksio sesarea 15% sehingga perlu dipikirkan
bagaimanacara untuk dapat menurunkannya.
Pertimbangan yang dapat dilakukan untuk menurunkan tindakan seksio sesarea adalah:
 Pendidikan terhadap masyarakat dan terhadap ahli sendiri
 Evaluasi periodik tentang indikasi primer seksiosesarea, sehinnga dapat memberikan
kesempatanpersalinan pervaginam
 Mempertajam indikasi seksio sesarea sehinnga tangung jawab terhadap ilmu
kebidanan lebih tingg
 Meningkatkan penerimaan honor dari persalinan normal

Apakah perlakuan ini menghasilan keturunan seksio sesarea, masih perlu dipersoalkan
mengigat perkembangan baru dalam ilmu perinatologi dan kebidanan yang menghendaki
hasil well born baby dan well health mother. Sebagai akibat dari sikap ini timbul indikasi
baru:
a Indkasi waktu menurut pinard, akan dipependek sehinnga mengurangi tekanan kepala
dijalan lahir
b Tindakan midvagiinal operatif, ditinggalkan dan hanya akan melakukan pertolongan
persalinan pervaginam dalam bentuk:
 Spontan belakang kepala
 Outlet kavum ekstraksi

14
 Outlet forceps ekstraksi
c Kemacetan persalinan atau kemungkinan tindakan yang lebih meningkatkan
morbiditas dan mortalitas, akan diselesaikan dengan seksio sesarea
d Kegagalan induksi persalinan pada kehamilan lewat waktu lebih cepat diselesaikan
dengan seksio sesarea
e Seksio sesarea atas permintaan dengan pertimangan:
 Menjamin keharmonisan keluarga
 Meningkatkan pengertian masyarakat terhadap bahaya persalinan
lama/terlantar sudah mantap
 Menerima konsep well born baby dan well health mother
 Pada seksio sesarea kedua diikuti sterilisasi engan metode vasektomi tuba
(Ma)

Perimbangan yang perlu dilakukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi
pascaseksio sesarea adalah:
a Waktu anestesia dan persalinan bayi sedapat mungkin yang paling singkat
b Sejak insisi dinding perut sampai persalinan sebaiknya dalam waktu 2 (dua) menit
c Jangan memberika infus glukosa menjelang dan selama bayi belum lahir, untuk
menghindari “hipoglisemia” bayi pascapartus karena hiperglisemia ibu akan
merangsang pengeluaran “ insulin janin” sehingga pascapartus akan terjadi
hipoglisemia bayi yang sering tidak diketahui
d Perlu melatih diri sehingga dapat melakukan insisi abdomen secara finansial, yang
seacara kosmetik operasi lebih artistik
e Pengawasan durante operationum dan pascapartus seksio sesarea, perlu ditingkatkan
melalui observasi tanda vital:
 Kesadaran
 K.U: Tensi, nadipernapasa, dan temperatus
f Pertimbangan elektrolit dan keseimbangan ciran
g Pemberian antibiotik sebagai profilaksis dan terapi
h Konsep “ealy mobilization” untuk mengurangi febris puerperalis dan semakin cepat
berfungsi nya organ

15
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan di indonesia adalah
a Kemiskinan serta kurangnya pendidikan menyebabkan terjadinya kelambatan referal
sehingga tindakan adekkuat belum optimal
b Kelambatan masih terjadi dalam :
 Kesiapan memberikan pertolongan ditempat tujuan
 Kesiapan menyediakan fasilitas sehingga terlambat atau belum mampu
memberikan pertolongan yang tepat dan cepat

(Manuaba Ide Bagus. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC. HAL 209)

16
2.7 TATALAKSANA SEKSIO SESAREA

SEKSIO SESAREA

INDIKASI SC TH 1960 WELL


BORN BABY

Indikasi klasik:

 SC letak sungsang
INDIKASI KLASIK:
 Sc perdarahan anterpartum
 Prolag negleted labour  Kehamilan prematuritas
 Fetal distres
 Kehamilan resiko tinggi
 BB bayi 400gr
 Kehamilan ganda
 Pre eklamsia
FAKTOR PENDUKUNG SEKSIO SESAREA  Kegagalan induksi

 Kemampuan teknik operasi  Seksio berulang


 Anestesia  Tambahan : permintaan
 Antibiotik bervariasi
SC
 Keseimbangan elektrolit
 Tramfusi darah
Ternyata SC dapat menurunkan morbidilitas
danmortalitas ibu dan bayi

UPAYA MENURUNKAN TINDAKAN


LIBRALISASI SEKSIO SESAREA: SEKSIO SESAREA:
 Tindakan SC di atas 20%  Memberikan kesempatan
perlu dilakukan evaluasi bekas SC persalian
 Beberapa klinik SC dapat pervaginam
melebihi 3%  Evaluasi periodik indikasi
 Mempertajam indikasi seksio
WELL BRON BABY DAN WELL HEALT MOTHER: untk meningkatakan
tanggung jawab ibu hamil
 Mempertinggi kemampuan
 Meningkatkan honor
profesional
persalian pervaginam
 Pertajam indikasi seksio
sessarea
 Persalinan bayidalanm waku2
menit dan hindari
hipoglisemia
 Menepatkan seksio17 sesarea tindakan
paling konservatif dalam obstetri
 Kelambatan karena jarak jauh yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuan fasilitas
pelayanan
 Kelambatan dalam mengambil keputusan untuk rujuk

Jika keterlambatan Tersebut dapat diatasi, AKI, AKA, dan mordilitas akan dapat diturunkan.
Memperhatikan bebagai masalah sesarea dapat dikemumgkakan bahwa “seksio sesarea
merupakan tindakan paling konservatif dalam kebidanan”

(Manuaba Ide Bagus. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC. HAL 212)

2.8 INSISI KULIT

Insisi transversal vs vertical

Teknik insisi abdomen untuk persalinan seksio sesarea telah diteliti secara terpisah dalam 2
penelitian acak yang diikiuti oleh 411 wanita. Secara umum, insisi transversal lebih
direkoemdasikan. Hal ini berhubungan dengan nyeri pascaoperasi yang lebih ringan dan efek
kosmetik yang lebih baik jika dibandingkan dengan insisi vertical ( rekomendasi: B kualitas :
cukup ).

Insisi transversal: Pfannenstiel vs joel-cohen.

Insisi pfannenstiel dan insisi joel-cohen adalah teknik insisi transversal yang paling dipilih.
Pada penelitian dengan disain yang besar dan bagus , mencakup 310 wanita, didapatkan tidak
adanya perbedaan signifikandalam hal sama operasi, komplikasi yang timbul selama dan
pascaoperasi serta keadaan neinatus. Waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi 50 detik lebih
singkat pada kelompok joel-cohen.

Pada percobaan yang dilakukan [pada 20 wanita dengan desain yang kurang bagus
menunjukan bahwa secara signifikan waktu operasi yang lebih singkat. Sedikitnya jumlah
keghilangan darah, serta frendahnya ketidaknyamnan pascaoerasi lebih bai pada insisi joel-
cohen dibandingan insisi pfannenstiel.

18
Insisi subutan ( skalpel vs disesi tumpul )

Para lini umumnya menggunakan salpel seminima mungkin dan membuka lapisan secara
tumpul dari arah medial menuju lateral untu menghindari erusaan jaringan serta pembuluh
darah epigastrika inferior selain itu , diseksi secara tumpul dianggap depat mempersingat
watu operasi . belum ada percobaan yang diatermi secara selama persalinan sesio sesar

Insisi fasial

kebanyaan ahli mereomendasikan insisi transversal dilakukan dengan scalpel terlebuih


dahulu. Kemudian diperluas ke lateral dengan menggunakan gunting. Beberapa klinisi
membenarkan jika dilakuan perluasan secara digital yaitu dengan cara memasukkan kedua
jari telunju kedalam insisi kecil transversal pada lapisan fascial untuk memisahkan.

Insisi otot retus (pfannenstiel vs maylard)

Tidak dilakukan penelitian sebanyak 3 penelitian yang mencakup 1313 wanita. Pada
penelitian tersebut diterapkan kedua teknik secara acak. Baik dengan insisi maytand maupun
pfannenstiel . pada penitian itu tidak didapatan hubungan anata pemotongan dengan
mobiditas operasi kesulitan persalinan. Salah satu penelitian menunjukkan kekuatan oto
abdomen setelah 3 bulan pun hamper sama, dengan kecendrungan lebih kuat pad kelompo
pfannenstiel . oleh karna itu pemotongan otot abdomen sedapat mungkin tidak dilakukan.

Jahitan penutup VS tidak dilakuan jahitan penutup pada jaringan subkutan

Jahitan penutup vs tidak dilakukannya jahitan penutup pada jaringan subkutan dengan
ketebalan berapapun telah dievaluasi . pada penelitian yang dilakukan pada jaringan subkutan
dengan ketebalan <2cm, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan . oleh karna itu,
dilakukan penutupan pada jaringan subkutan dengan ketebalan 2cm tida direkomendasikan
untuk dilakuan.

Pada jaringan subkutan dengan ketebalan <2cm telah dievaluasi pada penelitian , jahitan
penutup dihubungkan denganpenurunaninsiden terbukanyalua jahitan yang diaggap sebagai
komliplikasi luka yang membutukan intervensi pada jaringan subkutan secara rutin
direkomendasikan pada wanita dengan ketebalan jaringan subkutan >2cm.

19
Penutupan kulit

Penutupan jahitan kulit menggunakan staples atau dengan jahitan subkutan telah diteliti, yang
menjalani seksio sesarea dengan insisi pfannestiel diacak.

Penutupan kulit menggunakan staples dihubungkan dengan penurunan lamanya watu


opertasi. Namun, terjadi peningkatan konsumsi obat penghilang nyeri di rumah sakit dan
pengingkatan skala nyeri setelah keluar dari rumah sakit maupun setelah persalinan. Tidak
ada efek jangka panjang yang dilaporan.

Dilakukan identifikasi batas antara serviks dan vagina ( terutama telah terjadi pembukaan
serviks lengkap). Vagina atas sisi posterior dibuka transversal dengan mayo, tempat , salah
satu bagian gunting di dalam rongga vagina dan di sekeliling serviks direseksi pada bagian
yang berhubungan dengan vagina. Untuk menghindari kontaminasi dari vagina maka dalam
vaginal cuff dapat dipasang kasa yang dibatasi alcohol 70%.

Tepi vaginal cuff dijepit dengan klem allis pada jam 3,9,12. Kemudian dibuat jahitan sudut
lateral vagina yang menyatukan dinding anterior vagina pedikel ligamentum ritundum,
ligamentum uterosakral dan dinding posterior vagina dengan benang catgur kromik no 1
sedangkan tepi atas vaginal cuff dijahit dengan teknik simple running dengan catgur kromik
no 1 yang menyatukan dinding vagina anyterior dan posterior.

Petotoneum ditutup dengan jahitan simple running suture menggunkan benang plain cutgut
no 0 sehingga semua pedikel berada di luar peritoneum.

Pembukaan peritoneum

Belum pernah dilakukan kliniks secara terpisah. Peritoneum biasanya dibuka secara hati-hati
dengan diseksi tumpul atau tajam demudian diperlebar dengan diseksi tumpul . sebaiknya
lokasi pembukaan peritoneum agak jauh dari vesiks urinaria yang bertujuan untuk
menghindari cedera pada organ dibawahnya.

Blodder flop

Pengguna bladder flap atau tanpa bladder flap telah teliti dalam satu percobaan acak yang
mencakup . pasien diberi salah satu perlakuan yaitu dilakukan insisi dan pembukaan bladder
flap atau langsung dilakukan insisi 1 cm diatas blader flap.

Insisi uterus (low transverse vs low vertical vs klasik)

20
Beberapa hasil penelitian studi kasus secara retrospektif memperlihatkan bahwa insisi
transversal pada segmen bawah uterus lebih direkomendasikan oleh beberpa para ahli

( Imam Rasjidi. 2009.Manual Secsio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa.Jakarta :


Sagung Seto )

2.9 KOMPLIKASI DAN EFEK PERSALINAN SEKSIO SESAREA

Komplikasi utama persalinan seksio sesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vagina
uritenia dan uterus saat berlangsungnya operasi. Komplikasi anestesi, perdarahan, infeksi dan
tromboemboli, kematian ibu lebih besar pada persalinan seksio sesarea dibandingkan
persalinan pervagina.selit untuk memastikan hal tersebut terjadi apakah dikarenakan prosedur
operasinya ataukah karena alasan yang menyebabkan ibu hamil tersrbut harus dioperasi.

Tekipneu sesarea sesaat pada bayi pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalin an
seksio sesarea dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat disingkirkan. Resiko jangka
panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio plasenta akrea dan
rupture uteria.

( Imam Rasjidi. 2009.Manual Secsio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa.Jakarta :


Sagung Seto )

21
2.10 WOC POST SC

Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan


Misalnya : plasenta previa sentralis / lateralis, panggul
BAB III
sempit, disproporsi cephalo pelvic, ruptur uteri
mengancam, partus lama / tidak maju, preeklamsia,
PENUTUP
distonia serviks, malpresentasi janin

Sectio Caesarea (SC) Kurang Informasi Ansieta


s

Insisi dinding
Luka post op. SC Tindakan anastesi
abdomen

Terputusnya
Risiko Infeksi Imobilisasi
inkonuitas jaringan,
pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar Intoleransi
daerah insisi Aktivitas

Merangsang Defisit
pengeluaran histamin Perawatan
dan prostaglandin Diri

Nyeri Akut

22
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
Riwayat penyakit keluarga
Keadaan klien meliputi :
Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin
ada.
Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

23
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : prosedur operasi
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan post
operasi

3.3 Perencanaan

No Diagnosa Noc Nic


keperawatan
1. Nyeri akut bd Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen nyeri :
agen cidera selama 1x24 jam pasien diharapkan: 1. Melakukan
fisik: prosedur Control nyeri pengkajian
bedah Dengan criteria hasil nyeri
a. Pasien mengenali kapan komprehensif
nyeri terjadi yang meliputi
b. Menggunakan tindakan lokasi,
pengurangan nyeri tanpa karakteristik,
analgesic seperti tarikan durasi,frekuen
nafas dalam si, kualitas,
c. Menggunakan anlgesik intensitas atau
yang direkomendasikan beratnya nyeri
d. Meloporkan perubahan dan factor
terhadap gejala nyeri pencetus.
pada petugas kesehatan 2. Pastikan
e. Melaporkan gejala yang perawatan
tidak terkontrol pada analgetik bagi
tenaga kesehatan. pasien
f. Mengenali apa yang dilakukan
terkait dengan gejala dengan
ngeri. pemantuan
g. Melaporkan nyeri yang yang ketat
terkontrol. 3. Gunakan
strategi

24
komunikasi
teraupeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri dan
sampaikan
penerimaan
pasient
terhadap nyeri.
4. Gali
pengetahuan
dan
kepercayaan
pasien
menajemen
nyeri.
5. Ajarkan
latihan nafas
dalamuntuk
mengurangi
nyeri
6. Dorong pasien
untuk
memonitor
nyeri dan
menangani
nyeri dengan
cepat

25
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi :
b/d prosedur selama 1x24 jam pasien diharapkan: 1. Bersihkan
infasif Mengurangi keparahan infeksi lingkungan
Dengan criteria hasil : dengan baik
1. Tidak ada kemerahan di area setelah
bekas operasi. digunakan
2. Tidak ada cairan luka yang untuk setiap
berbau busuk pasien
3. Suhu normal 36,5-37,5°C 2. Ganti
4. Tidak ada nteri di area luka peralatan
5. Tidak ada peningkatan sel darah perpasien
putih sesuai
protocol
institusi
3. Ajarkan cuci
tangan kepada
pasien dan
keluarga
pasient.
4. Ajarkan psien
teknik
mencuci
tangan dengan
tepat.
5. Anjurkan
pengunjung
untuk mencuci
tangan pada
saat memasuki
dan
meninggalkan
ruangan.
6. Pastikan

26
teknik
perawatan
luka yang
tepat.
7. Dorong untuk
beristirahat
3 Ansietas b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi relaksasi :
kurangnya selama 1x24 jam pasien diharapkan: 1. gambarkan
informasi Tingkat kecemasan rasionalisasi
tentang Dengan kriteria hasil : dan manfaat
perawatan 1. Dapat beristirahat dengan relaksasiyang
post operasi optimal tersedia
2. Tidak ada perasaan gelisah 2. terntukan
3. stressor berkurang apakah ada
4. otot rileks intervensi
5. tekanan darah normal 110-120 / relaksasi
70-80 mmHg dimasa lalu
yang sudah
memberikan
manfaat
3. ciptakan
lingkungan
yang tenang
4. minta klien
untuk rileks
dan merasakan
sensasi yang
terjadi
5. gunakan suara
yang lembut
dengan irama
yang lambat.
6. Gunakan

27
relaksasi
sebagai
strategi
tambahan
dengan
penggunaan
obat-obatan
nyeri.
7. Evaluasi dan
dokumentasik
an respon
terhadap terapi
relaksasi.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Motto: once a cesarean always a cesarean, kiranya perlu dilakukan evaluasi tentang
indikasi seksio tersebut. Motto tersebut dapat dikatakan berlaku, bila indikasinya
pangul sempit dengan besar bayi normal.
Berbagai laporan berdasarkan penelitian dikemungkakan bahwa persalinan
pervaginam pada bekas seksio, tanpa menimbulkan bahaya pada ibu maupun bayi
dengan hasil yang baik.
Dilain pihak seksio sesarea atas permintakan sudah muli dengan tujuan dapat
menjamin keharmonisan keluarga dan selanjutnya pada seksio sesarea kedua atau
ketiga, diikuti sterilisasi dengan metode: vasektomi tuba (MA).

29
DAFTAR PUSTAKA

Harry & William. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.Yogyakarta: YEM

Hellen Farrer. 1996. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Manuaba Ide Bagus. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC

Imam Rasjidi. 2009.Manual Secsio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa.Jakarta :


Sagung Seto

30

Anda mungkin juga menyukai